Anda di halaman 1dari 75

MIKROBIOLOGI PERTANIAN

Oleh :
Dr. Drs. R.Soelistijono MP
Dr. Ir. Haryuni MP
Ir. Daryanti MP

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TUNAS PEMBANGUNAN
SURAKARTA
2014

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page i


KATA PENGANTAR

Atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya Tim penulis dapat menyusun sebuah buku
ajar yang berjudul Mikrobiologi. Dalam buku ajar Mikrobiologi ini menguraikan tentang
berbagai mikroorganisme yang berperan di bidang pertanian meliputi jamur, bakteri, dan virus.
Selain memuat pengetahuan tentang istilah-istilah (terminologi), susunan organ dalam
(anatomi), sekaligus juga berisi peranan masing-masing mikrobia dibidang pangan, pertanian
maupun industri.
Didalam bab 2 dan 3 akan dibahas tentang jamur dan bakteri. Hal itu dikarenakan jamur
merupakan kelompok yang mendominasi mikroorganisme di alam (60%), disusul dengan
bakteri (25%), virus dan mikoplasma (15%). Mengenai pengendalian mikroba akan dibahas
pada bab 4, sedangkan penggunaan mikrobia di bidang pangan dan industry akan dibahas
dalam bab 5 dan 6. Hal tersebut dikarenakan mikrooorganisme mempunyai peran yang
menguntungkan maupun merugikan, tergantung dari fungsinya masing-masing.
Kami menyadari banyak sekali kekurangannya , namun kami berharap buku ini dapat
sebagai pegangan bagi mahasiswa semester 1 didalam mengikuti mata kuliah mikrobiologi.

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page ii


DAFTAR ISI

Hal
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR TABEL v
BAB I PENDAHULUAN ………..…………………………………………………………………. 1
BAB II JAMUR ………………………………………………………………………………………… 9
BAB III BAKTERI ……………………..……………………………………………………………….. 21
BAB IV PENGENDALIAN MIKROBIA ..……………………………………………………… 26
BAB V MIKROBIOLOGI PANGAN ..…………………………………………………………… 34
BAB VI MIKROBIOLOGI INDUSTRI ……………………………………………………………. 47
BAB VII PLANT GROWTH PROMOTING FUNGI (PGPF) ……………………………… 52
BAB VIII PLANT GROWTH PROMOTING RIZOBACTERIA (PGPR) …………………. 61
BAB IX MOLASE (MOL) …………………………………………………………………………… 64
DAFTAR PUSTAKA 69

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page iii


DAFTAR GAMBAR

Hal
Gambar 1 Klasifikasi mahluk hidup berdasarkan DNA 10
Gambar 2 Siklus hidup Zigomycetes 13
Gambar 3 Proses clamp connection 17
Gambar 4 Siklus hidup kelompok Basidiomycetes 18
Gambar 5 Struktur sel bakter 21
Gambar 6 Morfologi bakteri 21
Gambar 7 Proses pewarnaan gram 22
Gambar 8 Morfologi crown gall 23
Gambar 9 Pengelompokan mikoriza, 54
Gambar 10 Endomycorrhiza-Vesicular-Arbuskular Micorrhiza (VAM, 54
Gambar 11 Ectomycorrhiza 55
Gambar 12 Ectendomycorrhiza 55
Gambar 13 Orchid mycorrhiza 56
Gambar 14 Ericoid mycorrhiza 56
Gambar 15 Thysanotus mycorrhiza, sp. 56
Gambar 16 Cultur, Koloni, dan Morfologi Azotobacter 62

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page iv


DAFTAR TABEL

Hal
Tabel 1 Komposisi Umum Bahan Makanan 34
Tabel 2 Degradasi biologis senyawa organic 34
Tabel 3 Mikrobia yang berperan pada pembuatan makanan 35
Tabel 4 Tipe umum kerusakan pada bahan makanan 36
Tabel 5 Nilai aw minimum untuk pertumbuhan mikrobia 38
Tabel 6 Nilai pH maksimum dan minimum untuk perkembangan mikrobia 38
Tabel 7 Enzim dari mikrobia dan aplikasinya 49
Tabel 8 Produk metabolisme dari jamur 49
Tabel 9 Produk metabolisme dari bakteri 50

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page v


BAB I. PENDAHULUAN

Mikrobiologi merupakan cabang ilmu biologi yang mempelajari mikrobia dengan segala
aktifitasnya. Mikrobia atau disebut juga mikroorganisme atau jasad renik adalah jasad hidup
yang berukuran sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat dengan mata biasa tanpa bantuan
mikroskop. Mikrobia berukuran kurang dari 0,1 mm, biasanya dinyatakan dalam mikron (µ), 1
mikron sama dengan 0,001 mm.
Mikrobia mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia, peran tersebut ada
yang bermanfaat dan ada yang merugikan. Mikrobia yang bermanfaat diantaranya yaitu :
1. Mikrobia yang digunakan dalam pembuatan makanan seperti tempe, kecap,
monosodium glutamate (MSG), keju, yoghurt
2. Mikrobia yang digunakan dalam pembuatan obat-obatan, antibiotic
3. Mikrobia yang berperan sebagai jasad pengurai/decomposer/redusen dalam proses
perombakan sampah organic
4. Mikrobia yang dimanfaatkan sebagai perangsang pertumbuhan tanaman dan pupuk
hayati (biofertilizer).
Sedangkan mikrobia yang merugikan adalah yang menyebabkan penyakit pada manusia,
hewan, dan tanaman maupun yang menyebabkan kerusakan.

Sejarah Singkat Mikrobiologi


Perkembangan mikrobiologi berawal dari ditemukannya mikroskop oleh Antoni van
Leeuwenhoek (1632-1723) yang membuka pengetahuan tentang keberadaan mikrobia sebagai
makhluk hidup selain manusia, hewan dan tumbuhan. Leeuwenhoek melakukan pengamatan
pada air cuka, air liur, genangan air hujan, dengan menggunakan mikroskop sederhana hasil
penemuannya yang mempunyai daya perbesaran 50-300 kali. Leeuwenhoek menyebut
makhluk-makhluk kecil dalam pengamatannya sebagai “animalculus” atau hewan kecil yang
merupakan jenis-jenis mikrobia yang dikenal sekarang.
Setelah diketahui keberadaan makhluk renik yang kemudian disebut mikrobia, timbul
dua pendapat tentang asal-usul mikrobia. Aliran abiogenesis (generatio spontanea)

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 1


berpendapat bahwa mikrobia terjadi secara spontan dari bahan-bahan yang tidak hidup dalam
suatu cairan bahan organic. Sedangkan aliran biogenesis berpendapat bahwa mikrobia terjadi
dari benih yang selalu ada di udara, jika benih itu masuk ke dalam cairan bahan organic yang
cocok maka akan tumbuh menjadi mikrobia.
Perbedaan pendapat tersebut baru dapat dipecahkan 80 tahun kemudian dengan
adanya percobaan-percobaan yang dilakukan para ilmuwan diantaranya yaitu:
1. Theodore Schwann : melewatkan udara melalui tabung membara ke dalam labu berisi
kaldu daging yang telah dididihkan, ternyatatidak ada mikrobia pada kaldu dalam labu
tersebut
2. John Tyndall : menempatkan tabung-tabung berisi kaldu steril di dalam kotak bebas
debu. Percobaan ini membuktikan bahwa mikrobia terbawa partikel-partikel debu di
udara
3. Louis Pasteur (1822-1895) : melakukan percobaan dengan menggunakan labu yang
dilengkapi dengan pipa panjang dan sempit berbentuk leher angsa. Setelah kaldu
dididihkan dan didiamkan ternyata tidak dijumpai adanya mikrobia meskipun larutan di
dalam labu dapat berhubungan langsung dengan udara luar.
Melalui percobaan-percobaan tersebut akhirnya konsepsi biogenesis dapat diterima
sehingga membuka jalan bagi penemuan-penemuan penting berikutnya di bidang mikrobiologi,
antara lain :
1. Pasteur menemukan proses pasteurisasi untuk menghilangkan jenis-jenis mikrobia yang
tidak dikehendaki dan sering menyebabkan kegagalan dalam pembuatan anggur.
Dengan proses pemanasan pada suhu 62,8oC selama 30 menit, cukup efektif untuk
membunuh mikrobia yang ada dalam sari buah tanpa merusak aromanya
2. Melalui berbagai penelitian dapat diketahui bahwa penyakit dapat disebabkan oleh
mikrobia dan ditularkan dari seseorang ke orang lainnya. Untuk membuktikan bahwa
suatu penyakit disebabkan oleh mikrobia tertentu., ditetapkan suatu criteria yang
disebut Postulat Koch sesuai dengan penemunya yaitu Robert Koch (1843-1919). Isi
Postulat Koch adalah sebagai berikut :

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 2


a. Suatu mikrobia merupakan penyebab penyakit jika mikrobia tersebut ada pada setiap
tingkatan penyakit
b. Mikrobianya harus dapat diisolasi dari jasad yang sakit dan dapat ditumbuhkan dalam
bentuk biakan murni
c. Jika biakan murni itu ditularkan ke jasad yang sehat harus dapat menimbulkan
penyakit yang sama
d. Mikrobianya harus dapat diisolasi kembali dari jasad yang sakit akibat penularan
dengan biakan murni hasil isolasi semula.
Penemuan selanjutnya yang di bidang mikrobiologi yaitu Serge Winogradsky (1856-
1953) menemukan bahwa beberapa bakteri tertentu dalam tanah mampu menambat N 2 dari
udara dan mengubahnya menjadi senyawa N yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan sebagai
mutrien. Lembaga Pasteur berhasil menemukan alat yang dapat menyaring bakteri. Penemuan
ini selanjutnya membuka jalan penemuan berikutnya yaitu adanya jasad lain penyebab penyakit
tertentu yang dapat lolos dari saringan bakteri yang kemudian diberi nama virus. Penemuan
virus bermula dari percobaan mengenai penyakit mozaik pada tanaman tembakau. Ilmuwan
bernama River menyusun postulat untuk penyakit yang disebabkan virus. Postulat River (1937)
menyatakan :
1. Virus harus berada di dalam sl inang
2. Filtrat bahan yang terinfeksi tidak mengandung bakteri atau mikrobia lain yang dapat
ditumbuhkan dalam media buatan.
3. Filtrat dapat menimbulkan penyakit pada jasad yang peka.
4. Filtra yang sama yang berasal dari hospes peka tersebut harus dapat menimbulkan
kembali penyakit yang sama.

Penggolongan mikrobia diantara jasad hidup


Jasad hidup mula-mula digolongkan menjadi dunia tumbuhan (Plantae) dan dunia
binatang (Animalia). Jasad hidup yang ukurannya besar dngan mudah dapat digolongkan ke
dalam Plantae atau Animalia, tetapi sulit untuk menggolongkan mikrobia yang ukurannya
sangat kecil. Selain karena ukurannya, adanya mikrobia yang mempunyai sifat antara plantae

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 3


dan Animalia juga menyulitkan dalam penggolongan. Menurut teori evolusi, setiapjasad akan
berkembang menuju ke sifat Plantae atau Animalia. Hal ini digambarkan sebagai
pengelompokan jasad beturut-turut oleh Haeckel, Whittaker dan Woese. Berdasarkan
perbedaan organisasi selnya, Haeckel membedakan dunia tumbuhan (Plantae) dan dunia
binatang (animalia), dengan Protista. Protista untuk menampung jasad yang tidak dapat
dimasukkan pada golongan Plantae dan Animalia. Protista terdiri dari algae atau ganggang,
Protozoa, jamur atau fungi, dan bakteri yang mempunyai sifat uniselluler, sosositik, atau
multiselluler tanpa diferensiasi jaringan.
Whittaker membagi jasad hidup menjadi tiga tingkat prkembangan yaitu : 1. Jasad
prokariotik yaitu bakteri dan ganggang biru (Divisio Monera), 2. Jasad eukariotik uniselluler
yaitu algae sel tunggal, khamir dan protozoa (Divisio Protista), dan 3. Jasad eukariotik
multiselluler dan multinukleat yaitu Divisio Fungi, Divisio Plantae, divisipo Animalia. Sdangkan
Woese menggolongkan jasad hidup terutama berdasarkan susunan kimia makromolekul yang
terdapat di dalam sel. Pembagiannya yaitu terdiri sari Arkhaebacteria, Eukaryota (Protozoa,
Fungi, Tumbuhan dan Binatang) dan Eubacteria.

Prokariotik dan Eukariotik


Berdasar tipe selnya, jasad hidup di alam dikelompokkan menjadi dua yaitu :
1. Eukariotik yaitu jasad hidup yang selnya telah berkembang sempurna. Tipe sel ini
terdapat pada jasad tingkat tinggi (Plantae dan Animalia) dan sebagian jasad protista
(Protozoa, Fungi, dan sebagian besar Algae).
2. Prokariotik yaitu jasad yang tipe selnya sederhana. Jasad dengan tipe sel sederhana
meliputi bakteri dan ganggang biru.

Kelompok Utama Mikrobia


Mikrobia dikelompokkan menjadi dua berdasar tipe selnya, yaitu yang termasuk Protista
Prokariotik meliputi bakteri dan sianobakteri, dan yang termasuk Protista Eukariotik adalah
cendawan, algae, protozoa. Ciri-ciri umum dari masing-masing mikrobia adalah sebagai berikut:

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 4


1. Bakteri :
a. Uniseluler
b. Bentuk : bola, batang, spiral
c. Ukuran diameter : 0,5 - 1µm, panjang 1,5 – 2,5 µm
d. Reproduksi : terutama secara aseksual dengan pembelahan biner
2. Sianobakteri :
a. Uniseluler
b. Ukuran lebih besar daripada bakteri
c. Dapat berfotosintesis
d. Reproduksi : dengan pembelahan biner atau pembelahan spora
3. Cendawan (Fungi)
a. Tak berklorofil
b. Ada yang multiseluler, ada yang uniseluler (khamir)
c. Reproduksi : ada yang seksual ada yang aseksual
4. Protozoa :
a. Merupakan protista eukariotik bersel satu
b. Tidak berklorofil
c. Tidak berdinding sel, ttapi mempunyai bahan penutup yang disebut pelikel
d. ukuran : berkisar dari 1 µm sampai ratusan µm yang tampak dengan mata biasa
5. Algae :
a. Merupakan protista eukariotik yang berklorofil
b. Ukuran berkisar dari yang mikroskopik sampai berukuran rasaksa dengan panjang
lebih dari 3 m
c. Reproduksi : terutama dengan pembelahan sederhana
d. Tempat hidup : terutama di perairan segar, air laut, dalam tanah
6. Virus :
a. Merupakan jasad aseluler
b. Bersifat parasit obligat, tidak dapat hidup bebas sehingga perlu sel hidup lain untuk
bisa hidup dan berkembang biak

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 5


c. Disebut host specific (spesifik inang) karena hanya dapat berkembang biak dalam sel
hidup tertentu
d. Struktur :terdiri dari seutas asam nukleat (DNA atau RNA) yang terbungkus dalam
lapisan protein
e. Ukuran : 20-25 nm sampai 200-300 nm, hanya dapat dilihat dengan mikroskop
electron

Faktor lingkungan
Kehidupan mikrobia dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang bisa berupa faktor abiotik
dan faktor biotik.
Faktor abiotik yang mempengaruhi kehidupan mikrobia yaitu temperatur/suhu, pH,
kelembaban, tekanan osmose, dsb.
1. Temperatur
Berdasar temperature untuk kehidupannya, mikrobia dikelompokkan menjadi :
a. Psikrofil (kriofil) : kisaran suhu pertumbuhan 0-30oC, suhu optimum 15oC
b. Mesofil : suhu minimum 15oC, optimum 25-37oC, maksimum 45-55oC
c. Termofil : suhu minimum 40oC, optimum 55-60oC, maksimum 75oC
Beberapa istilah berkaitan dengan suhu pertumbuhan mikrobia :
f. Titik Kematian Termal (TDP = Thermal Death Point) adalah nilai temperature yang
dapat mematikan mikrobia dalam waktu 10 menit
g. Waktu Kematian Termal (TDT = Thermal Death Point) adalah waktu yang diperlukan
untuk membunuh mikrobia pada temperature tertentu
2. pH
Berbagai jenis mikrobia mempunyai kisaran pH tertentu untuk kehidupannya :
h. bakteri : 6,5-7,5 khamir : 4,0-4,5 jamur dan actinomycetes : kisaran pH luas
i. penggolongan mikrobia berdasar pH pertumbuhannya :
a. asidofilik : pH 2-5
b. mesofilik : pH 5,5 – 8
c. alkalifilik : pH 8,4 – 9,5

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 6


3. Kelembaban (Relative Humidity/RH)
Khamir dan bakteri memerlukan RH tinggi untuk kehidupannya (> 85%) sedangkan
jamur dan actinomycetes memerlukan RH yang rendah (<80%).
4. Tekanan osmose
Larutan dengan dengan tekanan asmose tinggi (larutan hipertonis) bisa
menyebabkan sel mikrobia mengalami plasmolisa yaitu terlepasnya membrane
sitoplasma ari dinding sel akbat pengerutan sitoplasma. Berdasar tekanan osmose,
mikrobia dikelompokkan :
a. Osmofil : mikrobia yang bisa hidup pada kadar gula tinggi
b. Halofil : mikrobia yang bisa hidup pada kadar garam tinggi
c. Halodurik : mikrobia yang bisa hidup sampai kadar garam30 %
5. Senyawa toksik
Ion-ion logam berat (Hg, Ag, Cu, Zn, Li, Pb) pada kadar rendah bersifat toksik bagi sel
mikrobia. Daya bunuh logam berat pada kadar rendah disebut daya oligodinamik.
6. Radiasi
Energi radiasi bila diserap oleh sel mkrobia dapat menyebabkan terjadinya ionisasi
komponen sel yang bisa berakibat menghambat pertumbuhan, perubahan genetik atau
kematian.
Faktor biotik yang mempengaruhi kehidupan mikrobia berkaitan dengan keberadaan
mikrobia lainnya di lingkungan dimana mikrobia berada. Mikrobia di alam sangat jarang yang
ditemukan sebagai biakan murni, tetapi selalu berada dalam asosiasi dengan jasad lain.
Simbiose merupakan asosiasi antara dua atau lebih jasad, satu atau lebih mendapat
keuntungan, yang lain mungkin dirugikan atau tidak. Bentuk simbiose bisa berbagai macam
yaitu :
1. Komensalisme : salah satu mendapat keuntungan, yang lain tidak untung dan tidak rugi
2. Mutualisme : kedua pihak mendapat keuntungan
3. Parasitisme : merupakan asosiasi antara parasit dan jasad inang, jasad inang bisa
mengalami kematian

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 7


4. Antibiosa : salah satu pihak bisa terbunuh atau terhambat pertumbuhannya oleh
adanya senyawa hasil sisa atau hasil sintesa organisme lain
5. Sinergisme : bentuk asosiasi yang menyebabkan terjadinya kemampuan untuk
melakukan perubahan kimia dalam substrat
6. Sintropisme : kegiatan bersama dari jasad terhadap sumber nutrisi. Bentuk asosiasi ini
memungkinkan terurainya suatu bahan tertentu secara sempurna sementara semua
pihak yang terlibat dalam asosiasi dapat berkembang baik.

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 8


BAB II. JAMUR

Klasifikasi mahluk hidup berdasarkan DNA dibagi menjadi 6 kelompok Kingdom yaitu:
1. Kingdom Protozoa
2. Kingdom Chromista
3. Kingdom Bacteria
4. Kingdom Fungi
5. Kingdom Plantae
6. Kingdom Animalia
(Alexopoulos, Mims, and Blackwell - Introductory Mycology, 1996)

Gambar 1. Klasifikasi mahluk hidup berdasarkan DNA

Diantara berbagai kingdom tersebut, mikroorganisme meliputi kingdom 1 hingga ke 4,


dengan anggota kingdom terbanyak pada kelompok Fungi atau yang lebih dikenal dengan
jamur. Oleh karena itu, maka bahasan yang utama didalam mikroorganisme didominasi oleh
kingdom Fungi dan dibuat dalam kelompok tersendiri yaitu Mycota.
Kelompok jamur (Fungi) merupakan mikroorganisme dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Multi seluler (banyak sel dengan dinding yang jelas),
2. Eukariotik (berinti sejati karena inti sudah memiliki dinding/pembatas),

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 9


3. Heterotroph (tidak memiliki berklorofil oleh karena itu butuh bahan organik sebagai
sumber C),
4. Berkembangbiak dengan spora secara seksual dan atau aseksual. Spora aseksual meliputi
konidia, klamidospora, sporangiospora, urediospora. Spora seksual meliputi askospora,
basidiospora, oospora, zoospora, dan zygospora,
5. Struktur berupa filamen (benang) yang disebut hifa, yang terkumpul menjadi miselium,
6. Dinding sel hifa terdiri dari ß glucan dan kitin.

Hifa pada jamur memiliki ciri-ciri sebagai berikut:


1. Filamen sebagai struktur tubuh (thallus),
2. Tumbuh memanjang dari ujung (apikal),
3. Hifa tumbuh membentuk massa miselium (jamak miselia),
4. Hifa terbagi menjadi yang bersepta (sekat antar sel) dan hifa tak memiliki septa (asepta
atau coenocytic).

Pada umumnya hifa jamur membentuk struktur tertentu yang disebut dengan:
1. Stroma : struktur hifa kompak, bersifat somatik dan seperti tubuh buah
2. Sklerotium : hifa memiliki bentuk kompak sebagai bentuk struktur bertahan pada kondisi
yang tidak kondusif terhadap lingkungannya
3. Rhizomorf : struktur hifa seperti tali sepatu (shoesstring) yang melekat kuat pada
jaringan tanaman
4. Appressorium (jamak appressoria) : merupakan struktur khusus untuk menginfeksi dan
dibentuk di ujung hifa. Appresorium akan menempel pada permukaan inang dan
membentuk struktur untuk penetrasi jaringan inang.

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 10


Reproduksi Jamur:
Reproduksi jamur terjadi baik secara aseksual (bersifat anamorfik) dan atau secara
seksual (bersifat teleomorfik)
(a) Reproduksi spora secara aseksual meliputi pembentukan konidia, klamidospora,
sporangiospora, dan urediospora.
(b) Reproduksi spora secara seksual meliputi pembentukan askuspora, basidiospora,
oospora, zoospora, dan zygospora.
(c) Sebagian jamur dapat bersifat holokarpik yaitu mampu membentuk satu atau lebih
struktur reproduksi
(d) Pada umumnya jamur bersifat eukarpik yaitu organ reproduksi hanya dibentuk dalam
tubuh jamur berupa thalus.
Menurut Alexopoulos dan Mims (2006), berdasarkan reproduksi aseksual dan
seksualnya maka klasifikasi jamur dibagi menjadi Zygomycetes, Oomycetes, Askomycetes,
Basidiomycetes, dan Deuteromycetes.

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 11


Zigomycetes
Klas Zigomycetes memiliki ciri umum seperti ciri true fungi yaitu mempunyai dinding sel
terdiri dari kitin, chitosan, asam poligucuronat (polyglucuronic acid).
Ciri-ciri lainnya antara lain:
(a) Pada umumnya hifa coenocytic yaitu masing hifa tidak memiliki septa
(b) Terbentuk zygospora yang dibentuk di dalam zigosporangium setelah fusi dua gametangia
(hifa khusus) pada saat terjadi reproduksi seksual
(c) Spora aseksual dihasilkan dalam sporangium
(d) Pada umumnya mengalami siklus hidup zygotic atau haploitic

Peranan klas Zygomycetes di alam maupun yang dibudidayakan:


(a) Saprofit pada tanah, sisa tanaman, pupuk kandang atau kompos
(b) Mutualisme dengan tanaman dan termasuk kelompok ectomychoriza
(c) Fermentasi. Sebagai contoh adalah Rhizopus oligosporus ragi dalam pembuatan tempe,
Actinomucor elegans ragi untuk keju dan susu
(d) Patogen tanaman. Dapat menyebabkan penyakit busuk buah, misal Rhizopus stolonifer.
Banyak menimbulkan gangguan pasca panen terutama di tempat penyimpanan, Bread
Mold (kapang roti) saprofitik dan parasit pada tumbuhan, hewan, manusia.

Reproduksi
Secara Aseksual
Sporangiospora yang dibentuk dalam sporangia mempunyai bentuk mirip konidia
karena sporangia dibentuk di ujung hifa (sporangiophore) dan seksual dengan membentuk
zygospora.

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 12


Gambar 2. Siklus hidup Zigomycetes

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 13


ASCOMYCETES
Karakteristik
Memiliki struktur umum berupa hifa bersepta, kecuali kelompok khamir, struktur
berupa sel tunggal. Hifa pada Ascomycetes merupakan struktur vegetatif. Dinding sel dari hifa
terdiri dari jaringan kitin dan ß- glukan. Sebagian Ascomycetes mempunyai badan Woronin
yaitu struktur yang terletak di bagian sekat hifa, diduga berfungsi untuk mencegah sitoplasma
keluar.
Spora seksual disebut askospora dan dibentuk dalam askus, sehingga akan terlindungi
dari lingkungan yang tidak menguntungkan bagi perkembangan spora. Spora aseksual disebut
konidia, dan untuk kelompok Ascomycetes yang tidak mempunyai reproduksi seksual akan
dikelompokkan sebagai klas Deuteromycota. Ascomycetes memiliki Askokarp, yaitu tubuh
buah tempat pembentukan askus.
Klasifikasi Ascomycetes berdasar struktur reproduksi seksual dibagi menjadi:
Klas 1. Archiaascomycetes. Merupakan kelompok Ascomycetes yang tidak membentuk
askokarp (tubuh buah). Yang termasuk kelompok ini adalah Ordo Taphrinales
2. Filamentous Ascomycetes . Merupakan kelompok Ascomycetes yang memiliki
Askokarp dalam bentuk cleistothecium. Yang termasuk kelompok ini adalah
Ordo Erysiphales
3. Pyrenomycetes.Merupakan kelompok Ascomycetes yang memiliki Askokarp dalam
bentuk perithecium. Yang termasuk kelompok ini adalah :
Ordo : Hypocreales
Ophiostomatales
Diaporthales
Xylariales
4. Discomycetes . Merupakan kelompok Ascomycetes yang memiliki Askokarp dalam
bentuk apothecium. Yang termasuk kelompok ini adalah :
Ordo: Heliotales
Phacidiales

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 14


5. Loculoascomycetes Merupakan kelompok Ascomycetes yang memiliki Askokarp
dalam bentuk psedothecium.

Nilai ekonomi kelompok Ascomycetes


1. Kelompok khamir ( yeast). Khamir merupakan jamur yang berfungsi pada pembuatan roti dan
sejenisnya. Salah satu contohnya adalah Saccharomyces cerevisiae, yang erperan dalam
pembuatan roti tawar.
2. Kelompok morel dan truffle. Merupakan jamur yang dapat dikonsumsi manusia. Jamur ini
termasuk dalam kelompok jamur tanah, contohnya adalah Morchella esculentum
3. Kelompok blue-green mold, red mold, brown mold . Jamur ini berfungsi sebagai perusak
substrat bahan organik, sehingga dibutuhkan dalah proses dekomposisi lingkungan dan
menyebabkan bau tengik pada substrat. Contoh dari kelompok jamur ini antara lain :
Neuorospora spp, Penicillium spp, Aspergillus spp.
4. Kelompok penghasil antibiotik dan obat-obatan. Kelompok Ascomycetes mempunyai peran
dalam menghasilkan metabolit sekunder yang dapat digunakan untuk menghambat
pertumuhan organism lain. Contoh dari kelompok ini Penicillium chrysogenum
5. Ascomycetes juga dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Salah satu Ascomycetes yang
dapat menjadi patogen pada kulit manusia, contohnya Candida albicans
6. Penyebab penyakit pada tanaman seperti kanker batang, embun tepung dan lain-lain

Ascomycota sebagai patogen tumbuhan


1. Diapothales. Contoh jamur kelompok ini adalah Diaporthe phaseolorum yang
menyebabkan penyakit hawar daun pada bibit tanaman Phomopsis phaseoli
2. Dothidiales :
Cochliobolus spp, Helminthosporium spp penyebab hawar daun
Mycosphaerella spp, Cercospora spp penyebab penyakit bercak daun
Venturia inaequalis, penyebab penyakit kudis pada apel (scab)
Pleospora sp, penyebab busuk pangkal batang dan akar tanaman Stemphyllium sp
3. Erysiphales :

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 15


Erysiphe spp. Merupakan patogen penyebab penyakit embun tepung (powdery mildew)
Sphaerotheca sp . Merupakan patogen penyebab penyakit embun tepung (powdery
mildew)
Microsphaera sp. Merupakan patogen penyebab penyakit embun tepung (powdery
mildew).
Unicula necator

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 16


BASIDIOMYCETES

Merupakan kelompok paling tinggi dalam dunia jamur dan meliputi 30.000 spesies,
sehingga diperkirakan menguasai sekitar 37 % dari kelompok jamur.
Struktur reproduksi seksual Basidiomycetes mempunyai ciri-ciri:
1. Spora dalam bentuk basidiospora
2. Basidiospora dibentuk pada basidum
3. Pada basidium terjadi kariogami dan meosis
4. Pada umumnya 4 basidiospra dihasilkan pada setiap basidium
5. Struktur Basidiospora berbentuk bulat agak memanjang

Hubungan ketam (Clamp connection).


Pertumbuhan hifa yang terjadi ketika hifa dengan sel dikariotik mengalami pembelahan.
Proses satu inti menuju ujung hifa utama, inti yang lain menuju clamp, septa terbentuk. Ujung
dari sel clamp monokaritotik tumbuh dan melebur dengan sel subapikal, dan terbentuk clamp
yang matang (Gambar 3).

Gambar 3. Proses clamp connection

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 17


Siklus hidup:
Secara umum spora bila jatuh ditempat yang lembab akan berkembang menjadi
miselium primer. Masing-masing miselium tidak bisa dibedakan jantan dan betinanya, oleh
karena itu perkawinannya secara plasmogami karena yang bersatu hanya plasmanya tidak
diikuti oleh meleburnya kedua inti. Plasmogami selanjutnya akan diikuti oleh proses hubungan
ketam (clamp conetion) dan hasil akhir terbentuk gametofit Basidiomycetes.
Diadalam insang Basidiomycetes akan terjadi proses dikariotik basidium dan terjadi
singami sehingga terbentuk organisme diploid (2n). Setelah terbentuk diploid terjadi proses
meiosis dan dihasilkan spora yang bersifat haploid (n). Bila basidium sudah masak, spora-spora
tersebut akan tersebar dan bila jatuh ditempat yang lembab akan berkembang menjadi
miselium primer.

Gambar 4. Siklus hidup kelompok Basidiomycetes.

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 18


DEUTEROMYCETES
Klas Deuteromycetes merupakan klas dua tebesar sesudah Basidiomycetes, yaitu sekitar
30 000 spesies. Yang menjadi cirri khas dari klas ini adalah hanya memiliki reproduksi aseksual
secara mitosis, sehingga sering disebut Mitosporic Fungi. Tetapi didalam klasifikasi jamur sering
dikenal dengan Fungi imperfecti yang berarti jamur tidak sempurna. Pada sistem klasifikasi
terbaru dianggap sebagai grup kumpulan jamur yang tidak memiliki klasifikasi
Pada klasifikasi konvensional  Klas Blastomycetes
Hyphomycetes
Coelomycetes
Deuteromycetes mempunyai kekerabatan erat dengan jamur Ascomycota
Nilai Penting :
(a) Agent penyebab penyakit tanaman.
(b) Agent penyebab penyakit pada manusia dan hewan.
(c) Biodeteriogens.
(d) Sumber antibiotik.
(e) Sumber bahan baku dalam industri.
Beberapa contoh jamur bentuk imperfect (anamorph) dan bentuk perfect (teleomorph):
Perfect stage (teleomorph) Imperfect stage (anamorph)
Hypocrea Gliocladium atau Trichoderma
Ceratocystis Graphium
Eurotium Aspergillus
Corticium solani Rhizoctonia solani
Nectria sp Fusarium fujikorii
Mycosphaerella sp Cercospora personata
Neurospora sitopila Monilia sitopila
Magnoporthe oryzae Pyricularia oryzae
Ketidakadaan fase seksual pada Deuteromycota merupakan kelemahan dalam
keragaman genetik karena akan mempengaruhi dalam kemampuan bertahan terhadap kondisi
lingkungan yang dinamis. Hal tersebut karena Deuteromycota mempunyai siklus paraseksual

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 19


sehingga memungkinkan terjadinya pencampuran genetik dimana pada fase para seksual
terjadi pertukaran atau pergerakan kromosom .
Siklus paraseksual meliputi:
1. Fusi secara acak dari inti haploid (n) dalam heterokarion membentuk inti diploid (2n).
2. Multiplikasi inti N + 2n secara simultan. Beberapa diantaranya melakukan crossing-over
dalam inti 2n. Selanjutnya terjadi pemebelahan inti secara Mitosis.
3. Segregasi selama mitosis mengarah kepada pembentukan inti 2n + 1 nuclei dan sebagian
membentuk inti 2n - 1 (aneuploid).
4. Inti 2n + 1 nuclei tidak stabil dan kehilangan +1. Inti 2n - 1 nuclei tidak stabil dan kehilangan
kromosom “cadangan” .

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 20


BAB III. BAKTERI

Merupakan Kingdom dengan inti (nukleus) yang tidak memiliki selaput inti
(nukleoplasma) sehingga dikelompokan dalam Kingdom Prokariot. Kingdom ini meliputi bakteri
(Gambar 5) dan sianobakteri.

Gambar 5. Struktur sel bakteri


Berdasarkan morfologinya, sel bakteri dapat dibagi menjadi: Kokus yang berbentuk
bulat, basilus yang berbentuk batang, dan spiral yang berbentuk seperti per. Walaupun
demikian beberapa bakteri secara umum berupa koloni, sehingga dapat dalam bentuk untaian
panjang (Gambar 6).

Gambar 6. Morfologi bakteri.

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 21


Secara keseluruhan membran sel bakteri tersusun atas lapisan peptidoglikan. Setiap
bakteri memiliki ketebalan lapisan peptidoglikan yang berbeda. Secara umum membran sel
bakteri dibagi menjadi 2 berdasarkan kemampuannya mengikat warna cat gram yaitu gram
positif dan gram negatif. Bakteri gram positif akan memberikan warna biru sedangkan bakteri
gram negatif akan memberikan warna merah bila dicat dengan pewarnaan gram. Proses
pewarnaan gram dapat dilihat pada gambar 7.

Gambar 7. Proses pewarnaan gram

Salah satu bakteri yang banyak digunakan dibidang pertanian adalah Agrobacterium.
Bakteri ini memiliki karakteristik berdasarkan Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology
(9th edition) sebagai berikut:
1. Bentuk sel : batang pendek (0.6-1.0 x 1.5-3.0)
2. Gram negatif, tidak membentuk spora
3. Flagela 1-6, peritrikhus
4. Aerob, suhu optimum 25-28 oC
5. Koloni cembung, bulat, licin, tidak berwarna hingga agak kecoklatan
6. Produksi akstraseluler polisakarida pada media yang mengandung karbohidrat
7. Reaksi katalase, oxidase, urease semuanya bersifat positif
8. Bersifat kemoorganotroph (karbohidrat, asam amino sebagai sumber karbon)

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 22


Di alam spesies Agrobakterium yang banyak dikenal adalah:
1. A. rhizogenes, sering juga disebut Phytomonas rhizogenes, Bacterium rhizogenes, Erwinia
rhizogenes, Pseudomonas rhizogenes, A. radiobacter pv. Rhizogenes.
Bakteri ini merupakan penyebab penyakit “hairy root”, tanaman inang meliputi Daucus
carota, Beta vulgaris, Chrysanthemum frutescens .
2. A. rubi
3. A. radiobacter
4. A.tumefaciens. Agrobacterium tumefaciens sering juga disebut Bacterium tumefaciens,
Bacillus radiobacter, A. radiobacter pv. tumefaciens :
- Merupakan penyebab penyakit “crown gall” & “cane gall” (Gambar 6).
- Terdapat plasmid Ti (jarang Ri)
- Inang tanaman terdapat > 200 spesies, meliputi Allium cepa, Asparagus officinalis,
Cactus sp., Citrus, Vitis vinifera, dll.

Gambar 8. Morfologi crown gall.

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 23


TEKNIK PENGENDALIAN BAKTERI PATOGEN TUMBUHAN

 Fisik : Pemanasan, penyinaran Pemanasan (thermotherapy) :


 Hot water treatment: 50 – 54 oC, 5 – 30 mnt
 Aerated steam: 50 oC, 60 mnt
 Panas kering: 70 0C, 3 – 7 days
 Solarisasi
 Pengomposan; >60 oC, beberapa hari
 Radiasi : dengan sinar Ultra violet
 Mekanik : mencabut, memotong, memetik
 Kimiawi : disinfektan, antibiotik, bakterisida Disinfeksi, antibiotik, bakterisida :
NaOCl (klorox), CaOCl (kurang efektif, tidak terdisosiasi pada pH rendah), ClO2 (chlorine
dioxide); Xanthomonas campestris pv. zinniae (benih Zinnia) direndam NaOCl 10.500 ppm
selama 30 mnt
Antibiotik: phytotoxicity, resistensi patogen*)
Asam organik (as. Laktat, as. Asetat; rendam selama 5 – 10 mnt.) untuk Pseudomonas syringae
pv. lachymans (benih mentimun), Acidovorax avenae subsp. citrulli (benih semangka)
Hydrochloric acid 0.1 M, 60 mnt. untuk disinfeksi Clavibacter michiganensis subsp.
michiganensis pada benih tomat
Bahan kimia lain yang banyak digunakan saat ini (secara terpisah maupun kombinasi)
Senyawa tembaga (non sistemik):
Ammoniacal copper sulfate, copper oxide, copper oxyquinolate, copper hydroxide, copper
oxychloride, (Tri) basic copper sulphate, copper sulphate + lime, copper oxychloride + maneb,
mancozeb or chlorothalonil
Disinfektan :
Acetic acid 1M, Benzalkonium chloride, Ethanol 70 or 80%, Isopropanol 70%, Propionic acid 1M,
Quaternary ammonium compounds, Calcium hypochloride, Sodium hypochloride, chlorine
dioxide, hydrogen peroxide with paracetic acid, ozone, phenolic and cresolic compounds,
formaldehyde, potassium permanganate, hydroxychinolinesulphate

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 24


 Kultur teknis : rotasi, pengolahan lahan, aerasi, drainase
 Biologi : PGPR, agens antagonis, sinbiotik (probiotik & prebiotik) Definisi (Bakeer & Cook
1974) :
“Pengurangan jumlah inokulum atau penyakit yang disebabkan adanya aktivitas patogen atau
parasit dalam fase aktif atau dormannya oleh satu atau lebih organisme yang hidup bersama
secara alamiah atau melalui manipulasi lingkungan, inang atau antagonis”
Dasar pengendalian biologi adalah adanya antagonisme antar organisme baik secara:
Langsung : antibiosis, parasitisme, kompetisi
Tidak langsung : induksi resistensi (oleh mikroorganisme langsung / produk yang dihasilkan)
 Perundang-undangan : karantina

Contoh bakteri biokontrol yang sudah digunakan untuk mengendalikan Ralstonia solanacearum
meliputi : Actinomycetes, Bacillus polymyxa, Bacillus subtilis, Bacillus spp., Burkholderia glumae,
Erwinia spp. (E. herbicola), Pseudomonas earuginosa , Pseudomonas fluorescens , R.
Solanacearum, mutan avirulen (EPS-negatif), Stenotrophomonas (Xanthomonas) maltophilia ,
Streptomyces mutabilis

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 25


BAB IV. PENGENDALIAN MIKROBIA

Pada masa dahulu sebelum ilmu mikrobiologi berkembang, banyak kegagalan terjadi
pada peristiwa yang melibatkan mikrobia, misalnya kegagalan dalam proses operasi/bedah
karena instrumen bedah yang terkontaminasi mikrobia sehingga tingkat infeksi dan kematian
tinggi, kegagalan dalam proses fermentasi anggur. Penyebab dari berbagai kegagalan tersebut
adalah belum diketahuinya teknik untuk pengendalian mikrobia. Pengendalian mikrobia
merupakan tindakan yang bertujuan untuk menghambat kehidupan, menyingkirkan atau
membasmi mikrobia. Dengan pengendalian mikrobia, maka dapat mencegah penyebaran
penyakit dan infeksi, membasmi mikrobia pada inang yang terinfeksi, mencegah pembusukan.
Mikroorganisme bisa dikendalikan dengan beberapa cara, bisa dengan meminimalisir,
menghambat atau membunuh.

Pengertian beberapa istilah dalam pengendalian mikrobia


Beberapa istilah dalam mengendalikan jumlah populasi mikrobia diantaranya :
1. Desinfeksi : proses penggunaan bahan kimi (desinfektan) terhadap peralatan, lantai,
dinding atau lainnya berupa benda , untuk membunuh sel vegetatif mikrobia tetapi
tidak bisa membunuh sporanya.
2. Antiseptis : penggunaan senyawa kimia terhadap tubuh untuk melawan atau mencegah
pertumbuhan mikrobia dengan cara menghambat atau membunuh mikrobia.
3. Sterilisasi : proses untuk menghancurkan semua jenis kehidupan sehingga menciptakan
kondisi steril.
4. Mikrobisida/germisida : penggunaan senyawa kimia yang bisa membunuh mikrobia
Fungisida : senyawa yang mempunyai kemampuan membunuh jamur
5. Mikrobistatis : senyawa yang mempunyai kemampuan bisa menghambat pertumbuhan
mikrobia
Bakteriostatis : senyawa yang bisa menghambat pertumbuhan bakteri

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 26


Mekanisme dan efektifitas kerja suatu anti mikrobia
Cara kerja suatu bahan atau perlakuan anti mikrobia bisa dengan berbagai mekanisme,
a.l. : Menimbulkan kerusakan dinding sel, Menyebabkan perubahan permeabilitas sel, Koagulasi
protein, Menghambat kerja enzim, Menghambat sintesa asam tertentu yang dibutuhkan untuk
metabolisme sel. Sedangkan efektifitas kerja suatu proses anti mikrobia dipengaruhi berbagai
faktor, a.l. : Konsentrasi, jumlah mikrobia, spesies mikrobia, suhu, adanya bahan organik
Metode Pengendalian Mikrobia
Metode pengendalian mikrobia dikelompokkan menjadi : (1). Metode fisik (2). Metode
kimia.
1. Pengendalian Dengan Proses Fisik :
a. Suhu tinggi :
Proses pemanasan atau perlakuan dengan suhu tinggi bisa menyebabkan koagulasi
protein sel mikrobia. Waktu yang diperlukan untuk bisa mematikan mikrobia dengan suhu
tinggi dipengaruhi oleh jumlah mikrobia, spesies, sifat produk, pH dan suhu.
Pemanasan sampai titik didih air (100oC) atau yang dikenal dengan pendidihan
selama 10 menit hanya mampu mematikan sel vegetatif.
Pasteurisasi merupakan proses pemanasan ringan (di bawah 100oC) yang terkendali
untuk mengurangi jumlah mikrobia patogen yang paling resisten untuk dibasmi pada suatu
produk. dalam pasteurisasi yang dibunuh hanyalah mikrobia patogen dan mikrobia
penyebab pembusukan tetapi tidak pada mikrobia lainnya. Pasteurisasi biasanya dilakukan
untuk susu, anggur, makanan asam. Pada susu, waktu dan suhu yang digunakan tergantung
pada waktu kematian termal mikrobia patogen yang paling resisten terhadap panas.
Mycobacterium tuberculosis yang merupakaan bakteri penyebab TBC, dapat terbunuh
pada suhu 60oC dalam waktu 15 menit, sedangkan Coxiella burnetii, suatu riketsia
penyebab demam Q, mempunyai resistensi lebih tinggi dibanding bakteri TBC, sehingga
pasteurisasi susu dilakukan pada suhu 62,8oC selama 30 menit. Pasteurisasi dilakukan tidak
sampai mencapai titik didih juga bertujuan agar tidak merusak senyawa gizi dan senyawa
citarasa yang bersifat mudah rusak oleh suhu tinggi. Untuk menjaga kualitas susu yang

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 27


sudah dipasteurisasi, maka harus disimpan pada suhu dingin. Dikenal pula susu yang
diproses dengan metode UHT (Ultra high Temperature) dengan suhu 140oC.
Tyndallisasi adalah pemanasan bertahap pada suhu 100oC selama 30 menit dalam
waktu 3 hari berturut-turut diselingi periode inkubasi. Spora yang resisten akan
berkecambah selama masa inkubasi sehingga sel vegetatifnya bisa dihancurkan pada
pemanasan berikutnya. Tyndallisasi dapat membunuh sel vegetatif sekaligus spora
mikrobia tanpa merusak zat-zat yang terkandung pada bahan yang diproses. Metode
sterilisasi bertahap ini digunakan untuk bahan yang tidak tahan oleh pemanasan di atas
suhu 100oC.
Sterilisasi adalah proses pemanasan yang bertujuan untuk membunuh sel maupun
spora mikrobia. Sterilisasi bisa dilakukan dalam kondisi udara kering atau basah,
pemanasan dalam kondisi basah atau lembab lebih efektif dibanding kondisi kering karena
sel mikrobia lebih mudah mengalami koagulasi.
Contoh penggunaan panas-lembab adalah pada alat autoklaf, yaitu alat sterilisasi
yang menggunakan uap bertekanan sehingga dapat dicapai suhu di atas titik didih air.
Umumnya autoklaf dijalankan pada kondisi suhu 121oC, tekanan 15 lb/inc2 (= 5kg/cm2) atau
sekitar 1,5 atmosfir, lama proses tergantung sifat bahan, tipe wadah, volume bahan. Udara
merupakan penghantar panas yang buruk, oleh karena itu harus dikeluarkan dari ruangan
autoklaf dan digantikan dengan uap jenuh. Apabila masih ada udara, maka suhu dalam
ruang tersebut akan turun jauh di bawah suhu yang bisa dicapai oleh uap jenuh murni pda
tekanan yang sama. Yang penting dalam mematikan mikrobia adalah suhu tinggi dari uap
dan bukan tekanan uap. Pada laboratorium mikrobiologi, autoklaf digunakan untuk proses
sterilisasi media. Waktu yang diperlukan untuk sterilisasi tergantung pada sifat bahan yang
disterilkan, tipe wadah dan volume bahan. Misalnya 1000 tabung reaksi masing-masing
berisi 10 ml medium cair, dapat disterilkan dalam waktu 10-15 menit pada suhu 121oC,
tetapi untuk jumlah medium yang sama apabila ditempatkan dalam 10 buah wadah
berukuran satu liter, perlu waktu 20-30 menit pada suhu yang sama untuk bisa steril.
Sterilisasi dengan panas kering dianjurkan apabila penggunaan uap bertekanan
tidak dikehendaki atau bila tidak dapat terjadi kontak antara uap bertekanan dengan benda

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 28


yang disterilkan. Hal ini misalnya dilakukan untuk sterilisasi peralatan gelas seperti
erlenmeyer, petridis, pipet, tabung reaksi dengan pemanasan kering pada suhu 160oC
selama 2 jam dengan oven.
b. Suhu rendah :
Suhu rendah hanya dapat menghambat metabolisme mikrobia, tetapi tidak dapat
membunuh mikrobia sehingga tidak dapat diandalkan sebagai metode sterilisasi. Apabila
suhu yang digunakan di atas titik beku air disebut pendinginan, sedangkan apabila di
bawah titik beku air disebut pembekuan. Sebagian besar mikrobia terhambat
pertumbuhannya apabila berada pada suhu rendah. Metode ini digunakan untuk
mengawetkan biakan mikrobia yang bisa tetap hidup berbulan-bulan pada suhu almari es
sekitar 4-7oC. Suhu jauh di bawah 0oC yaitu dengan menggunakan CO2 beku ( -70oC) atau
nitrogen cair (- 195oC) banyak digunakan pula untuk mengawetkan biakan mikrobia.
c. Pengeringan :
Untuk kehidupannya mikrobia memerlukan sejumlah air sehingga kondisi kering
dapat menghambat atau menghentikan metabolisme mikrobia. Lamanya suatu mikrobia
bisa bertahan pada kondisi kering tergantung dari berbagai faktor seperti jenis mikrobia,
kesempurnaan proses pengeringan, kondisi fisik (suhu, cahaya, kelembaban). Spora
bersifat tahan terhadap kekeringan.
d. Tekanan osmose ;
Osmosis adalah difusi melintasi membran semipermeabel yang memisahkan dua
macam larutan dengan konsentrasi solut yang berbeda. Proses ini cenderung untuk
menyamakan konsentrasi solut pada kedua sisi membran. Contoh : sel yang ditempatkan
dalam larutan NaCl konsentrasi tinggi (20%) maka air akan mengalir dari dalam sel (yang
konsentrasi solutnya lebih rendah) ke larutan di luar sel, akibatnya sel akan terhidrasi.
Kondisi ini disebut sel mengalami plasmolisis. Sebaliknya sel mikrobia yang ditempatkan
dalam larutan dengan konsentrasi NaCl sangat rendah (<1 %), maka arah aliran air dari luar
sel masuk ke dalam sel, atau sel mengalami plasmoptisis.

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 29


e. Radiasi :
Sinar dengan panjang gelombang pendek (X, UV) bersifat lethal bagi mikrobia. UV
merupakan unsur bakterisidal utama pada sinar matahari yang bisa menyebabkan
denaturasi protein, kerusakan DNA, pembentukan H2O2 dan peroksida organik. Cahaya
sinar UV digunakan untuk membunuh mikrobia, mencegah infeksi melalui udara pada
ruang bedah. Radiasi sinar pengion (misalnya sinar X) mempunyai kapasitas lebih besar
untuk menginduksikan perubahan yang mematikan pada DNA sel. Cara ini sudah
digunakan untuk sterilisasi barang-barang seperti benang bedah.
f. Filtrasi :
Alat penyaring (filter) bakteri, digunakan untuk bahan yang bersifat termolabil
misalnya larutan serum, antibiotik, antitoksin. Pada filter bakteri, yang tertahan hanya
bakteri, sedangkan virus lolos. Contoh filter bakteri : Berkefeld (dari fosil diatomae),
Chamberland (dari porselen), Seitz dari asbes. Filter udara digunakan untuk menyaring
udara, berisi partikel HEPA (High Efficiency Particulate air filter) memungkinkan
dialirkannya udara bersih ke dalam ruang tertutup dengan sistem aliran udara laminar
(laminar Air flow).
2. Pengendalian dengan proses kimia :
Syarat bahan yang dapat digunakan dalam pengendalian cara kimia a.l. : mempunyai
daya antimikrobia pada konsentrasi rendah dengan spektrum luas pada suhu kamar/suhu
tubuh, larut dalam air atau pelarut lain, stabil dalam waktu cukup lama, tidak bersifat racun
bagi manusia/hewan (hanya mematikan bagi mikrobia), homogen, tersedia dalam jumlah besar
dengan harga pantas.
Jenis-jenis bahan anti mikrobia :
a. Fenol dan senyawa fenolat
Senyawa Fenolat mempunyai sifat bakterisida atau bakteriostatik, tergantung
konsentrasi. Beberapa senyawa fenolat bersifat fungistatik. Mekanisme kerja senyawa
ini adalah mendenaturasi protein sel, merusak membran sel. Contoh senyawa fenolat
yaitu fenol, kresol. Senyawa fenolat erupakan desinfektan permukaan yang terbaik
untuk benda-benda mati.

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 30


b. Alkohol :
Etil alkohol/etanol efektif pada konsentrasi 50-70% terhadap sel vegetatif. Metil
alkohol/metanol kurang bakterisidal dibanding etanol, tidak digunakan karena sangat
beracun, uapnya bisa menyebabkan kebutaan. Alkohol biasa digunakan sebagai
desinfektan termometer oral dan untuk mengurangi mikrobia pada permukaan kulit.
Cara kerjanya dengan mendenaturasi protein, disamping itu alkohol bisa melarutkan
lipid sehingga juga mampu merusak membran sel .
c. Halogen :
Iodium bersifat germisida, efektif terhadap bakteri, jamur, virus, spora, cara
kerjanya adalah dengan menginaktifkan enzim. Kelarutan iodium dalam air rendah
tetapi mudah larut dalam alkohol dan kalium/natrium iodida. Iodium tinctur merupakan
campuran 2% iodium, 2% NaI, 50% alkohol, biasa digunakan untuk mendesinfeksi kulit
sebelum operasi.
Chlor dalam bentuk gas yang dimampatkan sehingga berbentuk cair biasa
digunakan untuk mendesinfeksi air minum. Dalam bentuk persenyawaan misalnya
kalium hipoklorit (Ca(OCl)2) atau kaporit dan Natrium hipoklorit (NaOCl) banyak
digunakan di rumah tangga dan industri. Kaporit dengan konsentrasi 5-70% digunakan
sebagai desinfektan untuk alat-alat persusuan, alat makan. Larutan NaOCl 5-12%
digunakan sebagai pemutih. Cara kerja : chlor bila bereaksi dengan air akan terbentuk
asam hipoklorit.
Cl2 + H2O HCl + HClO selanjutnya HClO HCl + O
Oksigen yang dibebaskan merupakan oksidator kuat sehingga bisa merusak komponen
sellular mikrobia , Cl sendiri bisa mengikat protein, sehingga mikrobia akan mati.
d. Logam berat :
Yang paling efektif adalah Hg, Pb, Ag. Dalam konsentrasi rendah, logam berat bisa
mematikan mikrobia (daya oligodinamik), cara kerjanya adalah bisa mendenaturasi
protein.

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 31


e. Deterjen :
Merupakan zat yang bisa menurunkan tegangan permukaan, salah satu contohnya
adalah sabun. Sabun bisa menurunkan tgangan permukaan, meningkatkan sifat
membasah dari air,air sabun dapat mengemulsikan minyak dan kotoran, mikrobia akan
terperangkaap dalam busa sabun sehingga mudah hilang setelah dibilas air. Daya
menghilangkan mikrobia dari sabun sifatnya mekanis , untuk meningkatkan
efektifitasnya ditambahkan zat germisida ke dalam sabun.
f. Aldehid :
Bekerja dengan cara mendenaturasi protein, memecah ikatan hidrogen,efektif
terhadap semua jenis mikrobia, kuali spora bakteri. Contoh : formaldehid (bentuk gas),
dalam bentuk cair dengan kandungan formaldehid 37-40% dikenal sebagai formalin,
digunakan untuk sterilisasi ruang, uapnya berbahaya, bisa merusak kulit.

Antibiotik
Antibiotik adalah produk metabolik yang dihasilkan suatu mikroorganisme yang dalam
jumlah amat kecil bersifat merusak atau menghambat mikroorganisme lainnya. Penelitian
Alexander Fleming pada tahun 1929 , pada cawan agar yang diinokulasi dengan Staphylococcus
aureus yang terkontaminasi oleh jamur Penicillium memperlihatkan bahwa koloni jamur
tersebut dikelilingi oleh suatu zone jernih yang menunjukkan adanya penghambatan
pertumbuhan bakteri. Senyawa antibiotik yang dihasilkan jamur tersebut oleh Fleming diberi
nama penisilin yang kemudian sangat bermanfaat dalam pengobatan penyakit menular yang
sulit diatasi sebelum ditemukannya penisilin. Cara kerja penisilin adalah menghambat
pembentukan dinding sel bakteri dengan cara mencegah digabungkannya asam N-
asetilmuramat yang dibentuk di dalam sel, ke dalam struktur mukopeptide yang biasanya
memberi bentuk kaku pada dinding sel bakteri.
Contoh senyawa antibiotik lainnya yaitu streptomisin yang dihasilkan oleh Streptomyces
griseus, suatu bakteri tanah. Antibiotik ini digunakan dalam terapi tuberkulosis, cara kerjanya
adalah menyebabkan distorsi pada subunit ribosom sehingga mengganggu sintesis protein.
Tetrasiklin merupakan antibiotik lainnya yang dihasilkan bakteri genus Streptomyces,

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 32


merupakan antibiotik berspektrum luas, bekerja dengan mekanisme menghalangi terikatnya
RNA sehingga sintesis protein terhambat.

Mikrobia sebagai biopestisida


Penggunaan mikrobia sebagai pestisida telah banyak diterapkan untuk menggantikan
pestisida kimia sintetik yang banyak mencemari lingkungan. Penggunaan pestisida mikrobia
merupakan bagian dari pengendalian hama secara hayati. Salah satu keuntungan pestisida yang
dikembangkan dari mikrobia adalah dapat berkembangbiak secara cepat dalam jasad inang,
dapat bertahan hidup di luar inang, mudah tersebar di alam. Namun kelemahannya yaitu tidak
secara aktif mencari inang sasarannya.
Mikrobia yang telah dikembangkan untuk biopestisida antara lain :
a. Virus penyebab penyakit hama seperti NPV (Nuclear Polyhidrosis Virus), CPV
(Cytoplasmic Polyhidrosis Virus) dan GV (Granulosis Virus) digunakan dalam
pengendalian Lepidoptera, baculovirus untuk mengendalikan Lepidoptera, hymenoptera
dan diptera.
b. Bakteri yang dapat mematikan serangga hama, misalnya Bacillus turingiensis (Bt).
Bakteri ini digunakan untuk pengendalian lepidoptera, hymenoptera, diptera dan
coleoptera. Bakteri ini bisa menghasilkan kristal protein toksin yang dapat emamtikan
serangga hama. Bakteri lainnya yaitu Pseudomonas aeruginosa, Proteus vulgaris untuk
mengendalikan belalang, Pseudomonas septica dn Bacillus larvae untuk hama kumbang.
c. Jamur yang termasuk entomophagus dapat digunakan untuk mengendalikan hama,
misalnya Metarhizium anisopliae untuk mengendalikan kumbang Rhinoceros dan
belalang coklat. Beauveria bassiana untuk mengendalikan kumbang kentang,
Gliocladium roseum untuk mengendalikan nematoda.

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 33


BAB V. MIKROBIOLOGI PANGAN

Bahan makanan baik yang berasal dari tanaman maupun hewan, pada dasarnya
merupakan benda hidup yang tersusun oleh berbagai senyawa kompleks seperti protein,
karbohidrat, lemak, yang akan terus mengalami perubahan-perubahan biologis. Adanya
kandungan berbagai senyawa dalam bahan makanan menjadikan bahan makanan sebagai
substrat (tempat) yang sesuai untuk pertumbuhan mikrobia. Apabila kondisi lingkungan
(misalnya kadar air, suhu) memungkinkan, maka mikrobia akan tumbuh dan berkembang dan
melakukan proses penguraian senyawa-senyawa dalam bahan makanan dalam rangka untuk
mempertahankan kehidupannya. Senyawa organik (karbohidrat, protein, lipida, dsb.)
diurai menjadi senyawa an organik (nitrat, sulfat, dsb.) dan dihasilkan energi. Proses penguraian
(degradasi) terjadi secara enzimatis yang bisa berlangsung dalam kondisi aerob (dengan
kehadiran oksigen) atau an aerob (tanpa kehadiran oksigen).
Tabel1. Komposisi Umum Bahan Makanan
Jenis makanan Kandungan senyawa organik (%)
Protein Karbohidrat Lemak
Buah-buahan 2-8 85- 97 0-3
Sayuran 15-30 50-85 0-5
Ikan 70-96 0 5-30
Telur 51 3 46
Daging 35-50 0 50-65
Susu 30 40 30

Tabel 2. Degradasi biologis senyawa organik


Senyawa Enzim Hasil akhir
Proses an aerob Proses aerob
Protein Proteinase Asam amino, amonia, Ammonia, nitrit, nitrat,
H2S, metan, CO2, H2, H2S, H2SO4, alkohol,
alkohol, asam organik, asam organik, CO2,
fenol, indol H2O
Karbohidrat Karbohidrase CO2, H2, alkohol, asam alkohol, asam lemak,
lemak CO2, H2O
Lemak Lipase Asam lemak, CO2, H2, Asam lemak, gliserol,
alcohol alkohol, CO2, H2O

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 34


Peran mikrobia pada bahan makanan
Melalui proses penguraian yang dilakukannya, mikrobia dalam bahan makanan bisa
mendatangkan keuntungan atau kerugian.
1. Yang menguntungkan :
Mikrobia berperan dalam pembuatan berbagai macam makanan melalui proses
fermentasi. Apabila prosesnya menghasilkan alkohol disebut fermentasi alkoholis, misalnya
pada pembuatan bir, anggur, tuak, brem. Apabila tidak dihasilkan alkohol dan dihasilkan
senyawa lain seperti asam organik, vitamin, asam amino, disebut fermentasi non alkoholis,
misalnya pada pembuatan tempe, kecap, oncom, tauco,keju, yoghurt. Pada proses fermentasi
makanan, selain akan dihasilkan cita rasa yang lebih baik juga bisa meningkatkan nilai gizi
makanan. Misalnya pada pembuatan tempe dari kedelai, protein dalam kedelai diubah menjadi
bentuk yang lebih mudah larut sehingga lebih mudah dicerna dan diserap oleh alat
pencernakan dan terbentuk vitamin tertentu yang bermanfaat bagi manusia.
Tabel 3. Mikrobia yang berperan pada pembuatan makanan
Jenis makanan Mikrobia
Yoghurt Streptococcus thermophilus, Lactobacillus
bulgaricus
Tempe Rhizopus oligosporus, Rhizopus oryzae
Tape Amylomyces rouxii, Saccharomyces
cerevisiae
Nata de coco Acetobacter xylinum
Oncom (dari Neurospora sitophyla
bungkil/ampas kacang
tanah+ampas tahu)
Kecap Aspergillus wentii, Rhizopus spp.
Tauco Rhizopus oligosporus, Rhizopus stolonifer,
Rhizopus oryzae
Ikan pindang Makasar Lactobacillus spp.
Asinan sayur Lactobacillus spp.

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 35


2. Yang merugikan :
Kehadiran mikrobia dalam makanan bisa menimbulkan kerugian bila menimbulkan
perubahan bau, rasa, warna yang tidak dikehendaki, menurunkan berat/volume, menurunkan
nilai gizi, menghasilkan toksin yang berbahaya. Kerusakan makanan oleh mikrobia yang dikenal
dengan proses pembusukan, disebabkan oleh bakteri atau jamur yang berasal dari lingkungan
eperti susu, telur, baik dari udara,air atau benda-benda lain. Bahan makanan seperti susu,
daging, telur, sayuran dan buah-buahan akan cepat membusuk apabila dibiarkan begitu saja
pada penyimpanan. Dari bau busuk yang dihasilkan bisa diperkirakan kelompok mikrobia
penyebabnya. Pada kelompok mikrobia proteolitik (misalnya Achromobacter, Flavobacterium),
tercium bau busuk khas karena dihasilkannya senyawa berupa gas amoniak, kelompok bakteri
indol (Sarcina, Pseudomonas) menghasilkan senyawa indol, kelompok bakteri laktat
(Streptococcus, Leuconostoc, Lactobacillus) menghasilkan senyawa asam laktat.
Tabel 4. Tipe umum kerusakan pada bahan makanan
Jenis makanan Tipe pembusukan Mikrobia penyebab kerusakan
Bakteri Fungi
Sayur buah segar Bacterial soft rot Erwinia carotovora
Rhizopus soft rot Rhizopus nigricans
Black mold rot Aspergillus niger
Blue mold rot Penicillium spp.
Gula, madu, sirup Yeasty honey Zygosaccharomyces,
Torula
Ropy sirup Aerobacter aerogenes
Sari buah Asam Acetobacter
Roti Bau tengik Bacillus spp.
Berjamur Rhizopus,
penicillium,
Aspergillus
Daging segar Berwarna merah Serratia marcescens
Membusuk Clostridium,
Pseudomonas,
Chromobacterium,
Proteus
Dendeng Rasa asam Chromobacterium,
Bacillus, Pseudomonas
Membiru, menghijau, Lactobacillus,
berlendir Leuconostoc
Berjamur Penicillium,

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 36


Aspergillus,
Rhizopus
Telur Green rot Pseudomonas
fluorescens
Black rot Proteus
Berjamur Penicillium,
Clodosporium
Ikan Kehilangan warna Pseudomonas spp.
Membusuk Chromobacterium,
Flavobacterium
Makanan kaleng Flat sour spoilage (kerusakan Bacillus
asam datar), terbentuk asam,
permukaan kaleng datar
Pada makanan berasam
rendah
Kerusakan AT (an aerob Clostridium
termofilik),memfermentasi thermosaccharolyticum
gula dihasilkan asam dan gas,
permukaan kaleng
menggelembung
Pada makanan berasam
rendah
Kerusakan sulfide, Desulfotomaculum
menghasilkan gas H2S nigrificans

Faktor yang mempengaruhi perkembangan mikrobia


Kadar air bahan makanan memegang peran yang sangat menentukan terhadap kualitas
dan masa simpannya. Aktivitas mikrobia dan enzim memerlukan air dalam jumlah yang cukup.
Mikrobia tidak dapat tumbuh dan berkembang apabila air dalam bahan tidak mencukupi.
Berdasar hal tersebut, kerusakan karena mikrobia pada bahan makanan bisa dicegah dengan
cara membuat kadar air bahan di bawah nilai minimal yang dibutuhkan oleh mikrobia untuk
pertumbuhan dan perkembangannya. Kadar air dalam suatu bahan erat berhubungan dengan
nilai RH (Relative humidity), sedangkan nilai RH adalah 100 x nilai aw. Nilai aw menunjukkan
jumlah air dalam bahan yang bisa dimanfaatkan untuk aktivitas mikrobia dan enzim. Pada tabel
berikut dapat dilihat nilai aw minimum untuk pertumbuhan berbagai mikrobia.

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 37


Tabel 5. Nilai aw minimum untuk pertumbuhan mikrobia
Jenis mikrobia Nilai aw
Bakteri pembusuk 0,91
Ragi pembusuk 0,88
Jamur pembusuk 0,80
Bakteri halofilik 0,75
Jamur aerofilik 0,65
Ragi osmofilik 0,60

Perkembangan mikrobia pada bahan makanan juga dipengaruhi oleh nilai pH bahan.
Masing-masing mikrobia mempunyai nilai pH maksimum dan minimum untuk pertumbuhannya
seperti dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6. Nilai pH maksimum dan minimum untuk perkembangan mikrobia
Jenis mikrobia pH maksimum pH minimum
Escherichia coli 9,0 4,4
Salmonella typhi 8,0 4,5
Streptococcus lactis 4,3-4,8
Lactobacillus spp. 7,2 3,8-4,4
Thiobacillus thiooxidans 9,8 1,0
Ragi 11,0 1,5-2,0
Jamur 8,0-8,5 2,5

Pemanfaatan mikrobia pada pembuatan produk makanan


Beraneka macam produk makanan bisa dihasilkan dengan memanfaatkan mikrobia
tertentu, misalnya tempe, tape, keju, yoghurt, kecap, terasi, dll. Proses fermentasi makanan
sudah berabad-abad dikenal sebagai suatu cara yang murah, mudah, praktis dan aman untuk
membuat berbagai jenis makanan, minuman, dan merupakan salah satu cara untuk
pengawetan. Proses fermentasi makanan mempunyai peran penting ditinjau dari segi
peningkatan nilai nutrisi, nilai sanitasi dan sifat-sifat organoleptik makanan.

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 38


Proses fermentasi pada awalnya hanya terbatas diketahui sebagai proses perubahan
karbohidrat (bisa gula atau tepung) menjadi alkohol dengan bantuan ragi. Hal ini berhubungan
dengan pembuatan sejenis minuman beralkohol yaitu anggur dan bir. Namun pengertian
fermentasi berkembang lebih luas tidak hanya terbatas pada pembuatan minuman beralkohol,
juga meliputi semua proses yang melibatkan mikrobia, baik yang menghasilkan alkohol taupun
tidak, sehingga dikenal proses fermentasi alkoholik dan non alkoholik.
a. Pembuatan tempe
Tempe merupakan salah satu makanan tradisional asli dari Indonesia. Tempe dikenal
sebagai sumber protein nabati yang murah dan mudah pembuatannya, tidak mengandung efek
negatif bagi kesehatan bila dibandingkan dengan telur dan daging berlemak yang mengandung
kolesterol. Peran jamur Rhizopus (R. Oligosporus dan R. Stolonifer) pada pembuatan tempe
menyebabkan perubahan kimia pada protein, lemak dan karbohidrat pada kedelai sehingga
menjadi lebih mudah dicerna, jumlah protein terlarut pada tempe meningkat 3-4 kali lipat
dibanding protein kedelai. Kedelai yang mempunyai kandungan 40 % protein, 17 % karbohidrat
dan 18 % lemak, selama fermentasi kadar lemak menurun menjadi 13,6 %, sedangkan
karbohidrat menjadi 0,9 %. Selama proses fermentasi juga dihasilkan antibiotik yang bisa
mencegah penyakit perut seperti diare.
Bahan-bahan yang dibutuhkan pada pembuatan tempe terdiri dari kedelai (10 kg), ragi
tempe (20 gr atau 10 lempeng) dan air secukupnya. Kedelai mula-mula dibersihkan dari kotoran
dan benda asing lainnya kemudian direndam semalam agar kulitnya mudah terlepas. Kulit ari
dilepas dengan menggunakan mesin pengupas atau secara tradisonal dengan cara diinjak-injak.
Kedelai kemudian dicuci berkali-kali sampai bersih dan dikukus selama 1 jam, angkat dan
didinginkan dengan cara dihamparkan pada tampah. Setelah dingin ditaburi ragi tempe secara
merata. Campuran kemudian dibungkus dengan daun pisang atau plastik. Plastik harus
dilubangi dahulu agar jamur mendapatkan oksigen untuk bisa tumbuh dengan baik. selanjutnya
dilakukan fermentasi selama 1 malam maka akan tumbuh benang-benang miselium berwarna
putih.
Di daerah Jawa barat dikenal tempe oncom yang dibuat dari bungkil kacang tanah
(kacang tanah yang sudah diambil minyaknya). Jamur oncom (Neurospora sitophyla) akan

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 39


mengurai pati, protein dn lemak pada bungkil kacang menjadi alkohol dan ester. Pada
pembuatan oncom, kadar protein menurun 50 % karena terjadinya kenaikan kadar air.
Perbedaan warna, rasa oncom dari berbagai daerah dikarenakan strain jamur oncom yang
digunakan berbeda.
b. Pembuatan kecap
Kecap merupakan produk fermentasi yang dibuat dari kedelai hitam. Untuk
mempercepat fermentasi biasanya dicampurkan sumber C (energi) berbentuk tepung beras
atau nasi. Warna larutan kecap tergantung dari waktu perendaman dalam larutan garam.
Proses fermentasi kecap dikenal sebagai fermentasi garam. Kecap encer biasanya mengandung
lebih banyak garam, sedangkan kecap kental ditambahkan gula merah. Jamur yang berperan
pada pembuatan kecap yaitu Aspegillus wentii dan Rhizopus sp. Kadar protein kecap hanya 2 %,
padahal kadar protein kedelai sekitar 40 %. Hal tersebut terjadi karena protein masih banyak
yang terikut pada amps kecap yang biasanya hanya dimanfaatkan sebagai makanan ternak.
Bahan-bahan yang dibutuhkan pada pembuatan kecap terdiri dari kedelai, jamur tempe,
dun salam, sereh, daun jeruk, laos, pekak, gula merah, garam dapur (dalam jumlah banyak, 800
gr per liter air), air. Kedelai yang sudah dicuci bersih, direndam semalam, lalu direbus sampai
lunak. Kedelai ditiriskan di tampah dan biarkan sampai dingin. Setelah dingin dicampur dengan
ragi tempe dan disimpan selama 3-5 hari. Setelah kedelai ditumbuhi jamur berwarna putih
merata, tambahkan larutan garam dan tempatkan dalam wadah, biarkan selama 3-4 minggu
pada suhu kamar. Selanjutnya ditambahkan air dan dimasak, kemudin disaring. Hasil saringan
berupa larutan yang kemudian dimasak lagi bersama bumbu-bumbu. Selama pemasakan
dilakukan pengadukan. Perebusan dihentikan setelah mendidih dan tidak berbuih. Larutan
kecap yang sudah matang kemudian disaring dengan kain dan siap dikemas.
c. Pembuatan Nata de Coco
Nata de coco merupakan makanan hasil fermentasi air kelapa oleh bakteri Acetobacter
xylinum. Bahan-bahan yang diperlukan pada pembuatan nata de coco yaitu air kelapa (2,5 l),
gula pasir (200 gr), pupuk ZA/urea (1/2 sendok makan), asam cuka glasial (1/2 sendok makan),
bibit/starter bakteri Acetobacter xylinum 200 ml. Semua bahan direbus kecuali bibit bakteri dan
asam. Saring dan dinginkan sampai suhu 25-30oC. Tanmbahkan bibit bakteri dan asam cuka,

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 40


aduk rata. Tuang larutan ke loyang plastik sampai ketinggian 2 cm. Tutup dengan kertas,
inkubasikan atau difermentasi selama kurang lebih 1 minggu pada suhu kamar di tempat yang
gelap. Setelah terbentuk lapisan nata, angkat , potong-potong, rendam dalam air bersih
semalam untuk menghilangkan rasa asam. Cuci bersih nata dan direbus, dan kemudian masak
dengan larutan gula, selanjutnya siap dikemas.
d. Pembuatan tape
Tape merupakan makanan fermentasi dari singkong atau beras ketan. Pada pembuatan
tape digunakan ragi tape yang berisi berbagai macam mikrobia yang menguraikan senyawa
pada bahan dasar sehingga dihasilkan gula, alkohol, asam yang membuat rasa tape khas manis,
asam dan bau menyengat dari alkohol. Pati dalam bahan mengalami pemecahan menjadi gula
oleh jamur Amylomyces rouxii . Gula akan mengalami perubahan lebih lanjut menjadi alkohol
yang dilakukan oleh yeast Saccharomyces cerevisiae (reaksinya secara kimiawi yaitu
C6H12O6 2 C2H5OH + 2 CO2). Timbulnya rasa asam pada tape karena
perubahan alkohol menjadi asam oleh bakteri Acetobacter aceti (reaksinya C2H5OH
CH3COOH + H2O ).
e. Pembuatan yoghurt
Yoghurt merupakan minuman yang dibuat dari susu yang difermentasi. Yoghurt
mempunyai manfaat positif dalam penyembuhan luka pada lambung dan usus , bisa
menurunkan kolesterol dalam darah. Mikrobia yang digunakan pada pembuatan yoghurt yaitu
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus. Untuk membuat yoghurt, susu
dipasteurisasi terlebih dahulu yaitu dipanaskan sekitar suhu 70oC dalam waktu singkat dengan
tujuan untuk mematikan mikrobia yang lain. Susu kemudian didinginkan lalu ditambahkan
bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus dalam perbandingan yang
sama selanjutnya disimpan selama kira-kira 5 jam pada suhu 45oC. Selama inkubasi, pH akan
turun menjadi 4 karena adanya perubahan laktosa dalam susu menjadi asam laktat, juga
dihasilkan senyawa aroma dan cita rasa tertentu. Lactobacillus bulgaricus lebih berperan pada
pembentukan roma, sedngkan Streptococcus thermophillus lebih berperan pada pembentukan
cita rasa. Pada yoghurt bisa ditambahkan gula, buah atau perasa lainnya.

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 41


Pada fermentasi yoghurt, sel-sel bakteri menggunakan laktosa dari susu untuk
mendapatkan karbon dan energi dan memecah laktosa menjadi gula sederhana yaitu glukosa
dan galaktosa. Yoghurt mempunyai ujud lebih kental karena suasana asam menyebabkan
protein susu terkoagulasi.
f. Pembuatan SCP (Single Cell Protein )
Single cell Protein atau PST (Protein Sel Tunggal) merupakan protein yang dihasilkan dari
mikrobia. Protein merupakan zat gizi yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Jumlah
penduduk dunia yang mengalami peningkatan pesat dan adanya ketidakseimbangan dalam
penyediaan pangan, terutama protein, telah memicu adanya upaya untuk menggunakan suatu
teknologi non konvensional untuk menghasilkan protein. Secara konvensional protein
dihasilkan melalui kegiatan peternakan dan perikanan. Pada pembuatan PST, digunakan
mikrobia sebagai jasad pemroses yaitu berupa bakteri, jamur, algae, khamir. Alasan pemilihan
mikrobia sebagai jasad pmroses adalah karena :
- Mikrobia mempunyai waktu generasi (waktu yang diperlukan untuk tumbuh dari 1 sel
menjadi 2 dan seterusnya) yang singkat. Waktu generasi ragi 0,5-2 jam, jamur 2-6 jam,
mikroalgae 4-14 jam.
- Mikrobia bisa dengan cepat mengalami perubahan/mutasi karena pengaruh lingkungan
yang baru sehingga bisa dimanfaatkan untuk kepentingan pemuliaan.
- Kandungan protein mikrobia sangat tinggi (7-12 % per berat kering). Perbandingan
dengan produksi protein hewani maupun nabati yaitu : dari 1000 kg berat sapi
dihasilkan 1 kg protein per hari, dari 1000 kg berat kedelai dihasilkan 80 kg protein per
hari, dari 1000 kg mikrobia /ragi dihasilkan 50.000 kg protein per hari.
- Bahan baku bisa memanfaatkan limbah (tetes, onggok/ampas pabrik tapioka)
- Tidak tergantung musim.
Mikrobia yang digunakan dalam produksi SCP harus memenuhi persyaratan tertentu
yaitu dapat tumbuh dan berkembang cepat, tidak memproduksi racun, syarat hidup mudah,
mudah dipanen. Jenis mikrobia pemroses PST dari kelompok bakteri misalnya Bacillus,
Hydrogenomonas, Pseudomonas, dari kelompok ragi misalnya Candida, Rhodotorula,

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 42


Endomycopsisi, Saccharomyces, dari kelompok jamur misalnya pleurotus, agaricus, Lentinus,
dari kelompok mikroalgae misalnya Chlorella, Spirulina.

Pengawetan bahan makanan


Bahan makanan seperti susu, daging, ikan, sayuran dan buah-buahan mempunyai sifat
mudah rusak baik karena reaksi fisiologi alami dalam bahan, pengaruh kondisi fisik lingkungan
(suhu, kelembaban, cahaya) atau karena pertumbuhan mikrobia. Untuk itu diperlukan
perlakuan-perlakuan tertentu untuk mencegah kerusakan agar bahan makanan bisa
dimanfaatkan semaksimal mungkin. Cara pengawetan bahan makanan dibedakan menjadi tiga
yaitu cara fisik, kimia dan biologi.
1. Pengawetan cara fisik :
a. Pengeringan (desikasi/dehidrasi)
Pengeringan merupakan perlakuan untuk menurunkan kadar air bahan sehingga air
yang tersisa tidak dapat digunakan oleh mikrobia maupun untuk berlangsungnya reaksi
enzimatis. Contoh pada ikan, kismis, biji-bijian yang dikeringkan.
b. Suhu tinggi
Penggunaan suhu tinggi umumnya di atas 65oC, misalnya dengan cara pendidihan,
pasteurisasi, sterilisasi. Pasteurisasi ada dua metode yaitu LTH (Low Temperature
Holding) dengan suhu 62,8oC selama 30 menit, dan HTST (High Temperature Short Time)
dengan suhu 71,7oC 15 detik. Sterilisasi pada produk susu kotak/susu UHT dilakukan
pada suhu 148,9oC selama 1-2 detik.
c. Suhu rendah
Suhu rendah bisa menghambat pertumbuhan mikrobia. Penyimpanan pada suhu rendah
di atas titik beku air, disebut pendinginan, biasanya 5-8oC pada almari pendingin/kulkas,
yang bisa memberikan perpanjangan daya simpan 3-7 hari. Apabila menggunakan suhu
0oC atau lebih rendah disebut pembekuan, bisa memberikan daya pengawetan yang
lebih lama sampai beberapa bulan atau tahun. Suhu rendah tidak bisa digunakan
sebagai sarana sterilisasi.

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 43


2. Pengawetan cara kimia ;
a. Penggunaan garam
Garam bisa meningkatkan tekanan osmotik bahan, menurunkan nilai aw bahan, contoh
penggunaan garam dengan kadar tinggi misalnya pada ikan asin
b. Penggunaan gula
Gula juga bisa meningkatkan tekanan osmotik bahan, menurunkan aw, misalnya pada
produk manisan, dodol
c. Penurunan pH
Dengan menurunkan keasaman (pH direndahkan, umumnya di bawah 5,5) akan bisa
menghambat pertumbuhan mikrobia perusak, hal ini dilakukan dengan menambahkan
asam organik seperti asam benzoat, asam propionat, asam sorbat
d. Dengan antibiotik
Antibiotik merupakan senyawa yang bisa menghambat pertumbuhan mikrobia,
misalnya tetrasiklin, khlortetrasiklin pada kadar 7 ppm.
3. Pengawetan cara biologi ;
Pengawetan dengan cara biologi misalnya dengan proses fermentasi sehingga terbentuk
alkohol, asam laktat yang bisa menghambat pertumbuhan mikrobia pembusuk
4. Pengawetan dengan radiasi ;
Pengawetan dengan cara radiasi misalnya menggunakan sinar dengan panjang gelombang
pendek seperti sinar UV, gamma

Penyakit karena mikrobia yang terbawa melalui makanan (Foodborn disease):


Penyakit yang terbawa melalui makanan dapat dibedakan menjadi dua :
1. Infeksi : penyakit yang terjadi karena masuknya sel mikrobia yang terbawa oleh
makanan.
a. Infeksi karena Salmonella (Salmonellosis)
Misalnya penyakit Typhus yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhimurium.
Penyakit ini dapat tersebar melalui perantara berupa unggas, tikus, lalat, kecoa.
Cara pencegahan : - hindari kontaminasi, memanaskan makanan ( suhu 66oC, 20 menit).

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 44


b. Infeksi karena Clostridium perfringens
Penyakitnya disebut : gastroenteritis, gejala : sakit perut, diare, terbentuk gas.
Makanan yang banyak menimbulkan penyakit ini adalah dari bahan daging yang
basi.
Pencegahannya : memanaskan kembali makanan yang sudah dingin
c. Infeksi karena Vibrio parahaemolyticus
Penyakit ini terjadi karena mengkonsumsi ikan segar/mentah. Gejala penyakit ini :
sakit perut, diare berair mengandung darah, muntah, demam.
Pencegahannya : memasak makanan, menjaga kebersihan

2. Intoksikasi : penyakit yang terjadi karena racun yang dihasilkan mikrobia dan masuk ke
tubuh lewat makanan
a. Intoksikasi oleh Clostridium botulinum
Bakteri ini bisa menghasilkan racun yang disebut botulinin, sedangkan penyakit
karena racun botulinin disebut botulisme. Racun yang dihasilkan Cl. botulinum ini
sangat berbahaya / sangat mematikan, gejala penyakit ini : diare, pusing, otot
lumpuh, sulit bernapas. Clostridium botulinum dapat memproduksi racun dalam
keadaan an aerob. Bakteri ini dapat berkembang dalam makanan kaleng yang
proses sterilisasinya kurang baik.
Cara pencegahan penyakit ini : memanaskan makanan kaleng sampai
mendidih/100oC terutama yang pH-nya > 4,5 minimal selama 15 menit (biasanya
produk daging, ikan ), proses sterilisasi makanan kaleng yang baik.
b. Intoksikasi Pseudomonas cocovenenans
Jamur ini tumbuh pada tempe bongkrek yang menggunakan campuran berupa
ampas kelapa yang telah basi. Racun yang dihasilkan jamur tersebut ada 2 macam
yaitu toksoflavin dan asam bongkrek. Pencegahannya : menurunkan pH
bahan/substrat sampai di bawah 5,5 untuk mencegah pertumbuhan P.
cocovenenans.

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 45


c. Intoksikasi oleh jamur
Contohnya : racun aflatoksin yang dihasilkan oleh Aspergillus flavus, bahan
makanan yang sering terkontaminasi misalnya jagung, kacang tanah yang
penyimpanannya kurang baik.
Aflatoksin bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker).
Pada beras yang penyimpanannya kurang baik sehingga kadar airnya lebih dari 16 %
dengan kondisi suhu 30oC, memicu pertumbuhan Penicillium islandicum. Jamur ini
dapat menghasilkan racun luteoskirin. Beras yang terkontaminasi jamur ini
berwarna coklat kekuningan. Racun tersebut bersifat hepatotoksik (meracuni hati).

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 46


BAB VI. MIKROBIOLOGI INDUSTRI

Mikrobiologi Industri adalah suatu proses yang bertujuan untuk menghasilkan produk
yang bermanfaat dan bernilai ekonomi dengan memanfaatkan mikrobia dalam jumlah besar di
bawah kondisi terkendali. Proses dalam industri mikrobiologi digambarkan dengan reaksi:
Substrat (bahan dasar) + mikrobia produk baru
Selama proses berlangsung segala kegiatan melibatkan reaksi enzimatis. Produk hasil industri
mikrobiologi misalnya aneka senyawa kimia (asam organik, gliserol, alkohol), antibiotik, enzim,
makanan, minuman. Produk bisa juga berupa mikrobia misalnya protein sel tunggal, ragi,
mikrobia yang bermanfaat di bidang pertanian misalnya Bacillus turingiensis, Rhizobium.
Persyaratan
Untuk bisa dikembangkan sebagai industri mikrobiologi harus memenuhi persyaratan
tertentu yang meliputi : mikrobia, media/bahan dasar, sifat proses, produk .
1. Mikrobia
Mikrobia dalam industri mikrobiologi atau fermentasi merupakan faktor utama sehingga harus
memenuhi syarat tertentu yaitu : murni, unggul, stabil, bukan patogen.
Murni : menggunakan biakan murni (dari satu strain tertentu) yang telah diketahui sifat-
sifatnya. Penggunaan kultur tunggal mempunyai resiko tinggi karena kondisi harus dijaga
optimum, sehingga untuk mengurangi kegagalan bisa digunakan kultur campuran agar ada
mikrobia lain yang bisa melakukan proses fermentasi. Kultur campuran yang baik adalah model
suksesi yaitu antar organisme tidak bersaing tetapi saling mendukung untuk pembentukan
produk.
Unggul : mikrobia harus mampu menghasilkan produk secara tepat dalam dan dalam jumlah
besar. Untuk memperoleh sift unggul dilkukan melalui rekayasa genetik.
Stabil : pada kondisi yang diberikan, mikrobia harus mempunyai sifat yang tetap, tidak mudah
mengalami perubahan sifat karena mutasi atau lingkungan.
Bukan patogen : mikrobia yang digunakan bukan patogen bagi manusia maupun hewan, kecuali
untuk produksi bahan tertentu dan harus dijaga agar tidak menimbulkan akibat sampingan
pada lingkungan.

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 47


2. Bahan dasar/media
Media harus lebih murah dibanding produk yang dihasilkan, dan tersedia dalam jumlah banyak.
Bahan dasar yang banyak digunakan berupa limbah misalnya tetes/molase, jerami, dedak, kulit
kopi, sabut kelapa, ampas tebu, kotoran binatang, air limbah, sampah, limbah pabrik kertas.
3. Sifat proses
Sifat proses harus sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan oleh mikrobia dalam melakukan
metabolisme. Kondisi proses bisa aerob atau an aerob, media berbentuk padat atau cair, proses
tertutup atau kontinyu.
4. Produk
Harga produk harus lebih murah dibanding cara konvensional dan bisa diproduksi dalam skala
besar.

Proses Produksi industri mikrobiologi


Proses produksi dalam industri mikrobiologi dapat dikelompokkan menjadi : produksi sel
mikrobia, produksi enzim, produksi hasil metabolit.
1. Produksi sel mikrobia
Produksi sel sebagai contoh pada produksi ragi/khamir dan produksi protein sel tunggal.
Produksi ragi roti sudah ada sejak tahun 1900 di Jerman. Produksi sel di Indonesia misalnya
produksi ragi tempe dan tape. Ragi tempe secara tradisonal dibuat dalam bentuk inokulum
pada permukaan daun yang berbulu misalnya daun waru (dikenal sebagai “usar”), sedangkan
secara industri ragi tempe diproduksi dalam bentuk tepung/powder. Sel non inokulum juga
sudah diproduksi misalnya bakteri probiotik yang ditumbuhkan pada substrat misalnya susu,
atau dikemas dalam bentuk kapsul.
2. Produksi enzim
Enzim atau katalisator biologis, memegang peranan penting di bidang industry. Enzim
bagi sel mikrobia diperlukan untuk kepentingan metabolisme. Namun kemudian diketahui
bahwa enzim tersebut mudah untuk dipisahkan dari sel sehingga dimanfaatkan untuk berbagai
kepentingan industry. Enzim dapat dihasilkan dari tanaman, hewan maupun mikrobia tetapi
enzim dari mikrobia mempunyai keunggulan yaitu hasil lebih tinggi, lebih mudah untuk

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 48


memperbaiki produkstivitas misalnya melalui seleksi, lebih mudah dikontrol misalnya dengan
memberikan bahan pemacu. Contoh enzim dari mikrobia dan aplikasinya dapat dilihat pada
tabel 6.

Tabel 7. Enzim dari mikrobia dan aplikasinya


Mikrobia Enzim Aplikasi
Jamur, Amilase, protease Pada industri roti , mempercepat fermentasi,
bakteri meningkatkan volume adonan, memperbaiki tekstur
Jamur Amilase Pada produk serealia untuk makanan bayi
Jamur Pektinase Fermentasi biji kopi
Jamur, Amilase, Pembuatan sirup tinggi maltosa, glukosa dari
bakteri amiloglukosidase, jagung, mengubah sirup glukosa dari jagung menjadi
isomerase fruktosa yang lebih manis
Jamur Pektinase Penjernihan jus buah
Bakteri Protease Deterjen

3. Produksi hasil metabolisme


Banyak produk metabolisme yang penting secara ekonomi yang dihasilkan melalui
proses fermentasi, beberapa contohnya pada tabel berikut ini.

Tabel 8. Produk metabolisme dari jamur


Produk Jamur Kegunaan
Asam sitrat Aspergillus niger Produk pangan, transfusi darah
Aspergillus wentii
Asam glukonat Aspergillus niger Produk farmasi, tekstil, kulit
Asam giberelat Fusarium moniliforme Merangsang pembuahan
Asam laktat Rhizopus oryzae Makanan, farmasi

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 49


Tabel 9. Produk metabolisme dari bakteri
Produk Bakteri Kegunaan
Aseton-butanol Clostridium acetobutylicum pelarut, bahan kimia

Asam laktat Lactobacillus delbrueckii produk pangan, penghilangan kapur

Amilase Bacillus subtilis modifikasi pati, perekat kertas,


pelepas perekat tekstil

Protease Bacillus subtilis memperhalus struktur dan kulit


hewan, penghilangan noda,
pengempuk daging

Dekstran Leuconostoc mesenteroides stabilisator dalam produk pangan,


pengganti plasma darah

Asam glutamat Brevibacterium sp. Aditif makanan (MSG)

Pada makanan tradisional hasil proses fermentasi seperti kecap, tape, tempe, terasi, produk
metablisme (metabolit) dimanfaatkan atau dikonsumsi bersama-sama dengan substratnya.

Industri alkohol
Alkohol dapat dibuat secara sintesis/reaksi kimia atau secara fermentasi dengan
menggunakan aktifitas mikrobia. Pembuatan alkohol secara fermentasi dapat menggunakan
berbagai bahan berupa bahan yang mengandung gula seperti gula tebu, gula bit, sari buah,
bahan yang mengandung pati seperti serealia, umbi-umbian, bahan yang mengandung selulosa
seperti serbuk gergaji, limbah pabrik kertas.
Mikrobia yang berperan dalam pembuatan alkohol adalah ragi / yeast saccharomyces
cerevisiae. Pada pembuatan alkohol harus dihindari adanya pemasukan oksigen /kondisi aerob
untuk menghindari adanya proses lanjutan dari alkohol menjadi asam asetat.
Reaksi : C6H12O6 2 C2H5OH + 2 CO2 + energi

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 50


Industri asam asetat :
Fermentasi asetat merupakan proses lanjutan dari fermentasi alkohol. Pembuatan asam
asetat dapat menggunakan bahan berupa alkohol atau dari bahan lain (gula, selulosa). Apabila
menggunakan bahan bukan alkohol, harus difermentasi terlebih dahulu menjadi alkohol.
Mikrobia yang berperan dalam perubahan alkohol menjadi asam asetat adalah bakteri
Acetobacter.
Reaksi : 2 C2H5OH + O2 CH3COOH
Pemilihan jenis bakteri harus tepat agar reaksi tidak berlanjut ke pembentukan senyawa lain.
Jenis-jenis yang sudah biasa digunakan yaitu Acetobacter acetigenum, A. orleanse.

Industri Pembuatan asam sitrat:


Pada mulanya asam sitrat dibuat dari buah-buahan misalnya jeruk, namun kemudian
beralih ke cara fermentasi. Bahan dasar yang digunakan bisa berupa tepung atau bahan yang
mengandung gula., misalnya tetes. Mikrobia yang berperan yaitu Aspergillus niger. Asam sitrat
berupa Kristal monohidrat (C6H8O7.H2O), tak berwarna, berasa sangat asam, mudah larut
dalam air. Mekanisme prosesnya mengikuti jalur krebs atau jalur asam trikarboksilat. Asam
piruvat yang didapat dari glukosa akan menghasilkan asetil-CoA yang berkondensasi dengan
oksalo-asetat menghasilkan asam sitrat.

Industri Inokulum Rhizobium


Rhizobium merupakan salah satu bakteri yang mampu mengikat N udara dan hidup
secara bersimbiose pada akar kacang-kacangan dengan membentuk nodula (bintil akar).
Penggunaan inokulan/inokulum (preparat hidup) bakteri Rhizobium di bidang pertanian kacang-
kacangan, khususnya kedelai, telah dimulai sejak 1895 di Amerika Serikat. Karena hasilnya
positif, maka kemudian inokulan Rhizobium diproduksi secara besar-besaran dngan nama
Nitragin.

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 51


BAB VII. PLANT GROWTH PROMOTING FUNGI (PGPF)

Plant Growth Promoting Fungi (PGPF) yaitu Jamur/Candawan yang mengkolonisasi akar
berfungsi sebagai perangsang pertumbuhan tanaman.

Beberapa jenis jamur/cendawan yang termasuk kelompok PGPF yaitu: mikoriza, trichoderma,
dan mettarhizium.

Mikoriza adalah mikroba yang berperan dalam transformasi P dalam tanah, merupakan bentuk
asosiasi simbiosis mutualistik antara jamur dan akar tanaman. Perkembangan miselium,
diferensiasi menjadi struktur infeksi, dan penetrasinya ke tanaman inang dipengaruhi oleh
faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik yang penting ialah kemampuan tanaman menghasilkan
sinyal-sinyal tertentu yang menyebabkan jamur mikoriza menginfeksi akar.

Mikoriza dikelompokkan menjadi tiga, yaitu

1. Endomikoriza: Jamur endomikoriza masuk ke dalam sel korteks dari akar serabut (feeder
roots). Jamur ini tidak membentuk selubung yang padat, namun membentukmiselium yang
tersusun longgar pada permukaan akar. jamur juga membentuk vesikula dan arbuskular
yang besar di dalam sel korteks, sehingga sering disebut dengan VAM (Vesicular-Arbuscular
Myccorhizal), sebagai contoh jenis Globus dan Acaulospora. Endomikoriza menginfeksi
bagian dalam akar, di dalam dan di antara sel-sel ujung akar (root tip). Hifa masuk ke dalam
sel atau mengisi ruang-ruang antarsel. Jenis mikoriza ini banyak ditemukan pada tumbuhan
semusim yang merupakan komoditi pertanian penting, seperti kacang-
kacangan, padi, jagung, beberapa jenis sayuran dan tanaman hias. Infeksi ini tidak
menyebabkan perubahan morfologi akar, tetapi mengubah penampilan sel
dan jaringan akar. Berdasarkan tipe infeksinya, dikenal tiga kelompok
endomikoriza: ericaceous (Ericales dengansejumlah Ascomycota), orchidaceous (Orchidaceae
dengan sekelompok Basidiomycota),dan vesikular arbuskular (sejumlah tumbuhan
berpembuluh dengan Endogonales, membentuk struktur vesikula (gelembung) dan
arbuskula dalam korteks akar) disingkat MVA.

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 52


a. Vesikel merupakan suatu struktur berbentuk lonjong atau bulat, mengandung cairan
lemak, yang berfungsi sebagai organ penyimpanan makanan atau berkembang menjadi
klamidospora, yang berfungsi sebagai organ reproduksi dan struktur tahan. Vesikel
selain dibentuk secara interseluler ada juga yang secar intraseluler. Pembentukan
vesikel diawali dengan adanya perkembang sitoplasma hifa yang menjadi lebih padat,
multinukleat dan mengandung partikel lipid dan glikogen. Sitoplasma menjadi semakin
padat melalui proses kondensasi, dan organel semakin sulit untuk dibedakan sejalan
dengan akumulasi lipid selama maturasi (proses pendewasaan). Vesikel biasanya
dibentuk lebih banyak di luar jaringan korteks pada daerah infeksi yang sudah tua, dan
terbentuk setelah pembentukan arbuskul.
b. Arbuskul adalah struktur hifa yang bercabang-cabang seperti pohon-pohon kecil
pertukaran nutrisi antara tanaman inang dengan jamur. Struktur ini mulai terbentuk 2-3
hari setelah infeksi, diawali dengan penetrasi cabang hifa lateral yang dibentuk oleh hifa
ekstraseluler dan intraseluler ke dalam dinding sel inang

2. Ektomikoriza : Ektomikoriza menginfeksi permukaan luar tanaman dan di antara sel-sel


ujung akar. Akibat serangannya, terlihat jalinan miselia berwarna putih pada bagian rambut-
rambut akar, dikenal sebagai jala Hartig. Serangan ini dapat menyebabkan perubahan
morfologi akar. Akar-akar memendek, membengkak, bercabang dikotom, dan dapat
membentuk pigmen. Infektivitas tergantung isolat dan kultivar tumbuhan inang. Tumbuhan
inangnya biasanya tumbuhan tahunan atau pohon. Beberapa di antaranya merupakan
komoditi kehutanan dan pertanian sepertisengon, jati, serta beberapa tanaman buah
seperti mangga, rambutan, dan jeruk. Selain itu pohon anggota Betulaceae, Fagaceae,
dan Pinaceae juga menjadi inangnya. Pada umumnya ektomikoriza termasuk dalam
filum Basidiomycota dan Ascomycota. Ada sedikit anggota Zygomycota yang juga menjadi
cendawan ektomikoriza.
3. Ektendomikoriza merupakan bentuk peralihan dari endomikoriza dan ektonikoriza

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 53


Gambar 9. Pengelompokan mikoriza

Menurut Brundett (2000), ada enam tipe asosiasi jamur mikoriza, yaitu:

1. Vesicular-arbuskular mycorrhiza (VAM), yaitu jamur mikoriza yang dalam asosiasinya


dengan perakaran tanaman membentuk vesikula dan arbuskula. Jamur yang tergolong
dalam jamur mikoriza tipe ini biasanya berasal dari kelompok Zygomycetes.

Gambar 10: Endomycorrhiza-Vesicular-Arbuskular Micorrhiza (VAM)

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 54


2. Ectomycorrhiza (ECM), yaitu jamur mikoriza yang dalam asosiasinya dengan perakaran
tanaman membentuk mantel yang menutupi permukaan perakaran dan membentuk hartig
net di sekeliling sel epidermis dan korteks. Jamur yang tergolong dalam jamur mikoriza tipe
ini biasanya berasal dari kelompok Basidiomycetes.

Gambar 11. Ectomycorrhiza

3. Ectendomycorrhiza (Arbutoid), mempunyai sifat mirip dengan ECM, tetapi hifa jamur dapat
juga masuk ke dalam sel epidermis.

Gambar 12. Ectendomycorrhiza

4. Orchid mycorrhiza, tipe jamur mikoriza ini terdapat pada anggrek, terutama pada
kecambah anggrek dan tanaman anggrek dewasa. Jamur tipe ini membentuk struktur
hifa yang berupa lilitan padat yang disebut peloton.

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 55


Gambar 13. Orchid mycorrhiza

5. Ericoid mycorrhiza, jamur tipe ini biasanya membentuk struktur yang disebut ”hair
root” pada tanaman Ericales.

Gambar 14. Ericoid mycorrhiza

6. Thysanotus mycorrhiza, tipe jamur mikoriza ini terdapat pada tanaman bakung
(Liliaceaae). Jamur ini hanya tumbuh dan berkembang di bawah sel epidermis perakaran
bakung.

Gambar 15. Thysanotus mycorrhiza

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 56


Peranan Jamur mikoriza yaitu:
1. Meningkatkan sifat-sifat tanah (fisika, kimia, dan biologi) di rizosfer,
2. Memperbesar bidang akar tanaman dan meningkatkan efisiensi penyerapan air,
3. Meningkatkan penyerapan fosfor (P) dan unsur lain yang dibutuhkan tanaman
meningkat,
4. Mengaktifkan sistem pertahanan tanaman,
5. Menghindari dan mengurangi dari kerusakan oksidatif akibat cekaman kekeringan, dan
6. Mempengaruhi ekspresi bahan genetik

Menurut Hayman (1983), ada tiga mekanisme yang terlibat sehingga miko riza dapat
meningkatkan ketersediaan dan pengambilan P, yaitu secara fisik, kimia dan fisiologi.
1. MEKANISME FISIK
Miselium mikoriza yang berada diluar akar analog sebagai rambut untuk
mengambil bahan makanan dan air. Miselium mikoriza dapat tumbuh menyebar keluar
akar untuk beberapa sentimeter (>9cm), sehingga dapat berfungsi sebagai jembatan
yang menghubungkan zona kekosongan (deplesi) bahan makanan terutama P disekitar
akar dengan tanah. Menurut hayman (1983), zona ini muncul karena akar tanaman
menyerap P lebih cepat dari gerakan P yang berdifusi lambat kepermukaan akar. Hal
ini disebabkan kurangnya mobilitas ion-ion phospat dalam tanah dan juga mudahnya
ion-ion phospat tersebut teradsorpsi oleh komplek lempung seperti kaolinit,
montmorilonit dan lilit. Menurut Soepardi (1978), efek pengikatannya serupa apabila P
diikat oleh bentuk senyawa Fe dan Al yang sederhana. Total panjang hifa jamur dapat
mencapat 2,6 - 54 m/gram tanah. Fenomena tersebut memberi petunjuk bahwa akar
bermikoriza dapat mengeksplorasi volume tanah cukup besar, sehingga P yang dapat
diserap oleh akar bermikoriza akan semakin banyak.
2. MEKANISME KIMIA
Jamur mikoriza dapat membantu ketersediaan sumber-sumber P lambat larut
seperti batuan apatit, FePO4 , AlPO4 dan kalium serta besi fitat. Jamur inipun dapat
membantu tanaman-tanaman seperti “cow pea”, ketela pohon, jeruk, jambu biji, dan

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 57


kedele bertahan atau toleran pada kondisi tanah mineral masam seperti tanah oxisol
dan ultisol. Sehubungan dengan kedua keadaan tersebut, diduga jamur dapat
mendorong perubahan pH rizosfer menjadi sekitar 6,3 (Mosse, 1981; Suminarsih et al)
inpress). Menurut Mosse (1981), perubahan pH tersebut dapat terjadi melalui produk
eksudat akar jamur berupa anion poligalakturonat, sitrat dan oksalat yang akan
menggantikan posisi ion phospat pada situs adsorpsi. Kemungkinan lainnya, jamur ini
dapat memacu dan memproduksi enzim fitase.
3. MEKANISME FISIOLOGI
Menurut Hayman ( 1983), akar bermikoriza atau hifa jamur dapat menyerap P dari
larutan tanah, pada jamur dapat menyerap P dari larutan tanah, pada konsentrasi
dimana akar tidak bermikoriza tidak dapat menjangkaunya, meskipun dengan rambut
akar yang melimpah, diameter hifa jamur yang relatif kecil, yaitu 2 – 5 um akan mudah
menembus pori-pori tanah yang tidak bisa dimasuki rambut akar yang berdiameter
relatif lebih besar (10 – 20 um). Akar bermikoriza juga mempunyai metabolisme energi
yang lebih besar, sehingga lebih relatif dalam mengambil P pada konsentrasi 10¯7 -
10¯6 didalam larutan tanah hingga menjadi 10¯³ - 10¯² didalam akar tanaman.
Kandungan phosphor tersedia dalam tanah akan mempengaruhi kemampuan
mikoriza dalam menginfeksi akar. Tanaman yang mengalami kahat phosphor,
permiabilitas membran sel akar akan meningkat sehingga banyak mengeluarkan
eksudat akar. Keadaan ini mendukung terjadinya infeksi mikoriza. Sebaliknya apabila
kebutuhan phosphor telah terpenuhi, permiabilitas membrane sel akan menurun, hal
ini mengurangi keluarnya eksudat akar sehingga dapat mengurangi terjadinya infeksi
mikoriza dengan demikian laju penyerapan phosphor menjadi akan terhambat.
Waktu yang diperlukan untuk terjadinya infeksi antara suatu mikoriza sangat
bervariasi. Selain ditentukan oleh tingkat infektifitas dari simbionnya juga banyak
dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan misalnya suhu tanah, kandungan air tanah,
ph tanah, bahan organik, intensitas cahaya dan ketersediaan hara, pengaruh logam
berat dan unsur lain.

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 58


Perbedaan reaksi tanaman terhadap mikoriza diduga sangat dipengaruhi oleh aras
kepekaan tanaman terhadap infeksi, dan sifat ketergantungan tanaman pada mikoriza
dalam serapan hara, khususnya pada tanah kahat P, dimana kedua sifat itu ada
kaitannya dengan tipe perakaran dan fisiologi tanaman.
Perbedaan keefektifan menyerap unsur hara tanaman dipegaruhi faktor-faktor
seperti faktor kemampuan mikoriza untuk memproduksi dan memfungsikan miselium
eksterna didalam tanah, kemampuan mikoriza yang menginfeksi dengan cepat akar
yang baru terbentuk, lamanya masa efektif dari hifanya,imbangan antara miselium
interna dan eksterna, jumlah hifa penghubung pada mikorizanya, serta kemampuan
mikoriza sendiri untuk tetap aktif di dalam tanah.

Mekanisme Penyerapan Fosfat oleh Mikoriza

Peranan MVA tersebut dalam meningkatkan ketersediaan dan serapan P dan unsur hara lainnya
melalui proses sebagai berikut :

1. Modifikasi Kimia oleh mikoriza dalam proses kelarutan P tanah Pengaruh Mikoriza Arbuskula
Pada Ketersediaan dan Penyerapan Unsur Hara Pada tahap ini, terjadi modifikasi kimia oleh
mikoriza terhadap akar tanaman, sehingga tanaman mengeksudasi asam-asam norganik dan
enzim fosfatase asam yang memacu proses mineralisasi P. Eksudasi akar tersebut terjadi
sebagai respon tanaman terhadap kondisi tanah yang kahat P, yang mempengaruhi kimia
rizosfer.

2. Perpendekan jarak difusi oleh tanaman bermikoriza. Mekanisme utama bagi pergerakan P ke
permukaan akarah melalui difusi yang terjadi akibat adanya gradien konsentrasi, serta
merupakan proses yang sangat lambat. Jarak difusi ion-ion fosfat tersebut dapat
diperpendek dengan hifa eksternal CMA, yang juga dapat berfungsi sebagai alat penyerap
dan translokasi fosfat.

3. Penyerapan P tetap terjadi pada tanaman bermikoriza meskipun terjadi penurunan


konsentrasi minimum P. Konsentrasi P yang ada di larutan tanah dapat menjadi sangat
rendah dan mencapai konsentrasi minimum yang dapat diserap akar, hal ini terjadi sebagai

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 59


akibat terjadinya proses penyerapan ion fosfat yang ada di permukaan akar. Di bawah
konsentrasi minimum tersebut akar tidak mampu lagi menyerap P dan unsur hara lainnya,
sedangkan pada akar bermikoriza, penyerapan tetap terjadi sekalipun konsentrasi ion fosfat
berada di bawah konsentrasi minimum yang dapat diserap oleh akar. Proses ini ini terjadi
karena afinitas hifa eksternal yang lebih tinggi atau peningkatan daya tarikmenarik ion-ion
fosfat yang menyebabkan pergerakan P lebih cepat ke dalam hifa MVA.

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 60


BAB VIII. PLANT GROWTH PROMOTING RHIZOBACTERIA (PGPR)

Plant Growth Promoting Rhizobacteria = PGPR atau Rhizobacter yaitu bakteri yang
efektif mengkolonisasi akar yang disebut "Rhizobacteria" perangsang pertumbuhan tanaman).
PGPR memiliki kemampuan untuk melindungi bagian tanaman di atas tanah terhadap
penyakit virus, jamur dan bakteri dengan resistensi sistemik terinduksi (ISR). Di samping itu
PGPR dapat mempercepat perkecambahan, merangsang pertumbuhan akar dan tunas,
peningkatkan kadar khlorofil daun, meningkatkan toleransi tanaman terhadap kekeringan dan
garam serta dapat menunda penuaan daun (Singh et al, 2003). Salah satu bakteri PGPR yang
penting dalam ekosistem tanah yaitu Azotobacter chroococcum.

Azotobacter
Azotobacter sp. adalah bakteri gram negatif, bersifat aerobik, polymorphic dan
mempunyai berbagai ukuran danbentuk. Bakteri ini memproduksi polysacharides.
Azotobactersp. sensitif terhadap asam, konsentrasi garam yang tinggi dan temperatur di atas
35oC. Terdapat empat spesies penting dari Azotobacter yaitu Azotobacter chroococcum,
Azotobacteragilis, Azotobacter paspali dan Azotobacter vinelandii dimana Azotobacter
chroococum adalah spesies yang paling sering ditemui di dalam kandungan tanah. Azotobacter
mempunyai sifat aerobik maka dari itu bakteri ini memerlukan oksigen sehingga dengan adanya
aerasi, pertumbuhan dari Azotobacter dapat ditingkatkan [10]. Azotobacter mampu mengubah
nitrogen (N2) dalam atmosfer menjadi amonia (NH4 +) melalui proses pengikatan nitrogen
dimana amonia yang dihasilkan diubah menjadi protein yang dibutuhkan oleh tanaman,
mampu mensintesis substansi yang secara biologis aktif dapat meningkatkan perkecambahan
biji, tegakan dan pertumbuhan tanaman seperti vitamin B, asam indol asetat, giberelin, dan
sitokinin Selain itu, Azotobacter juga memiliki kemampuan dalam metabolisme senyawa fenol ,
halogen, hidrokarbon, dan juga berbagai jenis pestisida.
Berfungsi untuk menghindari penurunan kesehatan tanaman akibat adanya input bahan
kimia. Pada medium yang sesuai, Azotobacter mampu menambat 10-20 mg nitrogen/g gula.

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 61


Gambar 16.Kultur, Koloni, dan Morfologi Azotobacter sp.
Karakterisitik genus Azotobacter sp. dapat menghasilkan senyawa ekstraseluler dalam
kuantitas tinggi. Karakteristik produk ekstraseluler yang dihasilkan beragam dari struktur dan
komponen penyusunnya, mulai dari bentuk lendir (slime) sampai ke dalam bentuk cyste yang
berupa alginat dan polisakarida. Genus Azotobacter sp. juga dapat mengekskresikan senyawa-
senyawa biostimulan seperti tiamin,, riboflavin, piridoksin, sianokobalamin, nikotin, indole
acetic acid, giberelin dan asam pantotenat.
Penambahan atau inokulasi Azotobacter sp. dengan tujuan untuk meningkatkan
ketersediaan nitrogen tanah telah sering dilakukan namun dengan hasil yang bervariasi, bahkan
kadang-kadang tidak meningkatkan hasil tanaman. Kondisi tersebut sangatlah logis mengingat
kontribusi rizobakteri hidup bebas pada nitrogen tanah hanya sekitar 15 kg N/Ha/tahun yang
jauh lebih rendah daripada kontribusi bakteri pemfiksasi nitrogen simbiosis mencapai 24-584
kg/N/ton.
Namun demikian, upaya untuk mempertahankan kesehatan tanah sekaligus
produktifitas tanaman dengan inokulasi Azotobacter sp. perlu dilakukan karena rizobakteri ini
berperan sebagai agen peningkat pertumbuhan tanaman melalui produksi fitohormon yang
dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Azotobacter sp. yang diberikan ke dalam tanah mampu
mensintesis substansi yang secara biologis aktif, seperti vitamin B dan asam-asam indol asetat.
Asam indol asetat mampu meningkatkan permeabilitas sel akar sehingga meningkatkan
eksudasi akar. Peningkatan eksudasi akar merangsang perkecambahan spora atau
pertumbuhan hifa mikoriza ke dalam akar. Azotobacter sp. merupakan salah satu rizobakteri
yang dikenal sebagai PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) yaitu bakteri yang dapat
merangsang pertumbuhan tanaman karena mampu memfiksasi nitrogen dan memproduksi

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 62


fitohormon, antara lain auksin (IAA), sitokinin, dan giberelin (GA). Salah satunya adalah
Azotobacter chroococum AC04 mampu menggunakan berbagai jenis sumber karbon (dari mono
sampai polisakarida), asam organik dari alifatik maupun aromatik asam lemak, etanol, manitol,
aseton, dan beberapa asam organik volatile.Bakteri ini juga memilki potensi untuk
mengekresikan berbagai senyawa eksopolisakarida (EPS) dan asam organik. Eksopolisakarida
dapat berfungsi sebagai biosurfaktan yang dapat meningkatkan biodegradasi limbah minyak
bumi sedangkan asam lemak berfungsi sebagai biosurfaktan karena merupakan senyawa
amfifatik yang memiliki gugus liofobik dan liofilik.

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 63


BAB IX. MIKROORGANISME LOKAL (MOL)

Larutan MOL adalah larutan hasil fermentasi yang berbahan dasar dari berbagai sumber daya
yang tersedia setempat. Larutan MOL mengandung unsur hara mikro dan makro dan juga
mengandung bakteri yang berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang
pertumbuhan, dan sebagai agens pengendali hama dan penyakit tanaman, sehingga MOL dapat
digunakan baik sebagai dekomposer, pupuk hayati dan sebagai pestisida organik terutama
sebagai fungisida. Larutan MOL dibuat sangat sederhana yaitu dengan memanfaatkan limbah
dari rumah tangga atau tanaman di sekitar lingkungan misalnya sisa-sisa tanaman seperti
bonggol pisang, gedebong pisang, buah nanas, jerami padi, sisa sayuran, nasi basi, dan lain-lain.
Bahan utama dalam larutan

MOL teridiri dari 3 komponen, antara lain :


1. Karbohidrat : air cucian beras, nasi bekas, singkong, kentang dan gandum ;
2. Glukosa : cairan gula merah, cairan gula pasir, air kelapa/nira dan;
3. Sumber bakteri : keong mas, buah-buahan misalnya tomat, pepaya, dan kotoran hewan.
Keunggulan utama penggunaan MOL adalah murah bahkan tanpa biaya, selain itu ada
beberapa keuntungan :
1. Mendukung pertanian ramah lingkungan
2. Dapat mengatasi permasalahan pencemaran limbah pertanian dan limbah rumah
tangga
3. Pembuatan serta aplikasinya mudah dilakukan
4. Mengandung unsur kompleks dan mikroba yang bermanfaat dalam produk pupuk dan
dekomposer organik yang dihasilkan.
5. Memperkaya keanekaragaman biota tanah
6. Memperbaiki kualitas tanah dan tanaman

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 64


Beberapa jenis larutan MOL yang telah diaplikasikan oleh petani antara lain :

1. MOL buah-buahan yang diaplikasikan pada tanaman sebagai pupuk dan dekomposer dalam
pembuatan kompos
2. MOL dari nasi basi
3. MOL keong mas untuk merangsang pertumbuhan tanaman
4. MOLrebung bambu bonggol pisang untuk dekomposer saat pembuatan kompos
5. MOL sabut kelapa

Jenis dan Pembuatan MOL

1. MOL Buah-buahan

Bahan :
 Limbah buah-buahan Pepaya, pisang, mangga, apel dll,10 Kg
 Gula merah 1 kg dicairkan
 10 liter air kelapa
Cara Membuat :
a. Buah-buahan ditumbuk/dihaluskan
b. Masukkan ke dalam drum/tong plastic
c. Campurkan dengan air kelapa
d. Masukkan gula merah yang telah dicair
e. Tutup dengan plastik, beri lubang udara dengan cara memasukkan slang plastik yang
dihubungkan dengan botol yang sudah terisi air
f. Biarkan selama 10 – 15 hari
Cara Penggunaan :
a. Campurkan MOL buah-buahan yang telah jadi dan air dengan komposisi 1 : 5 liter,
kemudian tambahkan gula 1 ons. Siramkan pada bahan organik (bahan baku kompos)
yang akan dikomposkan

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 65


b. Penggunaan sebagai pupuk hayati : semprotkan pada tananam dengan konsentrasi
larutan 400 cc dicampur dengan air tawar sebanyak 14 liter. Untuk tanaman padi,
waktu penyemprotan dilakukan pada umur tanaman akhir vegetatif (55 – 60 hari).

2. MOL Nasi Basi


Salah satu limbah rumah tangga yang paling banyak diproduksi tiap harinya adalah nasi basi.
Nasi basi dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan MOL untuk bioaktifator maupun
pupuk hayati.
Bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Nasi basi, secukupnya
b. Air
c. Gula pasir, 5 sendok makan
Cara Membuat :
a. Kepal-kepal nasi basi sebesar bola pingpong
b. Letakkan bola-bola nasi tersebut di dalam kardus, lalu tutup dengan dedaunan (misalnya
daun pisang yang membusuk. Dalam jangka waktu 3 hari, akan tumbuh jamur-jamur
berwarna kuning, jingga dan merah
Cara Penggunaan:
a. Campurkan MOL nasi basi yang telah jadi dan air dengan komposisi 1 : 5 liter, kemudian
tambahkan gula 1 ons.
b. Siramkan pada bahan organik (bahan baku kompos) yang akan dikomposkan
c. Penggunaan sebagai pupuk hayati : semprotkan pada tananam dengan konsentrasi
larutan 400 cc dicampur air tawar sebanyak 14 liter.

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 66


3. MOL Keong Mas
Bahan :
a. Keong mas yang masih hidup (segar) 5 kg
b. Gula merah 1 kg atau buah Maja yang telah matang 2 buah, jika tidak ada dapat diganti
dengan cairan tebu 1 liter
c. Air kelapa 10 liter
Cara Membuat :
a. Keong mas ditumbuk hingga halus dan masukkan ke dalam tong sampah
b. Campurkan dengan gula merah atau buah maja yang sudah dihaluskan atau air tebu.
c. Masukkan air kelapa dan aduk sampai merata
d. Kemudian tutup rapat dengan plastik dan berikan slang plastik sambungan pada botol
yang telah berisi air
e. Biarkan selama 15 hari
Cara Aplikasi :
a. Pengomposan : cairan/ekstrak (MOL) keong mas dicampur air dengan konsentrasi 1 : 5
(artinya 1 liter cairan MOL dicampur dengan 5 liter air tawar, kemudian tambahkan 1 ons
gula merah aduk hingga rata dan siramkan pada bahan organik yang akan dikomposkan
b. Penggunaan sebagai pupuk hayati : semprotkan pada tananam dengan konsentrasi
larutan 400 cc dicampur dengan air tawar sebanyak 14 liter. Pada tanaman padi, sejak
fase vegetatif hingga generatif pasca tanam yaitu hari ke 10, 20, 30 dan 40. Semprotkan
pada pagi/sore hari, hindari penyemprotan pada siang hari.

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 67


4. MOL Rebung Bambu/Bambu Muda
Bahan :
a. 2 buah rebung bambu kurang lebih 3 kg
b. Air beras 5 liter
c. 1,5 ons gula merah atau bisa digunakan 1 buah maja.
Cara Membuat :
a. Rebung bambu ditumbuk halus atau diiris-iris kemudian masukan kedalam ember atau
tong plastic
b. Campurkan dengan buah maja yang sudah dihaluskan atau tambahkan gula merah yang
telah dihaluskan dan aduk sampai rata
c. Rendam dengan air cucian beras sebanyak 5 liter
d. Tutup rapat ember/tong dengan platik, dan berikan slang palstik yang disambungkan
dengan air yang berada pada botol
e. Biarkan selama 15 hari

MOL dari Sabut Kelapa


Resep MOL ini istimewa dibandingkan dengan resep-resep MOL yang lain, karena konon
MOL ini kaya akan unsur K. Bahan dan cara pembuatannya juga suangat mudah sekali.
Bahan-bahan:
a. Sabut Kelapa
b. Air bersih
Cara pembuatan:
a. Masukkan sabut kelapa ke dalam drum. Jangan penuh-penuh.
b. Masukkan air sampai semua sabut kelapa terendam air.
c. Drum ditutup dan dibiarkan selama dua minggu.
d. Air yang sudah berwarna coklat kehitaman digunakan sebagai MOL.
Selain sabut kelapa bisa juga ditambahkan dengan jerami kering. Penambahan jerami bisa
bermanfaat sebagai pestisida nabati.

Pemakaian: MOL bisa disiramkan

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 68


DAFTAR PUSTAKA

Agrios, G.N. 1988. Plant Pathology. 3d Ed. Academic. Press, San Diego, 803p.

Alexopoulus, C.J., C.W. Mims, & M. Blackwell. 1996. Introductory Mycology. 4th ed. John Wiley
& Sons, Inc. New York. 869p.

Anonim. ?. Kumpulan resep mol. www.oke.or.id/wp-content. 4 hal.

Anonim. ?. Mikoriza. http://id.wikipedia.org/wiki/Mikoriza. Diaksees tanggal 15 Juli 2014.

Anonim. 2011. Peranan Mikroorganisme lokal.


http://sulsel.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=
690:peran-dan-pemanfaatan-mikroorganisme-lokal-mol-mendukung-pertanian-
organik&catid=158:buletin-nomor-5-tahun-2011&Itemid=257. Diakses tanggal 5 Juli 2014.

Brundrett, M.N. 2000. Section 1. Introduction of mycorrhizas.


http://www.ffp.csiro.au/research/mycorrhiza/intro.html. 8. Diakses tanggal 25 November
2008.

_____________. 2004. Diversity and classification of mycorrhizal associations. Biology Review


79: 473-495.

Haryuni. 2012. Kajian Rhizoctonia binukleat sebagai mikoriza dan peranannya dalam
meningkatkan ketahanan bibit vanili terhadap cekaman kekeringan. Disertasi. Tidak
dipublikasikan. 120 p.

Irawati, A.F.C. 2004. Karakterisasi dan uji hipovirulensi Rhizoctonia sp. yang diisolasi dari
perakaran bibit vanili. Tesis S2. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
71. (Tidak dipublikasikan).

Juniarti. E.N. 2012. Peranan Mikoriza. Universitas Trunojoyo Madura.


http://niaeka23.wordpress.com/2012/12/24/makalah-peranan-mikoriza/ Diakses tanggal
10 Juli 2014.

Khan., S.A, Muhammad. H, Abdul. L. Khan. in-jung lee, Zabta khan. S & Jjong-guk kim. 2012.
Pak. J. Bot., 44(4): 1453-1460.

Kabirun, S. 2004. Peranan Mikoriza Arbuskula pada Pertanian Berkelanjutan. Makalah


Pengukuhan Guru Besar dalam Ilmu Mikrobiologi pada Fakultas Pertanian Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta. 33p.

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 69


Nusantara.A.D. 2007 Baku Mutu Cendawan Mikoriza Arbuskula. Kongres Nasional Mikoriza
Indonesi II. Bogor. 11-12 Juli 2007 :1-21.

Utomo. A. 2012. Mengubah tanah kering menjadi produktif dengan memberikan mikoriza
secara optimal HTTP://UTOMOAGRIBISNIS.WORDPRESS.COM/2012/12/18/MIKORIZA-
DAN-MANFAATNYA-BAGI-TANAMAN/ diakses tanggal 10 juli 2014.

Wedhastri, S (2002).”Isolasi dan seleksi Azotobacter spp.Penghasil Faktor Tumbuh dan


Penambat Nitrogen dari Tanah Masam”.Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan . 3, (1), 45-51.

Mikrobiologi FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 70

Anda mungkin juga menyukai