Oleh
Kelompok III
1
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL…………………………………………………… i
KATA PENGANTAR……………………………………………………. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………... 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………….. 1
1.3 Tujuan................……………………………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Peranan Mikroba pada Berbagai Aplikasi Sehari-hari ……………… 3
2.1.1 Produksi Makanan................................................................ 3
2.1.2 Fermentasi Mikroba.............................................................. 4
2.1.3 Produksi Rekombinan Insulin pada Bakteri......................... 5
2.2 Peranan Mikroba pada Pembuatan Vaksin ……………..…………... 6
2.2.1 Antibodi................................................................................ 7
2.2.2 Pembuatan Vaksin............................................................... 8
2.3 Peranan Mikroba dalam Mikrobiologi ……………………………… 9
2.3.1 Enzim Mikroba..................................................................... 9
2.3.2 Transformasi Bakteri............................................................ 10
2.3.3 Elektroforesis....................................................................... 11
2.3.4 Teknik Kloning dan Ekspresi............................................... 11
2.4 Peranan Mikroba pada Proses Diagnosa ……………………………. 12
2.4.1 Strategi Pendeteksi Mikroba................................................. 12
2.4.2 Jejak Mikroorganisme Penyebab Penyakit.......................... 13
2.4.3 Microarray untuk Melacak Penyakit Menular..................... 14
2.5 Peranan Mikroba pada Proses Pembuatan Senjata Biologis ……….. 14
BAB V PENUTUP
3.1 Simpulan……………………………………………………………… 16
DAFTAR PUSTAKA.……………………………………………………. 17
2
LAMPIRAN……………………………………………………………….
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikroorganisme atau yang disebut mikroba, merupakan organisme yang sangat kecil
untuk dilihat dengan menggunakan mata telanjang dan harus menggunakan bantuan mikroskop
untuk mengamatinya. Mikroorganisme yang paling melimpah adalah bakteri, namun virus, jamur
seperti ragi, dan alga juga termasuk mikroba. Hampir semua mikroba ini mempunyai peran yang
menarik dalam bioteknologi.
Bakteri berada di bumi selama kurang lebih 3,5 milyar tahun yang lalu dan mereka
berjumlah lebih banyak daripada manusia. Dapat diakumulasikan bahwa bakteri berjumlah lebih
dari 50% dari materi yang berada di bumi. Sampai saat ini kurang dari 1% dari jumlah
keseluruhan bakteri telah diidentifikasi, dikultur, dan dipelajari dalam laboratorium (Thieman,
2013). Kelimpahan bakteri dan mikroba lain memberikan potensi yang besar dalam
pengembangan aplikasi di bidang bioteknologi. Sebelum perkembangan teknik kloning gen,
manusia menggunakan mikroba dalam bioteknologi. Frekuensi penggunaan mikroorganisme
sebagai “peralatan” bioteknologi tergantung dari struktur sel mikroorganisme tersebut. Maka dari
itu, banyak aplikasi bioteknologi yang menggunakan mikroorganisme sebagai bahan utama
dalam pembuatan makanan, minuman, dan obat-obatan.
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Bagaimana peranan mikroba pada berbagai aplikasi sehari-hari?
2. Bagaimana peranan mikroba pada pembuatan vaksin?
3. Bagaimana peranan mikroba dalam mikrobiologi?
4. Bagaimana peranan mikroba pada proses diagnosa?
5. Bagaimana peranan mikroba pada proses pembuatan senjata biologis?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka dapat diketahui tujuan penulisan makalah
ini adalah:
1. Untuk menjelaskan peranan mikroba pada berbagai aplikasi sehari-hari.
2. Untuk menjelaskan peranan mikroba pada pembuatan vaksin.
3. Untuk menjelaskan peranan mikroba dalam mikrobiologi.
4. Untuk menjelaskan peranan mikroba pada proses diagnosa.
5. Untuk menjelaskan peranan mikroba pada proses pembuatan senjata biologis.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Pada tahun 1980, dengan menggunakan teknik DNA rekombinan, para ahli mengklon
rennin dan mengekspresikannya pada sel bakteri dan jamur seperti Aspergillus niger. Rennin
rekombinan (chymosin) dari mikroba banyak digunakan untuk pembuatan keju. Pada 1990,
rennin merupakan DNA rekombinan pertama yang digunakan sebagai bahan pembuatan
makanan yang juga diakui oleh Food and Drug Administration. Untuk beberapa macam keju,
digunakan bakteri yang disebut bakteri asam lactic (Lactococcus lactics). Bakteri ini
mendegradasi casein dan metabolisme gula pada susu dan prosesnya disebut fermentasi.
6
GAMBAR 2. PEMBUATAN TEMPE
2.1.2 Fermentasi Mikroba
Fermentasi merupakan proses mikrobial penting yang digunakan untuk memproduksi
berbagai macam produksi makanan dan minuman termasuk beberapa macam roti, bir, wine,
sampanye, yoghurt, dan keju. Fermentasi mikroba mempunyai peran yang sangat penting dalam
bioteknologi. Salah satu aplikasi yang menggunakan mikroorganisme adalah proses pembuatan
bir dan wine, yang berhubungan dengan fermentasi oleh ragi.
(Sumber: Thieman, 2013)
Sel hewan, tumbuhan, dan berbagai macam mikroba memperoleh energi dari karbohidrat
7
seperti glukosa dengan menggunakan elektron dari gula ini untuk membentuk sebuah molekul
yang dinamakan Adenosine triphosphate (ATP). Produksi ATP terjadi dalam reaksi berangkai.
Reaksi pertama disebut glikolisis, yang mengubah glukosa menjadi 2 molekul piruvat. Selama
pengubahan ini, elektron ditransfer dari glukosa ke elektron pembawa molekul yang disebut
NAD+, yang kemudian elektron akan ditangkap untuk memproduksi NADH. Transfer elektron
ini diikuti oleh reaksi selanjutnya yang menghasilkan ATP. Untuk beberapa mikroba dan bakteri
tertentu, oksigen merupakan bagian terpenting dari reaksi transport elektron. Mikroba yang
menggunakan oksigen untuk memproduksi ATP dinamakan aerob, karena mereka tergantung
dari keberadaan oksigen untuk metabolismenya (Murray, 2009).
Beberapa mikroba hidup di daerah yang jarang oksigen seperti di usus hewan, air yang
dalam, atau minyak. Karena organisme ini harus bertahan tanpa oksigen, mereka berkembang
dari energi yang berasal dari gula tanpa oksigen. Fermentasi ini dan mikroba yang terlibat
didalamnya disebut anaerob. Fermentasi ini hampir sama dengan glikolisis, yang mana NAD +
digunakan untuk menangkap elektron untuk memproduksi NADH dan piruvat. Pada
metabolisme aerob, oksigen digunakan elektron dari NADH dan piruvat tidak dapat digunakan
untuk memproduksi ATP. Fermentasi mikroba menggunakan mikroba sebagai molekul akseptor
elektron untuk mengambil elektron dari NADH untuk meregenerasi NAD+.
8
asam amino). Kedua polipeptida tersebut saling berikatan satu sama lain untuk menghasilkan
hormon aktif. Pada pankreas, sel beta mensintesis kedua ikatan rantai insulin menjadi satu
polipeptida dan dipotong secara enzimatik yang kemudian berlipat ganda untuk bergabung
dengan dua subunit. Ketika gen manusia yang digunakan untuk memproduksi insulin diklon dan
diekspresikan pada bakteri, tiap-tiap gen dari subunit diklon ke dalam vektor plasmid yang
terekspresi secara terpisah dan mengandung gen lac z pengkode enzim β-galactosidase (β-gal)
dan kemudian digunakan untuk mengubah bakteri.
(Sumber: Thieman, 2013)
Oleh karena gen insulin dihubungkan dengan gen lac z, ketika bakteri mensintesis protein
dari plasmid ini, bakteri akan memproduksi protein yang mengandung β-gal mengikat protein
insulin manusia untuk menghasilkan β-gal insulin yang berfusi dengan protein. Protein yang
telah berfusi diperlakukan secara kimia untuk membelah β-gal, melepaskan protein insulin,
kemudian pemurnian insulin pada ikatan rantai A dan B dicampur bersamaan dengan kondisi
yang memungkinkan dua subunit untuk mengikat dan membentuk hormon aktif. Setelah
pemurnian tersebut, hormon rekombinan siap digunakan untuk obat suntik pasien.
9
Vaksin untuk masa anak–anak yang lain dalah MMR vaksin (measles, mumps, rubella) dan
mungkin juga vaksinasi dengan OPV (oral polio vaccine) untuk poliovirus.
2.2.1 Antibodi
Sistem kekebalan pada manusia dan binatang sangat kompleks. Sel – sel sepanjang
seluruh tubuh bekerjasama mengenali material asing yang sudah masuk ke dalam tubuh, dan
menyerang untuk menetralkan atau menghancurkan material asing tersebut. Material asing yang
merangsang untuk membentuk kekebalan disebut antigen. Antigen mungkin adalah bakteri,
jamur, ataupun virus
Sistem kekebalan bereaksi dengan antigen memproduksi antibodi. Respon ini disebut
antibody-mediated immunity. Ketika mengarah ke antigen, limfosit B (sel B) adalah suatu jenis
sel darah putih atau leukosit yang mengenali dan mengikat antigen. Limfosit T (sel T) berperan
penting dalam membantu sel B mengenali dan merespon terhadap antigen. Setelah
pembongkaran antigen, sel B berkembang untuk membentuk sel plasma, yang menghasilkan dan
mengeluarkan antibodi. Kebanyakan antibodi dilepaskan antara lain ke dalam aliran darah, air
mata, dan cairan lapisan sistem pencernaan. Salah satu tujuan untuk memproduksi antibodi
adalah menyediakan perlindungan terakhir melawan antigen. Pada waktu proses perkembangan
sel B, beberapa sel B menjadi sel memori yang memiliki kemampuan untuk mengenali benda
asing berikutnya, respon dalam pertumbuhan, memproduksi lebih banyak sel plasma, dan
menyediakan antibodi pada tubuh dengan perlindungan jangka panjang melawan antigen
(Gardner, 1991).
Antibodi sangat spesifik untuk antigen yang dibuat. Antibodi mengikat dan melapisi
antigen di mana antibodi dibuat. Setelah antigen ditutupi dengan antibodi, tipe leukosit makrofag
yang sering bisa mengenali mereka. Sel makrofag tersebut sangat efektif memfagosit. Dalam
fagositosis, makrofag menelan penutup antigen dengan antibodi, kemudian organel dalam
makrofag disebut lisosom melepaskan saluran enzim pencernaan antigen. Ketika antigen berupa
bakteri, beberapa antibodi melibatkan mekanisme pemecahan sel, proses tersebut disebut sel
lisis.
(Sumber: Thieman, 2013)
10
Menurut Thieman (2013), terdapat tiga perencanaan utama untuk menciptakan sistem
kekebalan dengan menggunakan vaksin, yaitu:
1. Subunit vaccine, dibuat dengan injeksi bagian struktur bakteri atau virus, pada umumnya
protein atau lemak dari mikroba. Efektifitas vaksin melawan virus hepatitis B satu dari contoh
pertama dari subunit vaksin.
2. Attenuated vaccine (vaksin yang dilemahkan), melibatkan penggunaan kehidupan virus atau
bakteri yang telah dilemahkan dengan genetic engineering untuk mencegah replikasi setelah
mereka dimasukkan ke dalam penerima vaksin. Vaksin sabin untuk polio adalah vaksin yang
dilemahkan seperti vaksin MMR dan vaksin Chickenpox.
3. Inactivated vaccine (vaksin tidak aktif), dibuat dengan membunuh patogen dan menggunakan
jasad renik inactive atau yang mati untuk vaksin. Campuran virus polio tidak aktif yang
digunakan adalah vaksin Shalk untuk melawan polio. Contoh vaksin inactive yang menjadi
umum di tahun terakhir. diantaranya vaksin rabies diatur untuk anjing dan kucing.
Banyak vaksin yang membutuhkan imunisasi pendek setiap beberapa tahun untuk
menstimulus kembali sistem kekebalan, sehingga dapat melanjutkan untuk menghasilkan tingkat
perlindungan dari antibodi dan memori sel imun, sedangkan vaksin DPT efektif sekitar 10 tahun.
Beberapa subunit vaksin yang melawan bakteri lebih dahulu dibuat dengan teknologi
rekombinan DNA. Untuk membuat suatu vaksin rekombinan subunit untuk radang hepatitis B,
ilmuwan gen mengklon protein pada permukaan luar virus ke dalam plasmid. Transformasi
dengan plasmid digunakan untuk mengeskpresikan sejumlah besar protein dari difusi protein
virus, yang digunakan sebagai vaksin untuk melawan infeksi hepatitis B. Pendekatan ini adalah
strategi umum untuk memproduksi vaksin subunit.
11
reaktor untuk memperbanyak sekuen DNA dalam proses polymerase chain reaction (PCR).
Enzim yang dihasilkan oleh bakteri E. coli salah satu contohnya adalah enzim selulosa.
Selulosa ini mendegradasi selulosa, yaitu suatu polisakarida yang dibentuk oleh dinding sel
tumbuhan. Enzim yang dihasilkan oleh bakteri ini dapat membantu pencernaan hewan untuk
mencerna makanan yang berupa tumbuhan. Protease subtilisin berasal dari Bacillus subtilis yang
merupakan komponen penting yang digunakan oleh banyak deterjen, yang berfungsi untuk
menghilangkan noda protein dari pakaian. Beberapa enzim bakteri juga digunakan untuk
memproduksi makanan, seperti enzim amilase yang digunakan mendegradasi pati untuk
membuat sirup jagung.
12
sel bakteri tanpa membunuh sel-sel yang lain. Teknik ini lebih efisien prosesnya daripada
transformasi yang menggunakan calcium chloride.
(Sumber: Pratiwi, 2001)
13
penyakit, baik itu pada manusia, hewan, maupun tumbuhan. Ilmuwan dapat menggunakan
berbagai teknik molekuler untuk mendeteksi dan mengetahui gejalanya yang disebut dengan
diagnosis mikroba.
14
mengidentifikasi mikroba yang dimasukkan dalam kondisi kesehatan publik. Hasilnya bisa
dibandingkan dengan data untuk diidentifikasi penjangkitan mikroba yang mengkontaminasi
makanan dan untuk memutuskan bagaimana untuk menanggapi sehingga meminimalisir
masyarakat yang terinfeksi (Thieman, 2013).
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan tersebut, maka didapatkan simpulan sebagai berikut:
1. Peranan mikroba pada berbagai aplikasi sehari-hari dapat dilakukan untuk produksi makanan,
fermentasi mikroba, terapi protein untuk pengobatan, dan penggunaan mikroba untuk melawan
mikroba lain..
2. Mikroba juga berperan pada pembuatan vaksin. Vaksin adalah bahan antigenik yang
digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat
mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme alami.
3. Peranan mikroba dalam mikrobiologi dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu sebagai
enzim mikroba, transformasi bakteri, elektroporesis, teknik cloning, dan ekspresinya.
4. Peranan mikroba pada proses diagnosa seperti sequencing genom mikroba memungkinkan
untuk mengidentifikasi banyak bakteri yang belum diketahui, berdasarkan gen yang terlibat
dalam metabolisme dan divisi sel bakteri yang menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan.
Beberapa cara molekuler yang tersedia untuk mengidentifikasi bakteri adalah RFLP, PCR, dan
cara-cara urutan DNA juga umum digunakan untuk identifikasi mikroba
5. Peranan mikroba pada proses pembuatan senjata biologis seperti cacar yang merupakan
penyakit yang diciptakan oleh berbagai macam virus.
16
16
DAFTAR PUSTAKA
Corebima, A.D. 2003. Genetika Mendel. Surabaya: Airlangga University Press.
Gardner, Eldon J. 1991. Principles of Genetics. New York: John Wiley & Sons Inc.
Med, J. 2008. Microbial Keratitis: Aetiological Diagnosis and Clinical Features In Patients
Admitted To Hospital Universiti Sains Malaysia. (Online),
(http://smj.sma.org.sg/4901/4901a11.pdf.), diakses 29 Januari 2015.
Murray, R.K., Granner, D.K., & Rodwell, V.W. 2009. Biokimia Harper Edisi 27. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Pratiwi, R. 2001. Mengenal Metode Elektroforesis. Jakarta: LIPI Oceana.
Thieman, W. & Palladino, M.A. 2013. Introduction to Biotechnology. San Fransisco: Pearson Education
Inc.
17