Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN

PRAKTIKUM MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN


MODEL BIOMASS DINAMIS

Disusun Oleh :
Carissa Paresky Arisagy
12 / 334991 / PN / 12981
Asisten :
Henok Christovel Valentino M

LABORATORIUM MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN


JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAHMADA
YOGYAKARTA
2015

ANALISIS PARAMETER PERTUMBUHAN


Carissa Paresky Arisagy
12 / 334991 / PN / 12981
Manajemen Sumberdaya Perikanan
Intisari
Di Indonesia, dengan semakin meningkatnya konsumsi ikan per kapita, menyebabkan
kebutuhan terhadap ikan juga mengalami peningkatan, sehingga mengakibatkan kegiatan
produksi perikanan tangkap juga meningkat pesat. Akan tetapi, tingkat produksi perikanan
tangkap yang berlebihan dan tidak dikelola dengan baik pada akhirnya dapat berakibat buruk,
yakni terkurasnya sumberdaya ikan sehingga semakin lama produksi ikan juga akan
mengalami penurunan dan menjadi tidak berkelanjutan. Jika hal ini terjadi, maka ketahanan
pangan akan terancam. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu upaya pengelolaan agar
sumberdaya ikan tetap terjaga dan tidak mempengaruhi ketahanan pangan. Salah satu langkah
pengelolaan yang dapat dilakukan adalah dengan mengatur volume penangkapan. Penentuan
volume tangkapan tersebut dapat dilakukan melalui pendekatan ketersediaan ikan di suatu
wilayah dengan model biomass dinamis. Tujuan dilakukannya praktikum Pemodelan Biomass
Dinamis ini adalah untuk mengetahui cara pengukuran MSY dan E MSY serta kegunaannya.
Kemudian praktikum ini juga bertujuan agar praktikan mampu menggunakan data statistik
perikanan untuk pengelolaan SDI. Praktikum dilaksanakan pada 30 April 2015 di
Laboratorium TPI, Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Hasil
analisis diperoleh CMSY = 411,107 ton dan nilai EMSY = 687,109 jam. Berdasarkan nilai CMSY
sumberdaya ikan belum mengalami overfishing, sedangkan berdasarkan nilai EMSY
sumberdaya ikan telah mengalami overfishing.
Kata kunci : biomass dinamis, CPUE, CMSY, EMSY, pengelolaan
PENDAHULUAN
Perikanan tangkap mempunyai peranan penting dalam menopang ketahanan pangan di
Indonesia, terutama dalam hal penyediaan ikan. Sebagai salah satu sumber protein hewani
utama bagi masyarakat, ikan telah menjadi salah satu komponen penting dalam mewujudkan
sistem ketahanan pangan. Di Indonesia, dengan semakin meningkatnya konsumsi ikan per
kapita, menyebabkan kebutuhan terhadap ikan juga mengalami peningkatan, sehingga
mengakibatkan kegiatan produksi perikanan tangkap juga meningkat pesat. Akan tetapi,
tingkat produksi perikanan tangkap yang berlebihan dan tidak dikelola dengan baik pada
akhirnya dapat berakibat buruk, yakni terkurasnya sumberdaya ikan sehingga semakin lama
produksi ikan juga akan mengalami penurunan dan menjadi tidak berkelanjutan. Jika hal ini
terjadi, maka ketahanan pangan akan terancam. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu upaya
pengelolaan agar sumberdaya ikan tetap terjaga dan tidak mempengaruhi ketahanan pangan.
Salah satu langkah pengelolaan yang dapat dilakukan adalah dengan mengatur volume

penangkapan. Melalui praktikum Manajemen Sumberdaya Perikanan acara Model Biomass


Dinamis akan dipelajari lebih lanjut mengenai penentuan volume tangkapan melalui
pendekatan ketersediaan ikan di suatu wilayah dengan model biomass dinamis.
Model biomass dinamis dapat digunakan untuk memprediksi volume tangkapan ikan
pada tahun tertentu. Pendekatan model biomass dinamis yang dikembangkan oleh Dudley dan
Soderquist (1999) didasarkan pada asumsi bahwa sumberdaya ikan bersifat dinamis,
dipengaruhi faktor jumlah tangkapan dan karakteristik biologi ikan, yaitu laju pertumbuhan
dan kematian ikan. Suadi (2010) juga menjelaskan bahwa model biomass dinamis pada
hakekatnya didasarkan pada biomassa alami yang mengasumsikan bahwa suatu populasi ideal
yang menghasilkan surplus biomass maksimum dapat menghasilkan tangkapan maksimum
per tahun. Pendapat ini didukung oleh Malawa et al. (2006) yang menyatakan bahwa pada
prinsipnya, sumberdaya ikan memiliki kemampuan untuk berproduksi melebihi kapasitas
produksi, sehingga apabila surplus tersebut dipanen, maka stok akan dapat bertahan secara
terus menerus. Tujuan utama dari penggunaan model biomass dinamis untuk mengkaji stok
ikan adalah untuk mengetahui tingkat maksimum suatu upaya tangkapan untuk suatu lokasi
penangkapan. Upaya maksimum tangkapan digunakan untuk mengelola sumberdaya ikan
yang lestari dalam pemanfaatannya sebagai pemenuhan kebutuhan hidup sumberdaya
manusia dan lestari dalam produktifitas stok ikan (Effendie, 2002).
Model biomass dinamis ini merupakan dasar pada perhitungan C MSY dan EMSY.
Perhitungan CMSY atau Maximum Sustainable Yield bertujuan untuk mengetahui batasan
jumlah tangkapan yang diperbolehkan sebagai suatu upaya untuk menghindari penangkapan
yang berlebih agar kelestarian stok ikan tetap terjaga. Sedangkan perhitungan E MSY bertujuan
untuk mengetahui batasan effort atau upaya penangkapan yang dilakukan dalam
mengeksploitasi stok ikan agar tidak terjadi overfishing (Malawa et al., 2006).
Adapun tujuan dilakukannya praktikum Manajemen Sumberdaya Perikanan acara
Pemodelan Biomass Dinamis ini adalah untuk mengetahui cara pengukuran MSY dan E MSY
serta kegunaannya. Di samping itu kegiatan praktikum ini juga bertujuan agar praktikan
mampu menggunakan data statistik perikanan untuk pengelolaan SDI.
METODOLOGI
Praktikum Manajemen Sumberdaya Perikanan acara Model Biomas Dinamis
dilakukan pada hari Kamis, tangal 30 April 2015, pada pukul 13.30 16.30 WIB. Praktikum
ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Penangkapan Ikan, Jurusan Perikanan, Fakultas
Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Adapun alat dan bahan yang digunakan antara lain

laptop, software Microsoft Excel serta data tangkapan (catch) dan upaya (effort) dari tahun
1968 sampai dengan 1977.
Pada prinsipnya acara praktikum Model Biomass Dinamis ini dilakukan dengan
menentukan nilai EMSY dan CMSY serta membuat grafik sebar untuk data CPUE dan data
tangkapan pada tiap upaya dengan menggunakan program microsoft excel. Data CPUE dan
effort dapat digunakan untuk mencari nilai intercept () menggunakan fungsi INTERCEPT
dan nilai slope () menggunakan fungsi SLOPE yang kemudian dimutlakkan. Nilai EMSY

didapatkan dengan menggunakan rumus

C MSY =

E MSY =

dan nilai MSY (CMSY) dengan rumus

2
4 .

HASIL DAN PEMBAHASAN


Acara praktikum Model Biomass Dinamis ini pada prinsipnya dilakukan dengan
dengan menganalisis data produksi hasil tangkapan menggunakan program microsoft excel
untuk menentukan nilai dan CMSY serta membuat grafik sebar untuk data CPUE dan data
tangkapan pada tiap upaya dengan menggunakan program microsoft excel. Nilai CPUE dan
effort dapat digunakan untuk mencari nilai intercept () menggunakan fungsi INTERCEPT
dan nilai slope () menggunakan fungsi SLOPE yang kemudian dimutlakkan. Nilai EMSY

didapatkan dengan menggunakan rumus

E MSY =

dan nilai MSY (CMSY) dengan rumus

C MSY =

4 .
Tabel 1. Data Produksi Ikan
Tahun
1968
1969
1970
1971
1972

Catch
(ton)
382,7
320,4
402,5
365,6
606,1

Effort
(Jam)
398,7
364,1
447,2
420,2
841,8

CPUE
0,960
0,880
0,900
0,870
0,720

1973
1974
1975
1976
1977

377,6
318,8
309,4
389,0
276,9

662,5
708,5
736,6
926,2
565,1

0,570
0,450
0,420
0,420
0,490

Tabel 2. Hasil analisis data produksi ikan tahun 1968-1977

Berdasarkan

hasil

(Tabel 1) diperoleh nilai CMSY

Intercept ()
-Slope ()
E msy (jam)
C msy (ton)

1,1966274
0,0008708
687,109
411,107

analisis data produksi ikan


sebesar 411,107 ton. Menurut

Malawa et al. (2006), perhitungan CMSY dilakukan untuk mengetahui batasan jumlah
tangkapan yang diperbolehkan sebagai suatu upaya untuk menghindari penangkapan yang
berlebih agar kelestarian stok ikan tetap terjaga. Artinya jumlah tangkapan yang
diperbolehkan untuk menghindari hasil tangkapan berlebih agar stok ikan tetap lestari adalah
sebesar 411,107 ton. Apabila ditinjau berdasarkan data produksi ikan dari tahun 1968 hingga
1977, hasil tangkapan yang diperoleh nelayan sangat fluktuatif. Akan tetapi, secara
keseluruhan hasil tangkapan yang diperoleh tersebut masih dapat dikatakan lestari, karena
sebagian besar hasil tangkapan masih beradi di bawah nilai 411,107 ton. Meskipun demikian,
pada tahun 1972 sumberdaya ikan mengalami overfishing, dimana hasil tangkapannya
mencapai 606,1 ton, melebihi nilai CMSY yang hanya sebesar 411,07 ton.
Analisis data produksi ikan (Tabel 1) juga menghasilkan nilai E MSY yang besarnya
687,109 jam. Malawa et al. (2006) menjelaskan bahwa perhitungan E MSY bertujuan untuk
mengetahui batasan effort atau upaya penangkapan yang dilakukan dalam mengeksploitasi
stok ikan agar tidak terjadi overfishing. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa upaya
maksimum yang diperbolehkan dalam mengeksploitasi stok ikan agar tidak terjadi
overfishing adalah sebanyak 687,109 jam. Berdasarkan data produksi ikan dari tahun 1968
hingga 1977, besarnya upaya tangkapan yang dilakukan oleh nelayan sangat fluktuatif dengan
kecenderungan semakin meningkat. Berdasarkan nilai EMSY dan data produksi ikan dari tahun
1968 hingga 1977 dapat dikatakan bahwa secara umum stok ikan pada daerah tersebut telah
mengalami overfishing khususnya pada tahun 1972, 1974, 1975, dan 1976. Dimana pada
tahun-tahun tersebut besarnya upaya penangkapan telah melebihi 687,109 jam.

CPUE vs Effort
1.200
1.000
0.800

f(x) = - 0x + 1.2
R = 0.61

CPUE 0.600
0.400

CPUE
Linear (CPUE)

0.200
0.000
0.0

500.0

1000.0

Effort

Grafik 1. Grafik CPUE vs Effort


Berdasarkan

grafik

tersebut

diperoleh

persamaan

regresi

linier

y=0,009 x+1,1966 ,

dengan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,6071. Dengan demikian dapat diartikan bahwa
pengaruh upaya (effort) terhadap hasil tangkapan per unit upaya (CPUE) cukup kuat, dimana
60,71% upaya (effort) mempengaruhi hasil tangkapan per unit upaya (CPUE), sementara
39,29% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Pada Grafik 1. tampak bahwa kurva yang
terbentuk dari hasil analisis regresi linier antara upaya (effort) dengan hasil tangkapan per unit
upaya (catch per unit effort) adalah negatif atau terjadi trend penurunan. Artinya setiap

penambahan upaya penangkapan (effort) akan mengurangi jumlah hasil tangkapan per satuan
unit upaya (CPUE). Dalam hal ini effort atau upayanya merupakan waktu / trip penangkapan,
semakin banyak waktu / trip penangkapan di suatu perairan tertentu maka jumlah hasil
tangkapan dari setiap tripnya akan berkurang.

Prediksi vs Observasi
500.0
400.0
300.0

Observasi

Catch 200.0

Prediksi

100.0
0.0
0.0

500.0

1000.0

1500.0

Effort

Grafik 2. Hubungan Catch dan Effort Prediksi vs Observasi


Berdasarkan grafik tersebut, terlihat garis merah yang menunjukkan bahwa kegiatan
penangkapan diprediksi akan membentuk kurva parabola. Ketika jumlah effort berada pada
kisaran 0 - 750 maka hasil tangkapan akan terus bertambah seiring bertambahnya upaya
penangkapan (effort). Namun ketika upaya penangkapan (effort) terus ditambah hingga
melewati titik MSY (Maximum Sustainable Yield) maka hasil tangkapan akan cenderung
menurun. Apabila upaya penangkapan (effort) terus ditambah hingga melebihi titik MSY
maka kondisi sumberdaya perikanan akan mengalami overfishing sehingga jumlah stok
semakin menipis. Meskipun demikian, idealnya kegiatan penangkapan berada pada titik 80%
dari potensi lestari atau MSY (Maximum Sustainable Yield). Seperti yang diungkapkan oleh

FAO (1995) bahwa potensi yang dapat dimanfaatkan (TAC / Total Allowable Catch) adalah
sebesar 80% dari MSY (Maximum Sustainable Yield).
Berdasarkan Grafik 2. tersebut dapat dikatakan bahwa nilai observasi relatif sesuai
dengan nilai prediksinya. Hal tersebut terlihat dari titik-titik pada kurva observasi yang
mendekati kurva prediksinya, dimana hanya beberapa titik saja yang berada di luar/ jauh dari
kurva prediksinya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil observasi cukup
representatif.
Pengelolaan perikanan yang berkelanjutan sangat penting bagi kelestarian sumber
daya ikan. Salah satu upaya yang dapat dijadikan landasan dalam pengelolaan perikanan
adalah aplikasi model biomass dinamis. Melalui model ini dapat dilakukan penentuan volume
tangkapan ikan maksimum berdasarkan pendekatan ketersediaan ikan di suatu wilayah. Tidak
hanya itu, melalui pendekatan model biomass dinamis juga dapat ditentukan besarnya upaya
maksimum yang dapat dilakukan agar sumberdaya ikan dapat tetap lestari. Model biomass
dinamis ini tentunya dapat digunakan untuk menentukan alternatif terbaik pengeloaan
perikanan sehingga stok dari sumberdaya perikanan terjaga serta dapat dimanfaatkan secara
optimal dan berkelanjutan.
KESIMPULAN
Berdasarkan data yang diperoleh, didapatkan nilai C MSY sebesar 411,107 ton dan nilai
EMSY sebesar 687,109 jam. Nilai CMSY digunakan untuk mengetahui batasan jumlah tangkapan
yang diperbolehkan sebagai suatu upaya untuk menghindari penangkapan berlebih agar
kelestarian stok ikan tetap terjaga, sedangkan nilai EMSY berguna untuk mengetahui batasan
upaya penangkapan yang dapat dilakukan dalam mengeksploitasi stok ikan agar tidak terjadi
overfishing. Berdasarkan nilai CMSY, sumberdaya ikan pada data produksi penangkapan yang
disajikan, secara umum belum mengalami overfishing, sedangkan berdasarkan nilai EMSY
upaya (effort) yang dilakukan telah melebihi batasan lestarinya, menandakan bahwa stok ikan
telah mengalami overfishing.
SARAN
Perlu dilakukan analisis penentuan CMSY dan EMSY di masing-masing Wilayah
Pengelolaan Perairan Republik Indonesia (WPP-RI) secara merata tanpa terkecuali agar dapat
ditentukan status dan langkah pengelolaan yang tepat. Kemudian informasi mengenai hasil
analisis CMSY dan EMSY sebaiknya dipublikasikan kepada seluruh masyarakat khususnya

nelayanbahkan pemerintah sebagai upaya pendekatan mengenai pengelolaan usaha perikanan


yang berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Dudley, R.G. dan C.S. Soderquist. 1999. A Simple Example of How System Dynamics
Modeling can Clarify, and Improve Discussion and Modification, of Model Structure.
American Fisheries Society. Charlotte. North Carolina.
Effendie, M.I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.
FAO. 1995. CCRF, Code of Condusct for Responsible Fisheries. Fisheries Department of
Food and Agriculture Organization. Rome.
Malawa, A. et al. 2006. Studi Pendugaan Potensi Sumberdaya Perikanan Dan Kelautan
Kabupaten Selayar. Kantor Litbangda Kabupaten. Selayar.
Suadi. 2010. Petunjuk Praktikum Manajemen Sumberdaya Perikanan II. Jurusan Perikanan
Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai