Disusun Oleh :
Carissa Paresky Arisagy
12 / 334991 / PN / 12981
Asisten :
Henok Christovel Valentino M
laptop, software Microsoft Excel serta data tangkapan (catch) dan upaya (effort) dari tahun
1968 sampai dengan 1977.
Pada prinsipnya acara praktikum Model Biomass Dinamis ini dilakukan dengan
menentukan nilai EMSY dan CMSY serta membuat grafik sebar untuk data CPUE dan data
tangkapan pada tiap upaya dengan menggunakan program microsoft excel. Data CPUE dan
effort dapat digunakan untuk mencari nilai intercept () menggunakan fungsi INTERCEPT
dan nilai slope () menggunakan fungsi SLOPE yang kemudian dimutlakkan. Nilai EMSY
C MSY =
E MSY =
2
4 .
E MSY =
C MSY =
4 .
Tabel 1. Data Produksi Ikan
Tahun
1968
1969
1970
1971
1972
Catch
(ton)
382,7
320,4
402,5
365,6
606,1
Effort
(Jam)
398,7
364,1
447,2
420,2
841,8
CPUE
0,960
0,880
0,900
0,870
0,720
1973
1974
1975
1976
1977
377,6
318,8
309,4
389,0
276,9
662,5
708,5
736,6
926,2
565,1
0,570
0,450
0,420
0,420
0,490
Berdasarkan
hasil
Intercept ()
-Slope ()
E msy (jam)
C msy (ton)
1,1966274
0,0008708
687,109
411,107
Malawa et al. (2006), perhitungan CMSY dilakukan untuk mengetahui batasan jumlah
tangkapan yang diperbolehkan sebagai suatu upaya untuk menghindari penangkapan yang
berlebih agar kelestarian stok ikan tetap terjaga. Artinya jumlah tangkapan yang
diperbolehkan untuk menghindari hasil tangkapan berlebih agar stok ikan tetap lestari adalah
sebesar 411,107 ton. Apabila ditinjau berdasarkan data produksi ikan dari tahun 1968 hingga
1977, hasil tangkapan yang diperoleh nelayan sangat fluktuatif. Akan tetapi, secara
keseluruhan hasil tangkapan yang diperoleh tersebut masih dapat dikatakan lestari, karena
sebagian besar hasil tangkapan masih beradi di bawah nilai 411,107 ton. Meskipun demikian,
pada tahun 1972 sumberdaya ikan mengalami overfishing, dimana hasil tangkapannya
mencapai 606,1 ton, melebihi nilai CMSY yang hanya sebesar 411,07 ton.
Analisis data produksi ikan (Tabel 1) juga menghasilkan nilai E MSY yang besarnya
687,109 jam. Malawa et al. (2006) menjelaskan bahwa perhitungan E MSY bertujuan untuk
mengetahui batasan effort atau upaya penangkapan yang dilakukan dalam mengeksploitasi
stok ikan agar tidak terjadi overfishing. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa upaya
maksimum yang diperbolehkan dalam mengeksploitasi stok ikan agar tidak terjadi
overfishing adalah sebanyak 687,109 jam. Berdasarkan data produksi ikan dari tahun 1968
hingga 1977, besarnya upaya tangkapan yang dilakukan oleh nelayan sangat fluktuatif dengan
kecenderungan semakin meningkat. Berdasarkan nilai EMSY dan data produksi ikan dari tahun
1968 hingga 1977 dapat dikatakan bahwa secara umum stok ikan pada daerah tersebut telah
mengalami overfishing khususnya pada tahun 1972, 1974, 1975, dan 1976. Dimana pada
tahun-tahun tersebut besarnya upaya penangkapan telah melebihi 687,109 jam.
CPUE vs Effort
1.200
1.000
0.800
f(x) = - 0x + 1.2
R = 0.61
CPUE 0.600
0.400
CPUE
Linear (CPUE)
0.200
0.000
0.0
500.0
1000.0
Effort
grafik
tersebut
diperoleh
persamaan
regresi
linier
y=0,009 x+1,1966 ,
dengan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,6071. Dengan demikian dapat diartikan bahwa
pengaruh upaya (effort) terhadap hasil tangkapan per unit upaya (CPUE) cukup kuat, dimana
60,71% upaya (effort) mempengaruhi hasil tangkapan per unit upaya (CPUE), sementara
39,29% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Pada Grafik 1. tampak bahwa kurva yang
terbentuk dari hasil analisis regresi linier antara upaya (effort) dengan hasil tangkapan per unit
upaya (catch per unit effort) adalah negatif atau terjadi trend penurunan. Artinya setiap
penambahan upaya penangkapan (effort) akan mengurangi jumlah hasil tangkapan per satuan
unit upaya (CPUE). Dalam hal ini effort atau upayanya merupakan waktu / trip penangkapan,
semakin banyak waktu / trip penangkapan di suatu perairan tertentu maka jumlah hasil
tangkapan dari setiap tripnya akan berkurang.
Prediksi vs Observasi
500.0
400.0
300.0
Observasi
Catch 200.0
Prediksi
100.0
0.0
0.0
500.0
1000.0
1500.0
Effort
FAO (1995) bahwa potensi yang dapat dimanfaatkan (TAC / Total Allowable Catch) adalah
sebesar 80% dari MSY (Maximum Sustainable Yield).
Berdasarkan Grafik 2. tersebut dapat dikatakan bahwa nilai observasi relatif sesuai
dengan nilai prediksinya. Hal tersebut terlihat dari titik-titik pada kurva observasi yang
mendekati kurva prediksinya, dimana hanya beberapa titik saja yang berada di luar/ jauh dari
kurva prediksinya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil observasi cukup
representatif.
Pengelolaan perikanan yang berkelanjutan sangat penting bagi kelestarian sumber
daya ikan. Salah satu upaya yang dapat dijadikan landasan dalam pengelolaan perikanan
adalah aplikasi model biomass dinamis. Melalui model ini dapat dilakukan penentuan volume
tangkapan ikan maksimum berdasarkan pendekatan ketersediaan ikan di suatu wilayah. Tidak
hanya itu, melalui pendekatan model biomass dinamis juga dapat ditentukan besarnya upaya
maksimum yang dapat dilakukan agar sumberdaya ikan dapat tetap lestari. Model biomass
dinamis ini tentunya dapat digunakan untuk menentukan alternatif terbaik pengeloaan
perikanan sehingga stok dari sumberdaya perikanan terjaga serta dapat dimanfaatkan secara
optimal dan berkelanjutan.
KESIMPULAN
Berdasarkan data yang diperoleh, didapatkan nilai C MSY sebesar 411,107 ton dan nilai
EMSY sebesar 687,109 jam. Nilai CMSY digunakan untuk mengetahui batasan jumlah tangkapan
yang diperbolehkan sebagai suatu upaya untuk menghindari penangkapan berlebih agar
kelestarian stok ikan tetap terjaga, sedangkan nilai EMSY berguna untuk mengetahui batasan
upaya penangkapan yang dapat dilakukan dalam mengeksploitasi stok ikan agar tidak terjadi
overfishing. Berdasarkan nilai CMSY, sumberdaya ikan pada data produksi penangkapan yang
disajikan, secara umum belum mengalami overfishing, sedangkan berdasarkan nilai EMSY
upaya (effort) yang dilakukan telah melebihi batasan lestarinya, menandakan bahwa stok ikan
telah mengalami overfishing.
SARAN
Perlu dilakukan analisis penentuan CMSY dan EMSY di masing-masing Wilayah
Pengelolaan Perairan Republik Indonesia (WPP-RI) secara merata tanpa terkecuali agar dapat
ditentukan status dan langkah pengelolaan yang tepat. Kemudian informasi mengenai hasil
analisis CMSY dan EMSY sebaiknya dipublikasikan kepada seluruh masyarakat khususnya