Anda di halaman 1dari 26

BAGIAN ILMU BEDAH LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN OKTOBER 2021


UNIVERSITAS HALU OLEO

UNION FRACTURE 1/3 DISTAL RADIUS DEXTRA

Oleh :
Dyah Fauziah Ilyas, S.Ked
K1A1 14 116

Pembimbing :
dr. Rustam Noertika, Sp.OT, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2021

1
BAB I
LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 39 tahun
Alamat : Jl. Banteng, Kendari
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal Masuk : 2 Oktober 2021

B. Anamnesis
Keluhan utama : Ingin melepas implant
Anamnesis terpimpin : Riwayat pasang implant
Mechanism of trauma :
Riwayat pasien terjatuh dari motor pada tahun 2019 akibat kecelakaan
lalu lintas karena tumpuan kaki pada motor yang tidak seimbang. Pasien
terjatuh dengan posisi tangan kanan menyentuh tanah terlebih dahulu untuk
menumpu kemudian jatuh dalam posisi terduduk.
- Riwayat pingsan saat terjatuh (-)
- Riwayat mual dan muntah (-)
- Riwayat konsumsi alkohol dan obat-obatan (-)
- Riwayat penyakit sebelumnya (-)
- Keluhan lain : (-)
- Tangan dominan : tangan kanan

C. Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis (E4M6V5)
Gizi : Baik

2
2. Tanda vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 78 x/menit, reguler, kuat angkat
Pernapasan : 20 x/menit, reguler, simteris kiri dan kanan
Suhu : 36,7ᴼC/aksila
VAS : 3/10 (nyeri ringan)
3. Status Present
Kepala : Dalam batas normal
Mata : Dalam batas normal
Telinga : Dalam batas normal
Hidung : Dalam batas normal
Mulut : Dalam batas normal
Thorax : Dalam batas normal
Abdomen : Dalam batas normal
Ekstremitas : Status Lokalis
Superior
Ekstremitas : Dalam batas normal
Inferior
4. Status Lokalis
Regio Antebrachii Dextra:
Inspeksi : Deformitas (-), hematoma (-), udem (-), luka (tampak scar
bekas operasi)
Palpasi : Nyeri tekan (-)
ROM :
Evaluasi gerak aktif dan pasif pada elbow joint dextra
Fleksi maksimal 150ᴼ (dalam batas normal)
Supinasi 90ᴼ (dalam batas normal)
Pronasi 90ᴼ (dalam batas normal)
NVD : Sensibilitas baik, pulsasi arteri radialis dextra teraba, CRT
< 2 detik

3
D. Foto Klinis

Gambar 1. Foto Klinis Pasien

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah Rutin ( Tanggal 02/10/2021)
• WBC : 11,66 x 103/uL
• HB : 14,5 g/dL
• PLT : 281 x 103/uL

4
2. X-Ray Antebrachii AP/Lateral (01/10/2021)

Kesan: Fracture 1/3 distal os radius dextra with internal fixation

F. Resume
Pasien Ny. S, 39 tahun masuk dengan keluhan ingin melepas implant.
Riwayat pasien terjatuh dari motor pada tahun 2019 akibat kecelakaan lalu
lintas karena tumpuan kaki pada motor yang tidak seimbang. Pasien terjatuh
dengan posisi tangan kanan menyentuh tanah terlebih dahulu untuk menumpu
kemudian jatuh dalam posisi terduduk. Pasien pernah dipasangkan internal
fixation pada antebrachii dextra karena tidak ada perubahan. Riwayat
penyakit: DM (-), HT (-), Asam Urat (+). Tangan dominan: tangan kanan.

5
Pemeriksaan fisik sakit sedang, composmentis, pasien nyeri sedang
(VAS 3/10). Pada region antebrachii dextra, inspeksi tampak luka (tampak
scar bekas operasi). Radiologi X-Ray antebrachii dextra AP/lateral dengan
kesan fracture 1/3 distal os radius dextra with internal fixation. Pemeriksaan
laboratorium didapatkan WBC 11,66 x 103.

G. Diagnosa Kerja
Union Fracture 1/3 Distal Radius Dextra

H. Diferensial Diagnosis
- Closed fracture 1/3 distal os ulnaris
- Fracture Galleazzi
- Malunion fracture 1/3 distal radius dextra
- Delayed union fracture 1/3 distal radius dextra

I. Rencana Terapi
a. Terapi Non Farmakologi
 Rest: Mengistirahatkan pasien
 Immobilization: Mengistirahatkan tangan kanan namun tetap
menggerakkan sendi-sendi jari tangan agar aliran darah tetap
mengalir. Tindakan imobilisasi untuk mengurangi pergerakan sendi.
 Ice compres: Dilakukan jika ada nyeri dan soft tissue swelling pada
jaringan sekitar
 Elevation: Dilakukan sesuai indikasi
 Education: Pasien diedukasi untuk makan seperti biasa sebaiknya
yang bergizi seimbang, menjaga higinitas dan mengurangi aktivitas
yang berat.

6
b. Terapi Farmakologis
 IVFD RL 20 TPM
 Antibiotik Injeksi golongan sefalosporin generasi 2 spektrum luas
(Ceftriaxone 1 g/ 12 j/ IV)
 Analgetik NSAID (Ketorolac 30 mg/ 8 j/ IV)
 H2RA (Ranitidin 50 mg /8 j/ IV)

c. Konsul Bedah Orthopedi (rencana removal of implant)

J. Follow Up
Hari/
Perjalanan penyakit Planning
Tanggal
03/10/2021 S :Nyeri pada lengan kanan T :
bawah 1. Non farmakolagi
O :Sakit sedang Rest :
TD : 110/80 mmHg - Beristirahat yang cukup
N : 78x/m, regular kuat Immobilization
angkat - Mengurangi pergerakan sendi
P : 20x/m yang mengalami fraktur
S : 36,7° C Ice compres
VAS : 3/10 (nyeri ringan) - Dilakukan sesuai indikasi
Status lokalis regio Elevasi
antebrachii dextra : - Dilakukan sesuai indikasi
Inspeksi : Deformitas (+), Education
hematoma (-), udem (-), - Makan seperti biasa sebaiknya
luka (-) yang bergizi seimbang dan
Palpasi: Nyeri tekan (-), menjaga kebersihan diri.
perabaan hangat (-)
ROM: Evaluasi gerak aktif
dan pasif pada elbow joint 2. Farmakologi

7
dextra Injeksi Analgetik NSAID
Fleksi maksimal 150ᴼ Injeksi H2RA
(normal 150ᴼ) Injeksi Antibiotik
Supinasi 90ᴼ (normal 90ᴼ) 3. Konsul Bedah Ortopedi
Pronasi 90ᴼ (normal 90ᴼ) Rencana Operasi besok (04/10/21)
NVD : Sensibilitas baik,
pulsasi A. Radialis dextra
teraba, CRT ≤ 2 detik.
Lab :
WBC: 11,66 x 103/ul
HB: 14,5 g/dL
PLT : 281 x 103/ul
Foto Rontgen Antebrachii
AP/Lat Kesan : Fraktur 1/3
distal os radius dextra with
internal fixation
A : PH1 + Unior Fracture
1/3 Distal Radius Dextra

04/10/2021 S : Nyeri bekas operasi T:


O : Sakit sedang Operasi : Removal of Implant
TD : 110/70 mmHg Instruksi post op :
N : 86x/menit - IVFD RL 20 tpm
P : 20x/menit - Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
S : 36,8°C - Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
VAS : 3/10 (nyeri - Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam
ringan) - Fibumin 3x2
- Elevasi lengan kanan
Status lokalis regio - GV/2 hari
antebrachii dextra :

8
Inspeksi : Deformitas (+),
hematoma (-), udem (-),
luka (-)
Palpasi: Nyeri tekan (-),
perabaan hangat (-)
ROM: Evaluasi gerak aktif
dan pasif pada elbow joint
dextra
Fleksi maksimal 150ᴼ
(normal 150ᴼ)
Supinasi 90ᴼ (normal 90ᴼ)
Pronasi 90ᴼ (normal 90ᴼ)
NVD : Sensibilitas baik,
pulsasi A. Radialis dextra
teraba, CRT ≤ 2 detik.
A : PH2 + POH0 + Post
Removal of Implant

05/10/2021 S : Nyeri bekas operasi T:


berkurang - IVFD RL 20 tpm
O : Sakit sedang - Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
TD : 110/80 mmHg - Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
N : 74x/menit - Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam
P : 20x/menit - Fibumin 3x2
S : 37,2°C - Rencana GV besok
VAS : 3/10 (nyeri - Rawat jalan
ringan)
Status lokalis regio
antebrachii dextra :
Inspeksi : Deformitas (+),

9
hematoma (-), udem (-),
luka (-)
Palpasi: Nyeri tekan (-),
perabaan hangat (-)
ROM: Evaluasi gerak aktif
dan pasif pada elbow joint
dextra
Fleksi maksimal 150ᴼ
(normal 150ᴼ)
Supinasi 90ᴼ (normal 90ᴼ)
Pronasi 90ᴼ (normal 90ᴼ)
NVD : Sensibilitas baik,
pulsasi A. Radialis dextra
teraba, CRT ≤ 2 detik.
A : PH3 + POH1 + Post
Removal of Implant

10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI

Tulang radius adalah sebuah tulang yang berada pada lateral atau

bagian luar lengan bawah, diantara tulang humerus dan tulang carpal, dan

berdampingan dengan tulang ulna. Tulang radius dapat dibagi menjadi tiga

area yaitu ujung proksimal, batang atau corpus, dan ujung distal. Ujung

proksimal tulang radius terdiri dari caput, collum, dan tuberositas. Caput

radii berbentuk seperti cakram dengan permukaan bagian atas seperti

mangkuk dangkal yang berartikulasi dengan capitulum humerus, sementara

bagian samping caput radii sebelah dalam atau medial berartikulasi dengan

incisura ulnaris. Caput radii dilapisi oleh cartilago articularis.1

Collum radii terletak di bawah caput, mempunyai bentuk seperti

penyempitan dari bagian distal radius menuju ke bagian caput radius.

Tuberositas radii terletak pada daerah distal sampai medial collum yang

mempunyai permukaan bagian belakang kasar, namun bagian depannya

halus. Tuberositas radii juga mempunyai fungsi sebagai tempat perlekatan

atau insersio otot biseps dan pembatas antara proksimal radius dengan corpus

radius. Pada bagian batang atau corpus radii terdapat beberapa margo atau

batas serta facies atau permukaan. Terdapat tiga margo, yaitu margo anterior,

posterior, dan interossea.1

11
Margo anterior terletak di bagian depan pada posisi anatomi, terlihat

jelas pada kedua ujungnya namun membulat atau tidak terdefinisikan diantara

keduanya. Margo posterior terletak di sepertiga tengah corpus radii bagian

belakang. Margo interossea tajam ke arah medial, kecuali pada dua area,

proksimaldekat tuberositaas, serta sebagai tempat perlekatan membrana

interossea yang mengikat atau menghubungkan antara tulang radius dengan

tulang ulna. Untuk facies terdapat tiga pembagian, yaitu facies anterior,

posterior, dan lateral. Pada ujung distal radius terdapat processus styloideus

yang berada pada sisi lateral tulang radius. Pada sisi medial adalah incisura

ulnaris yang berartikulasi dengan tulang ulna bagian distal (distal radioulnar

joint). Permukaan bawah atau inferior distal radius berartikulasi dengan

tulang schaphoideum dan tulang lunatum.1

12
Gambar 1. Anatomi Tulang Radius Ulna.2

B. DEFINISI

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas sebuah tulang. Fraktur

merupakan gangguan pada kontinuitas tulang, lempeng epifisis, dan tulang

rawan (sendi).3 Fraktur radius distal adalah salah satu jenis fraktur yang

paling sering terjadi dan terbukti telah meningkat selama bertahun-tahun.4

C. EPIDEMIOLOGI

13
Jumlah kasus fraktur radius distal merupakan seperenam dari semua

patah tulang dengan lebih dari 640.000 kasus yang terdata pada tahun 2001

hanya di Amerika Serikat. Di Swedia, angka kejadian fraktur radius distal

adalah 24 per 10.000 orang/tahun. Dimana rasio antara perempuan dan

laki-laki adalah 3:1. Peningkatan insiden fraktur radius distal sebanding

dengan peningkatan usia. Kejadian fraktur radius distal di bawah usia

50 tahun yaitu sekitar 9 per 10.000 orang/tahun tanpa memandang jenis

kelamin. Pada wanita, insiden fraktur meningkat tajam dari usia diatas 50

tahun dan meningkat dua kali lipat dengan setiap interval usia 10 tahun

sampai usia 70 tahun dan mencapai puncaknya setelah usia 90 tahun

yaitu 144 per 10.000 orang/tahun.5

D. ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI

Pada kebanyakan aktifitas, sisi dorsal dari radius distal cenderung

mengalami tension, sisi volar dari radius distal cenderung mengalami

kompresi, hal ini disebabkan oleh bentuk integritas dari korteks pada sisi

distal dari radius, dimana sisi dorsal lebih tipis dan lemah sedangkan pada sisi

volar lebih tebal dan kuat. Beban yang berlebihan dan mekanisme trauma

yang terjadi pada pergelangan tangan akan menentukan bentuk garis fraktur

yang akan terjadi. Lebih dari 68 persen dari fraktur pada radius distal dan ulna

memiliki korelasi dengan cedera jaringan lunak, seperti robekan parsial dan

total, ligament schapolunatum, dan ligament lunotriquetral.6

14
Mekanisme umum fraktur radius distal pada usia muda termasuk jatuh

dari ketinggian, kecelakaan kendaraan bermotor, atau cedera karena olah

raga. Pada orang tua, fraktur radius distal sering timbul dari mekanisme

energi yang rendah, seperti terjatuh pada saat berjalan, ataupun terpeleset.

Mekanisme cedera yang paling umum terjadi adalah jatuh ke tangan terulur

dengan pergelangan tangan dalam dorsofleksi. Fraktur radius distal terjadi

ketika dorsofleksi pergelangan tangan bervariasi antara 40 dan 90 derajat,

dengan derajat yang lebih rendah dari gaya yang dibutuhkan pada sudut yang

lebih kecil. Impaksi pada tulang metaphysis distal radius terhadap tulang

karpal juga sering terjadi. Selain itu, kekuatan dari mekanisme trauma juga

sering mengakibatkan keterlibatan permukaan artikular. Mekanisme dengan

energi tinggi (misalnya, trauma kendaraan/kecelakaan lalu lintas) dapat

mengakibatkan pergeseran atau fraktur yang sangat kominutif (fraktur lebih

dari tiga fragmen) dan mengakibatkan sendi wrist tidak stabil.6

E. KLASIFIKASI

Klasifikasi berdasarkan proses penyembuhan tulang terbagi menjadi:

1. Malunion

Malunion dapat bersifat ekstraartikular, intraartikular, atau

keduanya. Hal ini terjadi ketika patah tulang sembuh dengan penyelarasan

yang tidak tepat atau ketidaksesuaian artikular. Umumnya pada bidang

sagital, malunion menyebabkan hilangnya kemiringan palmar.7

15
Di bidang koronal, malunion muncul sebagai hilangnya inklinasi

radial dan pemendekkan radial. Malunion didefinisikan sebagai

kemiringan radial kurang dari 10-15°, kemiringan punggung sama atau

lebih besar dari 10°, tinggi radial (panjang) kurang dari 10 mm, variansi

ulnaris lebih besar atau sama dengan 2-3 mm, dan artikular step-off lebih

besar dari 2 mm. Hilangnya kemiringan palmar dapat menyebabkan

ketidaksesuaian pada sendi ulnar radial distal dan pengetatan interoseus

membran mengakibatkan hilangnya rotasi lengan. Malunion dengan

komponen intra-artikular memerlukan pencitraan canggih seperti

computerized tomographic (CT) scan.7

2. Nonunion

Nonunion pada fraktur terbuka jarang terjadi. Laporan Bacorn dan

Kurtzke tingkat nonunion sebesar 0,2% dalam sebuah studi tahun 2000

New York pasien kompensasi pekerja. Secara umum, fraktur distal radius

yang tidak menunjukkan radiografi tanda-tanda penyambungan trabekula

di lokasi fraktur pada 6 bulan dapat dikategorikan sebagai nonunion,

sedangkan yang tidak memiliki tanda penyembuhan pada 3-4 bulan pasca-

cedera dapat dianggap sebagai penyatuan yang tertunda. CT scan berguna

tidak hanya untuk mengkonfirmasi nonunion tetapi juga dapat membantu

dalam perencanaan pra operasi.7

16
F. DIAGNOSIS

1. Anamnesis

Pasien dengan fraktur radial distal akan sering mengeluh nyeri

ekstremitas atas distal pasca trauma. Fraktur radius distal juga dapat hadir

sebagai bagian dari presentasi trauma multipel yang lebih besar.

Anamnesis harus fokus pada mekanisme cedera, durasi, dan kualitas

gejala. Anamnesis pasien juga harus mencakup perincian seperti: tangan

dominan mereka, profesi, dan kondisi komorbiditas. Anamnesis juga harus

membantu mengungkap kemungkinan komplikasi. Pertanyaan harus fokus

pada indikator neurovaskular seperti: mati rasa, kesemutan, kelemahan,

atau perubahan warna anggota tubuh. Sebagai catatan, saraf median adalah

saraf yang paling sering cedera pada fraktur distal radius dan mirip dengan

sindrom terowongan karpal akut.8

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik terfokus harus mengevaluasi deformitas dan

penampilan umum dari ekstremitas bagian distal. Pemeriksaan ekstremitas

biasanya terdapat laserasi yang dapat mengindikasikan adanya fraktur

terbuka karena hal ini akan dengan cepat mengubah manajemen cedera.

Mungkin ada krepitasi menutupi lokasi fraktur. Pemeriksaan fisik juga

harus fokus untuk mengesampingkan komplikasi seperti sindrom

kompartemen atau masalah neurovaskular lainnya. Denyut nadi radial

harus kuat dan sama antara ekstremitas atas. Cappilary Refill Time distal

fraktur harus kurang dari 2-3 detik.8

17
Uji fungsi motorik saraf radial dengan meminta pasien

memperpanjang sendi metacarpophalangeal jari melawan resistensi.

Meminta pasien menggerakkan palmar dari ibu jari dan membentuk

"tanda-OK". Sensasi untuk saraf median dan ulnaris harus menjalani

evaluasi pada dua titik pada bantalan jari ke-2 dan ke-5. Fungsi sensorik

radial dapat diuji pada proksimal ke 2 MCP. Penting untuk

mendokumentasikan pemeriksaan neurovaskular menyeluruh karena ini

akan digunakan sebagai dasar untuk pemeriksaan ulang oleh ahli ortopedi

dan spesialis lainnya. Akhirnya, evaluasi menyeluruh dari siku, tulang

karpal, dan tangan harus menjadi bagian dari evaluasi.8

3. Pemeriksaan Penunjang

Elemen penting dalam evaluasi fraktur radial distal adalah

anamnesis dan pemeriksaan fisik. Hal ini akan memandu dokter dalam

memutuskan lebih lanjut untuk pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan

rontgen harus mencari tinggi radial, inklinasi radial, pergeseran radial,

kemiringan volar, varians ulnaris, fraktur styloid ulnaris, dan pelebaran

DRUJ. Computed tomography (CT) mungkin diperlukan jika hasil

roentgen kurang memungkinkan. Pencitraan CT mungkin juga berguna

dalam perencanaan bedah selanjutnya untuk fraktur yang akan dibawa ke

kamar operasi untuk dilakukan fiksasi, terutama fraktur intraartikular. MRI

menambahkan sedikit utilitas atas X-ray dan CT dalam diagnosis fraktur

distal radius.8

18
G. TATALAKSANA

Sejumlah pilihan pengobatan tersedia untuk kasus fraktur distal radius:

1. Reduksi Tertutup

Semua fraktur yang ditandai dengan kominusi kecil, tanpa atau

dengan perpindahan minimal dapat dipertimbangkan untuk reduksi

tertutup dan imobilisasi. Terutama tipe I dan tipe IIA dapat dikelola

secara konservatif. Sarmiento dkk menganjurkan imobilisasi dalam posisi

supinasi untuk mengurangi kekuatan deformasi brachioradialis, yang

mungkin menyebabkan kehilangan reduksi. Sebaliknya, Wahlstrom

merekomendasikan imobilisasi dalam pronasi karena ia mengklaim bahwa

pronator kuadratus menyebabkan gaya deformasi yang paling bertanggung

jawab atas kehilangan reduksi. Imobilisasi pergelangan tangan pada fleksi

palmar memiliki efek yang merugikan dan berpengaruh pada fungsi

tangan karena dorsofleksi pada pergelangan tangan diperlukan untuk

rehabilitasi jari yang tepat.9

2. Fiksasi Eksternal

Fiksasi eksternal umumnya lebih unggul. Imobilisasi pada pasien

dengan intra-artikular fraktur kominutif radius distal. Indikasi lain untuk

fiksasi eksternal termasuk beberapa fraktur ekstra-artikular yang tidak

stabil dengan kominusi yang signifikan dan kegagalan untuk

mempertahankan reduksi setelah upaya awal manajemen tertutup dengan

gips, situasi trauma ganda, adanya disfungsional ekstremitas kontralateral,

fraktur terbuka yang parah dengan jaringan lunak yang cedera dan

19
kerusakan neurovaskular, dan cedera bilateral. Fiksasi eksternal

bergantung pada prinsip ligamenotaksis untuk menerapkan traksi dan

mengembalikan posisi.9

3. Reduksi Terbuka dan Fiksasi Internal

Salah satu kemajuan terbaru dalam pengobatan fraktur radius distal

adalah aplikasi reduksi terbuka dan internal yang lebih sering digunakan.

Ada dua kelompok fraktur yang reduksi terbuka dan internal fiksasi

dianjurkan. Kelompok pertama termasuk pergeseran dua bagian fraktur

(fraktur Barton), yang sebenarnya adalah fraktur dislokasi radio-karpal.

Kelompok kedua termasuk kompleks fraktur intra-artikular di mana

fragmen artikular dipindahkan, diputar atau terkena dampak.9

4. Terapi Non Operatif Fraktur Radius Distal

Reduksi tertutup dan imobilisasi dengan gips menjadi pilihan

utama pada 75% - 80% kasus fraktur distal radius. Terapi ini bergantung

penuh pada ligamentotaxis untuk menjaga reduksi pada fraktur fragmen.

Terdapat dua jenis imobilisasi yang digunakan yaitu volar splint dan

sugar tong splint.1

Gambar 2. Volar Splint.

20
H. PROGNOSIS

Prognosis fraktur distal radius umumnya sangat baik. Penelitian telah

menunjukkan tingkat serikat pekerja yang sangat tinggi dalam dua bulan

berikutnya setelah operasi fiksasi. Latihan rentang gerak pergelangan tangan

dan siku dianjurkan lebih awal setelah operasi fiksasi.10

21
BAB III
ANALISIS KASUS

Pasien Ny. S, 39 tahun masuk dengan keluhan nyeri pada antebrachii


dextra dialami sejak 2 tahun yang lalu setelah terjatuh dari motor pada tahun 2019
akibat kecelakaan lalu lintas karena tumpuan kaki pada motor yang tidak
seimbang. Pasien terjatuh dengan posisi tangan kanan menyentuh tanah terlebih
dahulu untuk menumpu kemudian jatuh dalam posisi terduduk.

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas sebuah tulang. Fraktur merupakan


gangguan pada kontinuitas tulang, lempeng epifisis, dan tulang rawan (sendi).3
Fraktur radius distal adalah salah satu jenis fraktur yang paling sering terjadi dan
terbukti telah meningkat selama bertahun-tahun.4 Jumlah kasus fraktur radius
distal merupakan seperenam dari semua patah tulang dengan lebih dari 640.000
kasus yang terdata pada tahun 2001 hanya di Amerika Serikat. Di Swedia, angka
kejadian fraktur radius distal adalah 24 per 10.000 orang/tahun. Dimana rasio
antara perempuan dan laki-laki adalah 3:1. Peningkatan insiden fraktur radius
distal sebanding dengan peningkatan usia.

Pemeriksaan fisik didapatkan nyeri ringan (VAS 3/10). Pada regio


antebrachii dextra, inspeksi didapatkan deformitas (+), udem (-), luka (-), palpasi
nyeri tekan (-). Pemeriksaan ROM, evaluasi gerak aktif dan pasif pada elbow joint
dextra fleksi maksimal 150ᴼ (normal 150ᴼ), supinasi 90ᴼ (normal 90ᴼ), pronasi
90ᴼ (normal 90ᴼ). NVD sensibilitas baik, pulsasi Arteri Radialis teraba, CRT ≤ 2
detik. Pemeriksaan darah rutin didapatkan WBC 11,66 x 103/uL. Radiologi X-ray
Antebrachii dextra AP/Lateral kesan Frakture 1/3 distal os radius dextra with
internal fixation.

Elemen penting dalam evaluasi fraktur radial distal adalah anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Hal ini akan memandu dokter dalam memutuskan lebih lanjut
untuk pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan rontgen harus mencari tinggi radial,
inklinasi radial, pergeseran radial, kemiringan volar, varians ulnaris, fraktur

22
styloid ulnaris, dan pelebaran DRUJ. Computed tomography (CT) mungkin
diperlukan jika hasil roentgen kurang memungkinkan. Pencitraan CT mungkin
juga berguna dalam perencanaan bedah selanjutnya untuk fraktur yang akan
dibawa ke kamar operasi untuk dilakukan fiksasi, terutama fraktur intraartikular.
MRI menambahkan sedikit utilitas atas X-ray dan CT dalam diagnosis fraktur
distal radius.8

Salah satu kemajuan terbaru dalam pengobatan fraktur radius distal adalah
aplikasi reduksi terbuka dan internal yang lebih sering digunakan. Ada dua
kelompok fraktur yang reduksi terbuka dan internal fiksasi dianjurkan. Kelompok
pertama termasuk pergeseran dua bagian fraktur (fraktur Barton), yang
sebenarnya adalah fraktur dislokasi radio-karpal. Kelompok kedua termasuk
kompleks fraktur intra-artikular di mana fragmen artikular dipindahkan, diputar
atau terkena dampak.9

Pada pasien ini dilakukan open reduction internal fixation radius dextra.
Menurut teori tatalaksana definitif gold standar untuk kasus ini salah satunya
adalah dengan operasi reduksi terbuka dan internal fiksasi. Metode lainnya yang
dapat dilakukan adalah dengan reduksi tertutup dan fiksasi eksternal.

Selain itu pada pasien ini dilakukan removal of implant. Para ahli bedah
biasanya menggunakan implant (pen) untuk menggantikan tulang atau sendi yang
rusak pasca cedera. Implant tersebut merupakan alat yang diproduksi dan terbuat
dari logam. Biasanya para ahli bedah melakukan removal of implant setelah
terjadi proses penyembuhan pada fraktur. Salah satu indikasi dilakukannya
removal of implant disebabkan karena partikel logam pada implant yang dapat
menyebabkan reaksi inflamasi pada jaringan dengan pembentukan jaringan
nekrosis, granulasi dan jaringan fibrosa.11,12 Salah satu kontraindikasi dilakukan
removal of implant adalah ditemukan adanya atrofi tulang dan proses
penyembuhan fraktur yang belum sepenuhnya baik.

23
Keuntungan melepas implan pada tulang adalah membuat daya elastis
tulang yang terpasang pen kembali seperti semula, tulang lebih kuat dan
mencegah terjadinya reaksi penolakan tubuh terhadap pen. Apabila implan tidak
dilepaskan setelah proses penyembuhan dikhawatirkan dapat menyebabkan
beberapa hal seperti infeksi, nekrosis jaringan, granulasi, dan terbentuknya
jaringan fibrosa.11,12

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Noer, A.S. 2020. Perbandingan Kemampuan Aktivitas dan Tingkat Nyeri


Pada Pasien Fraktur Radius Distal Usia Lanjut Pasca Terapi Operatif dan Non
Operatif. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Jember. Jember.
2. Hansen, J.T dan Lambert, D.R. 2005. Netter’s Clinical Anatomy 1st
Edition. Cleaveland. Saunders Elseiver.
3. Azlar, N.B. 2017. Karakteristik Gambaran X-Ray Konvensional Pada

Penderita Fraktur Ekstremitas Atas Pada Bulan Januari Hingga Juli 2017 di

RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Skripsi. Universitas Hasanuddin.

Makassar.

4. Sudharma, N,G.A dan Wiratnaya, I.G. 2019. Prevalensi Fraktur Radius

Distal Pada Lansia di RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2013-2014. Jurnal

Medika Udayana Vol. 8 (10).

5. Tantri, I.N.T., Asmara, A.G.Y., Hamid, A.R.R. 2019. Gambaran

Karakteristik Fraktur Radius Distal di RSUP Sanglah Tahun 2013-2017.

Intisari Sains Medis Vol. 10 (3): 468-472.

6. Syarif, W. 2015. Gambaran Penderita Fraktur Radius Distal Di RSUP Haji

Adam Malik Medan Periode Januari 2012 – Desember 2013. Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan.

7. Seigerman, D., Lutsky, K., Fletcher, D., Katt, B., Kwok, M., Masur, D.,

dkk. 2019. Complications in The Management of Distal Radius Fractures.

Musculoskeletal Medicine Vol. 12: 204-212.

25
8. Corsino, CB. Reeves, RA., Sieg, RN. 2021. Distal Radius Fractures. NCBI

Bookshelf. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK536916/.

9. Meena, S., Sharma, P., Sambharia, A.K., Dawar, A. 2017. Fractures of

Distal Radius: An Overview. Journal of Family Medicine and Primary Care

Vol. 8 (4): 325-332.

10. Small, RF dan Yaish, AM. 2021. Radius and Ulnar Shaft Fractures. NCBI

Bookshelf. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557681/.

11. Lutfiani, F. 2016. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Aff

Implant Radius Distal Sinistra di RST. Dr. Soedjono Magelang. Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

12. Vos, D.I dan Vorhofstad, M.H.J. 2016. Indications for Impant Removal

after Fracture Healing. Orthopedic Trauma Surgeon.

26

Anda mungkin juga menyukai