Kelompok iv
ii
DAFTAR ISI
Halaman
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Survei diet atau penilaian konsumsi makanan adalah salah
satu metode yang digunakan dalam penentuan status gizi perorangan
atau kelompok. Pada awal tahun empat puluhan survei konsumsi,
terutama recall 24 jam banyak yang digunakan dalam penelitian
kesehatan dan gizi. Pelaksanaan kegiatan survei konsumsi makanan
ini merupakan suatu keahlian atau kompetensi yang harus dimiliki
oleh seorang ahli gizi, karena dari pelaksanaan survei konsumsi
makanan inilah akan didapatkan data untuk membuat kebijakan oleh
pemerintah dan keputusan oleh seorang ahli gizi.
Di Amerika Serikat survei konsumsi makanan digunakan
sebagai salah satu cara dalam penentuan status gizi (willet,1990).
Indonesia telah melaksanakan survei konsumsi pangan ini dalam skala
besar, seperti Survei Diet Total (SDT) yang dilaksanakan pada tahun
2014 yang lalu, dan melibatkan 33 propinsi, beberapa ratus
kecamatan dari 6.793 kecamatan, beberapa ribu kluster dari 79.075
kelurahan/desa, serta ratusan ribu individu yang ada di seluruh
Indonesia. Metode yang digunakan saat itu adalah recall (kualitatif)
yang digabung dengan metode penimbangan / weighing (kuantitatif)
untuk beberapa bahan/makanan yang baru dikenal atau muncul
disuatu daerah.
Metode pendekatan yang umum digunakan dalam pengukuran
survei konsumsi makanan ini dikenal dengan pendekatan kuantitatif,
kualitatif dan gabungan. Namun, harus diakui bahwa masing-masing
pendekatan yang ada tersebut mempunyai keunggulan dan
kelemahan. Oleh sebab itu, petugas pelaksana harus mampu
4
menggunakan pendekatan terpilih yang mempunyai bias sekecil
mungkin agar hasil yang didapatkan mendekati hasil ukur yang
sebenarnya.
Banyak pengalaman membuktikan bahwa dalam melakukan
penilaian survei konsumsi makanan (survei dietetik) banyak terjadi
bias tentang hasil yang diperoleh. Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain; ketidaksesuaian dalam menggunakan alat ukur,
waktu pengumpulan data yang tidak tepat, instrumen tidak sesuai
dengan tujuan, ketelitian alat timbang makanan, kemampuan petugas
pengumpulan data, day ingat responden, daftar komposisi makanan
yang digunakan tidak sesuai dengan makanan yang dikonsumsi
responden dan interpretasi hasil yang kurang tepat.
Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang baik tentang
cara-cara melakukan survei konsumsi makanan, baik untuk individu,
kelompok maupun rumah tangga. Walaupun data konsumsi makanan
sering digunakan sebagai salah satu metode penentuan status gizi,
sebenarnya survei konsumsi tidak dapat menentukan status gizi
seseorang atau masyarakat secara langsung. Hasil survei hanya dapat
digunakan sebagai bukti awal akan kemungkinan terjadinya
kekurangan gizi pada seseorang.
5
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu untuk mengetahui kebiasaan makan dan
gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada
tingkat kelompok, rumah tangga dan perorangan serta faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut.
1. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu untuk menentukan tingkat kecukupan
konsumsi pangan dan ketersediaan pangan individu, kelompok
masyarakat, atau nasional.
2. Mahasiswa mampu untuk sebagai monitoring kecenderungan zat
gizi dan makanan, serta memperkirakan adanya bahan
tambahan makanan ( BTM) dan kontaminan pada makanan yang
dikonsumsi.
2. Mahasiswa mampu untuk menenutukan status kesehatan dan
gizi keluraga dan individu, serta mengidentifikasi kelompok
beresiko berkembangnya penyakit yang disebabkan oleh
makanan.
3. Mahasiswa mampu untuk menentukan pedoman kecukupan dan
program pengadaan pangan.
4. Mahasiswa mampu untuk mengevaluasi kebijakan pemerintah
dibidang pangan dan gzi, perencanaan produksi dan distribusi
pangan, serta program pengembangan gizi.
5. Mahasiswa mampu untuk sebagai sarana pendidikan gizi
masyarakat, khususnya golongan yang beresiko tinggi
mengalami kekurangan gizi, serta mengevaluasi keefektifkannya.
6
6. Mahasiswa mampu untuk menentukan perundang-undangan
yang berkenaan dengan makanan, kesehatan, dan gizi
masyarakat.
7. Mahasiswa mampu untuk membantu dalam mengembangan
kampanye dibidang pangan dan gizi serta produksi pangan yang
baru.
7
BAB II
PEMBAHASAN
8
Penilaian terhadap kemampuan pengumpul data dalam
mengapresiasi semua data yang harus dikumpulkan dilapangan,
dilakukan dengan melakukan uji uji akurasi dan presisi pengumpul
data. Penggunaan alat bantu yang mudah dibawa tetapi mempunyai
akurasi yang tinggi, seperti timbangan makanan yang memiliki akurasi
yang tinggi dan instrumen pengumpul data/ kuesioner, dapat
menyerap informasi yang dibutuhkan dalam pengukuran konsumsi
makanan.
Estimasi merupakan suatu cara yang dapat digunakan untuk
menghindari terjadinya bias tersebut. Upaya yang dilakukan dalam
pelaksanaan estimasi adalah dengan melakukan penyamaan antara
recall dengan keadaan sebenarnya. Petugas lapangan/ peneliti harus
mampu memperkirakan makanan yang dikonsumsi oleh responden
sedekat mungkin dengan kenyataannya dan petugas harus mampu
menaksir makanan yang sudah jadi kedalam bentuk bahan makanan
mentah, kemudian melihat berapa besar penyimpangan yang terjadi.
2. Tujuan Khusus
a. Menentukan tingkat kecukupan konsumsi pangan dan
ketersediaan pangan individu, kelompok masyarakat, atau
nasional.
9
2. Sebagai monitoring kecenderungan zat gizi dan makanan, serta
memperkirakan adanya bahan tambahan makanan ( BTM) dan
kontaminan pada makanan yang dikonsumsi.
3. Menenutukan status kesehatan dan gizi keluraga dan individu,
serta mengidentifikasi kelompok beresiko berkembangnya
penyakit yang disebabkan oleh makanan.
4. Menentukan pedoman kecukupan dan program pengadaan
pangan.
5. Mengevaluasi kebijakan pemerintah dibidang pangan dan gzi,
perencanaan produksi dan distribusi pangan, serta program
pengembangan gizi.
6. Sebagai sarana pendidikan gizi masyarakat, khususnya golongan
yang beresiko tinggi mengalami kekurangan gizi, serta
mengevaluasi keefektifkannya.
7. Menentukan perundang-undangan yang berkenaan dengan
makanan, kesehatan, dan gizi masyarakat.
8. Membantu dalam mengembangan kampanye dibidang pangan
dan gizi serta produksi pangan yang baru.
C. Konsep Teori
Survei konsumsi terdiri dari kata survei yang berarti
penyelidikan/peninjauan dan konsumsi berarti barang-barang yang
digunakan untuk memenuhi keperluan atau kebutuhan hidup.
Selanjutnya tentang makanan atau pangan, yaitu segala sesuatu yang
berasal dari sumber hayati dan air baik yang diolah maupun yang tidak
diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi
manusia termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan
lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau
pembuatan makanan atau minuman (PP RI No. 28 Th. 2004). Dengan
10
demikian survei konsumsi pangan berarti suatu cara atau strategi
menentukan status gizi individu maupun kelompok dengan cara
menghitung konsumsi atau asupan zat gizi yang terdapat pada
makanan dan minuman yang dikonsumsi atau yang diasup oleh
seseorang. Survei yang dirancang untuk mendapatkan informasi
pangan yang dikonsumsi baik kuantitas maupun kualitas. Survei
konsumsi pangan harus mempertimbangkan faktor selain pangan
dalam pengumpulan datanya (Camreon dan Wija, 1998). Misalnya
faktor budaya, ekonomi, dan faktor lain yang mempengaruhi konsumsi
pangan. Tujuan Survei konsumsi pangan. Untuk memperoleh
informasi mengenai gambaran tingkat kecukupan dan zat gizi mikro
(arti sempit), sedangkan secara luas ditujukan untuk (arti luas) : 1).
Mempelajari kebiasaan makan, 2).Menilai seberapa jauh angka
kecukupan gizi (AKG) terpenuhi, 3). Bahan perencanaan program gizi,
4). Bahan pengembangan program gizi, 5). Bahan pendidikan gizi.
Sedangkan sasarannya adalah: a). Individu: Bayi, Anak usia Bawah
Dua Tahun (Baduta), Anak usia Bawah Tiga Tahun (Batita), Anak usia
Bawah Lima Tahun (Balita), Anak usia Sekolah, Remaja, Dewasa, Ibu
hamil (Bumil), Ibu menyusui (Busui) atau ibu meneteki (Buteki), dan
Atlet, b). Keluarga: Keluarga Inti/batih (ayah, ibu, anak), keluarga
besar (keluarga inti ditambah kakek/nenek), dan c). Institusi:
asrama, panti (jompo) dengan penghuni homogen. Metode
pengukuran konsumsi makanan antara lain:
11
kotor maupun sudah bersih. Pada metode penimbangan makanan,
responden atau petugas menimbang dan mencatat seluruh makanan
yang dikonsumsi responden selama 1 hari. Penimbangan makanan
ini biasanya berlangsung beberapa hari tergantung dari tujuan, dana
penelitian dan tenaga yang tersedia.
12
seperti mililiter. Untuk mendapatkan informasi yang representatif,
survei ini dilakukan 3 hari dalam satu minggu secara tidak berturut-
turut. Hasil survei konsumsi metode food recall sering terjadi hasil
yang lebih rendah (underestimate) dari yang sebenarnya. Hal ini
terjadi karena adanya anggapan di masyarakat terhadap makanan
yang dinilai bernilai sosial rendah sehingga masyarakat cenderung
mengatakan konsumsi lebih rendah dari sebenarnya. Sebaliknya
berisiko terjadi perkiraan yang lebih tinggi (overestimate) terhadap
makanan yang dinilai mempunyai nilai sosial tinggi.
13
Frekuensi konsumsi makanan yang dinyatakan dalam harian,
mingguan,bulanan,atau tahunan.
14
Semi kuantitatif adalah kuantitatif FFQ dengan tambahan
pemikiran ukuran porsi, seperti ukuran: kecil, medium,besar, dan
sebagainnya. Modifikasi tipe ini dapat dilakukan untuk
mengetahui asupan energy dan zat gizi spesifik. Kuesioner semi
kuantitatif FFQ ini harus membuat bahan makanan sumber zat
gizi yang lebih utama.
15
Dietary history merupakan cara mengukur konsumsi makanan
secara kualitatif dengan cara menanyakan jenis dan jumlah pangan
yang dikonsumsi. Teknis pelaksanaan survey responden diminta
mengisi sendiri kuesioner yang didisain untuk menunjukkan variasi
atau keragaman makanan dan minuman yang dikonsumsi, termasuk
informasi tentang pengolahan, penyimpanan dan pengolahan atau
pemasakan. Survei konsumsi metode dietary history dapat
menggambarkan pola makan seseorang dalam waktu yang relatif
lama. Selain menggambarkan pola makan juga dapat mengungkap
adanya kesalahan makan, yaitu pola makan yang tidak sesuai
dengan prinsip gizi seimbang. Sebagaimana dijelaskan oleh Gibson,
R.S, (2005) dalam Sirajuddin, dkk (2015) bahwa penilaian konsumsi
pangan merupakan metode paling awal yang harus digunakan
untuk menilai tahapan difisiensi gizi. Defisiensi gizi dimulai dari
rendahnya asupan zat gizi dalam makanan. Jika dapat diketahui
lebih awal bahwa defisiensi zat gizi konsisten terjadi dalam makanan
yang dikonsumsi. Survei konsumsi pangan merupakan cara efektif
untuk lebih awal terjadinya ketidakseimbangan asupan zat gizi.
Kelebihan asupan zat gizi dala periode yang waktu tertentu dengan
cara yang tepat setiap tahun maka akan banyak individu yang
terselamatkan dari ancaman penyakit degeneratif (Sirajuddin dkk,
2015). Beberapa peralatan yang diperlukan dalam melakukan survei
konsumsi adalah:
16
A. Petunjuk Praktek
1. Bahan Dan Alat
1. Timbangan Makanan
2. Food Model
2. Langkah-langkah
1) Langkah- langkah metode frekuensi makanan:
a. Responden diminta untuk memberi tanda pada daftar
makanan yang tersedia pada kuesioner mengenai frekuensi
penggunaannya dan ukuran porsinya.
b. Lakukan rekapitulasi tentang frekuensi penggunaan jenis-
jenis bahan makanan terutama bahan makanan yang
merupakan sumber-sumber zat gizi tertentu selama periode
tertentu pula.
17
alat terstandar, atau sampel nyata makanan serta dengan
menggunakan alat makanan yang digunakan responden
tersebut selama kurun waktu 24 jam lalu.
b. Petugas melakukan konfersi dari URT ke dalam ukuran berat
(gram). dalam menaksir atau memperkirakan URT kedalam
ukuran berat (gram) pewawancara menggunakan berbagai
alat bantu seperti contoh ukuran rumah tangga (piring,
mangkok, gelas, sendok, dll) atau model makanan (food
model). Makanan yang dikonsumsi dapat dihitung dengan
alat bantu ini atau dengan menimbang langsung contoh
makanan yang akan dimakan berikut informasi tentang
komposisi makanan jadi.
c. Langkah-langkah pelaksaan recall 24 jam
18
4) Langkah -Langkah pencatatan (food account)
a. Keluarga mencatatat seluruh makanan yang masuk ke rumah,
yang berasal dari berbagai sumber setiap hari dalam URT
(Ukuran Rumah Tangga) atau satuan ukuran volume atau
berat.
b. Hitung jumlah masing-masing jenis bahan makanan tersebut
dan konversikan ke dalam ukuran berat setiap hari.
c. Hitung rata-rata perkiraan penggunaan bahan makanan setiap
hari.
3. Pelaksanaan
Oktober 2019
4. Tempat
Perencanaan persiapan Recall dilakukan dikelurahan
19
5. Evaluasi
Contoh formulir kualitatif FFQ
Bahan FREKUENSI
Makanan
Setiap Setiap Setiap Setiap Tidak
Hari Minggu Bulan Tahun Pernah/Jarang
Tabel Recall 24
Waktu Nama Cara Bahan URT Berat
Makan (Jam) Makanan Pengolahan Makanan (Gram)
Pagi
Selingan
Siang
Selingan
Malam
20
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
1. Metode food recall 24 jam dilakukan dengan mencatat jenis dan
jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang
lalu. Jangka waktu minimal yang dibutuhkan untuk recall 24 jam
konsumsi gizi adalah satu hari (dalam kondisi variasi konsumsi
pangan dari hari ke hari tidak beragam) dan maksimal 7 hari.
2. Hasil perhitungan angka kecukupan gizi pada responden diketahui
bahwa rata-rata asupan gizi hasil recall 24 jam termasuk kategori
kurang dan belum memenuhi zat gizi yang dianjurkan.
3. Food Frequency Questionnaire adalah metode untuk memperoleh
data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau
makanan jadi selama periode tertentu seperti hari, minggu, bulan
atau tahun, sehingga dapat diperoleh gambaran pola konsumsi
bahan makanan secara kualitatif. Hasil FFQ (Food Frequency
Questionnaire) menunjukkan bahwa bahan makanan yang paling
sering dikonsumsi oleh responden sehari-hari adalah nasi sebanyak
3 kali/hari serta tahu dan tempe sebanyak 1-2 kali/hari. Sedangkan
untuk bahan makanan yang jarang dikonsumsi oleh responden
adalah pisang nugget sebanyak 1 kali/bulan.
21
B. Saran
1. Mahasiswa atau praktikan diharapkan untuk melakukan praktikum
survei konsumsi gizi dengan serius dan teliti serta dapat memahami
langkah-langkah pengukuran dengan baik sebelum memulai
praktikum sehingga tidak terjadi kesalahan pengukuran.
2. Fakultas diharapkan agar dapat menambahkan alat-alat penunjang
praktikum survei konsumsi gizi seperti food models atau food picutre
yang terbatas, sehingga dalam melaksanakan praktikum dapat
berjalan dengan efektif dan efesien.
22
DAFTAR PUSTAKA
Hardinsyah dan Supariasa Nyoman Dewa, 2016. Ilmu Gizi : Teori dan
Aplikasi. Jakarta : EGC.
Suparisa Nyoman Dewa I, dkk, .... Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku
Kedokteran.
Supariasa. 2016. Teori dan Aplikasi Ilmu Gizi. Jakarta: EGC. Widajanti,
Laksmi. 2009. Survei Konsumsi Gizi. Semarang : Badan Penerbit
UNDIP.
23
24