Anda di halaman 1dari 19

“PENILAIAN STATUS GIZI DENGAN METODE SURVEY KONSUMSI,

FAKTOR EKOLOGI DAN STATISTIK VITAL”

Dosen Pengajar:

Prof. dr. Nova H. Kapantow, DAN., M.SC., SpGK


dr. Nancy S.H. Malonda, MPH
Maureen I. Punuh, S.K.M.,M.Si
dr. Marsella D. Amisi, M.Gizi
Yulianty Sanggelorang, S.K.M., MPH
Disusun Oleh Kelompok 3:
Nofrian Berhenti 16111101170
Keensy Mangindaan 19111101053
Nurbaitillah Basri Awali 19111101054
Reza T. Pissu 19111101055
Eugene Manggaribet 19111101057
Agnesia Lambe 19111101058
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyusun makalah dengan judul “PENILAIAN
STATUS GIZI DENGAN METODE SURVEY KONSUMSI, FAKTOR
EKOLOGI DAN STATISTIK VITAL” ini dengan baik. Tak lupa pula kami
ingin berterima kasih kepada pihak yang telah membantu kami pada proses
pembuatan makalah ini.

Kami juga berharap semoga makalah ini dapat menambah wawasan,


mudah dipahami dan menjadi inspirasi bagi para pembaca. Namun terlepas dari
itu, kami memahami bahwa makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata
sempurna sehingga kami secara terbuka menerima kritik dan saran dari para
pembaca yang bersifat membangun.

Manado, 23 Februari 2020

Penyusun

i
Daftar Isi

Kata Pengantar ...................................................................................................................... i

Daftar Isi................................................................................................................................ ii

BAB I: Pendahuluan ............................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Pembahasan ........................................................................................................ 1

BAB II: Pembahasan ............................................................................................................. 2

2.1 Penilaian Status Gizi dengan Metode Survey Konsumsi ................................................ 2


2.2 Penilaian Status Gizi dengan Faktor Ekologi.................................................................. 7
2.3 Statistik Vital................................................................................................................... 10

BAB III: Penutup .................................................................................................................. 13

3.1 Kesimpulan ..................................................................................................................... 14

3.2 Saran ................................................................................................................................ 14

Daftar Pustaka ....................................................................................................................... 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Status Gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk


variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu.
(Supariasa dkk,2012). Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat
konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi, dimana zat gizi sangat dibutuhkan
oleh tubuh sebagai sumber zat gizi sangat dibutuhkan oleh tubuh sebagai sumber
energi, pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh, serta pengatur proses
tubuh (Septikasari, 2018).Status gizi seseorang tergatung dari asupan gizi dan
kebutuhannya, jika antara asupan gizi dengan kebutuhan tubuhnya seimbang,
maka akan menghasilkan status gizi baik. Kebutuhan asupan gizi setiap indiviu
berbeda antara individu, hal ini tergantung pada usia, jenis kelamin, aktivitas,
berat badan, dan tinggi badan.(Harjatmo dkk, 2017).

Penilaian status Gizi terbagi atas dua bagian yaitu penilaian status gizi
secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat di
bagi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia dan biofisik sedangkan
penilaian status gizi secara tidak langsung dapat di bagi tiga yaitu: survei
konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi. (Supariasa dkk,2012).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang di maksud dengan penilaian status gizidengan metode survey
konsumsi?
2. Apa yang di maksud dengan penilaian status gizi dengan faktor ekologi?
3. Apa yang di maksud dengan Srtatistik Vital?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui penilaian status gizidengan metode survey konsumsi
2. Untuk mengetahui penilaian status gizi dengan faktor ekologi
3. Untuk mengetahuiSrtatistik Vital

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penilaian Status Gizi dengan Metode Survey Konsumsi
A. Survei Konsumsi

Pangan dan gizi adalah dua hal yang fundamental dalam kehidupan
karena keduanya merupakan aspek yang menjadi pilar penyangga 11
sistem dalam tubuh. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari
sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan,
peternakan, dan perairan, baik yang diolah maupun tidak diolah yang
diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia,
termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya
yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan
makanan atau minuman (Kementan 2016), (Kemenkumham 2015). Zat
gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan
fungsinya (menghasilkan energi,pembangun,dan pemelihara jaringan). Zat
ini berasal dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari.Makanan adalah
bahan selain obat yang mengandung zat gizi atau unsur kimia yang dapat
diubah menjadi zat gizi.

Survei konsumsi pangan adalah serangkaian kegiatan pengukuran


konsumsi makanan pada individu, keluarga dan kelompok masyarakat
dengan menggunakan metode pengukuran yang sistematis, menilai asupan
zat gizi dan mengevaluasi asupan zat gizi sebagai cara penilaian status gizi
secara tidak langsung. Tujuan umum dilaksanakan pengukuran konsumsi
pangan yaitu untuk mengetahui asupan gizi dan makanan serta mengetahui
kebiasaan dan pola makan baik pada individu, rumah tangga maupun
kelompok masyarakat. Adapun tujuan khusus pengukuran konsumsi
pangan diantaranya :

1. Menentukan tingkat kecukupan asupan gizi pada individu;


2. Menentukan tingkat asupan gizi individu hubungannya dengan
penyakit;
3. Mengetahui rata-rata asupan gizi pada kelompok masyarakat;

2
4. Menentukan proporsi masyarakat yang asupan gizinya kurang.

Mengukur konsumsi makanan dapat dilakukan dalam tiga area, yaitu


mengukur konsumsi pangan pada suatu wilayah, mengukur asupan
makanan pada tingkat rumah tangga, dan mengukur asupan gizi pada
tingkat individu. Metode yang umum dipakai untuk mengukur konsumsi
pangan pada tingkat rumah tangga adalah metode jumlah makanan (food
account), pencatatan makanan rumah tangga (household food record
method) dan recall 24 hour rumah tangga. Metode umum yang dipakai
untuk mengukur ketersediaan pangan pada suatu wilayah adalah neraca
bahan makanan dan pola pangan harapan. Metode pengukuran asupan
makanan yang sering dipakai untuk individu ialah metode recall 24 hour,
estimated food record, penimbangan makanan (food weighing), dietary
history, dan frekuensi makanan (food frequency). Beberapa metode yang
paling umum digunakan diuraikan sebagai berikut :

1. Menilai Konsumsi Pangan Pada Suatu Wilayah

Menilai konsumsi pangan pada suatu wilayah dapat dilakukan dengan


dua metode, yaitu neraca bahan makanan dan pola pangan harapan.

a. Neraca Bahan Makanan

Neraca Bahan Makanan atau Food Balance Sheet adalah metode untuk
mengukur kecukupan pangan suatu wilayah pada periode tertentu. Neraca
bahan makanan dikembangkan oleh Food Agriculture Organization (FAO)
dan telah digunakn oleh berbagai negara termasuk Indinesia (Mayo,2008).
Data yang terdapat pada NBM memberikan informasi tentang situasi
pengadaan atau penyediaan pangan, baik yang berasal dari produksi dalam
negeri impor atau ekspor, penggunaan pangan untuk kebutuhan
pakan,bibit, penggunaan untuk industri, serta informasi ketersediaan
pangan untuk dikonsumsi penduduk dalam suatu negara atau wilayah pada
kurun waktu tertentu. Data yang disajikan dalam NBM merupakan angka
rata-rata jumlah pangan yang tersedia pada tingkat pedagang eceran atau
rumah tangga untuk konsumsi penduduk per kapita, yang dinyatakan

3
dalam bentuk bahan makanan per orang per hari. NBM bermanfaat untuk
1) mengetahui dan mengevaluasi situasi pangan di suatu wilayah mulai
dari pengadaan, ketersediaan, dan penggunaan pangan; 2) sebagai bahan
acuan dalam perencanaan pengadaan pangan seperti produksi dan
penyediaan pangan; 3) sebagai bahan acuan dalam penyusunan,penetapan
dan pemantapan kebijakan pangan dan gizi, termasuk kebijakan
perdagangan internasional (ekspor-impor) terkait pangan; 4) memenuhi
standar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan (Ticoalu, 2013).

b. Pola Pangan Harapan (PPH)

PPH adalah komposisi pangan atau kelompok pangan yang didasarkan


pada kontribusi energi baik mutlak maupun relatif yang memenuhi
kebutuhan gizi secara kuantitas, kualitas, maupun keragaman dengan
mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi, budaya, agama dan cita rasa.
PPH berguna sebagai 1) instrument perencanaan konsumsi, ketersediaan
dan produksi pangan; 2) instrumen evaluasi tingkat pencapaian konsumsi,
penyediaan dan produksi pangan; 3) basis pengukuran diversifikasi dan
ketahanan pangan; 4) sebagai pedoman dalam merumuskan pesan-pesan
gizi. PPH menunjukkan susunan konsumsi pangan untuk dapat hidup
sehat, aktif, dan produktif.Pengelompokan pangan dalam PPH terbagi
menjai 9, yaitu kelompok padi-padian, umbi-umbian, pangan hewani,
kacang-kacangan, sayur dan buah, biji berminyak, lemak dan minyak,
gula, serta makanan lainnya.Pengelompokan pangan didasarkan pada sisi
kualitas dan sisi kauntitas. Sisi kualitas yag dimaksud yaitu semakin
beragam dan seimbang komposisi pangan yang dikonsumi, akan semakin
baik kualitas gizinya karena hakikatnya tidak ada jenis pangan yang
mempunyai kandungan gizi yang lengkap sedangkan sisi kuantitas yg
dimaksud adalah untuk menilai kualitas konsumsi pangan digunakan
parameter tingkat konsumsi energi dan tingkat konsumsi protein.

4
2. Mengukur Konsumsi Makanan Tingkat Rumah Tangga

Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui asupan makanan yang


dikonsumsi pada tingkat rumah tangga dalam periode tertentu. Beberapa
metode yang digunakan yaitu :

a. Metode Jumlah Makanan (Food Account Method)

Metode jumlah makanan atau food accound method adalah metode


pengumpulan data asupan makan keluarga yang dilakukan dengan
mencatat perkembangan bahan makanan yang masuk dan keluar selama
satu periode.Semua makanan yang diterima, dibeli, diproduksi sendiri,
dicatat dan dihitung atau ditimbang setiap hati selama survey yang
berlangsung sekitar satu minggu. Semua makanan yang terbuang, tersisa,
busuk selama penyimpanan, diberikan kepada orang lain atau binatang
juga diperhitungkan.

b. Metode Pencatatan Makanan Rumah Tangga (Household Food


Record Method)

Metode pencatatan rumah tangga adalah metode yang mengukur


konsumsi makanan anggota keluarga baik di dalam rumah maupun yang
dimakan diluar rumah.Metode ini dilakukan sedikitnya 1 minggu oleh
responden sendiri atau petugas. Pengukuran dilakukan dengan cara
menimbang/mengukur seluruh makanan yang ada di rumah termasuk cara
mengolahnya. Anggota keluarga yang makan diluar rumah juga dicatat,
namun tidak memperhitungkan sisa makanan yang terbuang.Metode ini
sebaiknya digunakan di daerah yang tidak memiliki banyak variasi menu.

c. Metode Recall-24 hour Rumah Tangga

Metode “mengingat ulang” 24 jam rumah tangga (household 24-hour


recall method) adalah metode pengumpulan data asupan makanan rumah
tangga yang dilakukan terhadap orang yang bertanggung jawab
mempersiapkan dan memasak makanan pada hari survey. Wawancara
dilakukan untuk menanyakan komposisi makanan yang dimasak dan

5
jumlah makanan yang dikonsumsi untuk jangka waktu sehari semalam (24
jam), maksimal selama 4 hari. Sumber makanan yang ditanyakan terutama
makanan yang merupakan sumber energi.

3. Mengukur Konsumsi Makanan Tingkat Individu

Mengukur konsumsi makanan pada tingkat individu adalah cara


menilai konsumsi makanan yang dapat mengetahui kebiasaan makan dan
asupan zat gizi pada individu. Berdasrkan jenis data yang dikumpulkan,
pengukuran konsumsi makanan pada individu dikelompokkan dalam dua
kelompok.Kelompok pertama yaitu metode yang dapat menghasilkan data
kuantitatif dari jumlah makanan yang dikonsumsi dapat dihitung asupan
zat gizi per individu per hari.Untuk mengetahui asupan zat gizi dapat
menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) atau daftar
konvensi mentah dan masak dan daftar penyerapan minyak. Dalam
kelompok ini ada metode recall 24 jam, estimated food record, dan food
weighing. Kelompok kedua yaitu metode yang dapat menghasilkan data
kualitatif. Metode ini akan menghasilkan data yang dapat menggambarkan
pola dan kebiasaan makan individu. Makanan yang dikonsumsi diukur
menurut frekuensi setiap jenis makanan.Metode yang tergolong yaitu food
frequency questionnaire dan dietary history.

a. Metode Recall 24-hour

Metode recall adalah cara mengukur asupan gizi individu dalam


sehari, dilakukan dengan menanyakan makanan yang telah dikonsumsi
selama 24 jam yang lalu. Metode ini dilakukan dengan mencatat jenis dan
jumlah bahan makanan yang dikonsumsi individu selama 1 hari (24 jam)
sebelum dilakukan recall. Misalnya recall dilakukan hari Selasa, maka
asupan makanan yang ditanyakan adalah asupan selama 24 jam pada hari
Senin).

6
b. Metode Estimated Food Record

Metode estimated food record, disebut juga food record atau diary
record adalah metode pengukuran asupan gizi individu yang dilakukan
dengan memperkirakan jumlah makanan yang dikonsumsi responden
sesuai dengan catatan konsumsi makanan. Prinsip pengukurannya yaitu
mencatat semua makanan yang dikonsumsi selama 24 jam mulai dari
bangun tidur pagi hari sampai tidur kembali pada malam hari.

c. Metode Penimbangan Makanan (Food Weighing)

Metode ini adalah metode pengukuran asupan gizi pada individu yang
dilakukan dengan cara menimbang makanan yang dikonsumsi responden.
Metode ini mengharuskan responden atau petugas melakukan
penimbangan dan mencatat seluruh makanan yang dikonsumsi selama 24
jam.Apabila ada makanan yang tersisa, sisa makanan juga ditimbang
sehingga dapat diketahui konsumsi makanan yang sebenarnya.

d. Metode Frekuensi Pangan (Food Frequency Questionnaire)

Metode frekuensi makan adalah metode yang difokuskan pada


kekerapan konsumsi makanan pada subjek. Kekerapan konsumsi akan
memberikan informasi banyaknya ulangan pada beberapa jenis makanan
dalam periode waktu tertentu. Ulangan (repetition), diartikan sebagai
banyaknya paparan konsumsi makanan pada subjek yang akhirnya akan
berkorelasi positif dengan status asupan gizi subjek dan risiko kesehatan
yang menyertainya. Metode ini, terutama dipilih saat sebuah kasus
penyakit diduga disebabkan oleh asupan makanan tertentu dalam periode
waktu yang lama. Asupan makanan khususnya yang berhubungan dengan
kandungan gizi makanan, secara teoritis hanya akan berdampak pada
subjek jika dikonsumsi dalam jumlah banyak dan frekuensi yang sering.

e. Metode Riwayat Makanan (Dietary History)

Metode riwayat makanan adalah metode yang difokuskan pada


penelusuran informasi riwayat makan subjek. Riwayat makanan meliputi

7
kebiasaan makan subjek. Bukti telusur atas kebiasaan makan subjek adalah
selalu dapat diketahui setelah pengamatan selama satu bulan. Semakin
lama pengamatan maka akan semakin jelas terlihat kebiasaan makan
subjek. Metode riwayat makanan dapat dilakukan pada semua situasi baik
rumah tangga maupun di masyarakat. Persiapan relatif lebih mudah
dilakukan sehingga memungkinkan untuk dilakukan secara cepat dan
tepat. Informasi yang diperoleh adalah untuk menilai kebiasaan makan
subjek menurut kecenderungan jangka panjang. Kecenderungan jangka
panjang adalah refleksi kebiasaan yang konsisten dilakukan.

2.2 Penilaian Status Gizi dengan Faktor Ekologi.

Ekologi adalah ilmu tentang hubungan timbal balik antara makhluk


hidup dengan lingkungannya.Lingkungan yang baik, yang memungkinkan
makhluk tumbuhakan membentuk makhluk yang baik.Status gizi adalah
keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan makanan
dengan kebutuhan zat gizi.Jadi ekologi yang berkaitan dengan gizi adalah
keadaan lingkungan manusia yang memungkinkan manusia tumbuh
optimal dan mempengaruhi status gizi seseorang.

Penilaian berdasarkan faktor ekologi digunakan untuk mengetahui


penyebabkejadian gizi salah (malnutrition) di suatu masyarakat yang
nantinya akan sangatberguna untuk melakukan intervensi gizi (Supariasa,
2001).Beberapa faktor ekologi adalah :

1. Faktor Sosial Ekonomi Pendidikan

Keadaan sosial ekonomi keluarga akan memberikan kesempatan ibu


untukmenyediakan makanan bagi keluarganya. Keadaan sosial yang dapat
mempengaruhi status gizi di antaranya jumlah anggota keluarga yang
tinggal dalam satu rumah, kepadatan penduduk, keadaan dapur untuk
mengolah makanan, ketersediaan air bersih untuk keperluan rumah
tangga.Keadaan ini secara tidak langsung mempengaruhi status gizi
terutama balita.Keadaan ekonomi juga dapat mempengaruhi status gizi, di
antaranya pekerjaan ayah, pendapatan per bulan, harga pangan di

8
pasaran.Ini semua mempengaruhi ketersediaan makanan dalam rumah
tangga yang mengakibatkan status gizi anggota keluarga.

2. Faktor Makanan

Produksi pangan pertanian, peternakan maupun perikanan


mempengaruhi ketersediaan makanan di pasaran. Dalam sistem pangan
terdapat lima komponen utama agar pangan dapat dimanfaatkan seoptimal
mungkin, komponen tersebut adalah

 Produksi pangan
 Distribusi pangan
 Konsumsi pangan
 Utilisasi
 Pemanfaatan pangan dalam tubuh.

Produksi pangan dapat baik apabila tersedianya lahan yang cukup,


sistem pengairan yang baik, pemupukan, pengontrolan hama pangan yang
baik serta pengolahan pasca panen.

3. Aspek kesehatan

Infeksi,anak yang mempunyai status gizi kurang mudah terkena


infeksi, karena anak tidak mempunyai daya tahan tubuh yang cukup.
Sebaliknya anak yang menderita infeksi tidak mempunyai nafsu makan
yang cukup, akibatnya anak kekurangan gizi dan jatuh pada status gizi
kurang.

Sanitasi, lingkungan yang buruk seperti air minum kotor, tidak ada
saluran limmbah, MCK/WC yang buruk juga kepadatan penduduk yang
tinggi dapat menyebabkan penyebaran penyakit.

4. Pelayanan kesehatan
1) Puskesmas, peningkatan kasus gizi buruk yang datang di puskesmas
untuk meminta layanan kesehatan atau peningkatan jumlah kasus gizi
buruk yang terdapat di wilayah kerja puskesmas, mengidentifikasikan
terjadinya peningkatan kejadian gizi buruk di masyarakat.

9
2) Rumah sakit, apabila terjadi peningkatan kasus gizi buruk yang datang
di rumah sakit, hal ini menunjukkan bahwa kasus gizi buruk di
masyarakat telah terjadi peningkatan.
5. Faktor demografi

Seperti peningkatan jumlah penduduk, tingkat urbanisasi, jumlah


keluarga, jarak kelahiran, di pertimbangkan sebagai faktor yang juga
berpengaruh terhadap statusgizi masyarakat.

6. Politik dan kebijakan

Misalkan kebijakan ekspor impor, harga, kebijakan tentang


kesehatan,dan kebijakan pertanian.

7. Budaya

Budaya mempunyai peran penting dalam proses terbentuknya status


gizi. Budaya akan menciptakan kebiasaan makan individu dan atau
kelompok masyarakat. Pada kelompok budaya tertentu, kebiasaan akan
menciptakan pola makan yang baik, tetapi tidak jarang menciptakan
kebiasaan yang bertentangan dengan prinsip gizi.

8. Geografi dan iklim

Berhubungan dengan jenis tanaman yang dapat hidup sehingga


berhubungan produksi makanan.

 Kelebihan Faktor Ekologi Untuk Menilai Status Gizi:


a. Keadaan ekologi lingkungan lebih mudah diketahui secara umum,
sehingga kemungkinan risiko yang akan datang dapat diprediksi.
b. Data tentang ekologi lingkungan tersebar di berbagai instansi, yang
memungkinkan informasi mudah diperoleh.
c. Data vital statistik selalu dikumpulkan setiap periode tertentu
(misal setiap 5 tahun dalam sensus penduduk), sehingga data akan
tersedia.

10
 Kelemahan Faktor Ekologi untuk Menilai Status Gizi
a. Faktor ekologi tidak langsung mempengaruhi status gizi, tetapi
melalui berbagai faktor lain yang saling mempengaruhi,
b. Sering data yang diperoleh tidak akurat karena cara pengumpulan
data yang tidak sahih,
c. Di samping itu terdapat data statistik yang tidak mempunyai
kemampuan untuk melakukan interpretasi data secara tepat,
d. Terdapat kecenderungan data ditutupi, karena alasan politik.
Beberapa kepala daerah menutupi data terjadinya kasus gizi buruk
di wilayah kerjanya, karena kasus gizi buruk dianggap akan
menjatuhkan nama baik,
e. Terdapat faktor lain yang mempengaruhi status gizi seperti
kejadian penyakit infeksi dan faktor sosial ekonomi lainnya.

2.3 Srtatistik Vital


A. Pengertian Statistik Vital
Statistik Vital merupakan metode penilaian status gizi secara tidak
langsung ini adalah salah satu cara pengumpulan data tentang angka
statistik kesehatan yang berhubungan dengan gizi. Data-data yang
dikumpulkan dengan menggunakan metode statistik vital ini merupakan
angka kematian sesuai umur tertentu, data tentang angka-angka yang
menyebabkan kesakitan bahkan kematian, berbagai data statistik tentang
pelayanan kesehatan, serta berbagai data tentang angka-angka penyakit
infeksi yang berkaitan dengan kekurangan gizi. (Hartiyanti dan Triyanti,
2007).

Statistik vital merupakan salah satu cara untuk mengetahui keadaan


gizi di suatu wilayah dengan cara menganalisi statistik kesehatan.
Dengan menggunakan statistik kesehatan , maka kita dapat mengetahui
indikator-indikator tidak langsung penggukuran status gizi pada
masyarakat. Manfaat dari statistik vital ini kita dapat mengetahui tingkat
dan pola kematian menurut golongan umur dan penyebabnya. Misalnya

11
angka kematian usia 2-5 bulan, usia 1-4 tahun, 13-24 bulan. Angka yang
diperoleh ini penting untuk menggambarkan gizi disuatu masyarakat.
Beberapa statistik yang berhubungan dengan keadaan kesehatan dan gizi
antara lain:
a. Kesakitan;
Angka penyebab penyakit dan kematian pada umur 1-4 tahun
merupakan informasi yang penting untuk menggambarkan keadaan
gizi di suatu masyarakat. Besarnya proporsi kematian pada bayi
dan anak-anak disebabkan oleh diare, parasit, pneumonia, atau
penyakit infeksi lainnya.
b. Kematian;
Dalam hal ini kematian yang dihubungkan dengan status gizi
dihitung berdasarkan umur, yaitu
1) Angka kematian umur 2-5 Bulan
Angka kematian pada kelompok umur 2-5 bulan tetap
merupakan indeks kesehatan yang baik. Periode umur ini
merupakan periode dengan status gizi seorang anak
tergantung pada praktek pemberian makanannya,
terumatama diberikan ASI atau tidak.
2) Angka Kematian Umur 1-4 Tahun
Angka kematian bayi adalah jumlah angka kematian anak
umur kurang dari satu tahun dalam tahun tertentu terhadap
jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama disajikan
sebagai per 1000 kelahiran hidup.
c. Pelayanan kesehatan;
Berbagai statistik vital dalam kesehatan dapat dilihat pada tempat
pelayanan kesehatan tersebut berada. Tempat pelayanan kesehatan
yang mudah dijangkau oleh masyarakat antara lain:
1) Puskesmas
Puskesmas sebagai lembaga yang mempunyai bermacam-
macam-macam aktivitas. Aktivitas yang dilakukan dapat
didalam maupun diluar puskesmas. Contohnya posyandu,

12
Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK), dann Pojok Gizi
(POZI)
2) Rumah Sakit
Meningkatnya kunjungan kasus kekurangan gizi yang
dihadapi oleh rumah sakit juga meningkatkan isyarat
adanya kekurangan gizi masyarakat. Data mengenai
meningkatnya kunjungan gizi dapat dihubungkan dengan
berbagai faktor seperti masalah kemiskinan, harga-harga
yang meningkat dan kejadian-kejadian alam seperti
kekeringan.
d. Penyakit infeksi yang berhubungan dengan gizi.
Keadaan penyakit infekksi yang berhubungan dengan gizi
merupakan hubungan timbal balik, yaitu sebab-akibat. Penyakit
infeksi dapat memperburuk keadaan gizi dan keadaan gizi yang
jelek dapat mempermudah terkena infeksi penyakit. Penyakit yang
umumnya terkait dengan masalah gizi yaitu diare, TBC, campak,
dan batuk rejan (Whoopingn cough).

Pada saat ini kematian pada negara berkembang relatif


tinggidaripada negara maju terutama pada bayi dan anak-anak. Hal ini
dikarenakan banyaknya penyakit yang berhubungan dengan
kekurangan gizi. Faktor multidimensional yang memengaruhi status
gizi seorang anak adalah faktor sosial-ekonomis sampai pada faktor
fisik-biologis. Salah satu faktor yang sangat penting yang sangat
penting dan berpengaruh secara timbal balik dengan keadaan
kekurangan gizi adalah penyakit infeksi dan parasit (Sukma, 2008).

B. Fungsi Statistik Vital


Beberapa fungsi statistik vital yaitu:
1. Menilai dan membandingkan tingkat kesehatan masyarakat.
2. Menentukan masalah dan penyebab masalah kesehatan
masyarakat.

13
3. Menentukan kontrol dan pemeliharaan selama pelaksanaan
program kesehatan.
4. Menentukan prioritas program kesehatan suatu daerah.
5. Menentukan keberhasilan program suatu daerah.
6. Mengembangkan prosedur, klasifikasi, indeks, dan teknik evaluasi
seperti sistem pencatatan dan pelaporan.
7. Menyebarluaskan informasi tentang situasi kesehatan dan program
kesehatan.
C. Sumber Statistik Vital Kesehatan
Sumber data yang dapat diperoleh ketika melakukan pengambilan data
yaitu:
1. Institusi-institusi Kesehatan
2. Program-program khusus pada bidang kesehatan
3. Survei epidemiologi
4. Survei kesehatan rumah tangga (household survey)
5. Institusi-institusi yang mengumpulkan data dengan tujuan-tujuan
khusus.

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Survei konsumsi pangan adalah serangkaian kegiatan pengukuran


konsumsi makanan pada individu, keluarga dan kelompok masyarakat dengan
menggunakan metode pengukuran yang sistematis, menilai asupan zat gizi dan
mengevaluasi asupan zat gizi sebagai cara penilaian status gizi secara tidak
langsung. Mengukur konsumsi makanan dapat dilakukan dalam tiga area, yaitu
mengukur konsumsi pangan pada suatu wilayah, mengukur asupan makanan pada
tingkat rumah tangga, dan mengukur asupan gizi pada tingkat individu.

Ekologi adalah ilmu tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup
dengan lingkungannya. Penilaian berdasarkan faktor ekologi digunakan untuk
mengetahui penyebabkejadian gizi salah (malnutrition) di suatu masyarakat yang
nantinya akan sangatberguna untuk melakukan intervensi gizi.

Statistik Vital merupakan metode penilaian status gizi secara tidak


langsung ini adalah salah satu cara pengumpulan data tentang angka statistik
kesehatan yang berhubungan dengan gizi. Data-data yang dikumpulkan dengan
menggunakan metode statistik vital ini merupakan angka kematian sesuai umur
tertentu, data tentang angka-angka yang menyebabkan kesakitan bahkan
kematian, berbagai data statistik tentang pelayanan kesehatan, serta berbagai data
tentang angka-angka penyakit infeksi yang berkaitan dengan kekurangan gizi.

3.2 Saran

Diharapkan mahasiswa dapat memahami penilaian status gizi, khususnya


penilaian status gizi secara tidak langsung.

15
Daftar Pustaka

Oleh departemen gizi dan kesehatan masyarakat. 2014. GIZI DAN KESEHATAN
MASYARAKAT. Jakarta : Rajawali Pers

Paramashantri, Bunga. 2019. GIZI BAGI IBU DAN ANAK untuk Mahasiswa
Kesehatan dan kalangan umum. Yogyakarta: PT. Pustaka Baru.

Septikasari M. 2018. Status Gizi Anak dan Faktor Yang Mempengaruhi.


Yogyakarta: UNY Press

Supariasa dkk. 2012. Penilaian status gizi. Jakarta : EGC

Mardalena, Ida. 2013. Konsep Dasar Ilmu Gizi Bagi Perawat [Internet]. Diakses
pada tanggal 23 Februari 2020 di https://www.slideshare.net/pjj_kemenkes/kb-3-
43233295

Selly De, 2016. Statistik Vital [Internet] Diakses pada tanggal 22 Februari 2020 di
https://www.academia.edu/40366208/STATISTIK_VITAL

Thamaria, netty. 2017. Penilaian status gizi. Kemenkes RI. [Cetakan pertama,
Oktober, 2017] Di akses pada 11 februari 2020 di
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/11/PENILAIAN-STATUS-GIZI-FINAL-
SC.pdf&ved=2ahUKEwiG8MCEzuTnAhW5yDgGHZzmCyUQFjAAegQIBRAC
&usg=AOvVaw15ICBuHooj94lseFxomheL&cshid=1582355674498

16

Anda mungkin juga menyukai