Anda di halaman 1dari 34

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur kehadirat Allah  SWT karena atas berkat rahmat dan
hidayah-Nyalah sehingga, tugas ini dapat diselesaikan tanpa suatu halangan
yang amat berarti. Tanpa pertolongannya mungkin penyusun tidak akan
sanggup menyelesaikan tugas laporan praktikum ini dengan baik. Tugas ini
disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Penilaian Status Gizi”,
yang disajikan berdasarkan referensi dari berbagai sumber. 
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah
Penilaian Status Gizi yang telah membimbing dan memberikan kesempatan
kepada penyusun sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan ini. Tak
lupa juga penyusun ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan dan dukungannya dalam pembuatan makalah ini
Penyusun menyadari bahwa makalah ini kurang dari sempurna, untuk
itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran, baik dari dosen
pembimbing maupun teman-teman atau pembaca agar makalah ini dapat
lebih sempurna..
Semoga  makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
kepada pembaca, dan semoga dengan adanya tugas ini Allah SWT senantiasa
meridhoinya dan akhirnya membawa hikmah untuk semuanya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Ternate, 4 oktober 2019

  Kelompok iv

ii
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL ………………………………………………..……….


KATA PENGANTAR …………………………………………………..…. ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………..…….. iii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………….……..…… 4
C. Tujuan Penulisan ………………………….……………….…… 6
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Survey Konsumsi Makanan……………………. 8
B. Tujuan Survey Konsumsi Makanan…………………………. 9
C. Konsep Teori Survey Konsumsi Makanan………………… 10
BAB III : PEMBAHASAN
A. Hasil ………..………………………………………..………………. 20
B. Pembahasan ………………………………………..……………… 21
BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………... 31
B. Saran…………………………………………………………………… 32
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Survei diet atau penilaian konsumsi makanan adalah salah
satu metode yang digunakan dalam penentuan status gizi perorangan
atau kelompok. Pada awal tahun empat puluhan survei konsumsi,
terutama recall 24 jam banyak yang digunakan dalam penelitian
kesehatan dan gizi. Pelaksanaan kegiatan survei konsumsi makanan
ini merupakan suatu keahlian atau kompetensi yang harus dimiliki
oleh seorang ahli gizi, karena dari pelaksanaan survei konsumsi
makanan inilah akan didapatkan data untuk membuat kebijakan oleh
pemerintah dan keputusan oleh seorang ahli gizi.
Di Amerika Serikat survei konsumsi makanan digunakan
sebagai salah satu cara dalam penentuan status gizi (willet,1990).
Indonesia telah melaksanakan survei konsumsi pangan ini dalam skala
besar, seperti Survei Diet Total (SDT) yang dilaksanakan pada tahun
2014 yang lalu, dan melibatkan 33 propinsi, beberapa ratus
kecamatan dari 6.793 kecamatan, beberapa ribu kluster dari 79.075
kelurahan/desa, serta ratusan ribu individu yang ada di seluruh
Indonesia. Metode yang digunakan saat itu adalah recall (kualitatif)
yang digabung dengan metode penimbangan / weighing (kuantitatif)
untuk beberapa bahan/makanan yang baru dikenal atau muncul
disuatu daerah.
Metode pendekatan yang umum digunakan dalam pengukuran
survei konsumsi makanan ini dikenal dengan pendekatan kuantitatif,
kualitatif dan gabungan. Namun, harus diakui bahwa masing-masing
pendekatan yang ada tersebut mempunyai keunggulan dan
kelemahan. Oleh sebab itu, petugas pelaksana harus mampu

4
menggunakan pendekatan terpilih yang mempunyai bias sekecil
mungkin agar hasil yang didapatkan mendekati hasil ukur yang
sebenarnya.
Banyak pengalaman membuktikan bahwa dalam melakukan
penilaian survei konsumsi makanan (survei dietetik) banyak terjadi
bias tentang hasil yang diperoleh. Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain; ketidaksesuaian dalam menggunakan alat ukur,
waktu pengumpulan data yang tidak tepat, instrumen tidak sesuai
dengan tujuan, ketelitian alat timbang makanan, kemampuan petugas
pengumpulan data, day ingat responden, daftar komposisi makanan
yang digunakan tidak sesuai dengan makanan yang dikonsumsi
responden dan interpretasi hasil yang kurang tepat.
Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang baik tentang
cara-cara melakukan survei konsumsi makanan, baik untuk individu,
kelompok maupun rumah tangga. Walaupun data konsumsi makanan
sering digunakan sebagai salah satu metode penentuan status gizi,
sebenarnya survei konsumsi tidak dapat menentukan status gizi
seseorang atau masyarakat secara langsung. Hasil survei hanya dapat
digunakan sebagai bukti awal akan kemungkinan terjadinya
kekurangan gizi pada seseorang.

5
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu untuk mengetahui kebiasaan makan dan
gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada
tingkat kelompok, rumah tangga dan perorangan serta faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut.

1. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu untuk menentukan tingkat kecukupan
konsumsi pangan dan ketersediaan pangan individu, kelompok
masyarakat, atau nasional.
2. Mahasiswa mampu untuk sebagai monitoring kecenderungan zat
gizi dan makanan, serta memperkirakan adanya bahan
tambahan makanan ( BTM) dan kontaminan pada makanan yang
dikonsumsi.
2. Mahasiswa mampu untuk menenutukan status kesehatan dan
gizi keluraga dan individu, serta mengidentifikasi kelompok
beresiko berkembangnya penyakit yang disebabkan oleh
makanan.
3. Mahasiswa mampu untuk menentukan pedoman kecukupan dan
program pengadaan pangan.
4. Mahasiswa mampu untuk mengevaluasi kebijakan pemerintah
dibidang pangan dan gzi, perencanaan produksi dan distribusi
pangan, serta program pengembangan gizi.
5. Mahasiswa mampu untuk sebagai sarana pendidikan gizi
masyarakat, khususnya golongan yang beresiko tinggi
mengalami kekurangan gizi, serta mengevaluasi keefektifkannya.

6
6. Mahasiswa mampu untuk menentukan perundang-undangan
yang berkenaan dengan makanan, kesehatan, dan gizi
masyarakat.
7. Mahasiswa mampu untuk membantu dalam mengembangan
kampanye dibidang pangan dan gizi serta produksi pangan yang
baru.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Survey Konsumsi Makanan.


Survey konsumsi makanan adalah salah satu metode yang
digunakan dalam penentuan status gizi perorangan atau kelompok.
Survey konsumsi makanan ditujukan untuk mengetahui kebiasaan
makan, gambaran tingkat kecukupan bahan makanan, dan zat gizi
pada tingkat kelompok, rumah tangga, dan perorangan, serta faktor-
faktor yang mempengaruhinya.
Metode atau pendekatan yang umum digunakan dalam
pengukuran Survey Konsumsi Makanan dikenal dengan pendekatan
kuantitatif, kualitataif dan gabungan. Namun, hatus diakui bahwa
masing-masing pendekatan tersebut mempunyai keunggulan dan
kelemahan. Sampai saat ini dikenal dua bias, yaitu bias seleksi dan
bias informasi. Diketahui bahwa ada beberapa hal yang dapat
menimnulkan bias tersebut, baik dari pihak peneliti maupun akibat dari
alat yang digunakan.
Satu hal lain yang menjadikan hasil ukur bias adalah
kemampuan pewawancara untuk memperkirakan ukuran makanan
atau porsi makanan yang disampaikan oleh individu yang ditanya
secara benar dan/ atau mendekati ukuran sebenarnya. Cara yang
digunakan untuk menghindari salah ukur ini adalah dengan
menggunakan alat bantu media. Media yang digunakan bisa food
model dan buku foto bahan makanan. Upaya lain yang dapat dilakukan
untuk menghindari bias dalam melaksanakan pengukuran konsumsi
makanan adalah dengan melakukan penyamaan persepsi antara
peneliti dan pengumpul data.

8
Penilaian terhadap kemampuan pengumpul data dalam
mengapresiasi semua data yang harus dikumpulkan dilapangan,
dilakukan dengan melakukan uji uji akurasi dan presisi pengumpul
data. Penggunaan alat bantu yang mudah dibawa tetapi mempunyai
akurasi yang tinggi, seperti timbangan makanan yang memiliki akurasi
yang tinggi dan instrumen pengumpul data/ kuesioner, dapat
menyerap informasi yang dibutuhkan dalam pengukuran konsumsi
makanan.
Estimasi merupakan suatu cara yang dapat digunakan untuk
menghindari terjadinya bias tersebut. Upaya yang dilakukan dalam
pelaksanaan estimasi adalah dengan melakukan penyamaan antara
recall dengan keadaan sebenarnya. Petugas lapangan/ peneliti harus
mampu memperkirakan makanan yang dikonsumsi oleh responden
sedekat mungkin dengan kenyataannya dan petugas harus mampu
menaksir makanan yang sudah jadi kedalam bentuk bahan makanan
mentah, kemudian melihat berapa besar penyimpangan yang terjadi.

B. Tujuan Survey Konsumsi Makanan.


1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat
kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok,
rumah tangga dan perorangan serta faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut.

2. Tujuan Khusus
a. Menentukan tingkat kecukupan konsumsi pangan dan
ketersediaan pangan individu, kelompok masyarakat, atau
nasional.

9
2. Sebagai monitoring kecenderungan zat gizi dan makanan, serta
memperkirakan adanya bahan tambahan makanan ( BTM) dan
kontaminan pada makanan yang dikonsumsi.
3. Menenutukan status kesehatan dan gizi keluraga dan individu,
serta mengidentifikasi kelompok beresiko berkembangnya
penyakit yang disebabkan oleh makanan.
4. Menentukan pedoman kecukupan dan program pengadaan
pangan.
5. Mengevaluasi kebijakan pemerintah dibidang pangan dan gzi,
perencanaan produksi dan distribusi pangan, serta program
pengembangan gizi.
6. Sebagai sarana pendidikan gizi masyarakat, khususnya golongan
yang beresiko tinggi mengalami kekurangan gizi, serta
mengevaluasi keefektifkannya.
7. Menentukan perundang-undangan yang berkenaan dengan
makanan, kesehatan, dan gizi masyarakat.
8. Membantu dalam mengembangan kampanye dibidang pangan
dan gizi serta produksi pangan yang baru.

C. Konsep Teori
Survei konsumsi terdiri dari kata survei yang berarti
penyelidikan/peninjauan dan konsumsi berarti barang-barang yang
digunakan untuk memenuhi keperluan atau kebutuhan hidup.
Selanjutnya tentang makanan atau pangan, yaitu segala sesuatu yang
berasal dari sumber hayati dan air baik yang diolah maupun yang tidak
diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi
manusia termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan
lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau
pembuatan makanan atau minuman (PP RI No. 28 Th. 2004). Dengan

10
demikian survei konsumsi pangan berarti suatu cara atau strategi
menentukan status gizi individu maupun kelompok dengan cara
menghitung konsumsi atau asupan zat gizi yang terdapat pada
makanan dan minuman yang dikonsumsi atau yang diasup oleh
seseorang. Survei yang dirancang untuk mendapatkan informasi
pangan yang dikonsumsi baik kuantitas maupun kualitas. Survei
konsumsi pangan harus mempertimbangkan faktor selain pangan
dalam pengumpulan datanya (Camreon dan Wija, 1998). Misalnya
faktor budaya, ekonomi, dan faktor lain yang mempengaruhi konsumsi
pangan. Tujuan Survei konsumsi pangan. Untuk memperoleh
informasi mengenai gambaran tingkat kecukupan dan zat gizi mikro
(arti sempit), sedangkan secara luas ditujukan untuk (arti luas) : 1).
Mempelajari kebiasaan makan, 2).Menilai seberapa jauh angka
kecukupan gizi (AKG) terpenuhi, 3). Bahan perencanaan program gizi,
4). Bahan pengembangan program gizi, 5). Bahan pendidikan gizi.
Sedangkan sasarannya adalah: a). Individu: Bayi, Anak usia Bawah
Dua Tahun (Baduta), Anak usia Bawah Tiga Tahun (Batita), Anak usia
Bawah Lima Tahun (Balita), Anak usia Sekolah, Remaja, Dewasa, Ibu
hamil (Bumil), Ibu menyusui (Busui) atau ibu meneteki (Buteki), dan
Atlet, b). Keluarga: Keluarga Inti/batih (ayah, ibu, anak), keluarga
besar (keluarga inti ditambah kakek/nenek), dan c). Institusi:
asrama, panti (jompo) dengan penghuni homogen. Metode
pengukuran konsumsi makanan antara lain:

1. Metode penimbangan/Food Weighing


Metode penimbangan/Food Weighing adalah menimbang kuantitas
makanan dan minuman yang dikonsumsi sehari-hari. Makanan dan
minuman diukur dengan cara ditimbang sebelum dikonsumsi,
setelah selesai makan ketika masih mentah baik dalam keadaan

11
kotor maupun sudah bersih. Pada metode penimbangan makanan,
responden atau petugas menimbang dan mencatat seluruh makanan
yang dikonsumsi responden selama 1 hari. Penimbangan makanan
ini biasanya berlangsung beberapa hari tergantung dari tujuan, dana
penelitian dan tenaga yang tersedia.

2. Metode pencatatan/Food Record


Metoda pencatatan/Food Record adalah pengukuran konsumsi
pangan dengan cara mencatat makanan dan minuman yang
dikonsumsi. Metode ini disebut juga food records atau diary records,
yang digunakan untuk mencatat jumlah yang dikonsumsi.
Responden diminta untuk mencatat semua yang makanan dan
minuman setiap kali sebelum dikonsumsi dalam Ukuran Rumah
Tangga (URT) atau menimbang dalam ukuran berat (gram) dalam
periode tertentu (2-4 hari berturut-turut), termasuk cara persiapan
dan pengolahan makanan tersebut.

3. Metode mengingat-ingat/Food Recall 24 jam


Metode mengingat-ingat/Food Recall 24 jam adalah cara
pengukuran konsumsi dengan cara menanyakan kepada responden
terhadap makanan dan minuman yang dikonsumsi selama 24 jam
yang lalu. Responden ditanya semua jenis dan kuantitas makanan
dan minuman yang dikonsumsi sejak bangun tidur sampai tidur
kembali. Petugas pengumpul data harus mengenal betul ukuran
rumah tangga (URT) makan dan minuman agar kemudian mampu
menerjemahkan variasi ukuran, misal sendok, mangkok, potong,
irisan, buah, ikat dan lain-lain makanan yang dikonsumsi responden
untuk diterjemahkan ke dalam ukuran secara kuatitatif, yaitu dalam
ukuran berat misal ke dalam gram atau ke dalam ukuran volume

12
seperti mililiter. Untuk mendapatkan informasi yang representatif,
survei ini dilakukan 3 hari dalam satu minggu secara tidak berturut-
turut. Hasil survei konsumsi metode food recall sering terjadi hasil
yang lebih rendah (underestimate) dari yang sebenarnya. Hal ini
terjadi karena adanya anggapan di masyarakat terhadap makanan
yang dinilai bernilai sosial rendah sehingga masyarakat cenderung
mengatakan konsumsi lebih rendah dari sebenarnya. Sebaliknya
berisiko terjadi perkiraan yang lebih tinggi (overestimate) terhadap
makanan yang dinilai mempunyai nilai sosial tinggi.

4. Metode kekerapan mengonsumsi/Food Frequensi


Metoda kekerapan atau keseringan mengkonsumsi/Food frequensi
adalah cara mengukur konsumsi makanan yang dikaitkan dengan
suatu kasus atau kelainan yang terkait dengan konsumsi makanan.
Sebagai contoh penelitian tentang kaitan antara konsumsi sayur
hijau dan anemia. Maka dibuat daftar sayur hijau sebagai sumber
zat besi antara lain daun singkong, daun pepaya, daun katuk,
kangkung, daun kelor, dan seterusnya. Selanjutnya dibuat formulir
kekerapan atau keseringan jensi sayur tersebut apakah dikonsumsi
setiap kali makan, setiap hari, 2 kali seminggu, 1 kali seminggu, dan
seterusnya.

Terdapat dua jenis FFQ, Yaitu sebagai berikut :


1) Kulitatif FFQ. Kualitatif FFQ memuat tentang:
 Daftar makanan yang spesifik pada kelompok makanan
tertentu atau makanan yang dikonsumsi secara periodic pada
musim tertentu.
 Daftar bahan makanan yang dikonsumsi dalam frekuensi
yang cukup sering oleh responden.

13
 Frekuensi konsumsi makanan yang dinyatakan dalam harian,
mingguan,bulanan,atau tahunan.

Kegunaan metode kualitatif FFQ:


 Mengklasifikasi pola kebiasaan makan.
 Menjelaskan kemungkinan korelasi antara kebiasaan makan
jangka panjang dengan penyakit khronis.
 Untuk menilai program pendidikan gizi.
 Mengindentifikasi individu yang memerlukakan penanganan
lebih lanjut terkait makanan dengan kesehatannya.

Prosedur pengisian data kuantitatif FFQ:


 Berdasarkan daftar bahan makanan khusus yang ada pada
kuensioner,tanyakan kepada responden tentang frekuensi
setiap bahan makanan yang mereka konsumsi,seberapa
sering biasannya mereka mengkonsumsi setiap item bahan
makanan tersebut.
 Terhadap 5 kategori frekuensi penggunaan bahan makanan
yang harus tersedia pada FFQ,yaitu: harian,
mingguan,bulanan,tahunan, jarang/tidak perna. Responden
diharapkan memilih salah satu kategori pada kontak yang
tersedia.
Bahan FREKUENSI
Makanan
Setiap Setiap Setiap Setiap Tidak
Hari Minggu Bulan Tahun Pernah/Jarang

Gambar 1.1 Contoh formulir kualitatif FFQ


2) Semi kuantitatif FFQ.

14
Semi kuantitatif adalah kuantitatif FFQ dengan tambahan
pemikiran ukuran porsi, seperti ukuran: kecil, medium,besar, dan
sebagainnya. Modifikasi tipe ini dapat dilakukan untuk
mengetahui asupan energy dan zat gizi spesifik. Kuesioner semi
kuantitatif FFQ ini harus membuat bahan makanan sumber zat
gizi yang lebih utama.

Prosedur semi-kuantitatif FFQ:


Lengkapi langkah prosedur kuantitatif FFQ:
GUnakan 3 ukuran porsi,yaitu:kecil,sedang,besar. Isikan ukuran
porsi yang dikonsumsi pada kotak yang sediah.
Konfersikan seluruh frekuensi bahan makanan yang digunakan
kedalam penggunaan setiap hari dengan cara sebagai berikut:
1 kali /hari=1
3 kali/hari=3
4 kali/minggu=4/7 hari = 0,57
5 kali/bulan = 5/30 hari =0,17
10 kali/tahun = 10/365 hari =0,03
Frekuensi yang berulang-ulang setiap hari, dijumlahkan menji
konsumsi per hari.

Bahan Ukuran Frekuensi Porsi Rata- Rata-Rata


Makanan penyajian Rata Gram/Hari
Frekuns
i/Hari
1x/Hr 1x/Mg 1x/ 1x/ Tdk Kc Bsr Sdg
Bln Thn Pernah l

Gambar 1.2 contoh formulir semi-kuantitatif FFQ

5. Metode Riwayat Makanan/Dietary History

15
Dietary history merupakan cara mengukur konsumsi makanan
secara kualitatif dengan cara menanyakan jenis dan jumlah pangan
yang dikonsumsi. Teknis pelaksanaan survey responden diminta
mengisi sendiri kuesioner yang didisain untuk menunjukkan variasi
atau keragaman makanan dan minuman yang dikonsumsi, termasuk
informasi tentang pengolahan, penyimpanan dan pengolahan atau
pemasakan. Survei konsumsi metode dietary history dapat
menggambarkan pola makan seseorang dalam waktu yang relatif
lama. Selain menggambarkan pola makan juga dapat mengungkap
adanya kesalahan makan, yaitu pola makan yang tidak sesuai
dengan prinsip gizi seimbang. Sebagaimana dijelaskan oleh Gibson,
R.S, (2005) dalam Sirajuddin, dkk (2015) bahwa penilaian konsumsi
pangan merupakan metode paling awal yang harus digunakan
untuk menilai tahapan difisiensi gizi. Defisiensi gizi dimulai dari
rendahnya asupan zat gizi dalam makanan. Jika dapat diketahui
lebih awal bahwa defisiensi zat gizi konsisten terjadi dalam makanan
yang dikonsumsi. Survei konsumsi pangan merupakan cara efektif
untuk lebih awal terjadinya ketidakseimbangan asupan zat gizi.
Kelebihan asupan zat gizi dala periode yang waktu tertentu dengan
cara yang tepat setiap tahun maka akan banyak individu yang
terselamatkan dari ancaman penyakit degeneratif (Sirajuddin dkk,
2015). Beberapa peralatan yang diperlukan dalam melakukan survei
konsumsi adalah:

16
A. Petunjuk Praktek
1. Bahan Dan Alat
1. Timbangan Makanan
2. Food Model

2. Langkah-langkah
1) Langkah- langkah metode frekuensi makanan:
a. Responden diminta untuk memberi tanda pada daftar
makanan yang tersedia pada kuesioner mengenai frekuensi
penggunaannya dan ukuran porsinya.
b. Lakukan rekapitulasi tentang frekuensi penggunaan jenis-
jenis bahan makanan terutama bahan makanan yang
merupakan sumber-sumber zat gizi tertentu selama periode
tertentu pula.

2) Langkah-langkah pelaksaan recall 24 jam


a. Petugas atau pewawancara menanyakan kembali dan
mencatat semua makanan dan minuman yang dikonsumsi
responden dalam ukuran rumah tangga (URT), dengan
menggunakan food model terstandar atau foto atau gambar

17
alat terstandar, atau sampel nyata makanan serta dengan
menggunakan alat makanan yang digunakan responden
tersebut selama kurun waktu 24 jam lalu.
b. Petugas melakukan konfersi dari URT ke dalam ukuran berat
(gram). dalam menaksir atau memperkirakan URT kedalam
ukuran berat (gram) pewawancara menggunakan berbagai
alat bantu seperti contoh ukuran rumah tangga (piring,
mangkok, gelas, sendok, dll) atau model makanan (food
model). Makanan yang dikonsumsi dapat dihitung dengan
alat bantu ini atau dengan menimbang langsung contoh
makanan yang akan dimakan berikut informasi tentang
komposisi makanan jadi.
c. Langkah-langkah pelaksaan recall 24 jam

3). Langkah-langkah pelaksaan food record


a. Responden mencatata makanan dan minuman yang
dikonsumsi dalam URT atau ukuran (gram), yaitu nama
masakan serta cara persiapan dan pemasakan bahan
makanan. Deskripsi makananharus dijelaskan meliputi:
a) Nama makanan
b) Cara pengolahan
c) Kondisi makanan (mentah atau dimasak)
d) Komposisi (bumbu-bumbu, bahan tambahan, dll)
b. Timbang jumlah yang dikonsumsi (porsi penyajian dikurangi
berat makanan yang tidak dimakan atau sisa), atau
perkiraan dengan menggunakan URT.
c. Jika ada menu yang dimakan di luar rumah, responden
diminta untuk mencatat jumlah makanan yang dikonsumsi.
d. Petugas memperkirakan URT kedalam ukuran berat (gram)
untuk bahan makanan yang dikonsumsi tersebut.

18
4) Langkah -Langkah pencatatan (food account)
a. Keluarga mencatatat seluruh makanan yang masuk ke rumah,
yang berasal dari berbagai sumber setiap hari dalam URT
(Ukuran Rumah Tangga) atau satuan ukuran volume atau
berat.
b. Hitung jumlah masing-masing jenis bahan makanan tersebut
dan konversikan ke dalam ukuran berat setiap hari.
c. Hitung rata-rata perkiraan penggunaan bahan makanan setiap
hari.

5) Langkah - Langkah metode household food record


a. Responden mencatatan dan menimbang/mengukur semua
makanan yang di makan keluarga, termaksud sisa, dan
makanan yang di konsumsi oleh tamu (selama periode 1
minggu).
b. Mencatatan makanan yang di makan anggota keluarga di luar
rumah.
c. Hitung rata-rata konsumsi keluarga atau konsumsi perkapita.

3. Pelaksanaan
Oktober 2019

4. Tempat
Perencanaan persiapan Recall dilakukan dikelurahan

19
5. Evaluasi
Contoh formulir kualitatif FFQ
Bahan FREKUENSI
Makanan
Setiap Setiap Setiap Setiap Tidak
Hari Minggu Bulan Tahun Pernah/Jarang

Gambar 1.2 contoh formulir semi-kuantitatif FFQ


Bahan Ukuran Frekuensi Porsi Rata- Rata-Rata
Makanan penyajian Rata Gram/Hari
Frekuns
i/Hari
1x/Hr 1x/Mg 1x/ 1x/ Tdk Kc Bsr Sdg
Bln Thn Pernah l

Tabel Recall 24
Waktu Nama Cara Bahan URT Berat
Makan (Jam) Makanan Pengolahan Makanan (Gram)
Pagi
Selingan
Siang
Selingan
Malam

20
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil

1. Recall 24 jam
Nama : Sex : Umur : Th. Berat : kg. Tinggi : cm. Tgl :
Standart
Menu
Waktu Menu Bahan Brt ENERGI Protein LMK HA Ca F Fe Vit. Vit. Vit. Na K Chols
(gr) A B1 C
( gr ) Kal Hw N (gr) (gr) (mg) (mg) (mg) (SI) (mg) (mg) ( mg ) ( mg ) (mg)
n bt

Pagi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sub Total
0
Snack 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sub Total
0
Siang Nasi Putih Beras 60 216 0 4. 0.42 47.3 3.6 84 0.48 0 0.072 0 3 60 0 1.2
giling 08
ikan saus Ikan segar 65 73.45 11. 0 2.93 0 13 130 0.65 97. 0.033 0 65.33 195 0 0
rica 05 5
sayur soup Telur 55 89.1 7.0 0 6.33 0.39 29.7 99 1.49 495 0.055 0 86.9 97.9 3 0
ayam 4 0
2.
5
Kentang 15 12.45 0 0. 0.02 2.87 1.65 8.4 0.11 0 0.017 2.55 1.05 59.4 0 0.3
3 75

Kol 5 1.25 0 0. 0.01 0.25 1.1 3.6 0.06 4.5 0.006 3.45 1.5 17.45 0 0.3
kembang 12 25
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sub Total
0
Snack 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sub Total
0
Mlm Pentolan Ikan segar 35 39.55 5.9 0 1.58 0 7 70 0.35 52. 0.018 0 35.18 105 0 0
5 5
Tepung 15 54.75 0 1. 0.2 11.6 2.4 15.9 0.18 0 0.018 0 0.3 60 0 0.2
terigu 34 25
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sub Total
0
Total
Standar Kebutuhan
Standar % Terhadap Kebutuhan
Kebutuhan

2. Food Frekuensi

21
Frekuensi Konsumsi Makanan Skor
No Jenis makanan Jmlh > 1x /hari 1x /hari 3-6x /mnggu 1-2x /mnggu jarang tidak Rata- interpretasi
Total rata
50 25 15 10 1 pernah 0
N 1 0 0 0 0 0 1
1 Nasi 50 Baik
Skor 50 0 0 0 0 0 50
N 0 0 0 1 0 0 1
2 Mie 10 Baik
Skor 0 0 0 10 0 0 10
N 0 0 0 0 1 0 1
3 Biskuit 1 Kurang
Skor 0 0 0 0 1 0 1
N 0 0 0 0 1 0 1
4 Kentang 1 Kurang
Skor 0 0 0 0 1 0 1
N 0 0 0 0 1 0 1
5 Jagung 1 Kurang
Skor 0 0 0 0 1 0 1
N 0 0 0 0 1 0 1
6 Roti 1 Kurang
Skor 0 0 0 0 1 0 1
N 0 0 0 0 0 0 0
7 Sagu 0 Kurang
Skor 0 0 0 0 0 0 0
N 0 0 0 0 1 0 1
8 Singkong 1 Kurang
Skor 0 0 0 0 1 0 1
N 0 0 0 0 1 0 1
9 Daging sapi 1 Kurang
Skor 0 0 0 0 1 0 1
N 0 0 0 1 0 0 1
10 Daging ayam 10 Baik
Skor 0 0 0 10 0 0 10
N 0 0 0 1 0 0 1
Telur ayam 10 Baik
11 Skor 0 0 0 10 0 0 10
N 0 0 0 0 0 0 0
12 Telur itik 0 Kurang
Skor 0 0 0 0 0 0 0
N 1 0 0 0 0 0 1
13 Ikan segar 50 Baik
Skor 50 0 0 0 0 0 50
N 0 0 0 0 1 0 1
14 Hati 1 Kurang
Skor 0 0 0 0 1 0 1
n 0 0 0 0 1 0 1
15 Kerang 1 Kurang
skor 0 0 0 0 1 0 1
n 0 0 0 0 1 0 1
16 Udang 1 Kurang
skor 0 0 0 0 1 0 1
n 0 0 1 0 0 0 1
17 Tempe 15 Baik
skor 0 0 15 0 0 0 15
n 0 0 1 0 0 0 1
18 Tahu 15 Baik
skor 0 0 15 0 0 0 15
19 Kcg-kcgan n 0 0 0 1 0 0 1 15 Baik

22
skor 0 0 0 10 0 0 15
n 0 0 0 0 1 0 1
20 Bayam 1 Kurang
skor 0 0 0 0 1 0 1
n 0 0 1 0 0 0 1
21 Kangkung 15 Baik
skor 0 0 15 0 0 0 15
Daun n 0 0 0 0 1 0 1
22 1 Kurang
Singkong skor 0 0 0 0 1 0 1
n 0 0 0 1 0 0 1
23 Sawi hijau 10 Baik
skor 0 0 0 10 0 0 10
Kacang n 0 0 0 1 0 0 1
24 10 Baik
panjang skor 0 0 0 10 0 0 10
n 0 0 0 0 1 0 1
25 Wortel 1 Kurang
skor 0 0 0 0 1 0 1
n 0 0 0 0 0 0 0
26 Bit 0 Kurang
skor 0 0 0 0 0 0 0
n 0 0 0 0 1 0 1
27 Labu kuning 1 Kurang
skor 0 0 0 0 1 0 1
n 0 0 0 0 1 0 1
28 Labu siam 1 Kurang
skor 0 0 0 0 1 0 1
n 0 0 0 0 1 0 1
29 Apel 1 Kurang
skor 0 0 0 0 1 0 1
n 0 0 0 0 1 0 1
30 Jeruk 1 Kurang
skor 0 0 0 0 1 0 1
n 0 0 0 0 1 0 1
31 Durian 1 Kurang
skor 0 0 0 0 1 0 1
n 0 0 0 0 1 0 1
32 Semangka 1 Kurang
skor 0 0 0 0 1 0 1
n 0 0 0 0 1 0 1
33 Mangga 1 Kurang
skor 0 0 0 0 1 0 1
n 0 0 0 0 1 0 1
34 Pisang 1 Kurang
skor 0 0 0 0 1 0 1
n 0 0 0 0 1 0 1
3 Pepaya 1 Kurang
skor 0 0 0 0 1 0 1
n 0 0 0 0 1 0 1
36 Langsat 1 Kurang
skor 0 0 0 0 1 0 1
n 0 0 0 0 1 0 1
37 Nangka 1 Kurang
skor 0 0 0 0 1 0 1
n 0 0 0 0 1 0 1
38 Rambutan 1 Kurang
skor 0 0 0 0 1 0 1
39 Susu sapi n 0 0 0 0 1 0 1 1 Kurang

23
skor 0 0 0 0 1 0 1
n 0 0 0 0 0 0 0
40 Susu skim 0 Kurang
skor 0 0 0 0 0 0 0
Susu kental n 0 0 0 0 1 0 1
41 1 Kurang
manis skor 0 0 0 0 1 0 1
n 0 0 0 0 1 0 1
42 Yoghurt 1 Kurang
skor 0 0 0 0 1 0 1
n 0 0 0 0 1 0 1
43 Anlene 1 Kurang
skor 0 0 0 0 1 0 1
n 0 0 0 0 1 0 1
44 Dancow 1 Kurang
skor 0 0 0 0 1 0 1
n 0 0 0 0 1 0 1
45 Milo 1 Kurang
skor 0 0 0 0 1 0 1
n 0 0 0 0 1 0 1
46 Ovaltine 1 Kurang
skor 0 0 0 0 1 0 1
n 0 0 0 0 1 0 1
47 Ultra 1 Kurang
skor 0 0 0 0 1 0 1
Minyak n 1 0 0 0 0 0 0
48 0 Kurang
Goreng skor 50 0 0 0 0 0 0
n 0 0 0 0 1 0 1
49 Margarin 1 Kurang
skor 0 0 0 0 1 0 1
n 0 0 0 0 1 0 1
50 Hamburger 1 Kurang
skor 0 0 0 0 1 0 1
n 0 0 0 0 1 0 1
51 Pizza 1 Kurang
skor 0 0 0 0 1 0 1
n 0 0 0 0 1 0 1
52 KFC 1 Kurang
skor 0 0 0 0 1 0 1
n 0 0 0 0 1 0 1
53 Cake 1 Kurang
skor 0 0 0 0 1 0 1
n 0 0 0 0 1 0 1
54 Bakwan 1 Kurang
skor 0 0 0 0 1 0 1
n 0 0 0 0 1 0 1
55 Donat 1 Kurang
skor 0 0 0 0 1 0 1
n 0 0 0 0 0 0 0
56 Pie 0 Kurang
skor 0 0 0 0 0 0 0
n 0 0 0 0 0 0 0
57 Vitalong C 0 Kurang
skor 0 0 0 0 0 0 0
n 0 0 0 0 0 0 0
58 Hematviton 0 Kurang
skor 0 0 0 0 0 0 0
59 Enervon C n 0 0 0 0 0 0 0 0 Kurang

24
skor 0 0 0 0 0 0 0
n 0 0 0 0 0 0 0
60 B com C 0 Kurang
skor 0 0 0 0 0 0 0
n 0 0 0 0 0 0 0
61 Ester C 0 Kurang
skor 0 0 0 0 0 0 0
n 0 0 0 0 0 0 0
62 Kalac 0 Kurang
skor 0 0 0 0 0 0 0
n 0 0 0 0 0 0 0
63 Neurobion 0 Kurang
skor 0 0 0 0 0 0 0
n 0 0 0 0 0 0 0
64 Pharmaton 0 Kurang
skor 0 0 0 0 0 0 0
n 0 0 0 0 0 0 0
65 Redoxson 0 Kurang
skor 0 0 0 0 0 0 0
n 0 0 0 0 0 0 0
66 Samobion 0 Kurang
skor 0 0 0 0 0 0 0
n 0 0 0 0 0 0 0
67 Vitamin B1 0 Kurang
skor 0 0 0 0 0 0 0
n 0 0 0 0 0 0 0
68 Vitamin C 0 Kurang
skor 0 0 0 0 0 0 0
n 0 0 0 0 1 0 1
69 The 1 Kurang
skor 0 0 0 0 1 0 1
n 0 0 0 0 1 0 1
70 Kopi 1 Kurang
skor 0 0 0 0 1 0 1
n 0 0 0 0 0 0 0
71 Soft Drink 0 Kurang
skor 0 0 0 0 0 0 0
n 0 0 0 0 0 0 0
72 Alcohol 0 Kurang
skor 0 0 0 0 0 0 0
n 0 0 0 0 0 0 0
73 Maizone 0 Kurang
skor 0 0 0 0 0 0 0
n 0 0 0 0 0 0 0
74 ExtraJoss 0 Kurang
skor 0 0 0 0 0 0 0
n 0 0 0 0 0 0 0
75 Kukubima 0 Kurang
skor 0 0 0 0 0 0 0
n 0 0 0 0 1 0 0
76 Madu 0 Kurang
skor 0 0 0 0 1 0 0
n 0 0 0 0 1 0 0
77 Pocari 0 Kurang
skor 0 0 0 0 1 0 0
Total 303
Rata-rata dibagi jumlah responder (:1) 303
Rata-rata dibagi bahan makanan (:77) 151.5

25
Skor rata-rata frekuensi bahan makanan 151.5

B. Pembahasan
1. Ukuran Rumah Tangga (URT)
Ukuran Rumah Tangga (URT) adalah berbagai ukuran yang
biasa digunakan oleh seseorang maupun masyarakat dalam
kehidupan sehari- hari dalam mengkonsumsi makanan dan
minuman berdasarkan wadah- wadah maupun perlengkapan
makan dan minum yang lazim dipergunakan (Widajanti, 2009).

26
Berdasarkan tabel 3.1 Penggunaan Daftar URT, diketahui
bahwa perbedaan berat taksiran dan berat nyata dalam proses
penimbangan URT sebesar 80%. Hal ini menunjukan bahwa
banyak berat taksiran yang sesuai dengan berat nyata. Banyaknya
berat taksiran yang sesuai dengan berat nyata dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu :
a. Praktikan yang sudah terbiasa menaksirkan bahan makanan
b. Praktikan yang belajar dari kesalahan saat memperkirakan berat
taksiran suatu bahan makanan

2. Tingkat Konsumsi Gizi dan Kecukupan Gizi


Tingkat konsumsi gizi dapat dihitung menggunakan metode
recall 24 jam. Metode ini dilakukan dengan mencatat jenis dan
jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada masa lalu.
Wawancara yang dilakukan sedalam mungkin agar responden
dapat mengungkapkan jenis bahan makanan dan perkiraan jumlah
bahan makanan yang dikonsumsinya beberapa hari yang lalu.
Biasanya recall 24 jam ini dilakukan untuk 2-3 hari yang lalu.
Penentuan jumlah hari recall 24 jam ini sangat ditentukan oleh
keragaman jenis konsumsi antar waktu/tipe responden dalam
memperoleh pangan. Metode ini sering digunakan untuk survei
konsumsi individu dibanding keluarga. Metode recall 24 jam ini
mempunyai kelemahan dalam tingkat ketelitiannya, karena
keterangan-keterangan yang diperoleh adalah hasil ingatan dari
responden. Namun kelemahan ini dapat diatasi dengan
memperpanjang waktu survei (misal 2x1 hari atau 2x2 hari) dan
melatih enumerator menggali informasi sebanyak mungkin
(Supariasa, 2016).

27
Menurut „Arasj (2016) untuk survei konsumsi gizi individu
lebih disarankan menggunakan recall 24 jam konsumsi gizi
dikarenakan dari sisi kepraktisan dan kevalidan data masih dapat
diperoleh dengan baik selama yang melakukan terlatih. Metode ini
cukup akurat, cepat pelaksanaannya, murah, mudah, dan tidak
memerlukan peralatan yang mahal dan rumit. Ketepatan
menyampaikan ukuran rumah tangga (URT) dari pangan yang telah
dikonsumsi oleh responden, serta ketepatan pewawancara untuk
menggali semua makanan dan minuman yang dikonsumsi
responden beserta ukuran rumah tangga (URT) (Supariasa, 2016).
Adapun keberhasilan recall 24 jam tergantung pada daya
ingat responden. kemampuan responden memperkirakan porsi atau
berat makanan adan minuman yang di konsumsi, tingkat motivasi
responden dan kegigihan pewawancara (Moesijanti, 2011).
Hasil yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan Angka
Kecukupan Gizi (AKG) pada usia 19-29 tahun. Berdasarkan hasil
perhitungan angka kecukupan gizi pada responden diketahui bahwa
rata-rata asupan gizi hasil recall 24 jam termasuk kategori kurang
dan belum memenuhi zat gizi yang dianjurkan. Hasil perhitungan
IMT dominan tergolong normal. Namun, asupan zat gizi perlu
ditingkatkan agar dapat mencapai angka kecukupan gizi yang telah
dianjurkan oleh Departemen Kesehatan RI. Bila terjadi kekurangan
asupan gizi secara terus menerus dapat menyebabkan penurunan
status gizi hingga terjadi KEK atau KEP. Adapun beberapa faktor
penyebab kekurangan gizi remaja antara lain kebiasaan makan
yang buruk, pemahaman gizi yang keliru, dan pengaruh media
massa (Supariasa, 2016).
Remaja putri rentan mengalami kurang gizi pada periode
puncak tumbuh kembang yang kedua karena pola makan yang

28
salah, pengaruh dari lingkungan pergaulan (ingin langsing). Remaja
putri yang kurang gizi berakibat pertumbuhannya terganggu, daya
tahan tubuh rendah, kurangnya tingkat intelegensia (kecerdasan),
dan produktivitas yang rendah (Yuniastuti, 2009).
Seluruh responden masih berada pada tahap masa remaja
yang merupakan masa terjadinya perubahan yang berlangsung
cepat dalam pertumbuhan fisik, kognitif, dan psikososial.
Perubahan tersebut tentu mempengaruhi kebutuhan gizi pada
masa ini. Pemenuhan kebutuhan zat gizi pada masa remaja perlu
diperhatikan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan
fisik dan psikis serta perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan
pada remaja mempengaruhi kebutuhan dan asupan zat gizi
(Susetyowati, 2016).

3. Tingkat Konsumsi Jenis Makanan yan Beragam


Food Frequency Questionnaire (FFQ) adalah metode untuk
memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan
makanan atau makanan jadi selama periode tertentu seperti hari,
minggu, bulan atau tahun. Dengan food frequency dapat diperoleh
gambaran pola konsumsi bahan makanan secara kualitatif, tapi
karena periode pengamatan lebih lama dan dapat membedakan
individu berdasarkan rangking tingkat konsumsi zat gizi, maka cara
ini paling sering digunakan dalam penelitian epidemiologi gizi
(Supariasa, 2016).
Metode FFQ memiliki keunggulan yaitu cepat, murah dan
mudah dilakukan di lapangan. Keunggulan FFQ yang lain mampu
mendeteksi kebiasaan makan masyarakat dalam jangka panjang
dalam waktu yang relatif singkat. Meskipun demikian metode ini

29
juga memiliki kekurangan yaitu memiliki akurasi relatif rendah
dibandingkan metode lain (Gibson, 2006).
Untuk memperoleh asupan gizi secara relatif atau mutlak,
kebanyakan FFQ sering dilengkapi dengan ukuran khas setiap
porsi dan jenis makanan. Karena itu FFQ tidak jarang ditulis
sebagai riwayat pangan semikuantitatif (semiquantitative food
history). Asupan zat gizi secara keseluruhan diperoleh dengan
jalan menjumlahkan kandungan zat gizi masing-masing pangan.
Sebagian FFQ justru memasukkan pertanyaan tentang bagaimana
makanan biasanya diolah, penggunaan makanan suplemen, serta
makanan bermerek lain (Arisman, 2007).
Berdasarkan tabel 3.2 Kuesioner Frekuensi Pangan,
diperoleh hasil rata-rata bahwa bahan makanan yang paling sering
dikonsumsi oleh responden sehari-hari adalah nasi sebanyak 3
kali/hari serta tahu dan tempe sebanyak 1-2 kali/hari. Sedangkan
untuk bahan makanan yang jarang dikonsumsi oleh responden
adalah pisang nugget sebanyak 1 kali/bulan. Makanan yang jarang
dikonsumsi oleh responden bisa disebabkan oleh ketidaksukaan
responden terhadap jenis bahan makanan tersebut. Adapun bahan
makanan yang biasa dikonsumsi biasanya adalah yang harganya
terjangkau. Dalam pemenuhan kebutuhan gizi dianjurkan untuk
mengkonsumsi jenis makanan yang beragam sesuai dengan pesan
gizi seimbang yang tertuang dalam Permenkes No.41 tahun 2014
tentang Pedoman Gizi Seimbang yang Dianjurkan bagi Bangsa
Indonesia. Kualitas atau mutu gizi dan kelengkapan zat gizi
dipengaruhi oleh keragaman jenis pangan yang dikonsumsi.
Semakin beragam jenis pangan yang dikonsumsi semakin mudah
untuk memenuhi kebutuhan gizi. Bahkan semakin beragam
pangan yang dikonsumsi semakin mudah tubuh memperoleh

30
berbagai zat lainnya yang bermanfaat bagi kesehatan. Oleh karena
itu konsumsi anekaragam pangan merupakan salah satu anjuran
penting dalam mewujudkan gizi seimbang (Permenkes No.41
tahun 2014).

BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
1. Metode food recall 24 jam dilakukan dengan mencatat jenis dan
jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang
lalu. Jangka waktu minimal yang dibutuhkan untuk recall 24 jam

31
konsumsi gizi adalah satu hari (dalam kondisi variasi konsumsi
pangan dari hari ke hari tidak beragam) dan maksimal 7 hari.
2. Hasil perhitungan angka kecukupan gizi pada responden diketahui
bahwa rata-rata asupan gizi hasil recall 24 jam termasuk kategori
kurang dan belum memenuhi zat gizi yang dianjurkan.
3. Food Frequency Questionnaire adalah metode untuk memperoleh
data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau
makanan jadi selama periode tertentu seperti hari, minggu, bulan
atau tahun, sehingga dapat diperoleh gambaran pola konsumsi
bahan makanan secara kualitatif. Hasil FFQ (Food Frequency
Questionnaire) menunjukkan bahwa bahan makanan yang paling
sering dikonsumsi oleh responden sehari-hari adalah nasi sebanyak
3 kali/hari serta tahu dan tempe sebanyak 1-2 kali/hari. Sedangkan
untuk bahan makanan yang jarang dikonsumsi oleh responden
adalah pisang nugget sebanyak 1 kali/bulan.

B. Saran
1. Mahasiswa atau praktikan diharapkan untuk melakukan praktikum
survei konsumsi gizi dengan serius dan teliti serta dapat memahami
langkah-langkah pengukuran dengan baik sebelum memulai
praktikum sehingga tidak terjadi kesalahan pengukuran.

32
2. Fakultas diharapkan agar dapat menambahkan alat-alat penunjang
praktikum survei konsumsi gizi seperti food models atau food picutre
yang terbatas, sehingga dalam melaksanakan praktikum dapat
berjalan dengan efektif dan efesien.

DAFTAR PUSTAKA

Gibson Rosalind S, 1990. Principles of Nutritional Assesment, Second


Edition.Oxford University Perss, New York.

33
Gibson Rosalind S, 2005. Principles of Nutritional Assesment, Second
Edition.Oxford University Perss, New York.

Hardinsyah dan Supariasa Nyoman Dewa, 2016. Ilmu Gizi : Teori dan
Aplikasi. Jakarta : EGC.

Suparisa Nyoman Dewa I, dkk, .... Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku
Kedokteran.

Willet W.,1990. Nutritional epidemiology. New York : Oxford University.


Hartriyanti, Y., & Triyanti. 2007. Penilaian Status Gizi dalam Gizi dan
Kesehatan

Masyarakat. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Supariasa, dkk. 2008.


Penilaian Status Gizi. Jakarta : Penerbit Kedokteran EGC.

Supariasa. 2016. Teori dan Aplikasi Ilmu Gizi. Jakarta: EGC. Widajanti,
Laksmi. 2009. Survei Konsumsi Gizi. Semarang : Badan Penerbit
UNDIP.

Asmawati. 2013. “Studi Validasi Semi-Quantitatif Food Frequency


Questionnaire (FFQ) dan Recall 24 Jam terhadap Asupan Zat Gizi
Makro Ibu Hamil di Puskesmas Kassi-Kassi Kota Makassar” dalam
Jurnal Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat UNHAS Makassar.

34
35

Anda mungkin juga menyukai