Tujuan : Untuk mematahkan dormansi biji karena kulit biji yang keras dengan perlakuan fisik dan kemis. Hari, tanggal : Selasa, 8 November – 22 November 2016 Tempat : Laboratorium Biologi PMIPA FKIP UNLAM Banjarmasin.
1. Menyiapkan 20 biji sawo dan 20 biji kemiri 2. Memberikan perlakuan pada biji, yaitu : a. Perlakuan kontrol, yaitu langsung dikecambahkan pada piring untuk biji kemiri dan biji sawo. b. Menghilangkan sebagian kulit bijinya pada bagian yang tidak ada lembaganya dengan cara diamplas, kemudian mengecambahkannya dalam piring plastik yang dialasi kertas saring basah c. Merendam dalam larutan asam sulfat selama 10 menit kemudian mencuci dengan air mengalir dan mengecambahkan dalam piring plastik yang dialasi kertas saring basah (untuk kemiri) d. Untuk sawo, merendam dalam asam sulfat selama 10 menit, kemudian mencucui dengan air mengalir dan mengecambahkan dalam piring plastik yang dialasi kertas saring basah. e. Merendam dalam larutan asam klorida selama 15 menit kemudian mencuci dengan air mengalir dan mengecambahkan dalam piring plastik yang dialasi tissue basah (untuk kemiri) f. Untuk sawo, merendam dalam asam klorida selama 15 menit, kemudian mencucui dengan air mengalir dan mengecambahkan dalam piring plastik yang dialasi kertas saring basah. 3. Semua perlakuan dijaga kelembabannya dengan menyiram setiap hari. 4. Mengamati kapan biji mulai berkecambah, menghitung persentase perkecambahan masing-masing kelompok, percobaan diakhiri selama 2 minggu.
III. TEORI DASAR
Dormansi adalah suatu fase tipikal yang memperlihatkan adaptasi khusus terhadap kondisi-kondisi lingkungan yang berlawanan (Walkins, 1989). dilihat dari strukturnya, biji tersusun atas kulit, embrio, dan cadangan makanan. kulit biji membatasi endosperm (cadangan makanan dalam biji). Kulit biji selain berfungsi sebagai pelindung terhadap kerusakan organelperkecambahan dan sebagai alat pemencar kulit biji juga dapat menghambat masuknya air dan oksigen ke dalam biji. terbatasnya air dan oksigen masuk ke dalam biji mengakibatkan proses metabolisme dalam biji menjadi minimal, kondisi ini merupakan gambaran biji yang sedang dorman. Strutur kulit-kulit kebanyakan biji yang terdiri dari beberapa lapis sel, yang berasal dari jaringan intergument ovule. juga ada beberapa kulit biji yang mempunyai tambahan, antara lain endospermanya, serta banyak tersusun oleh selulosa yang kesemuanya menyebabkan biji jadi keras. Kebanyakan biji berkadar air rendah (5 – 20% dari berat total), dengan demikian perkecambahan tidak akan terjadi sampai biji mengimbibisi air dan udara untuk metabolisme sel embrio. Imbibisi akan menaikkan turgiditas sel-sel biji sehingga akhirnya merobek kulit biji. Meskipun kondisi lingkungan biji cukup baik untuk berlangsungnya perkecambahan, namun ada biji yang tetap tidak mau berkecambah (dormansi). Umumnya penyebab terjadinya dormansi biji adalah karena embrio yang masak dan impermeabilitas kulit biji adalah karena embrio belum masak disebut after ripening, dan dapat diatasi setelah biji mengalami serangkaian proses enzimatis dan biokimiawi yang kompleks. Dormansi karena kulit biji yang keras, disamping menghalangi masuknya air dan oksigen, juga dapat berupa hambatan mekanis untuk tumbuhnya embrio. Perlakuan untuk dapat melunakkan atau merusak kulit biji yang keras, sehingga akan menyebabkan biji berkecambah disebut scarifikasi (Noorhidayati, 2019). IV. HASIL PENGAMATAN A. Flowchart B. Tabel Hasil Pengamatan
1. Perlakuan terhadap biji kemiri dan sawo
Biji yang berkecambah No Perlakuan Kemiri Sawo 1. Kontrol 0 biji 0 biji 2. Diamplas 0 biji 0 biji 3. Perendaman dalam 0 biji 0 biji larutan asam klorida atau HCL 4. Perendaman dengan 0 biji 0 biji asam sulfat H2SO4
2. Persentase biji yang berkecambah
Biji yang berkecambah
No Perlakuan Kemiri Sawo 1. Kontrol 0% 0% 2. Diamplas 0% 0% 3. Perendaman dalam 0% 0% larutan asam klorida atau HCL 4. Perendaman dengan 0% 0% asam sulfat H2SO4
Rumus persentase perkecambahan pada praktikum dormansi