Anda di halaman 1dari 22

Nama : Ilham Mohammad F

NPM : 230210160022

Pola Hubungan antara Jenis Anemon Dengan Ikan Badut


(Amphiprioninae) Di Perairan Daerah Pulau Pucung Kabupaten
Bintan Provinsi Kepulauan Riau

Lilis Farianti

Mahasiswa Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, lil_optimizel@yahoo.co.id Henky Irawan

Dosen Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, henkyirawan.umrah@gmail.com Arief Pratomo

Dosen Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, sea_a_reef@hotmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola hubungan antara jenis anemon dengan
ikan badut (ikan giru) di Daerah Air Kabupaten Pulau Pucung , Kabupaten Bintan,
Provinsi Kepulauan Riau. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei.
Pengamatan pola hubungan antara jenis anemon dengan ikan badut (ikan giru)
menggunakan metode purposive sampling dengan jumlah 64 di semua dua sampel
daerah titik pengambilan sampel penelitian. Analisis pola hubungan antara jenis anemon
dengan ikan badut (ikan giru) dilakukan dengan metode korelasi Lamda Cramer,
koefisien kontingensi atau Phi dan analisis korelasi bivariat. Pengamatan pola hubungan
antara jenis anemon dengan ikan badut (ikan giru) di perairan Pulau Pucung Region 7
menemukan pola hubungan antara Heteractis crispa dengan ocellaris Amphiprion,
Heteractis crispa dengan Amphiprion percula, Heteractis magnifica dengan ocellaris
Amphiprion, Heteractis magnifica dengan Amphiprion percula, Heteractis magnifica
dengan Amphiprion sandaracinos, Cryptodendrum adhaesivum dengan Amphiprion
clarkii, dan Entacmaea quadricolor dengan Amphiprion frenatus. Hasil analisis numerik
adalah 0,84059 dan hasil grafik menunjukkan pola yang teratur sepanjang garis lurus,
yang artinya memiliki hubungan yang sangat kuat atau memiliki hubungan yang nyata
antara jenis anemon dengan ikan badut (ikan giru). Berarti jenis ikan badut (ikan giru)
dapat hanya dalam simbiosis dengan spesies anemon tertentu.
Google Translate for melakukan hubungan simbiosis
Business:Translator ToolkitWebsite mutualisme. Semua ikan badut hidup
TranslatorGlobal Market Finder bersimbiosis mutualisme dengan
anemon tertentu (Allen, 1991). Dalam
simbiosis ini ikan mendapat proteksi
dan memakan material non-metabolik
yang dikeluarkan oleh anemon. Disisi
lain, anemon dibersihkan dan dilindungi
dari predator oleh ikan simbionnya
PENDAHULUAN
(Randal dan Fautin, 2002). Ikan badut
merupakan jenis ikan yang suka
menetap. Ikan ini termasuk dalam
family Pomacentridae merupakan salah
Kawasan Pulau Pucung terletak di satu kelompok ikan karang yang besar
Kabupaten Bintan. Pada kawasan jumlahnya, mendiami perairan laut
perairannya terdapat ekosistem terumbu tropis yang umumnya tidak begitu
karang. Anemon merupakan salah satu dalam (Suharti, 1990).
hewan yang habitatnya banyak dijumpai
di daerah terumbu karang pulau Pucung.
Kompleksitas terumbu karang yang Berdasarkan hasil survey pendahuluan
relatif bagus dan beragam jenisnya di yang telah dilaksanakan pada bulan Mei
hampir semua sisi pulau memungkinkan 2015 di perairan daerah Pulau Pucung,
beragam anemon hidup yang pada ditemukan 3 jenis anemon yaitu,
akhirnya menyediakan tempat Heteractis magnifica, Cryptodendrum
berlindung bagi ikan Amphiprioninae.

Menurut Fautin dan Allen (1992),


anemon merupakan habitat dari ikan
badut (Amphiprioninae) yang
adhaesivum dan Heteractis crispa. Serta hubungan antara jenis anemon dengan
ditemukan 3 jenis ikan badut yaitu, ikan badut (Amphiprioninae) di perairan
Amphiprion percula, Amphiprion Pulau Pucung Kabupaten Bintan
ocellaris dan Amphipiron sandaracinos. Kepulauan Riau. Penelitian ini juga
diharapkan dapat berguna bagi
masyarakat, pemerintah, dan sektor lain
Berdasarkan hubungan simbiosis yang yang membutuhkannya.
terjadi pada anemon dan ikan badut,
maka penelitian ini ingin meneliti
mengenai pola hubungan jenis anemon TINJAUAN PUSTAKA
dengan ikan badut (Amphiprioninae) di
perairan Pulau Pucung.
Anemon adalah hewan dari kelas
Anthozoa yang sekilas terlihat seperti
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu tumbuhan. Habitat anemon banyak
untuk mengetahui pola hubungan antara dijumpai pada daerah terumbu karang
jenis anemon dengan ikan badut yang dangkal dan jarang dijumpai pada
(Amphiprioninae) di perairan Pulau daerah terumbu karang yang persentase
Pucung Kabupaten Bintan Kepulauan tutupan karang batunya tinggi.
Riau. Morfologi anemon yaitu dengan bentuk
tubuh seperti bunga mawar. Lipatan
yang bundar di antara badan dan keping
Manfaat dari penelitian ini adalah guna mulut membagi binatang ini menjadi
mendapatkan informasi mengenai pola dua bagian, bagian atas kapitulum dan
bagian bawah scapus. Di antara

lengkungan (collar) leher dan dasar


kapitulum terdapat “fossa”. Keping
mulut bentuknya datar, melingkar, dan
terkadang mengkerut. Beberapa
anemon laut dapat bergerak perlahan
dengan cara menempel seperti siput dan
sebagian besar anemon memiliki sel
penyengat yang berguna untuk
melindungi dirinya dari predator
(muhammadahsin.wordpress.com).
Gambar 1. Morfologi Anemon
Sumber gambar: slideshare.net Dalam www.pintarsains.bolg spot
menerangkan bahwa anemon laut
merupakan salah satu jenis karang dari
Anemon laut adalah binatang Filum Cnidaria dan klasifikasinya tersaji
invertebrata yang tidak memiliki tulang pada tabel berikut:
belakang atau tidak memiliki skeleton
pada seluruh tubuhnya. Anemon
merupakan hewan predator yang Tabel 1. Klasifikasi Anemon
tampak seperti bunga, memiliki
berbagai bentuk, ukuran, dan warna.
Tubuhnya radial semetrik, columnar
dan memiliki satu lubang mulut yang
dikelilingi oleh tentakel. Tentakel dapat TINGKATAN
melindungi tubuhnya terhadap serangan NAMA
predator lain dan dapat pula digunakan
untuk menangkap makanannya.
Anemon laut biasanya memiliki ukuran
diameter tubuh 1-4 inchi (2,5-10 cm),
tetapi beberapa anemon ada juga yang
dapat tumbuh mencapai diameter tubuh
6 kaki (1,8 m). Anemon laut tergolong
binatang yang dapat memakan binatang KINGDOM
apa saja yang hidup di laut, namun ia
:Animalia
lebih bersifat karnivora. Jenis makanan
yang bisa disantap adalah moluska,
krustasea, ikan, dan
FILUM

:Cnidaria

KELAS

:Anthozoa

berbagai invertebrata lainnya. Juga


dapat memakan detritus, feses, dan
bahan organik. Lebih dari 1.000 spesies ORDO

anemon laut ditemukan di perairan :Actinaria


pantai, perairan dangkal (terumbu
karang), dan perairan laut dalam di
seluruh dunia. SUB ORDO
(muhammadahsin.wordpress.com).
:Myantheae
Reproduksi anemon yaitu secara seksual
dan aseksual dapat terjadi. Dalam
FAMILI
reproduksi seksual jantan melepaskan
:Stichodactylidae sperma untuk merangsang betina untuk
melepaskan telur, dan terjadi pembuahan.
Anemon mengeluarkan telur dan sperma
GENUS melalui mulut. Sel telur yang dibuahi
berkembang menjadi planula, yang
:Stichodactyla
mengendap dan tumbuh menjadi polip
tunggal. Anemon juga dapat bereproduksi
secara aseksual, dengan tunas,
SPESIES
pembelahan biner (polip memisahkan
:Stichodactyla gigantea menjadi dua bagian), dan pedal laserasi,
di mana potongan-potongan kecil dari
piringan pedal pecah dan beregenerasi
menjadi anemon kecil (sridianti.com).

gigantea), Haddoni atau green carpet


anemone (Stichodactyla haddoni), dan

Merten’s carpet anemone

(Stichodactyla mertensii).
Menurut (Shimek, 2006), secara
umum anemon laut adalah hewan
berkantung yang mempunyai tentakel
dan mulut pada pada bagian atas dan Ikan badut merupakan ikan karang tropis
pedal disk pada bagian bawah. Pedal yang hidup di perairan hangat pada daerah
disk atau kaki jalan ini secara khusus terumbu dengan kedalaman kurang dari 50
digunakan oleh anemon untuk meter dan berair jernih. Dengan daerah
melengketkan tubunya pada substrat. penyebaran di Samudera Pasifik (Fiji),
Ada 10 spesies anemon yang dapat Laut Merah, Samudra Hindia (Indonesia,
menjadi host bagi ikan badut atau Malaysia, Thailand, Maladewa, Burma),
biasa disebut ikan giru yaitu Adhesive dan Great Barrier Reef Australia
anemone (Cryptodendrum (www.adearisandi). Ikan badut hidup
adhaesivum), Bubble-tipped anemone berdampingan dengan anemon dan saling
(Entacmaea quadricolor), Beaded menguntungkan (simbiosis mutualisme).
anemone (Heteractis aurora), Sebae Anemon laut menjadi pelindung bagi ikan
anemone (Heteractis crispa), Ritteri badut dari para pemangsa sedangkan
anemone (Heteractis magnifica), sebaliknya ikan badut membersihkan
Malu anemone (Heteractis malu), anemon dari sisa-sisa makanannya.
Long-tentacled anemone Interaksi inilah yang kemudian membuat
(Macrodactyla doreensis), Gigantic ikanX
carpet anemone (Stichodactyla
Diketahui di dunia terdapat 28 jenis ikan
badut dari 2 genera yaitu genus
Amphiprion dengan 27 spesies dan genus
Premnas dengan 1 species yang tersebar di
seluruh dunia (Allen, 1991). Hingga kini
diketahui sebanyak 30 jenis ikan badut.
(alamendah.org).
badut dinamai sebagai ikan anemon
(anemonefish).

METODE PENELITIAN
Dalam (pintarsains.bolgspot)
menerangkan klasifikasi ikan badut
tersaji pada tabel berikut:X Waktu penelitian akan dilaksanakan pada
bulan Juni 2015, dan tempat penelitian
yaitu di perairan Pulau Pucung Kabupaten
Tabel 3. Klasifikasi Ikan Badut
Bintan.

TINGKATAN Jenis penelitian ini adalah penelitian


survey. Menurut Notoatmodjo (2002), di
NAMA dalam metode survei, penelitian tidak
KINGDOM dilakukan pada seluruh objek yang dikaji,
tetapi hanya mengambil dari sebuah
:Animalia
populasi (sampel).
FILUM

: Chordata
Tabel 7. Alat Penelitian
KELAS

:Actinopterygii
Nama Alat
ORDO
Kegunaan
: Perciformes
Penelitian
FAMILI

: Pomacentridae
Peralatan
GENUS
Menyelam dan snorkeling
: Amphiprion dan Premnas.
selam
SPESIES
untuk menentukan zona
: lihat pada tabel selanjutnya
(scuba dan
penelitian pengambilan data Papan tulis

snorkel) Menulis hasil survei

gantung

Kertas label

Memberi label pada sampler

Lembar

Megidentifikasi jenis

ikan
Kamera
identifikasi
Identifikasi
badut
dan

under water
ikan badut
dokumentasi

Alat tulis

Menulis hasil identifikasi Lembar

dan buku Mengidentifikasi

jenis

identiifikasi

anemon
Wadah

Menyimpan ikan sampler


anemon
sampler
Menyimpan sampel

Wadah
Jaring

Menangkap ikan sampler

serok
sampel
Gambar 2. Lokasi Penelitian

Penentuan lokasi pada penelitian ini


menggunakan metode purposive
sampling (penentuan dengan kriteria
tersendiri). Adapun kriterianya yaitu
menentukan lokasi sampling pada
kawasan hamparan terumbu karang di
perairan daerah Pulau Pucung yang Sumber gambar : Citra SPOT
terdapat habitat anemon, maka
didapatkan dua lokasi wilayah sampling
yang bisa dilihat pada gambar di bawah Untuk mengidentifikasi anemon dan
ini. Pada hamparan karang yang kanan ikan badut adalah dengan metode
dan tengah, lokasi tersebut didominasi sensus visual yaitu dengan melihat
oleh makroalgae sehingga habitat karakter-karakter morfologi eksternal
anemon sangat sulit ditemukan. Berbeda seperti bentuk-bentuk tentakel pada
dengan hamparan karang yang sebelah anemon dan pola warna pada ikan
kiri yang didominasi oleh tutupan karang anemon. Juga dibantu dengan meng-
hidup dengan sedikit makroalgae, lokasi gunakan buku identifikasi (Fautin dan
ini sangat sesuai dengan habitat anemon. Allen, 1992).

Identifikasi dilakukan dengan cara


snorkelling dan menyelam pada wilayah
sampling dimana terdapatnya anemon.
Jenis anemon kemudian dicatat dengan
panduan gambar jenis anemon yang
dibawa serta (Shimek, 2006), dan difoto
untuk keperluan re-check identifikasi di
laboratorium. Untuk anemon yang telah
dilakukan identifikasi akan diberi tanda
guna mencegah terjadinya pengulangan
terhadap individu yang sama.

Identifikasi jenis ikan badut dilakukan


dengan cara mengidentifikasi jenis ikan
badut yang bersimbiosis dengan
anemon dengan mengamati pola warna
ikan yang kemudian dibandingkan
dengan gambar yang dibawa serta.
Setelah identifikasi visual selesai, ikan
kemudian difoto. Bila identifikasi dengan di laboratorium Ilmu Kelautan dan
pola warna masih meragukan, 2 ekor Perikanan.
ikan dari kelompok tersebut kemudian
ditangkap dengan menggunakan serok
lalu dimasukkan ke dalam wadah Metode pengolahan data pada penelitian
sampler dan dipasangi label untuk ini dilakukan dengan mentabulasikan
kemudian dilakukan identifikasi lanjutan data jenis anemon serta jenis ikan badut
yang

Ho

bersimbiosis ke dalam tabel. Setiap jenis =


anemon akan diberi keterangan jenis
ikan badut yang bersimbiosis. tidak ada hubungan antara

Menurut jenis

Singgih anemon

(2014), dengan

metode jenis

tersebut ikan badut tertentu

dilakukan

untuk
Hi
menguji
=
hipotesis.
mempunyai
Hipotesis
hubungan
pada

penelitian ini yaitu:


nyata

antara
jenis dilakukan dengan menggunakan
bantuan soft ware Microsoft Excel.
anemon

dengan

jenis

ikan
HASIL DAN PEMBAHASAN
badut

Tabel 9. Hubungan simbiosis anemon


tertentu dengan ikan badut

Gambar

Selanjutnya data yang telah diolah akan


dilakukan perhitungan korelasi untuk Heteractis crispa dengan Amphiprion ocellaris
statistik nonparametrik dengan bantuan
soft ware SPSS. Dengan cara data pada
tabel akan dilakukan transfer data dalam
bentuk kodifikasi (pemberian kode) ke
SPSS.

Menurut Danang (2011), Analisis Heteractis crispa dengan Amphiprion percula


Korelasi Bivariat dilakukan untuk
mengukur tingkat asosiasi antara dua
variabel dan melihat arah hubungannya.
Pada penelitian ini Analisis Korelasi
Bivariat akan mengukur bagaimana
tingkat asosiasi antara jenis anemon
dengan jenis ikan badut serta akan
melihat bagaimana pula arah
hubungannya. Adapun analisis ini Heteractis magnifica dengan Amphiprion ocellaris
Heteractis magnifica dengan Cryptodendrum adhaesivum dengan

Amphiprion percula Amphiprion clarkii

Heteractis magnifica dengan Entacmaea quadricolor

Amphiprion sandaracinos

Dasar Pengambilan Keputusan

Dengan membandingkan Chi-Square


Hitung dengan Chi-Square Tabel:
Pengambilan Keputusan

Ho diterima jika Chi-Square Hitung <


Hipotesis
Chi-Square Tabel

Ho = tidak ada hubungan antara jenis


Ho ditolak jika Chi-Square Hitung >
anemon dengan jenis ikan badut
Chi-Square Tabel
tertentu

Hasil yang didapat dari analisis data


Hi = menpunyai hubungan nyata antara
yaitu:
jenis anemon dengan jenis ikan badut
tertentu
Chi-Square Angka

probabilitas

Chi-Square ketentuan

Hitung 0

0,05

Tabel Maka keputusannya yaitu :

129,244

>

11,34

Maka keputusannya yaitu :

Ho ditolak (tidak ada hubungan antara


jenis anemon dengan jenis ikan badut
Ho ditolak (tidak ada hubungan antara tertentu)
jenis anemon dengan jenis ikan badut
tertentu)

Hi diterima (mempunyai hubungan nyata


antara jenis anemon dengan jenis ikan
Hi diterima (menpunyai hubungan badut tertentu)
nyata antara jenis anemon dengan jenis
ikan badut tertentu)

Berdasarkan hasil uji data dengan


menggunakan Metode Korelasi Cramer
Dengan melihat melihat angka Lamda dan Koefisien Kontingensi atau
probabilitas dengan ketentuan: Phi, didapatkan kesimpulan yaitu
mempunyai hubungan nyata antara
jenis anemon degan jenis ikan badut
Ho diterima jika Probabilitas > 0,05 mempunyai. Yang artinya setiap jenis
anemon tertentu hanya ada jenis ikan
badut tertentu. Dari hasil analisis data
Ho ditolak jika Probabilitas < 0,05 tersebut , diduga setiap jenis ikan badut
hanya akan bersimbiosis pada 1 jenis
anemon tertentu karena didapatkan
Hasil yang didapat dari analisis data hubungan yang nyata antara jenis
yaitu: anemon dengan jenis ikan badut.
menurut Allen (1972) dan Dunn (1981),
keberadaan jenis anemon juga turut
mempengaruhi sebaran ikan
Angka
0,20

Amphiprioninae. – 0,399

Lemah

0,40
Hasil analisis korelasi Bivariat akan
dilihat kekuatan hubungannya dengan – 0,599
panduan menurut Prof. Sugiyono Sedang
(2007) dapat dilihat pada tabel dibawah
ini. 0,60

– 0,799

Kuat
Tabel 10. Angka Interprestasi
0,80

– 1,0
Angka
Sangat kuat
Hubungan

Interprestasi

Korelasi Berdasarkan hasil analisis korelasi


bivariat maka didapatkan angka yaitu
0 – 0,199 0.84059 yang berarti
Sangat lemah

badut

memiliki hubungan yang sangat kuat


antara jenis anemon dengan jenis ikan
badut. Dan untuk melihat arah
hubungannya bisa dilihat pada grafik
berikut ini.

2
6
ikan

Gambar 3. Grafik hubungan jenis anemon


dengan jenis ikan badut

Keterangan :

0
Jenis anemon
2

4
heteractis crispa
6
=1

heteractis magnifica
jenis
=2

cryptodendrum adhaesivum

=3

entacmaea quadricolor

=4

Jenis ikan badut

A. ocellaris
jenis anemon
=1 lendir sendiri yang spesifik yang
mempengaruhi penembakan nematocyst
A. percula
anemon. Diduga bahwa jenis toksin
=2 pada setiap jenis anemon memberi
pengaruh terhadap jenis ikan badut yang
A. sandaracinos
menghuninya. Karena anemon tidak
=3 akan menembak nematocyst jika ikan
badut yang menghuninya memiliki
A. clarkii kecocokan kandungan zat lendir dengan
=4 anemon tersebut. Menurut Fautin dan
Allen (1997),
A. frenatus

=5
Amphiprion clarkii dapat hidup di tujuh
jenis anemon. Dan berdasarkan
Berdasarkan grafik diatas maka dapat penelitian Mebs (2009), dari hasil
dilihat bahwa antara jenis anemon analisis kimia lendir yang menyelimuti
dengan jenis ikan badut mengikuti arah Amphiprion clarkii disimpulkan kalau
garis lurus dengan arah positif. Hal jenis ini menghasilkan lendir sendiri
tersebut memiliki arti bahwa antara jenis yang spesifik yang menyebabkan
anemon dengan jenis ikan badut nematocyst anemon tidak ditembakkan.
memiliki hubungan yang nyata atau Kemampuan tersebutlah yang
setiap jenis anemon tertentu hanya ada menyebabkan
jenis ikan badut tertentu.

Amphiprion. clarkii dapat hidup di


Menurut Mebs (1994), menerangkan banyak jenis anemon.
bahwa jenis anemon yang berbeda
mempunyai jenis toksin yang berbeda
pula, sehingga beberapa anemon Dari hasil pengamatan pada perairan
memiliki toksin daerah Pulau Pucung, peneliti
mendapatkan sebuah isu yaitu adanya
masyarakat yang mengambil anemon
beserta ikan badut dalam jumlah yang
banyak untuk dijual. Hal ini tentu secara
continue akan mengakibatkan
ketidakseimbangan akan
keanekaragaman hayati laut pada
yang lebih kuat daya racunnya ekosistem karang di daerah perairan
dibandingkan dengan jenis yang lain. Pulau Pucung. Karena yang dilakukan
Dari hasil analisis kimia yang dilakukan oleh masyarakat tersebut bersifat
oleh Mebs (2009) terhadap lendir yang ekstraksi. Solusi dari peneliti berharap
menyelimuti ikan badut menghasilkan kedepannya masyarakat
pH

Kecerahan

>1,98
yang bersangkutan bisa mencari
penghasilan dengan cara yang lain, >2,31
misalnya menjadikan kawasan ekowisata Kecepatan Arus (m/s)
snorkelling anemon. Jadi, tanpa harus
mengurangi, mengganggu dan merusak 0,9

anemon, melainkan dengan menjaga 0,65


kelestariannya masyarakat mendapatkan
penghasilan dan juga menjaga ekosistem Salinitas (0/00)
terumbu karang untuk generasi penerus. 30

31

Berdasarkan hasil penelitian mengenai


parameter kualitas perairan pada perairan
daerah Pulau Pucung, maka didapatkan Berdasarkan tabel diatas, parameter
hasil seperti pada tabel berikut ini. kualitas perairan pada habitat anemon
denga ikan badut di perairan daerah
Pulau Pucung yaitu dengan suhu air 29-
o
Tabel 11. Parameter Kualitas Perairan 30 C, kedalaman 1,98-2,31 m, salinitas
0
30-31 /00, pH 7, kecerahan >1,98->2,31
(melebihi kedalaman), kecepatan arus
Parameter 0,65-0,9 m/s. Hasil tersebut
Stasiun menunjukkan keadaan perairan dalam
kondisi normal serta sesuai dengan
Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut
1 dalam KEPMEN-LH No.51 Tahun
2004.
2

Suhu Air (oC)


Adapun batasan pada penelitian ini
30
yaitu penelitian hanya dilakukan dalam
29 kurun waktu pagi hingga sore hari, tidak
pada malam hari. Hasil penelitian ini
Kedalaman (m)
tentunya
1,98

2,31
Heteractis magnifica dengan Amphiprion
percula;

belum menjawab kondisi pola hubungan


Heteractis magnifica dengan Amphiprion
jenis anemon dengan ikan badut
sandaracinos;
(Amphiprioninae) di perairan daerah
Pulau Pucung pada malam hari dan juga
belum menjawab kondisi parameter
Cryptodendrum adhaesivum dengan
kualitas perairannya pada malam hari. Amphiprion clarkii;

KESIMPULAN DAN SARAN Entacmaea quadricolor dengan Amphiprion


frenatus.

Hubungan jenis anemon dengan jenis


ikan badut yang bersimbiosis di perairan Berdasarkan pola hubungan antara jenis
daerah Pulau Pucung yaitu : anemon dengan ikan badut
(Amphiprioninae) di perairan daerah
Pulau Pucung Kabupaten Bintan
Heteractis crispa dengan Amphiprion ocellaris; Provinsi Kepulauan Riau didapatkan
hasil angka analisis yaitu 0.84059 dan
hasil grafik menunjukkan pola yang
Heteractis crispa dengan Amphiprion percula; teratur serta mengikuti garis lurus, yang
artinya memiliki hubungan yang sangat
kuat atau memiliki hubungan yang
Heteractis magnifica dengan Amphiprion nyata antara jenis anemon dengan ikan
ocellaris; badut (Amphiprioninae). Maknanya
setiap jenis ikan badut hanya bisa
bersimbiosis dengan jenis anemon
tertentu.

dengan meneliti pegaruh toksin dari


setiap jenis anemon terhadap lendir ikan
badut yang bersimbiosis.

DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan pola hubungan antara jenis
anemon dengan ikan badut
(Amphiprioninae) di perairan daerah Adearisandi, ikan badut clownfish,
Pulau Pucung Kabupaten Bintan http://www.adearisandi.wordpr
Provinsi Kepulauan Riau maka ess.com. Diakses pada 21 Maret 2015.X
diharapkan penelitian ini bisa berlanjut
Fautin, D.G. and G.R. Allen. 1997.
Anemone fishes and their host
Alamendah, ikan badut nemo si kecil
penjelajah ratusan kilometer,
http://www.alamendah.org.

Diakses pada 21 Maret 2015.

sea anemones: a guide for aquarists and


Allen, G. R. 1972. The Anemone divers. Western Australian Museum.

fishes: Their classification and

Biology, TFH Public. Neptune Immariandra, coelenterata,


http://www.slideshare.net. Diakses pada
City., New Jersy, 286pp. 2 September 2015.

Allen, G.R.. 1991. Damselfishes of Mebs, D. 1994. Anemonefish


the world. Germany, Hans A. symbiosis: vulnerability and resistance
of fish to the toxin of the sea anemone.
Toxicon, 32:1059-1068.

Baensch.

Mebs, D. 2009. Chemical biology of the


mutualistic relationships of sea
Dunn, D. F. 1981. The clownfish sea
anemones with fish and crustaceans,
anemones: Stichodactylidae
Toxicon, doi:10.1016/ j.toxicon.
(Coelenterata: Actiniaria) and other sea
2009.02.027.
anemones symbiotic with pomacentrid
fishes.

Muhammadahsin. Nilai dan fungsi


anemon laut dan potensi yang
Transactions of the American
terabaikan.
Philosophical Society, 71:115.
http://www.muhammadahsin.w
ordpress.com. Diakses pada 21 Maret
2015.
Fautin, D.G. dan G.R. Allen. 1992.
Field guide to anemonefishes and their
host sea anemones. Australia, Western
Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi
Australian Museum.
Penelitian Kesehatan. Polit, D. Fv dan
Hungler, 1999. Rineka Cipta:
Yogyakarta.

Pintar Sains, Klasifikasi anemon laut


stichodactyla.
http://pintarsains.blogspot.com. Diakses
pada 2 September 2015.X

Randall, J.E. dan D.G. Fautin. 2002.


Fishes other than anemonefishes that
associate with sea anemones. Coral
Reefs, 21:188-190.

Shimek, R.L.2006. Main Attraction.

Be A Host to Your Anemone.


Reef Hobbyis Online. A reefland
Community.
http://www.reefland.com.X

Diakses pada 20 Maret 2015.

Sridianti, Sistem reproduksi


coelenterata,
http://www.sridianti.com. Diakses
pada 2 September 2015.X

Suharti S.R. 1990. Mengenal


kehidupan kelompok anemon
(Pomacentridae). Balai Penelitian
dan Pengembangan Biologi Laut,
Pusat Penelitian dan Pengembangan
Oseanografi – LIPI. Jakarta. Asean,
Volume XV, Nomor 4:135-145.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian

Administasi. Bandung :

Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai