Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH TEKNOLOGI PANGAN

DOSEN PENGAJAR : 1. Zulfiana Dewi

2. Rahmani

3. Ir. Ermina

DISUSUN OLEH

ELYSABETH AGNES (P07131219012)

JORDI EGO PRATAMA (P07131219020)

NAILI LAILI (P07131219027)

NUR LAILA ALAWIYAH (P07131219032)

SARI MADINAH (P07131219040)

ST. MARIA ULPAH (P07131219045)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BANJARMASIN

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA

2020/2021
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Industri pangan menghasilkan berbagai produk pangan olahan dalam bentuk makanan
tradisional maupun modern. Produksi pangan olahan ini ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan pasar, baik pasar lokal maupun ekspor. Konsumen semakin menuntut mutu dan
kesegaran pangan. Konsumen akan semakin khawatir mengenai kesehatan, gizi, keamanan
pangan, dan berbagai cemaran mikrobiologi dan kimiawi yang mengganggu kesehatan atau
menyebabkan penyakit, perhitungan harga, serta kemudahan untuk menyiapkan atau
menghidangkannya. Dorongan ini menuntut pengembangan produk pangan baru dan inovasi
teknologi pangan dalam menghasilkan beragam jenis dan bentuk pangan olahan untuk
memenuhi keinginan konsumen. Secara garis besar, industri pangan mencakup tiga kegiatan,
yaitu dimulai dari penyediaan bahan mentah (bahan baku), proses pengolahan, dan distribusi.
Teknologi pangan sangat dibutuhkan untuk menghasilkan produk pangan yang aman,
bergizi, bermutu, terjangkau oleh daya beli masyarakat, dan mampu bersaing dengan produk
pangan sejenisnya. Pelaku industri pangan harus bertanggung jawab akan kualitas makanan
yang diproduksi dengan menjamin kandungan gizi yang terdapat dalam makanan tersebut
sehat untuk dikonsumsi.
1.2 Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan teknologi pangan
2. Apa saja ruang lingkup teknologi pangan
3. Bagaimana prinsip dasar pengolahan dan pengawetan pangan
4. Apa saja bentuk bentuk teknologi pangan
BAB II

ISI

2.1 Pengertian Teknologi Pangan

Umumnya semakin maju peradaban manusia semakin banyak eksplorasi kita tentang
natural product yang dapat dimanfaatkan. Pengkajian tentang sumber-sumber pangan baru sangat
bergantung pada sifat-sifat biologis dan kimiawi bahan pangan tersebut, apakah secara
organoleptik bahan pangan tersebut dapat diterima atau tidak, apakah kandungan zat gizinya
memenuhi syarat atau tidak, bagaimanakah pengadaan bahan pangan tersebut mudah atau sulit,
apakah sudah ada masyarakat yang familier dengan bahan tersebut. Biasanya jika sebagian
masyarakat di daerah tertentu sudah familier dengan bahan pangan tersebut maka akan sangat
mudah bahan tersebut disosialisasikan secara menyeluruh kepada semua lapisan masyarakat.
Bahkan dengan media elektronik, seperti televisi, radio, koran, dan majalah akan mempercepat
pemahaman pentingnya penggunaan bahan pangan baru tersebut. Bagaimanakah halnya bahan-
bahan alamiah yang secara tidak langsung dapat dikonsumsi oleh manusia, tetapi manusia
memanfaatkannya sebagai bahan penyedap atau bahan bumbu, misalnya daun jeruk purut, daun
salam, daun serai, daun pandan? Bahan-bahan tersebut juga termasuk dalam cakupan ilmu
pangan karena secara langsung mempengaruhi cita rasa penampilan dan bahkan mempengaruhi
daya terima konsumen pada bahan pangan yang disajikan. Untuk dapat memanfaatkan bahan-
bahan pangan tersebut diperlukanlah suatu proses agar bahan itu langsung dapat dikonsumsi,
tanpa proses maka bahan pangan tersebut tidak aman, tidak nyaman dan tidak akan awet serta
berpenampilan tidak menarik sehingga manusia tidak dapat mengonsumsinya secara langsung.
Proses yang diperlukan dalam hal ini disebut juga sebagai teknologi. Menurut Poeradisastra
(1986) definisi teknologi adalah ilmu pengetahuan yang diterapkan kepada teknik dan industri
secara produksi massal modern untuk meningkatkan taraf hidup manusia melalui pemanfaatan
alam sekitar kita.

Menurut Gierschner (1992) Teknologi pangan didefinisikan sebagai berikut: Teknologi yang
melibatkan pengubahan dari bahan baku biologis sehingga menjadi lebih awet dalam waktu
singkat maupun lama, dalam bentuk bahan setengah jadi ataupun jadi dengan menggunakan
sarana yang cocok sehingga baik pada awal proses maupun akhir proses dicapai tujuannya, yaitu
secara sensoris dan fisiologis diterima oleh konsumen, nilai zat gizinya diusahakan tidak berubah
dan bebas dari toksin atau racun yang ada dalam bahan sehingga produk itu memenuhi syarat
sesuai dengan standar yang berlaku.

Saat ini perkembangan teknologi pangan sangat pesat namun tetap berpatokan pada proses-
proses mendasar, seperti pengeringan, pengecilan ukuran, penumbukan, percampuran,
pemanasan, penggaraman, pengasaman dan lain-lain. Sebagai contoh sebenarnya perkembangan
proses PANG4212/MODUL 1 1.9 pengawetan bahan pangan sudah dimulai dari zaman dulu
kala, yaitu pengeringan, pengurangan kadar air, penggaraman, pengasaman, penambahan gula,
pengasapan dalam bejana, dikemas dalam peti hangat, dimasukkan dalam bejana yang disumbat
dengan gabus. Kemudian tahun 1772 Stedtman yang dikutip oleh Gierschner (1992),
memelopori penyimpanan daging sapi dalam wadah tertutup dan rapat sehingga awet,
dilanjutkan dengan penyimpanan buah-buahan dalam bejana gelas yang dilengkapi dengan gula
yang banyak. Tahun 1804-1807 Appert telah memelopori penyimpanan daging maupun sayuran
dalam bejana gelas yang tertutup rapat sehingga sangat awet. Dari penemuannya itu tahun 1809
Appert mendapatkan hadiah dari Napoleon di Perancis.

Jika dirangkai secara sistematis maka perkembangan teknologi pangan dapat disusun atas:

1) Teknologi Pangan Tradisional

Teknologi pangan tradisional adalah teknologi pangan yang masih menggunakan peralatan yang
sangat sederhana dan digunakan turun-temurun oleh nenek moyang kita dengan sedikit atau
tanpa perkembangan yang berarti, misalnya proses pembuatan tempe, teknologi pembuatan
dodol, dendeng, ikan peda, ikan pindang, kerupuk, emping susu dadih dari Sumatera Barat susu
dali dari Tapanuli, lempeng sagu dari Ambon, empek-empek Palembang, lemang dari Sumatra
Barat dan lain-lain.

2) Teknologi Pangan Modern

Teknologi pangan modern telah dikembangkan dengan menggunakan pengetahuan iptek (ilmu
pengetahuan dan teknologi) karena iptek adalah bersifat dinamis maka Teknologi Pangan
modern juga berkembang terus. Manifestasi dari ini direalisasikan dalam bentuk Cold storage,
misalnya pembekuan udang, pengalengan makanan makanan instan makanan konsentrat,
misalnya apple juice yang dapat diracik dari air dengan konsentrat buah apel sehingga rasanya
persis sama dengan apple juice yang asli dan lain-lain.
3) Teknologi Pangan Canggih.

Teknologi pangan canggih biasanya teknologi pangan canggih merupakan perkembangan dari
teknologi pangan modern. Teknologi ini dalam penerapannya menggunakan komputer dalam
desain proses, penggunaan rekayasa genetika dalam memproduksi massal produk yang
diinginkan, misalnya pembuatan protein sel tunggal, pembuatan berbagai macam jenis asam
amino, pembuatan vitamin, enzim mikrobial. Dengan demikian penerapan teknologi pangan
canggih ternyata bersifat sangat intensif dalam masukan teknologinya dan disiplin yang ketat
dalam manajemen operasinya.

2.2 Ruang Lingkup Teknologi Pangan

Berkembangnya teknologi pangan karena manusia dituntut untuk mencukupi kebutuhan


mendasar bahan pangan setiap saat. Telah diketahui bahwa bahan pangan yang dihasilkan oleh
tanaman maupun hewan ternak yang menjadi kawan manusia ada dalam jumlah besar pada saat-
saat panen, sedangkan di luar musim panen, akan terjadi kelangkaan bahan pangan. Oleh
karena itu berkembanglah keinginan manusia untuk menyimpan bahan pangan yang melimpah
pada saat panen itu agar dapat digunakan pada masa-masa berikutnya. Namun yang menjadi
kendala adalah selama penyimpanan itu banyak terjadi kerusakan yang bersifat alamiah (faktor-
faktor dalam) atau karena faktor-faktor luar, misalnya mikroorganisme atau binatang perusak
bahan pangan. Faktor dalam, misalnya enzim yang ada pada bahan akan menghidrolisis
senyawa-senyawa penyusun bahan menjadi senyawa lain perubahan ini diiringi dengan
perubahan tekstur dan juga penampilan bahan, biasanya menjadikan bahan rentan terhadap
kerusakan. Ada kalanya bahan itu menjadi masak dan lain sebagainya. Sedangkan faktor luar
adalah hadirnya mikroba asing atau binatang perusak mempercepat proses kerusakan bahan
pangan. Kerusakan yang terjadi sering dibarengi dengan pembentukan senyawa beracun di satu
sisi, bahkan di sisi lain penurunan nilai gizi sangat dominan. Di sinilah manusia dituntut untuk
mencegah kerusakan-kerusakan tersebut dalam upaya mempertahankan hasil pertanian dan
peternakan sebagai persediaan bahan pangan untuk dapat dikonsumsi oleh masyarakat sepanjang
tahun. Kemampuan penerapan teknologi yang tepat membantu manusia dalam mengatasi
kendala-kendala yang muncul sehingga kesegaran dan keutuhan nilai gizi bahan pangan dapat
dipertahankan atau paling tidak dapat meminimalisasi penurunan kualitas gizi. Memang pada
kenyataannya setiap proses penanganan bahan pangan pasti akan mengalami penurunan dan
perubahan komposisi gizi bahan. Namun perlu ditekankan bahwa penerapan teknologi pangan
akan menjadi bermakna jika penurunan kualitas gizi dan perubahan komposisi gizi tidak terlalu
signifikan jika dibandingkan dengan bahan segarnya. Komponen bahan pangan yang terlibat
secara langsung mulai dari proses awal tentang perubahan bahan pangan, antara lain: kadar air
yang terdapat dalam bahan, substansi mineral, vitamin, enzim, lipida dan turunannya,
karbohidrat dan turunannya, serta protein dan turunannya. Komponen- komponen ini akan
mengalami perubahan selama penanganan awal dan proses pengolahan pangan sampai akhir
proses baik pengolahan secara sengaja maupun proses alamiah yang terjadi. Dengan demikian
ada penanganan awal bahan baku pangan dan dilanjutkan dengan pengolahan inti bahan baku
pangan menjadi produk akhir. Jika digambarkan dalam suatu bagan maka ruang lingkup ilmu
pangan dan teknologinya melibatkan tiga hal sebagai berikut.

Gambar 1.1. Komponen yang menjadi ruang lingkup ilmu teknologi pangan

Memperhatikan bagan di atas diketahui bahwa ruang lingkup Ilmu Pangan dan Teknologi
Pangan adalah segala macam pengetahuan bahan pangan, baik dari zat gizi yang ada di
dalamnya, dan segala proses yang terjadi baik fisik, kimiawi, dan biologis yang menyertai proses
dimulai dari bahan baku pangan, penanganan awal, proses inti pangan dan proses akhir, dalam
setiap tahapan proses maka pengendalian mutu perlu diperhatikan agar jika terjadi kesalahan
proses segera dapat ditemu-kenali. Bahkan proses akhir meliputi juga pengemasan penyimpanan
dan distribusi produk pangan. Berdasarkan bagan di atas maka yang dimaksud dengan bahan
baku pangan adalah semua produk pertanian yang telah dipanen artinya adalah siap diolah
menjadi bahan pangan yang siap dikonsumsi. Bahan baku pangan ini meliputi hasil pertanian
yang dapat berupa sayur dan buah (hortikultura), umbi-umbian, kacang-kacangan (biji-bijian),
semua bahan baku pangan itu berasal dari tumbuhan sehingga dikelompokkan dalam bahan
pangan nabati. Bahan baku pangan lainnya kelompok daging dan ikan, susu, telur, semuanya
bahan baku pangan itu berasal dari hewan sehingga dikelompokkan bahan pangan Hewani.
2.3 Prinsip Dasar Pengolahan dan Pengawetan pangan

Prinsip dasar pengolahan pangan diawali dengan penanganan terhadap bahan mentah,
khususnya proses pemisahan atau penyortiran yang umumnya meliputi tahap-
tahap/operasi: (1) pembersihan, yaitu pemisahan kontaminan dari bahan baku; (2)
pemilihan (sortasi), yaitu pemisahan atau pemilahan bahan baku berdasarkan perbedaan
sifat fisiknya seperti ukuran, bentuk dan warna, (3) pengkelasan mutu (grading), yaitu
pemisahan atau pemilahan bahan baku berdasarkan kualitasnya, dan (4) penyimpanan
bahan baku.
Pada proses pengolahan pangan terdapat faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
kerusakan, diantaranya adalah: (1) Cara penanganan bahan mentah yang tidak sesuai/tepat,
(2) Rancang bangun kontainer yang tidak tepat, (3) Kerusakan mekanis, yaitu kerusakan
akibat jatuh, (4)Human error, yaitu kerusakan yang diakibatkan oleh operator yang
"kurang mampu" atau kurang ahli di bidangnya.

Ada 5 unsur penting yang harus diperhatikan dalam penanganan bahan pangan yang
tepat, yakni: Penanganan bahan terdiri dari 5 unsur pokok, yaitu pergerakan, waktu,
tempat, jumlah dan ruang. Penanganan bahan dikatakan efisien bila pergerakan bahan
berlangsung dengan tingkat efisiensi yang tinggi pada waktu yang tepat, yakni dari dan ke
tempat yang benar, dalam jumlah yang sesuai dengan yang disyaratkan, serta dengan
tingkat ekonomi ruang yang maksimum.

Teknik penanganan yang baik akan memberikan beberapa keuntungan diantaranya akan
meningkatkan produktivitas, kualitas produk dan meningkatkan kinerja. Penanganan yang
baik dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan peningkatan tenaga kerja, mesin dan
ruang penyimpanan, mengurangi bahan-bahan yang bersifat limbah, meningkatkan daya
kontrol dan rotasi stok, meningkatkan kondisi kerja serta mengurangi tingkat kelelahan
operator.

Pengolahan pangan dengan tujuan pengawetan dilakukan untuk memperpanjang umur


simpan (lamanya suatu produk dapat disimpan tanpa mengalami kerusakan) produk
pangan. Proses pengolahan apa yang akan dilakukan, tergantung pada berapa lama umur
simpan produk yang diinginkan, dan berapa banyak perubahan mutu produk yang dapat
diterima. Berdasarkan target waktu pengawetan, maka pengawetan dapat bersifat jangka
pendek atau bersifat jangka panjang. Pengawetan jangka pendek dapat dilakukan dengan
beberapa cara misalnya penanganan aseptis, penggunaan suhu rendah (<20°C),
pengeluaran sebagian air bahan, perlakuan panas ‘ringan’, mengurangi keberadaan udara,
penggunaan pengawet dalam konsentrasi rendah, fermentasi, radiasi dan kombinasinya.
Penanganan aseptis merupakan proses penanganan yang dilakukan dengan mencegah
masuknya kontaminan kimiawi dan mikroorganisme ke dalam bahan pangan, atau
mencegah terjadinya kontaminasi pada tingkat pertama. Penanganan produk dilakukan
untuk mencegah kerusakan produk yang bisa menyebabkan terjadinya pengeringan (layu),
pemecahan enzim alami dan masuknya mikroorganisme.

Ada 6 prinsip dasar pengolahan pangan untuk pengawetan. Keenam prinsip ini adalah:

1. Pengurangan air – pengeringan, dehidrasi, dan pengentalan.


2. Perlakuan suhu tinggi (panas) – blanching, pasteurisasi, dan sterilisasi.

3. Perlakuan suhu rendah – pendinginan dan pembekuan.

4. Pengendalian makanan – fermentasi dan aditif asam.


5. Berbagai macam zat kimia aditif.
6. Iradiasi.

2.4 Alat Alat Teknologi Pangan

1. Extruder

Mesin ini digunakan untuk pembuatan makanan ringan, seperti cheese ball dan potato chip
yang menggunakan prinsip ekstruksi. 

2. Vacuum Fryer

Prinsip dasar dari penggorengan vakum ini adalah penggorengan menggunakan suhu
rendah dan tekanan tinggi serta waktu pemanasan yang realtif singkat.

3. Mesin Wrapping

Mesin wrapping adalah mesin atau alat yang digunakan untuk membungkus makanan,
ikan, daging, buah-buahan, roti dan sayuran. Dengan tujuan untuk menjaga kesegaran dan
juga terhindar dari kontaminasi serangga seperti lalat, selain itu untuk menjaga dan
melindungi dari tangan-tangan yang hendak sekedar memegang atau meraba.

4. Mesin Pasteurisasi

Pada prinsipnya, pasteurisasi memadukan antara suhu dan lamanya waktu pemanasan
yang terbaik untuk suatu bahan pangan dengan menggunakan uap air, air panas, atau udara
panas. Tinggi suhu dan lamanya waktu pemanasan yang dibutuhkan dalam proses
pasteurisasi tergantung dari ketahanan mikroba terhadap panas. 

5. Mesin Blancher

Merupakan alat untuk perlakuan pendahuluan dalam suatu proses pengolahan pangan
dengan menggunakan suhu 80oC selama beberapa menit. Tujuannya adalah untuk
mengurangi jumlah mikroba pada permukaan bahan pangan, menginaktifkan enzim yang
dapat menurunkan kualitas bahan pangan, mempertahankan warna alami dari bahan
pangan, dan lain-lain. 

2.5 Hasil Olahan Teknologi Pangan

1. Tempe

Makanan ini memiliki kandungan gizi yang tinggi terutama protein karena dibuat dari
kacang kedelai. Tempe dibuat dengan menambahkan proses fermentasi pada kacang kedelai.
Kacang kedelai akan ditempatkan pada wadah dengan diameter yang luas dan ditambahkan ragi.
Kemudian, ditutup selama beberapa hari hingga berubah menjadi tempe.

2. Oncom

Sama seperti tempe, oncom adalah sebuah makanan yang dibuat dengan konsep
fermentasi. Bukan dari kacang kedelai, namun oncom dibuat dari ampas tahu yang kemudian
diberi jamur bernama Neurospora Sitophila.

3. Nata de Coco
Nata de coco memiliki tekstur yang kenyal dengan sensasi rasa segar ketika dimakan. Produk ini
dibuat dari air kelapa yang difermentasi selama beberapa hari. Proses fermentasi untuk membuat
produk nata de coco ini dibantu oleh bakteri yang bernama Acetobacter Xylinum. Seperti yang
diketahui bahwa nata de coco dapat diolah menjadi berbagai macam olahan minuman seperti
hanya diminum dengan air gula, sirup, atau sebagai campuran es buah.

4. Roti

Roti dapat dibilang merupakan salah satu hasil kreatifitas dari teknologi pangan dan juga
menggunakan teknik fermentasi terutama dalam proses dimana membuat adonannya menjadi
mengembang. Fermentasi pada pembuatan roti ini dilakukan dengan menambahkan ragi pada
adonan dimana ragi ini mengandung sebuah bahan yang bernama jamur Saccaromyces
Cerevisiae. Roti sangat populer di kalangan masyarakat sebagai makanan yang mengenyangkan.
Selain diolah menjadi makanan utama, roti juga seringkali dimasak untuk dibuat sebagai dessert
seperti teman makan eskrim, dan lain sebagainya.

5. Tape

Tape sangat populer, terutama di kalangan masyarakat pedesaan. Tape dibuat dari beberapa
bahan pangan yang mengandung karbohidrat seperti singkong, beras ketan, dan pisang. Dalam
proses pembuatannya, proses fermentasi juga digunakan yakni dengan menambahkan ragi dan
kemudian ditutup dengan rapat selama beberapa hari. Campuran ini akan menghasilkan produk
tape yang manis dan terkadang sedikit berair.

6. Yoghurt

produk makanan ini terbuat dari bahan susu yang difermentasikan. Proses fermentasi ini
seringkali menggunakan bakteri asa laktat seperti misalnya bakteri Lactobacillus Bulgaris,
Streptococcus Thermophillus, dan Streptococcus Lactis. Yoghurt memiliki rasa yang asam
namun segar dan sangat bermanfaat untuk menjaga pencernaan, dan lain sebagainya.

7. Keju
Keju adalah sebuah produk yang dihasilkan dari olahan susu, baik itu sus sapi, kambing, atau
bahkan kerbau. Produk hasil bioteknologi pangan ini juga mempergunakan konsep fermentasi
dalam pembuatannya. Sama seperti pembuatan yoghurt, pembuatan keju pun menggunakan
kinerja dari bakteri asam laktat, khususnya Lactobacillus Bulgarius dan Streptococcus
Thermophillus. Tekstur keju padat namun lembut dan biasanya memiliki rasa yang gurih.

8. Terasi

siapa sangka produk makanan yang sedikit berbau khas ini juga adalah hasil bioteknologi
pangan. Tepatnya, terasi dibuat dari udang atau ikan yang menggunakan proses fermentasi. Di
negara barat, terasi mungkin tidak terlalu dikenal, namun lain halnya dengan di tanah air. Terasi
sudah sangat populer dan seringkali digunakan untuk membuat sambal dan berbagai macam
makanan lainnya seperti plecing kangkung, nasi goreng, dan lain sebagainya.

9. Tauco

Biji kedelai ternyata tak hanya bisa dimanfaatkan untuk membuat tempe dan tahu, namun juga
tauco. Produk makanan hasil dari teknologi pangan ini dibuat dari fermentasi biji kedelai dimana
ada 2 mikroorganisme yang digunakan untuk membuat tauco yakni bakteri dan jamur.  Tauco
biasanya memiliki warna cokelat gelap dengan tekstur yang agak kasar karena biji kedelainya
seringkali masih terlihat. Olahan dari tauco pun kini sudah mulai banyak seperti soto tauco, sayur
tahu santan dengan tauco, dan lain sebagainya.

10. Cuka

Banyak orang mengira bahwa cuka mungkin dibuat dari bahan kimia. Hal ini tidak sepenuhnya
benar karena cairan berwarna bening ini adalah hasil dari kreatifitas teknologi pangan yakni
sebagai hasil oksidasi etanol. Oksidasi etanol ini dilakukan oleh bakteri yang bernama
Acetobacter. Cuka memiliki rasa yang asam dan banyak digunakan sebagai bahan tambahan
kuliner nusantara seperti pempek dari Palembang, pembuatan acar, asinan, sampai dengan
tambahan untuk kuah bakso agar lebih memiliki rasa yang segar
2.6 Manfaat Teknologi Pangan

1. Mencukupi Kebutuhan Pangan Manusia

Kebutuhan manusia akan pangan berlangsung secara teratur, sedangkan alam yang menghasilkan
kebutuhan pangan tersebut memiliki periode yang terbatas. Oleh karena itu, dengan adanya
teknik pengawetan yang dihasilkan dari adanya teknologi pangan ini dapat menjadikan berbagai
jenis bahan pangan bisa didistribusikan dengan baik serta adanya jangkauan yang luas hingga ke
penjuru dunia. Sehingga warga negara lain dapat menikmati makanan khas dari suatu negara.
Selain itu, dengan adanya manfaat olahan pangan setengah jadi dapat digunakan dalam
membantu kehidupan manusia menjadi lebih baik.

2. Meningkatkan Kreatifitas Produsen

Dengan adanya teknologi pangan dapat menunjang serta meningkatkan kreativitas para produsen
untuk selalu berinovasi dalam upaya menghadirkan beragam produk pangan terbaru dengan
mengikuti perkembangan serta kebutuhan pangan masyarakat.

3. Meningkatkan Nutrisi Pangan

Adanya pemanfaatan teknologi pangan dapat meningkatkan nutrisi pangan yang ada.
Penambahan gizi pada produk pangan merupakan solusi terbaik dalam mengatasi kekurangan
gizi pada masyarakat.

4. Menghilangkan Penyakit pada Makanan

Teknologi pangan juga sangat bermanfaat dalam meningkatkan kesehatan dengan cara
membunuh bakteri serta mikroba yang terdapat di dalam makan. Selain itu, juga terdapat adanya
upaya pencegahan mikroba agar tidak dapat berkembang biak. Masih banyak lagi manfaat yang
dapat diperoleh dari adanya teknologi pangan bagi masyarakat serta produsen.

Dengan adanya manfaat teknologi pangan bagi masyarakat serta produsen di atas, dapat
disimpulkan bahwa teknologi mempunyai peranan penting dalam proses pengolahan makan dan
proses lainnya.

Dengan adanya teknologi pangan ini sangat mempengaruhi ketersediaan pangan. Seperti yang
sudah diketahui bersama bahwa alam ini menghasilkan bahan pangan secara berkala, sedangkan
di sisi lain kebutuhan manusia akan pangan adalah rutin setiap harinya. Jadi, kita tidak mungkin
menunda akan kebutuhan pangan tersebut sampai masa panen tiba. Sehingga kita membutuhkan
suatu cara untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Caranya adalah dengan menggunakan
teknologi pangan. Dengan teknologi pangan ini terciptalah teknologi pengawetan sehingga
membuat makanan bisa disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama. Dengan teknik
pengawetan ini juga memungkinkan kita untuk mendistribusikan bahan pangan secara merata ke
seluruh dunia. Dengan demikian setiap orang akan bisa menikmati makanan yang belum ada di
tempat tinggalnya.
BAB III

KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Modul Teknologi Pangan. Dasar Dasar Teknologi Pangan Oleh Dr. rer. Nat Abu Amar
http://repository.ut.ac.id/4561/1/PANG4212-M1.pdf (diakses pada 12 Januari 2021)

https://masoemuniversity.ac.id/berita/ini-dia-10-produk-hasil-olahan-teknologi-pangan-kreatif.php
(diakses pada 12 January 2021)

Prinsip Dasar Teknologi Pengolahan Pangan. Oleh Dra. Tri Ratna Nastiti, Apt.
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.ut.ac.id/4681/1/PANG4424-
M1.pdf&ved=2ahUKEwjkheTmrpXuAhUTheYKHaDhAW4QFjAAegQIARAB&usg=AOvVaw
1xLsdbYDkMmZxC6rRAPv6I (Diakses pada 12 januari 2021)

Ilmu teknologi pangan, edisi 2017. oleh Maryam Razak, STP., M.Si. dan Muntikah, SP., M.Pd.
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/11/ILMU-TEKNOLOGI-PANGAN-FINAL-
SC.pdf&ved=2ahUKEwjkheTmrpXuAhUTheYKHaDhAW4QFjAEegQIDxAB&usg=AOvVaw
3RsnTVuwHOMnj9i0vR3rna (Diakses pada 12 januari 2021)

https://oyimedia.com/manfaat-teknologi-pangan-bagi-masyarakat-dan-produsen/ (Diakses pada


12 Januari 2021 )

https://www.jalantikus.my.id/techno/manfaat-teknologi-pangan/ ( Diakses pada 12 Januari 2021)

Anda mungkin juga menyukai