1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Salawat serta salam semoga
tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, semoga curahan Rahmat-
Nya sampai kepada kita semua.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih atas bantuan dari teman-teman
Jurusan Kesehatan Masyarakat serta bimbingan dari semua pihak sehingga
makalah ini dapat selesai.
Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam makalah
ini, untuk itu kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam
penyusunannya. Harapan kami semoga makalah ini dapat berguna bagi kita
semua.
Penyusun
Kelompok III
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTARi
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Jelaskan Wabah pengolahan dan pemanasan
2.2 Jelaskan Kerusakan mikrooganisme karena pemanasan
2.3 Jelaskan Penilayan keamanan pengolan panas
2.4 jelaskan kerusakan makanan kaleng
2.5 Jelaskan Alat pengolahan dengan panas
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
pengion pada dosis 45 kGy dalam kondisi beku (-79ºC), selanjutnya disimpan
pada suhu 28-30oC. Produk steril tersebut dapat bertahan selama 1.5 tahun
tanpa mengalami penurunan kualitas dan nilai gizi yang berarti. Salah satu
pangan yang diiradiasi dengan metode ini adalah ikan pepes. Ikan pepes ini
dapat langsung dikonsumsi karena steril dan tetap bergizi. Akan tetapi belum
diketahui efek secara kimia dan biologi terhadap tubuh, sehingga perlu adanya
kajian toksikologi sebelum teknologi ini dapat diterapkan secara komersial.
Salah satu metode uji yang dapat digunakan adalah dengan melihat pengaruh
produk terhadap perubahan pada sel manusia. Pengaruh tersebut dapat diamati
dengan uji terhadap sel eritrosit. Apabila produk memicu terjadinya hemolisis
eritrosit maka kemungkinannya produk tersebut memiliki efek negatif
terhadap tubuh. Selain itu juga dapat dilakukan uji untuk melihat pengaruh
produk terhadap sistem imun manusia. Pada uji dilakukan pengamatan efek
produk terhadap proliferasi limfosit manusia karena limfosit merupakan
bagian dari sistem imun. Pada umumnya, bagian ikan yang dikonsumsi adalah
bagian dagingnya saja dan tulang tidak dimakan. Akan tetapi bagian tulang
pada produk ikan tulang lunak menjadi bagian yang dapat dimakan, oleh
karena itu perlu dilakukan uji pada tulang. Senyawa-senyawa radikal yang
labil dan terbentuk karena proses iradiasi dapat menjadi stabil pada tulang dan
daging. Senyawa-senyawa radikal inilah yang dapat membuat kerusakan pada
sel tubuh atau perubahan pada sistem imun karena sifatnya yang sangat
reaktif. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh
dari tulang ikan iradiasi dosis tinggi terhadap hemolisis eritrosit dan proliferasi
limfosit manusia.
Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Pengolahan dan pengawetan bahan makanan memiliki
interelasi terhadap pemenuhan gizi masyarakat, maka Tidak mengherankan
jika semua negara baik negara maju maupun berkembang selalu berusaha
untuk menyediakan suplai pangan yang cukup, aman dan bergizi. Salah
5
satunya dengan melakukan berbagai cara pengolahan dan pengawetan pangan
yang dapat memberikan perlindungan terhadap bahan pangan yang akan
dikonsumsi.
6
masyarakat dengan bebrbagai dalih untuk menambah rasa dan keawetan
makana tanpa memperdulikan efek bahan yang digunankan terhadap
kesehatan masyarakat, hal inilah yang mendorong diperlukannya berbagai
regulasi/peraturan dari instansi terkait Agar dapat melindungi konsumen dari
pelbagai masalah keamanan pangan dan industri pangan diindonesia. Selain
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) yang bernaung di bawah
Departemen Kesehatan, pengawasan dan pengendalian juga dilakukan oleh
Departemen Pertanian, Departemen Perdagangan, dan Departemen
Perindustria rekonstruksi budaya Selain itu diperlukan juga adanya
rekonsruksi budaya guna merubah kebiasaan dan memberikan pemaham
kepada masyarat akan pentingnya gizi bagi keberlangsungan kehidupan
3.1 Tujuan
1. Untuk biasa mengetahui pengertian wabah pengolahan dengan
pemanasan
2. mengetahui kerusakan pada mikrooganisme karena panas.
3. Untuk mengetahui penilaian keamanan pengolahan panas
4. Untuk mengetahui kerusakan pada makanan kaleng
5. Mengetahui pengolahan dangan panas
7
BAB II
PEMBAHASAN
8
pemanggangan. Yang dimaksud dengan pengawetan menggunakan suhu
tinggi adalah proses-proses komersial dimana penggunaan panas terkendali
dengan baik, antara lain sterilisasi, pasteurisasi , dan blansing.
Pada pemakaian suhu tinggi, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan,
yaitu :
1. Blanching
9
Blanching biasanya digunakan sebagai perlakuan pendahuluan suatu proses
pengolahan. Proses pengolahan pangan yang menggunakan perlakuan pemanasan
pendahuluan dengan blanching, antara lain adalah pembekuan, pengeringan dan
pengalengan. Sebagai medium blanching biasa digunakan air, uap air atau udara
panas dengan suhu sesuai yang diinginkan. Suhu dan lamanya waktu yang
dibutuhkan untuk pemanasan tergantung pada bahan dan tujuan blanching.
Umumnya blanching dilakukan pada suhu kurang dari 100C selama beberapa
menit. Kebanyakan bahan pangan, biasanya blanchingdilakukan pada suhu 80C.
10
berisi air mendidih.Sayur-sayuran atau buahbuahan yang akan diblansing
dimasukkan ke dalam keranjang kawat, kemudian dimasukkan ke dalam
panci dengan suhu blansing biasanya mncapai 82 – 83 oC selama 3 – 5
menit. Setelah blansing cukup walktunya, kemudian keranjang kawat
diangkat dari panci dan cepat-cepat didinginkan dengan air. Pengukusan
tidak dianjurkan untuk sayur-sayuran hijau, karena warna bahan akan
menjadi kusam. Caranya ialah dengan mengisikan bahan ke dalam
keranjang kawat, kemudian dimasukkan ke dalam dandang yang berisi air
mendidih. Dandang ditutup dan langkah selanjutnya sama dengan cara
perebusan.
2. Pasteurisasi
11
disingkat HTST. Metode LTLT dilakukan pada suhu 62,8C selama 30
menit, sedangkan HTST dilakukan pada suhu 7I,7C selama 15 detik.
Mikroba terutama mikroba non patogen dan pembusuk masih ada pada
bahan yang dipasteurisasi dan bisa berkembang biak. Oleh karena itu daya
tahan simpannya tidak lama. Contohnya : susu yang sudah dipasteurisasi
bila disimpan pada suhu kamar hanya akan tahan 1 – 2 hari, sedangkan
bila disimpan dalam lemari es tahan kira-kira seminggu. Karena itu untuk
tujuan pengawetan, pasteurisasi harus dikombinasikan dengan cara
pengawetan lainnya, misalnya dengan pendinginan.
Pasteurisasi biasanya dilakukan pada susu, juga pada saribuah dan suhu
yang digunakan di bawah 100 oC. Contohnya :
12
relatif lebih lama. Suhu yang digunakan yaitu sekitar 63ºC selama 30
menit.
3. Sterilisasi
Sterilisasi merupakan salah satu cara pengolahan bahan pangan yang bersifat
mengawetkan. Sterilisasi juga merupakan istilah untuk setiap proses yang
menghasilkan kondisi steril dalam bahan pangan. Jadi, sterilisasi adalah cara atau
langkah atau usaha yang dilakukan untuk membunuh semua mikroba yang dapat
hidup dalam bahan pangan. Apabila dilihat dari kata steril maka tujuan utama dari
proses sterilisasi adalah membunuh semua mikroba yang dapat hidup dalam bahan
pangan. Dengan terbebasnya bahan pangan dari kehidupan semua mikroba maka
diharapkan bahan pangan dapat disimpan dalam waktu yang lama. Biasanya daya
tahan simpan makanan yang steril komersial adalah kira-kira 2 tahun. Kerusakan-
kerusakan yang terjadi biasanya bukan akibat pertumbuhan mikroba, tetapi
karerna terjadi kerusakan pada sifat-sifat organoleptiknya akibat reaksi-reaksi
kimia.
13
2. Bebas dari bakteri patogen
14
penyimpanan pada suhu yang lebih tinggi (sekitar 50 oC), karena bukan
tidak mungkin jika ada spora dari bakteri yang sangat tahan panas masih
terdapat di dalam kaleng dapat tumbuh dan berkembang biak di dalamnya
dan menyebabkan kebusukan, misalnya bakteri Bacillus
stearothermophillus.
4. Pemasakan/pemanasan
Apabila dilihat dari cara dan bentuk pemasakan, maka dapat dibedakan
menjadi 3 macam cara pemasakan, yaitu:
Pemasakan dengan menggunakan media air panas atau uap air pada
suhu 100C atau lebih.
• Konduksi
Konduksi terjadi jika enersi berpindah dengan jalan sentuhan antar molekul atau
perambatan panas terjadi dimana panas dialirkan dari satu partikel ke partikel
15
lainnya tanpa adanya gerakan atau sirkulasi. Perambatan panas secara konduksi
berlangsung secara lambat. Umumnya konduksi terjadi pada bahan berbentuk
padat, seperti daging, ikan, sayur- sayuran, buah-buahan, dll.
• Konveksi
Konveksi terjadi jika enersi berpindah melalui aliran dalam media cair atau
perambatan panas dimana panas dialirkan dengan cara pergerakan atau sirkulasi
molekul dari zat yang satu ke zat yang lainnya. Pemanasan secara konveksi
berlangsung secara cepat. Umumnya konveksi terjadi pada bahan berbentuk cair
seperti saribuah, sirup, air, dll.
1. Perebusan.
2. Penggorengan
16
cara penggorengan seperti kripik pisang, kripik ubi, abon ikan, dan
lain – lain.
3. Penyangraian
Pada proses ini, alat yang sering di gunakan sama dengan pada proses
pengolahan pangan dengan cara penggorengan, perbedaannya hanya
pada bahan tambahan lainnya yang di pakai dalam mengolah suatu
bahan pangan.contoh bahan pangan yang sering diolah/awetkan
dengan cara penyangraian yaitu ; kopi,
4. Pengasapan
Alat yang sering di gunakan antara lain : tungku, para – para, ataupun
tempat pembakaran.contoh bahan pangan yang diolah/awetkan dengan
cara pengasapan yaitu ; ikan, daging.
5. Pembakaran
Dalam hal ini alat yang sering di gunakan sama dengan alat yang
sering di gunakan pada proses pengasapan. Contoh bahan pangan
yang diolah/awetkan dengan cara pembakaran seperti daging, ikan,
roti bakar,
17
sehari-hari di rumah tangga misalnya alat pamasak nasi (dandang atau
kukusan) dan panci tekan (pressure cooker), sedangkan di pabrik
pengolahan digunakan otoklaf.
18
BAB III
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
Pada pemakaian suhu tinggi, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan,
yaitu :
1. Blanching
19
(Lipoksigenase,perosidase,polifenoksidase,poligalakturonase,klorofiln
ase,dan katalase).
2. Sterilisasi komersial
3. Pasteurisasi
3.2 Saran
20
DAFTAR PUSTAKA
ALFABETA
https://farelsumigar.blogspot.co.id/
http://id.shvoong.com/exactsciences/bioengineering-and-biotechnology/2346594-
teknologi-pengolahan-pangan/#ixzz2LSAAYS6e. [21 Februari 2013]
Komentar
21
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar BelakangAntropometri merupakan ilmu yang
mempelajari berbagai ukuran tubuh manusia. Dalam bidang ilmu gizi digunakan
untuk menilai status gizi. Ukuran yang sering digunakan adalah berat badan dan
tinggi badan. Selain itu juga ukuran tubuh lainnya seperti lingkar lengan atas,
lapisan lemak bawah kulit, tinggi lutut, dan lingkar perut. Ukuran-ukuran
antropometri tersebut bisa berdiri sendiri untuk menentukan status gizi disbanding
baku atau berupa indeks dengan membandingkan ukuran seperti BB/U, BB/TB,
TB/U Antropometri merupakan bidang ilmu yang berhubungan dengan dimensi
tubuh manusia. Dimensi-dimensi ini dibagi menjadi kelompok statistika dan
ukuran persentil. Jika seratus orang berdiri berjajar dari yang terkecil sampai
terbesar dalam suatu urutan, hal ini akan dapat diklasifikasikan dari 1 percentile
sampai 100 persentil. Data dimensi manusia ini sangat berguna dalam
perancangan produk dengan tujuan mencari keserasian produk dengan manusia
yang memakainya. A…
BACA SELENGKAPNYA
22
sumber infeksi kepada induk semang yang rentan (susceptible host).Jenis Dari
filum Arthropoda tersebut yang menjadi vektor adalah; §Ordo Dipthera, kelas
Hexapoda (kaki enam), contohnya : a) Nyamuk Anopheles sebagai vektor
penyakit malaria b…
BACA SELENGKAPNYA
KUNJUNGI PROFIL
Arsip
Laporkan Penyalahgunaan
23