Anda di halaman 1dari 22

SUMMARY

GAMBARAN KONSUMSI FAST FOOD TERHADAP STATUS GIZI


MAHASISWA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM (MIPA) UNIVERSITAS
NEGERI GORONTALO

Neni salcia ningsi1), Sunarto Kadir2), Moh. Rivai Nakoe3)


1)
Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo
E-mail : salcianingsih13@gmail.com
2)
Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo
E-mail : sunarto.kadir@yahoo.co.id
3)
Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo
E-mail : rivai@ung.ac.id

ABSTRAK
Neni Salcia Ningsi. 811417149. 2022. Gambaran konsumsi fast food terhadap
status gizi mahasiswa Fakultas matematika dan ilmu Pengetahuan alam (MIPA)
universitas Negeri gorontalo SKRIPSI. Pembimbing I Dr. Sunarto Kadir, Drs.,
M.Kes dan Pembimbing II Moh. Rivai Nakoe, S.KM.,M.KL. Jurusan Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo.
Status gizi umumnya dipengaruhi oleh pola konsumsi seperti dalam halnya pola
konsumsi fast food. fast food dapat diartikan sebagai makanan yang dapat dihidangkan
dan dikonsumsi dalam waktu seminimal mungkin yang memiliki sedikit kandungan
nutrisi dan juga mengandung jumlah lemak yang besar. Rumusan masalah dalam
penelitian Bagaimana pola konsumsi dan frekuensi makan Fast Food terhadap status
gizi mahasiswa Fakultas (MIPA). Tujuan penelitian ini untuk Mengetahui gambaran
Konsumsi Fast Food terhadap Status Gizi Mahasiswa Fakultas (MIPA) Universitas
Negeri Gorontalo.
Jenis penelitian adalah deskriptif populasi dalam penelitian ini adalah
mahasiswa Fakultas MIPA sebanyak 97 mahasiswa dengan penetuan sampel
menggunakan teknik total sampling.
Hasil penelitian didapatkan sebagian besar mahasiswa memiliki status gizi
normal. Jenis makanan fast food yang sering di konsumsi mahasiswa adalah gorengan
sebanyak 10 mahasiswa (45.5%) jenis makanan yang jarang di makan adalah sosis
sebanyak 1 responden (12.5%), dan yang tidak pernah di konsumsi kentang goreng
sebanyak 0 responden (0.0%), status gizi kategori normal sebanyak 31 responden
(66.6%),10 responden (20.8%) kategori kurus dan gemuk 7 responden (14.9%).Saran
atau rekomendasi mahasiswa Fakultas (MIPA) yaitu dengan adanya penelitian ini perlu
menambah informasi terkait masalah fast food dan status gizi sehingga menjadi bahan
pertimbangan untuk penangan gizi.

Kata Kunci : Fast Food, Status Gizi dan Mahasiswa

83
bergeser dari pola makan tradisional 
ke barat, terutama di kota kota besar 
1. PENDAHULUAN
(terutama dalam bentuk makanan cep
at saji). Pergeseran pola makan yang 
Era globalisasi mengantarkan
komposis nya mengandung tinggi kal
kehidupan manusia melalui gerbang
ori,  lemak, karbohidrat, kolesterol se
modernisasi yang berdampak pada
rta natrium, namun   rendah serat sep
pesatnya perkembangan waktu dan
erti Fast 
teknologi, memungkinkan terjadinya
Food dan soft drink menimbulkan ke
kondisi konsumeristik dan
tidak seimbangan asupan gizi dan
munculnya trend atau gaya hidup
merupakan salah satu faktor risiko
baru. Perubahan gaya hidup
obesitas remaja. Obesitas remaja
masyarakat yang mengarah pada
menempatkan mereka pada risiko
perubahan pola makan. Misalnya,
menjadi gemuk saat dewasa, yang
Sebagai contoh, gaya hidup
dapat menyebabkan masalah
masyarakat masa kini adalah senang
kardiovaskular dan metabolisme. Di
mengonsumsi makanan yang siap
samping itu, peningkatan pola hidup
saji atau lebih memilih makanan
sedentary seperti menonton televisi,
instan yang biasa dikenal dengan
bermain komputer mengakibatkan
istilah Fast Food. Makan cepat saji
terjadinya penurunan aktivitas fisik,
(Fast Food) yang serba praktis dan
Konsumsi makanan tinggi kalori dan
tidak memungkinkan di hindari
lemak serta pola hidup kurang gerak
masyarakat saat ini karena gaya
(Gaya hidup yang tidak banyak
hidup praktis dan kota metropolitan
bergerak) terkait dengan peningkatan
(Sari 2012).
prevalensi obesitas (Rafiony et al.,
Kesibukan masyarakat dalam
2015).
memenuhi kebutuhannya yang
Tahun 2013–2016 di Amerika
semakin meningkat menyebabkan
Serikat, sebanyak 36,6 % orang
masyarakat mengabaikan
dewasa mengonsumsi makanan Fast
kesehatannya dengan mengonsumsi
Food pada hari tertentu. Konsumsi
makanan cepat saji yang tidak sesuai
makanan cepat saji menurun seiring
dengan pola hidup sehat. Makanan
bertambahnya usia, dengan 44,9
cepat saji di restoran, seperti
persen orang dewasa berusia 20-39
hamburger, pizza, ayam goreng,
tahun, 37,7 persen orang dewasa
kentang goreng, dan minuman
berusia 40-59 tahun, dan 24,1 persen
ringan, sangat disukai karena
individu berusia 60 tahun ke atas
memiliki rasa yang enak, tampilan
mengonsumsi makanan cepat saji.
luar yang menarik, dan aroma yang
Proporsi orang dewasa yang makan
menggoda. Konsumen terpikat untuk
makanan cepat saji meningkat
memakannya karena harganya yang
sebanding dengan pendapatan
relatif murah (Aulia et al., 2018).
keluarga mereka. Pria mengonsumsi
Di negara-negara yang sedang
lebih banyak makanan cepat saji saat
berkembang, faktor yang
makan siang dari pada wanita, tetapi
mempengaruhi tingginya prevalensi
wanita lebih banyak dilaporkan
obesitas adalah adanya perubahan
makan makanan cepat saji sebagai
gaya hidup dan pola makan. Pola
camilan. (Kevin, 2019). 
makan

93
Media sosial digunakan untuk (Asnaini, 2017). Makanan cepat saji
mengiklankan makanan cepat saji adalah jenis makanan yang mudah
seperti sekarang, Orang-orang saat disiapkan dan diangkut. Sedangkan
ini memanfaatkan media sosial untuk Fast Food menurut Budiman (2008)
menemukan makanan yang mereka adalah jenis makanan yang tinggi
sukai dan kemudian membelinya kalori, lemak, garam, dan gula
secara online. Di lokasi metropolitan, namun miskin serat, vitamin, asam
sebagian besar remaja memilih akorbat, kalsium, dan folat.
makanan cepat saji. Remaja di Hamburger, pizza, kentang goreng,
wilayah metropolitan menikmati ayam goreng, mie instan, mie ayam,
makanan cepat saji serta makanan dan bakso merupakan makanan cepat
rumahan dan masakan tradisional. saji yang paling digemari (Amalia,
Selain rasanya yang enak, dekorasi 2018).
restoran cepat saji yang lebih modern Status gizi merupakan salah satu
membuat remaja merasa nyaman dan faktor yang mempengaruhi tingkat
tertarik untuk bersantap. kesehatan seseorang. Status gizi yang
Kehadiran Fast Food di pasar baik menghasilkan sistem imun yang
Indonesia berdampak pada kebiasaan kuat, tidak mudah terserang penyakit
makan. infeksi maupun penyakit
Selain diet, remaja masa kini jarang  degenerative. Status gizi kurang
melakukan aktivitas fisik seperti olah maupun lebih berdampak pada
raga. Penge tahuan semacam ini menurunnya sistem imun (Par’i,
harus ditanamkan pada generasi 2017).
muda masa kini agar terhindar dari Status gizi pada remaja masih
berbagai penyakit yang tidak menjadi masalah di Indonesia
terduga. Secara umum, sedangkan maupun di provinsi Gorontalo.
menu Fast Food memiliki kalori, Penelitian Nuryani dan Paramata
garam, dan lemak yang lebih banyak (2018) menunjukkan bahwa terdapat
termasuk kolesterol, dan menu ala 7,0% remaja dengan status gizi kurus
barat memiliki kalori, garam, dan dan 24,0% remaja dengan status gizi
lemak yang lebih sedikit, termasuk gemuk. Berdasarkan riskesdas 2018
kolesterol, hal ini tidak lain karena terlihat bahwa status gizi remaja usia
adanya perubahan gaya hidup (life 13 – 15 tahun menunjukkan
style) (Hatta, 2019). sebanyak 12,3% . Sementara status
Diet dan kesehatan telah gizi indeks massa tubuh menurut
ditemukan dipengaruhi oleh umur menunjukkan prevalensi kurus
perubahan gaya hidup. Akibat secara Nasional 9,3% dan Provinsi
pengaruh urbanisasi, globalisasi, dan Gorontalo 2,1%. Berdasarkan data
industrialisasi terhadap gaya hidup, dinas kesehatan kota, yang dilakukan
sebagian masyarakat Indonesia di seluruh Kabupaten/Kota Provinsi
mengembangkan preferensi terhadap Gorontalo pada tahun 2013,
makanan cepat saji dengan menunjukkan prevalensi obesitas
komposisi gizi yang tidak seimbang. pada penduduk dewasa (15 tahun
Makanan cepat saji memiliki kadar keatas) yaitu Kabupaten Gorontalo
lemak dan garam yang tinggi, serta 30,9%, kota Gorontalo 36,7%,
kandungan serat yang rendah Kabupaten Bone Bolango

94
21,6%,Kabupaten Boalemo 18,6%, pangan sesuai selera dan daya beli
dan Pohuwato 14,7% (Nuryani, Pengolahan dan penyiapannya lebih
2019). mudah dan cepat, cocok bagi mereka
Mahasiswa dapat didefinisikan yang sangat sibuk Sulistijani,( 2002).
sebagai individu yang sedang Makanan cepat saji (Fast Food)
menuntut ilmu ditingkat perguruan merupakan makanan yang memiliki
tinggi. Mahasiswa dinilai memiliki jumlah kandungan nutrisi terbatas.
tingkat intelektualitas yang tinggi, Kandungan yang biasanya terdapat
kecerdasan dalam berpikir dan pada Fast Food yaitu garam, lemak,
kerencanaan dalam bertindak. gula dan kalori yang tinggi tetapi
Berpikir kritis dan bertindak dengan kandungan gizinya rendah seperti
cepat dan tepat merupakan sifat yang vitamin, protein dan mineral. Apabila
cenderung melekat pada diri setiap mengkonsumsi makanan cepat saji
mahasiswa, yang merupakan prinsip terlalu berlebihan akan menimbulkan
yang saling melengkapi. Mahasiswa banyak penyakit dan kenaikan berat
dengan SDM berkualitas dicirikan badan (Anggraini, 2013).
sebagai manusia yang cerdas, Banyak faktor yang membuat
produktif, dan mandiri dalam mahasiswa lebih memilih
melaksanakan tugas-tugas mengonsumsi Fast Food antara lain
kemahasiswaannya. Salah satu cara kesibukan orang tua, lingkungan
untuk mewujudkan mahasiswa sosial, kondisi ekonomi dan tempat
berkualitas adalah dengan memenuhi tinggal. Tempat tinggal sangat
kebutuhan zat gizi, namun banyak mempengaruhi dari kebiasaan makan
dari mahasiswa yang kebutuhan zat mahasiswa yaitu di rumah dan di
gizinya belum terpenuhi sehingga kos. Mahasiswa yang bertempat
menyebabkan masalah gizi. Faktor tinggal di kos rata-rata memiliki
penyebab langsung masalah gizi, kebiasaan makan diluar, namun tidak
baik masalah gizi lebih atau masalah menutup kemungkinan pada
gizi kurang adalah ketidak mahasiswa yang bertempat tinggal di
seimbangan antara asupan makanan rumah yang memiliki orang tua
dengan kebutuhan tubuh serta adanya sibuk.
penyakit infeksi. Gizi kurang Hasil penelitian yang dilakukan
disebabkan karena asupan gizi di oleh Tarigan & Farida (2012), dalam
bawah kecukupan yang dianjurkan penelitiannya menunjukan
sedangkan gizi lebih disebabkan pengetahuan mahasiswa fakultas
karena asupan gizi melebihi kedokteran USU (Universitas
kecukupan yang dianjurkan dan tidak Sumatera Utara) tentang
di imbangi dengan aktivitas fisik mengonsumsi makanan cepat saji
yang cukup (Pratami et al., 2016). mayoritas pada kategori
Makanan cepat saji (Fast Food) 86,3%  mahasiswa mempunyai
adalah makanan yang tersedia dalam pengetahuan yang baik tentang
waktu cepat dan siap untuk disantap, makanan cepat saji dan jika dilihat
seperti fried chicken, hamburger atau dari sikap nya sebesar 62,1%
pizza. Makanan cepat saji yang memiliki sikap yang baik, namun
mudah diperoleh di pasaran jika dilihat dari tindakannya dalam
memberikan tersedianya variasi mengonsumsi makanan cepat saji

95
sebanyak 37,9% menyatakan sering Ilmu Pendidikan, Fakultas
mengonsumsi dan yang menyatakan Matematika dan Ilmu pengetahuan
jarang sebanyak 28,4% (MIPA), Fakultas Ilmu Sosial,
mengonsumsi makanan cepat saji Fakultas Sastra dan Budaya, Fakultas
(Pratama & Anggraini, 2021). Teknik, Fakultas Pertanian, Fakultas
Studi internasional telah Olahraga dan Kesehatan, Fakultas
menemukan bahwa makanan yang Ekonomi, Fakultas Hukum, Fakultas
dimakan diluar cenderung memiliki Perikanan dan Ilmu Kelautan terakhir
kandungan yang kurang sehat, Fakultas Kedokteran dan Sebagian
misalnya tinggi lemak, lemak jenuh, besar mahasiswanya adalah anak
dan gula dibanding makanan yang perantauan yang bertempat tinggal di
dimakan dirumah (O’Dwyer, 2005). sekitaran kampus tersebut. Fakultas
Berdasarkan data Riskesdas 2013, Matematika dan ilmu pengetahuan
prevalensi gizi lebih dan obesitas di Alam (MIPA) Salah satu Fakultas
Indonesa pada kelompok usia >18 yang terletak di Kabupaten namun
tahun mencapai 28,9% menurut sebagian besar Mahasiswa nya
indeks massa tubuh IMT (Nurlita, bertempat tinggal di kota sehingga
2017). akses untuk mendapatkan Fast Food
Robert dan Williams dalam lebih mudah.
Sari (2008), mengatakan kebiasaan Berdasarkan hasil wawancara
makan dan pilihan makanan awal dengan 12 Mahasiswa Fakultas
dikalangan remaja ternyata lebih MIPA Unversitas Negeri Gorontalo
kompleks dan di pengaruhi oleh masing-masing mahasiswa memiliki
banyak faktor seperti fisik, sosial, jurusan yang berbeda-beda.
lingkungan budaya, pengaruh Didapatkan informasi tentang
lingkungan sekitar (teman, keluarga konsumsi makanan cepat saji (Fast
dan media) serta psikososial. Food),
Menurut hasil penelitian yang pada Mahasiswatersebut memahami 
dilakukan oleh "Health Education apa itu Fast Food dan macam-maca
Authority", usia 15-34 tahun adalah m bentuk  Fast Food, dan dampak ne
konsumen terbanyak yang memilih gatif Fast Food 
menu fast food. Walaupun di bagi kesehatan. Mahasiswa juga 
Indonesia belum ada data pasti, tetap terdorong dan tertarik untuk
keadaan tersebut dapat dipakai mengonsumsi Fast Food meskipun
sebagai cermin dalam tatanan Mahasiswa tahu akan dampak
masyarakat kita, bahwa rentang usia negatifnya bagi kesehatan tubuh.
tersebut adalah pekerja muda, Makan makanan cepat saji
golongan pelajar dan mahasiswa di yang paling banyak dikonsumsi
perguruan tinggi (Sari 2012). adalah gorengan, mie instan, ayam
Universitas Gorontalo adalah goreng, Bakso, mei ayam dll. yang
sebuah Universitas Negeri yang ada diantaranya sering mengonsumsi
di kota Gorontalo dan merupakan dengan ferekuensi >2x/ Minggu,
salah satu Universitas Negiri di dari 12 Mahasiswa tersebut terdapat
Gorontalo pada saat ini Universitas 4 responde (40,61%) mempunyai
Negeri Gorontalo tercatat mengelola kebiasan makan cukup baik dan 8
11 Fakultas di antaranya Fakultas responden (66,7%) yang mempunyai

96
kebiasaan makan kurang baik yaitu tersebutlah yang membuat
Sering Konsumsi makanan cepat saji mahasiswa/i tersebut tetap gemar
(Fast Food). Hal ini dikarenakan mengonsumsi fast food meskipun
Mahasiswa mengonsumsi makanan mereka mengetahui bahaya dari
cepat saji (Fast food) dengan Alasan makanan siap saji tersebut.
Mahasiswa tersebut karena jadwal Oleh karena itu peneliti
kuliah atau aktivitas laboratorium tertarik untuk melakukan penelitian
yang cukup pagi, malas sarapan tentang “Gambaran konsumsi fast
pagi, dan telat bangun (kesiangan) food terhadap status gizi mahasiswa
Sehingga memlih makan cepat saji fakultas matematika dan ilmu
(Fast food) untuk di konsumsi pengetahuan alam universitas negeri
karena penyajianya yang cepat. gorontalo.
Fenomena serupa juga peneliti
dapatkan melalui observasi dan 2. METODE PENELITIAN
wawancara langsung terhadap 2.1 Penetapan Lokasi dan Waktu
beberapa responden di Fakultas Penelitian
matematika dan ilmu pengetahuan Penelitian dilaksanakan di
alam . Dari hasil wawancara dengan Fakultas matematika dan ilmu
12 responden peneliti memperoleh pengetahuan alam universitas negeri
hasil antara lain setiap harinya gorontalo. dan waktu penelitian
terdapat mahasiswa yang dilaksanakan pada tanggal 23
mengonsumsi fast food (mie instan, Oktober – 8 November 2021.
gorengan, dan fried chikcen), dari 2.2 Desain Penelitian
proses identifikasi tersebut juga
didapati beberapa mahasiswa yang Jenis penelitian yang di gunakan
memiliki berat badan tidak ideal adalah penelitian Deskriptif, dimana
berdasarkan indikator Indeks Massa penelitian deskriptif merupakan
Tubuh (IMT), serta keterangan metode penelitian yang berusaha
mayoritas mahasiswa/i mengaku menggabarkan objek atau subjek
dan memahami bahwa jenis yang di teliti sesuai dengan
makanan fast food tidak baik jika apaadanya dengan tujuan
dikonsumsi secara berlebihan, menggabarkan secara sistematis,
namun fast food itu sendiri seolah fakta dan karakteristik, objek yang
sudah menjadi kebiasaan dan diteliti secara tepat.
menjadi makanan favorit para
2.3 Populasi dan Sampel Penelitian
mahasiswa dikarenakan harganya
Populasi dalam penelitian ini
yang terjangkau serta mudah dan
adalah Mahasiswa yang berjumlah
praktis dalam mengolahnya. Dalam
2843 mahasiswa.
hal ini mahasiswa juga dipengaruhi
Sampel dalam penelitian ini
oleh gaya hidup (life style) yang
berjumlah 97 responden dalam hal
sangat mendukung dan dukungan
ini merupakan mahasiswa Fakultas
ekonomi dalam hal uang saku yang
Matematika dan Ilmu pengetahuan
cukup untuk membeli makanan fast
Alam Universitas negeri Gorontalo
food serta lingkungan (teman) serta
yang jumlahnya di hitung mengguna
sangat padatnya aktivitas
kan rumus Slovin.
perkuliahan dikampus. Alasan

97
2.4 Teknik sampling berada pada umur 20 tahun yaitu
Teknik pengambilan sampel sebanyak 41 responden (42,7%),
dalam penelitian ini adalah dengan sedangkan responden yang paling
menggunakan teknik Simple sedikit berada pada umur 17 tahun
Random Sampling. yakni sebanyak 1 responden (1,0%).
2.5 Teknik Pengumpulan Data 1. Distribusi responden berdasarkan
Pengumpulan data jenis kelamin
menggunakan data primer dan Berdasarkan hasil penelitian
sekunder. Instrumen yang digunakan yang telah dilakukan, diperoleh
pada penelitian ini adalah distribusi responden berdasarkan
wawancara, kuisioner dan food jenis kelamin sebagai berikut.
recall 24 jam. Dimana kuisioner dan Tabel 4.2 Distribusi Responden
food recall 24 jam digunakan Berdasarkan Jenis Kelamin
sebagai pedoman wawancara untuk Frekuensi
memperoleh data variabel yang Jenis
diteliti. Kuisioner dan food recall 24 Kelamin n %
jam berisikan beberapa pertanyaan
tentang variabel independen yang Laki-Laki 21 21.6
menjadi tujuan khusus dalam Perempuan 76 78.4
penelitian ini.
Jumlah 97 100.0
2.6 Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan Sumber: Data primer, 2021.
adalah analisis univariat. Berdasarkan tabel 4.2 distribusi
3. HASIL PENELITIAN DAN responden berdasarkan jenis kelamin
PEMBAHASAN dari 97 responden jenis kelamin
3.1 Hasil paling banyak adalah perempuan
3.1.1 Karakteristik Responden yakni 76 responden (78,4%) dan
laki-laki 21 responden (21,6%).
Tabel 4.1 Distribusi Responden 2. Distribusi responden berdasarkan
Berdasarkan Umur Semster
Umur Frekuensi Berdasarkan hasil penelitian
(Tahun) n % yang telah dilakukan, diperoleh
17 1 1.0 distribusi responden berdasarkan
jenis semester sebagai berikut.
18 6 6.2
Tabel 4.3 Distribusi Responden
19 23 23.7 Berdasarkan semester
20 41 42.3 Frekuensi
21 16 16.5 semester
n %
22 8 8.2
23 2 2.1 Semester 1 8 8.2
Total 97 100.0 Semester 3 18 18.6
Sumber : Data Primer, 2021. Semester 5 54 55.7
Semester 7 17 17.5
Berdasarkan tabel 4.1 Total 97 100.0
distribusi responden berdasarkan Sumber: Data primer, 2021.
umur responden yang mendominasi

98
Berdasarkan tabel 4.3 distribusi Frekuensi
responden berdasarkan jenis semster Status Gizi
dari 97 responden jenis semster n %
paling banyak adalah semester 5 Kurus 19 19.6
yakni 54 responden (55,7%) dan
yang semster paling sedikit adalah Normal 68 70.1
semester 1 yakni 8 responden Gemuk 10 10.3
(8,2%).
3.1.2 Analisis Univariat Total 97 100.0
Sumber: Data primer, 2021
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi kons
umsi fast food Mahasiswa Fakultas Berdasarkan tabel 4.5
MIPA
distribusi responden berdasarkan
Frekuensi
status gizi menunjukan bahwa dari
Konsumsi n % 97 responden, status gizi dengan
Fast food kategori normal yang paling
mendominasi yaitu 68 responden
Tidak pernah 26 26.8 (70,1%), sedangkan status gizi
kategori Gemuk paling sedikit yaitu
Jarang 23 23.7 sebanyak 10 responden (10.3%).
Sering 47 48.5 Tabel 4.6 Distribusi responden
berdasarkan jenis Konsumsi
Jumlah 97 100.0 makanan fast Food
Sumber: Data Primer, 2021 Frekuensi
Makanan fast n %
Berdasarkan tabel 4.3 distribusi food
Konsumsi fast food menujukan Ayam goreng 18 18.6
bahwa dari 97 responden, frekuensi Pizza 5 5.2
konsumsi fast food sering yang Kentang 8 8.2
paling mendominasi yaitu sebanyak goreng
47 responden (48.5%), sedangkan Mie instan 18 18.6
konsumsi fast food tidak pernah Bakso 10 10.3
yaitu sebanyak 26 responden Gorengan 22 22.7
(26.8%), sedangkan konsumsi fast Sosis 8 8.2
food jarang paling sedikit yaitu Burger 8 8.2
sebanyak 23 responden (23.7%). Total 97 100.0
Distribusi responden berdasarkan Sumber: Data primer, 2021
status gizi Mahasiswa Fakultas Berdasarkan tabel 4.6
Matematika dan Ilmu Pengetahuan distribusi responden berdasarkan
Alam Univeritas Negeri Gorontalo. makanan fast food menunjukan
Berdasarkan hasil penelitian bahwa dari 97 responden, konsumsi
yang telah di lakukan diperoleh fast food dengan kategori yang
analisis univariat status gizi sebagai paling mendominasi yaitu gorengan
berikut: 22 (22.7%), sedangkan konsumsi
Tabel 4.5 Distribusi Responden fast food kategori paling sedikit
Berdasarkan Status Gizi

99
yaitu pizza sebanyak 5 responden kategori normal sebanyak 55
(5.2%). responden 72.4%), 15 responden
Tabel 4.7 Distribusi berdasarkan (19.7%) kategori kurus dan gemuk 6
Jenis kelamin dengan Konsumsi responden (7.9%). Sedangkan
fast Food responden laki-laki berjumlah 21
Jenis Konsumsi Fast Food Total responden dimana yang memiliki
kelamin status gizi kategori normal sebanyak
Tidak Jarang Sering
13 responden (61.1%), 4 responden
pernah
n % n % n % N % (19.0%) yang kategori kurus dan 4
Laki-laki 6 28.6 6 28.6 9 42.9 21 100.0 responden (19.0%) kategori gemuk.
Perempuan 20 26.3 17 22.4 38 50.0 76 100.0 Table 4.9 Gambaran Konsumsi
fast food terhadap Status Gizi
Total 26 26.8 23 23.7 47 48.5 97 100.0
Mahasiswa Fakultas Matematika
Sumber: Data primer, 2021 dan Ilmu Pengetahuan Alam
Berdasarkan tabel 4.7 dapat Universitas Negeri Gorontalo
dilihat bahwa responden laki-laki Konsumsi Status gizi Jumlah
paling tinggi mengonsumsi fast food fast food Kurus Normal Gemuk
kategori sering berjumlah 9
responden (42.9%), kategori jarang n % n % n % N %
berjumlah 6 responden (28.6%), dan Tidak pernah 5 19.2 19 73.1 2 7.7 26 100.0
tidak pernah 6 responden (28.6%) Jarang 4 17.4 18 78.3 1 4.3 23 100.0
sedangkan responden perempuan
paling sedikit mengonsumsi fast Sering 10 20.8 31 66.0 7 14.9 47 100.0
food kategori jarang berjumlah 17 Jumlah 19 19.6 68 70.1 10 10.3 97 100.0
responden (22.4%), kategrori sering
berjumlah 38 responden (50.0%)
dan tidak pernah 21 responden
(27.6%). Sumber: Data Primer, 2021
Tabel 4.8 Gambaran responden
berdasarkan jenis kelamin Berdasarkan tabel 4.9 dapat
dengan status gizi dilihat bahwa responden paling
Jenis Status gizi Jumlah banyak dengan konsumsi Fast food
kelamin Kurus Normal Gemuk kategori sering berjumlah 47
responden dimana yang memiliki
status gizi kategori normal sebanyak
n % n % n % N % 31 responden (66.6%), 10
Laki-laki 4 19.0 13 61.9 4 19.0 21 100.0 responden (20.8%) kategori kurus
Perempuan 15 19.7 55 72.4 6 7.9 76 100.0 dan gemuk 7 responden (14.9%).
Sedangkan untuk konsumsi fast food
Total 19 19.6 68 70.1 10 10.3 97 100.0 kategori jarang berjumlah 23
Sumber: Data primer, 2021 responden dimana yang memiliki
Berdasarkan tabel 4.8 dapat status gizi kategori normal sebanyak
dilihat bahwa jenis kelamin 18 responden (78.3%), 4 responden
perempuan paling banyak dengan (17.4%) yang kategori kurus dan 1
status giz berjumlah 76 responden responden (4.3%) kategori gemuk.
dimana yang memiliki status gizi Sedangkan untuk konsumsi fast food

100
kategori tidak pernah berjumlah 27 makanan kentang goreng yang
di mana memiliki status gizi paling sering berjumlah 8 responden
kategori normal sebanyak 19 (100.0%) dan tidak pernah makan
responden (70.4%), 5 responden kentang goreng berjumlah 0
(19.2%), yang memiliki kategori responden (0.0%) sedangkan yang
kurus, 2 responden (7.4%) kategori paling jarang konsumsi kentang
gemuk. goreng berjumlah 0 responden
Tabel 4.10 Distribusi responden (00.0%), sedangkan sedangkan yang
berdasarkan jenis Konsumsi mengonsumsi makanan mie instan
makanan fast Food yang paling sering berjumlah 8
Nama Konsumsi Fast Food Total responden (44.4%) dan tidak pernah
makan mie instan berjumlah 2
makanan Tidak pernah Jarang(1-2) Sering(3-5) responden (11.1%) sedangkan yang
n % n % n % N % paling jarang konsumsi mie instan
berjumlah 8 responden (44.4%),
Ayam 2 11.1 7 38.9 9 50.0 18 100.0 sedangkan sedangkan yang
goreng
Pizza 1 20.0 2 40.0 2 40.0 5 100.0
mengonsumsi makanan bakso yang
paling sering berjumlah 7 responden
Kentang 0 0.0 0 0.0 8 100.0 8 100.0
goreng (70.0%) dan tidak pernah makan
Mie instan 2 11.1 8 44.4 8 44.4 18 100.0 bakso berjumlah 1 responden
Bakso 1 10.0 2 20.0 7 70.0 10 100.0 (10.0%) sedangkan yang paling
Gorengan 3 13.6 9 40.9 10 45.5 22 100.0 jarang konsumsi bakso berjumlah 2
Sosis 1 12.5 1 12.5 6 75.0 8 100.0
responden (20.0%), sedangkan
sedangkan yang mengonsumsi
Burger 1 12.5 5 62.5 2 25.0 8 100.0
makanan gorengan yang paling
Total 11 11.3 34 35.1 52 53.6 97 100.0 sering berjumlah 10 responden
Sumber: Data primer, 2021 (45.5%) dan tidak pernah makan
gorengan berjumlah 3 responden
Berdasarkan tabel 4.10 dapat (13.6%) sedangkan yang paling
dilihat bahwa responden yang jarang konsumsi gorengan
mengonsumsi makanan fast food berjumlah 9 responden (40.9%),
paling sering makanan ayam goreng sedangkan sedangkan yang
berjumlah 9 responden (50.0%), dan mengonsumsi makanan sosis yang
tidak pernah makanan ayam goring paling sering berjumlah 6 responden
berjumlah 2 responden (11.1%) (75.0%) dan tidak pernah makan
sedangkan responden paling jarang sosis berjumlah 1 responden
makan ayam goreng 7 responden (12.5%) sedangkan yang paling
(38.9%), sedangkan yang jarang konsumsi sosis berjumlah 1
mengonsumsi makanan pizza yang responden (12.5%), sedangkan
paling sering berjumlah 2 responden sedangkan yang mengonsumsi
(40.0%) dan tidak pernah makan makanan burger yang paling sering
pizza berjumlah 1 responden berjumlah 2 responden (25.0%) dan
(20.0%) sedangkan yang paling tidak pernah makan burger
jarang konsumsi pizza berjumlah 2 berjumlah 1 responden (12.5%)
responden (40.0%), sedangkan sedangkan yang paling jarang
sedangkan yang mengonsumsi

101
konsumsi burger berjumlah 5 gemuk, kategori makanan mie instan
responden (62.5%). berjumlah 18 responden di mana
Tabel 4.11 Distribusi responden yang memiliki ststus gizi kategori
berdasarkan jenis makanan normal sebanyak 13 responden
fast food dan status gizi (72.2%) 3 responden (16.7%)
kategori kurus dan 2 responden
Nama Status gizi Total (11.1%) kategori gemuk, kategori
makanan kurus Normal Gemuk makanan bakso berjumlah 10
responden di mana yang memiliki
n % n % n % N % ststus gizi kategori normal sebanyak
Ayam 6 33.3 10 55.6 2 11.1 18 100.0 8 responden (80.0%) 1 responden
goreng (10.0%) kategori kurus dan 1
Pizza 1 20.0 4 80.0 0 0.0 5 100.0 responden (10.0%) kategori gemuk,
Kentang 3 37.5 4 50.0 1 12.5 8 100.0 kategori makanan gorengan
goreng
Mie 3 16.7 13 72.2 2 11.1 18 100.0
berjumlah 22 responden di mana
instan yang memiliki ststus gizi kategori
Bakso 1 10.0 8 80.0 1 10.0 10 100.0 normal sebanyak 17 responden
Gorengan 2 9.1 17 77.3 3 13.6 22 100.0
(77.3%) 2 responden (9.1%)
Sosis 2 25.0 6 75.0 0 0.0 8 100.0
kategori kurus dan 3 responden
Burger 1 12.5 6 75.0 1 12.5 8 100.0
(13.6%) kategori gemuk, kategori
Total 19 19.6 68 70.1 10 10.3 97 100.0
makanan sosis berjumlah 8
responden di mana yang memiliki
Sumber: Data primer, 2021 ststus gizi kategori normal sebanyak
6 responden (75.0%) 2 responden
Berdasarkan tabel 4.11 dapat (25.0%) kategori kurus dan 0
dilihat bahwa responden yang responden (0.0%) kategori gemuk,
mengonsumsi makanan fast food kategori makanan burger berjumlah
kategori makanan ayam goreng 8 responden di mana yang memiliki
berjumlah 18 responden di mana ststus gizi kategori normal sebanyak
yang memiliki ststus gizi kategori 6 responden (75.0%) 1 responden
normal sebanyak 10 responden (12.5%) kategori kurus dan 1
(55.6%) 6 responden (33.3%) responden (12.5%) kategori gemuk,
kategori kurus dan 2 responden Tabel 4.12 Distribusi responden
(11.1%) kategori gemuk, kategori berdasarkan semester dan
makanan pizza berjumlah 5 Konsumsi makanan fast Food
responden di mana yang memiliki Konsumsi Fast Food Total
ststus gizi kategori normal sebanyak Semester Tidak Jarang(1-2) Sering(3-5)
4 responden (80.0%) 1 responden
pernah
(20.0%) kategori kurus dan 0
responden (0.0%) kategori gemuk, n % n % n % N %

kategori makanan kentang goreng Semester 1 1 12.5 1 12.5 6 75.0 8 100.


0
berjumlah 8 responden di mana yang Semester 3 5 27.8 7 38.9 6 33.3 18 100.0
memiliki ststus gizi kategori normal Semester 5 3 5.6 20 37.0 31 57.4 54 100.0

sebanyak 4 responden (50.0%) 3 Semester 7 2 11.8 6 35.3 9 52.9 17 100.0

responden (37.5%) kategori kurus Total 11 11.3 34 35.1 52 53.6 97 100.0

dan 1 responden (12.5%) kategori Sumber: Data primer, 2021

102
berjumlah 54 di mana memiliki
Berdasarkan tabel 4.12 dapat status gizi kategori normal sebanyak
dilihat bahwa responden 36 responden (66.7%), 12 responden
berdasarkan semester yang paling (22.2%), yang memiliki kategori
tinggi mengonsumsi fast food kurus, 6 responden (11.1%) kategori
kategori paling sering konsumsi fast gemuk. Sedangkan untuk semester
food semester 5 sebanyak 31 kategori semester 7 berjumlah 17 di
responden (57.4%) dan yang tidak mana memiliki status gizi kategori
pernah konsumsi fast food semester normal sebanyak 14 responden
1 sebanyak 1 responen (12.5%) dan (82.4%), 1 responden (5.9%), yang
yang paling jarang mengonsumsi memiliki kategori kurus, 2
fast food semester 3 sebanyak 6 responden (11.8%) kategori gemuk.
responsen (35.3%). Table 4.14 Gambaran Konsumsi
Table 4.13 Gambaran Semester fast food terhadap Status Gizi
dan Status Gizi Mahasiswa Mahasiswa Fakultas Matematika
Fakultas Matematika dan Ilmu dan Ilmu Pengetahuan Alam
Pengetahuan Alam Universitas Universitas Negeri Gorontalo
Negeri Gorontalo
Semester Status gizi Jumlah
Konsumsi Status gizi Jumlah
Kurus Normal Gemuk fast food Kurus Normal Gemuk

n % n % n % N %
Semester 1 1 25.5 7 87.5 0 0.0 8 100.0 n % n % n % N %
Semester 3 5 27.5 11 61.1 2 11.1 18 100.0 Tidak pernah 5 19.2 19 73.1 2 7.7 26 100.0
Semester 5 12 22.2 36 66.7 6 11.1 54 100.0 Jarang 4 17.4 18 78.3 1 4.3 23 100.0
Semester 7 1 5.9 14 82.4 2 11.8 17 100.0
Total 19 19.6 68 70.1 10 10.3 97 100.0
Sering 10 20.8 31 66.0 7 14.9 47 100.0
Jumlah 19 19.6 68 70.1 10 10.3 97 100.0
Sumber: Data Primer, 2021
Berdasarkan tabel 4.13 dapat Sumber: Data Primer, 2021
dilihat bahwa responden dengan Berdasarkan tabel 4.14 dapat
semester dengan ststus gizi kategori dilihat bahwa responden paling
normal berjumlah 8 responden banyak dengan konsumsi Fast food
dimana yang memiliki status gizi kategori sering berjumlah 47
kategori normal sebanyak 7 responden dimana yang memiliki
responden (87.5%), 1 responden status gizi kategori normal sebanyak
(25.5%) kategori kurus dan gemuk 0 31 responden (66.6%), 10
responden (0.0%). Sedangkan untuk responden (20.8%) kategori kurus
semester 3 kategori semester dan gemuk 7 responden (14.9%).
berjumlah 18 responden dimana Sedangkan untuk konsumsi fast food
yang memiliki status gizi kategori kategori jarang berjumlah 23
normal sebanyak 11 responden responden dimana yang memiliki
(61.1%), 5 responden (27.5%) yang status gizi kategori normal sebanyak
kategori kurus dan 2 responden 18 responden (78.3%), 4 responden
(11.1%) kategori gemuk. Sedangkan (17.4%) yang kategori kurus dan 1
untuk semester kategori semester 5 responden (4.3%) kategori gemuk.

103
Sedangkan untuk konsumsi fast food Gaya hidup merupakan hasil
kategori tidak pernah berjumlah 27 pengaruh beragam budaya yang
di mana memiliki status gizi dapat terjadi dalam suatu keluarga
kategori normal sebanyak 19 atau rumah tangga dalam perilaku
responden (70.4%), 5 responden konsumsi pangan.
(19.2%), yang memiliki kategori Penelitian yang dilakukan
kurus, 2 responden (7.4%) kategori menunjukkan bahwa responden
gemuk. berdasarkan makanan yang sering di
3.2 Pembahasan konsumsi ( fast food) menunjukan
3.2.1  Berdasarkan Konsumsi Fast bahwa dari 97 responden, konsumsi
food Mahasiswa Fakultas fast food dengan kategori yang
Matematika dan Ilmu paling mendominasi yaitu gorengan
Pengetahuan Alam Universitas 22 (22.7%), sedangkan konsumsi
Negeri Gorontalo. fast food kategori paling sedikit
yaitu pizza sebanyak 5 responden
Konsumsi fast food menujukan (5.2%).
bahwa dari 97 responden, frekuensi Hasil penelitian ini didukung
konsumsi fast food sering yang dengan teori yang dikemukakan oleh
paling mendominasi yaitu sebanyak Hemningsson (2018) dikatakan
47 responden (48.5%), sedangkan bahwa makanan fast food sudah
konsumsi fast food tidak pernah menjadi bagian dari gaya hidup
yaitu sebanyak 26 responden pada masa kini. Makanan fast food
(26.8%), sedangkan konsumsi fast sangat digemari karena mudah
food jarang paling sedikit yaitu didapat, praktis dan rasanya enak.
sebanyak 23 responden (23.7%). Fast food tersedia dalam berbagai
Menunjukkan bahwa sebagian jenis produk makanan dan minuman,
besar alasan yang menarik dari jenis seperti makanan ringan, minuman
makanan fast food karenan bersoda, gorengan, makanan instan.
penyajinnya cepat. Di zaman yang Hal ini juga didukung dengan teori
serba canggih ini mendorong untuk Azemati (2018) dikatakan bahwa
berfikir atau bergerak serba cepat. banyak penelitian yang telah
Oleh karena itu sebagian masyarakat membuktikan bahwa makanan ini
khusunya mahasiswa memilih memiliki dampak negatif bagi
sesuatu yang serba cepat seperti kesehatan dalam jangka waktu yang
memilih makan instan, baik dalam lama. Fast food banyak
penyajian, ataupun saat dimakan. mengandung gula, garam, lemak
Hanya dalam hitungan menit jenuh, dan asam lemak trans
makanan fast food yang dipesan siap sehingga kalorinya berlebihi tetapi
disantap. Pada umumnya bahwa nutrisi dan serat makanannya
suatu pola konsumsi dan kebiasaan sedikit. Hal ini juga diperkuat
makan fast food sangat di pengaruhi dengan hasil penelitian Damiana
oleh berbagai sebab dan faktor yang (2020) diketahui berbagai alasan
antara lain, sosial ekonomi dalam hal yang menyebabkan seseorang
ini perihal uang jajan yang diterima mengonsumsi fast food. Alasan-
oleh karna itu cenderung membeli alasan tersebut terbagi atas dua
makanan yang murah dan praktis. faktor, faktor internal dan eksternal.

104
Faktor internal berasal dari berjumlah 8 responden (44.4%),
keinginan dan tindakan responden sedangkan sedangkan yang
sendiri, sedangkan faktor eksternal mengonsumsi makanan bakso yang
disebabkan oleh kemudahan yang paling sering berjumlah 7 responden
ditawarkan oleh makanan fast food. (70.0%) dan tidak pernah makan
Kemudahan dan kecepatan yang bakso berjumlah 1 responden
ditawarkan oleh fast food sangat (10.0%) sedangkan yang paling
dibutuhkan terutama oleh orang- jarang konsumsi bakso berjumlah 2
orang yang aktivitasnya sangat padat responden (20.0%), sedangkan
terlebih sebagai mahasiswa. Dari sedangkan yang mengonsumsi
cara penyajiannya mahasiswa makanan gorengan yang paling
cenderung lebih menyukai makanan sering berjumlah 10 responden
yang penyajiannya instan, praktis (45.5%) dan tidak pernah makan
cepat dan murah. gorengan berjumlah 3 responden
Berdasarkan tabel 4.6 dapat (13.6%) sedangkan yang paling
dilihat bahwa responden yang jarang konsumsi gorengan
mengonsumsi makanan fast food berjumlah 9 responden (40.9%),
paling sering makanan ayam goreng sedangkan sedangkan yang
berjumlah 9 responden (50.0%), dan mengonsumsi makanan sosis yang
tidak pernah makanan ayam goring paling sering berjumlah 6 responden
berjumlah 2 responden (11.1%) (75.0%) dan tidak pernah makan
sedangkan responden paling jarang sosis berjumlah 1 responden
makan ayam goreng 7 responden (12.5%) sedangkan yang paling
(38.9%), sedangkan yang jarang konsumsi sosis berjumlah 1
mengonsumsi makanan pizza yang responden (12.5%), sedangkan
paling sering berjumlah 2 responden sedangkan yang mengonsumsi
(40.0%) dan tidak pernah makan makanan burger yang paling sering
pizza berjumlah 1 responden berjumlah 2 responden (25.0%) dan
(20.0%) sedangkan yang paling tidak pernah makan burger
jarang konsumsi pizza berjumlah 2 berjumlah 1 responden (12.5%)
responden (40.0%), sedangkan sedangkan yang paling jarang
sedangkan yang mengonsumsi konsumsi burger berjumlah 5
makanan kentang goreng yang responden (62.5%),
paling sering berjumlah 8 responden Menurut Ezelle et all
(100.0%) dan tidak pernah makan (Suswanti, 2013) yang menyatakan
kentang goreng berjumlah 0 bahwa pola mengkonsumsi
responden (0.0%) sedangkan yang makanan ringan pada laki-laki dan
paling jarang konsumsi kentang perempuan sama meskipun asupan
goreng berjumlah 0 responden kalori dan kalsium pada laki-laki
(00.0%), sedangkan sedangkan yang lebih tinggi dari pada perempuan.
mengonsumsi makanan mie instan Akan tetapi, konsumsi makanan
yang paling sering berjumlah 8 pada perempuan berkontribusi 21%
responden (44.4%) dan tidak pernah pada total asupan energinya,
makan mie instan berjumlah 2 sedangkan pada laki-laki hanya
responden (11.1%) sedangkan yang 14%. Gaya hidup perempuan
paling jarang konsumsi mie instan memiliki pengaruh terhadap

105
kebiasaan makan tersebut. mana memiliki status gizi kategori
Perempuan menjadi lebih aktif, normal sebanyak 14 responden
lebih banyak makan di luar (82.4%), 1 responden (5.9%), yang
rumah, dan mendapat banyak memiliki kategori kurus, 2
pengaruh dalam pemilihan responden (11.8%) kategori gemuk.
makanan yang akan dimakannya, Gorengan merupakan
perempuan juga lebih sering makanan yang sering dijual di
mencoba-coba makanan baru pedagang kaki lima. Gorengan
(Wirjatmadi, 2018). merupakan makanan yang diolah
3.2.2 Status Gizi Mahasiswa menggunakan minyak yang
Fakultas Matematika dan Ilmu memiliki rasa renyah, gurih,enak
Pengetahuan Alam Universitas dengan harga terjangkau. Minyak
Negeri Gorontalo untuk menggoreng dapat
Hasil analisis univariat status menyebabkan masalah kesehatan
gizi menunjukan bahwa dari 97 seperti kegemukan, penyumbatan
responden, status gizi dengan pembuluh darah, stroke dan kanker
kategori normal yang paling (Fauziah, 2013). Bakso juga
mendominasi yaitu 68 responden termasuk makanan yang digemari
(70.1%), kategori kurus 19 oleh masyarakat terutama
responden (19.6%), status gizi mahasiswa yang tinggal di area
kategori gemuk paling sedikit yaitu sekitar kampus. Berdasarkan
sebanyak 10 responden (10.3%). informasi nilai gizi di atas dapat
Berdasarkan tabel 4.13 dapat diketahui bahwa mengkonsumsi 75
dilihat bahwa responden dengan gram bakso dapat memenuhi
semester dengan ststus gizi kategori kebutuhan harian protein 7.53%,
normal berjumlah 8 responden lemak 13.20% dan karbohidrat
dimana yang memiliki status gizi 2.49%. 1 kemasan bakso berisi 5
kategori normal sebanyak 7 buah bakso yang rata-rata
responden (87.5%), 1 responden mempunyai berat ±15 gram.
(25.5%) kategori kurus dan gemuk 0 Kalsium oksalat yang terkandung
responden (0.0%). Sedangkan untuk dalam 75 gram bakso sapi adalah
semester 3 kategori semester 0.74 gram atau setara dengan 740
berjumlah 18 responden dimana mg ( Widjanarko, 2015).
yang memiliki status gizi kategori Berdasarkan tabel 4.6 dapat
normal sebanyak 11 responden dilihat bahwa responden yang
(61.1%), 5 responden (27.5%) yang mengonsumsi makanan fast food
kategori kurus dan 2 responden kategori makanan ayam goreng
(11.1%) kategori gemuk. Sedangkan berjumlah 18 responden di mana
untuk semester kategori semester 5 yang memiliki ststus gizi kategori
berjumlah 54 di mana memiliki normal sebanyak 10 responden
status gizi kategori normal sebanyak (55.6%) 6 responden (33.3%)
36 responden (66.7%), 12 responden kategori kurus dan 2 responden
(22.2%), yang memiliki kategori (11.1%) kategori gemuk, kategori
kurus, 6 responden (11.1%) kategori makanan pizza berjumlah 5
gemuk. Sedangkan untuk semester responden di mana yang memiliki
kategori semester 7 berjumlah 17 di ststus gizi kategori normal sebanyak

106
4 responden (80.0%) 1 responden bahwa jika 18,5 – 25.0 kg/m2
(20.0%) kategori kurus dan 0 tergolong sebagai status gizi normal
responden (0.0%) kategori gemuk, dan kebutuhan gizi yang masuk
kategori makanan kentang goreng kedalam tubuh mahasiswa tersebut
berjumlah 8 responden di mana yang masih tergolong cukup. Sedangkan
memiliki ststus gizi kategori normal untuk mahasiswa yang status gizinya
sebanyak 4 responden (50.0%) 3 kategori kurus ini dikarenakan tidak
responden (37.5%) kategori kurus memenuhi Standar Indeks Massa
dan 1 responden (12.5%) kategori Tubuh (IMT) berdasarkan rujukan
gemuk, kategori makanan mie instan Kemenkes bahwa jika < 18,5 itu
berjumlah 18 responden di mana tergolong kategori kurus dan
yang memiliki ststus gizi kategori kebutuhan gizi yang masuk kedalam
normal sebanyak 13 responden tubuh mahasiswa tersebut masih
(72.2%) 3 responden (16.7%) kurang atau belum memadai. Tabel
kategori kurus dan 2 responden tabulasi silang di bawah ini
(11.1%) kategori gemuk, kategori menunjukkan bahwa tidak terdapat
makanan bakso berjumlah 10 hubungan signifikan antara
responden di mana yang memiliki kebiasaan frekuensi konsumsi
ststus gizi kategori normal sebanyak makanan cepat saji (fast food)
8 responden (80.0%) 1 responden dengan status gizi (Putra, 2016).
(10.0%) kategori kurus dan 1 Indeks Massa Tubuh (IMT) dapat
responden (10.0%) kategori gemuk, digunakan untuk penilaian status
kategori makanan gorengan gizi atau menentukan standar
berjumlah 22 responden di mana proporsi komposisi tubuh pada
yang memiliki ststus gizi kategori orang dewasa, remaja hingga anak-
normal sebanyak 17 responden anak. Indeks Massa Tubuh (IMT)
(77.3%) 2 responden (9.1%) merupakan alat yang sederhana
kategori kurus dan 3 responden untuk memantau status gizi,
(13.6%) kategori gemuk, kategori khususnya yang berkaitan dengan
makanan sosis berjumlah 8 kelebihan dan kekurangan berat
responden di mana yang memiliki badan (Supariasa dalam Robiah
ststus gizi kategori normal sebanyak 2017). Indeks massa tubuh adalah
6 responden (75.0%) 2 responden pengukuran berat yang disesuaikan
(25.0%) kategori kurus dan 0 dengan tinggi, yang dihitung dengan
responden (0.0%) kategori gemuk, menggunakan rumus berat badan
kategori makanan burger berjumlah dalam kilogram dibagi dengan tinggi
8 responden di mana yang memiliki badan kuadrat dalam meter (kg/m2).
ststus gizi kategori normal sebanyak IMT digunakan karena tidak bersifat
6 responden (75.0%) 1 responden invasif, sederhana, dan murah.
(12.5%) kategori kurus dan 1 Untuk menilai IMT, dibutuhkan
responden (12.5%) kategori gemuk. peralatan yang sesuai untuk
Hal ini dikarenakan menghitung tinggi badan dan berat
mahasiswa yang status gizinya badan sehingga hasil yang diperoleh
kategori normal memenuhi standar tepat dan akurat sesuai dengan tinggi
Indeks Massa Tubuh (IMT) badan dan berat badan masing-
berdasarkan rujukan Kemenkes masing individu. Pengukuran IMT

107
dapat dihitung pada anak-anak, perantauan adalah mereka harus
remaja, maupun dewasa. membeli, memasak makanan sendiri
Mahasiswa sering kali serta berhemat berbeda dengan
mengalami masalah terhadap status mahasiswa yang tinggal bersama
gizinya karena dipengaruhi oleh orang tua.Hal ini didukung dengan
beberapa faktor, antara lain: teori Baliwati (2010) dikatakan
penerapan mengenai kebiasaan bahwa pola makan yang baik dan
makan yang buruk tanpa mengetahui jenis hidangan yang beraneka ragam
zat gizi yang terkandung dalam dapat menjamin terpenuhinya
makanan yang kecukupan sumber tenaga, zat
dikonsumsinya,pemahaman gizi pembangun dan zat pengatur bagi
yang salah dipicu oleh keinginan kebutuhan gizi seseorang, guna
untuk memiliki tubuh langsing, meningkatkan status gizi seseorang
kesukaan yang berlebihan terhadap dan meningkatkan daya tahan tubuh
jenis makanan tertentu hingga terhadap penyakit. Pada
kebutuhan tidak dapat terpenuhi pengelompokkan status gizi, gizi
dengan baik, produk makanan yang kurang termasuk kedalam kelompok
dipromosikan melalui media secara status gizi kurus ringan dan kurus
berlebihan, dan pengenalan produk berat. Status gizi lebih (gemuk
makanan baru dari luar negeri. ringan dan genuk berat) merupakan
dengan kandungan gizi yang rendah keadaan tubuh seseorang yang
(Wirjatmadi dan Adriani, 2014). mengalami kelebihan berat badan
Hal ini didukung oleh teori atau obesitas yang terjadi karena
Husna (2012) dikatakan bahwa baik kelebihan jumlah asupan energi ang
buruknya keadaan gizi seseorang disimpan dalam bentuk cadangan
ditentukan antara lain oleh nafsu berupa lemak. Hal ini didukung
makan dan pola makannya. Pola dengan teori Supariasa (2016)
makan yang benar dapat membuat kelompok gizi kurang (kurus) dapat
seseorang mempertahankan status beresiko sangat tinggi terserang
gizi yang sehat dengan meyediakan penyakit infeksi, depresi, anemia
zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. dan diare, sedangkan kelompok gizi
Pola makan dari seseorang lebih (gemuk) mempunyai resiko
dipengaruhi oleh beberapa unsur, penyakit antara lain: jantung dan
salah satunya adalah faktor pembuluh darah, kencing manis
lingkungan yaitu daerah asal. (diabetes melitus), tekanan darah
Kebanyakan mahasiswa merupakan tinggi, gangguan snedi dan tulang,
mahasiswa perantauan yang berasal gangguan ginjal, gangguan
dari berbagai daerah di Indonesia. kandungan empedu dan kanker.
Mahasiswa perantauan memiliki 3.2.3 Gambaran Konsumsi fast
pola makan yang berbeda dengan food dan Status gizi Mahasiswa
mahasiwa non-perantauan karena Fakultas Matematika dan Ilmu
mahasiswa memerlukan penyesuaian Pengetahuan Alam Universitas
diri dengan lingkungan tempat Negeri Gorontalo berdasarkan status
tinggal baru sehingga terjadi gizi.
perubahan pola makan. Perubahan Hasil univariat gambaran status gizi
pola makan bagi mahasiswa dapat dilihat bahwa responden paling

108
banyak dengan konsumsi Fast food penelitian yang dilakukan oleh
kategori sering berjumlah 47 Maya Karunawati (2019) pola
responden dimana yang memiliki konsumsi pangan mahasiswa tidak
status gizi kategori normal sebanyak berpengaruh nyata terhadap status
31 responden (66.6%), 10 responden gizi hal ini terjadi karena ketika
(20.2%) kategori kurus dan gemuk 7 frekuensi makan yang tinggi namum
responden (14.9%). Sedangkan untuk diimbangi dengan aktivitas aktivitas
konsumsi fast food kategori jarang fisik yang cukup untuk menjaga
berjumlah 23 responden dimana yang keseimbangan antara asupan dan
memiliki status gizi kategori normal pengeluaran energi tubuh Sehingga
sebanyak 18 responden (78.3%), 4 walaupun banyak makan namun
responden (17.4%) yang kategori diimbangi dengan aktivitas fisik
kurus dan 1 responden (4.3%) status gizi tidak akan berpengaruh.
kategori gemuk, Sedangkan untuk Menurut Mujur (2011) aktivitas fisik
konsumsi fast food kategori tidak adalah faktor resiko dari kejadian
pernah berjumlah 27 di mana kelebihan berat badan, yaitu
memiliki status gizi kategori normal mahasiswa yang beraktivitas fisik
sebanyak 19 responden (70.4%), 6 ringan cenderung mengalami berat
responden (22.2%), yang memiliki badan lebih. Oleh karena itu, untuk
kategori kurus, 2 responden (7.4%) mencegah kelebihan berat badan dan
kategori gemuk. obesitas pda mahasiwa sangat
Berdasarkan tabel 4.9 dapat penting untuk melakukan aktivitas
dilihat bahwa responden paling fisik yang memadai, aman, dan
banyak dengan konsumsi Fast food efektif dalam upaya menurunkan
kategori sering berjumlah 47 berat badan. Seperti dengan
responden dimana yang memiliki berolahraga teratur dan terkontrol
status gizi kategori normal sebanyak sehingga membantu memelihara
31 responden (66.6%), 10 berat badan yang optimal.
responden (20.8%) kategori kurus Hal ini didukung oleh
dan gemuk 7 responden (14.9%). penelitian Kushardianti (2014) yang
Sedangkan untuk konsumsi fast food menyimpulkan bahwa tidak ada
kategori jarang berjumlah 23 hubungan yang signifikan antara
responden dimana yang memiliki frekuensi makan fast food dengan
status gizi kategori normal sebanyak status gizi. Nusa dan Anis (2011)
18 responden (78.3%), 4 responden dalam penelitiannya juga
(17.4%) yang kategori kurus dan 1 menyatakan bahwa tidak ada
responden (4.3%) kategori gemuk. hubungan frekuensi konsumsi fast
Sedangkan untuk konsumsi fast food food dengan tingkat kelebihan berat
kategori tidak pernah berjumlah 27 badan. Tidak ada hubungan antara
di mana memiliki status gizi frekuensi fast food dengan status
kategori normal sebanyak 19 gizi disebabkan karena konsumsi
responden (70.4%), 5 responden fast food bukan merupakan pola
(19.2%), yang memiliki kategori makan utama subjek.
kurus, 2 responden (7.4%) kategori Hal ini diperkuat oleh
gemuk. penelitian yang dilakukan oleh Sri
Karolina Laowo (2018) dikatakan

109
bahwa hal ini disebabkan karena 4.1 Simpulan
adanya faktor meniru orang lain, Berdasarkan hasil dari penelitian
pergaulan, ajakan teman untuk yang sudah dilakukan tentang
mengonsumsi makanan fast food dan Gambaran konsumsi fast food
perilaku memilih jajanan makanan terhadap status gizi Mahasiswa
juga lebih sering termotivasi Fakultas Matematika dan Ilmu
mencoba-coba mkanan baru, salah Pengetahuan Alam Universitas
satunya adalah fast food yang Negeri Gorontalo, maka dapat
menentukan mudah tidaknya disimpulkan bahwa :
seseorang dalam memahami manfaat
kandungan gizi dari makanan yang 1. Konsumsi fast food Mahasiswa
dikonsumsi seperti makanan fast Fakultas Matematika dan Ilmu
food atau siap saji. Menurut Miko Pengetahuan Alam Universitas
(2016) pola makan merupakan Negeri Gorontalo yaitu mahasiswa
faktor yang berpengaruh langsung yang mengonsumsi fast food
terhadap status gizi. Pola makan kategori sering paling
dapat dinilai secara langsung dari mendominasi yaitu sebanyak 47
kualitas dan kuantitas hidangan. Jika responden (48.5%), sedangkan
susunan hidangan memenuhi konsumsi fast food jarang paling
kebutuhan tubuh, maka tubuh akan sedikit yaitu sebanyak 23
mendapat kondisi kesehatan yang responden (23.7%). Jenis fast
sebaik-baiknya dan keadaan gizi food yang di konsumsi yang
yang baik pun dapat tercapai. paling sering dikonsumsi
Dari hasil uraian analisis gorengan sebanyak 10 responden
tersebut menyatakan bahwa (45.5%) jenis makanan yang
mengonsumsi fast food tidak jarang di konsumsi adalah sosis
berpengaruh terhadap status gizi sebanyak 1 responden (12.5%),
mahasiswa fakultas matematika dan dan yang tidak pernah di
ilmu pengetahuan alam universitas konsumsi kentang goreng
negeri gorontalo. Peneliti juga sebanyak 0 responden (0.0%)
melakukan wawancara dengan 2. Konsumsi fast food terhadap
beberapa mahasiswa fakultas MIPA status gizi mahasiswa Fakultas
yang menyatakan sebagian besar matematika dan ilmu pengetahuan
sering melakukan aktivitas fisik Alam (MIPA) berdasarkan hasil
seperti berolahraga, sehingga hal penelitian kategori sering
tersebut membuat status gizi mereka konsumsi fast food berjumlah 47
normal. Dalam hal ini, meskipun responden dengan status gizi
fast food secara teoritis memiliki normal 31 responden (66.0%),
banyak kalori yang dapat Kurus berjumlah 10 responden
mempengeruhi status gizi seseorang. (20.8%) dan gemuk berjumlah 7
Akan tetapi jika mampu (14.9%). Jarang konsumsi fast
diseimbangkan dengan faktor lain food berjumlah 23 responden
seperti berolahraga maka dampak dengan status gizi, Normal
dari konsumsi fast food dapat berjumlah 18 (78.3%), kurus
diseimbangkan. berjumlah 4 responden (17.4%)
4. PENUTUP dan gemuk berjumlah 1 responen

110
(4.3%). Tidak pernah konsumsi sehingga menjadi bahan
fast food berjumlah 26 responden pertimbangan untuk penanganan
dengan status gizi normal status gizi. Disarankan juga agar
berjumlah 19 responden (73.1%), mahasiswa memperhatikan makanan
kurus berjumlah 5 responden yang banyak mengandung gizi yang
(19.2%) dan gemuk berjumlah 2 tercukupi, banyak serat dan vitamin.
responden (7.7%) 2. Bagi peneliti
3. Gambaran konsumsi fast food Diharapkan penelitian ini
terhadap status gizi mahasiswa memberikan acuan bagi penelitian
fakultas matematika dan ilmu selanjutnya. Terutama bagi peneliti
pengetahuan alam universitas selanjutnya diharapkan meneliti
negeri gorontalo. Konsumsi Fast tentang faktor lain yang
food kategori sering berjumlah 47 mempengaruhi status gizi.
responden dimana yang memiliki
status gizi kategori normal DAFTAR PUSTAKA
sebanyak 31 responden (66.6%),
10 responden (20.8%) kategori Amalia, C. 2018. Perilaku remaja
kurus dan gemuk 7 responden
tentang konsumsi makanan
(14.9%). Sedangkan untuk
konsumsi fast food kategori cepat saji (Fast food) di
jarang berjumlah 23 responden
SMK Muhamadiyah medan
dimana yang memiliki status gizi
kategori normal sebanyak 18 Anggraini, D., & Nasution, S. H.
responden (78.3%), 4 responden (2013). Peranan kredit usaha
(17.4%) yang kategori kurus dan rakyat (KUR) bagi
1 responden (4.3%) kategori pengembangan UMKM di
gemuk. Sedangkan untuk Kota Medan (studi kasus
konsumsi fast food kategori tidak Bank BRI). Ekonomi dan
pernah berjumlah 27 di mana Keuangan, 1(3).
memiliki status gizi kategori Aulia, E. V., Poedjiastoeti, S., &
normal sebanyak 19 responden Agustini, R. (2018. The
(70.4%), 5 responden (19.2%), effectiveness of guided
yang memiliki kategori kurus, 2 inquiry-based learning
responden (7.4%) kategori gemuk. material on students’ science
4.2 Saran literacy skills. In Journal of
Berdasarkan simpulan yang telah Physics: Conference Series
diuraikan di atas, maka berikut saran (Vol. 947, No. 1, p. 012049).
atau rekomendasi yang dapat IOP Publishing.
diberikan antara lain: Hatta, H. 2019. Hubungan konsumsi
1. Bagi Mahasiswa Fakultas fast food dengan status gizi
Matematika dan Ilmu siswa SMP Negeri 1 Limboto
Pengetahuan Alam Universitas barat. Afriansi : jurnal
Negeri Gorontalo kesehatan masyarakat, 4(2),
Adanya penelitian ini diharapkan 41-46.
dapat menambah informasi terkait https://doi.org/10.31943/afias
masalah status gizi dan fast food i.v4i2.60

111
Kevin. 2019. Hubungan Konsumsi mengonsumsi makanan fast
Makanan Cepat Saji (Fast food. 1–12.
Food) Dengan Terjadinya Sari, S, Agrina, R. W. 2012.
Depresi Pada Mahasiswa Hubungan tingkat
Fakultas Kedokteran pengetahuan mahasiswa
Universitas Sumatera Utara tentang fast food terhadap
Aangkatan 2018. motivasi mahasiswa dalam
Nuryani. 2019. Original article mengonsumsi makanan fast
gambaran pengetahuan , food. 1–12.
sikap , perilaku dan status Sari, S, Agrina, R. W. 2012.
gizi pada remaja description Hubungan tingkat
knowledge , Attitude , pengetahuan mahasiswa
Practice and Adolescent tentang fast food terhadap
Nutritional Status in motivasi mahasiswa dalam
Gorontalo Regency ISSN : mengonsumsi makanan fast
2614-6479 (Online) Online food. 1–12.
2021
Http://ejournal.helvetia.ac.id/
index.php/jdg, 2(2), 63–70.
Par’i, H, M, dkk. 2017. Penilaian
Status Gizi. Jakarta: EGC
Pratami, T., Widajanti, L., &
Aruben, R. 2016. Hubungan
Penerapan Prinsip Pedoman
Gizi Seimbang Dengan
Status Gizi Mahasiswa S1
Departemen Ilmu Gizi
Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas
Diponegoro Semarang.
Jurnal Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro,
4(4), 561–569.
Rafiony, A. ,Purba, M. B .2015.
konsumsi fast food dan soft
drink sebagai factor resiko
obesitas pada remaja. Jurnal
gizi klinik Indonesia,
http://doi.org/10.22146/ijcn.2
3311 8 Agustus 2021 (11:47)
Sari, S, Agrina, R. W. 2012.
Hubungan tingkat
pengetahuan mahasiswa
tentang fast food terhadap
motivasi mahasiswa dalam

112
113

Anda mungkin juga menyukai