Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada era globalisasi ini, makanan mudah dijumpai di berbagai tempat.
Pola hidupmasyarakat untuk mengonsumsi makanan cepat saji sudah
menjadi kebiasaan. Makanan cepat saji yang biasanya tinggi lemak dan gula,
namun rendah vitamin, serat, mineral serta mikronutrien semakin disukai. Hal
ini menjadi kebiasaan karena tuntutan pekerjaan yang semakin meningkat
seiring perkembangan zaman (Virgianto dan Purwaningsih, 2006). Dapat
dilihat dari persentase perolehan data yang ada dengan tingkat kebiasaan
konsumsi makanan cepat saji sebesar 67,6%, sedangkan persentase
responden yang mempunyai alasan memilih makanan cepat saji lebih praktis
sebesar 73 % dan karena alasan enak sebesar(Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2016) Makanan cepat saji semakin populer dan semakin
diminati oleh masyarakat.Kebutuhan masyarakat dari tahun ke tahun
terhadap makanan cepat saji beraneka ragam dan sangat berbeda.
Beberapa tahun yang lalu, media sosial belum digunakan untuk
mempromosikan makanan cepat saji seperti sekarang. Dewasa ini,
masyarakat sudah menggunakan media sosial untuk mengakses makanan
yang disukai kemudian dibeli secara online. Makanan cepat saji digemari
sebagian besar remaja di perkotaan. Remaja di perkotaan sangat menyukai
nikmatnya cita rasa makanan cepat saji daripada makanan yang dimasak di
rumah sendiri atau masakan tradisional. Selain karena rasanya yang bisa
dibilang nikmat juga karena desain tempat-tempat penjualan makanan cepat
saji yang lebih modern membuat para remaja merasa nyaman dan tertarik
untuk mengonsumsi
Di zaman sekarang ini, penyakit degeneratif banyak diderita oleh
golongan usia muda yang masih sangat produktif. Padahal sebelumnya, tidak
pernah diduga dan tidak pernah terjadi penyakit-penyakit seperti hipertensi,
stroke dan jantung koroner dapat menyerang orang yang berusia dibawah
empat puluh tahun. Hal ini tidak lain karena adanya perubahan gaya hidup
(life style). Perubahan gaya hidup telah terbukti mempengaruhi pola makan
dan kesehatan. Pergeseran gaya hidup akibat pengaruh urbanisasi,
globalisasi dan industrialisasi telah menyeret sebagian masyarakat Indonesia
untuk cenderung menyukai makanan siap saji yang kandungan gizinya tidak
seimbang. Pada umumnya, makanan siap saji mengandung lemak dan
garam tinggi dengan kandungan serat yang rendah(ASNAINI, 2017)
Fast food merupakan jenis makanan yang mudah dikemas, mudah
disajikan, praktis, atau diolah dengan cara sederhana. Makanan tersebut
umumnya diproduksi oleh industri pengolahan pangan dengan teknologi
tinggi dan memberikan berbagai zat aditif untuk mengawetkan dan
memberikan cita rasa bagi produk tersebut(Amalia, 2018) Ditinjau dari segi
gizinya, menurut Budiman (2008), yang dinamakan fast food adalah jenis
makanan yang mengandung kalori, lemak, garam, gula yang tinggi, akan
tetapi rendah akan kandungan serat, vitamin, asam akorbat, kalsium dan
folat. Adapun makanan fast food yang paling sering dikonsumsi adalah
hamburger, pizza, french fries, fried chicken, mie instan, mie ayam, dan
baso(Amalia, 2018)
Pola makan remaja akan menentukan jumlah zat-zat gizi yang diperoleh
untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangannya. Kesalahan dalam
memilih makanan dan kurang cukupnya pengetahuan tentang gizi yang akan
mengakibatkan timbulnya berbagai masalah gizi yang akhirnya
mempengaruhi status gizi. Status gizi yang baik hanya dapat tercapai dengan
pola makan yang baik dan seimbang. Pola(Karolina,2018)
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Nilsen tahun 2008,
didapatkan data bahwa 69% masyarakat kota di Indonesia mengkonsumsi
fast food, dengan rincian sebagai berikut, sebanyak 33% menyatakan
sebagai makan siang, 25 % makan malam, 9% menyatakan makanan
selingan dan 2 % memilih untuk sarapan. Banyaknya tayangan media
tentang berbagai makanan cepat saji (fast food), dapat memicu remaja untuk
mengikuti gaya hidup tersebut. Perkembangan western fast food di Indonesia
yang kian pesat pada masa ini ternyata disukai oleh masyarakat. (Annisa
Nadia Erfiani Firdianty, 2019)
Fast food dapat diartikan sebagai makanan yang dapat dihidangkan dan
dikonsumsi dalam waktu seminimal mungkin atau juga dapat diartikan
sebagai makanan yang dikonsumsi secara cepat. Pada umumnya komposisi
fast food mengandung lebih tinggi energi, garam dan lemak termasuk
kolesterol dan hanya sedikit mengandung serat Individu dan keluargamemiliki
banyak alasan mencarimakanan cepat sajiterutama karenawaktu danbiaya
makanan cepat sajiyang murah, cepat, mudahuntuk mendapatkannya, dan
lezat .(Widyantara et al., 2014)
Menurut WHO (2003) yang menyebabkan konsumsi fast food dengan
gizilebih adalah kemungkinan ukuran dan jumlah porsi yang dimakan
berlebihan. Ukuran porsi yang besar menyebabkan peningkatan berat badan.
Terdapat beberapa faktor yang terkait fast food yaitu seberapa sering fast
food dikonsumsi, kandungan gizi dalam fast food. Dalam 100 gram, burger
mengandung 261 kkal, kentang goreng 342 kkal, fried chicken pada bagian
dada atau sayap 303 kkal, pizza yang mengandung keju 268 kkal, dan
hotdog mengandung 247 kkal(Widyantara et al., 2014)

Anda mungkin juga menyukai