Pada era globalisasi ini, makanan mudah dijumpai di berbagai tempat. Pola hidupmasyarakat untuk mengonsumsi makanan cepat saji sudah menjadi kebiasaan. Makanan cepat saji yang biasanya tinggi lemak dan gula, namun rendah vitamin, serat, mineral serta mikronutrien semakin disukai. Hal ini menjadi kebiasaan karena tuntutan pekerjaan yang semakin meningkat seiring perkembangan zaman (Virgianto dan Purwaningsih, 2006). Dapat dilihat dari persentase perolehan data yang ada dengan tingkat kebiasaan konsumsi makanan cepat saji sebesar 67,6%, sedangkan persentase responden yang mempunyai alasan memilih makanan cepat saji lebih praktis sebesar 73 % dan karena alasan enak sebesar(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016) Makanan cepat saji semakin populer dan semakin diminati oleh masyarakat.Kebutuhan masyarakat dari tahun ke tahun terhadap makanan cepat saji beraneka ragam dan sangat berbeda. Beberapa tahun yang lalu, media sosial belum digunakan untuk mempromosikan makanan cepat saji seperti sekarang. Dewasa ini, masyarakat sudah menggunakan media sosial untuk mengakses makanan yang disukai kemudian dibeli secara online. Makanan cepat saji digemari sebagian besar remaja di perkotaan. Remaja di perkotaan sangat menyukai nikmatnya cita rasa makanan cepat saji daripada makanan yang dimasak di rumah sendiri atau masakan tradisional. Selain karena rasanya yang bisa dibilang nikmat juga karena desain tempat-tempat penjualan makanan cepat saji yang lebih modern membuat para remaja merasa nyaman dan tertarik untuk mengonsumsi Di zaman sekarang ini, penyakit degeneratif banyak diderita oleh golongan usia muda yang masih sangat produktif. Padahal sebelumnya, tidak pernah diduga dan tidak pernah terjadi penyakit-penyakit seperti hipertensi, stroke dan jantung koroner dapat menyerang orang yang berusia dibawah empat puluh tahun. Hal ini tidak lain karena adanya perubahan gaya hidup (life style). Perubahan gaya hidup telah terbukti mempengaruhi pola makan dan kesehatan. Pergeseran gaya hidup akibat pengaruh urbanisasi, globalisasi dan industrialisasi telah menyeret sebagian masyarakat Indonesia untuk cenderung menyukai makanan siap saji yang kandungan gizinya tidak seimbang. Pada umumnya, makanan siap saji mengandung lemak dan garam tinggi dengan kandungan serat yang rendah(ASNAINI, 2017) Fast food merupakan jenis makanan yang mudah dikemas, mudah disajikan, praktis, atau diolah dengan cara sederhana. Makanan tersebut umumnya diproduksi oleh industri pengolahan pangan dengan teknologi tinggi dan memberikan berbagai zat aditif untuk mengawetkan dan memberikan cita rasa bagi produk tersebut(Amalia, 2018) Ditinjau dari segi gizinya, menurut Budiman (2008), yang dinamakan fast food adalah jenis makanan yang mengandung kalori, lemak, garam, gula yang tinggi, akan tetapi rendah akan kandungan serat, vitamin, asam akorbat, kalsium dan folat. Adapun makanan fast food yang paling sering dikonsumsi adalah hamburger, pizza, french fries, fried chicken, mie instan, mie ayam, dan baso(Amalia, 2018) Pola makan remaja akan menentukan jumlah zat-zat gizi yang diperoleh untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangannya. Kesalahan dalam memilih makanan dan kurang cukupnya pengetahuan tentang gizi yang akan mengakibatkan timbulnya berbagai masalah gizi yang akhirnya mempengaruhi status gizi. Status gizi yang baik hanya dapat tercapai dengan pola makan yang baik dan seimbang. Pola(Karolina,2018) Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Nilsen tahun 2008, didapatkan data bahwa 69% masyarakat kota di Indonesia mengkonsumsi fast food, dengan rincian sebagai berikut, sebanyak 33% menyatakan sebagai makan siang, 25 % makan malam, 9% menyatakan makanan selingan dan 2 % memilih untuk sarapan. Banyaknya tayangan media tentang berbagai makanan cepat saji (fast food), dapat memicu remaja untuk mengikuti gaya hidup tersebut. Perkembangan western fast food di Indonesia yang kian pesat pada masa ini ternyata disukai oleh masyarakat. (Annisa Nadia Erfiani Firdianty, 2019) Fast food dapat diartikan sebagai makanan yang dapat dihidangkan dan dikonsumsi dalam waktu seminimal mungkin atau juga dapat diartikan sebagai makanan yang dikonsumsi secara cepat. Pada umumnya komposisi fast food mengandung lebih tinggi energi, garam dan lemak termasuk kolesterol dan hanya sedikit mengandung serat Individu dan keluargamemiliki banyak alasan mencarimakanan cepat sajiterutama karenawaktu danbiaya makanan cepat sajiyang murah, cepat, mudahuntuk mendapatkannya, dan lezat .(Widyantara et al., 2014) Menurut WHO (2003) yang menyebabkan konsumsi fast food dengan gizilebih adalah kemungkinan ukuran dan jumlah porsi yang dimakan berlebihan. Ukuran porsi yang besar menyebabkan peningkatan berat badan. Terdapat beberapa faktor yang terkait fast food yaitu seberapa sering fast food dikonsumsi, kandungan gizi dalam fast food. Dalam 100 gram, burger mengandung 261 kkal, kentang goreng 342 kkal, fried chicken pada bagian dada atau sayap 303 kkal, pizza yang mengandung keju 268 kkal, dan hotdog mengandung 247 kkal(Widyantara et al., 2014)