Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji

syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan

rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul


Pengantar Teknologi Industri Pangan.
Pembuatan makalah ini merupakan salah satu syarat dalam menempuh
mata kuliah Pengantar Teknologi Industri Pertanian pada Departemen Teknologi
Industri Pangan Universitas Padjadjaran.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal
ini dikarenakan kemampuan penulis yang sangat terbatas dalam penyusunan
makalah seperti ini, akan tetapi dengan keterbatasan tersebut serta adanya
dorongan dari lingkungan sekitar seperti, keluarga dan teman teman
mahasiswa/i, penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu penulis sehingga makalah ini dapat terselesaikan
sesuai dengan harapan.
Atas segala kekurangan yang terdapat dalam makalah ini penulis
memohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga makalah ini dapat menjadi
pembelajaran dan memberi manfaat bagi kita semua. Untuk itu kritik dan saran
sangat diharapkan untuk menyempurnakan hasil penulisan ini.

Jatinangor, Desember 2014

Penulis
1 | 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pangan merupakan salah satu dasar kebutuhan manusia yang harus


dipenuhi setiap saat. Manusia tidak akan dapat melakukan aktivitas secara
optimal jika tidak memenuhi kebutuhan pangannya secara baik. Di Indonesia,
kebutuhan pangan sangat tinggi. Hal ini dikarenakan, jumlah penduduk di
Indonesia yang setiap harinya bertambah dan berbanding lurus dengan
peningkatan kebutuhan pangan.
Bahan pangan di Indonesia sangat melimpah. Hal ini dikarenakan Sumber
Daya Alam (SDA) yang dimiliki Indonesia sangat melimpah, baik di daratan
maupun di lautan. Bahan pangan yang melimpah dapat memenuhi kebutuhan
bangsa Indonesia akan pangan yang berkualitas dan pangan yang memiliki
gizi baik untuk kesehatan tubuh.
Bahan pangan di Indonesia sangat melimpah, namun berbanding terbalik
dengan pengolah pangan yang ada. Jumlah pengolah pangan di Indonesia
masih sedikit dan teknologi yang dimiliki oleh pengolah pangan pun masih
tergolong teknologi sederhana serta menghasilkan pangan dengan jumlah
sedikit. Selain itu, kesadaran dalam mengolah pangan menjadi pangan baru
pun masih sedikit di kalangan masyarakat. Padahal, pengolahan pangan yang
tepat dan sesuai dapat menambah nilai gizi dan nilai kualitas dari bahan
pangan itu sendiri. Salah satu contohnya adalah mengolah teh hitam dengan
tetap menjaga kandungan yang terdapat didalamnya.
Selain pengolahan pangan, pengawetan pangan juga memiliki peranan
cukup penting dalam menjaga dan melindungi kandungan gizi dalam bahan

2 | 17

pangan, agar pangan yang dihasilkan tersebut tetap memiliki gizi yang baik
bagi tubuh.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari pengolahan pangan?
2. Apa perbedaan antara pengolahan pangan dan pengawetan pangan?
3. Bagaimana pengolahan teh hitam?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami definisi dari pengolahan pangan
2. Memahami perbedaan antara pengolahan pangan dengan pengawetan
pangan
3. Mengetahui pengolahan teh hitam

3 | 17

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pangan

Menurut Undang Undang Nomor 18 Tahun 2012, Pangan merupakan


segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan,
kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun
tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi
manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan
lainnya yang digunakan proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan
makanan atau minuman.
Pangan secara umum bersifat mudah rusak (perishable), karena kadar air
yang terkandung didalamnya. Semakin tinggi kadar air yang terkandung dalam
pangan, semakin besar kemungkinan kerusakannya, baik diakibatkan oleh
aktivitas biologis internal (metabolisme) maupun masuknya mikroba perusak.
Kriteria yang dapat menentukan apakah pangan tersebut masih laik dikonsumsi
secara tepat sulit dilaksanakan karena melibatkan faktor faktor nonteknik, sosial
ekonomi, dan budaya suatu bangsa. Idealnya, pangan tersebut harus bebas dari
polusi pada setiap tahap produksi dan pengolahan, bebas dari perubahan kimia
dan perubahan fisik, serta bebas dari mikroba dan parasit yang dapat
menyebabkan penyakit. (Winarno, 1993)
Menurut Undang Undang Nomor 7 Tahun 1996, kualitas pangan yang
dikonsumsi harus memenuhi kriteria sabagai berikut: aman, bergizi, bermutu, dan
dapat terjangkau oleh daya beli masyarakat.

4 | 17

2.2 Pengolahan Pangan dan Pengawetan Pangan

Pengolahan pangan adalah kumpulan metode dan teknik yang digunakan


untuk mengubah bahan pangan mentah menjadi makanan atau mengubah
makanan menjadi bentuk lain untuk konsumsi oleh manusia atau oleh industri
pengolahan makanan. (Winarno,1993)
Dapat pula disimpulkan bahwa pengolahan pangan adalah proses
mengubah bahan makanan menjadi makanan siap jadi atau makanan setengah siap
jadi dengan menggunakan metode metode atau teknik teknik tertentu.
Pengolahan pangan bertujuan untuk meningkatkan nilai mutu dan kualitas
serta nilai jual dari produk pangan tersebut.
Pengawetan pangan adalah cara yang digunakan untuk membuat makanan
memiliki daya simpan yang lebih lama dengan tetap menjaga sifat sifat kimia
dan sifat sifat fisika dari pangan tersebut. Dalam melakukan pengawetan
makanan perlu memerhatikan beberapa hal, yaitu jenis bahan makanan yang
diawetkan, keadaan bahan makanan, cara pengawetan yang dipilih, dan daya tarik
produk pengawetan makanan. (Safnowandi,2012)
Pengawetan pangan bertujuan untuk memperpanjang umur simpan bahan
makanan, memertahankan sifat fisik dan sifat kimia bahan makanan, mencegah
atau memperlambat laju dekomposisi (autolisis) bahan makanan, dan mencegah
pertumbuhan mikroba serta mencegah kerusakan yang diakibatkan oleh faktor
lingkungan.

2.3 Perbedaan Pengolahan Pangan dan Pengawetan Pangan

Pengolahan pangan dan pengawetan pangan memiliki perbedaan yang


cukup jelas. Perbedaan ini dapat dilihat dari segi pengertian, tujuan, dan metode.

5 | 17

Pengolahan pangan mengandung arti sebagai suatu kegiatan untuk


mengubah bahan pangan menjadi makanan yang siap jadi atau siap setengah jadi
dengan menggunakan metode atau teknik tertentu, sedangkan pengawetan pangan
adalah proses yang bertujuan untuk meningkatkan daya simpan bahan pangan atau
makanan menjadi lebih lama dengan tetap menjaga sifat kimia dan sifat fisiknya.
Dari segi tujuan, pengolahan pangan hanya bertujuan untuk mengubah
bahan pangan menjadi makanan siap saji atau makanan siap setangah jadi agar
memiliki nilai jual yang tinggi dan nilai gizi yang tinggi pula, sedangkan
pengawetan pangan bertujuan untuk meningkatkan daya simpan pangan,
mencegah terjadi dekomposisi dan pertumbuhan mikroba serta mencegah
kerusakan yang disebabkan oleh lingkungan.
Metode dari pengolahan pangan adalah sebagai berikut:

Pemasakkan
Pelunakan
Pemotongan
Pengupasan
Peragian
Pemanasan
Penggorengan
Pengukusan
Perebusan
Pemanggangan
Pencampuran
Emulsifikasi
Fermentasi
Pemerasan

Metode dari pengawetan pangan adalah sebagai berikut:

Pengeringan
Proses pengeringan dapat menyebabkan perubahan
nilai gizi, aroma, dan warna dari bahan pangan. Selain itu,
pengeringan juga menyebabkan penurunan kadar air dan
nilai aw (kebutuhan mikroorganisme terhadap air) menjadi

6 | 17

rendah sehingga menyebabkan mikroorganisme tidak dapat


tumbuh. Teknik pengeringan terbagi menjadi dua, yakni:
1. Penjemuran
Teknik penjemuran memiliki kelebihan dan
kekurangan. Kelebihan dari teknik ini adalah
biayanya

yang

murah,

sedangkan

kekurangannya adalah lamanya penjemuran


ditentukan oleh intensitas sinar matahari.
2. Pengeringan buatan
Teknik pengeringan buatan pada umumnya
dilakukan oleh pabrik industri. Teknik ini
memiliki kelebihan berupa pengeringan yang
cepat dengan suhu yang flexible, sedangkan
kekurangannya adalah biaya operasional yang
cukup mahal.

Penyimpanan suhu rendah


Pengawetan dengan menyimpan bahan pangan atau
makanan

dalam

suhu

rendah

dapat

mengakibatkan

terhambatnya pertumbuhan mikrooraganisme dan dapat


memperlambat laju reaksi enzimatis dari reaksi kimia.
Penyimpanan dalam suhu rendah terbagi menjadi dua,
yaitu:
1. Refrigenerasi dan modifikasi
-CAS (Controlled Atmosphere Storage) adalah
penyimpanan dengan pengontrolan komposisi
udara. (CO2 meningkat dan O2 menurun)
-MAS (Modified Atmosphere Storage) adalah
penyimpanan dengan memodifikasi atmosfer
-Penyimpanan Hipobar adalah penyimpanan
yang mengalami penurunan dalam tekanan
udara sampai dengan 0,1 atm.
2. Pembekuan
Pembekuan adalah proses terjadinya perubahan
sebagian air bahan menjadi es dan mengalami

7 | 17

penurunan aw. Pembekuan terjadi pada suhu


-40C dengan suhu penyimpanan sebesar -18C.

Pemanasan
Proses pemanasan terbagi menjadi tiga, yaitu:
1. Pasteurisasi
Teknik ini bertujuan untuk mematikan
mikroorganisme

patogen

dan

mengurangi

populasi mkroorganisme hingga batas agar


memiliki umur simpan yang panjang. Produk
hasil pasteurisasi harus disimpan di tempat yang
dingin.
2. Sterilisasi
Teknik ini terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Sterilisasi absolut
Sterilisasi ini bertujuan untuk mematikan
mikroorganisme dan sporanya dengan
suhu 123C dalam waktu 15 menit.
2. Sterilisasi komersil
Sterilisasi ini bertujuan untuk membunuh
semua mikroorganisme patogen dan
mikroorganisme pembusuk yang dapat
tumbuh dalam suhu kamar.
3. Blansing
Blansing adalah proses pemanasan dalam air
mendidih atau dalam uap air. Blansing bertujuan
untuk menonaktifkan enzim (polifenolokgenase,
liposigenase,

katalase,

dan

peroksidase),

memudahkan pengupasan, mengurangi mikroba,


mengeluarkan

udara

dari

jaringan,

dan

menentukan jaringan.

Fermentasi
Teknik

pengawetan

pertumbuhan

mikroorganisme

dengan

cara

menekan

pembusuk

sehingga

menghasilkan senyawa alkohol, asam laktat, atau asam


cuka. Fermentasi dapat menumbuhkan mikroorganisme

8 | 17

secara selektif yang berguna. Fermentasi dapat menambah

nilai gizi dari suatu bahan pangan.


Penggunaan bahan pengawet
Penggunaan bahan pengawet bertujuan untuk
menurunkan pH bahan makanan sehingga mengubahnya
menjadi asam dan untuk menghambat metabolisme

mikroorganisme yang bersifat racun.


Iradiasi
Iradiasi adalah proses pengawetan yang menggunakan sinar
X, sinar UV, dan sinar ion. Iradiasi dapat digunakan sebagai
pengganti bahan bahan kimia dan pestisida berbahaya
yang digunakan dalam pengawetan pangan.

2.3 Pengolahan Teh Hitam

Pengolahan teh hitam melalui tahap tahap sebagai berikut:


Pelayuan Pucuk
Pucuk teh yang telah dipetik akan terjadi perubahan
senyawa polisakarida dan protein. Hal ini mengakibatkan
perubahan gula didalam daun yang dilayukan. Kandungan asam
amino dan senyawa senyawa organik lainnya akan meningkat.
Perubahan ini disebut sebagai proses pelayuan. Hal ini akan
memberi

pengaruh

terhadap

mutu

teh

yang

dihasilkan.

Perubahan perubahan kimiawi ini akan terganggu apabila


pucuk teh terkena udara panas secara berlebihan atau pucuk teh
mengalami kerusakan mekanis. Agar pucuk teh dapat digiling
dengan baik, maka pada proses penggilingan, pucuk teh harus
lentur. Oleh sebab itu, kandungan air pucuk harus dikurangi
9 | 17

dengan cara menghembuskan angin dengan RH rendah melalui


pucuk. Pelayuan fisik ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan
udara

panas

dengan

waktu

kurang

dari

jam.

Kerataan tingkat layu fisik sangat menentukan mutu teh.


Hasil petikan pucuk teh yang kasar dan rusak tidak akan
menghasilkan mutu yang baik. Sekitar 65 % air yang terkandung di
dalam pucuk teh segar harus dihilangkan selama proses pelayuan.
Hal ini dikarenakan agar pucuk teh layu cukup lentur dan lemas
untuk

dapat

digiling

tanpa

terpotong

potong.

Praktik pelayuan dilakukan dengan menggunakan kontak


layuan ( Witehring trough ) atau dengan menggunakan rak rak
kayu yang ditumpuk. Di ujung kotak atau rak terdapat kipas yang
berfungsi untuk menarik hawa panas yang dihasilkan dari mesin
pengeringan yang terletak disebelah bawah kamar pelayuan.
Penggilingan Pucuk Layu
Tujuan utama dari penggilingan dalam pengolahan teh
hitam adalah untuk mememarkan dan menggiling seluruh bagian
pucuk teh agar sel sel daun mengalami kerusakan sehingga
proses fermentasi dapat berlangsung secara merata, memperkecil
daun agar tercapai ukuran yang sesuai dengan ukuran grade
grade teh yang diharapkan oleh pemasaran, dan untuk memeras
cairan sel daun keluar sehingga menempel pada seluruh permukaan
partikel pertikel teh.
Mesin mesin yang digunakan dalam proses penggilingan
adalah sebagai berikut:
1. Open Top Roller ( OT )
Mesin penggilingan Open Top Roller ( OT ) yaitu sebuah
selinder yang terbuka di bagian atasnya dan bergerak memutar
horizontal di atas sebuah meja yang dilengkapi dengan jalur jalur
gigi dan kerucut tumpul pada titik pusatnya, alat ini terbuat dari

10 | 17

bahan metal yang tahan karat dimana kecepatan putarannya 42


rpm.
2. Press Cap Roller ( PC )
Mesin penggiling Press Cap Roller ( PC ) yang bentuknya
sama dengan OT. Hanya saja penekan atau press cap untuk
memberikan tekanan pada teh yang sedang digiling.
3. Rotervance
Mesin giling Rotervance ( RV ) yaitu sebuah silinder yang
berukuran garis tengah inci ( 20 cm ) yang diletakan horizontal. Di
dalam selinder ini terdapat as yang dilengkapi dengan sirip sirip
spiral pengisi. Pada bagian ujung terdapat plat pengatur tekanan
berbentuk silang. As berputar dengan kecepatan 40 46 rpm
tergantung dari kebutuhan.
4. Ballbreaker sifter ( BBS )
Mesin ayak pemecah gumpalan teh atau Ballbreaker sifter
(BBS) yang berputar horizontal dengan rpm 140 dilengkapi dengan
konveyor pengisi untuk mengatur kerataan jumlah teh yang diayak.
Proses penggilingan dapat juga dikatakan proses sortasi
basah.Hal ini dikarenakan pada tahap ini hasil penggilingan akan
berbentuk beberapa jenis bubuk teh : bubuk satu, bubuk dua, bubuk
tiga, bubuk empat dan yang paling kasar disebut badag. Bubuk satu
dihasilkan dari pengayakan hasil pertama dari gilingan kedua dan
demikian

pula

pada

tahap

tahap

berikutnya.

Berbagai jenis program digunakan dalam praktik oleh


pabrik pabrik teh hitam di Indonesia. Dalam hal ini yang harus
diperhatikan adalah proses penggilingan disertai dengan proses
fermentasi.

11 | 17

Proses fermentasi memerlukan pengaturan waktu yang


tepat. Oleh sebab itu, setiap program giling harus di tunjang oleh
kelengkapan mesin yang tepat dan cukup jumlahnya dengan layout
penempatan yang tepat pula. Semuanya disesuaikan pula dengan
potensi hasil kebunnya. Mutu hasil akhir pengolahan teh hitam
yang konsta dari hari ke hari, merupakan tujuan yang paling utama.
Dalam tahap proses penggilingan, dipersiapkan dan
dibentuk ukuran teh, sehingga pada tahap sortasi teh tersebut
ukuran

teh

sudah

dalam

ukuran

yang

sama.

Hasil penggilingan dan pengayakan basah yang baik,


adalah yang dapat menghasilkan persentase yang setinggi mungkin
untuk bubuk satu dan dua dengan ukuran teh yang kecil. Persentase
bubuk satu dan bubuk dua harus sama dengan persentase bagian
muda atau halus dari analisa pucuknya, dan kisama pula dengan
persentase

mutu

ke

satu

hasil

sortasi

keringnya.

Waktu lama fermentasi dihitung ketika pucuk teh layu


masuk kedalam mesin giling petama sampai bubuk hasil giling
pertama dimasukan kedalam mesin pengering. Agar semua bubuk
basah yang dihasilkan setiap penggilingan mengalami waktu lama
fermentasi yang sama, diperlukan perhitungan penyesuaian output
gilingan dan input (kapasitas) mesin pengeringnya .
Ruang penggilingan memerlukan kelembaban udara 95 %
untuk menjaga agar tidak terjadi penguapan air dari teh yang
sedang digiling. Khususnya bubuk basah yang sedang menungggu
giliran masuk kedalam mesin pengering. Pengurangan kadar air
dalam bentuk basah dapat menghambat proses oksidasi. Udara
dalam ruangan harus segar dan cukup karena proses oksidasi
memerlukan

oksigen

yang

cukup

pula.

12 | 17

Dikarenakan teh sangat peka terhadap bau-bauan, maka


ruangan dan peralatan harus dijaga agar selalu bersih dan tidak
bau. Air yang bersih untuk mencuci peralatan dan lantai ruangan
harus cukup tersedia.
Pengeringan
Selain menghentikan proses oksidasi dalam bubuk teh
basah, pengeringan bertujuan juga untuk menurunkan kandungan
air di dalam teh sampai +3 % kandungan air yang rendah ini
bertujuan agar hasil pengeringan dapat mempertahankan mutu
baiknya.
Mesin pengering konvensional yang hingga sekarang masih
banyak digunakan industri teh hitam adalah Endles Chain Pressure
Dryer ( ECP ). Mesin ini mengeringkan teh diatas rantai rantai
baki. Mesin dengan rantai rantai baki 2 tingkat disebut two stage
ECP yang bertingkat 3 disebut three stage ECP dan yang 4
disebut four stage ECP. Jenis ECP yang mutakhir yang banyak
digunakan adalah jenis two stage.
Udara panas dengan suhu diatas 98C dihembuskan dari
bawah melalui lapisan teh diatas rantai terbawah kemudian keluar
melalui lapisan teh diatas rantai baki paling atas. Suhu udara yang
keluar dari mesin pengering sekitar 49C dengan lama proses
pengeringan kurang lebih 20 menit.Hal ini bertujuan untuk
mengeringkan teh bubuk hingga kadar airnya mencapai 3 %.
Proses pengeringan bersama dengan proses penggilingan
merupakan bagian dari pengolahan teh hitam yang harus dijalankan
sesuai dengan tahapan pelaksanaan pekerjaan.
Sortasi Pengeringan dan Penyimpanan
Tujuan utama dari sortasi kering ini adalah memisahkan
ukuran ukuran teh yang terjadi akibat proses penggilingan
menjadi kelompok kelompok

jenis jenis teh yang sesuai


13 | 17

dengan

permintaan

pasaran

teh

sekarang

(internasional).

Dikarenakan teh kering sangat peka terhadap kelembaban udara


(sangat higroskopis) maka proses sortasi kering ini harus
dilaksanakan

sesederhana

dan

secepat

mungkin.

Jenis jenis teh hitam yang dihasilkan sebagian besar oleh


pabrik pabrik di Indonesia sekarang adalah sebagai berikut ini:
1. BOP (Broken Orange Pecco)
2. BOPF (Broken Orange Pecco Pannings)
3. PF (Pecco Pannings)
4. Dust
5. BP (Broken Pecco)
6. BT (Broken Tea)
Persentase jenis pertama ini umumnya dapat mencapai 70
% hingga 85 % dari semua teh yang dihasilkan tergantung dari
mutu standar petikan dan kondisi pucuknya. Besar kecilnya ukuran
harus sesuai dengan permintaan standar ukuran pasaran teh hitam,
tergantung dari standar petikan, derajat kelayuan, dan program
penggilingan.
Mesin mesin pengayak yang digunakan dalam sortasi
kering, dibedakan satu dengan yang lainnya oleh jenis geraknya.
Rotating sifter adalah mesin ayak yang gerakannya berputar
horizontal, sedangkan yang gerakannya maju mundur disebut
mesin ayak Reciprocating dan yang naik turun disebut Vibrating
Sifter. Terdapat mesin pemisah tulang yang disebut Electrostatic
Stalk Separator. Winnower adalah mesin pemisah ukuran teh
menurut berat jenis dengan menggunakan kipas penghisap angin.
Mesin ayak yang gerakannya maju mundur digunakan
untuk memisahkan ukuran ukuran yang bentuknya memanjang.
Segera setelah selesai proses sortasi kering ini, semua teh
ditimbang menurut jenisnya untuk kemudian dimasukan kedalam
14 | 17

peti penyimpanan ( peti miring atau tea bin ). Dapat dibedakan


bahwa sejumlah hasil timbangan jenis jenis teh tersebut akan
lebih besar dari pada berat teh keringnya. Besar kecilnya
persentase overweight ini tergantung dari kelembaban udara ruang
sortasi dan lamanya waktu yang diperlukan untuk proses sortasi.
Penyimpanan teh dalam peti miring akan memberikan
kesempatan

bagi

suatu

proses

pematangan

mutu

dan

mengumpulkan teh menurut jenisnya sehingga dapat di kemas


dalam

jumlah

yang

sama

pada

setiap

kali

pengepakan.

Semua rangkaian kegiatan proses produksi dari mulai


pelayuan sampai sortasi masih menggunakan sistem ortodok
(jaman dulu), namun hasilnya tidak kalah dengan sistem modern.

15 | 17

BAB IV

KESIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa:

Pengolahan pangan adalah kumpulan metode dan teknik yang digunakan


untuk mengubah bahan pangan mentah menjadi makanan atau mengubah
makanan menjadi bentuk lain untuk konsumsi oleh manusia atau oleh

industri pengolahan makanan


Pengawetan pangan adalah cara yang digunakan untuk membuat makanan
memiliki daya simpan yang lebih lama dengan tetap menjaga sifat sifat

kimia dan sifat sifat fisika dari pangan tersebut


Perbedaan pengolahan pangan dan pengawetan pangan dapat dlihat dari

segi pengertian, tujuan, dan metode yang dilakukan.


Pengolahan teh hitam dilakukan dengan melalui tahap tahap sebagai
berikut:
1. Pelayuan pucuk
2. Penggilingan pucuk layu
3. Pengeringan
4. Sortasi pengeringan dan penyimpanan.

16 | 17

DAFTAR PUSTAKA

Safnowandi.2012.Pengawetan Pangan.
http://safnowandi.wordpress.com/2012/11/03/pengawetan-makanan-untukmengendalikan-aktivitas-mikroba-perusak-makanan/ (diakses pada tanggal 8
Desember 2014)
Elyunizar.2014.Pengolahan Pangan.
http://elyunizar.blogspot.com/2014/04/teknik-pengolahan-bahan-pangan.html
(diakses pada tanggal 8 Desember 2014)
Mukhallish, Norman.2014.Perbedaan Pengolahan dan Pengawetan.
http://norman18un.blogspot.com/2014/08/perbedaan-pengolahan-danpengawetan.html (diakses pada tanggal 8 Desember 2014)
Pengawetan Pangan.2014
Pengolahan Teh Hitam. http://www.tenggaramaleber.com/proses-produksi-teh
(diakses pada tanggal 8 Desember 2014)
Winarno, F.G.I.1993.Pangan, Gizi, Teknologi, dan Konsumsi.Jakarta.Gramedia
Pustaka

17 | 17

Anda mungkin juga menyukai