Anda di halaman 1dari 17

Sofie Saraswati

240210140027
Kelompok 5
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengamatan Bahan Pangan
Hasil pengamatan
Sampel Media
Visual Bentuk
Sayur lodeh PCA 10 Basil dan
-4

Kokus
Berwarna
ungu
(bakteri
gram
positif)
Perbesaran
400x
PCA 10 Kokus
-5

Berwarna
ungu
(bakteri
gram
positif)
Perbesaran
400x

PDA 10-4 Khamir


Mengkilap
Perbesaran
100x

PDA 10-5 Khamir


Mengkilap
Berwarna
hitam
Perbesaran
100x

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015)


Sofie Saraswati
240210140027
Kelompok 5
Sofie Saraswati
240210140027
Kelompok 5
Tabel 2. Hasil Pengamatan Bahan Pangan (lanjutan)
Hasil pengamatan
Sampel Media
Visual Bentuk
Rendang PCA 10-4 Bakteri
berbentuk
kokus
Berwarna
ungu
(bakteri
gram
positif)
13 koloni
PCA 10 Kokus
-5

Berwarna
ungu
(bakteri
gram
positif)
10 koloni
PDA 10-4 Tidak
tumbuh
kapang
sehingga
tidak
dilakukan
pengamatan
dengan
mikroskop
PDA 10 Tidak
-5

tumbuh
kapang
sehingga
tidak
dilakukan
pengamatan
dengan
mikroskop

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015)


Sofie Saraswati
240210140027
Kelompok 5
Tabel 3. Hasil Pengamatan Bahan Pangan (lanjutan)
Hasil Pengamatan
Sampel Media
Visual Bentuk
Kari Ayam PCA 10-4 Bakteri kokus
(bulat)
Bakteri Gram
Negatif
Perbesaran 4x

PCA 10-5 Bakteri


berbentuk
kokus (bulat)
Bakteri Gram
Positif
Perbesaran 4x
PDA 10-4 Tunggal
Terlihat seperti
benang yang
memanjang
Tidak berwarna
pada bagian
tengahnya
Hifa meruncing
Perbesaran 40x

PDA 10-5 Kapang


berbentuk hifa
dan menempel
pada stuktur
memanjang
yang berwarna
hitam pada
bagian
ujungnya
Perbesaran 10x
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015)
Sofie Saraswati
240210140027
Kelompok 5
Tabel 4. Hasil Pengamatan Bahan Pangan (lanjutan)
Hasil Pengamatan
Sampel Media
Visual Bentuk
Lontong PCA 10-4 Terdapat 17
Kari Ayam koloni
Ditumbuhi
bakteri
Perbesaran 10x

PCA 10-5 Terdapat 10


koloni
Ditumbuhi
bakteri gram
positif dan ada
juga yang
gram negative
Bakteri
berbentuk
spiral
Perbesaran 40x
PDA 10-4 Terdapat 11
koloni
Ditumbuhi
kapang seperti
batang pohon
Perbesaran 10
kali
PDA 10 Terdapat
-5
6
koloni
Ditumbuhi
kapang
memanjang
Perbesaran 4 kali
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015)
Sofie Saraswati
240210140027
Kelompok 5
Tabel 5. Hasil Pengamatan Bahan Pangan (lanjutan)
Hasil Pengamatan
Sampel Media
Visual Bentuk
Gulai PCA 10-4 Kokus
Bakteri gram
positif (warna
ungu)
Perbesaran 40x

PCA 10-5 Basil dan kokus


Warna ungu
kehitaman
Perbesaran 40x

PDA 10-4 Terdapat


mikroorganisme
seperti bakteri
Perbesaran 40x

PDA 10-5 Terdapat


mikroorganisme
masih
berbentuk spora
Perbesaran 100x

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015)


Sofie Saraswati
240210140027
Kelompok 5
IV.2. Pembahasan
Bahan makanan, selain merupakan sumber gizi bagi manusia, juga
merupakan sumber makanan bagi mikroorganisme. Pertumbuhan mikroorganisme
dalam bahan pangan dapat menyebabkan perubahan yang menguntungkan seperti
perbaikan bahan pangan secara gizi, daya cerna ataupun daya simpannya. Selain
itu pertumbuhan mikroorganisme dalam bahan pangan juga dapat mengakibatkan
perubahan fisik atau kimia yang tidak diinginkan, sehingga bahan pangan tersebut
tidak layak dikomsumsi. Bahan pangan yang telah dirusak oleh mikroorganisme
tidak layak untuk dikonsumsi karena dapat menimbulkan keracunan makanan
(Buckle et al, 1985).
Salah satu ciri makanan yang baik adalah aman untuk dikonsumsi. Jaminan
akan keamanan pangan merupakan hak asasi konsumen. Makanan yang menarik,
nikmat, dan tinggi gizinya, akan menjadi tidak berarti sama sekali jika tak aman
untuk dikonsumsi. Menurut Undang-Undang No.7 tahun 1996, keamanan pangan
didefinisikan sebagai suatu kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah
pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat
mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia.
Makanan yang aman adalah yang tidak tercemar, tidak mengandung
mikroorganisme atau bakteri dan bahan kimia berbahaya, telah diolah dengan cara
yang benar sehingga sifat dan zat gizinya tidak rusak, serta tidak bertentangan
dengan kesehatan manusia. Karena itu, kualitas makanan, baik secara
bakteriologi, kimia, dan fisik, harus selalu diperhatikan.
Kualitas dari produk pangan untuk konsumsi manusia pada dasarnya
dipengaruhi oleh mikroorganisme. Mikroorganisme yang dapat tumbuh pada
bahan makanan diantaranya adalah bakteri dan kapang. Semua bakteri yang
tumbuh pada makanan bersifat heterotropik, yaitu membutuhkan zat organik
untuk pertumbuhannya (Fardiaz, 1992). Dalam metabolismenya, bakteri
heterotropik menggunakan protein, karbohidrat, lemak dan komponen makanan
lainnya sebagai sumber energi untuk pertumbuhannya.
Kapang merupakan kelompok mikroba yang termasuk fungi ini pada
umumnya tumbuh pada bahan pangan yang dikeringkan karena kebanyakan
kapang membutuhkan tingkat Aw minimal yang rendah untuk tumbuh. Sebagian
Sofie Saraswati
240210140027
Kelompok 5
besar bersifat mesofilik dan keseluruhan kapang bersifat aerobik, membutuhkan
oksigen untuk pertumbuhannya. Kapang biasa tumbuh pada bahan pangan yang
mengandung pati, pektin, protein atau lipid karena kapang memproduksi enzim
hidrolitik untuk mendapat makanan. Kapang juga memiliki senyawa beracun
(mikotoksin) yang dibedakan atas dua golongan, yaitu infeksi (mikosis) dan
keracunan (mikotoksikosis).
Pada praktikum kali ini, dilakukan isolasi terhadap mikroorganisme yang
berasal dari berbagai bahan pangan, yaitu sayur lodeh, rendang, kari ayam,
lontong kari ayam, dan gulai menggunakan media PCA (Plate Count Agar) dan
PDA (Potato Dextrose Agar).
Proses isolasi mikroorganisme dimulai dengan tahap persiapan sampel. Pada
bahan pangan seperti sayur lodeh, rendang, kari ayam, lontong kari ayam, dan
gulai sampel yang diambil harus mencakup semua bagian pada bahan pangan.
Misalnya pada sayur lodeh sampel yang diambil meliputi kuah dan macam-
macam jenis sayurannya juga. Hal ini bertujuan agar sampel yang diambil dapat
mewakili keseluruhan bagian dari bahan pangan yang akan diamati sehingga
hasilnya akan lebih akurat. Hancurkan sampel yang berbentuk padatan terlebih
dahulu agar sampel mudah larut kemudian diamkan sebentar hingga padatannya
mengendap sehingga saat pengenceran tidak akan menyumbat pipet.
Setelah semua sampel padat dilarutkan, sampel harus diberi perlakuan
pengenceran. Tujuan dari pengenceran yaitu agar mikroorganisme yang akan
dikembangkan atau dibiakan dalam sampel dapat teramati dengan baik atau tidak
menumpuk (dapat dihitung). Penentuan besarnya atau banyaknya tingkat
pengenceran tergantung pada perkiraan jumlah mikroorganisme dalam sampel
yang akan di amati. Digunakan perbandingan 1 : 9 untuk sampel dan pengenceran
pertama dan selanjutnya, sehingga pengenceran berikutnya mengandung 1/10 sel
mikroorganisme dari pengenceran sebelumnya (Pelczar, Jr et al. 1986).
Teknik pengenceran saat praktikum yaitu ambil 1 ml dari tabung sampel
dengan menggunakan pipet ukur secara aspetis kemudian pindahkan ke tabung
berisi 9 ml NaCl fisiologis 0,85%. Larutan NaClfis ini berperan sebagai penyangga
pH agar sel bakteri tidak rusak akibat menurunnya pH lingkungan (Anonym,
2011). Kocok sampel dengan membenturkan tabung ke telapak tangan sampai
Sofie Saraswati
240210140027
Kelompok 5
homogen. Perlakuan tersebut berarti adalah pengenceran pertama atau 10 -1. Pada
praktikum kali ini pengenceran dilakukan hingga lima kali atau sampai 10-5.
Larutan NaCl fisiologis 0,85% digunakan sebagai bahan pengencer karena
bersifat buffer atau mampu mempertahankan pH dan bersifat isotonis dengan
cairan sel bakteri sehingga tidak akan terjadi osmosis dan sel mikroba tetap hidup.
Hal yang perlu diingat pada pengenceran bahwa pipet ukur yang digunakan harus
selalu diganti, artinya setiap tingkat pengenceran digunakan pipet ukur steril yang
berbeda atau baru. Semua kegiatan harus dilakukan didekat bunsen untuk
meminimalisasi kontaminan dari luar.
IV.2.1. Isolasi Bakteri
Isolasi bakteri adalah proses mengambil bakteri dari medium atau
lingkungan asalnya dan menumbuhkannya di medium buatan sehingga
diperoleh biakan yang murni. Bakteri dipindahkan dari satu tempat ke tempat
lainnya harus menggunakan prosedur aseptik. Aseptik berarti bebas dari sepsis,
yaitu kondisi terkontaminasi karena mikroorganisme lain. Teknik aseptik ini
sangat penting bila bekerja dengan bakteri. Beberapa alat yang digunakan
untuk menjalankan prosedur ini adalah bunsen. Bila tidak dijalankan dengan
tepat, ada kemungkinan kontaminasi oleh miroorganisme lain sehingga akan
mengganggu hasil yang diharapkan. Teknik aseptik juga melindungi praktikan
dari kontaminasi bakteri.
Pengenceran yang digunakan untuk mengisolasi bakteri adalah
pengenceran 10-4 dan 10-5. Metode yang digunakan adalah metode tuang.
Pertama, masukkan 1 ml suspensi dari tiap pengenceran tersebut ke dalam
cawan petri steril. Kemudian tuangi setiap cawan petri tersebut medium PCA
secukupnya. Lalu goyangkan cawan petri membentuk angka delapan dengan
tujuan agar medium dan sampel tercampur rata. Setelah beku, bungkus cawan
petri tersebut dengan posisi tebalik, setelah itu inkubasi pada suhu 300-320C
selama 2 hari. Koloni bakteri yang tumbuh terpisah diamati penampakannya
dan dilakukan pewarnaan gram untuk kemudian diamati dengan mikroskop.
Setelah diinkubasi selama dua hari, terlihat adanya pertumbuhan
mikroorganisme pada kedua cawan. Pertumbuhan tersebut, terlihat dengan
adanya koloni-koloni mikroorganisme. Koloni yang tumbuh pada media PCA
dilakukan pewarnaan gram sebelum diamati dibawah mikroskop. Pewarnaan
Sofie Saraswati
240210140027
Kelompok 5
gram merupakan salah satu metode untuk membedakan bakteri berdasarkan
materi penyusun dinding selnya. Berdasarkan susunan dinding selnya bakteri
dibedakan menjadi dua yaitu bakteri gram positif yang memberikan warna biru
keunguan dan bakteri gram negatif yang memberikan warna merah setelah di
uji pewarnaan gram.
Hasil pengamatan menunjukkan pada sayur lodeh terdapat bakteri gram
positif berbentuk basil dan kokus. Pada rendang terdapat bakteri berwarna
ungu yang merupakan bakteri gram positif berbentuk kokus. Sampel kari ayam
pada media PCA 10-4 terdapat bakteri gram negatif berbentuk kokus (bulat),
sementara pada media PCA 10-5 terdapat bakteri gram positif berbentuk kokus
(bulat). Pada lontong kari ayam ditumbuhi bakteri gram positif dan ada juga
yang gram negatif yang berbentuk spiral. Sampel gulai pada media PCA 10-4
terdapat bakteri berbentuk kokus dan merupakan bakteri gram positif,
sementara pada media PCA 10-5 terdapat bakteri gram positif yang berbentuk
basil dan kokus.
Hasil pengamatan pada sampel gulai menunjukkan adanya bakteri gram
positif yang terkandung dalam gulai. Hal ini menunjukka bahwa sampel gulai
telah terkontaminasi oleh bakteri. Kontaminasi bakteri bisa dari daging maupun
komposisi lain dari gulai baik selama masa pengolahan maupun kontaminasi
lanjutan setelah proses pengolahan. Batas cemaran oleh mikroba pada bahan
pangan daging yang diolah melalui proses pemanasan yang telah ditetapkan
sesuai SNI dengan metode SPC yaitu sebesar 1 x 10 5 koloni/g akan tetapi pada
sampel yang diamati jumlah koloni baktei yang tumbuh yaitu lebih besar dari 1
x 105 koloni/g oleh karena itu sampel yang digunakan tidak layak untuk
dikonsumsi karena dapat menimbulkan keracunan ataupun timbulnya penyakit
lain.
Hasil pengamatan juga dapat dilihat bahwa pada sampel rendang bakteri
yang tumbuh lebih sedikit daripada sampel lainnya. Hal ini dikarenakan
menurut literatur kandungan rempah-rempah pada rendang yang sangat banyak
dapat berfungsi sebagai zat antimikroba dan antikapang. Selain itu
dibandingkan dengan sayur lodeh, kari ayam, lontong kari ayam dan gulai
kadar air pada rendang jauh lebih sedikit.
Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar komponen
rempah-rempah pada rendang bersifat sebagai antimikroba, sehingga dapat
Sofie Saraswati
240210140027
Kelompok 5
mengawetkan makanan. Komponen rempah-rempah yang mempunyai aktivitas
antimikroba terutama adalah bagian minyak asiri, misalnya minyak jahe dan
minyak daun salam yang bersifat bakterisidal (Firdaus, 2011).
Selain karena rempah-rempah, bila dibandingkan dengan bahan pangan
lainnya, rendang memiliki kadar santan yang lebih sedikit. Santan adalah
emulsi minyak dalam air yang berwarna putih, yang diperoleh dengan cara
memeras daging kelapa segar yang telah diparut atau dihancurkan dengan atau
tanpa penambahan air (Tansakul dan Chaisawang, 2006). Santan mempunyai
kendala sangat mudah rusak karena kandungan air, lemak dan protein yang
cukup tinggi sehingga mudah ditumbuhi oleh mikroorganisme pembusuk.
Santan yang tidak diberi perlakuan akan cepat rusak biarpun disimpan pada
suhu dingin, hal ini karena mikroba santan memiliki waktu generasi yang
singkat yaitu 232 menit pada suhu 10 0 C dan 44 menit pada suhu 30oC (Seow
dan Gwee, 1997).
Selain kerusakan oleh mikroba, santan kelapa sangat rentan terhadap
kerusakan kimia (termasuk enzimatis), khususnya melalui oksidasi lemak dan
hidrolisis yang menghasilkan bau dan rasa yang tidak enak. Secara fisik santan
kelapa tidak stabil dan cenderung terpisah menjadi dua fase. Menurut
Tangsuphoom dan Coupland (2008), santan kelapa akan terpisah ke dalam fase
kaya minyak (krim) dan fase kaya air (skim) dalam waktu 5-10 jam. Sementara
itu, pengawetan santan dengan metode sterilisasi dapat menyebabkan beberapa
kerusakan mutu produk, seperti pecahnya emulsi santan, timbulnya aroma
tengik dan terjadi perubahan warna menjadi lebih gelap (agak coklat).
Berikut merupakan beberapa kemungkinan contoh bakteri yang banyak
menginfeksi makanan sehari-hari :
1) Escherichia coli
Escherichia coli merupakan bakteri berbentuk batang pendek
(kokobasil), gram negative, berukuran 0,4 m 0,7 m, dan beberapa strain
mempunyai kapsul. Terdapat strain E. coli yang pathogen dan non pathogen.
E. coli non pathogen banyak ditemukan di dalam usus besar manusia
sebagai flora normal dan brperan dalam pencernaan pangan dengan
menghasilkan vitamin K dari bahan yang bellum di cerna dalam usus besar.
E. coli merupakan mikroflora alami yang terdapat pada saluran pencernaan
manusia dan hewan. Beberapa galur E. coli yang dapat menyebabkan
Sofie Saraswati
240210140027
Kelompok 5
penyakit pada manusia adalah enterotoksigenik, enterohaemorrhagik,
enteropatogenik, enteroinuasiue, dan enteroagregatif. Enterotoksigenik E.
coli merupakan penyebab diare pada wisatawan yang mengunjungi negara
yang standar higienitas makanan dan air minum berbeda dari negara
asalnya. Enterohaemorrhagic E. coli 0157:H7 akhir-akhir ini diketahui
merupakan bakteri patogen penyebab foodborne diseases. Kontaminasi
enterohaemorrhagic E. Coli 0157:H7 yang banyak ditemukan pada sayuran
dapat terjadi akibat penggunaan kotoran sapi sebagai pupuk. E.coli juga
biasanya mengkontaminasi daging terutama pada daging hamburger yang
setengah matang dan pangan cepat saji lainnya serta keju yang berasal dari
susu yang tidak dipasteurisasi. Sanitasi yang baik, memasak daging sapi
sampai suhu 65C, memanaskan kembali masakan dan menyimoan pangan
di lemari es pada suhu 4 C atau kurang merupakan cara untuk mengontrol
E.coli.
2) Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus terdapat pada rongga hidung, kulit, tenggorokan,
dan saluran pencernaan manusia dan hewan. Bahan makanan yang disiapkan
menggunakan tangan, seperti penyiapan sayuran mentah untuk salad,
berpotensi terkontaminasi S. aureus. Jenis makanan lain yang sering
terkontaminasi oleh S. aureus adalah daging dan produk daging, ayam, telur,
salad (telur, tuna, ayam, kentang, dan makaroni), produk bakeri, pastry, pai,
sandwich, serta susu dan produk susu. Keracunan oleh S. aureus diakibatkan
oleh enterotoksin yang tahan panas yang dihasilkan oleh bakteri tersebut.
3) Salmonella
Salmonella bersifat patogen pada manusia dan hewan lainnya, dan
dapat menyebabkan demam enterik dan gastroentritis. Diketahui terdapat
200 jenis dari 2.300 serotip Salmonella yang dapat menyebabkan penyakit
pada manusia.
4) Shigella
Shigella merupakan bakteri patogen di usus manusia dan primata
penyebab shigella (disentri basher). Makanan yang sering terkontaminasi
Shigella adalah salad, sayuran segar (mentah), susu dan produk susu, serta
air yang terkontaminasi. Sayuran segar yang tumbuh pada tanah terpolusi
Sofie Saraswati
240210140027
Kelompok 5
dapat menjadi faktor penyebab penyakit, seperti disentri basher atau
shigellosis yang disebabkan oleh Shigella. Menurut USFDA (1999),
diperkirakan 300.000 kasus shigellosis terjadi di Amerika Serikat setiap
tahun.
IV.2.2. Isolasi Kapang
Kapang adalah fungi multiseluler yang mempunyai filamen dan
pertumbuhannya pada makanan mudah dilihat karena penampakannya yang
berserabut seperti kapas. Kapang terdiri dari suatu thalus yang tersusun dari
filamen yang bercabang yang disebut hifa. Kumpulan dari hifa disebut
miselium. Hifa tumbuh dari spora yang melakukan germinasi membentuk suatu
tuba germ dimana tuba ini akan tumbuh terus membentuk filamen yang
panjang dan bercabang yang disebut hifa, kemudian seterusnya akan
membentuk suatu massa hifa yang disebut miselium. Secara mikroskopik, hifa
terlihat tidak berwarna dan transparan, tetapi kumpulan hifa secara
makroskopik mungkin berwarna (Fardiaz, 1992). Bahan pangan yang banyak
mengandung kapang dapat mengakibatkan keracunan apabila termakan oleh
manusia. Hal ini diakibatkan karena beberapa jenis kapang selama proses
pembusukan pangan atau pertumbuhannya dalam suatu bahan pangan dapat
memproduksi racun yang dikenal sebagai mitotoksin. Sebagai suatu kelompok
zat, mitotoksin dapat menyebabkan gangguan hati, ginjal dan susunan syaraf
pusat dari manusia maupun hewan.
Isolasi Kapang dilakukan dengan metode agar tuang dengan media
Potato Dextrose Agar (PDA). Potato Dextrose Agar (PDA) adalah jenis media
umum yang biasa digunakan untuk membiakan kapang dan khamir.
Pengenceran yang digunakan untuk mengisolasi bakteri adalah pengenceran
10-4 dan 10-5. Metode yang digunakan adalah metode tuang. Pertama,
masukkan 1 ml suspensi dari tiap pengenceran tersebut ke dalam cawan petri
steril. Kemudian tuangi setiap cawan petri tersebut medium PCA secukupnya.
Lalu goyangkan cawan petri membentuk angka delapan dengan tujuan agar
medium dan sampel tercampur rata. Setelah beku, bungkus cawan petri
tersebut dengan posisi tebalik, setelah itu inkubasi pada suhu 300-320C selama
2 hari.
Sofie Saraswati
240210140027
Kelompok 5
Pada isolasi bakteri dilakukan pewarnaan gram lain halnya dengan isolasi
kapang. Pada isolasi kapang koloni yang tumbuh pada media PDA tidak
dilakukan pewarnaan gram tetapi dibuat preparat basah karena yang tumbuh
pada PDA biasanya kapang atau khamir. Hal ini bisa dilihat dengan adanya
lender berwarna putih pada sampel yang kemudian diamati di bawah
mikroskop.
Hasil pengamatan isolasi kapang bisa dilihat langsung pada tabel 1, tabel
2, tabel 3, tabel 4, dan tabel 5. Pada sampel rendang tidak dilakukan
pengamatan di bawah mikroskop, karena pada sampel rendang kapang tidak
tumbuh. Hal ini bisa saja terjadi karena beberapa faktor. Faktor yang pertama
karena yang digunakan terlalu steril. Faktor yang kedua bisa karena kapang
memang belum tumbuh. Hasil pengamatan pada sampel gulai ditemukan
kapang yang masih dalam berbentuk spora.
Koloni kapang yang tumbuh pada sampel memiliki ciri-ciri antara lain:
1) Berbentuk bulat.
2) Koloni berwarna putih pucat (krem).
3) Permukaan koloni berserat/keriput.
Berdasarkan ciri-ciri tersebut, kapang yang tumbuh kemungkinan adalah
Sporotrichum atau Aspergillus. Salah satu dari jenis kapang Sporotrichum yaitu
Sporotrichum carnis sering ditemukan tumbuh pada daging yang didinginkan
dan menimbulkan bintik bintik putih.
Aspergillus tersebar luar di alam, dan kebanyakan spesies sering
menyebabkan kerukasakan makanan tetapi beberapa spesies digunakan dalam
fermentasi makanan. Kapang ini tumbuh baik pada substrat dengan konsentrasi
gula dan garam tinggi (Fardiaz, 1992). Kemungkinan ditemukannya kapang
jenis ini pada semua sampel karena sampel megandung bumbu-bumbu garam.
Sampel yang terbuat dari tanaman dapat ditumbuhi beberapa jenis
kapang seperti Penicillium. Kapang ini banyak tersebar di alam dan penting
dalam mikrobiologi pangan. Kapang ini sering menyebabkan kerusakan pada
sayuran, buha-buahan dan serealia (Fardiaz, 1992).
Terdapatnya mikroorganisme pada bahan makanan mengindikasikan
sanitasi yang kurang baik. Seharusnya pada makanan yang sudah diolah dan
diberi penambahan rempah tidak terdapat kapang sama sekali. Kombinasi suhu
Sofie Saraswati
240210140027
Kelompok 5
yang tinggi saat pemasakan dan terdapatnya senyawa antibakteri dan
antikapang pada beberapa rempah seharusnya mampu membunuh semua
mikroorganisme walaupun sporanya masih bisa bertahan
Pertumbuhan mikroorganisme yang tidak diinginkan pada bahan makanan
yang telah mengalami pemasakan dan penambahan rempah bisa diakibatkan
karena kontaminasi lanjutan. Bahan pangan setelah mengalami proses pemasakan
harus ditangani lebih lanjut untuk menjaga agar tidak ditumbuhi mikroorganisme
sehingga makanan akan memiliki daya simpan yang lebih lama. Biasanya
mikroorganisme yang terdapat pada bahan pangan yang telah mengalami
pemasakan adalah bakteri yang bersifat termofil atau tidak tahan panas. Ketika
suhu dan lingkungan sesuai bakteri tersebut akan tumbuh dan berkembang dengan
sangat cepat dan menyebabkan kebusukan pada bahan pangan.
Kontaminasi pangan dapat dicegah dengan cara berikut ini:
1) Menyentuh makanan sedikit mungkin.
2) Menghindarkan makanan dari semua sumber bakteri.
3) Menutup makanan.
4) Menghindarkan hewan dan serangga dari tempat makanan.
5) Membuang sisa makanan dan sampah lain dengan hati-hati.
6) Menjaga tempat sampah tetap tertutup.
7) Menjaga segalanya sebersih mungkin
Sofie Saraswati
240210140027
Kelompok 5
V. KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan
1) Isolasi berarti memisahkan bakteri atau kapang menjadi satu biakan murni
yaitu biakan yang hanya terdiri atas satu jenis mikroorganisme.
2) Bakteri merupakan agen pembusuk makanan, sedangkan kapang adalah
agen perusak makanan.
3) Kontaminan dapat berasal dari udara, lingkungan sekitar, ataupun kinerja
praktikan yang kurang aseptis.
4) Kontaminasi pada bahan pangan yang telah mengalami pemasakan
disebabkan akibat kontaminasi lanjutan.
5) Kemungkinan bakteri yang tumbuh pada sampel dan berbentuk coccus
adalah bakteri jenis Micrococcus, Staphylococcus, Streptococcus,
Leuconostoc, Pediococcus, dan Aerococcus.
6) Kemungkinan bakteri yang tumbuh pada sampel dan berbentuk basil adalah
bakteri jenis jenis Salmonella atau Shigella.
7) Kapang tumbuh pada semua sampel dan kemungkinan jenis kapang yang
tumbuh adalah Sporotrichum, Aspergillus dan Penicillium
V.2. Saran
1) Semua alat harus benar-benar steril sebelum digunakan dalam praktikum.
2) Dalam pelaksanaan praktikum harus selalu menggunakan masker, sarung
tangan dan selalu bekerja dekat api (bunsen) agar terhindar dari
kontaminasi.
3) Teknik pewarnaan gram harus sesuai dengan prosedur karena jika tidak
sesuai prosedur dapat mengakibatkan kesalahan identifikasi antara gram
positif dan gram negatif.
Sofie Saraswati
240210140027
Kelompok 5
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. Teknik Dasar Analisa Mikrobiologi. Available at
www.sith.itb.ac.id/mgbm/bm405p-6.pdf . (diakses pada tanggal 23 April
2015).
Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. fleet, dan M. Wootton. 1987. Ilmu Pangan.
Penerjemah : Hari Purnomo dan Adiono. Penerbit Universitas Indonesia
(UI- Press) Jakarta.
Fardiaz. S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Firdaus. 2011. Rendang Padang. Available at http://hutan tropis.com/rendang-
padang (Diakses tanggal 23 April 2015).
Pelzcar, dan Chan. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. Penerbit Universitas
Indonesia ( UI-Press) : Jakarta.
Seow,C.C and C.N. Gwee.1997. Coconut milk: Chemistry and technology.
Review. International Journal of Food Science and Technology. 32:189-
201.
Tangsuphroom,N and J.N.Coupland. 2008. Effect of surface actie stabilizers on
the microstructure and stability of coconut milk emulsion.
J.FoodHydrocolloids 22:1233-1242.
Tansakul,A dan P.Chaisawang.2006. Thermophysical properties of coconut milk.
J.Food Enginnering 73:276-280.

Anda mungkin juga menyukai