BAB IV
A. HASIL PENELITIAN
(Momordica charantia)
charantia)
Homogenitas
Sediaan Sesudah penyimpanan
Sebelum penyimpanan
dipercepat dipercepat (4-
dipercepat (25oC)
40oC)
FI Homogen Homogen
FII Homogen Homogen
FIII Homogen Homogen
FIV Homogen Homogen
Sumber : Hasil Penelitian 2020
3. Hasil Pengujian pH Sediaan Krim Ekstrak Daun Pare (Momordica
charntia).
Hasil Pengujian pH
Sebelum penyimpanan Sesudah penyimpanan
Sediaan dipercepat (20oC) dipercepat dipercepat
(4-40oC)
FI 5,25 5,67 Syarat pH
berdasarkan
FII 5,63 5,63 SNI yaitu 4,5-
FIII 5,93 5.94 6,5
FIV 5,94 5,50
Sumber : Hasil Penelitian 2020
(Momordica charantia).
(Momordica charantia).
Sediaan
Sesudah
Sebelum penyimpanan penyimpanan
dipercepat (20oC) dipercepat
dipercepat(4-40oC)
Syarat daya
FI 5.50 5.54 lekat krim
FII 5.53 5.56 berdasarkan <
FIII 5.52 5.58 4
FIV 5.23 5.40
Sumber : Hasil Penelitian 2020
6. Hasil Pengujian Viskositas Sediaan Krim Ekstrak Daun Pare
(Momordica charantia).
Keterangan
B. Pembahasan
daun pare yang diambil dari daerah Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) yang
dikenal dimasyrakat yang bukan hanya buahnya yang memiliki berbagai macam
manfaat tetapi bagian tanaman lain juga bisa dimanfaatkkan, termaksud bagian
daun yang memiliki kandungan ssenyawa aktif yang salah satunya dapat berfungsi
Pada penilitian ini, ekstrak kental hasil ekstrak dengan metode maserasi
daun pare yang berasal dari daerah Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) diperoleh
sebanyak 134,7 gram dari 2,5 kg serbuk halus daun pare dengan menggunakan
pelarut etanol 96% dalam proses ekstraksinya. Etanol 96% digunakan sebagai
pelarut karena mudah didapatkan dan lebih ekonomis serta etanol 96% digunakan
untuk manarik senyawa kimia yang terdapat pada sampel untuk menghasilkan
ekstrak yang kental (murni), sehingga daun pare (Momordica charantia) yang
karena struktur sampel yang tidak keras. Simplisia yang lunak mudah ditembus
oleh cahaya penyari, metode ini digunakan untuk penyarian simplisia yang
mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari. Maserasi yang
Galanik, 1986).
Untuk membuat sediaan krim dibutuhkan bahan-bahan yang terdiri dari ektrak
kental daun pare (Momordica charantia) yang diperoleh digunakan untuk sebagai
zat aktifnya dengan formulasi I 10%, formulasi II 15% dan formulasi III 20%. Zat
tambahan antara lain, asam stearate dan trietanolamin sebagai emulgator atau zat
basis yang baik dalam pembuatan krim. Dalam pembuatan krim adanya
konsistensi yang lembut dan tidak keras, selain itu setil alkohol juga berfungsi
padat pada lapisan antar muka suatu emulsi sehingga mengurangi kealesens
droplet (Rowe dkk., 2009). Paraffin liquidum digunakan sebagai emolien yang
berpengaruh pada satabilitas fisik sediaan dan sebagai pelembut. Semakin banyak
digunakan sebagai humektan yaitu sebagai bahan yang mempertahankan air pada
sediaan dan juga dapat meningkatkan melembabkan kulit, karena gliserin bersifat
higroskopis yang dapat mengikat air atau mengurangi jumlah penguapan airf
10
(Mitsu, 1997; Rowe dkk., 2009). Metil paraben dan propil paraben digunakan
paraben merupakan pengawet yang memiliki toksisitas yang rendah, tidak berbau,
secara keseluruhan meliputi bentuk krim, warna krim, bau krim (Lachman et al.,
2008). Hasil yang didapat berupa sediaan semi solid, warna hijau, dan bau yang
formulasi menunjukan bahwa FI, FII, FIII dan FIV stabil sebelum dan sesudah
pembuatan krim bahan aktif obat dengan bahan dasarnya, dan bahan tambahan
penyebaran merata setelah dioleskan krim diatas kaca obye pada sebelum dan
krim dimana sediaan harus menunjukan susunan yang homogeny dan tidak
11
kulit akan mempengaruhi khasiat dari jumlah zat yang terkandung akan berkurang
(Rahmawati, 2010).
hasil tersebut memenuhi syarat uji pH. pH krim yang ideal adalah sesuai pH kulit,
yaitu berkisar 4,5-6,5. Sebab jika krim memiliki pH yang terlalu basa akan
penyebarannya. Semakin besar diameter yang dihasilkan oleh suatu krim, maka
semakin mudah pula krim tersebut untuk dioleskan pada kulit (Wiguna, 2016).
Daya sebar sediaan topikal yang baik harus memenuhi syarat yaitu5-7 cm (SNI
16-4399-1996).
12
penyimpanan pada formulasiI, II, dan III mengalami kenaikan daya sebar pada
tiap beban yang diberikan. Hal ini menunjukan bahwa semakin besar konsentrasi
ekstrak yang diberikan, maka semakin besar juga daya sebarnya. Demikian juga
sebar. hal ini menunjukan bahwa daya sebar krim berkaitan dengan viskositas
krim, semakin rendah viskositas krim maka kemampuan krim untuk mengalir
lebih tinggi sehingga memungkinkan zat aktif untuk menyebar dengan mudah dan
Uji daya lekat merupakan uji ynag digunakan untuk mengetahui kamapuan
maksimal daya lekat krim pada kulit saat digunakan.tujuannya untuk mengetahui
seberapa kuat sediaan krim dapat melekat pada daerah aplikasi (Wiguna,2016).
Semakin lama waktu krim melekat pada kulit, maka semakin baik krim yang
dihasilkan karena zat aktif yang terkandung dalam sediaan krim semakin lama
melekatnya pada kulit dan memberikan efek (Khairi dkk, 2013). Berdasarkan
hasil pengujian daya lekat pada tabel …. Sebelum dan sesudah penyimpanan
sediaan krim, dimana viskositas juga merupakan tahanan suatu cairan untuk
mengalir, makin tinggi nilai viskositas, maka semakin besar tahananya mengalir.
yang signifikan dan masih pada rentang viskositas yaitu 2.000-50.000 cPs yang
pengujian efektivitas antibakteri dengan metode difusi sumur dengan tiga kali
pengulangan pada tiga variasi konsentrasi krim ekstrak daun pare (Momordica
charantia) yaitu FI 10%, FII 15%, FIII 20%, kontrol negative (tanpa ekstrak), dan
secara merata bersama media agar sehingga seluruh bagian agar mengandung
mikroba uji. Media agar yang telah memadat dilubangi terlebih dahuludengan
spuit injeksi steril sehingga terbentuk lubang dengan diameter dan ketebalan
tertentu yang mampu menampung bahan uji dengan kosentrasi daan volume
kerentanan mikroba terhadap bahan uji dengan cara membiarkan bahan berdifusi
pada media agar. Konsentrasi bahan uji menurun sebanding dengan luas bidang
difusi. Bahan uji berdifusi sampai pada titik dimana bahan tersebut tidak dapat
Uji daerah hambat yang dihasilkan pada uji efektivitas dapat dipengaruhi
oleh kepadatan atau viskositas media agar, kecepatan difusi bahan uji, konsentrasi
dan volume bahan uji pada lubang, sensitivitas organisme terhadap bahan uji, dan
lebih mudah, sederhana dan relative murah. Lubang pada media agar mampu
menampung bahan uji lebih banyak dan difusi dapat terjadi lebih mudah. Media
sumuran memungkinkan pengujian 5-6 bahan uji dalam satu cawan petri
(Samingan, 2016).
media semi sintetik karena tersusun atas bahan alami (kental) dan bahan sintesis
dextrose dan gar. Kentang merupakan sumber karbon karbohidrta, vitamin, dan
energy, dextrose sebagai sumber gula dan energy, selain itu komponen agar
komponen tersebut sangat, diperlukan sebagai sumber nutrisi yang baik untuk