Penulis
Rizvy Maryam Arianti1) ; Rahmi Amini Mahardikawati2) ; Sri Wedhastri3); Erni Martani4) ;
Donny Widianto5)
Abstrak
Rhizobia dapat membentuk bintil pada sistem perakaran dari hasil simbiosisnya
dengan tanaman legum. Rhizobia dapat dikarakterisasi berdasarkan sifat fenotipik dan
kemampuannya dalam membentuk bintil pada tanaman legum yang berbeda. Penelitian
ini bertujuan untuk mendapatkan isolat bakteri pembintil akar dari rhizosfer tanaman
Bauhinia purpurea dan mengetahui karakter serta keragaman isolat bakteri tersebut.
Isolat bakteri pembintil akar didapatkan dari bintil akar tanaman perangkap siratro
(Macroptilium atropurpureum), kembang telang (Clitoria ternatea), dan kacang tunggak
(Vigna ungucuilata) yang ditanam pada plastic pouch menggunakan sampel rhizosfer
tanaman Bauhinia purpurea yang diperoleh dari area Fakultas Pertanian, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta. Selanjutnya seluruh isolat diuji konfirmasi pembentukan bintil
akar dan dilanjutkan dengan pengujian karakter fenotipik yang dilakukan berdasarkan
pengujian sifat morfologi koloni dan sel, serta sifat biokimia.
Didapatkan 10 isolat yang berasal dari bintil akar tanaman siratro dan 13 isolat dari
bintil akar tanaman kacang tunggak, sedangkan pada tanaman kembang telang tidak
ditemukan bintil akar. Hasil konfirmasi menunjukkan bahwa isolat yang diperoleh mampu
berasosiasi membentuk bintil akar pada tanaman siratro dan kacang tunggak. Dari hasil
pengujian karakter fenotipik isolat, didapat tujuh isolat yang diduga termasuk ke dalam
kelompok Agrobacterium sp. dan sembilan isolat yang diduga termasuk ke dalam
kelompok Rhizobium.
PENDAHULUAN :
Rhizobia adalah bakteri pemfiksasi nitrogen yang dapat melakukan simbiosis
dengan legum dengan membentuk bintil akar dan sering disebut sebagai bakteri pembintil
akar legum (legume nodulating bacteria) (Cauwenberghe et al., 2015). Rhizosfer
merupakan bagian tanah yang berada di sekitar perakaran tanaman. Beberapa
mikroorganisme rhizosfer berperan penting dalam siklus hara dan proses pembentukan
tanah (Hornbyn, 1990). Salah satu mikroorganisme yang berperan penting dalam siklus
hara adalah rhizobia. Rhizobia harus memenuhi syarat agar mampu membentuk bintil
akar, yaitu populasi dan aktivitas bakteri sebesar 10 8-109 sel/gram tanah (Rao, 1994).
Tanaman bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea) mempunyai kemampuan untuk
memfiksasi nitrogen dari atmosfer melalui bintil akar (Lewis et al., 2005). Karena
kemampuannya dalam memfiksasi nitrogen melalui bintil akar, dimungkinkan pada
rhizosfer tanaman bunga kupu-kupu terdapat bakteri pembintil akar.
Rhizobia akan membentuk asosiasi dengan tanaman legum yang spesifik, karena
setiap rhizobia memiliki tingkat kesesuaian yang berbeda-beda terhadap tanaman legum
yang menjadi inangnya. Tingkat kesesuaian ini akan berpengaruh terhadap peningkatkan
efektivitas proses penambatan nitrogen secara biologis dan akan berpengaruh terhadap
peningkatan produktivitas tanaman (Mahdhi et al., 2012). Beberapa tanaman legum yang
banyak digunakan sebagai tanaman perangkap bakteri pembintil akar diantaranya adalah
tanaman siratro (Macroptilium atropurpureum), kembang telang (Clitoria ternatea), dan
kacang tunggak (Vigna ungucuilata). Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan isolat
bakteri pembintil akar dari rhizosfer tanaman bunga kupu-kupu dengan metode trapping
menggunakan tiga tanaman perangkap serta mengetahui karakteristik isolat bakteri
pembintil akar berdasarkan sifat fenotipik, sifat biokimia, dan kemampuannya dalam
pembentukan bintil akar.
METODOLOGI PENELITIAN:
Tempat Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, dan rumah kaca
Jurusan Mikrobiologi Pertanian, Fakultas Mikrobiologi, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Bahan dan Alat
Bahan utama yang digunakan adalah adalah rhizosfer dari tanaman bunga kupu-
kupu (Bauhinia purpurea) yang diambil di wilayah taman di lingkungan Fakultas
Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Alat yang digunakan adalah tabung
reaksi, petridish, gelas objek, mikroskop, pipet ukur, deck glass, stirrer, mikropipet, plastic
pouch, disposable petridish, eppendorf tube 1,5ml, Petroff Hauser Bacteria Counter .
Pengambilan Sampel
Rhizosfer dari tanaman bunga kupu-kupu diambil secara random. Pengambilan
tanah dilakukan dengan berjalan sambil mengambil sampel tanah dengan mengiris tipis
sedalam ±25 cm. Sampel diambil dari setiap rhizosfer sebanyak ± 200 gram kemudian
dikompositkan.
Trapping Bakteri Pembintil Akar pada Tanaman perangkap dan Perhitungan Jumlah
Bakteri Pembintil akar dengan Metode Most Probable Number (MPN)
Tanaman perangkap diinokulasikan dengan tanah sampel dari rhizosfer tanaman
bunga kupu-kupu hingga terbentuk bintil akar. Hal- hal yang harus dilakukan adalah :
persiapan bahan tanaman perangkap, persiapan media tanam, penanaman tanaman
perangkap dan inokulasi sampel rhizosfer tanaman bunga kupu- kupu, perhitungan
jumlah bakteri pembintil akar dengan menggunakan Most Probable Number (MPN)
Isolasi Bakteri Pembintil Akar dari Bintil Akar yang Terbentuk
Bintil akar yang terbentuk pada masing-masing tanaman perangkap diisolasi hingga
didapatkan kultur murni. Bintil akar yang diambil dari akar tanaman perangkap disterilisasi
dan dihancurkan kemudian digoreskan pada permukaan medium Congo Red Yeast
Mannitol Agar pada petridish. Setelah didapatkan koloni tunggal rhizobium digores ke
permukaan media Yeast Mannitol Agar miring hingga kembali didapatkan isolat murni
yang selanjutnya akan diuji (Rao, 1982).
Karakterisasi Isolat Bakteri Berdasarkan Sifat Fenotipik
Karakterisasi isolat bakteri berdasarkan sifat fenotipik dilakukan untuk mengetahui
kenampakan morfologi koloni dan sel isolat suatu kelompok bakteri. Adapun pengujian
yang dilakukan adalah pengujian morfologi sel bakteri (pengujian sifat gram, pengujian
ukuran sel bakteri dan pengujian motilitas sel bakteri) dan pengujian morfologi koloni
bakteri.
Karakterisasi Isolat Bakteri Berdasarkan Sifat Biokimia
Pengujian berdasarkan sifat biokimia dapat dilakukan untuk mengetahui
metabolisme isolat bakteri. Pengujian sifat biokimia yang dilakukan pada penelitian kali ini
mencakup pengujian katalase, senyawa indol, 3-ketolaktosa, pengujian kebutuhan
berbagai sumber karbon dan pengujian pertumbuhan di berbagai macam medium.
Daftar Pustaka
Hornbyn, F. 1990. Root Disease – The Rhizosphere. John Wiley & Sons. New York.
Lewis, E.G., B. Schrire, and B. Mackinder. 2005. Legume Of The World. Kew
Publishing,London.
Mahdhi, A. Fterich, R. Mokhtar, I. David, dan M. Mars. 2012. Legume nodulating bacteria
(bakteri pembintil akar) from threepasturelegumes (Vicia sativa, Trigonella
maritime, and Hedysarum spinosissimum) in Tunisia. Annals of Microbiology
62:61-68.
Rao, N. S. S. 1982. Biofertilizers inAgriculture. Oxford& IBH Publishing Company. New
Delhi, Bombay, Calcutta
Rao, N. S. 1994. Mikrobiologi Tanah dan Pertumbuhan Tanaman Edisi Kedua. UI Press,
Jakarta.
Somasegaran, P. and H.J. Hoben. 1985. Methods in Legume : Rhizobium Technology.
Department of Agronomy and Soil Science, University of Hawaii.
Weaver, R.W. 1970. Population of Rhizobium japonicum in Iowa soils and inoculum level
needed for nodulation of Glycine max (L.) Merril. Iowa State University.
Retrospective Theses and Disertations.
Wedhastri, S. 2002. Isolasi dan seleksi Azotobacter spp. penghasil faktor tumbuh dan
penambat nitrogen dari tanah masam. Jurnal Ilmu Tanah Lingkungan3 (1):45-51.