Anda di halaman 1dari 32

USULAN PELEPASAN VARIETAS UNGGUL BARU

VARIETAS UNGGUL TEMBAKAU


HIBRIDA NC 7 LC DAN AOB 359 UNTUK
MENDUKUNG PENGEMBANGAN TEMBAKAU BURLEY

Oleh:
Fatkhur Rochman
Sri Yulaikah
Djajadi
Agung Kiswara
Titik Yulianti
Aprilia Ridhawati
Emy Sulistyowati

Kerjasama

BALAI PENELITIAN TANAMAN PEMANIS DAN SERAT

Dengan

PT. ALIANCE ONE INDONESIA


2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T., karena atas hidayah dan
rahmatNya kami dapat melaksanakan dengan lancar penelitian Uji Adaptasi Varietas
Hibrida Tembakau Burley dan Evaluasi Ketahanan Varietas terhadap Penyakit Utama.
Uji adaptasi ini dilakukan dengan tujuan menentukan varietas hibrida introduksi
tembakau burley yang sesuai dan menguntungkan untuk dikembangkan di Lumajang –
Jawa Timur. Dari kegiatan ini diusulkan dua varietas hibrida tembakau burley yaitu
varietas AOB 359 dan varietas NC 7LC. Setelah dilepas, kedua varietas tersebut dapat
dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat petani tembakau burley di Lumajang dan
sekitarnya.

Makalah ini disusun untuk disampaikan kepada Tim Penilai dan Pelepas Varietas
(TP2V) Tanaman Perkebunan agar kedua varietas tersebut dapat dinilai dan
dipertimbangkan pelepasannya sebagai varietas hibrida unggul baru. Pemilik varietas
hibrida ini adalah PT. Aliance One Brazil yang berkedudukan di Brazil dan PT.
GoldLeaf yang berkedudukan di Amerika Serikat. Importir dan pemilik licensi varietas
hibrida ini adalah PT. Aliance One Indonesia yang berkedudukan di Surabaya – Jawa
Timur. Pelaksanaan Uji adaptasi dan evaluasi ketahanan varietas terhadap penyakit
utama dibiayai oleh PT. Aliance One Indonesia bekerjasama dengan Balai Penelitian
Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas).

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu mohon
saran dan masukan untuk memperbaikinya. Harapan kami bahwa kedua varietas hibrida
tersebut dapat disetujui pelepasannya sebagai varietas unggul baru tembakau burley.
Atas perhatianya kami sampaikan terima kasih, semoga pengembangan tembakau
burley dimasa yang akan datang dapat berjalan lancar dan sukses.

Malang, Juli 2017

Penulis
DAFTAR ISI

halaman
Kata Pengantar i
Daftar Isi Ii
Daftar Tabel iii
Ringkasan 1
PENDAHULUAN 2
MATERI GENETIK DAN METODE PENGUJIAN 3
- Materi Genetik 3
- Uji Adaptasi Tembakau Burley Hibrida Introduksi. 3
- Evaluasi Ketahanan Varietas terhadap cebdawa Phythopthora 5
nicotianae dan bakteri Ralstonia solanacearum
HASIL DAN PEMBAHASAN 7
Hasil Uji Adaptasi Tembakau Burley Hibrida Introduksi 7
- Hasil Kerosok 7
- Indek Mutu 8
- Indek Tanaman 9
- Kandungan Nikotin 10
- Stabilitas Varietas 10
Hasil Evaluasi Ketahanan Varietas terhadap cebdawa Phythopthora 11
nicotianae
13
Hasil Evaluasi Ketahanan Varietas terhadap bakteri Ralstonia
solanacearum
16
KESIMPULAN
DESKRIPSI VARIETAS 17
DAFTAR PUSTAKA 23
LAMPIRAN-LAMPIRAN 24

ii
DAFTAR TABEL

No. Nama Tabel halaman


1 Materi genetik yang digunakan dalam Uji Adaptasi Varietas 3
Tembakau Burley Hibrida Introduksi
2 Lokasi Uji Adaptasi 4
3 Rekapitulasi Sidik Ragam Gabungan 7
4 Hasil kerosok kering per hektar masing-masing varietas pada Uji 8
Adaptasi Varietas Introduksi Tembakau Burley Hibrida.
5 Indek Mutu masing-masing varietas pada Uji Adaptasi Varietas 9
Introduksi Tembakau Burley Hibrida.
6 Indek Tanaman masing-masing varietas pada Uji Adaptasi Varietas 10
Introduksi Tembakau Burley Hibrida.
7 Kadar Nikotin masing-masing varietas pada dua musim tanam pada 10
Uji Adaptasi Varietas Introduksi Tembakau Burley Hibrida.
8 Koefisien Regresi dan Simpangan Regresi Hasil Krosok dan Indek 11
Tanaman varietas hibrida tembakau Burley pada Uji Adaptasi tahun
2015 – 2016
9 Intensitas penyakit dan kriteria ketahanan tembakau burley terhadap 12
P. nicotianae pada umur 8 minggu setelah transplanting
15 Intensitas penyakit dan kriteria ketahanan tembakau burley terhadap 14
R. solanacearum pada umur 8 minggu

iii
Varietas Hibrida NC 7 LC dan AOB 359 Untuk
Mendukung Pengembangan Tembakau Burley

Fatkhur Rochman1), Sri Yulaikah1), Djajadi1), Agung Kiswara2),


Titik Yulianti1), Aprilia Ridhawati1), dan Emy Sulistiyowati1),

1): Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat


2): PT. Aliance One Indonesia

RINGKASAN
Tembakau burley sebagai tembakau introduksi banyak digunakan untuk
campuran rokok putih, terutama rokok racikan Amerika (American Blend),
dengan proporsi + 20 %. Rokok putih lain yang menggunakan tembakau burley
adalah racikan Inggris, tetapi komposisi tembakau burleynya lebih sedikit
dibanding racikan Amerika. Selain itu beberapa merk rokok kretek juga
menggunakan tembakau burley, walaupun komposisinya lebih sedikit dari rokok
putih. Penanaman tembakau burley dilakukan di daerah Lumajang, Klaten dan
Mojokerto, Banyuwangi dan Jember. Tahun 2003 telah dilepas tiga varietas
tembakau Burley, yaitu TN 90, HB 14P dan NC 3. Sampai saat ini varietas yang
digunakan adalah varietas galur murni TN 90. Bisa terjadi varietas unggul dari
manca negara setelah ditanam di Indonesia tidak menunjukkan sifat-sifat unggul
seperti di daerah asalnya. Hal ini dapat terjadi apabila ekologi negara asal
sangat berbeda dengan ekologi di Indonesia. Oleh karena itu varietas yang
diintroduksi tersebut perlu di uji terlebih dahulu sebelum di kembangkan di
Indonesia.
Tahun 2015 Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas)
bekerjasama dengan PT. Aliance One Indonesia melakukan penelitian uji
adaptasi di dua lokasi, terhadap empat varietas hibrida introduksi, yaitu AOB 359,
AOB 656, DBH 455 dan NC7LC milik PT. Aliance One Brazil. Sebagai
pembanding adalah varietas TN 90 yang telah dilepas tahun 2003. Percobaan
disusun dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang diulang 5 kali.
Parameter yang diamati meliputi : hasil krosok, indeks mutu, indeks tanaman,
dan kadar nikotin. Juga dilakukan evaluasi ketahanan varietas terhadap penyakit
utama (Phytophthora nicotianae dan Ralstonia solanacearum) di
Laboratorium.Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui keunggulan varietas
dalam rangka pengajuan pelepasan.
Dari uji adaptasi dan evaluasi ketahanan terhadap penyakit utama, dari ke
empat varietas hibrida tersebut diusulkan 2 varietas untuk dilepas, yaitu: (1)
Varietas NC7LC dengan keunggulan menghasilkan krosok dan indek tanaman
tertinggi kedua. Potensi produktivitas dapat mencapai 1.318,41 kg krosok per
hektar dan rata-rata indek tanaman 72,86. Masing-masing meningkat 18,18 %
dan 26,52% dibanding Varietas TN 90. Varietas ini dapat beradaptasi luas
(Stabil) dan tahan terhadap penyakit cendawan Phytopthora nicotianae. (2)
Varietas AOB 359 dengan keunggulan menghasilkan krosok dan indek tanaman
tertinggi pertama. Potensi produktivitas dapat mencapai 1.369,57 kg krosok per
hektar dan rata-rata indek tanaman 74,74. Masing-masing meningkat 22,76 %
dan 29,78 % dibanding Varietas TN 90. Varietas ini dapat beradaptasi luas
(Stabil) dan moderat tahan terhadap penyakit cendawan Phytopthora
nicotianae.
I. PENDAHULUAN
Tembakau burley tergolong dalam kelas “Ligh Air Cured Tobacco”, yaitu
tembakau yang proses pengeringannya dilakukan dengan kering angin dalam
gudang. Semula tembakau ini digunakan untuk campuran rokok putih, terutama
rokok racikan Amerika (American Blend), dengan proporsi + 20 %. Rokok putih
lain yang menggunakan tembakau burley adalah racikan Inggris, tetapi komposisi
tembakau burleynya lebih sedikit dibanding racikan Amerika. Selain itu beberapa
poroduk rokok kretek juga menggunakan tembakau burley, walaupun
komposisinya lebih sedikit dari rokok putih.
Berdasarkan mutunya, tembakau burley di dunia dapat dibedakan menjadi
dua kelompok yaitu kelompok penghasil aroma (tembakau burley dari Amerika
Serikat, Zimbabwe dan Brazilia) dan kelompok yang berfungsi sebagai pengisi
(tembakau burley dari RRC, Thailand dan Filipina). Kelompok pertama
mempunyai mutu lebih tinggi dan harga lebih mahal karena sifat aromatisnya.
Tembakau burley di Indonesia merupakan tembakau introduksi yang mulai
diusahakan sejak tahun 1957 (Anonim, 1975). Beberapa daerah yang digunakan
untuk penanaman tembakau burley adalah Kabupaten Lumajang, Klaten dan
Mojokerto. Sebagai tembakau introduksi, semua varietas-varietas yang
dikembangkan di Indonesia berasal dari luar negeri. Tahun 2003 telah dilepas
tiga varietas tembakau burley yaitu TN 90, HB 14P dan NC 3. Sampai saat ini
varietas yang digunakan adalah varietas galur murni TN 90.
Introduksi varietas dari manca negara memiliki beberapa keuntungan,
yaitu (1) Sudah diketahui keunggulannya dan muncul/eksis di daerah baru, (2)
Dapat dijadikan sebagai bahan seleksi sebagai calon varietas unggul baru, (3)
Digunakan sebagai sumber genetik yang diperlukan dalam program pemuliaan.
Mendatangkan varietas dari mancanegara perlu menghindari terbawanya
penyakit yang tidak diharapkan. Dalam hal ini Institusi Karantina Tumbuhan
memegang peranan penting untuk menangkal bahaya tersebut. Uji kesehatan
benih dengan menggunakan teknik Elisa untuk virus, dan deteksi dini terhadap
patogen tular biji seperti jamur dan bakteri di rumah kaca merupakan langkah
awal untuk menghindari terjadinya penyusupan patogen yang berbahaya dari
macanegara melalui biji. Introduksi bahan tanaman berupa benih atau kultur
jaringan relatif lebih aman daripada introduksi tanaman atau bahan-bahan
perbanyakan klon.

2
Varietas unggul dari manca negara setelah ditanam di Indonesia mungkin
tidak menunjukkan sifat-sifat unggul seperti di daerah asalnya karena perbedaan
lingkungan tumbuhnya. Oleh karena itu varietas yang diintroduksi tersebut perlu
diuji terlebih dahulu sebelum di kembangkan di Indonesia.
Kegiatan yang dilakukan pada musim tanam tahun 2015 dan 2016 adalah
Uji Multilokasi varietas hibrida introduksi tembakau burley dan Evaluasi
Ketahanan Varietas terhadap Penyakit Utama. Tujuan pengujian adalah untuk
mengetahui keunggulan varietas dan respon varietas terhadap penyakit utama di
Indonesia. Varietas yang potensial diusulkan pelepasanya kepada Menteri
Pertanian sehingga legal untuk dikembangkan di wilayah Indonesia.

II. MATERI GENETIK DAN METODE PENGUJIAN

2.1. Materi Genetik


Materi genetik berupa empat varietas tembakau burley hibrida yang
diintroduksi dari Brazil dan Amerika Serikat sesuai dokumen impor No
97/Kpts/PI.800/03/2017.SIP. Sebagai pembanding digunakan varietas galur
murni yang telah dilepas tahun 2003 (Tabel 1).

Tabel 1. Materi genetik yang digunakan dalam Uji Adaptasi Varietas Tembakau
Burley Hibrida Introduksi dari Brazil di Lumajang.
No. Varietas Asal Keterangan
1. AOB 359 Brazil Cms B09 x B166
2. AOB 656 Brazil Hasil persilangan
3. DBH 455 Brazil Hasil persilangan
4. NC 7 LC Amerika Serikat Cms NC-775-5 x NC 645
5. TN 90 Amerika Serikat Sebagai Pembanding, dilepas th 2003

2.2. Uji Adaptasi Varietas Tembakau Burley Hibrida Introduksi.

Uji adaptasi dilaksanakan selama dua tahun pada lahan sawah di


Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Tahun 2015 dilaksanakan di dua lokasi, yaitu
di Desa Tumpeng, Kecamatan Candipuro, dan Desa Jatisari Kecamatan
Tempeh. Tahun 2016 dilaksanakan di lima lokasi, yaitu di Desa Tumpeng
Kecamatan Candipuro, Desa Nguter Kecamatan Pasirian, Desa Pulo Kecamatan
Tempeh, dan 2 tempat di Desa Sumbersuko Kecamatan Sumbersuko. Deskripsi
lokasi uji adaptasi tercantum pada Tabel 2. Penelitian disusun dengan

3
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang diulang 5 kali. Unit
perlakuan terdiri dari 150 tanaman per plot. Untuk penyusunan deskripsi varietas
dilakukan penanaman sendiri sebanyak 40 tanaman per varietas.
Teknik budidaya dilakukan sesuai dengan anjuran. Jarak tanam yang
digunakan adalah 110 cm x 45 cm dan dosis pupuk dasar NPK Burley 700 kg/ha
dilanjutkan dengan pupuk susulan pada umur 18-20 hst dengan pupuk ZA: 400
kg/ha dan pada umur 35 hst dengan pupuk KNO3: 100 kg/ha. Pengendalian
hama dilakukan dengan scouting mulai umur 7 hst. Bila populasi hama melebihi
ambang kendali maka dilakukan penyemprotan dengan insektisida.
Parameter yang diamati meliputi : hasil krosok, indeks mutu, indek
tanaman, kejadian penyakit, kadar nikotin dan deskripsi varietas.

Tabel 2. Deskripsi lokasi yang digunakan Uji Adaptasi di Kab. Lumajang


Desa/Kecamatan Elevasi Tekstur tanah
(m dpl)
2015:
1. Jatisari/Tempeh 120 mdpl 1. Lempung berpasir
2. Tumpeng/Candipuro 275 m dpl 2. Lempung berpasir

2016:
1. Tumpeng/Candipuro 275 m dpl 1. Lempung berpasir
2. Nguter/Pasirian 202 m dpl 2. Lempung berpasir
3. Pulo/Tempeh 132 m dpl 3. Lempung berpasir
4. Sumbersuko 1 100 m dpl 4. Lempung
5. Sumbersuko 2 102 m dpl 5. Lempung

Pemangkasan dilakukan pada saat awal pembungaan dengan membuang


3 lembar daun pucuk, diikuti dengan pembuangan sirung secara periodik. Panen
dilakukan bila daun telah cukup masak, dengan cara dua kali petik daun, diikuti
dengan pemotongan batang. Prosesing dilakukan secara “air curing” dalam los
(gudang) pengering. Sortasi dan penentuan mutu dilakukan sesuai dengan
standar mutu konsumen (pasar). Analisa kadar nikotin dilakukan Laboratorium
Balittas Malang dengan metode ektraksi Ether – Pethroleum Ether kemudian
dititrasi.

4
Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam gabungan dengan Uji
Beda Nyata Jujur (BNJ), menggunakan software uji multilokasi dari Istitut
Pertanian Bogor (IPB) PKBT-STAT versi 2.03.

Indeks mutu dihitung dengan persamaan :


n
Σ (Ai x Bi) Keterangan :
i=1 Ai = Indeks harga perlakuan ke i
Indeks mutu = ------------- Bi = Berat mutu ke i
n n = Banyaknya mutu hasil sortasi
Σ Bi
i=1

Indeks tanaman = Indek mutu x Hasil (ton/ha)

Stabilitas galur dianalisa menurut Eberhart dan Russell (1966). Data hasil
pengamatan dihitung dengan persamaan :

n
∑ Yij.Ii dimana : bi = Koefisien regresi linear
i=1
bi = ----------- Yij = Nilai tengah perlakuan ke I, lokasi ke j
n
∑ Ii2 Ii = Indek lingkungan perlakuan ke i
i=1

n dimana : S2di = Simpangan regresi


∑ σ2ij σ2ij = Ragam regresi
i=1 S2e S2e = Kuadrat tengah galat
S2di = ----------- - --------- s = Jumlah lokasi
( s-2 ) (r) r = Jumlah ulangan

2.3. Evaluasi ketahanan varietas terhadap cendawan Phytopthora


nicotianae dan bakteri Ralstonia solanacearum.

Penelitian ini dilaksanakan di rumah kasa Balittas mulai bulan Februari


2016 sampai Januari 2017. Varietas yang diuji adalah: (1) AOB 359, (2) AOB
656, (3) DBH 455, (4) NC 7 LC, dan (5) TN 90. Sebagai kontrol tahan digunakan

5
varietas K399 dan kontrol rentan terhadap P. nicotianae dan R. solanacearum
menggunakan Horison Special (S2326).
Isolat P. nicotianae yang digunakan berasal daro hasil isolasi pada
pertanaman tembakau Burley yang ditanam di Lumajang yang menunjukkan
gejala terserang penyakit tersebut. Isolasi jamur P. nicotianae menggunakan
metode baiting pada buah apel, pemurnian, dan perbanyakan P. nicotianae
menggunakan media CMA. Umur inokulum untuk diinokulasikan adalah 7-10
hari setelah inkubasi. Pembuatan inokulum P. nicotianae dilakukan dengan
menambahkan 10 ml aquadest steril ke dalam biakan murni jamur pada cawan
petri dan dikocok sampai homogen. Inokulasi P. nicotianae dilakukan melalui
akar. Inokulasi akar dilakukan 24 jam sebelum ditanam di polybag dengan cara
menuang suspensi jamur sebanyak 5 ml per bibit (lubang tray). Metode ini
merupakan modifikasi metode Sullivan et al (2005).
Isolat R. solanacearum yang digunakan berasal dari hasil isolasi pada
pertanaman tembakau Burley yang ditanam di Lumajang yang menunjukkan
gejala terserang penyakit tersebut. Isolasi, pemurnian, dan perbanyakan R.
solanacearum dilakukan pada media CPG. Inokulasi R. solanacearum dilakukan
dengan cara menuang suspensi bakteri sebanyak 5 ml per bibit (per lubang tray)
24 jam sebelum ditanam di polybag.
Tanah yang digunakan baik untuk media pembibitan maupun penanaman
berupa campuran pasir, tanah, dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:2:1
yang sudah disteril dengan uap panas selama 2 jam. Masing-masing kultivar
ditanam sebanyak 10 tanaman tiap ulangan + 2 tanaman cadangan, 1
tanaman/polybag. Setiap perlakuan (kultivar) diulang 3 kali dan disusun dalam
Rancangan Acak Kelompok (RAK).

Pengamatan
Pengamatan intensitas penyakit dilakukan setiap minggu selama 6
minggu, dengan menggunakan rumus ABADI (2003) seperti yang tertera di
bawah ini:
a
I = ------------------ X 100%
b

6
dimana :
I = Intensitas Penyakit (%)
a = Jumlah tanaman terserang
b = Jumlah tanaman yang diamati

Pengelompokan kriteria ketahanan disesuaikan dengan metode Csinos et


al (1984), yaitu tahan (T) = 0– 17.0% tanaman sakit, moderat (M) = 18– 42%
tanaman sakit, rentan (R) = 43-73% tanaman sakit, dan sangat rentan : > 74%
tanaman sakit.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1. Uji Adaptasi Varietas Tembakau Burley Hibrida Introduksi
Hasil sidik ragam gabungan menunjukkan bahwa varietas berpengaruh
sangat nyata terhadap parameter hasil krosok dan indek tanaman. Interaksi
antara varietas dan lokasi berpengaruh sangat nyata terhadap parameter hasil
krosok dan indeks tanaman (Tabel 3).

Tabel 3. Rekapitulasi Sidik Ragam Gabungan


Karakter Varietas Varietas*lokasi KK (%)
Hasil Krosok ** ** 19.88
Indek Mutu tn tn 11.85
Indek Tanaman ** ** 26.89
Kadar Nikotin tn * 27,85
Keterangan: *) nyata pada P < 0.05, **) nyata pada P < 0.01,
tn) tidak berbeda nyata

3.1.1. Hasil Krosok


Hasil krosok kering dipengaruhi oleh varietas dan interaksi antara varietas
dengan lokasi. Pada Tabel 4 terlihat bahwa varietas AOB 359 menghasilan
krosok kering tertinggi di empat lokasi dengan rata-rata peningkatan 22,76 %
dibanding Varietas TN 90. Hasil tertinggi kedua adalah varietas NC 7LC dengan
rata-rata peningkatan 18,18 % dibanding varietas TN 90. Potensi produksi AOB
359 adalah sebesar 1.369 kg kerosok per ha, sedangkan NC 7LC mampu
menghasilkan 1.318 kg kerosok per ha.

7
Tabel 4. Hasil krosok kering per hektar masing-masing varietas pada Uji
Adaptasi di Kab. Lumajang
2015 2016 Rerata
Varietas
Jatisari Tumpeng Tumpeng Nguter Pulo Sbrsuko 1 Sbrsuko 2 Varietas
AOB 359 2.258,40a 2.804,40b 1.398,80b 1.230,36a 964,55a 398,95ab 531,51 1.369,57a
AOB 656 1.676,20c 2.586,80c 1.232,20bc 849,32b 843,35a 383,80ab 440,61a 1.144,61bc
DBH 455 1.925,40b 2.996,00a 1.070,60c 601,41c 631,25b 282,80b 405,26a 1.130,39c
NC 7LC 1.785,80bc 2.537,60c 1.600,85a 1.280,86a 1.025,15a 484,80a 513,84a 1.318,41ab
TN 90 2.211,20a 2.819,60ab 833,25d 583,05c 575,70b 343,40ab 443,14a 1.115,62c
Rerata 1.971,4b 2.748,9a 1.227,1c 909,0cd 808,0cd 378,75d 466,87d
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ 5%

Hasil Krosok tahun 2015 cukup tinggi karena iklimnya normal (ada musim
kering yang tegas), dan tahun 2016 hasil Krosok relatif rendah akibat curah hujan
yang tinggi. Pada kondisi basah (curah hujan) pertumbuhan tanaman tembakau
terhambat (tidak maksimal) karena akar tanaman tidak berkembang sempurna.
Bahkan didaerah tertentu seperti di Desa Sumbersuko, kondisi basah dapat
meningkatkan serangan penyakit tembakau seperti virus dan atau cendawan.
Pada cuaca normal pertumbuhan tanaman muda cukup baik, kelihatan seragam
pada masing-masing petak/varietas. Pada saat bunga mekar pertama tanaman
kelihatan subur sehingga sulit membedakan antara varietas satu dengan varietas
yang lain. Disini peranan pengaturan pengairan harus dilakukan dengan cermat
dan tepat sehingga perbedaan antar varietas dapat kelihatan.

3.1.2. Indek Mutu


Tembakau merupakan salah satu produk pertanian yang fungsi utamanya
untuk bahan kenikmatan dalam bentuk rokok, oleh karena itu mutu merupakan
unsur yang sangat penting bagi pabrik rokok dan sangat besar peranannya
dalam pengusahaan tembakau. Banyak faktor yang mengakibatkan mutu
tembakau tidak baik, di antaranya cara petani dalam memanen tembakau. Selain
itu, kesalahan petani lainnya yaitu memanen tembakau yang tidak sehat, dan
mencampur antar posisi daun.

8
Tabel 5. Indek Mutu masing-masing varietas pada Uji Adaptasi di. Lumajang
2015 2016 Rerata
Varietas
Jatisari Tumpeng Tumpeng Nguter Pulo Sbrsuko 1 Sbrsuko 2 Varietas
AOB 359 49,75 50,75 66,40 57,77 57,74 51,07 46,79 54,32
AOB 656 49,00 47,50 70,22 58,35 60,09 54,00 47,97 55,31
DBH 455 52,00 55,25 65,77 53,79 59,12 48,79 43,22 53,99
NC 7LC 49,00 48,75 68,69 63,32 58,30 51,27 45,81 55,02
TN 90 50,75 49,00 61,26 57,79 57,26 45,99 40,23 51,75
Rerata 50,10c 50,25c 66,47a 58,21b 58,50b 50,22c 44,80c
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ 5%

Mutu tembakau merupakan resultante dari berbagai faktor seperti rasa,


aroma, warna, pegangan, body dan lain-lain. Untuk mengkuantitatifkan mutu,
didekati dengan harga berdasarkan penilaian grade tembakau oleh konsumen
(pengelola usahatani tembakau). Semakin tinggi mutu atau grade suatu varietas
maka semakin tinggi harga, indeks harga dan indek mutunya sesuai dengan
rumus indek mutu tersebut. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa hanya
faktor lokasi yang berpengaruh nyata terhadap indek mutu (Tabel 5).

3.1.3. Indek Tanaman

Hasil krosok yang tinggi kurang bermanfaat bagi produsen tembakau,


apabila mutu yang dihasilkan tidak sesuai dengan kebutuhan konsumen, Oleh
karena itu harga sangat menentukan indeks mutu dan indeks tanaman, Di sisi
lain produksi yang tinggi merupakan faktor yang sangat penting bagi petani,
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka pemilihan varietas yang akan
dikembangkan tidak semata-mata yang mampu berproduksi tinggi, tetapi juga
bermutu baik, Perpaduan dua unsur tersebut dapat digambarkan dengan indeks
tanaman, yang merupakan perkalian antara hasil dengan indeks mutu, Semakin
tinggi nilai indeks tanaman mengindikasikan semakin tinggi pula pendapatan
petani,
Interaksi antara varietas dan lokasi berpengaruh nyata terhadap indeks
tanaman, Pada Tabel 6 terlihat bahwa varietas AOB 359 dan NC 7LC
menghasilan indek tanaman tertinggi di lima lokasi dengan rata-rata peningkatan
AOB 359 sebesar 29,78 % dibanding varietas TN 90, dan NC 7LC meningkat
26,52% dibanding varietas TN 90 (Tabel 6),

9
Tabel 6, Indek Tanaman pada Uji Adaptasi di Kab, Lumajang
2015 2016 Rerata
Varietas
Jatisari Tumpeng Tumpeng Nguter Pulo Sbrsuko 1 Sbrsuko 2 Varietas
AOB 359 112,74a 145,27b 93,19b 71,39a 55,43a 20,30a 24,87a 74,74a
AOB 656 82,87c 122,80c 85,61b 48,61b 49,89ab 20,89a 20,43a 61,59ab
DBH 455 100,36ab 167,95a 70,56c 32,13c 37,50bc 13,77a 17,14a 62,77ab
NC 7LC 87,36bc 123,09c 109,94a 81,81a 59,88a 24,70a 23,25a 72,86a
TN 90 111,77a 139,91b 51,23d 33,80c 32,98c 16,08a 17,34a 57,59b
Rerata 99,02ab 139,80a 82,11bc 53,54cd 47,14cd 19,15d 20,61d
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ 5%

3.1.4. Kadar Nikotin

Hasil analisa kadar nikotin dalam daun lima varietas yang diuji tercantum
dalam Tabel 7, Hasil analisis statistika menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang nyata diantara varietas-varietas yang diuji, Perbedaan kadar
nikotin terjadi karena pengaruh lokasi, Kadar nikotin terrendah diperoleh dari
desa Sumbersuko 2,

Tabel 7, Kadar Nikotin Krosok Tembakau Burley pada Uji Adaptasi di Lumajang
2015 2016 Rerata
Varietas
Jatisari Tumpeng Tumpeng Nguter Pulo Sbrsuko 1 Sbrsuko 2 Varietas
…………………………… % ………………………………
AOB 359 2,82 2,07 1,76 1,79 0,87 1,45 0,82 1,66
AOB 656 2,63 1,99 1,17 1,39 0,92 0,67 1,01 1,39
DBH 455 3,58 2,69 1,55 1,28 0,87 1,28 0,47 1,67
NC 7LC 3,32 2,77 1,36 1,14 1,28 1,15 0,55 1,65
TN 90 2,75 2,20 1,74 1,52 1,64 1,08 0,76 1,67
a b c c cd cd d
Rerata 3,02 2,34 1,51 1,42 1,12 1,13 0,72
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda
nyata berdasarkan uji BNJ taraf 5%

3.1.5. Stabilitas Varietas

Hasil analisa stabilitas menurut Eberhart Russel (1966) yang disajikan


pada Tabel 8, Koefisien regresi (bi) semua varietas tidak berbeda dengan satu
karena nilai F hitung lebih kecil dibanding F tabel (2,30), Nilai simpangan regresi
(S2di) hanya varietas NC 471 untuk parameter hasil krosok yang berbeda nyata

10
dengan nol. Hal tersebut menunjukan bahwa varietas AOB 359 dan NC 7LC
stabil sehingga dapat dikembangkan disemua lokasi.

Tabel 8. Koefisien Regresi dan Simpangan Regresi Hasil Krosok dan Indek Tanaman
Varietas Tembakau Burley pada Uji Adaptasi Tahun. 2015 – 2016.
Galur/ Hasil Krosok Indek Tanaman
Varietas bi F hitg S2di F hitg bi F hitg S2di F hitg
AOB 359 1,02 tn 286,27 2252,14tn 1,163 1,04 tn 332,18 -13769,5 tn 0,00271
AOB 656 0,90 tn 477,32 -6296,21tn 0,544 0,84 tn 220,92 -13769,5 tn 0,00270
DBH 455 1,14 tn 342,35 3148,05 tn 1,228 1,24 tn 114,63 -13651,4 tn 0,01126
NC 7LC 0,82 tn 73,54 27117,00* 2,964 0,82 tn 26,40 -13515,8 tn 0,02108
TN 90 1,12 tn
112,56 35590,35* 3,578 1,06 tn 54,68 -13567,8 tn 0,01732
Keterangan : F tabel 95% : 2,30

3.2. Ketahanan Tanaman terhadap Phytophthora nicotianae (Lanas)


Satu minggu setelah transplanting, sudah beberapa tanaman dari DBH
455 dan HS (kontrol rentan) sudah mulai menunjukkan gejala layu disertai daun
berubah kekuningan. Pada perkembangan berikutnya, pangkal batang terlihat
busuk kehitaman. Gejala tersebut merupakan gejala lanas akibat serangan P.
nicotianae. Bahkan intensitas penyakit pada varietas HS sudah lebih dari
separuh (52%). TN90 yang merupakan varietas pembanding, baru menunjukkan
gejala layu pada minggu kedua, namun dengan intensitas yang sangat tinggi
(44%) dan pada minggu-minggu berikutnya tanaman banyak yang layu dan mati.
Gejala layu berhenti pada minggu kedelapan dengan intensitas yang sangat
tinggi (84%). Sedangkan HS (kontrol rentan) pada minggu kedua sudah layu dan
mati semua.

Berdasarkan kriteria ketahanan Csinos et al (1984), NC7LC merupakan


varietas yang tahan terhadap P. nicotianae. Perkembangan penyakitnya pun
sangat lambat dan sudah berhenti (tidak ada perkembangan) setelah minggu
keenam. Varietas AOB 359 masuk ke dalam kategori moderat tahan dengan
perkembang penyakit yang lambat dan berhenti setelah minggu ke delapan.
Sedangkan AOB656 dan DBH 455 merupakan varietas yang rentan terhadap P.
nicotianae. Jika dibandingkan dengan varietas TN 90 yang sudah lama

11
berkembang di Lumajang, varietas-varietas yang baru ini relatif lebih rendah
intensitas penyakitnya.

120
% Int ens itas Pe ny aki t

100 HS (rentan)
TN90
80
AOB656
60
DBH455

40
AOB359

20
NC7LC
K399 (Tahan)
0
1 2 3 4 5 6 7 8 minggu

Gambar 1. Perkembangan penyakit lanas pada varietas Burley akibat serangan


P. nicotianae

Tabel 9. Intensitas penyakit dan kriteria ketahanan varietas tembakau Burley


terhadap P. nicotianae pada umur 8 minggu setelah transplanting
Varietas Intensitas Penyakit (%) Kriteria Ketahanan
AOB 359 36,00 d moderat tahan
AOB 656 72,5 bc Rentan
DBH 455 62,00 c rentan
NC 7 LC 12,00 e Tahan
TN 90 84,45 ab sangat rentan
HS (Kontrol Rentan) 100 a sangat rentan
K 399 (Kontrol Tahan) 6,0 e Tahan

Pada pengujian ini, tampaknya inokulum yang diperoleh dari Lumajang


sangat virulen, terbukti kontrol rentan HS (S2326) menjadi sangat rentan pada uji
ini. Gejala lanas pada kontrol tahan baru muncul pada minggu ketiga dengan
perkembangan penyakit yang sangat lambat (Gambar 1).
Perkembangan penyakit lanas bisa dihambat dengan menggunakan bibit
yang diberi perlakuan fungisida berbahan aktif copper hydroxide. Dari hasil
pengujian ternyata sampai minggu ke 12 tanaman mampu bertahan dan
serangan penyakit tidak terlalu tinggi (3.08-6.15%), kecuali pada DBH 455
mencapai 29.69%. Perkembangan penyakit lanas pada empat varietas tembakau

12
uji yang sudah disemprot copper hydroxide di pembibitan dapat dilihat pada
Gambar 2.

30
DBH 455
25
% Intensitas penyakit

20

15

10

AOB 656
5 TN 90
AOB 359
NC7LC
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 minggu

Gambar 2. Perkembangan penyakit lanas pada varietas Burley yang diberi


perlakuan fungisida copper oxychloride

Jika dibandingkan dengan varietas yang sudah berkembang di Lumajang


(TN 90), maka varietas-varietas yang baru diintroduksi memiliki ketahanan lebih
baik karena TN 90 termasuk ke dalam kriteria sangat rentan dengan
menggunakan isolat yang berasal dari daerah Lumajang. Dari data di atas
terlihat bahwa ada dua varietas Burley yang bisa dikatakan moderat-tahan
terhadap P. nicotianae, yaitu AOB 359 dan NC7LC. Deskripsi NC7LC memang
menunjukkan bahwa varietas ini sangat resisten terhadap P. nicotianae ras 0
tetapi medium resisten terhadap P. nicotianae ras 1. Selain itu, varietas ini
resisten terhadap layu Fusarium, dan TMV. NC 7 juga diklaim tahan terhadap
serangan nematode Meloidogyne penyebab puru akar.

3.3. Ketahanan terhadap Ralstonia solanacearum


Gejala layu lansung muncul 1 minggu setelah transplanting pada kontrol
rentan (86%), DBH 455 (16%), TN90 (8.89%) dan AOB 656 (2.5%).
Perkembangan penyakit berlangsung sangat cepat, terutama pada ketiga nomor

13
tersebut di atas (Gambar 3). Pada kontrol rentan, seluruh tanaman sudah mati
pada minggu kedua. Untuk kultivar NC7LC dan AOB 359 gejala diawali dengan
salah satu daun bagian bawah berubah kekuningan. Pada minggu berikutnya
akan tampak gejala layu.
120

100
% Intensitas penyakit

80

60

40

20

0
1 2 3 4 5 6 7 8

Gambar 3. Perkembangan penyakit layu bakteri pada varietas Burley akibat


serangan R. Solanacearum

Berdasarkan kriteria ketahanan yang dikelompokkan oleh Csinos et al


(1984), empat varietas Burley yang diuji semuanya rentan-sangat rentan
terhadap R. solanacearum (Tabel 9). Varietas-varietas NC7LC, AOB 359, dan
AOB 656 termasuk kategori varietas yang rentan dengan intensitas penyakit
berturut-turut: 44%, 56%, dan 72%. Sebaliknya varietas DBH 455, dan TN 90
sangat rentan terhadap R. solanacearum dengan intensitas penyakit 94% dan
86,7%.
Pemberian copper oxychloride di pembibitan hanya mampu menghambat
perkembangan penyakit layu bakteri sampai minggu keenam, pada minggu ke 7
perkembangan penyakit mulai merangkak naik (Gambar 4). Hal ini mungkin
karena copper oxychloride merupakan fungisida.

14
Tabel 10. Intensitas penyakit dan kriteria ketahanan tembakau Burley terhadap
R. Solanacearum pada umur 8 minggu setelah transplanting
Varietas Intensitas Penyakit (%) Kriteria Ketahanan
AOB 359 56,00 B Rentan
AOB 656 72,50 B Rentan
DBH 455 94,00 A Sangat Rentan
NC 7 LC 44,00 B Rentan
TN 90 86,67 A Sangat Rentan
HS (Kontrol Rentan) 100 A Sangat Rentan
K 399 (Kontrol Tahan) 8,0 C Sangat tahan

120

100
% Intensitas penyakit

80

60

40

20

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Gambar 4. Perkembangan penyakit layu bakteri pada varietas Burley yang diberi
perlakuan copper oxychloride

Menurut KIBA et al.(2007), ada beberapa gen yang berperan dalam


ketahanan tembakau terhadap R. solanacearum. Sementara itu, LIU etal. (2010)
menyatakan bahwa ada 4 gen yang berhubungan dengan ketahanan tanaman
tembakau terhadap P.nicotianae dan R. solanacearum. Gen-gen tersebut dapat
berperan langsung atau tidak langsung dalam reaksi ketahanan tanaman.
Peran gen secara langsung dapat berupa pemberian sinyal atau respon
tanaman untuk memproduksi protein-protein yang dikenal dengan sebutan PR
proteins (Van Loon, 1985; Carr and Klessig, 1989; Bol et al., 1990; Linthorst,
1991; Stintzi et al., 1993.) yang berfungsi sebagai antimikroba atau merangsang
aktivitas enzimatik yang terlibat dalam sintesa senyawa antimikroba. Pada
tanaman tembakau, ada tiga kelompok PR proteins yang memiliki fungsi katalis,

15
yaitu: PR-2 proteins yang memiliki aktivitas P-1,3-glucanase dan PR-3 proteins
yang memiliki aktivitas chitinase dan lysozyme (Kauffmann et al., 1987; Legrand
et al., 1987; Stintzi et al., 1993). Chitinases dan P-19- glucanases memiliki
aktivitas anti jamur in vitro, khususnya jika diuji secara kombinasi (Mauch et al.,
1988; Sela-Buurlage et al., 1993). Yang terakhir adalah PR-4 yang juga memiliki
aktivitas anti jamur (Ponstein et al., 1994). PR-5 yang mirip dengan thaumatin
pada tanaman tembakau juga diklaim memiliki aktivitas anti jamur (Woloshuk et
al., 1991; Vigers et al., 1992). Pada tahun 1993, Alexander et al. melaporkan
untuk pertama kalinya bahwa PR1a yang diekspresikan secara nyata pada
tembakau transgenic menunjukkan aktivitasnya sebagai anti jamur sehingga
mampu menurunkan gejala serangan Peronospora tabacina dan Phytophthora
parasitica var nicotianae.

KESIMPULAN

Pengujian di tujuh lokasi menghasilkan dua varietas unggul tembakau


burley hibrida yang mempunyai potensi hasil tinggi dan disukai oleh konsumen,
karena sangat sesuai dengan produk rokok yang dihasilkan, yaitu:

1. Varietas Hibrida NC 7 LC
Potensi hasil krosok dan indek tanaman tertinggi kedua, dengan potensi
produktivitas mencapai 1.318,41 kg krosok per hektar dan rata-rata indek
tanaman 72,86. Masing-masing meningkat 18,18 % dan 26,52% dibanding
Varietas TN 90. Varietas ini dapat beradaptasi luas (Stabil) dan tahan terhadap
penyakit cendawan Phytopthora nicotianae.

2. Varietas Hibrida AOB 359


Potensi hasil krosok dan indek tanaman tertinggi, dengan potensi
produktivitas mencapai 1.369,57 kg krosok per hektar dan rata-rata indek
tanaman 74,74. Masing-masing meningkat 22,76 % dan 29,78 % dibanding
Varietas TN 90. Varietas ini dapat beradaptasi luas (Stabil) dan moderat tahan
terhadap penyakit cendawan Phytopthora nicotianae.

16
DESKRIPSI TEMBAKAU BURLEY
VARIETAS HIBRIDA NC 7 LC

Nama/kode varietas : NC 7 LC (Cms NC-775-5 x NC 645)


Jenis tanaman, Spesies : Tembakau, Nicotiana tabaccum.
Asal : Introduksi, dari Amerika Serikat.
Tipe varietas : Hibrida, Male sterile
Habitus : Silindris
Tinggi Tanaman (cm) : 144,41 ± 16,75 ( Tinggi)
Warna batang : Hijau keputihan
Jumlah daun : 22.68 ± 4.38 ( sedang )
Sirung : Ada kecil (< 2 cm)
Tipe / tangkai daun : Duduk ; Sudut daun : Tegak (<45 ◦)
Panjang daun (cm) : 58.61 ± 7.35 ( Panjang )
Lebar daun (cm) : 32.82 ± 4.71 (sedang )
Lebar sayap daun (mm) : 30 ± 0.70 mm ( lebar )
Phylotaksi : 3/8 ka ; Sudut urat daun : Lancip
Bentuk daun : Jorong/Oval
Bentuk ujung daun : Meruncing
Irisan melintang daun : Datar ; Irisan bujur daun : Agak lengkung
Bendol muka daun : Sedang ; Lipatan daun : Melipat
Ombak tepi daun : Sedang ; Torehan tepi daun : Rata
Telinga daun (mm) : 18.2 ± 1.2 ( Sempit )
Warna daun : Hijau kekuningan
Warna ibu tulang daun : Keputihan
Umur berbunga (har) : 75.88 ± 2.23 (dalam)
Warna bunga : Merah muda
Ujung mahkota bunga : Kuat
Panjang bunga : 44,8 + 0.51 mm ( pendek )
Diameter tabung : 29.4 ± 0.89 mm (kecil)
Bentuk karangan bunga : Kerucut ganda
Kekompakan tandan : Terbuka
Bentuk buah : Bulat telur
Produksi/ ha : 1318.41 ± 748.43
Indeks mutu : 55.02 ± 9.30
Indeks tanaman : 72.86 ± 40.31
Kadar nikotin (%) : 1.30 ± 0.99
Ketahanan terhadap penyakit :
Phytophthora Nicotianae : Tahan
Ralstonia solanacearum : Rentan
Peneliti Pemulia : Fatkhur Rochman, Sri Yulaikah, Emy Sulistiyowati,
dan Aprilia Ridhawati.
Peneliti Pendukung :Titik Yulianti, Dajadi, Agung Kiswara
Pemilik Licensi Varietas : PT Aliance One Indonesia

17
18
DESKRIPSI TEMBAKAU BURLEY
VARIETAS HIBRIDA AOB 359

Nama/kode : AOB 359 (Cms B09 x B 166)


Jenis tanaman, Spesies : Tembakau, Nicotiana tabaccum.
Asal : Introduksi, dari Amerika Serikat.
Tipe varietas : Hibrida, Male sterile
Habitus : Silindris
Tinggi Tanaman (cm) : 146.23 ± 21.45 ( sangat tinggi )
Warna batang : Hijau keputihan
Jumlah daun : 23 ± 3.62 ( sedang )
Sirung : Ada kecil (<1cm)
Tangkai daun : Duduk
Sudut daun : Tegak (< 45 ◦ )
Panjang daun (cm) : 59 ± 7.92 ( Panjang )
Lebar daun (cm) : 36 ± 8.82 ( sedang )
Phylotaksi : 3/8 Ki
Lebar sayap daun (mm) : 29.4 ± 1.14 mm ( lebar )
Sudut urat daun : Lancip
Bentuk daun : Oval; Bentuk ujung daun : meruncing
Irisan melintang daun : Cekung
Irisan bujur daun : Lengkung
Bendol muka daun : Sedang ; Lipatan daun : Tidak ada
Ombak tepi daun : Sedang ; Torehan tepi daun : Rata
Telinga daun (mm) : 26.6 ± 2.07 ( Sempit )
Warna daun : Hijau kekuningan
Warna ibu tulang daun : Hijau keputihan
Umur berbunga (hari) : 77 ± 2.23 ( dalam )
Warna bunga : Merah muda
Ujung mahkota bunga : 6 ± 0.71 mm ( sedang )
Panjang bunga : 49,5 ± 0.32 mm ( sedang)
Diameter tabung : 35,1 ± 0.74 mm ( sedang )
Bentuk karangan bunga : Kerucut ganda
Kekompakan tandan : Terbuka
Bentuk buah : Bulat telur
Produksi/ ha : 1369.57 ± 900.91
Indeks mutu : 54.32 ± 8.28
Indeks tanaman : 74.74 ± 49.12
Kadar nikotin (%) : 1.25 ± 0.69
Ketahanan Terhadap Penyakit :
Phytophthora Nicotianae : Moderat tahan
Ralstonia solanacearum : Rentan
Peneliti Pemulia : Fatkhur Rochman, Sri Yulaikah, Emy
Sulistiyowati, dan Aprilia Ridhawati.
Peneliti Pendukung : Titik Yulianti, Dajadi, Agung Kiswara
Pemilik Licensi Varietas : PT Aliance One Indonesia

19
20
DESKRIPSI TEMBAKAU BURLEY
TETUA JANTAN VARIETAS HIBRIDA NC 7 LC

Nama/kode varietas NC 645 (Breeding line NC 1426-11 x NC 325-5)


Jenis tanaman, Spesies Tembakau (Nicotiana tabacum)
1. Tipe varietas Burly, Galur murni
2. Habitus Kerucut
3. Tinggi tanaman 128 cm ; Warna batang : Hijau muda
4. Warna batang Hijau keputihan
5. Jumlah daun 19 -22 lembar
6. Sirung Kecil sampai lemah
7. Tipe/tangkai daun Duduk ; Sudut daun : lancip
9. Panjang daun 71 cm
10. Lebar daun 35 ; Lebar sayap daun : Sangat sempit
10. Nisbah/Indek daun 0,49 ; Phylotaksi :
13. Sudut urat daun Lancip ; Kekasaran urat daun : Sedang
14. Bentuk daun Elips lebar ; Bentuk ujung daun : Meruncing
16. Irisan melintang daun Cekung ; Irisan bujur daun : Lengkung
18. Bendol muka daun Sedang ; Lipatan daun : Sedikit melipat
19. Ombak Tepi daun Lemah ; Torehan tepi daun : Berombak
20. Telinga daun Sangat pendek
21. Warna daun Hijau cerah ; Warna ibu tlg daun : Hijau keputihan
23. Umur berbunga 73 hst
24. Panjang bunga Panjang (≥ 51) ; Diameter tabung bunga : Sedang (49)
26. Penggembungan bunga Lemah (≤ 8 ) ; Ukuran mahkota : Sedang ( 20 – 22 )
29. Warna mahkota bunga Pink muda ; Ujung mahkota :
30. Perkembangan putik Normal/Sempurna ; Benangsari vs Putik ; Sejajar (LL)
32. Bentuk bunga Kerucut terbalik ; Bentuk buah : Bulat
33. Posisi bunga vs daun atas Di atas ; Kekompakan bunga : Terbuka
36. Hasil per hekar 2.730 kg/ha
37. Indek mutu 72,00
38. Indek Tanaman 196,60
36. Kadar nikotin 3,73 – 4,37 %
39. Nematoda puru akar Sangat Tahan
40. Layu Phythopthora Moderat Tahan
41. Layu Bakteri Sangat Tahan
42. CMV Sangat Tahan
43. TMV Sangat Tahan
Peneliti Pemulia : Fatkhur Rochman, Sri Yulaikah, Emy
Sulistiyowati, dan Aprilia Ridhawati.
Peneliti Pendukung :Titik Yulianti, Dajadi, Agung Kiswara
Pemilik Licensi Varietas : PT Aliance One Indonesia

21
DESKRIPSI TEMBAKAU BURLEY
TETUA BETINA VARIETAS HIBRIDA NC 7 LC

No. Aksesi NC 775-5 converter cms male sterile NC 174


sitoplasma Nicotiana Suaveolens.
Varietas NC 775-5 (Cytomplasmic Male Sterile)
1. Jenis Tanaman/Tipe Tembakau (Nicotiana tabacum) , Burly
2. Habitus Kerucut
3. Tinggi tanaman 131 cm ; Warna batang : Hijau muda
5. Jumlah daun 29 lembar (total), 20 -23 lembar (potensial)
6. Sirung Kecil sampai lemah ; Tipe/tangkai daun : Duduk
8. Sudut daun Sudut daun lancip ; Phylotaksi :
9. Panjang daun 74,00
10. Lebar daun 36,00 ; Nisbah/Indek daun : 0,48
11. Lebar sayap daun Sangat sempit
13. Sudut urat daun Lancip ; Kekasaran urat daun : Sedang
14. Bentuk daun Elips lebar ; Bentuk ujung daun : Meruncing
16. Irisan melintang daun Cekung ; Irisan bujur daun : Lengkung
18. Bendol muka daun Sedang ; Lipatan daun : Sedikit melipat
19. Ombak Tepi daun Lemah ; Torehan tepi daun : Berombak
20. Telinga daun Sangat pendek
21. Warna daun Hijau ; Warna ibu tlg daun : Hijau keputihan
23. Umur berbunga 79,00
24. Panjang bunga Panjang (≥ 51) ; Diameter tabung bunga : Sedang
26. Penggembungan bunga Lemah (≤ 8 ) ; Ukuran mahkota: Sedang ( 20 – 22 )
29. Warna mahkota bunga Pink muda ; Ujung mahkota :
30. Perkembangan putik Normal ; Benangsari vs Putik : Lebih pendek (LS)
32. Bentuk bunga Kerucut terbalik
33. Posisi bunga vs daun Di atas ; Kekompakan bunga : Terbuka
35. Bentuk buah Bulat
36. Hasil per hekar 2.900 kg/ha
37. Indek mutu 74,00
38. Indek Tanaman 214,60
36. Kadar nikotin 3,73 – 4,37
39. Nematoda puru akar Sangat Tahan
40. Layu Phythopthora Tahan
41. Layu Bakteri Sangat Tahan
42. CMV Sangat Tahan
43. TMV Sangat Tahan
Peneliti Pemulia : Fatkhur Rochman, Sri Yulaikah, Emy
Sulistiyowati, dan Aprilia Ridhawati.
Peneliti Pendukung :Titik Yulianti, Dajadi, Agung Kiswara
Pemilik Licensi Varietas : PT Aliance One Indonesia

22
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1975, Laporan Survei Kemungkinan Pengusahaan Tembakau Burley
Flue Cured Dan Burley Di Sumatra Utara, Lembaga Penelitian Tanaman
Industri, Bogor,

Anonim, 1994, Usahatani Tembakau Burley Di Kabupaten Lumajang, Prosiding


Pengembangan Tembakau Burley, Balai Penelitian Tembakau Dan
Tanaman Serat, Malang, P 61- 68,

Eberhart, S,A,, And W,I, Russell, 1966, Stability Parameters For Comparing
Varieties, Crop Sci,, 6:36-40,

Murdiyati, A,S, Dan Machfudz, 1994, Budidaya Tembakau Burley Dan Hasil
Penelitian Di Lumajang, Prosiding Seminar Pengembangan Tembakau
Burley, Balai Penelitian Tembakau Dan Tanaman Serat, Malang, P,1-9,

Rochman, F,, Abdul Rachman SK, Rusim Mardjono Dan Anik Herwati, 1991,
Cara Pewarisan Beberapa Karakter Agronomis Pada Tembakau Yogya
Voor Oogst, Zuriat 2 (2) : 58-64,

Sasscer, C,Jr, And D,Bowman, 1988, Burley Official Variety Test And The
Regional Minimum Standart Program, Burley Tobacco Information, The
North Carolina Agric,

Suwarso, 1982, Pendugaan Daya Gabung Sifat-Sifat Agronomi Beberapa


Varietas Tembakau Burley Fkue Cured, Thesis S2 , Fakultas Pasca
Sarjana, IPB, Bogor,

Yau, S,K,, And J,Hamblin, 1994, Relative Yield As Ameasure Of Entry


Performance In Variable Environments, Crop,Sci,34:813-817,

23
Lampiran 1. Sidik Ragam Gabungan

Hasil Krosok
F F Tabel
Sumber db JK KT Nilai P
Hitung 5% 1%
Lokasi 6 88,867,333.74 14,811,222.29 31.82** 2.57 3.81 0.0000
Ulangan*lokasi 21 9,773,483.39 465,403.97 7.97** 1.68 2.08 0.0000
Varietas 4 1,584,053.09 396,013.27 6.78** 2.48 3.55 0.0001
Varietas*lokasi 24 3,976,374.92 165,682.29 2.84** 1.65 2.02 0.0002
Galat 84 4,906,056.70 58,405.44
Total
139 109,107,301.83
Terkoreksi
kk = 19.88%

Indek Mutu
F Tabel
Sumber db JK KT F Hitung Nilai P
5% 1%
Lokasi 6 6,429.15 1,071.52 19.19** 2.57 3.81 0.0000
Ulangan*lokasi 21 1,172.53 55.83 1.36tn 1.68 2.08 0.1638
Varietas 4 220.10 55.02 1.34tn 2.48 3.55 0.2623
Varietas*lokasi 24 641.60 26.73 0.65tn 1.65 2.02 0.8835
Galat 84 3,452.12 41.10
Total Terkoreksi 139 11,915.49
kk = 11.85%

Indek Tanaman
F Tabel
Sumber db JK KT F Hitung Nilai P
5% 1%
Lokasi 6 231,267.38 38,544.56 24.45** 2.57 3.81 0.0000
Ulangan*lokasi 21 33,103.03 1,576.33 5.02** 1.68 2.08 0.0000
Varietas 4 6,274.75 1,568.69 5.00** 2.48 3.55 0.0012
Varietas*lokasi 24 20,844.36 868.51 2.77** 1.65 2.02 0.0003
Galat 84 26,379.98 314.05
Total Terkoreksi 139 317,869.49
kk = 26.89%

24
Lampiran 2. Analisa Usahatani Tembakau Burley

COST TYPE Rp.


1. SEEDBED
Preparing seedbed and cover 701.261
Fertilization 83.366
Soil medium 118.286
Fill soil medium & place trays/pots/other container 18.932
Naked seed and sowing 41.454
Pricking seedlings 138.180
Weeding 21.760
Ventilation management 82.908
Water management 193.452
Insecticide and its application 215.709
Insecticide and its application 26.609
Fungicide and its application 35.018
Fungicide and its application 58.509
Fungicide and its application 28.309
Herbicide and its application 26.576
Clipping 248.724
Pulling of seedlings, collecting trays/pots/other containers 82.908
Clean, disinfect & store seedbed materials 18.932
Fuel for Transport 13.100
Total Seedbed: 2.153.993

2. FIELD
Plowing 400.000
Harrowing 250.000
Furrowing 150.000
Fertilizer application (Cost) 9.004.896
Nitrogen (N) Fertilizer (Units applied) 0
Phosphate (P2O5) Fertilizer (Units applied) 0
Potash (K2O) Fertilizer (Units applied) 0
Ridging 165.816
Transplanting 1.167.621
Insecticide and its application 500.508
Insecticide and its application 356.016
Insecticide and its application 459.316
Insecticide and its application 713.916
Irrigation: Operation and water consumption 221.088
Weeding 663.264
Cultivation 1.658.160
Topping 331.632
Suckercide and its application 1.031.693
Reaping / Stalk-cutting 1.575.252

25
Stalk and root destruction 221.088
Fuel for Ag Practices 127.300
Fuel for Transport 135.045
Total Field: 19.132.611

3. CURING
Stringing / Racking / Spiering 2.196.740
Loading Barn 663.264
Curing supervision 331.632
Unloading 663.264
Fuel for Transport 53.600
Total Curing: 3.908.500

4. BALING & SELLING


Stripping / de-stringing / de-racking 607.992
Grading 1.326.528
Baling + baling materials 533.232
Fuel for Transport 273.225
Total Baling & Selling: 2.740.977

5. FARM MANAGEMENT
Farm Maintenance 386.904
Total Farm Management: 386.904

SUB-TOTAL (1 s/d 5) 28.322.985

6. ANNUAL REPLACEMENT 28.322.985


Seedling Trays/pots/other containers 78.092
Sprayer 27.543
Cultivator 424.878
Curing Barn 1.077.241
Tarpaulin 715.794
Baling Box 32.644
Tools 48.966
Total Annual Replacement 2.405.158

26
7. MAINTENANCE & REPAIR
Sprayer 50.000
Cultivator 250.000
Transplanter 10.000
Curing Barn 250.000
Leaf holders for curing (clips, racks, sticks, trays) 150.000
Tarpaulin 50.000
Baling Box 50.000
Tools 100.000
TOTAL MAINTENANCE & REPAIR 910.000

8. OTHER COSTS
Land rent 10.750.000
Administrative Expenses 40.000
Farm vehicle expenses 200.000
TOTAL OTHER COSTS 10.990.000

TOTAL INPUT 42.628.143

9. PRODUCTION (Kg/ha) 1.800,00

10. PRICING AND REVENUES (IDR/Kg) Rp. 32.000,00


Average green price / FSW kg
OUTPUT Rp. 57.600.000

PROFIT Rp. 14.971.857

27
Lampiran 3. Data Curah Hujan

Tahun 2015
Kedungwringin Besuk Tempeh
No. Bulan Curah Hari Curah Hari Curah Hari
Hujan hujan Hujan hujan Hujan hujan
1 Januari 226 15 278 16 222 14
2 Pebruari 202 12 236 16 170 13
3 Maret 202 12 335 19 146 13
4 April 239 17 510 20 272 13
5 Mei 79 6 121 4 91 4
6 Juni 15 5 7 2 3 3
7 Juli 0 0 0 0 0 0
8 Agustus 0 0 0 0 0 0
9 September 0 0 0 0 0 0
10 Oktober 0 0 0 0 0 0
11 November 45 3 31,5 4 44 3
12 Desember 223 20 200,2 12 171 11
JUMLAH 1231 90 1718,7 93 1119 74
RATA" 102,58 7,50 143,23 7,75 93,25 6,17

Tahun 2016
Kedungwringin Besuk Tempeh
No. Bulan Curah Hari Curah Hari Curah Hari
Hujan hujan Hujan hujan Hujan hujan
1 Januari 86 12 93,5 12 81 9
2 Pebruari 395 18 432,6 16 456 15
3 Maret 158 12 126 8 111 9
4 April 281 19 222 15 161 11
5 Mei 198 17 240 12 247 9
6 Juni 313 13 237 9 339 14
7 Juli 96 9 83 9 111 7
8 Agustus 85 11 118 6 189 10
9 September 236 14 130 11 125 9
10 Oktober 321 21 247 14 289 20
11 November 700 25 537 35 574 21
12 Desember 281 16 235 18 177 16
JUMLAH 3150 187 2701,1 165 2860 150
RATA" 262,50 15,58 225,09 13,75 238,33 12,50
Keterangan :
Kedungwringin Kec. Pasirian : dataran tinggi
Besuk Kec. Tempeh : dataran rendah
Tempeh Kec. Tempeh : dataran sedang

28

Anda mungkin juga menyukai