Pelepasan Burly2017 Lengkap
Pelepasan Burly2017 Lengkap
Oleh:
Fatkhur Rochman
Sri Yulaikah
Djajadi
Agung Kiswara
Titik Yulianti
Aprilia Ridhawati
Emy Sulistyowati
Kerjasama
Dengan
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T., karena atas hidayah dan
rahmatNya kami dapat melaksanakan dengan lancar penelitian Uji Adaptasi Varietas
Hibrida Tembakau Burley dan Evaluasi Ketahanan Varietas terhadap Penyakit Utama.
Uji adaptasi ini dilakukan dengan tujuan menentukan varietas hibrida introduksi
tembakau burley yang sesuai dan menguntungkan untuk dikembangkan di Lumajang –
Jawa Timur. Dari kegiatan ini diusulkan dua varietas hibrida tembakau burley yaitu
varietas AOB 359 dan varietas NC 7LC. Setelah dilepas, kedua varietas tersebut dapat
dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat petani tembakau burley di Lumajang dan
sekitarnya.
Makalah ini disusun untuk disampaikan kepada Tim Penilai dan Pelepas Varietas
(TP2V) Tanaman Perkebunan agar kedua varietas tersebut dapat dinilai dan
dipertimbangkan pelepasannya sebagai varietas hibrida unggul baru. Pemilik varietas
hibrida ini adalah PT. Aliance One Brazil yang berkedudukan di Brazil dan PT.
GoldLeaf yang berkedudukan di Amerika Serikat. Importir dan pemilik licensi varietas
hibrida ini adalah PT. Aliance One Indonesia yang berkedudukan di Surabaya – Jawa
Timur. Pelaksanaan Uji adaptasi dan evaluasi ketahanan varietas terhadap penyakit
utama dibiayai oleh PT. Aliance One Indonesia bekerjasama dengan Balai Penelitian
Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas).
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu mohon
saran dan masukan untuk memperbaikinya. Harapan kami bahwa kedua varietas hibrida
tersebut dapat disetujui pelepasannya sebagai varietas unggul baru tembakau burley.
Atas perhatianya kami sampaikan terima kasih, semoga pengembangan tembakau
burley dimasa yang akan datang dapat berjalan lancar dan sukses.
Penulis
DAFTAR ISI
halaman
Kata Pengantar i
Daftar Isi Ii
Daftar Tabel iii
Ringkasan 1
PENDAHULUAN 2
MATERI GENETIK DAN METODE PENGUJIAN 3
- Materi Genetik 3
- Uji Adaptasi Tembakau Burley Hibrida Introduksi. 3
- Evaluasi Ketahanan Varietas terhadap cebdawa Phythopthora 5
nicotianae dan bakteri Ralstonia solanacearum
HASIL DAN PEMBAHASAN 7
Hasil Uji Adaptasi Tembakau Burley Hibrida Introduksi 7
- Hasil Kerosok 7
- Indek Mutu 8
- Indek Tanaman 9
- Kandungan Nikotin 10
- Stabilitas Varietas 10
Hasil Evaluasi Ketahanan Varietas terhadap cebdawa Phythopthora 11
nicotianae
13
Hasil Evaluasi Ketahanan Varietas terhadap bakteri Ralstonia
solanacearum
16
KESIMPULAN
DESKRIPSI VARIETAS 17
DAFTAR PUSTAKA 23
LAMPIRAN-LAMPIRAN 24
ii
DAFTAR TABEL
iii
Varietas Hibrida NC 7 LC dan AOB 359 Untuk
Mendukung Pengembangan Tembakau Burley
RINGKASAN
Tembakau burley sebagai tembakau introduksi banyak digunakan untuk
campuran rokok putih, terutama rokok racikan Amerika (American Blend),
dengan proporsi + 20 %. Rokok putih lain yang menggunakan tembakau burley
adalah racikan Inggris, tetapi komposisi tembakau burleynya lebih sedikit
dibanding racikan Amerika. Selain itu beberapa merk rokok kretek juga
menggunakan tembakau burley, walaupun komposisinya lebih sedikit dari rokok
putih. Penanaman tembakau burley dilakukan di daerah Lumajang, Klaten dan
Mojokerto, Banyuwangi dan Jember. Tahun 2003 telah dilepas tiga varietas
tembakau Burley, yaitu TN 90, HB 14P dan NC 3. Sampai saat ini varietas yang
digunakan adalah varietas galur murni TN 90. Bisa terjadi varietas unggul dari
manca negara setelah ditanam di Indonesia tidak menunjukkan sifat-sifat unggul
seperti di daerah asalnya. Hal ini dapat terjadi apabila ekologi negara asal
sangat berbeda dengan ekologi di Indonesia. Oleh karena itu varietas yang
diintroduksi tersebut perlu di uji terlebih dahulu sebelum di kembangkan di
Indonesia.
Tahun 2015 Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas)
bekerjasama dengan PT. Aliance One Indonesia melakukan penelitian uji
adaptasi di dua lokasi, terhadap empat varietas hibrida introduksi, yaitu AOB 359,
AOB 656, DBH 455 dan NC7LC milik PT. Aliance One Brazil. Sebagai
pembanding adalah varietas TN 90 yang telah dilepas tahun 2003. Percobaan
disusun dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang diulang 5 kali.
Parameter yang diamati meliputi : hasil krosok, indeks mutu, indeks tanaman,
dan kadar nikotin. Juga dilakukan evaluasi ketahanan varietas terhadap penyakit
utama (Phytophthora nicotianae dan Ralstonia solanacearum) di
Laboratorium.Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui keunggulan varietas
dalam rangka pengajuan pelepasan.
Dari uji adaptasi dan evaluasi ketahanan terhadap penyakit utama, dari ke
empat varietas hibrida tersebut diusulkan 2 varietas untuk dilepas, yaitu: (1)
Varietas NC7LC dengan keunggulan menghasilkan krosok dan indek tanaman
tertinggi kedua. Potensi produktivitas dapat mencapai 1.318,41 kg krosok per
hektar dan rata-rata indek tanaman 72,86. Masing-masing meningkat 18,18 %
dan 26,52% dibanding Varietas TN 90. Varietas ini dapat beradaptasi luas
(Stabil) dan tahan terhadap penyakit cendawan Phytopthora nicotianae. (2)
Varietas AOB 359 dengan keunggulan menghasilkan krosok dan indek tanaman
tertinggi pertama. Potensi produktivitas dapat mencapai 1.369,57 kg krosok per
hektar dan rata-rata indek tanaman 74,74. Masing-masing meningkat 22,76 %
dan 29,78 % dibanding Varietas TN 90. Varietas ini dapat beradaptasi luas
(Stabil) dan moderat tahan terhadap penyakit cendawan Phytopthora
nicotianae.
I. PENDAHULUAN
Tembakau burley tergolong dalam kelas “Ligh Air Cured Tobacco”, yaitu
tembakau yang proses pengeringannya dilakukan dengan kering angin dalam
gudang. Semula tembakau ini digunakan untuk campuran rokok putih, terutama
rokok racikan Amerika (American Blend), dengan proporsi + 20 %. Rokok putih
lain yang menggunakan tembakau burley adalah racikan Inggris, tetapi komposisi
tembakau burleynya lebih sedikit dibanding racikan Amerika. Selain itu beberapa
poroduk rokok kretek juga menggunakan tembakau burley, walaupun
komposisinya lebih sedikit dari rokok putih.
Berdasarkan mutunya, tembakau burley di dunia dapat dibedakan menjadi
dua kelompok yaitu kelompok penghasil aroma (tembakau burley dari Amerika
Serikat, Zimbabwe dan Brazilia) dan kelompok yang berfungsi sebagai pengisi
(tembakau burley dari RRC, Thailand dan Filipina). Kelompok pertama
mempunyai mutu lebih tinggi dan harga lebih mahal karena sifat aromatisnya.
Tembakau burley di Indonesia merupakan tembakau introduksi yang mulai
diusahakan sejak tahun 1957 (Anonim, 1975). Beberapa daerah yang digunakan
untuk penanaman tembakau burley adalah Kabupaten Lumajang, Klaten dan
Mojokerto. Sebagai tembakau introduksi, semua varietas-varietas yang
dikembangkan di Indonesia berasal dari luar negeri. Tahun 2003 telah dilepas
tiga varietas tembakau burley yaitu TN 90, HB 14P dan NC 3. Sampai saat ini
varietas yang digunakan adalah varietas galur murni TN 90.
Introduksi varietas dari manca negara memiliki beberapa keuntungan,
yaitu (1) Sudah diketahui keunggulannya dan muncul/eksis di daerah baru, (2)
Dapat dijadikan sebagai bahan seleksi sebagai calon varietas unggul baru, (3)
Digunakan sebagai sumber genetik yang diperlukan dalam program pemuliaan.
Mendatangkan varietas dari mancanegara perlu menghindari terbawanya
penyakit yang tidak diharapkan. Dalam hal ini Institusi Karantina Tumbuhan
memegang peranan penting untuk menangkal bahaya tersebut. Uji kesehatan
benih dengan menggunakan teknik Elisa untuk virus, dan deteksi dini terhadap
patogen tular biji seperti jamur dan bakteri di rumah kaca merupakan langkah
awal untuk menghindari terjadinya penyusupan patogen yang berbahaya dari
macanegara melalui biji. Introduksi bahan tanaman berupa benih atau kultur
jaringan relatif lebih aman daripada introduksi tanaman atau bahan-bahan
perbanyakan klon.
2
Varietas unggul dari manca negara setelah ditanam di Indonesia mungkin
tidak menunjukkan sifat-sifat unggul seperti di daerah asalnya karena perbedaan
lingkungan tumbuhnya. Oleh karena itu varietas yang diintroduksi tersebut perlu
diuji terlebih dahulu sebelum di kembangkan di Indonesia.
Kegiatan yang dilakukan pada musim tanam tahun 2015 dan 2016 adalah
Uji Multilokasi varietas hibrida introduksi tembakau burley dan Evaluasi
Ketahanan Varietas terhadap Penyakit Utama. Tujuan pengujian adalah untuk
mengetahui keunggulan varietas dan respon varietas terhadap penyakit utama di
Indonesia. Varietas yang potensial diusulkan pelepasanya kepada Menteri
Pertanian sehingga legal untuk dikembangkan di wilayah Indonesia.
Tabel 1. Materi genetik yang digunakan dalam Uji Adaptasi Varietas Tembakau
Burley Hibrida Introduksi dari Brazil di Lumajang.
No. Varietas Asal Keterangan
1. AOB 359 Brazil Cms B09 x B166
2. AOB 656 Brazil Hasil persilangan
3. DBH 455 Brazil Hasil persilangan
4. NC 7 LC Amerika Serikat Cms NC-775-5 x NC 645
5. TN 90 Amerika Serikat Sebagai Pembanding, dilepas th 2003
3
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang diulang 5 kali. Unit
perlakuan terdiri dari 150 tanaman per plot. Untuk penyusunan deskripsi varietas
dilakukan penanaman sendiri sebanyak 40 tanaman per varietas.
Teknik budidaya dilakukan sesuai dengan anjuran. Jarak tanam yang
digunakan adalah 110 cm x 45 cm dan dosis pupuk dasar NPK Burley 700 kg/ha
dilanjutkan dengan pupuk susulan pada umur 18-20 hst dengan pupuk ZA: 400
kg/ha dan pada umur 35 hst dengan pupuk KNO3: 100 kg/ha. Pengendalian
hama dilakukan dengan scouting mulai umur 7 hst. Bila populasi hama melebihi
ambang kendali maka dilakukan penyemprotan dengan insektisida.
Parameter yang diamati meliputi : hasil krosok, indeks mutu, indek
tanaman, kejadian penyakit, kadar nikotin dan deskripsi varietas.
2016:
1. Tumpeng/Candipuro 275 m dpl 1. Lempung berpasir
2. Nguter/Pasirian 202 m dpl 2. Lempung berpasir
3. Pulo/Tempeh 132 m dpl 3. Lempung berpasir
4. Sumbersuko 1 100 m dpl 4. Lempung
5. Sumbersuko 2 102 m dpl 5. Lempung
4
Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam gabungan dengan Uji
Beda Nyata Jujur (BNJ), menggunakan software uji multilokasi dari Istitut
Pertanian Bogor (IPB) PKBT-STAT versi 2.03.
Stabilitas galur dianalisa menurut Eberhart dan Russell (1966). Data hasil
pengamatan dihitung dengan persamaan :
n
∑ Yij.Ii dimana : bi = Koefisien regresi linear
i=1
bi = ----------- Yij = Nilai tengah perlakuan ke I, lokasi ke j
n
∑ Ii2 Ii = Indek lingkungan perlakuan ke i
i=1
5
varietas K399 dan kontrol rentan terhadap P. nicotianae dan R. solanacearum
menggunakan Horison Special (S2326).
Isolat P. nicotianae yang digunakan berasal daro hasil isolasi pada
pertanaman tembakau Burley yang ditanam di Lumajang yang menunjukkan
gejala terserang penyakit tersebut. Isolasi jamur P. nicotianae menggunakan
metode baiting pada buah apel, pemurnian, dan perbanyakan P. nicotianae
menggunakan media CMA. Umur inokulum untuk diinokulasikan adalah 7-10
hari setelah inkubasi. Pembuatan inokulum P. nicotianae dilakukan dengan
menambahkan 10 ml aquadest steril ke dalam biakan murni jamur pada cawan
petri dan dikocok sampai homogen. Inokulasi P. nicotianae dilakukan melalui
akar. Inokulasi akar dilakukan 24 jam sebelum ditanam di polybag dengan cara
menuang suspensi jamur sebanyak 5 ml per bibit (lubang tray). Metode ini
merupakan modifikasi metode Sullivan et al (2005).
Isolat R. solanacearum yang digunakan berasal dari hasil isolasi pada
pertanaman tembakau Burley yang ditanam di Lumajang yang menunjukkan
gejala terserang penyakit tersebut. Isolasi, pemurnian, dan perbanyakan R.
solanacearum dilakukan pada media CPG. Inokulasi R. solanacearum dilakukan
dengan cara menuang suspensi bakteri sebanyak 5 ml per bibit (per lubang tray)
24 jam sebelum ditanam di polybag.
Tanah yang digunakan baik untuk media pembibitan maupun penanaman
berupa campuran pasir, tanah, dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:2:1
yang sudah disteril dengan uap panas selama 2 jam. Masing-masing kultivar
ditanam sebanyak 10 tanaman tiap ulangan + 2 tanaman cadangan, 1
tanaman/polybag. Setiap perlakuan (kultivar) diulang 3 kali dan disusun dalam
Rancangan Acak Kelompok (RAK).
Pengamatan
Pengamatan intensitas penyakit dilakukan setiap minggu selama 6
minggu, dengan menggunakan rumus ABADI (2003) seperti yang tertera di
bawah ini:
a
I = ------------------ X 100%
b
6
dimana :
I = Intensitas Penyakit (%)
a = Jumlah tanaman terserang
b = Jumlah tanaman yang diamati
7
Tabel 4. Hasil krosok kering per hektar masing-masing varietas pada Uji
Adaptasi di Kab. Lumajang
2015 2016 Rerata
Varietas
Jatisari Tumpeng Tumpeng Nguter Pulo Sbrsuko 1 Sbrsuko 2 Varietas
AOB 359 2.258,40a 2.804,40b 1.398,80b 1.230,36a 964,55a 398,95ab 531,51 1.369,57a
AOB 656 1.676,20c 2.586,80c 1.232,20bc 849,32b 843,35a 383,80ab 440,61a 1.144,61bc
DBH 455 1.925,40b 2.996,00a 1.070,60c 601,41c 631,25b 282,80b 405,26a 1.130,39c
NC 7LC 1.785,80bc 2.537,60c 1.600,85a 1.280,86a 1.025,15a 484,80a 513,84a 1.318,41ab
TN 90 2.211,20a 2.819,60ab 833,25d 583,05c 575,70b 343,40ab 443,14a 1.115,62c
Rerata 1.971,4b 2.748,9a 1.227,1c 909,0cd 808,0cd 378,75d 466,87d
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ 5%
Hasil Krosok tahun 2015 cukup tinggi karena iklimnya normal (ada musim
kering yang tegas), dan tahun 2016 hasil Krosok relatif rendah akibat curah hujan
yang tinggi. Pada kondisi basah (curah hujan) pertumbuhan tanaman tembakau
terhambat (tidak maksimal) karena akar tanaman tidak berkembang sempurna.
Bahkan didaerah tertentu seperti di Desa Sumbersuko, kondisi basah dapat
meningkatkan serangan penyakit tembakau seperti virus dan atau cendawan.
Pada cuaca normal pertumbuhan tanaman muda cukup baik, kelihatan seragam
pada masing-masing petak/varietas. Pada saat bunga mekar pertama tanaman
kelihatan subur sehingga sulit membedakan antara varietas satu dengan varietas
yang lain. Disini peranan pengaturan pengairan harus dilakukan dengan cermat
dan tepat sehingga perbedaan antar varietas dapat kelihatan.
8
Tabel 5. Indek Mutu masing-masing varietas pada Uji Adaptasi di. Lumajang
2015 2016 Rerata
Varietas
Jatisari Tumpeng Tumpeng Nguter Pulo Sbrsuko 1 Sbrsuko 2 Varietas
AOB 359 49,75 50,75 66,40 57,77 57,74 51,07 46,79 54,32
AOB 656 49,00 47,50 70,22 58,35 60,09 54,00 47,97 55,31
DBH 455 52,00 55,25 65,77 53,79 59,12 48,79 43,22 53,99
NC 7LC 49,00 48,75 68,69 63,32 58,30 51,27 45,81 55,02
TN 90 50,75 49,00 61,26 57,79 57,26 45,99 40,23 51,75
Rerata 50,10c 50,25c 66,47a 58,21b 58,50b 50,22c 44,80c
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ 5%
9
Tabel 6, Indek Tanaman pada Uji Adaptasi di Kab, Lumajang
2015 2016 Rerata
Varietas
Jatisari Tumpeng Tumpeng Nguter Pulo Sbrsuko 1 Sbrsuko 2 Varietas
AOB 359 112,74a 145,27b 93,19b 71,39a 55,43a 20,30a 24,87a 74,74a
AOB 656 82,87c 122,80c 85,61b 48,61b 49,89ab 20,89a 20,43a 61,59ab
DBH 455 100,36ab 167,95a 70,56c 32,13c 37,50bc 13,77a 17,14a 62,77ab
NC 7LC 87,36bc 123,09c 109,94a 81,81a 59,88a 24,70a 23,25a 72,86a
TN 90 111,77a 139,91b 51,23d 33,80c 32,98c 16,08a 17,34a 57,59b
Rerata 99,02ab 139,80a 82,11bc 53,54cd 47,14cd 19,15d 20,61d
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ 5%
Hasil analisa kadar nikotin dalam daun lima varietas yang diuji tercantum
dalam Tabel 7, Hasil analisis statistika menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang nyata diantara varietas-varietas yang diuji, Perbedaan kadar
nikotin terjadi karena pengaruh lokasi, Kadar nikotin terrendah diperoleh dari
desa Sumbersuko 2,
Tabel 7, Kadar Nikotin Krosok Tembakau Burley pada Uji Adaptasi di Lumajang
2015 2016 Rerata
Varietas
Jatisari Tumpeng Tumpeng Nguter Pulo Sbrsuko 1 Sbrsuko 2 Varietas
…………………………… % ………………………………
AOB 359 2,82 2,07 1,76 1,79 0,87 1,45 0,82 1,66
AOB 656 2,63 1,99 1,17 1,39 0,92 0,67 1,01 1,39
DBH 455 3,58 2,69 1,55 1,28 0,87 1,28 0,47 1,67
NC 7LC 3,32 2,77 1,36 1,14 1,28 1,15 0,55 1,65
TN 90 2,75 2,20 1,74 1,52 1,64 1,08 0,76 1,67
a b c c cd cd d
Rerata 3,02 2,34 1,51 1,42 1,12 1,13 0,72
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda
nyata berdasarkan uji BNJ taraf 5%
10
dengan nol. Hal tersebut menunjukan bahwa varietas AOB 359 dan NC 7LC
stabil sehingga dapat dikembangkan disemua lokasi.
Tabel 8. Koefisien Regresi dan Simpangan Regresi Hasil Krosok dan Indek Tanaman
Varietas Tembakau Burley pada Uji Adaptasi Tahun. 2015 – 2016.
Galur/ Hasil Krosok Indek Tanaman
Varietas bi F hitg S2di F hitg bi F hitg S2di F hitg
AOB 359 1,02 tn 286,27 2252,14tn 1,163 1,04 tn 332,18 -13769,5 tn 0,00271
AOB 656 0,90 tn 477,32 -6296,21tn 0,544 0,84 tn 220,92 -13769,5 tn 0,00270
DBH 455 1,14 tn 342,35 3148,05 tn 1,228 1,24 tn 114,63 -13651,4 tn 0,01126
NC 7LC 0,82 tn 73,54 27117,00* 2,964 0,82 tn 26,40 -13515,8 tn 0,02108
TN 90 1,12 tn
112,56 35590,35* 3,578 1,06 tn 54,68 -13567,8 tn 0,01732
Keterangan : F tabel 95% : 2,30
11
berkembang di Lumajang, varietas-varietas yang baru ini relatif lebih rendah
intensitas penyakitnya.
120
% Int ens itas Pe ny aki t
100 HS (rentan)
TN90
80
AOB656
60
DBH455
40
AOB359
20
NC7LC
K399 (Tahan)
0
1 2 3 4 5 6 7 8 minggu
12
uji yang sudah disemprot copper hydroxide di pembibitan dapat dilihat pada
Gambar 2.
30
DBH 455
25
% Intensitas penyakit
20
15
10
AOB 656
5 TN 90
AOB 359
NC7LC
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 minggu
13
tersebut di atas (Gambar 3). Pada kontrol rentan, seluruh tanaman sudah mati
pada minggu kedua. Untuk kultivar NC7LC dan AOB 359 gejala diawali dengan
salah satu daun bagian bawah berubah kekuningan. Pada minggu berikutnya
akan tampak gejala layu.
120
100
% Intensitas penyakit
80
60
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8
14
Tabel 10. Intensitas penyakit dan kriteria ketahanan tembakau Burley terhadap
R. Solanacearum pada umur 8 minggu setelah transplanting
Varietas Intensitas Penyakit (%) Kriteria Ketahanan
AOB 359 56,00 B Rentan
AOB 656 72,50 B Rentan
DBH 455 94,00 A Sangat Rentan
NC 7 LC 44,00 B Rentan
TN 90 86,67 A Sangat Rentan
HS (Kontrol Rentan) 100 A Sangat Rentan
K 399 (Kontrol Tahan) 8,0 C Sangat tahan
120
100
% Intensitas penyakit
80
60
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Gambar 4. Perkembangan penyakit layu bakteri pada varietas Burley yang diberi
perlakuan copper oxychloride
15
yaitu: PR-2 proteins yang memiliki aktivitas P-1,3-glucanase dan PR-3 proteins
yang memiliki aktivitas chitinase dan lysozyme (Kauffmann et al., 1987; Legrand
et al., 1987; Stintzi et al., 1993). Chitinases dan P-19- glucanases memiliki
aktivitas anti jamur in vitro, khususnya jika diuji secara kombinasi (Mauch et al.,
1988; Sela-Buurlage et al., 1993). Yang terakhir adalah PR-4 yang juga memiliki
aktivitas anti jamur (Ponstein et al., 1994). PR-5 yang mirip dengan thaumatin
pada tanaman tembakau juga diklaim memiliki aktivitas anti jamur (Woloshuk et
al., 1991; Vigers et al., 1992). Pada tahun 1993, Alexander et al. melaporkan
untuk pertama kalinya bahwa PR1a yang diekspresikan secara nyata pada
tembakau transgenic menunjukkan aktivitasnya sebagai anti jamur sehingga
mampu menurunkan gejala serangan Peronospora tabacina dan Phytophthora
parasitica var nicotianae.
KESIMPULAN
1. Varietas Hibrida NC 7 LC
Potensi hasil krosok dan indek tanaman tertinggi kedua, dengan potensi
produktivitas mencapai 1.318,41 kg krosok per hektar dan rata-rata indek
tanaman 72,86. Masing-masing meningkat 18,18 % dan 26,52% dibanding
Varietas TN 90. Varietas ini dapat beradaptasi luas (Stabil) dan tahan terhadap
penyakit cendawan Phytopthora nicotianae.
16
DESKRIPSI TEMBAKAU BURLEY
VARIETAS HIBRIDA NC 7 LC
17
18
DESKRIPSI TEMBAKAU BURLEY
VARIETAS HIBRIDA AOB 359
19
20
DESKRIPSI TEMBAKAU BURLEY
TETUA JANTAN VARIETAS HIBRIDA NC 7 LC
21
DESKRIPSI TEMBAKAU BURLEY
TETUA BETINA VARIETAS HIBRIDA NC 7 LC
22
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1975, Laporan Survei Kemungkinan Pengusahaan Tembakau Burley
Flue Cured Dan Burley Di Sumatra Utara, Lembaga Penelitian Tanaman
Industri, Bogor,
Eberhart, S,A,, And W,I, Russell, 1966, Stability Parameters For Comparing
Varieties, Crop Sci,, 6:36-40,
Murdiyati, A,S, Dan Machfudz, 1994, Budidaya Tembakau Burley Dan Hasil
Penelitian Di Lumajang, Prosiding Seminar Pengembangan Tembakau
Burley, Balai Penelitian Tembakau Dan Tanaman Serat, Malang, P,1-9,
Rochman, F,, Abdul Rachman SK, Rusim Mardjono Dan Anik Herwati, 1991,
Cara Pewarisan Beberapa Karakter Agronomis Pada Tembakau Yogya
Voor Oogst, Zuriat 2 (2) : 58-64,
Sasscer, C,Jr, And D,Bowman, 1988, Burley Official Variety Test And The
Regional Minimum Standart Program, Burley Tobacco Information, The
North Carolina Agric,
23
Lampiran 1. Sidik Ragam Gabungan
Hasil Krosok
F F Tabel
Sumber db JK KT Nilai P
Hitung 5% 1%
Lokasi 6 88,867,333.74 14,811,222.29 31.82** 2.57 3.81 0.0000
Ulangan*lokasi 21 9,773,483.39 465,403.97 7.97** 1.68 2.08 0.0000
Varietas 4 1,584,053.09 396,013.27 6.78** 2.48 3.55 0.0001
Varietas*lokasi 24 3,976,374.92 165,682.29 2.84** 1.65 2.02 0.0002
Galat 84 4,906,056.70 58,405.44
Total
139 109,107,301.83
Terkoreksi
kk = 19.88%
Indek Mutu
F Tabel
Sumber db JK KT F Hitung Nilai P
5% 1%
Lokasi 6 6,429.15 1,071.52 19.19** 2.57 3.81 0.0000
Ulangan*lokasi 21 1,172.53 55.83 1.36tn 1.68 2.08 0.1638
Varietas 4 220.10 55.02 1.34tn 2.48 3.55 0.2623
Varietas*lokasi 24 641.60 26.73 0.65tn 1.65 2.02 0.8835
Galat 84 3,452.12 41.10
Total Terkoreksi 139 11,915.49
kk = 11.85%
Indek Tanaman
F Tabel
Sumber db JK KT F Hitung Nilai P
5% 1%
Lokasi 6 231,267.38 38,544.56 24.45** 2.57 3.81 0.0000
Ulangan*lokasi 21 33,103.03 1,576.33 5.02** 1.68 2.08 0.0000
Varietas 4 6,274.75 1,568.69 5.00** 2.48 3.55 0.0012
Varietas*lokasi 24 20,844.36 868.51 2.77** 1.65 2.02 0.0003
Galat 84 26,379.98 314.05
Total Terkoreksi 139 317,869.49
kk = 26.89%
24
Lampiran 2. Analisa Usahatani Tembakau Burley
2. FIELD
Plowing 400.000
Harrowing 250.000
Furrowing 150.000
Fertilizer application (Cost) 9.004.896
Nitrogen (N) Fertilizer (Units applied) 0
Phosphate (P2O5) Fertilizer (Units applied) 0
Potash (K2O) Fertilizer (Units applied) 0
Ridging 165.816
Transplanting 1.167.621
Insecticide and its application 500.508
Insecticide and its application 356.016
Insecticide and its application 459.316
Insecticide and its application 713.916
Irrigation: Operation and water consumption 221.088
Weeding 663.264
Cultivation 1.658.160
Topping 331.632
Suckercide and its application 1.031.693
Reaping / Stalk-cutting 1.575.252
25
Stalk and root destruction 221.088
Fuel for Ag Practices 127.300
Fuel for Transport 135.045
Total Field: 19.132.611
3. CURING
Stringing / Racking / Spiering 2.196.740
Loading Barn 663.264
Curing supervision 331.632
Unloading 663.264
Fuel for Transport 53.600
Total Curing: 3.908.500
5. FARM MANAGEMENT
Farm Maintenance 386.904
Total Farm Management: 386.904
26
7. MAINTENANCE & REPAIR
Sprayer 50.000
Cultivator 250.000
Transplanter 10.000
Curing Barn 250.000
Leaf holders for curing (clips, racks, sticks, trays) 150.000
Tarpaulin 50.000
Baling Box 50.000
Tools 100.000
TOTAL MAINTENANCE & REPAIR 910.000
8. OTHER COSTS
Land rent 10.750.000
Administrative Expenses 40.000
Farm vehicle expenses 200.000
TOTAL OTHER COSTS 10.990.000
27
Lampiran 3. Data Curah Hujan
Tahun 2015
Kedungwringin Besuk Tempeh
No. Bulan Curah Hari Curah Hari Curah Hari
Hujan hujan Hujan hujan Hujan hujan
1 Januari 226 15 278 16 222 14
2 Pebruari 202 12 236 16 170 13
3 Maret 202 12 335 19 146 13
4 April 239 17 510 20 272 13
5 Mei 79 6 121 4 91 4
6 Juni 15 5 7 2 3 3
7 Juli 0 0 0 0 0 0
8 Agustus 0 0 0 0 0 0
9 September 0 0 0 0 0 0
10 Oktober 0 0 0 0 0 0
11 November 45 3 31,5 4 44 3
12 Desember 223 20 200,2 12 171 11
JUMLAH 1231 90 1718,7 93 1119 74
RATA" 102,58 7,50 143,23 7,75 93,25 6,17
Tahun 2016
Kedungwringin Besuk Tempeh
No. Bulan Curah Hari Curah Hari Curah Hari
Hujan hujan Hujan hujan Hujan hujan
1 Januari 86 12 93,5 12 81 9
2 Pebruari 395 18 432,6 16 456 15
3 Maret 158 12 126 8 111 9
4 April 281 19 222 15 161 11
5 Mei 198 17 240 12 247 9
6 Juni 313 13 237 9 339 14
7 Juli 96 9 83 9 111 7
8 Agustus 85 11 118 6 189 10
9 September 236 14 130 11 125 9
10 Oktober 321 21 247 14 289 20
11 November 700 25 537 35 574 21
12 Desember 281 16 235 18 177 16
JUMLAH 3150 187 2701,1 165 2860 150
RATA" 262,50 15,58 225,09 13,75 238,33 12,50
Keterangan :
Kedungwringin Kec. Pasirian : dataran tinggi
Besuk Kec. Tempeh : dataran rendah
Tempeh Kec. Tempeh : dataran sedang
28