Wa0023.
Wa0023.
Nama kelompok
1.WALDI SHOLISTIAWAN
2.YOGI STIAMIL ALI MAJDI
3.YONI PARADANI
4.HENDRIA YUDIARSANA
5.BAIQ SITI LATIPATUL MUNAWARAH
6.DIVA APRILIA PUTRI
7.FITRI RAMDHANI
8.HUSNIah
Biofertilizer
Pupuk mikrobiologis atau biofertilizer atau
pupuk hayati adalah pupuk yang
2.isolasi bakteri
dimanfaatkan sebagai salah satu agen biofertilizer.
3.uji kualitatif aktifitas
Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas bakteri
selulolitik
selulolitik yang berasal dari tanah perkebunan apel di
4.uji kuantitatif aktivitas
Kota Batu, Jawa Timur yang berpotensi sebagai
selulolitik
biofertilizer didasarkan pada kemampuan selulolitik,
5.uji kemampuan fikassi
fiksasi nitrogen, dan pelarut fosfat
nitrogen
6.uji kemampuan
pelarut fosfat
Kesimpulan
Hasil isolasi bakteri selulolitik menunjukkan bahwa isolat SL4 dan SL7
mempunyai kemampuan selulolitik terbesar didasarkan pada indeks zona
bening yang dihasilkan, SL4 sebesar 2,36 dan SL7 sebesar 2,23.
Aktivitas selulolitik tertinggi pada isolat SL4 berada
pada jam ke-24 yaitu sebesar 0,05 ± 0,002
U/ml, sedangkan isolat SL7 pada jam ke-72
sebesar 0,05 ± 0,001 U/ml. Uji potensi
sebagai agen biofertilizer, didapatkan isolat SL4,
SL7, dan SL5 yang mempunyai potensi
sebagai agen biofertilizer karena
ketiganya mempunyai kemampuan selulolitik,
fiksasi nitrogen, dan pelarut fosfat.
POTENSI OLIGOCHITOSAN,VITAZYMEDAN BIOFERTILIZERDALAM
Metode penelitian:
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan menggunakan percobaan Faktorial dengan
Rancangan Acak Kelompok (RAK). Kelompok dalam penelitian ini yaitu waktu pengamatan. Perlakuan
pertama dalam penelitian ini adalah dosis biofertilizer formulasi (P), perlakuan kedua biomass Azolla
microphylla (B). Kelompok dalam penelitian ini adalah waktu sampling Sebanyak 15 kali). Perlakuan
pertama mengacu kepada (syafriadiman dan harahap (2007) yaitu 750 g/m², sedangkan perlakuan kedua mengacu terhadap hasil
.
Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian dosis biofertilizer formulasi memberikan pengaruh
terhadap perubahan pH air. Perlakuan yang terbaik terdapat pada P3 (dosis 600 g/m2)
pH 6,95. Perlakuan biomass Azolla microphylla tidak memberikan pengaruh terhadap perubahan pH air.
Kombinasi perlakuan yang terbaik ntara dosis biofertilizer dan biomass
Azolla microphylla terhadap nilai pH terdapat pada P3B3 (dosis 600 g/m2dan 60 g/m2) pH 7,17. Parameter
kualitas air yang diukur selama penelitian seperti suhu, DO, dan CO2 bebas dikategorikan baik dan
MPADATANAMANKACANG PANJANG
milikpetanidiDesaHatiweBesar,Kecamatan
Kesimpulan TelukAmbon,KotaAmbondenganketinggian
tempat3mdiataspermukaanlautpadamusim
hujan.Ordotanahdilahanpercobaanadalah
Azotobactersp. disertai penurunan dosis NPK masam 5,86 dan N rendah 0,12% yang
baik dengan metode inokulasi benih, tanah cair PGPRAzotobacter sp. diproduksi oleh
maupun tanaman yang diikuti dengan pupuk
NPK dosis rendah. LaboratoriumBiologiTanahFakultasPertanian
UniversitasPadjajaran.Padapecobaanlapangan
ini,pupukkotoranayamdicampurkandengan
tanah sebagai pupuk dasar saat pengolahan
tanahsebelumkacangpanjangvarietasChia Tai
ditanam. Pupuk anorganik berupa NPK DGW
sebagai sumber unsur hara makro
diberikanberdasarkandosisperlakuan
PENGARUH PEMBERIAN DOSIS DAN FREKUENSI BIOFERTILIZER
dosis dan frekuensi pemberian biofertilizer. Terdapat 11 macam perlakuan untuk pemberianbiofertilizeryang
menggunakan dosis 20, 40, 60, dan 80 (mL/tanaman) dengan frekuensi yang berbeda yaitu 1 kali dalam 1 minggu dan 1
kali dalam 2 minggu. Untuk kontrol berarti tanpa pemberian biofertilizer adalah kontrol negatif, sedangkan penambahan
NPK 0.5 g/tanaman sebagai kontrol positif. Terdapat pengulangan sebanyak 4 kali setiap perlakuan.
Kesimpulan
Dosis dan frekuensi pemberian biofertilizer berpengaruh nyata terhadap kadar
dengan kontrol (K+f1), urutan hasil tertinggi dibawah kontrol adalah B80f1 (61.33
± 1.26 mg/L) denganperbedaan nilai yang relatif kecil.Peningkatan kadar klorofil