BAKHTIAR
ERITA HAYATI
BAKHTIAR
ERITA HAYATI
ii
DAFTAR ISI
BAB Halaman
DAFTAR LAMPIRAN Ii
DAFTAR GAMBAR Iii
DAFTAR TABEL Iv
PRAKATA V
KATA PENGANTAR Vi
I PENDAHULUAN 1
II TAHAPAN PEMULIAAN TANAMAN 15
III SUMBERDAYA GENETIK DALAM 31
PEMULIAAN TANAMAN
IV REPRODUKSI TANAMAN 45
V SUMBER KERAGAMAN GENETIK 77
UNTUK PEMULIAAN TANAMAN
VI GENETIKA KUANTITATIF DALAM 105
PEMULIAAN TANAMAN
VII PEMULIAAN TANAMAN MENYERBUK 123
SENDIRI
VIII PEMULIAAN TANAMAN MENYERBUK 164
SILANG
IX PEMULIAAN TANAMAN MEMBIAK 197
SECARA VEGETATIF
X PEMULIAAN TANAMAN UNTUK 212
KETAHANAN TERHADAP PENYAKIT
XI PELEPASAN VARIETAS 242
LAMPIRAN 256
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1. Ilmu yang berkaitan dengan Pemuliaan 7
Tanaman
2.1. Tahapan Baku Pemuliaan Tanaman 18
2.2. Pemuliaan Tanaman Secara Klasik dan 19
Teknologi Gen
3.1. Pusat asal Tanaman menurut Vavilov 36
3.2. Konsep gen pool yang menghunbungkan 40
tanaman budidaya dengan kerabat liarnya
4.1. Perbandingan Mitosis dan Meiosis 49
4.2. Struktur Bunga 51
4.3. Siklus Hidup Tanaman dan Pembentukan 55
Kantong embrio dalam ovul dan serbuk
sari dalam antera
4.4. Sistem self-incompatibility gametofitik 60
4.5. Keturunan dari persilangan dengan 61
menggunakan mandul jantan sistem genik
4.6 Beberapa Modifikasi Batang 66
4.7. Tahapan Kultur Jaringan 67
4.8. Diagramatik Aneuploid 93
5.1. Diagramatik Aneuploid 93
5.2. Keturunan Hasil Persilangan Interspesifik 94
5.3. Ilustrasi kemungkinan hasil fusi 100
Protoplasma
5.4. Tranformasi menggunakan A. 102
Tumefaciens
6.1. Pewarisan Warna Bunga Snapdragon 109
yang memperlihatkan dominan tidak
iv
Sempurna
6.2. Pewarisan warna kernel gandum oleh tiga 111
gen aditif
7.1. Frekwesnsi homozigot dan heterozigot 127
setelah beberapa generasi selfing
7.2. Peningkatan frekwensi homozigot dan 128
penurunan frekwensi heterozigot pada
tanaman menyerbuk sendiri
7.3. Penerapan proses homozigositas pada 129
tanaman menyerbuk sendiri
7.4. Berbagai Metode Pemuliaan Tanaman 132
Menyerbuk sendiri
7.5. Prosedur seleksi massa pada tanaman 137
menyerbuk sendiri
7.6. Seleksi Galur murni berdasarkan ukuran 138
biji
7.7. Prosedur seleksi galur murni 140
7.8. Seleksi Prosdur Pedigree 148
7.9. Prosedur Seleksi Bulk 150
7.10. Prosedur Seleksi SSD 152
7.11. Prosedur Haploid Ganda 154
7.12. Linkage Drag dengan Pemuliaan 155
Backcross Traditional
7.13. Backcros dengan seleksi untuk 155
memperbaiki toleransi IR64 terhadap
kekeringan
7.14. Prosedur Back Cross 157
8.1. Skematik Seleksi Berulang 177
8.2. Prosedur Seleksi Berulang Fenotipik 178
v
8.3. Prosedur seleksi satu tongkol satu baris 181
8.4. Prosedur Seleksi Berulang Untuk DGU 183
8.5. Prosedur Seleksi Saudara Tiri (Half-sib 186
Selection): Disilangkan ke Tester
8.6. Seleksi Saudara Tiri (Half-sib Selection): 187
Disilangkan ke Tester dan Selfing
8.7. Seleksi Saudara Kandung (Full-sib 188
Selection)
8.8. Seleksi S1 190
8.9. Seleksi Pembentukan varietas sintetik 192
9.1. Prinsip penerapan seleksi klonal setelah 206
hibridisasi
9.2 Skema Prosedur Seleksi Klonal 207
10.1. Sistem Backcross untuk memindahkan 226
gen tahan dominan dari donor tahan (RR)
ke tetua recurrent (rr)
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1. Perbandingan pemuliaan konvensional dan 23
bioteknologi moderen
3.1. Pusat asal Tanaman menurut Vavilov 37
3.2. Pusat dan bukan pusat asal beberapa spesies 39
tanaman budidaya yang diusulkan Harlan
3.3. Gen Pool I dan Gen Pool II sejumlah 41
tanaman
4.1. Contoh tanaman yang memiliki bunga 52
lengkap dan tidak lengkap
4.2. Contoh tanaman yang memiliki bunga 52
sempurna dan tidak sempurna
4.3. Contoh tanaman monoecious dan dioecious 52
4.4. Reproduksi Vegetatif Secara Alami 64
4.5 Reproduksi Vegetatif secara Buatan 65
4.6 Kelebihan dan kekurangan agamospermy 68
obligat dan fakultatif
4.7 Beberapa Istilah dalam Apomiksis 69
5.1. Jenis persilangan yang mungkin dibuat dari 80
sepasang gen
5.2. Hubungan antara jumlah pasangan alel yang 81
terlibat dalam sebuah persilangan
heterozigot dengan tipe gamet dan
keturunan yang dihasilkan
5.3. Nisbah fenotipik pada F2 untuk dua gen 83
yang tidak terpaut yang dipengaruhi oleh
tingkat dominansi pada setiap lokus dan
epistasis antar lokus
5.4 Contoh Tanaman Budidaya Poliploid 91
vii
6.1. Ringkasan ratio fenotipik epistasis 113
6.2. Distribusi Chi-Square 114
6.3. Data untuk perhitungan statistik 115
7.1. Perbedaan antara seleksi massa dan seleksi 141
galur murni
8.1. Klasifikasi Seleksi Terarah Tanaman 170
Jagung
8.2. Metode Pemuliaan yang diterapkan pada 176
tanaman menyerbuk sendiri dan silang
10.1. Komponen ketahanan parsial pada dua 218
Varietas padi
10.2. Varietas Differensial untuk Penyakit Blas 222
pada Padi
10.3 Nomor kode ras dominan berdasarkan pola 224
reaksi terhadap varietas diferensial
Indonesia
10.4 Pengecekan terhadap interaksi inang- 227
patogen
10.5 Pengelompokan penyakit HDB padi 235
berdasarkan panjang lesio ketahanan
terhadap Xanthomonas oryzae pv. oryzae
pada fase vegetatif
viii
PRAKATA
Penyusunan Buku Ajar ini dilatar belakangi oleh
permasalahan dalam proses pembelajaran pada mata kuliah
Pemuliaan Tanaman di Program Studi Agroteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Syiah Kuala yang terjadi selama ini adalah
proses penyampaian materi dan pemahaman materi perkuliahan
sangat terbatas sedangkan materi yang harus dipahami sangat
banyak. Kondisi tersebut sangat sulit diprediksi sehingga sering
membuat target penyampaian materi tidak bisa tercapai.
Buku ini disusun terdiri dari 11 bab yang harus diselesaikan
dalam satu semester dengan 16 kali pertemuan. Pada bagian akhir
setiap bab disajikan latihan soal agar mahasiswa dapat
memantapkan mengaplikasikannya dalam memecahkan masalah
genetika.
Buku ajar ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman
mahasiswa menambah ketertarikan dan gairah untuk mempelajari
lebih mendalam tentang pemuliaan tanaman. Semoga bermanfaat.
ix
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah, sampai saat ini Allah masih
memberi kesehatan dan kesempatan untuk menyusun Buku Ajar
Pemuliaan Tanaman. Penyusunan buku ajar ini didorong karena
buku teks Pemuliaan Tanaman yang ditulis dalam bahasa Indonesia
sangat terbatas dan kebanyakan mahasiswa Pertanian merasa mata
kuliah Pemuliaan Tanaman sangat sulit dipahami. Dalam buku ajar
ini diusahakan memberikan pandangan bahwa mata kuliah ini
tidaklah sesulit yang dibayangkan. Konsep-konsep Pemuliaan
Tanaman yang abstrak akan lebih mudah dimengerti dengan
diberikan contoh-contoh percobaan yang nyata.
Buku ajar Pemuliaan Tanaman ini khususnya ditujukan
untuk mahasiswa yang mengambil mata kuliah Pemuliaan
Tanaman dan sebagai bahan rujukan utama bagi dosen yang
mengajar mata kuliah Pemuliaan Tanaman pada Program Studi
Agroteknologi serta dapat juga digunakan oleh mahasiswa
Pertanian lainnya yang belajar tentang Pemuliaan Tanaman.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkenan memberikan bantuan apa
pun sehingga buku ini dapat tersusun seperti sekarang. Secara
khusus ucapan terima kasih disampaikan kepada segenap teman
sejawat Tim pengampu mata kuliah Pemuliaan Tanaman pada
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Syiah
Kuala atas kerjasamanya dalam memanfaatkan buku ajar ini di
dalam perkuliahan.
Akhirnya kami mengharap supaya buku ajar ini bisa
bermanfaat bagi mahasiswa Pertanian lainnya. Disamping itu kami
sangat mengharapkan saran-saran dari semua pihak agar dimasa
yang akan datang dapat ditinjau kembali.
x
TUJUAN PEMBELAJARAN PEMULIAAN TANAMAN
xi
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)
MATA KULIAH : PEMULIAAN TANAMAN
KODE : AGT 023
SKS :3
SEMESTER :V
PROGRAM STUDI : AGROTEKNOLOGI
DOSEN :
STANDAR KOMPETENSI:
Peserta kuliah mampu menguasai dengan benar dasar genetik dan teknik dasar perbaikan sifat tanaman, serta
menyusun program pemuliaan tanaman dengan saling mengaitkan antara cara perkembangbiakan tanaman dengan
metode pemuliaan yang sesuai
CAPAIAN PEMBELAJARAN :
Setelah menyelesaikan mata kuliah ini, mahasiswa mampu merancang dan menerapkan metode pemuliaan
tanaman secara konvensional dan inkonvensional sesuai jenis, sifat tanaman, kondisi lingkungan dan cara
pembiakan tanaman dengan tepat untuk merakit varietas unggul. Mahasiswa nmampu mengemukakan pendapat
secara argumentatif, bekerja dalam kelompok, bekerja mandiri dan berpikir logis.
MING KEMAMPUAN BAHAN KAJIAN BENTUK KRITERIA BOBO
GU AKHIR YANG (MATERI PEMBELAJARAN PENILAIAN T
KE DIHARAP KAN PEMBELAJARAN) (INDIKATOR) NILAI
1 Menjelaskan Pendahuluan Small Group Discussion Kontribusi 6,25%
pengertian 1. Penjelasan tentang Cooperative Learning masukan
pemuliaan RPS dan Kontrak Simulasi Penjelasan benar
tanaman, ilmu Kuliah Self-Directed Learning dan tepat
yang diperlukan 2. Pengertian Discovery Learning
bagi pemulia Pemuliaan Collaborative Learning
tanaman dan Tanaman Contextual Instruction
menghargai 3. Ilmu dan Project Based Learning
peranan pemuliaan pengetahuan yang Problem Based Learning
tanaman bagi diperlukan untuk Inquiry
masyarakat menjadi pemulia
tanaman
4. Peranan
Pemuliaan
Tanaman bagi
Masyarakat
13
2 Menjelaskan Tahapan Kegiatan Small Group Discussion Kelengkapan 6,25%
prosedur umum Pemuliaan Tanaman Cooperative Learning dan kebenaran
program pemuliaan 1. Tahapan pemuliaan Simulasi penjelasan
tanaman tanaman Self-Directed Learning kerapian sajian,
2. Tujuan dan Discovery Learning kemampuan
prioritas program Collaborative Learning komunikasi
Pemuliaan Contextual Instruction
Tanaman Project Based Learning
3. Identifikasi Problem Based Learning
keragaman genetik Inquiry
4. Peningkatan
keragaman genetik
5. Seleksi
6. Uji Daya Hasil dan
Multi Lokasi
7. Pelepasan dan
Perlindungan
Varietas
3 Mengidentifikasi Sumberdaya Genetik Small Group Discussion Kelancaran dan 6,25%
dan memanfaatkan Dalam Pemuliaan Cooperative Learning tingkat
SDG untuk Tanaman Simulasi komunikatif
14
memperbaiki 1. Pentingnya Self-Directed Learning sajian
tanaman yang lebih Sumberdaya Discovery Learning
unggul Genetik Tanaman Collaborative Learning
Mempresentasikan 2. Pusat Asal dan Contextual Instruction
makalah yang Keragaman Project Based Learning
berkaitan dengan Tanaman Problem Based Learning
pentingnya SDG 3. Konsep Gen Pool Inquiry
bagi pemuliaan 4. Lembaga
tanaman Internasional dan
Nasional
Mengkoleksi SDG
4-5 Mengidentifikasi Perkembang Biakan Small Group Discussion Kelengkapan 12,5%
dan menjelaskan Tanaman Cooperative Learning dan kebenaran
pengaruh 1. Reproduksi Simulasi identifikasi
reproduksi Seksual dan Self-Directed Learning
tanaman terhadap Aseksual Discovery Learning
kegiatan pemuliaan 2. Mekanisme Collaborative Learning
penyerbukan Contextual Instruction
sendiri dan silang Project Based Learning
3. Male-sterility and Problem Based Learning
self Inquiry
15
incompatibility
4. Penentuan Cara
Reproduksi
Tanaman
6 Mengidentifikasi Sumber Keragaman Small Group Discussion Kebenaran 6,25%
berbagai sumber Genetik dalam Cooperative Learning identifikasi dan
jkeragaman genetik Pemuliaan Tanaman Simulasi kejelasan
yang dapat Rekombinasi gen, Self-Directed Learning pemanfaatan
dimanfaatkan Variasi Jumlah Discovery Learning
dalam program Kromosom, Collaborative Learning
pemuliaan tanaman Contextual Instruction
Hibridisasi
Project Based Learning
Interspesifik, Mutasi, Problem Based Learning
variasi somaklonal, Inquiry
fusi protoplas dan
transfer gen langsung
7 Memahami, Genetika kuantitatif Small Group Discussion Kebenaran 6,25%
menjelaskan dan dalam pemuliaan Cooperative Learning identifikasi dan
menerapkan tanaman Simulasi perhitungan
pengetahuan Pewarisan Sifat Self-Directed Learning serta interpretasi
16
tentang perilaku Genetik pada Discovery Learning data
genetik sifat Tanaman, Interaksi Collaborative Learning
kuantitatif dalam gen, aksi gen, Contextual Instruction
pemuliaan tanaman frekwensi gen, Project Based Learning
Pengujian Ratio Problem Based Learning
Genetik, Heritabilitas Inquiry
8-10 Menjelaskan Pemuliaan Tanaman Small Group Discussion Kebenaran dan 18,75%
prinsip dan metode Menyerbuk Sendiri Cooperative Learning ketepatan
dasar pemuliaan 1. Dasar genetik Simulasi rancangan
yang digunakan tanaman, contoh2 Self-Directed Learning program
pada populasi 2. Tujuan pemuliaan Discovery Learning pemuliaan
tanaman 3. Evaluasi Collaborative Learning tanaman
menyerbuk sendiri keragaman Contextual Instruction menyerbuk
genetiki Project Based Learning sendiri
4. Metode Problem Based Learning
Pemuliaan Inquiry
5. Introduksi dan
seleksi,
6. Persilangan/hibrid
isasi,
7. Seleksi hasil
17
persilangan,
8. Uji daya hasil
9. Uji adaptasi dan
pelepasan varietas
10. Uji BUSS untuk
mendapatkan Hak
PVT
11-13 Menjelaskan Pemuliaan Tanaman Small Group Discussion Kebenaran dan 18,75%
prinsip dan metode Menyerbuk Silang Cooperative Learning ketepatan
dasar pemuliaan 1. Dasar genetik Simulasi rancangan
yang digunakan tanaman, contoh2 Self-Directed Learning program
pada populasi 2. Tujuan pemuliaan Discovery Learning pemuliaan
tanaman 3. Evaluasi Collaborative Learning tanaman
menyerbuk silang. keragaman genetik Contextual Instruction menyerbuk
4. Metode Pemuliaan Project Based Learning silang
Pembentukan Problem Based Learning
populasi, Inquiry
5. Perbaikan populasi,
6. Seleksi,
7. Pembentukan
Varietas Hibrida,
18
komposit, sintetis
8. Uji daya hasil
9. Uji adaptasi dan
pelepasan varietas
14 Menjelaskan Pemuliaan Tanaman Small Group Discussion Kebenaran dan 6,25%
prinsip dan metode Membiak Vegetatif Cooperative Learning ketepatan
dasar pemuliaan Simulasi rancangan
yang digunakan Self-Directed Learning program
pada populasi Discovery Learning pemuliaan
tanaman membiak Collaborative Learning tanaman
secara vegetative Contextual Instruction membiak
Project Based Learning vegetatif
Problem Based Learning
Inquiry
20
Pertemuan-pertemuan tersebut menggunakan pendekatan bentuk pembelajaran yang didasarkan kepada student
center learning. Bentuk pembelajaran yang digunakan adalah sebagai berikut:
23
Evaluasi
1) Ujian dilakukan secara tertulis dalam bentuk subjektif test
(uraian) sebanyak dua kali, yaitu Ujian Tengah Semester
(UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS).
2) Evaluasi proses pembelajaran dilakukan dengan cara
pengamatan aktivitas belajar mahasiswa selama proses
pembelajaran meliputi kemampuan menyampaikan ide,
partisipasi dalam kelompok, kemampuan kerjasama, sikap
menghargai pendapat, keseriusan, sikap kepemimpinan.
Penilaian diberikan berdasarkan rubric penilaian yang telah
disiapkan sebelumnya.
3) Komponen Penilaian
:
No Komponen Penilaian Bobot (%)
1 Kehadiran 5
2 Keaktifan di kelas (individu) 5
3 Tugas Mandiri 15
4 Tugas Kelompok 10
5 Praktikum/Lembar Kerja Mahasiswa 25
6 UTS 20
7 UAS 20
25
Rubrik untuk Menilai Kemampuan Membangun Argumen
Nama Mahasiswa :
NIM :
Topik Bahasan :
Tanggal :
GRADE SKOR INDIKATOR KINERJA SKOR
Sangat >81 Argumen logis, inovatif dan dapat
Baik mudah diimplementasikan pada
dunia nyata
Baik 61- 80 Argumen logis, masuk akal,
inovatif
Cukup 41– 60 Argumen logis, masuk akal,
namun kurang inovatif
Kurang 21–40 Argumen cukup logis, namun
tidak masuk akal
Sangat < 20 Argumen tidak masuk akal dan
kurang tidak ada hubungan logis
26
Rubrik Kualitas Makalah
Nama Mahasiswa :
NIM :
Topik Bahasan :
Tanggal Penilaian :
No Komponen Indikator Bobot Skor Total
(B) (S) (BX
1-5 S)
1 Isi karangan Relavansi topic 3
dengan substansi
tugas
2 Organisasi ide Susunan dan 2
pengungkapan ide
3 Penggunaan Kompleksitas, 2
kosa kata efektivitas kalimat,
akurasi
penggunaan bahasa
4 Penggunaan Keluasan kosa 2
Tata Bahasa kata, ketepatan
penggunaan kata,
idiom, bentuk kata
5 Penggunaan Ketepatan 1
Ejaan/Tanda penggunaan tanda
baca baca, huruf besar,
ejaan
1=sangat kurang, 2=kurang, 3=sedang, 4=baik, 5=baik sekali
27
Rubrik Deskriptif untuk Menilai Presentasi Lisan
Nama Mahasiswa :
NIM :
Topik Bahasan :
Tanggal :
Dimensi Patut Dicontoh Memuaskan Di Bawah Harapan Skor
Organisasi Presentasi terorganisasi dengan Presentasi mempunyai fokus dan Tidak ada organisasi yang jelas.
baik dan menyajikan fakta yang menyajikan beberapa bukti yang Fakta tidak digunakan untuk
meyakinkan untuk mendukung mendukung kesimpulan- mendukung pernyataan. (15-19)
kesimpulan-kesimpulan. (25-30) kesimpulan. (20-24)
Isi Isi akurat dan lengkap. Para Secara umum akurat, tetapi tidak Isinya tidak akurat atau terlalu
pendengar menambah wawasan lengkap. Para pendengar bisa umum. Pendengar tidak belajar
baru tentang topik tersebut (35-40) mempelajari beberapa fakta yang apapun atau kadang menyesatkan.
tersirat, tetapi mereka tidak (25-29)
menambah wawasan baru tentang
topik tersebut(30-34)
Gaya Pembicara tenang dan Secara umum pembicara tenang, Pembicara cemas dan tidak
Presentasi menggunakan intonasi yang tepat, tetapi dengan nada yang datar dan nyaman, dan membaca berbagai
berbicara tanpa bergantung pada cukup sering bergantung pada catatan daripada berbicara.
catatan, dan berinteraksi secara catatan. Kadang-kadang kontak Pendengar sering diabaikan.
intensif dengan pendengar. mata dengan pendengar Tidak terjadi kontak mata karena
Pembicara selalu kontak mata diabaikan. (20-24) pembicara lebih banyak melihat
dengan pendengar (25-30) ke papan tulis atau layar. (15-19)
Skor Total
Rubrik Deskriptif Untuk Penilaian Sesama Anggota Tim
Nama Mahasiswa :
NIM :
Topik Bahasan :
Tanggal :
DEMENSI Luar Biasa Baik Di bawah Skor
harapan
Kontribusi Sangat Berkontribusi Membuat
Pada Tugas berkontribusi secara “adil” beberapa
dalam hasil dalam hasil kontribusi
kerja tim. kerja tim. nyata dalam
hasil kerja
(25-30) (20-24)
tim. (15-19)
Kepemimpin Secara rutin Menerima Jarang atau
an melakukan ”pembagian tidak pernah
kepemimpinan yang adil” dari berlatih
yang baik. tanggung tentang
jawab memimpin.
(35-40)
kepemimpinan
(25-29)
. (30-34)
Kolaborasi Menghargai Menghargai Tidak
pendapat pendapat berkontribusi
orang lain dan orang lain dan pada diskusi
berkontribusi berkontribusi kelompok
besar dalam dalam diskusi atau sering
diskusi kelompok. gagal
kelompok. berpartisipasi
(20-24)
(25-30) .(15-19)
Skor Total
Rubrik untuk Penilaian Keaktifan dalam diskusi
Nama Mahasiswa :
NIM :
Topik observasi : Aktivitas mahasiswa dalam kegiatan
diskusi kelompok
Tempat observasi :
Waktu observasi :
No Indikator yang Skala Bobot Total
diobservasi Penilaian (S) (B) (SxB)
1 2 3 4 5
1 Bertanya 25%
2 Menjawab pertanyaan 25%
3 Mengemukakan pendapat 25%
4 Menghargai pendapat 25%
Jumlah Total 100%
1=sangat kurang, 2=kurang, 3=sedang, 4=baik, 5=baik sekali
xxx
Rubrik untuk Penilaian Diri
Nama Mahasiswa :
NIM :
Anggota kelompok :
Kegiatan kelompok :
Tanggal Penilaian :
Untuk pertanyaan 1 sampai dengan 5 tulis masing-masing huruf
sesuai dengan pendapat anda!. (A) = selalu; (B) = jarang; (C) =
jarang sekali; (D) = tidak pernah
xxxi
Rubrik untuk Penilaian Substansi Laporan Praktikum
Nama Mahasiswa :
NIM :
Topik Bahasan :
Tanggal Penilaian :
No Uraian substansi Skala Penilaian Bo Total
bot
1 2 3 4 5
1 Langkah analisis diikuti 5
secara sistimatis
2 Rumusan hipotesis 10
3 Penyusunan table kerja 10
4 Kecermatan perhitungan 20
dalam penyusunan table
kerja
5 Langkah-langkah dan 25
kecermatan perhitungan
dalam substansi data
6 Uji signifikansi 15
7 Menarik simpulan analisis 10
8 Kecermatan penggunaan 5
simbul statistic
Total
1=sangat kurang, 2=kurang, 3=sedang, 4=baik, 5=baik sekali
xxxii
Tugas-tugas
xxxiii
Tugas Mandiri:
xxxiv
Tugas 3. Surat Dari Petani
Kepada Yth : Mahasiswa pada Kuliah Pemuliaan Tanaman Program
Studi Agroteknologi Unsyiah
Dari : Kelompok Tani Sangat Laku
Perihal : Permintaan bantuan
Assalamualaikum wr wb.
Dengan hormat,
Perkenalkan, kami petani padi yang tergabung dalam kelompok tani Sangat
Laku, Gampong Murah, Kecamatan Meriah, Kabupaten Bahagia, Propinsi Kaya
Raya. Kami menanam dua varietas padi. Satu varietas, Type A, memiliki beras
berwana merah dan tumbuh baik pada berbagai kondisi musim tanam, baik pada
tanam musim kemarau maupun pada musim hujan.Varietas satu lagi, Type B,
memiliki beras berwarna putih, tetapi pertumbuhannya sangat dipengaruhi oleh
musim tanam.
Kami ingin menanam padi varietas tipe A lebih banyak tetapi beras yang
dihasilkan berwarna putih, karena komsumen di Aceh lebih menyukai beras
putih dibandingkan beras merah. Kami tidak mengetahui genotipe dari padi tipe
A ataupun tipe B. Kami juga tidak mengetahui warna yang mana yang dominan
dan mana yang resesif.
Kami harap anda dapat membantu kami dalam dua hal, yaitu memproduksi padi
hibrida dengan beras putih dari padi beras merah dan memproduksi padi hibrida
yang pertumbuhannya baik pada berbagai kondidi musim tanam. Kami
mengharapkan rekomendasi dari anda kepada kami bagaimana cara
memproduksi padi hibrida beras putih dari padi beras merah, selanjutnya kami
dapat menanam benih baru di lapangan untuk melihat hibrida yang mana yang
tumbuh baik pada berbagai kondidi musim tanam.
Kami sangat mengharapkan rekomendasi dari anda semua tentang bagaimana
cara mengkombinasikan kedua varietas padi tersebut. Kami sangat senang dan
banggga untuk dapat melakukannya percobaan lapangan sesuai dengan
rekomendasi anda.
Kami mohon rekomendasi anda dititipkan ke Laboratorium Pemuliaan Tanaman
Fakultas Pertanian Unsyiah untuk dapat diteruskan kepada kami pada saat tim
dari Lab tertebut berkunjung ke tempat kami pada tanggal 13 Desember 2015.
Demikian atas bantuan semuanya kami ucapkan terimakasih.
Wassalam
Hormat kami Ketua Kelompok Tani,
(Bukan Saya )
xxxv
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pengantar
Rencana Aktivitas
Perkuliahan
(100 menit)
Langkah 1 Pembukaan
10 menit 1. Dosen memperkenalkan diri selanjutnya
menjelaskan Rencana Pembelajasan Semester
(RPS) berupa isi Mata Kuliah dalam Silabus
selama satu semester dan kontrak perkuliaahan
(KP)
2. Mahasiswa mencermati isi KP, mendiskusikan
atau menyetujui dan menandatangani KP.
3. Memotivasi mahasiswa untuk bersemangat
belajar
Langkah 2 Penyajian
80 menit 1. Dosen menanyakan apa yang diketahui oleh
mahasiswa tentang pengertian pemuliaan
tanaman
2. Mahasiswa menjawab pertanyaan sesuai
dengan apa yang mereka ketahui
3. Dosen menjelaskan pengertian pemuliaan
tanaman
4. Dosen menjelaskan ilmu dan disiplin terkait
dengan pemuliaan tanaman
5. Dosen menjelaskan peranan pemuliaan
tanaman dalam masyarakat
6. Dosen memandu refeksi
7. Mahasiswa menyampaikan hal-hal yang
diketahui tentang materi yang sedang
didiskusikan, melakukan refleksi, mencatat
materi diskusi
Langkah 3 Penutup
10 menit 1. Merangkum uraian matakuliah yang telah
disampaikan/diskusi
2. Mahasiswa menyimak, mengajukan
pendapat,bertanya atau menjawab dan
mencatat
3. Mahasiswa diberi tugas selama satu minggu
3
untuk membuat tulisan yang menjelaskan
tentang pemuliaan tanaman sebagai seni dan
ilmu, peranan pemuliaan dalam masyarakat,
dan pengaruh pemuliaan dalam peningkatan
hasil tanaman,
4
1.1. Pengertian Pemuliaan Tanaman
AGRONOMI
BIOKIMIA PENYAKIT
TUMBUHAN TUMBUHAN
BOTANI STATISTIKA
KOMPUTER
GENETIKA
BIOTEKNOLOGI
1.5. Rangkuman
1.6. Latihan
1.7. Glossarium
S Evaluasi Identifikasi P
E MateriTanaman dan Isolasi Gen R
L O
E Pemindahan Gen T T
K Persilangan ke sel Tanaman E A
S K N
I S A
Regenerasi Menjadi I M
Pengujian Tanaman
P A
R V N
O A
R Berulangan Ketahanan,
T
I Tahun dan Lokasi Hasil, Kualitas
E
K E
S T
I A Seleksi
S
V
A Pengujian
R
I
E
T Varietas Baru
A Termasuk Paten
S
Gambar 2.2. Pemuliaan Tanaman Secara Klasik dan Teknologi Gen
20
2.2. Tujuan Pemuliaan Tanaman
2.8. Rangkuman
2.9. Latihan
2.10. Glossarium
BAB III
SUMBERDAYA GENETIK DALAM
PEMULIAAN TANAMAN
Pengantar
Rencana Aktivitas
Perkuliahan
(100 menit)
Langkah 1 Pembukaan
10 menit 1. Dosen menjelaskan pokok bahasan pada
pertemuan ini, tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai pada pertemuan ini dan memotivasi
mahasiswa untuk terlibat dalam aktivitas
pembelajaran
2. Menanyakan apa yang diketahui oleh
mahasiswa tentang pusat asal, penyebaran
spesies tanaman di dunia
Langkah 2 Penyajian
80 menit 1. Dosen menyajikan informasi kepada
mahasiswa melalui bahan bacaan
2. Dosen mengelompokkan mahasiswa kedalam 5
kelompok yang terdiri atas 5 orang dalam satu
kelompok.
3. Tiap anggota tim diberikan materi yang
berbeda (sub pembahasan yang berbeda).
4. Anggota tim yang berbeda yang telah
mempelajari sub bab yang sama diminta untuk
membentuk kelompok baru (kelompok ahli)
untuk mendiskusikan sub bab mereka.
5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli, tiap
anggota diminta untuk kembali ke kelompok
asal dan bergantian mengajar teman satu tim
mereka tentang sub bab yang mereka kuasai.
6. Dosen meminta tiap anggota kelompok yang
lainnya untuk mendengar dengan sungguh-
sungguh dan juga membahasnya untuk
33
Tabel 3.2. Pusat dan bukan pusat asal beberapa spesies tanaman
budidaya yang diusulkan Harlan
Pusat Bukan Pusat
A1 Timur Dekat A2 Afrika
Oat Sorgum
Kol Okra
Smooth bromegrass Sudangrass
Flax Kelapa sawit
Cherry Semangka
Tanaman
Budidaya
Gen Pool I
Tumbuhan Liar
Leluhur
Tumbuhan liar,
hibridisasi dengan derajad
fertilitas rendah
Tumbuhan liar,
hibridisasi tidak fertil
3.6. Rangkuman
3.7. Latihan
3.8. Glossarium
BAB IV
REPRODUKSI TANAMAN
Pengantar
dalam satu bunga yang sama. Apabila pistil dan stamen tidak
terletak dalam satu bunga maka dikatakan bunga tidak sempurna
atau uniseksual, bunga tidak sempurna bisa bunga pistilet (bunga
betina saja) atau bisa bunga staminat (bunga jantan saja).Umumnya
tanaman dari family legum (Leguminosae atau Fabaceae) memiliki
bunga lengkap, sedangkan tanaman dari family rumput-rumputan
(Gramineae atau Poaceae) memiliki bunga tidak lengkap.
Table 4.1 Contoh tanaman yang memiliki bunga lengkap dan tidak
lengkap
Bunga Lengkap Bunga Tidak Lengkap
Kedelai Jagung
Kapas Sorghum
Kentang Padi
Bunga Matahari Gandum
Proses penyatuan dua sel sperma dengan sel telur dan inti polar di
dalam kantong embrio disebut dengan pembuahan ganda.
4.4.2.1. Self-Incompatibility
4.4.2.2.Mandul Jantan
4. 5..3. Apomiksis
Istilah Pengertian
Embrio Adventif Embrio terbentuk dari jaringan sel sporofitik
diploid (sel 2n) dari ovul, integumen atau dinding
ovary mengalami mitosis membentuk embrio
tanpa melalui gemetofitik. Endospem
diperkirakan berasal dari inti polar dari kantong
embrio normal yang berkembang secara terpisah
di dalam ovul. Ini merupakan agamospermy yang
paling sederhana (pada mangga dan jeruk)
Apospori Embrio berkembang dari dari sel somatik ovul
yaitu sel integumen dan sel inti yang membelah
secara mitosis untuk menghasilkan kantong
embryo diploid ( 2n). Apospory umumnya terjadi
pada angiospermae
Diplospory Embrio dan endosperm berasal dari sel induk
megaspora diploid (2n). Inti dari sel induk
megaspora mengalami pembelahan mitosis untuk
menghasilkan kantong embrio diploid.
Parthenogenesis Embrio biji terbentuk dari sel telur haploid
membelah secara mitotic tanpa pembuahan
dengan inti gamet jantan.
Androgenesis Embrio biji terbentuk dari inti gamet jantan
setelah inti tersebut masuk ke kantong embrio
tetapi tidak terjadi pembuahan dengan inti gamet
betina. Individu yang berkembang dari biji
tersebut haploid dan memiliki genotipe seperti
gamet jantan tanaman yang manghasilkannya
Semigami Inti gamet jantan masuk ke kantong embrio dan
mempenetrasi sel telur, tetapi tidak terjadi
penaytuan gamet betina dan jantan membentuk
zigot 2n. Inti gamet jantan dan gamet betina
masing-masing membelah sendiri-sendiri
menghasilkan embrio haloid. Tanaman haploid
yang berkembang dari embrio mengandung
sebagian jaringan tetua betina atau berasal dari
tetua jantan.
Apogami Embrio yang dihasilkan dari sel lain bukan sel
telur, tetapi dari sel-sel sinergit atau anti podal
dari kantong embrio.
70
4.5.4. Vivipary
4.7. Rangkuman
4.8. Latihan
2. Jika jumlah kromosom diploid pada padi adalah 24. Pilih jumlah
kromosom yang tepat pada setiap sel atau jaringan dari 3 pilihan
yang tersedia dalam tabel di bawah ini!
Sel atau Jaringan Jumlah Kromosom
A Tepung Sari 12 24 36
B Sel Embrio 12 24 36
C Zigot 12 24 36
D Sel Somatik 12 24 36
E Sel Sperma 12 24 36
F Sel Dauan 12 24 36
G Sel telur 12 24 36
H Sel endosperm 12 24 36
Jawab:
Reproduksi sexual melibatkan penyatuan gamet dan perkembangan
biji untuk menghasilkan generasi baru. Salah satu tugas pemulia
tanaman adalah menyeleksi tetua dan mengontrol penyerbukan
sehingga dapat dihasilkan keturunan yang diinginkan.
73
4.10. Refleksi
4.12. Glossarium
Istilah Pengertian
Penyerbukan : Proses proses mulai lepasnya serbuk sari
dari antera, kemudian melekat ke kepala
putik (stigma) sampai tumbuh tabung
sari di dalam tangkai putik hingga terjadi
pembuahan
Apospori : Embrio berkembang dari dari sel somatik
ovul yaitu integumen dan nucleus yang
membelah secara mitosis membentuk
75
embrio 2n.
Diplospory : Embrio dan endosperm berasal dari sel
induk megaspora 2n. Inti dari sel induk
megaspora mengalami mitosis untuk
membentuk kantong embrio.
Embrio : Embrio terbentuk dari sel sporofit, sel 2n
Adventius dari ovul, integumen atau dinding ovary
mengalami mitosis membentuk embrio.
Endospem diperkirakan berasal dari inti
polar dari kantong embrio normal yang
berkembang secara terpisah di dalam
ovul.
Parthenogenesis : Embrio biji terbentuk dari sel telur
haploid tanpa pembuahan dengan inti
gamet jantan.
Androgenesis : Embrio biji terbentuk dari inti gamet
jantan serbuk sari setelah masuk ke
kantong embrio tetapi tidak terjadi
pembuahan dengan inti gamet betina.
Tanaman haploid yang berkembang dari
biji tersebut memiliki susunan genetik
seperti gamet jantan.
Semigami : Inti gamet jantan masuk ke kantong
embrio dan mempenetrasi sel telur, tetapi
tidak terjadi penaytuan gamet betina dan
jantan membentuk zigot 2n. Inti gamet
jantan dan gamet betina masing-masing
membelah sendiri-sendiri menghasilkan
embrio haloid. Tanaman haploid yang
berkembang dari embrio mengandung
sebagian jaringan tetua betina atau
berasal dari tetua jantan.
Apogami : Embrio yang dihasilkan dari sel lain
bukan sel telur, tetapi dari sel-sel sinergit
76
BAB V
SUMBER KERAGAMAN GENETIK UNTUK
PEMULIAAN TANAMAN
Pengantar
Umumnya individu tanaman yang satu berbeda dengan
individu tanaman yang lain, walaupun kita amati pada satu spesies.
Perbedaan ini dikenal dengan keragaman. Keragaman antar
tanaman bisa disebabkan oleh lingkungan yang tidak diwariskan
dan genetik, yang diwariskan. Sumber keragaman genetik bisa
mutasi, variasi jumlah kromosom, hibridisasi interspesifik,
rekombinasi gen, variasi somalkonal, fusi protoplas dan konstruksi
gen.
Rencana Aktivitas
Perkuliahan
(100 menit)
Langkah 1 Pembukaan
10 menit Dosen menjelaskan pokok bahasan pada
pertemuan ini, tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai pada pertemuan ini dan memotivasi
mahasiswa untuk terlibat dalam aktivitas
pembelajaran
Langkah 2 Penyajian
80 menit 1. Dosen menyajikan informasi kepada
mahasiswa melalui bahan bacaan
2. Dosen mengelompokkan mahasiswa kedalam 4
kelompok yang terdiri atas 4 orang dalam satu
kelompok.
3. Tiap anggota tim diberikan materi yang
berbeda (sub pembahasan yang berbeda).
4. Anggota tim yang berbeda yang telah
mempelajari sub bab yang sama diminta untuk
membentuk kelompok baru (kelompok ahli)
untuk mendiskusikan sub bab mereka.
5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli, tiap
anggota diminta untuk kembali ke kelompok
asal dan bergantian mengajar teman satu tim
mereka tentang sub bab yang mereka kuasai.
6. Dosen meminta tiap anggota kelompok yang
lainnya untuk mendengar dengan sungguh-
sungguh dan juga membahasnya untuk
mencapai pemahaman bersama yang tepat.
7. Dosen meminta beberapa kelompok awal
untuk mempresentasikan hasil diskusi kepada
79
seluruh kelas.
8. Dosen mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari
9. Dosen membantu mahasiswa untuk melakukan
refeksi terhadap bahan kajian pada pertemuan
ini.
10. Mahasiswa menyampaikan hal-hal yang
diketahui tentang materi yang sedang
didiskusikan, melakukan refleksi.
Langkah 3 Penutup
10 menit 1. Dosen memberi penjelasan tambahan untuk
memantapkan mahasiswa tentang keragaman
genetika dan hubungannya dengan pemuliaan
tanaman.
2. Dosen meminta beberapa mahasiswa
mengemukakan pertanyaan dan membahasnya.
80
AA x AA Semua AA Semua A
AA x Aa 1AA:1Aa Semua A
AA x aa Semua Aa Semua A
Aa x Aa 1AA: 2Aa:1aa 3A: 1a
Aa x aa 1Aa : 1aa 1A: 1a
aa x aa Semua aa Semua a
Tabel. 5.3. Nisbah fenotipik pada F2 untuk dua gen yang tidak
terpaut yang dipengaruhi oleh tingkat dominansi pada setiap lokus
dan epistasis antar lokus.
Genotipe F2
AaBB
AABb
aaBB
AaBb
Aabb
Aabb
Aabb
aaBb
1 2 2 4 1 2 1 2 1 Dominan penuh tidak cukup pada
kedua lokus, tidak ada epistasis,
Nisbah fenotipik sama dengan
nisbah genotipik
3 6 1 2 3 1 Dominan penuh tidak cukup pada A.
Dominan penuh pada B. Tidak ada
epistasis
9 3 3 1 Dominan penuh pada A dan B. Tidak
ada epistasis
9 3 4 Epistasis resesif. aa epistatik
terhadap B, b.
12 3 1 Epistasis dominan, A epistatik
terhadap B, b.
Epistasis dominan dan resesif, A
epistatik terhadap B, b. bb epistatik
13 3 terhadap A,a. A dan bb
menghasilkan fenotipe yang sama.
9 7 Epistasis Resesif duplikat, aa
epistatik terhadap B, b. bb epistatik
terhadap A,a
15 1 Epistasis dominan duplikat, A
epistatik terhadap B, b. B epistatik
terhadap A,a.
9 6 1 Gen-gen duplikat dengan interaksi.
A_bb dan aaB_ mempunyai fenotipe
yang sama, A_B_ dan aabb
mempunyai fenotipe yang berbeda
F1 AaBbCcDeee
F2 aabbccddee - AABBCCDDee
Tinggi 50 cm Tinggi 90 cm
Lebih pendek dari tetua Lebih tinggi dari tetua
Jika gen pada kromosom yang sama terpaut satu sama lain
maka, tidak akan diperoleh segregasi yang bebas, karena gen-gen
tersebut tidak bisa terpisah, akibatnya tidak akan diperoleh
rekombinasi antar gen di dalam kelompok pautan tesebut. Hal ini
akan membatasi kerja pemulia untuk mendapatkan genotipe baru
dari rekombinasi gen-gen terpaut. Rekombinasi dari gen terpaut
bisa terjadi sebagai akibat pindah silang. Pindah silang adalah
proses pertukaran segmen kromosom dari kromatid bukan saudara
dari kromosom homolog akibat patah secara simetrik dan
bergabung dengan cara menyilang pada saat sinapsis selama
meiosis.
Dua lokus heterozigot bisa terpaut dalam bentuk repulsi
atau coupling. Coupling jika alel dominan pada dua lokus terletak
pada satu kromosom dan alel ressif pada kromosom lain. (AB//ab).
Repulsi jika alel dominan dan alel resesif terletak pada kromosom,
demikian sebaliknya (Ab//aB). Untuk mengatahui pautan dapat
diuji dengan dua cara, pertama dengan testcross, dan kedua dengan
selfing tanaman F1 atau menyilangkan dua tanaman yang
heterozigot. Dari testcross akan diperoleh nisbah fenotipe 1 : 1 : 1 :
1, jika menyimpang secara nyata dari nisbah tersebut, berarti lokus
tersebut terpaut. Demikian pula halnya dengan selfing akan
diperoleh nisbah fenotipe 9 : 3 : 3 : 1, jika menyimpang dari nisbah
85
tersebut berari lokus yang kita uji tersebut terpaut. Cara yang
umum digunakan untuk menetapkan hal tersebut adalah dengan
menggunakan uji statistik chi-square (χ2) suatu uji kesesuaian.
Formula umum chi-square adalah:
2
(O E )
χ =
2
E
Keterangan :
Σ = sigma = jumlah
O = nilai yang diamati
E = nilai yang diharapkan
P1 AABB x aabb P2
Gamet P AB ab
F1 AaBb
194
= x100
1000
= 19.4%
yaitu inti sel telur tidak berfusi dengan inti sel sperma, sehingga
masing-masing sel membelah dan berkembang menjadi embrio
haploid pada kapas dan (4) kultur antera atau polen.
Poliploid dapat dibedakan berdasarkan asalnya kromosom,
menjadi autoploid (atau juga autopoliploid; berarti sendiri), yaitu
penggandaan kromosom dalam satu spesies dan alloploid (atau juga
allopoliploid; berarti berbeda), yaitu poliploid yang terjadi akibat
kombinasi genom dari spesies yang berbeda. Allopoliploid hanya
terbentuk antara spesies yang berkerabat dekat, set kromosom yang
berbeda adalah homeolog (hanya sebagian kromosom homolog)
bukan keseluruhannya homolog seperti pada autopoliploid.
Autotetraploid bisa terjadi secara alami akibat penggandaan
genom 2x secara spontan menjadi 4 x dan juga dapat diinduksi
dengan menggunakan kolkhisin. Secara komersial tanaman
autotetraploid menguntungkan karena jumlah set kromosomnya
lebih banyak sehingga akan meningkatkan ukuran tanaman. Ukuran
sel, buah, bunga, stomata, dan lain-lain semuanya lebih besar
daripada tanaman diploid aslinya.
Pada autotetraploid, nisbah genetik untuk sifat yang diwariskan
secara sederhana lebih komplek dari pada diploid. Sebagai contoh,
pada diploid jika alel A dan a, maka akan ada tiga genotipe yang
mungkin yaitu AA, Aa atau aa, tetapi pada autotetraploid akan ada
lima genotipe yang mungkin yaitu:
AAAA kuadraplek
AAAa triplek
AAaa duplek
Aaaa simplek
aaaa nulliplek
Jika A dominan sempurna, semua genotipe akan menampakkan
karakteristik yang dominan kecuali hanya pada nulliplek yang
menampakkan karakteristik resesif. Jika masing-masing genotipe
tersebut diselfing dan dengan asumsi kromosom bersegregasi
secara acak maka nisbah segregasi dominan terhadap resesif akan
menjadi:
91
AAAA 1A:0a
AAAa 1A:0a
AAaa 35A: 1 a
Aaaa 3A:1a
aaaa 0 A : 35 a
Jika dominan tidak lengkap, maka akan lebih rumit, apalagi adanya
pautan akan lebih mempersulit untuk mengidentifikasinya.
Kentang Autopoliploid 24 12 2n = 4x = 48
Pisang Autopoliploid ? 11 2n = 3x = 33
Kacang Autopoliploid 20 10 2n = 4x = 40
Tanah
Tembakau Allopoliploid 24 12 2n = 4x = 48
Kapas Allopoliploid 26 13 2n = 4x = 52
kromosom aneuploid bisa lebih besar ataupun juga lebih kecil dari
tipe liarnya.
Aneuploid dapat terjadi secara spontan karena (1)
kromosom gagal berpisah (nondisjunction) pada anafase I meiosis,
(2) perpasangan dan pergerakan kromosom abnormal pada meiosis
seperti pada triploid dan (3) tanaman haploid yang diserbuki oleh
polen normal sehingga gamet membawa jumlah kromosom yang
tidak simbang. Aneuploid berguna untuk (1) mengidentifikasi
letak gen pada kromosom, (2) mengetahui fungsi gen (3)
mengetahui pengaruh kromosom dan dosis gen dan (4)
memungkinkan substitusi kromosom tertentu ke dalam suatu
varietas.
Penamaan euploid berdasarkan banyaknya jumlah
kromosom yang hilang atau bertambah pada suatu individu,
sehingga dapat dibedakan sebagai berikut :
Formula Tipe Keterangan
aneuploid
5.4. Mutasi
5.8. Rangkuman
5.9. Latihan
5.10. Glossarium
Poehlman, J.M., and Sleper, D.A. 1995. Breeding Field Crops, the
4th Edition. Iowa State University Press. Iowa, USA.
Standfield, D. 1991. Genetika Schaum’s, Erlangga Jakarta.
105
BAB VI
GENETIKA KUANTITATIF DALAM PEMULIAAN
TANAMAN
Pengantar
Pemulia tanaman perlu mengetahui prilaku sifat-sifat yang
ingin diperbaiki dari tanaman yang akan dimuliakan. Sifat yang
distribusi variasinya tidak kontinyu dan dapat dikategorikan ke
dalam kelas diskrit termasuk sifat kualitatif. Sifat yang berdistribusi
secara kontinyu tidak dapat dianalisis dengan cara yang sama
sebagaimana sifat diskontinyu/diskrit. Sifat kontinyu sering diukur
dan diberi nilai secara kuantitatif sehingga sering dikatakan sebagai
sifat kuantitatif.
Rencana Aktivitas
Perkuliahan
(100 menit)
Langkah 1 Pembukaan
10 menit 1. Dosen menjelaskan pokok bahasan pada
pertemuan ini, tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai pada pertemuan ini dan memotivasi
mahasiswa untuk terlibat dalam aktivitas
pembelajaran
2. Menanyakan apa yang diketahui oleh
mahasiswa tentang pewarisan sifat-sifat
quantitatif dalam pemuliaan tanaman
Langkah 2 Penyajian
80 menit 1. Dosen menyajikan informasi kepada
mahasiswa melalui bahan bacaan
2. Dosen mengelompokkan mahasiswa kedalam 5
kelompok yang terdiri atas 5 orang dalam satu
kelompok.
3. Tiap anggota tim diberikan materi yang
berbeda (sub pembahasan yang berbeda).
4. Anggota tim yang berbeda yang telah
mempelajari sub bab yang sama diminta untuk
membentuk kelompok baru (kelompok ahli)
untuk mendiskusikan sub bab mereka.
5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli, tiap
anggota diminta untuk kembali ke kelompok
asal dan bergantian mengajar teman satu tim
mereka tentang sub bab yang mereka kuasai.
6. Dosen meminta tiap anggota kelompok yang
lainnya untuk mendengar dengan sungguh-
sungguh dan juga membahasnya untuk
mencapai pemahaman bersama yang tepat.
107
Aksi gen non aditif merupakan aksi gen dimana setiap gen tidak
memiliki pengaruh aditif.
Sebagai contoh, gen untuk tingga (T) dan pendek (t), sehingga
TT = tinggi, Tt = tinggi, dan tt = rendah, di mana heterozigot (Tt)
menunjukkan fenotipe dominan (tinggi).
Aditif
Generasi
tetua
Generasi F1
Generasi F2
Fenotipe
Gambar 6.2. Pewarisan warna kernel gandum oleh tiga gen aditif
112
Gambar 6.2. tersebut menunjukkan keragaman warna biji
gandum. Persilangan gandum berbiji sangat terang dengan gandum
berbiji sangat gelap. Individu-individu F2 yang ditunjukkan sebagai
distribusi warna sangat merah sampai merah pudar. Kisaran dari
fenotipe tersebut adalah tipe sifat kuantitatif. Distribusi ini dapat
dibandingkan dengan warna bunga kapri hasil penelitian Mendel,
dimana individu-individu F2 berwarna merah atau putih, yang
merupakan dua fenotipe tetua.
dB Peluang
0,95 0,80 0,50 0,20 0,05 0,01 0,005
1 0,004 0,064 0,455 1,642 3,841 6,635 7,879
2 0,103 0,446 1,386 3,219 5,991 9,210 10,597
3 0,352 1,005 2,366 4,642 7,815 11,345 12,838
4 0,711 1,649 3,357 5,989 9,488 13,277 14,860
5 1,145 2,343 4,351 7,289 11,070 15,086 16,750
6 1,635 3,070 5,348 8,558 12,592 16,812 18,548
7 2,167 3,822 6,346 9,803 14,067 18,475 20,278
8 2,733 4,594 7,344 11,030 15,507 20,090 21,955
9 3,325 5,380 8,343 12,242 16,919 21,666 23,589
10 3,940 6,179 9,342 13,442 18,307 23,209 25,188
15 7,261 10,307 14,339 19,311 24,996 30,578 32,801
20 10,851 14,578 19,337 25,038 31,410 37,566 39,997
25 14,611 18,940 24,337 30,675 37,652 44,314 46,928
30 18,493 23,364 29,336 36,250 43,773 50,892 53,672
/ Berbeda tidak nyata secara statistik / / Berbeda nyata secara statistik /
x
N
Rata-rata : x i 1 i
2
( xi x)
N
i 1
Ragam (V)
N 1
Koefisien Keragaman (KK) = x100%
x
Heritabilitas
H = (Vg/Vp) x 100
h2 = (Va/Vp) x 100
Vp = Vg + Ve + Vge
Vg = Va + Vd + Vi
(p + q)2 = p2 + 2pq + q2 = 1
Segregasi Transgresif
P aaBB AAbb
70 kg/plot) (70 kg/plot)
F1 AaBb
(70 kg/plot)
10.6. Rangkuman
1.1. Latihan
1.7. Glossarium
BAB VII
PEMULIAAN TANAMAN MENYERBUK SENDIRI
Pengantar
Penyerbukan sendiri adalah jatuhnya serbuk sari (polen) ke
putik dari bunga yang sama atau bunga yang berbeda dari genotipe
yang sama. Tanaman menyerbuk sendiri adalah tanaman yang
tingkat penyerbukan sendirinya lebih dari 90%. Secara alami,
spesies tanaman menyerbuk sendiri jarang mengalami penyerbukan
silang.. Mekanisme penyebab penyerbukan sendiri adalah bunga
hermaprodit, self-compatible, kleistogami, homogami. Klestogami,
bunga hermaprodit tidak pernah mekar atau terjadi penyerbukan
sebelum bunga mekar. Homogami, antera dan stigma pada bunga
hermaprodit matang pada waktu yang sama. Contoh tamanan
menyerbuk sendiri adalah padi, kedelai, kacang hijau, buncis,
tomat. Bab ini akan dibahas dalam tiga kali pertemuan kuliah atau
3 x 100 menit.
Rencana Aktivitas
Perkuliahan
(300 menit)
Langkah 1 Pembukaan
30 menit 1. Dosen menjelaskan pokok bahasan pada
pertemuan ini.
2. Dosen menjelaskan tujuan pembelajaran pada
pertemuan ini.
3. Dosen memotivasi mahasiswa untuk terlibat
dalam aktivitas pembelajaran
Langkah 2 Penyajian
240 menit 1. Dosen mengelompokkan mahasiswa kedalam 4
kelompok yang terdiri atas 4 orang dalam satu
kelompok.
2. Tiap anggota tim diberikan materi yang
berbeda (sub pembahasan yang berbeda).
3. Anggota tim yang berbeda yang telah
mempelajari sub bab yang sama diminta untuk
membentuk kelompok baru (kelompok ahli)
untuk mendiskusikan sub bab mereka.
4. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli, tiap
anggota diminta untuk kembali ke kelompok
asal dan bergantian mengajar teman satu tim
mereka tentang sub bab yang mereka kuasai.
5. Dosen meminta tiap anggota kelompok yang
lainnya untuk mendengar dengan sungguh-
sungguh dan juga membahsanya untuk
mencapai pemahaman bersama yang tepat.
6. Dosen meminta beberapa kelompok awal
untuk mempresentasikan hasil diskusi pada
semua mahasiswa dalam satu kelas.
125
AA atau aa AA : Aa: aa
Semua homozigot Homozigot : Heterozigot
(AA, aa) : (Aa)
n
m 1
sendiri selama m generasi akan menjadi 2 . Sebagai contoh,
m
2
jika S0 (AaBa) memiliki 2 lokus (n = 2) diserbuksendirikan selama
tiga generasi (m= 3), maka generasi ketiga dari tanaman yang
diselfing (S3) akan mempunyai [(23-1) / 23]2 = 49/64 = 76.6 %
keturunan homozigot (AABB, AAbb, aaBB dan aabb). Contoh lain,
jika terdapat 3 pasang gen heterozigot (n = 3), kemudian diselfing 5
kali (m=5), maka akan diperoleh [1+(25-1)]3 = [1 + (32-1)]3 =
(1+31)3 = 1 + 93 + 961 + 29791. Hal ini menunjukkan bahwa
komposisi genotype pada generasi ke enam akan terdiri atas 1
tanaman dengan nol lokus homozigot, 3 heterozigot, 93 tanaman
dengan 1 lokus homozigot, 2 heterozigot, 961 tanaman dengan 2
lokus homozigot, 1 heterozigot dan 29791 tanaman dengan 3 lokus
homozigot, 0 heterozigot.
7.3.1. Introduksi
7.3.2. Seleksi
Tabel 7.1. Perbedaan antara seleksi massa dan seleksi galur murni
1. Pemilihan tetua
3.Penyerbukan
4. Pembungkusan Bunga
ukuran bunga. Bahan yang digunakan harus kuat dan tahan hujan
lebat atau panas matahari serta cepat kering
5. Pelabelan
Kelebihan Metode BC
Kelemahan Metode BC
7.6. Rangkuman
7.7. Latihan
7.8. Glossarium
Pengantar
Rencana Aktivitas
Perkuliahan
(300 menit)
Langkah 1 Pembukaan
30 menit 1. Dosen memberi salam
2. Dosen menyampaikan tujuan pembelajaran
yang telah dirumuskan dan langkah yang harus
dilakukan mahasiswa
3. Dosen memotivasi mahasiswa untuk
bersemangat belajar dengan menceritakan hal-
hal yang menarik
4. Dosen mengaitkan materi baru dengan materi
sebelumnya dan memberi pengarahan
Langkah 2 Penyajian
240 menit 1. Dosen menanyakan apa yang diketahui oleh
mahasiswa tentang tanaman menyerbuk silang
2. Mahasiswa menjawab pertanyaan sesuai
dengan apa yang mereka ketahui
3. Dosen menjelaskan tanaman menyerbuk silang
4. Dosen menjelaskan pertimbangan-
pertimbangan yang terkait dengan pemuliaan
tanaman menyerbuk silang
5. Dosen menjelaskan konsekwensi genetik
tanaman menyerbuk silang
6. Dosen menjelaskan metode-metode pemuliaan
tanaman menyerbuk silang
7. Dosen memandu refeksi
8. Mahasiswa menyampaikan hal-hal yang
diketahui tentang materi yang sedang
didiskusikan, melakukan refleksi, mencatat
materi diskusi
Langkah 3 Penutup
166
30 menit 1. Merangkum uraian matakuliah yang telah
disampaikan/diskusi
2. Mahasiswa menyimak, mengajukan
pendapat,bertanya atau menjawab dan
mencatat
3. Mahasiswa diberi tugas selama satu minggu
untuk membuat tulisan yang menjelaskan
tentang metode pemuliaan tanaman menyerbuk
silang
167
8.1. Dasar Genetik Tanaman Menyerbuk Silang
p = D + ½ H atau 2D + H
q = R + ½ H atau 2R + H
Seleksi Berulang
elsi Berulang
Evaluasi
Persilangan
dan Seleksi
individu
Keturunan
unggul
Unggul
Tanam
populasi
kawin acak
dan dapatkan
keturunannya
Musim 1 :
Musim 2 :
Populasi yang
sudah diperbaiki
Musim 1
Musim 2
Populasi yang
Musim 4 sudah diperbaiki
Musim 2
Populasi yang
Musim 4 sudah diperbaiki
Musim 2
Uji keturunan S1
Populasi yang
Musim 4 sudah diperbaiki
n= jumlah tetua
Sehingga,
Jika kita gunakan keempat tetua untuk membuat sintetik, maka kita
akan mengharapkan Syn 2 akan memberikan haril 86.25 kg/Ha.
Formula ini dapat diterapkan untuk memperkirakan hasil Syn 2
pada spesies diploid menyerbuk silang.
194
8. 10. Rangkuman
8.11. Latihan
8.12. Glossarium
Gene pool : total seluruh gen yang ada dalam gamet dari
suatu pupulasi tertentu
Seleksi : Kegiatan memilih genotipe yang mempunyai
sifat-sifat baik untuk digunakan sebagai bahan
perbanyakan generasi selanjutnya
Varietas : Varietas yang dibentuk melalui persilangan
sintetik bebas antara beberapa galur/famili yang
mempunyai daya gabung umum baik
Varietas : Varietas yang dibentuk melalui persilangan
Komposit bebas antara beberapa galur/famili yang belum
diketahui nilai daya gabungnya
Daya : Nilai genotipe yang didasarkan atas nilai
Gabung keturunan hasil persilangannya dengan
genotipe lain
Famili : Sekelompok tanaman yang secara langsung
mempunyai hubungan kekerabatan
Heterosis : Keunggulan hibrida atau hasil persilangan (F1)
yang melebihi nilai atau kisaran kedua tetuanya
196
8.13. Daftar Pustaka
BAB IX
PEMULIAAN TANAMAN MEMBIAK SECARA
VEGETATIF
Pengantar
Pembiakan aseksual adalah pembiakan yang tidak didahului
oleh bertemunya gamet jantan dan betina secara sempurna.
Tanaman yang diperbanyak secara aseksual akan menghasilkan
individu-individu yang secara genetik identik satu sama lain dan
juga identik dengan tetuanya. Sekelompok tanaman yang
diperbanyak secara aseksual dinamakan dengan klon. Spesies
tanaman yang membiak secara vegetatif diantaranya adalah
kentang dan tebu, sedangkan yang bereproduksi secara seksual di
habitat aslinya dengan penyerbukan silang dapat diperbanyak
secara aseksual sebagai klon ketika dibudidayakan . Materi ini akan
disampaikan dalam satu kali tatap muka.
Dalam bab ini akan dibahas dan didiskusikan tentang prinsip dan
prosedur pemuliaan tanaman yang membiak secara vegetatif
sehingga mahasiswa dapat menjelaskan tentang alasan perbanyakan
vegetatif dan karakteristik klon dan menjelaskan prosedur
pemuliaan pada beberapa tanaman membiak vegetatif.
198
Rencana Aktivitas
Perkuliahan
(100 menit)
Langkah 1 Pembukaan
10 menit Dosen menjelaskan pokok bahasan pada
pertemuan ini, tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai pada pertemuan ini dan memotivasi
mahasiswa untuk terlibat dalam aktivitas
pembelajaran
Langkah 2 Penyajian
80 menit 1. Dosen menyajikan informasi kepada
mahasiswa melalui bahan bacaan
2. Dosen mengelompokkan mahasiswa kedalam 4
kelompok yang terdiri atas 4 orang dalam satu
kelompok.
3. Tiap anggota tim diberikan materi yang
berbeda (sub pembahasan yang berbeda).
4. Anggota tim yang berbeda yang telah
mempelajari sub bab yang sama diminta untuk
membentuk kelompok baru (kelompok ahli)
untuk mendiskusikan sub bab mereka.
5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli, tiap
anggota diminta untuk kembali ke kelompok
asal dan bergantian mengajar teman satu tim
mereka tentang sub bab yang mereka kuasai.
6. Dosen meminta tiap anggota kelompok yang
lainnya untuk mendengar dengan sungguh-
sungguh dan juga membahasnya untuk
mencapai pemahaman bersama yang tepat.
7. Dosen meminta beberapa kelompok awal
untuk mempresentasikan hasil diskusi kepada
199
seluruh kelas.
8. Dosen mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari
9. Dosen membantu mahasiswa untuk melakukan
refeksi terhadap bahan kajian pada pertemuan
ini.
10. Mahasiswa menyampaikan hal-hal yang
diketahui tentang materi yang sedang
didiskusikan, melakukan refleksi.
Langkah 3 Penutup
10 menit 1. Dosen memberi penjelasan tambahan untuk
memantapkan mahasiswa tentang pemuliaan
tanaman membiak secara vegetatif.
2. Dosen meminta beberapa mahasiswa
mengemukakan pertanyaan dan membahasnya.
200
dari bank gen atau pemulia lainnya, dari varietas yang ditanam
secara komersial, atau kerabat liar yang didomestikasi dari habitat
aslinya.
Bagian vegetatif (seluruh tanaman utuh atau bagian dari
tanaman) dapat diintoduksi ke daerah produksi baru untuk
selanjutnya dievaluasi dan diadaptasikan ke daerah baru. Klon yang
diintroduksi dari negara asing harus ditanam pada kondisi terisolasi
untuk mencegah kemungkinan tersebarnya spesies serangga hama
atau patogen penyakit baru bersama dengan klon. Bahaya ini dapat
dikurangi dengan mengintroduksi benih bukan klon, jika spesies
tersebut dapat menghasilkan benih yang cukup. Namun, teknologi
kultur jaringan memungkinkan untuk mengintroduksi berbagai
sampel dalam ukuran kecil, steril, bebas penyakit, sampel ini lebih
mudah untuk memproses melalui karantina tumbuhan.
Klon koleksi plasma nutfah merupakan sumber daya
genetik bagi pemulia. Klon dari sumber daya genetik dapat
diperbanyak dan ditanam langsung sebagai klon unggul baru, atau
dapat digunakan sebagai tetua dalam program hibridisasi. Koleksi
plasma nutfah dapat dipertahankan sebagai koleksi tanaman di
lapangan, hal ini berbeda dengan pemeliharaan koleksi benih
seperti pada spesies diperbanyak secara seksual. Perbanyakan
vegetatif dapat mempertahankan genotipe tanpa perubahan, kecuali
untuk mutasi, klon dapat ditanam dalam jumlah yang banyak pada
pembibitan tanpa isolasi.
9.3.3. Hibridisasi
KLON 1 X KLON 1
F1
KLON 3
9.3.7. Mutasi
9.5. Rangkuman
9.6. Latihan
9.7. Glossarium
Poehlman, J.M., and Sleper, D.A. 1995. Breeding Field Crops, the
4th Edition. Iowa State University Press. Iowa, USA.
Simmonds, N.W. 1979. Principles of Crop Improvement. Longman
Group Limited, Essex.
211
BAB X
PEMULIAAN TANAMAN UNTUK KETAHANAN
TERHADAP PENYAKIT
Pengantar
Rencana Aktivitas
Perkuliahan
(300 menit)
Langkah 1 Pembukaan
30 menit 1. Dosen menjelaskan pokok bahasan pada
pertemuan ini.
2. Dosen menjelaskan tujuan pembelajaran pada
pertemuan ini.
3. Dosen memotivasi mahasiswa untuk terlibat
dalam aktivitas pembelajaran
Langkah 2 Penyajian
240 menit 1. Dosen mengelompokkan mahasiswa kedalam 4
kelompok yang terdiri atas 4 orang dalam satu
kelompok.
2. Tiap anggota tim diberikan materi yang
berbeda (sub pembahasan yang berbeda).
3. Anggota tim yang berbeda yang telah
mempelajari sub bab yang sama diminta untuk
membentuk kelompok baru (kelompok ahli)
untuk mendiskusikan sub bab mereka.
4. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli, tiap
anggota diminta untuk kembali ke kelompok
asal dan bergantian mengajar teman satu tim
mereka tentang sub bab yang mereka kuasai.
5. Dosen meminta tiap anggota kelompok yang
lainnya untuk mendengar dengan sungguh-
sungguh dan juga membahsanya untuk
mencapai pemahaman bersama yang tepat.
6. Dosen meminta beberapa kelompok awal
untuk mempresentasikan hasil diskusi pada
semua mahasiswa dalam satu kelas.
213
tahan sempurna spesifik untuk ras patogen tertentu saja dan tidak
bertahan lama.
Pada inang rentan tidak kelihatan hambatan pertumbuhan
patogen.
10.3.2. Patogen
A. Non preference
(a) Tahan untuk peletakan telur
(b). Resisten untuk makanan
B. Antibiosis
(a). Fisik
(b). Biokimia
(c) Defisiensi nutrisi
C. Toleran
10.5.1.Varietas diferansial
Isolat patogen
A B C Dst
Varietas 1 R S S
2 S R R
3 R R S
Keterangan : R = tahan; S = rentan
melalui studi yang lebih dalam terhadap interaksi inang dan ras
patogen tentang pengetahuan genetika kisaran inang dan patogen
dapat dikembangkan. Untuk program ketahanan penyakit, pemulia
bekerja dengan material dan pengetahuan yang tersedia saat ini
tentang sistem yang sedang mereka kerjakan.
Dalam sebuah program pemuliaan tanaman, set diferensial
dari varietas tahan merupakan sumber utama dari ketahanan yang
diintroduksikan ke tanaman lokal. Dalam program dimana varietas
tahan sangat penting, dimana penyakit merupakan penyebab
kehilangan tanaman atau dinama rasa-ras baru cepat sekali muncul
dalam merespon varietas-varietas yang tahan yang dilepas,
pencarian sumber-sumber ketahanan baru mesti dilakukan secara
terus menerus.
Sumber potensial tersebut biasanya diinokulasi pada kondisi
yang sesuai untuk infeksi dengan berbagai inokulum virulen yang
ada. Setiap varietas kemudian diberi skor tingkat kerentanan atau
ketahananya terhadap kontrol varietas diferensial untuk
menentukan apakah mereka mempunyai ketahan yang sama atau
yang baru. Selanjutnya, dievaluasi ketahanan yang baru yang
dimiliki varietas tersebut dengan mempelajari segregasi F2 dalam
persilangan antar mereka, varietas-varietas yang telah diketahui
ketahanannnya.
Akhirnya gen tahan dimasukkan ke dalam program
pemuliaan. Ini dapat dilakukan dengan cara persilangan dan seleksi
pedigree tetapi jika gen tahan umumnya dominan lebih mudah
dilakukan dengan program backcross (Gambar 7.1). Ini melibatkan
pengujian dengan patogen untuk mendeteksi heterozigositas
tanaman-tanaman tahan dalam setiap generasi setelah BC 1. Jika
dapat ditanam lebih dari satu generasi per tahun sangat
memungkinkan untuk lebih cepat pengintroduksian gen tahan.
226
BC4
Rr : rr
93,75% gen dari genom A
Silang sendirikan tanaman
dari BC4 untuk mendapatkan
tanaman homozigot untuk RR
1RR : 2Rr :1 rr
antara satu gen yang ada dalam inang dan satu gen yang ada pada
patogen. Keberadaan satu gen pada inang mensyaratkan
keberadaan satu gen pada patogen atau sebaliknya.Secara skematis
ini dapat ditunjukkan sebagai berikut:
Genotipe Patogen
AA Aa
Genotipe RR R S
Inang rr S S
fungi, tetapi sistem yang serupa juga dijumpai pada bakteri, virus,
nematoda dan juga pada serangga hama.
Pewarisan ketahanan inang mengikuti pola pewarisan
sederhana gen-gen mayor Mendelian sehingga dinamakan dengan
“gen ketahanan mayor”.Tipe ketahanan ini biasanya berkaotan
dengan reaksi hipersensitif. Kenyataannya perbedaan antara reaksi
kerentanan dan ketahanan lebih kelihatan prtbedaan tingkatan
(derajat) daripada jenis. Reaksi fisiologi dan biologi untuk interaksi
inang-patogen spesifik perlu dipelajari secara kasus per kasus. Gen
yang mengendalikan ketahanan dipercaya jga mengatur aspek-
aspek metabolisme inang yang terganggu dengan perkembangan
ras patogen tertentu. Virulensi patogen dikontrol oleh gen-gen
resesif yang dapat menyebabkan kehilangan ketahanan inang tahan
tertentu.
Hanya gen-gen tahan dan virulen tunggal yang telah banyak
dipelajari. Namun demikian, varietas inang dengan gen-gen
ketahanan yang berbeda dan ras-ras patogen dengan gen-gen yang
berbeda untuk patogenitas disilangkan, hasil rekombinasi dan
segregasi pada genotipe-genotipe baru dan fenotipe pada F2. Hal ini
dapat digambarkan dalam dua Tabel berikut yang berasal dari
percobaan Flor terhadap rust flax (1946,1947) yang mendasari
hipotesis gen-ke-gen.
10.6.1.Mutasi
10.6.2.Rekombinasi seksual
10.6.3.Heterokaryosis
7.6. Rangkuman
7.7. Latihan
7.8. Glossarium
BAB XI
PELEPASAN VARIETAS
Pengantar
Rencana Aktivitas
Perkuliahan
(100 menit)
Langkah 1 Pembukaan
10 menit 1. Dosen memotivasi mahasiswa untuk
bersemangat belajar
2. Dosen menjelaskan tujuan pembejaran pada
pertemuan ini
Langkah 2 Penyajian
80 menit 1. Dosen menanyakan apa yang diketahui oleh
mahasiswa tentang pelepasan varietas tanaman
2. Mahasiswa menjawab pertanyaan sesuai
dengan apa yang mereka ketahui
3. Dosen menjelaskan pengertian pemuliaan
tanaman
4. Dosen menjelaskan pentingnya pelepasan
varietas tanaman
5. Dosen menjelaskan persyaratan pelepasan
varietas tanaman
6. Dosen menjelaskan prosedur dan tahapan
pelepasan varietas tanaman
7. Dosen memandu refeksi
8. Mahasiswa menyampaikan hal-hal yang
diketahui tentang materi yang sedang
didiskusikan, melakukan refleksi, mencatat
materi diskusi
Langkah 3 Penutup
10 menit 1. Merangkum uraian matakuliah yang telah
disampaikan/diskusi
2. Mahasiswa menyimak, mengajukan
pendapat,bertanya atau menjawab dan
244
mencatat.
245
11.2. Pengujian
11.3. Penilaian
11.4. Pelepasan
e. lingkungan;
f. bioteknologi; dan
g. sosial ekonomi
Bahan pengujian
Materi genetik bahan uji adaptasi adalah benih dari calon varietas
yang akan dilepas. Materi genetik yang akan diuji keunggulannya
dapat berbentuk galur, mutant, hibrida, transgenik, bersari bebas
(OP) yang berasal dari hasil pemuliaan di dalam negeri atau
introduksi.
Metode
a. Agroekologi;
a) Lokasi uji adaptasi merupakan wilayah agroekologi yang
paling sesuai untuk budidaya jenis tanaman yang
255
2. Rancangan Pengujian
3.Pengamatan
b.9. biji (bentuk, warna, bobot 1000 butir biji kering simpan,
kandungan zat, produksi/hektar); dan
b.10 bentuk dan ukuran krop.
c. Tingkat ketahanan terhadap organisme pengganggu tumbuhan
(OPT) utama dan mutu hasil.
d. Sifat-sifat yang diunggulkan, terutama sifat agronomis yang
memiliki nilai ekonomis, antara lain :
d.1. umur panen;
d.2. daya hasil;
d.3. ketahanan terhadap OPT utama;
d.4. ketahanan terhadap cekaman lingkungan;
d.5. ketahanan terhadap penyimpanan
d.6. toleran benih terhadap kerusakan mekanis
d.7. mutu hasil dan nilai gizi
d.8. kandungan zat-zat tertentu yang bermanfaat.
e. Keseragaman dalam populasi, perbedaan antar varietas serta
keunikan varietas.
4. Analisa Data
Deskripsi Varietas
Bahan Pengujian
Materi genetik bahan uji observasi antara lain dapat berupa
tanaman, calon pohon induk tunggal (PIT), klon, populasi dari
calon varietas yang akan dilepas.
259
Metode
1. Lokasi
a. Agroekologi
Lokasi uji observasi adalah wilayah agro-ekologi dimana
calon varietas tersebut sudah lama dikembangkan dan
dibudidayakan masyarakat secara luas.
b. Musim dan Jumlah unit
i. Uji observasi mengikuti musim panen sesuai dengan jenis
komoditas masing-masing.
ii. Dibawah ini disajikan ketentuan jumlah unit dan lama
pengamatan untuk uji observasi berdasarkan kelompok
komoditas tanaman.
Tabel 2. Jumlah unit minimum dan lama pengamatan Uji Observasi
(unit)
Komoditas/kelompok Total unit Lama Pengamatan
tanaman (minimum) (minimum)
Padi sawah, padi pasang 2 1 MH & 1 MK
surut, jagung
Padi ladang 2 2 MH
Kacang-kacangan & Umbi- 2 1 MH & 1 MK
umbian
Ubi kayu 2 2 musim panen
Tanaman perkebunan tahunan 1 populasi 2 tahun panen
tanaman
Tanaman perkebunan 1 populasi 2 musim panen
semusim tanaman
Tanaman pakan ternak 2 unit 2 musim
iii. Calon varietas yang cocok untuk musim hujan dan musim
kemarau diuji dengan cara observasi pada kedua musim
dimaksud.
260
iv. Calon varietas yang cocok untuk musim kemarau atau musim
hujan hanya diuji dengan cara observasi pada musim yang
bersangkutan, minimal pada 3 (tiga) lokasi berbeda.
2. Rancangan Pengujian
3. Pengamatan
4. Analisa data
Deskripsi
1.1. Rangkuman
1.6. Latihan
2.7. Glossarium
Sleper D.A. dan J.M. Poehlman. 1996. Breeding Field Crops. Edisi
ke-5. Wiley-Blackwell
Mangoendidjojo,W. 2003. Dasar-dasar Pemuliaan Tanaman.
Kanisius, Yogyakarta
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/Ot.140/10/2011.
Tentang Pengujian, Penilaian, Pelepasan Dan Penarikan
Varietas