Dosen Pengampu :
apt. Fransiska Leviana, S.Farm, M.Sc.
Disusun Oleh :
1. Virdayanti Dwi Amalia (2020404558)
2. Wahyu Nugraheni (2020404559)
3. Walen Efata Oeiyano (2020404560)
4. Widia Wati (2020404561)
5. Windari Nur Aeni Dewi (2020404562)
6. Wiwik Bagus Wijayanti (2020404563)
7. Wulan Anggraini Bansaga (2020404564)
8. Yerryco Pujja Lorenza (2020404565)
9. Yohanes Dwi Putra A (2020404566)
10. Zwizaldi Sabastian (2020404567)
TUGAS KHUSUS
6. Sebutkan 5 pendeteksi/pereaksi KLT pada FHI dilengkapi keterangan senyawa apa yang
dideteksi dan warna yang terbentuk !
Pendeteksi/pereaksi Senyawa Warna yg terbentuk
Zat Identitas
Pembanding
Kaempferol-3-O-
Sitoborat LP glukosil-7-O- Rutin
ramnosida
Fluoresensi hijau
Anisaldehid-asam
β-Vetivon Eugenol
sulfat LP
Biru
Fluorosensi hijau
Liebermann-Bourchard
Tinokrisposida Tinokrisposida
LP
Coklat kehitaman
Ungu
7. Sebutkan 5 bahan baku kefarmasian yang berasal dari bahan alam yang termuat di Farmakope
Indonesia ! Parameter apa saja yang dianalisis terhadap bahan baku tersebut!
TUGAS UMUM
8. A. Baca dan pahami :
Lampiran Formulir Pendaftaran Produk pada Peraturan KaBPOM RI No :
HK.00.05.41.1384 tahun 2005 tentang Kriteria & Tata Laksana Pendaftaran Obat
Tradisional, Obat Herbal Terstandar & Fitofarmaka.
E-Book Panduan Registrasi Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan
B. Lakukan pengecekan pada draft formulir TC terlampir, lalu tentukan dan jelaskan
apa saja yang perlu dilakukan perbaikan terhadap draft formulir TC tersebut!
9. Baca contoh Dokumen Produksi Induk Ekstrak dan Produk Jadi pada Petunjuk
Operasional Pedoman (POP) CPOTB 2011 yang terbit tahun 2015 hal 165-224.
A. Dokumen apa saja yang ada pada contoh tersebut dan deskripsikan isi dari
dokumen itu!
B. Pada contoh dokumen itu, perkirakan literatur apa yang digunakan, baik terkait
aspek proses atau aspek mutu?
C. Jelaskan tahapan pembuatan ekstrak dan produk jadi yang terdapat pada
dokumen tersebut beserta parameter IPC atau parameter mutunya!
JAWABAN
8. A.
BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
Dalam Negeri
Rimpang temulawak (Curcuma Xanthorrhiza) dan daun jati belanda (Guazuma ulmifolia)
diperoleh dari B2P2TOOT (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat
Tradisional) Tawangmangu.
Jadi pada form tersebut kurang alamat lengkap distributor dan sumber bahan yang
diperoleh darimana.
Cara pembuatan ekstrak
Ekstrak kental rimpang temulawak diperoleh dengan cara maserasi dengan etanol 50 % dan
untuk daun jati belanda diekstraksi dengan etanol 95%.
Pemerian meliputi bentuk, bau, rasa, dan warna
Ekstrak kental diuji secara organoleptis (bentuk, bau, rasa, dan warna). Pemerian ekstrak kental
sebagai berikut :
Ekstrak kental rimpang temulawak : Berwarna kuning-kecoklatan, bau khas, dan rasa pahit.
Ekstrak kental daun jati belanda : Berwarna coklat tua kehitaman, tidak berbau, dan rasa agak
kelat
Identitas kandungan kimia
Identitas kandungan kimia dilakukan menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dengan
keterangan sebagai berikut :
Untuk ekstrak rimpang temulawak digunakan pembanding xantorizol dengan fase gerak
toluene P-etil asetat P (93 : 7), fase diam silika gel F254 deteksi dengan biru permanen LP dan
amonium hidroksida terdapat pada nilai Rf 0,50.
Untuk daun jati belanda digunakan pembanding tilirosida 1% dengan fase gerak kloroform :
methanol : air (40 : 10 : 1) fase diam silika gel 60 F254 dengan penampak noda sitroborat,
warna noda kuning, Rf standar 0,30.
Dari formulir TC terdapat kekurangan pada poin 2.2.4 tentang hasil pengujian secara
fisika-kimia dan poin 2.2.5 tentang lampiran hasil penilaian mutu dalam bentuk
sertifikat.
Kadar air :
Timbang seksama sejumlah bahan yang diperkirakan mengandung 1-4 ml air, masukkan dalam
labu alas bulat. Tambahkan batu didih secukupnya dan masukkan kedalam labu alas bulat.
Masukkan lebih kurang 200 ml toluene jenuh air. Labu dirangkai seperti alat destilasi dan
dilakukan pemanasan sampai volume air yang tertampung tidak bertambah. Baca volume air
setelah air dan toluene memisah sempurna, kadar air dihitung dalam % v/b. Tidak lebih dari
10%
Abu total :
Timbang seksama 2-3 g bahan uji dan dimasukkan ke dalam krus silikat yang telah dipijar dan
ditara, dipijarkan perlahan-lahan sehingga arang habis, dinginkan dan ditimbang, lakukan
pengukuran hingga bobot tercapai. Tidak lebih dari 7,8 %.
Didihkan abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu total dengan 25 ml asam klorida encer
LP selama 5 menit atau sampai abu menjadi putih. Kumpulkan bagian yang tidak larut dalam
asam, saring melalui kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas, pijarkan dalam krus
hingga bobot tetap. Kadar abu yang tidak larut asam dihitung terhadap berat bahan uji,
dinyatakan dalam % b/b. Tidak lebih dari 1,6 %.
Tidak kurang dari 14,20 % dihitung sebagai kurkumin. Literatur : Farmakope Hebal Indonesia
Edisi 1 (2008)
Untuk form TC untuk cara standarisasi dan lampiran hasil standarisasi bahan baku
sudah ada, tetapi untuk produk jadi belum dilampirkan
Persyaratan Mutu Produk Jadi Suplemen Kesehatan sesuai yang tercantum dalam monografi
Farmakope Indonesia atau Farmakope Internasional lainnya.
Jika tidak tercantum dalam monografi persyaratan mutu produk jadi sesuai tabel berikut:
Uji Organoleptik
Organoleptik pada kapsul meliputi bentuk kapsul, rasa, bau sesuai spesifikasi (bau khas
bahan, tidak ada bau yang tidak sesuai), warna homogen, tidak ada bintik-bintik atau
noda. Tujuan dari uji ini adalah sebagai pengenalan awal yang sederhana dan objektif.
(Departemen Kesehatan RI, 2000).
Tidak lebih dari satu kapsul yang masing-masing bobot isinya menyimpang dari bobot isi rata-
rata lebih besar dari 7,5% dan tidak satu pun kapsul yang bobot isinya menyimpang dari bobot
isi rata-rata lebih besar dari 15% (BPOM RI, 2014).
Lama waktu uji untuk Real time minimal 12 bulan dengan interval pengujian tahun pertama
setiap 3 bulan sekali. Tahun kedua setiap 6 bulan sekali. Tahun ketigas, sampai dengan ED+1
setiap 1 tahun sekali. Untuk uji Accelerated minimal 6 bulan dengan rentan bulan ke-0, 3 dan 6
dengan suhu 40 ± 2 °C/ 75 ± 5 RH.
METODOLOGI UJI KLINIK (UJI PRAKLINIK DAN ATAU KLINIK) UNTUK OBAT
HERBAL TERSTANDAR DAN FITOFARMAKA
Uji praklinik
Pada penelitian ini menggunakan 20 ekor tikus putih jantan galur Wistar dengan berat badan
160-240 gram dan berumur kurang lebih 2-3 bulan, kemudian dibagi menjadi 5 kelompok
secara acak dan dikandangkan secara terpisah. Sebelum perlakuan, hewan uji diadaptasikan
terlebih dahulu dengan makanan standar yaitu pellet dan minum aquadest ad libitium selama 1
minggu. Kecuali kelompok 1, semua tikus mendapatkan pakan tinggi lemak selama 2 minggu.
Pembagian kelompok adalah sebagai berikut:
Kelompok 2 : diberi pakan standar, pakan tinggi lemak dan PTU 0,05%.
Kelompok 3: diberi pakan standar, pakan tinggi lemak, PTU 0,05% dan ekstrak etanol
rimpang temulawak dosis 100 mg/KgBB.
Kelompok 4 : diberi pakan standar, pakan tinggi lemak, PTU 0,05% dan ekstrak etanol
rimpang temulawak dosis 400 mg/KgBB.
Uji Klinik
Pengujian ini sebesar 30 orang. Namun jumlah responden yang memenuhi kriteria inklusi
sebesar 22 orang. Langkah pertama pengumpulan data dengan mencari data penderita
Hiperlipidemia. Langkah kedua responden diberi penjelasan mengenai manfaat dan tujuan
penelitian untuk mendapat persetujuan responden. Langkah ketiga melakukan pemeriksaan
IMT dan kadar lemak darah awal. Responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
kemudian diberikan perlakuan sesuai dengan langkah kerja penelitian yang telah dicantumkan
selama 12 hari kemudian di cek kembali kadar lemak darahnya.
Uji Praklinik
Pengujian dilakukan dengan menggunakan 30 hewan uji dibagi menjadi 6 kelompok secara
acak selanjutnya diadaptasikan selama 7 hari. Kelompok perlakuan I (EEDJB1) yaitu
kelompok tikus yang diinduksi pakan aterogenik dan diterapi ekstrak etanol daun jati belanda
dengan dosis 0,2 g/kg BB, kelompok perlakuan II (EEDJB2) yaitu kelompok tikus yang
diinduksi pakan aterogenik dan diterapi ekstrak etanol daun jati belanda dengan dosis 0,4 g/kg
BB, kelompok perlakuan III (EEDJB3) yaitu kelompok tikus yang diinduksi pakan aterogenik
dan diterapi ekstrak etanol daun jati belanda dengan dosis 0,8 g/kg BB, kelompok kontrol
standar (KS) yaitu kelompok tikus yang hanya diberi pakan standar, kelompok kontrol negatif
(KN) yaitu kelompok tikus yang hanya diinduksi pakan aterogenik, dan kelompok kontrol
pembanding (KP) yaitu kelompok tikus yang diinduksi pakan aterogenik dan diterapi
simvastatin dosis 0,9 mg/kgBB.
Uji Klinik
Penelitian ini menggunakan 30 orang subjek penelitian dengan usia > 18 tahun untuk penelitian
efek ekstrak daun jati belanda terhadap kadar kolesterol LDL. Subjek penelitian yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dilakukan pengamatan kadar kolesterol LDL dalam
darah. Subjek penelitian mendapat perlakuan dengan pemberian kapsul ekstrak daun jati
belanda dengan dosis 550 mg yang diminum 2x2 sehari selama 1 bulan yang diminum setelah
makan. Setelah 1 bulan dilakukan lagi pengamatan kadar kolesterol LDL dalam darah. Kadar
kolesterol LDL diukur dengan mengambil darah vena dari subjek penelitian lalu diukur kadar
kolesterol LDL dengan metode enzimatik dengan analisis otomatis yang dilakukan di
laboratorium klinik
Pengecekan:
Pada tanaman temulawak : dalam peraturan uji pra klinik ada dua uji toksisitas dan
farmakodinamik, tetapi di form TC ini yang dicantumkan hanya uji farmakodinamik
bagian dosis yang berkhasiat, sehingga tidak memenuhi kriteria pendaftaran.
Untuk pengujian klinik tidak terdapat data responden, bentuk dan kekuatan sediaan
yang digunakan, lama pemakaian, cara pemberian dan ethical clearence.
Pada tanaman jati belanda: dalam peraturan uji pra klinik ada dua uji toksisitas dan
farmakodinamik, tetapi di form TC ini yang dicantumkan hanya uji farmakodinamik
bagian dosis yang berkhasiat, sehingga tidak memenuhi kriteria pendaftaran
Untuk uji klinik data sudah dipenuhi sesuai peraturan yang ditetapkan.
Proses pengemasan.
Cara pengujian pengemas;
Timbang produk ke dalam bahan pengemas
Lakukan proses inspeksi penyegelan secara visual (pastikan tidak ada kebocoran) lakukan
penyegelan ulang jika ada kebocoran
Beri identitas sesuai Protap Penandaan Produk
Simpan seluruh produk yang telah dikemas kedalam wadah pada suhu ruang 15 – 25O C dan
terlindung dari sinar matahari
Titik kritis pada proses ini adalah bobot produk bersih dalam bahan kemas dan uji kebocoran
kemasan.
Pengujian produk
Pengujian produk dilakukan terhadap bahan baku, bahan pengemas dan produk jadi.
Pengujian dilakukan dengan parameter uji deskripsi fisik, alkaloid, flavonoid, fenol, KLT,
susut pengeringan, sari larut dalam air, sari larut dalam etanol, kadar abu total dan batas
mikroba.
Setiap pengujian mempunyai nomor spesifikasi dan nomor metode Uji
Daftar distribusi dokumen
Setelah semua tahapan selesai maka dokumen didistribusikan ke bagian
Manajer Pemastian Mutu
Manajer R&D
Manajer Produksi
Manajer Pengawasan Mutu
DOKUMEN PENGOLAHAN INDUK
Prosedur pengolahan induk merupakan serangkaian kegiatan yang di desain agar reproduksi atau
transkripsinya dapat digunakan sebagai catatan pengolahan bets yang menampilkan ruang – ruang
untuk mencatat proses, parameter dan peristiwa nyata selama pengolahan bets berkaitan serta ruang
untuk membubuhkan paraf dan atau tanda tangan personil yang melaksanakan dan mengawasi proses.
Produk jadi obat tradisional adalah yang telah melalui seluruh tahap proses pembuatan.
Keterangan umum, memuat tentang bentuk sediaan, stabilitas, masa simpan/masa edar dan
kondisi penyimpanan.
Komposisi, memuat nama bahan zat aktiv beserta kode bahannya, zat tambahan beserta kode
bahannya, spesifikasi kapsul yang digunakan untuk kapsul pelangsing,
Spesifikasi bahan mentah/bahan awal, memuat tentang kode bahan, air yang digunakan dan
cangkang kapsul, spesifikasi prosedur dan pengujian.
Spesifikasi bahan pengemas, memuat tentang bahan pengemas primer yang di gunakan
untuk sediaan.
Hal – hal lain, yang diikutkan di dalam kemasan, yaitu kantong silica gel.
Penyimpanan, suhu penimpanan sediaan kapsul pelangsing pada suhu maks. 30oC.
Pengolahan dan pengemasan, terdiri dari :
Prosedur pengolahan, meliputi : pengayakan dan granulasi, pengayakan ayun dan
pengeringan granul.
Pengisian, pengisian granul kedalam cangkang dengan rentang berat 450 – 550 mg/kapsul.
Pemolesan, untuk menghilangkan serbuk yang menempel pada cangkang kapsul bagian luar
dengan melakukan pemolesan menggunakan cara atau alat yang sesuai.
Pembotolan, cangkang kapsul di isi kedalam botol dan ditambahkan silica gel kemudian
menutup botol menggunakan mesin capping.
Mesin dan peralatan, meliputi mesin untuk pencampuran (super mixer), mesin pengayak,
pengering granul (fluid bed dryer), mesin pengisi kapsul, pemoles kapsul dan mesin capping
untuk pembotolan.
Persyaratan dalam pengawasan mutu
Terdiri dari pengawasan selama proses pengolahan dan pengujian produk ruahan.
Daftar distribusi dokumen
Manager pemastian mutu
Kepala R & D
Kepala Unit produksi kapsul, tablet dan kaplet
Manager pengawasan Mutu
Pengolahan induk produk jadi
Pengolahan induk produk jadi memuat nama perusahaan, nomor bets dan ukuran bets,
rujukan, masa edar dan perhatian terhadap penyimpangan.
Kegiatan ini terdiri dari
Spesifikasi terhadap Komposisi (bahan awal, bahan pengemas dan lain-lain)
Penimbangan
Granulasi basah, prosedur pembuatan berdasarkan protab
Pengeringan granul,
Dilakukan pada suhu 80◦C
Dilakukan pengawasan selama proses dan pemeriksaan hasil dari tiap parameter
Pengisian kapsul
Dilakukan dengan mesin sesuai dengan protap
Pengawasan selama proses (periksa bobot rata-rata dari 20 kapsul setiap 30 menit dan waktu
hancur kapsul setiap 60 menit)
Polishing
Dilakukan menggunakana mesin sesuai dengan protap
Rekonsiliasi hasil
Pembotolan
Dimasukkan 50 kapsul pada tiap botol dan 1 silika gel
Dilakukan rekonsiliasi ( bahan pengemas dan hasil pembotolan)
Evaluasi
Diperiksa oleh kepala bagian produksi dengan mencantumkan nama yang melakukan
kehiatan dan tanggal evaluasi.
Dikaji oleh kepala bagian pemastian mutu dengan mencantumkan nama yang melakukan
kegiatan dan tanggal evaluasi.
Bets obat tradisional adalah sejumlah obat tradisional yang mempunyai sifat dan mutu yang
seragam yang dihasilkan dalam satu siklus pembuatan atas suatu perintah pembuatan tertentu.
Esensi suatu bets adalah homogenitasnya.
Protab ini memuat : nama Perusahaan, nama Departemen & Seksi, tanggal Berlaku, diperiksa
oleh dan tanggal, disusun oleh dan tanggal, disetujui oleh dan tanggal.
Tujuan
Ruang Lingkup
Tanggung Jawab
Bahan dan Alat
Prosedur
Laporan
Lampiran
Dokumen Rujukan
Riwayat Perubahan (Veral, Tanggal Berlaku, Riwayat Perubahan)
Distribusi
Asli = Kepala Bagian Pemastian Mutu
Copy = 3 rangkap
1. Proses ekstraksi
Proses ekstraksi untuk 1 lot terdiri dari 4x proses ekstraksi (sublot). Formula dan
parameter atau setting mesin untuk 1x proses sublot sebagai berikut :
a. masukkan kedalan perkolator Buah Pare kering dan Daun kumis kucing kering
secara berselang-seling.
b. Lakukan proses ekstraksi pada suhu 70’C dengan larutan penyari air murni
sebanyak 3600L dengan metode maserase dan perkolasi
c. Pada menit ke 120, lakukan proses IPC ( temperatur ekstraksi dengan persyarata 69-
72’C) dan bobot sampel per analisis adalah ±2 gram dengan persyaratan 0,64-
1,26%.
d. Mesin dan peralatan yang digunakan adalah M&M-Effect Extraktion Plant -1x2m 3
sebanyak 1 set; moisture analyzer 1 set; beker tahan karat SS 316 ukuran 1L atau
ukuran 5L sebanyak 4 buah; pipet tetes sebanyak 1 buah dan bobot sampel IPC
sebanyak 4 buah.
2. Proses penguapan
a. Proses penguapan dilakukan pada suhu 45-60’C
b. Proses penguapan dihentikan ketika TS konsentrasi mencapai 40-50%
c. Setelah kosentrat mencapai target TS yang diinginkan, lakukan pengamatan fisik
terhadap kosentrat, meliputi : warna dan volume.
IPC
suhu penguapan dengan persyaratan 45-60’C
TS konsentrat pada akhir penguapan 40-50%.
Warna konsentrat coklat muda sampai coklat kehitaman
Volume konsentrat dengan persyaratan 9,5-10L
3. Proses sterilisasi dengan UHT
Proses sterilisasi dengan UHT bertujuan menurunkan bilangan mikrobiologi produk.
Dengan proses sebagai berikut:
a. Suhu proses berkisar antara 115-125’C.
b. Pastikan waktu kontak konsentrat dengan clean steam mencapai 4 detik.
c. Pastikan selama proses berlangsung, suhu produk tetap berada di bawah 70’C.
d. Lakukan proses sampai seluruh konsentrat dalam buffer konsentrat telah habis.
e. Pastikan pada akhir proses strerilisasi dengan UHT, TS konsentrat tetap berada pada
kisaran 40-50%.
IPC:
- Suhu pemanasan pada proses UHT dengan persyarata 115-125’C
- Waktu kontak konsentrat dengan clean steam dengan persyaratan waktu 4
detik.
- Suhu produk selama proses UHT dengan persyaratan 45-65’C.
- TS konsentrat setelah proses UHT dengan persyaratan 40-50’C.
4. Proses pengeringan
Proses pengeringan bertujuan menurunkan kadar air dalam produk sampai 1-6%.
Dengan proses sebagai berikut :
a. Persiapan pengeringan
b. Lakukan proses pengeringan terhadap seluruh konsentrat pada suhu 60-70’C pada
tekanan vakum 15 mbar selama 30 menit.
c. Pastikan LOD (susut pengerigan) sebesar 1-6%
d. Hitung jumlah keseluruhan produk kering yang diperoleh.
IPC:
5. Proses giling
a. Lakukan proses penggilingan dengan setting sebagai berikut:
- Speed mesin giling : 1300-1800rpm
- Screen : 24 R
- Ketebalan spacer : 225 mm
b. Lakukan penggilingan pada seluruh produk kering
c. Hitung jumlah produk yang diperoleh dari hasil penggilingan.
IPC :
- Ukuran partikel dengan persyaratan lebih kecil dari 0,2mm, tidak kurang dari
55%; lebih dari 0,4 mm, tidak kurang dari 15%; ditentukan dengan ayakan
analisis air jet.
- Organoleptis dengan persyaratan serbuk berwarna coklat muda sampai coklat
kehitaman, berbau khas aromatis dan berasa kelat dilidah.
- Susut pengeringan (LOD) dengan persyaratan 1-6%.
6. Proses pengemasan
a. Timbang @5.000kg ±0,010 kg produk kedalam bahan pengemas.
b. segel dan potongbagian diatas segel, lakukan proses inspeksi hasil penyegelan
secara visual pastikan tidak ada kebocoran, apabila ada kebocoran lakukan
penyegelan ulang.
c. masukkan produk yang sudah dikemas ke dalam kantong kosong plastik kedua,
segel kembali pastikan tidak ada kebocoran, apabila ada kebocoran lakukan
penyegelan kembali.
d. beri seluruh produk yang sudah dikemas dengan identitas sesuai Protab penandaan
produk No....
e. simpan seluruh produk yang sudah dikemas kedalamwadah yang telah disiapkan,
tutup rapat dan simpan produk pada suhu 15-25’C dan terlindung dari sinar
matahari.
IPC :
- Bobot produk bersih dengan persyaratan @5.000kg ±0,010 kg
- Uji kebocoran kemasan 0%
7 Pengujian produk.
a. Bahan pare kering dengan parameter uji deskripsi fisik, alkaloid, flavonoid, fenol,
KLT, susut pengeringan, sari larut dalam air, sari larut dalam etanol, kadar abu
total dan batas mikroba.
b. Daun kumis kucing kering dengan parameter uji deskripsi fisik, alkaloid,
flavonoid, fenol, KLT, susut pengeringan, sari larut dalam air, sari larut dalam
etanol, kadar abu total dan batas mikroba.
c. Air minum dengan parameter uji deskripsi fisik, pH, konduktivitas, TDS, bakteri
patogeen.
d. Kantong LDPE dengan parameter uji deskripsi, dimensi (panjang, lebar, tinggi).
e. Kantong LDPE dengan parameter uji deskripsi, dimensi (panjang, lebar, tinggi).
f. Masker box ukuran dengan parameter uji deskripsi, dimensi (panjang, lebar,
tinggi).
g. Produk jadi ekstrak dengan parameter uji deskripsi fisik, alkaloid, flavonoid, fenol,
KLT, susut pengeringan, sari larut dalam air, sari larut dalam etanol, kadar abu
total dan batas mikroba.
8. Daftar distribusi dokumen
a. Manajer pemastian mutu.
b. Manjer R&D
c. Manajer produksi
d. Manajer pengawasan mutu.
Poduk jadi
1. Keterangan umum
a. Bentuk sediaan : kapsul , berat granul (450-550mg/ kapsul), berat granul +cangkang
(550-650mg/kapsul).
b. Stabilitas
- Masa simpan/ masa edar : 3 tahun dari tanggal pembuatan.
- Kondisi penyimpanan disimpan pada suhu ruang.
2. Komposisi
c. Air minum
Spesifikasi/prosedur : Permenkes 492 tahun 2010
Pengujian
d. Kode bahan : CKNO
Spesifikasi/prosedur : spesifikasi no.
Pengujian : SS-021020-05-03-03-048
4. Spesifikasi bahan pengemas primer
Bahan pengemas primer :
1. Botol PET BPET
Spesifikasi no. SS-021420-76-83
2. Tutup ulit PET TUPT
Spesifikasi no. SS-027474-06-83
5. Lain lain
Kantong silikagel KSIG
Spesifikasi no-SS-058114-14-70
6. Penyimpanan
Disimpan disuhu ruang (maks 30o C)
7. Pengolahan dan pengemasan
A. Prosedur pengolahan untuk 5000 kapsul
1. Pengayakan dan granulasi
Ayak dengan mesh 20 dan masukan kedalam mixer lalu putar mesin selama 1 menit.
Bahan bahan sebagai berikut:
- TAML (1) 1,500 kg
- TPMG (2) 0,500 kg
2,000 kg
Masukan kedalam mixer diatas lalu aduk selama 3 menit ( hingga homogen )
- EPLG (3) 0,500 kg
Dan tuangkan air minum sambil diaduk selama 2 menit (0,250)
Granul kapsul pelangsing (1) 3,000 kg
Keluarkan granul dari mesin dan tampung dalam wadah
2. Pengayakan ayun (Oscilating)
- Ayak granul (1) basah dengan menggunakan mesin oscilator mesh 10 sampai
habis
- Tampung hasil ayakan kedalam wadah (2)
3. Pengeringan granul
- Masukan granul basah (2) ke dalam wadah FBD, keringkan dengan udara panas
bersuhu 70-80o C Sampai kering (3)
- Periksa moisture content (LOD) granul (spesifikasi maks 8%)
B. Pengisian
Lakukan pengisian granul (3) kedalam cangkang kapsul menggunakan mesin pengisi
kapsul dengan rentang berat 450-550 mg / kapsul
C. Pemolesan (polishing)
Hilangkan serbuk-serbuk yang menempel pada cangkang kapsul bagian luar dengan
melakukan pemolesan dengan menggunakan cara dan alat yang sesuai.
D. Pembotolan
1. Isikan kapsul kedalam botol @50 kapsul, lalu masukan 1 kantong silikagel
2. Tutup botol secara manual dengan menekan tutup hingga terkunci atau
menggunakan mesin capping.
E. Mesin dan peralatan
1. Untuk mencampur / granulasi : super mixer dilengkapi dengan agitator dan chopper,
misal merk XXX
2. Untuk mengayak/ oscilating : ayakan mesh 10 dan mesh 20, misal merk ABC
3. Untuk mengeringkan granul : fluid bed dryer (FBD) misal merk XYZ
4. Untuk pengisian kapsul : mesin pengisi kapsul misal merk KLM
5. Untuk pemolesan kapsul : mesin polishing, misal merk STU
6. Untuk pembotolan : mesing capping, misal merk EGP
2. Produk ruahan
a. Pemerian kapsul
Warna kapsul hijau transparan
Ukuran kapsul 0
Warna granul coklat muda
Aroma aromatis jamu, lemah
Rasa tawar
b. Moisture content (LOD) maks 10%
c. Waktu hancur kapsul maks 15 menit
d. Berat per kapsul (dengan cangkang ) 550-650 mg