____________________
* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB
harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait
iv
ABSTRAK
ABSTRACT
The functional drink of seaweed jelly is digestive health because high fiber
content, but still a lot of use of synthetic colorants. Improved quality with natural
colorant roselle, curcuma and beet is a new alternative that is very important. The
results showed higher concentrations of natural colorant are added, the higher the
antioxidant content of existing, respectively 1153.080; 537.400, and 409.040 ppm.
The dietary fiber content is 1.93; 1.88; 1.93%.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:..................................................
Judul Skripsi Fonnulasi Minuman Fungsional Berbasis Rumput Laut
(Kappaphycus alvarezii) dengan Penambahan Pewama
Alami
Nama Sendy Rindi Febriyanto
NRP C34070056
Disetujui oleh
II ~ FEB ZJ"I i
Tanggal Lulus.................................................. .
viii
ix
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei sampai
September 2012 ini ialah Formulasi Minuman Fungsional Berbasis Rumput Laut
(Kappaphycus alvarezii) dengan Penambahan Pewarna Alami.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Wini Trilaksani MSc dan
Bambang Riyanto SPi, MSi selaku dosen pembimbing, serta Bapak Ir Heru
Sumaryanto MSi sebagai dosen penguji yang telah banyak memberi saran.
Disamping itu, penghargaan penulis kepada Ibu Ema Masruroh beserta seluruh
staf laboratorium THP IPB. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada
ayah, ibu adik serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii)
Rumput laut atau Seaweed merupakan salah satu produk perikanan yang
kaya akan mineral dan serat pangan serta salah satu makanan tradisional di Asia.
Hasil penelitian Santoso et al. (2006) menunjukkan hubungan antara aspek
kesehatan rumput laut dengan serat pangan dan kandungan mineral yang
terkandung dalam rumput laut.
Rumput laut jenis Kappaphycus alvarezii merupakan salah satu
carragaenophtytes yaitu rumput laut penghasil karagenan, yang berupa senyawa
3
Pewarna Alami
Antioksidan
Serat Pangan
Menurut Trowell (1976), serat pangan merupakan terdiri dari sisa-sisa sel
tanaman yang resisten terhadap hidrolisis (pencernaan) oleh enzim pencernaan
manusia. Komponen tersebut diantaranya hemiselulosa, selulosa, lignin,
oligosakarida, pektin, gum dan lilin.
Berdasarkan karakteristik terhadap kelarutan, serat pangan dibagi menjadi
serat pangan larut air (soluble dietary fiber, SDF) dan serat pangan tidak larut air
(insoluble dietary fiber, IDF). Serat pangan larut air merupakan komponen serat
yang dapat larut di dalam air dan dalam saluran pencernaan. Fungsi utama serat
pangan larut air adalah memperlambat kecepatan pencernaan dalam usus sehingga
aliran energi ke dalam tubuh berkurang, memberikan perasaan kenyang yang lebih
lama, dan memperlambat kemunculan gula darah sehingga membutuhkan sedikit
insulin.Adapun serat pangan tidak larut air adalah serat yang tidak larut air baik di
dalam air ataupun saluran pencernaan. Fungsi utama serat pangan tidak larut
adalah memperpendek waktu transit makanan dalam usus dan memperlancar
proses buang air besar (Astawan dan Kasih 2008).
Kecukupan asupan serat kini dianjurkan semakin tinggi, mengingat banyak
manfaat untuk kesehatan tubuh. Menurut Widyakarya Nasional Pangan
dan Gizi (2004) kebutuhan total serat pangan adalah 25g/hari dengan rasio serat
pangan tidak larut air dan larut airnya 3:1.
METODE
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan formula minuman jelly
antara lain rumput laut (Kappaphycus alvarezii) basah (umur panen 45 hari),
temulawak kering (umur panen 10 bulan), kuntum bunga rosela kering (2 bulan),
bit (umur panen 3 bulan). Uji kandungan antioksidan adalah metanol (Merck),
radikal bebas 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH), dan butylated
hydroxyltoluene (BHT) serta asam askorbat sebagai antioksidan pembanding.
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam proses pembuatan minuman jelly antara lain
timbangan dengan ketelitian 0,01 g. dan pengujian antioksidan terdiri inkubator
(Termoline type 42000) dan spektrofotometer UV-Vis 2500.
6
Tahapan Penelitian
Rumput laut
Penggilingan
Ampas
gula 10% *
asam sitrat 0,1%* Ekstrak rumput laut
Penghomogenan
Pengemasan
Minuman Jelly
Keterangan :
: bahan / olahan
: proses
* : bagian yang dimodifikasi
Gambar 1. Diagram alir pembuatan minuman jelly
(Trilaksani et al. 2013 dengan modifikasi)
8
Pemasakan dengan
Bit halus suhu 100oC Penjemuran 30 – 32oC
Keterangan :
: bahan / olahan
: proses
Gambar 2. Diagram alir pembuatan ekstrak pewarna alami
Rumput laut
Penghomogenan
Pewarna 5%*
Pendinginan (27oC)
Pengemasan
Minuman Jelly
Keterangan :
: bahan / olahan
: proses
* : bagian yang dimodifikasi
Gambar 3. Diagram alir pembuatan minuman jelly dengan pewarna alami
(Trilaksani et al. 2013 dengan modifikasi)
10
Prosedur Analisis
sebanyak 5-6 kali dengan akuades (20 mL) dan air bilasan tersebut juga
dimasukkan di bawah kondensor dengan ujung kondensor terendam di dalamnya.
Ke dalam tabung reaksi ditambahkan larutan NaOH 40% sebanyak 20 mL. Cairan
dalam ujung kondensor ditampung dengan erlenmeyer 125 ml berisi larutan
H3BO3 dan 3 tetes indikator (campuran metil merah 0,2% dalam alkohol dan
metilen blue 0,2% dalam alkohol dengan perbandingan 2:1) yang ada di bawah
kondensor. Destilasi dilakukan sampai diperoleh kira-kira 200 mL destilat yang
bercampur dengan H3BO3 dan indikator dalam erlenmeyer. Destilat dititrasi
dengan menggunakan HCl 0,1 N sampai terjadi perubahan warna menjadi merah.
Hal yang sama juga dilakukan terhadap blanko. Kadar protein dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
% Nitrogen
mLHCl blankoxNHClx14.007 x100%
mgsampel
% Kadar karbohidrat = 100% - (kadar air + kadar abu + kadar lemak+ kadar protein)
menggunakan metanol hingga 100 mL, sehingga didapatkan stok sebesar 800
ppm. Kemudian stok tersebut diencerkan menjadi 600, 400, 200 ppm.Masing –
masing konsentrasi diambil sebanyak 4,5 mL sampel yang kemudian ditambahkan
DPPH (0,1 mM) sebanyak 0,5 mL. Campuran tersebut kemudian divorteks selama
15 detik kemudian diinkubasi selama 30 menit pada suhu ruang (37oC). Serapan
yang dihasilkan diukur dengan spektrofotometrik UV-Visible dengan panjang
gelombang 517nm. Sebagai pembanding digunakan BHT sebanyak 0.8 mg (8
ppm) dan asam askorbat 80 mg (800 ppm).
Berdasarkan nilai absorbansi sampel diperoleh persentase penghambatan
aktivitas radikal bebas. Nilai serapan DPPH sebelum dan setelah penambahan
ekstrak tersebut dihitung sebagai persen inhibisi (%inhibisi) dengan rumus
sebagai berikut :
(Akontrol – Asampel)
%inhibisi = X 100
Akontrol
Keterangan :
Akontrol : absorbansi tidak mengandung sampel
Asampel : absorbansi mengandung sampel
Selanjutnya hasil perhitungan dimasukan ke dalam persamaan regresi linier
dengan konsentrasi ekstrak (ppm) sebagai absis (sumbu x) dan nilai %inhibisi
(antioksidan) sebagai ordinatnya (sumbu y). Nilai IC50 dari perhitungan saat
%inhibisi sebesar 50%. Persamaan regresi yang digunakan sebagi berikut :
Y = Ax + B
Keterangan :
Y : %inhibisi
A : intercept
B : slope
telah diketahui beratnya dan mengandung 0,5 celite kering, kemudian dicuci
2x10 ml dengan akuades.
a. Residu (serat yang tidak larut)
Endapan yang tertinggal pada kertas saring dicuci 2x10 ml dengan
etanol95% dan 2 x 10 ml aseton. Kemudian kertas saring dikeringkan pada suhu
105oC sampai mencapai berat konstan (semalam). Setelah itu diinginkan dalam
desikator (D1). Endapan pada kertas saring diabukan pada suhu 550oC selama 5
jam, kemudian didinginkan dan ditimbang (I1).
b. Filtrat (serat yang larut)
Volume filtrat menjadi 100 ml. kemudian ditambahkan 400 ml etanol 95%
hangat (60oC) dan dibiarkan mengendap selama satu jam. Setelah itu larutan
disaring menggunakan Crucible (porosity 2) yang telah diketahui beratnya dan
mengandung 0,5 gram celite. Sisa larutan dicuci dengan 2x10 ml etanol 78%,
2x10 ml etanol 95% dan 2x10 ml aseton. Endapan dikeringkan pada suhu 105oC
selama semalam, kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang (D2).
Endapan pada kertas saring diabukan pada suhu 550oC selama 5 jam, kemudian
didinginkan dan ditimbang (I2).
c. Blanko
Blanko untuk serat yang tidak larut dan serat yang larut diperoleh dengan
cara seperti prosedur untuk sampel tetapi tanpa sampel (B1 dan B2). Nilai blanko
sewaktu-sewaktu harus dicek bila menggunakan enzim dari batch yang berbeda.
Serat pangan total diperoleh dengan menjumlahkan serat pangan tidak larut
(SPTL) dan serat pangan larut (SPL). Blanko yang digunakan diperoleh dengan
metode yang sama, tetapi tidak ditambahkan contoh atau sampel. Nilai blanko
yang digunakan perlu diperiksa ulang, terutama bila menggunakan enzim dari
kemasan yang baru.
Keterangan:
W = Berat contoh (g)
B = Berat blanko bebas serat (g)
D = Berat setelah analisis dikeringkan (g)
I = Berat setelah analisis diabukan (g)
7 6,60 b
5,96 a 6,28 a
5,92 a 5,96 a 5,88 a 5,56 a
6 5,72 a 5,52 a 5,56 a 5,68 a
5,52 a 5,52 a
4,92 a
Nilai rata-rata kesukaan
4,88 a
5
4
1:8
3 1:9
2 1:10
0
kenampakan warna aroma tekstur rasa
Perlakuan
Kenampakan
Berdasarkan Gambar 4, menunjukkan bahwa nilai rataan kenampakan
minuman jelly dengan perbandingan rumput laut yang berbeda berkisar antara
5,92-5,96 (biasa/netral). Nilai rataan tertinggi terdapat pada perbandingan 1:9 dan
1:10 sedangkan nilai rataan terendah terdapat pada perbandingan 1:8
(Lampiran 3).
Hasil pengujian Kruskal Wallis menunjukkan bahwa perbedaan
perbandingan air dengan rumput laut yang diberikan tidak memberikan pengaruh
yang nyata (p<0,05) terhadap tingkat kesukaan kenampakan (Lampiran 4a).
Kenampakan produk minuman jelly sama yaitu adanya granula rumput laut yang
telah dihaluskan serta terlihat warna agak gelap.
Warna
Nilai rataan warna minuman jelly dengan perbandingan rumput laut yang
berbeda berkisar antara 5,52-6,28 (agak suka). Nilai rataan tertinggi yang disukai
panelis terdapat pada perbandingan 1:8, sedangkan nilai rataan terendah terdapat
pada perbandingan 1:10 (Lampiran 3). Hasil uji sensori minuman jelly terhadap
kesukaan parameter warna dapat dilihat pada Gambar 4.
Berdasarkan hasil pengujian Kruskal Wallis menunjukkan bahwa perbedaan
perbandingan air dengan rumput laut yang diberikan tidak memberikan pengaruh
yang nyata (p<0,05) terhadap tingkat kesukaan warna (Lampiran 4a). Warna
produk yang dihasilkan dari ketiga perbandingan sama yaitu kuning agak
keputih-putihan. Rumput laut yang digunakan selama penelitian tidak ada
perbedaan dan belum adanya pewarna. Bahan utama rumput laut yang digunakan
adalah basah sehingga proses perendaman merubah warna rumput laut. Perbedaan
tingkat kecerahan warna pada minuman jelly disebabkan adanya perbedaan
perbandingan dari rumput laut yang ditambahkan.
15
Aroma
Nilai rataan aroma minuman jelly dengan perbandingan rumput laut yang
berbeda berkisar antara 4,92-5,72 (biasa/netral). Nilai rataan tertinggi yang
disukai panelis terdapat pada perbandingan 1:8 sedangkan nilai rataan terendah
terdapat pada perbandingan 1:9 (Lampiran 3). Hasil uji sensori minuman jelly
terhadap kesukaan parameter aroma dapat dilihat pada Gambar 4.
Berdasarkan hasil pengujian Kruskal Wallis menunjukkan bahwa perbedaan
perbandingan air dengan rumput laut yang diberikan tidak memberikan pengaruh
yang nyata (p<0,05) terhadap tingkat kesukaan aroma (Lampiran 4a). Aroma
minuman jelly berasal dari rumput laut yang secara keseluruhan sama karena tidak
terdapat perbedaan dalam jumlah bahan pengisi. Selain itu, tidak berbau amis
karena dengan semakin banyak perbandingan rumput laut maka aroma dari
rumput laut akan menguap akibat proses pemasakan.
Tekstur
Berdasarkan Gambar 4, nilai rataan tekstu rminuman jelly dengan
perbandingan rumput laut yang berbeda berkisar antara 5,52-6,60 (agak suka).
Nilai rataan tertinggi yang disukai panelis terdapat pada perbandingan 1:10
sedangkan nilai rataan terendah terdapat pada perbandingan 1:9 (Lampiran 3).
Hasil pengujian Kruskal Wallis menunjukkan bahwa perbedaan
perbandingan air dengan rumput laut yang diberikan berbeda nyata (p<0,05)
terhadap tingkat kesukaan tekstur. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian lebih
lanjut Multiple Comparison. Hasil pengujian Multiple Comparison menunjukkan
bahwa minuman jelly dengan perbandingan 1:10 (air:rumput laut) berbeda nyata
dengan perlakuan lainnya (Lampiran 4b).
Tekstur yang diinginkan produk minuman jelly adalah mudah saat disedot.
Semakin besar perbandingan rumput laut maka tekstur yang dihasilkan semakin
rapuh sehingga mudah saat disedot. Hal ini disebabkan rumput laut mengandung
hidrokoloid karagenan, dimana semakin tinggi perbandingan hidrokoloid maka
rasio padatan dan cairan akan semakin meningkat sehingga gel yang terbentuk
semakin kuat dan kaku (Imeson 2010). Selain itu kandungan yang terdapat dalam
rumput laut seperti karagenan sangat berpengaruh dalam membentuk tekstur
minumanini karena merupakan hidrokoloid hasil ekstraksi dari rumput laut merah
dan sifat pembentukan gel pada rumput laut ini dibutuhkan untuk menghasilkan
pasta yang baik, karena termasuk ke dalam golongan Rhodophyta yang
menghasilkan florin starch (Winarno 1996).
Rasa
Berdasarkan Gambar 4, menunjukkan bahwa nilai rataan rasa minuman jelly
dengan perbandingan rumput laut yang berbeda berkisar antara 4,88-5,68
(biasa/netral). Nilai rataan tertinggi yang disukai panelis terdapat pada
perbandingan 1:10 sedangkan nilai rataan terendah terdapat pada perbandingan
1:9 (Lampiran 3).
Hasil pengujian Kruskal Wallis menunjukkan bahwa perbedaan
perbandingan air dengan rumput laut yang diberikan tidak memberikan pengaruh
yang nyata (p<0,05) terhadap tingkat kesukaan rasa (Lampiran 4a). Rasa
minuman jelly sama karena tidak ada perbedaan perlakuan gula maupun asam
sitrat untuk memberi rasa asam.
16
Berdasarkan hasil uji sensori minuman jelly formula yang disukai oleh
panelis adalah minuman jelly dengan perbandngan air dan rumput laut 1:10.
Formula ini selanjutnya digunakan dalam penelitian selanjutnya untuk mengetahui
pengaruh pemberian pewarna alami pada minuman jelly.
Rosela
Hasil uji sensori minuman jelly dengan penambahan pewarna alami rosela
berdasarkan lima parameter memiliki nilai rataan berkisar antara 4,60-6,92 (agak
suka) (Lampiran 5). Kelima parameter yang diuji secara umum produk dengan
perbandingan pewarna 10% memiliki nilai tertinggi. Hasil uji sensori dari lima
parameter terhadap minuman jelly dengan penambahan pewarna alami rosela
dapat dilihat pada Gambar 5.
8.00
6.76 6.92
7.00
Nilai rata-rata kesukaan
4.00
10%
3.00
5%
2.00
1.00
0.00
kenampakan warna aroma tekstur rasa
Parameter
Temulawak
Hasil uji sensori minuman jelly dengan penambahan pewarna alami
temulawak berdasarkan lima parameter memiliki nilai rataan berkisar antara
4,12-6,48 (agak suka). Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan perbandingan air
dengan temulawak pada parameter tekstur memberikan pengaruh yang nyata
(p<0,05) dimana perbandingan 10% lebih disukai panelis dibandingkan
perbandingan 5% (Lampiran 6c). Hasil uji lanjut T-test yaitu perbandingan 10%
berbeda nyata dengan perbandingan lainnya pada parameter tekstur (Lampiran
6d). Nilai rataan organoleptik dari lima parameter terhadap minuman jelly dengan
penambahan pewarna alami temulawak dapat dilihat pada Gambar 15.
4.96 4.88
5.00
4.12
4.00
3.00 10%
5%
2.00
1.00
0.00
kenampakan warna aroma tekstur rasa
Parameter
Bit
Hasil uji sensori minuman jelly dengan penambahan pewarna alami bit,
berdasarkan lima parameter memiliki nilai rataan berkisar antara 4,52-6,64 (agak
suka). Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan perbandingan air dengan bit pada
parameter warna memberikan pengaruh yang nyata (p<0,05) dimana
perbandingan 10% lebih disukai oleh panelis dibandingkan perbandingan 5%
(Lampiran 6e). Hasil uji lanjut T-test yaitu perbandingan 10% berbeda nyata
dengan perbandingan lainnya pada parameter warna (Lampiran 6f). Nilai rataan
organoleptik dari lima parameter terhadap minuman jelly dengan penambahan
pewarna alami bit dapat dilihat pada Gambar 7.
7.00 6.64
5.96 6.20
6.00 5.60 5.36
Nilai rata-rata kesukaan
5.16 5.08
5.00
5.00 4.56 4.52
4.00
3.00 10%
5%
2.00
1.00
0.00
kenampakan warna aroma tekstur rasa
Parameter
pH, kelembaban, dan faktor eksternal yaitu suhu, cahaya, oksigen yang
dibutuhkan untuk mengoptimumkan stabilitas pigmen dan warna pada makanan.
Warna yang dihasilkan bit adalah ungu dan berasal dari pigmen betalain.
Pigmen ini salah satu yang dapat larut dalam air sehingga mudah pada saat
pengekstrakan. Bit merupakan salah satu bahan pangan berwarna merah keunguan
yang berasal dari pigmen betalain yang merupakan kombinasi dari pigmen ungu
betacyanin dan pigmen kuning betaxanthin. Menurut Castellar et al. (2003),
betasianin memiliki kesamaan dengan antosianin sebagai pewarna alami dimana
stabilitasnya dipengaruhi suhu. Selain itu, bit memiliki citarasa khas yang
dihasilkan dari komponen kimia geosmin (Hernani dan Rahardjo 2006). Buah
dan sayuran salah satu sumber pewarna alami. Menurut Cacae dan Mazza (2002),
walaupun pewarna alami ini memiliki beberapa kerugian karena biaya yang tinggi
dan stabilitas yang rendah.
Karakteristik Kimia
Tabel 1 Hasil uji aktivitas antioksidan pada minuman jelly rumput laut dengan
penambahan pewarna alami
Sampel %Inhibisi IC50 (ppm)
2 ppm 4 ppm 6 ppm 8 ppm
BHT 28,346 31,356 33,421 36,518 18,236
200 ppm 400 ppm 600 ppm 800 ppm
Asam askorbat 25,265 50,955 86,836 94,373 380,688
Rosela 10% 26, 684 30,647 34,821 41,697 1.153,080
Rosela 5% 25,039 27,262 32,266 36,255 1.550,368
Temulawak 10% 24,147 25,897 27,507 32,003 537,400
Temulawak 5% 30,464 32,589 34,576 36,518 2.223,539
Bit 10% 37,27 42,905 49,151 59,073 409,041
Bit 5% 37,428 47,314 53,771 62,257 605,944
Rosela
Berdasarkan Tabel 1, nilai IC50 pada perbandingan 10% (air:rosela) adalah
1.153,080 ppm, yang berarti bahwa dibutuhkan 1153,080 ppm minuman jelly
untuk dapat menghambat 50% radikal bebas dari DPPH, sedangkan nilai IC50
pada perbandingan 5% (air:rosela) adalah 1.550,368 ppm (Lampiran 7a dan 7b).
Bahan pembanding yang digunakan adalah asam askorbat dan BHT dengan hasil
masing-masing yaitu 380,688 ppm dan 18,236 ppm (Lampiran 10 dan 11).
20
Nilai diatas menunjukkan bahwa dengan perbandingan jumlah air dan rosela
10% memiliki aktivitas antioksidan paling tinggi di bandingkan produk dengan
perbandingan jumlah air dan rosela 5%. Tetapi nilai ini lebih rendah dibandingkan
dengan asam askorbat dan BHT. Menurut Brand-William et al. (1995), semakin
rendah nilai IC50 yang dihasilkan dari pengujian antioksidan menunjukkan bahwa
aktivitas antioksidan dari bahan tersebut tinggi.
Peningkatan nilai IC50 pada minuman jelly dengan perbandingan 5%
disebabkan oleh rendahnya penggunaan ekstrak kelopak bunga rosela sebagai
pewarna alami yang lebih sedikit. Hal ini mengakibatkan kandungan antosianin
yang terdapat didalamnya pun lebih sedikit. Menurut Isnaini (2010), penurunan
kandungan senyawa antosianin pada perbandingan yang lebih besar disebabkan
oleh fraksi air yang semakin membesar dan fraksi rosela yang semakin mengecil.
Menurut Arellano et al. (2004), antosianin merupakan senyawa yang terdapat
pada bunga rosela berkhasiat menurunkan tekanan darah tinggi, antiseptik saluran
pencernaan dan sebagai antioksidan.
Lemahnya aktivitas antioksidan disebabkan oleh suhu tinggi baik pada
proses pengekstrakan maupun pemasakan yang mengakibatkan terdegradasinya
senyawa antosianin yang terkandung dalam minuman jelly. Menurut Shipp dan
Abdel-Aal (2010), kestabilan senyawa antosianin dapat dipengaruhi oleh pH dan
suhu, senyawa ini cenderung stabil pada suhu dan pH yang rendah.
Temulawak
Berdasarkan Tabel 1, nilai IC50 pada perbandingan 10% (air:temulawak)
yaitu 537,4 ppm dan 2.223,539 ppm pada perbandingan 5% (air:temulawak)
(Lampiran 8a dan 8b). Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan minuman
jellydengan perbandingan 10% lebih tinggi dibandingkan dengan perbandingan
5%, karena hanya dengan 537,4 ppm sudah dapat mereduksi 50% radikal bebas
dari DPPH.
Bahan pembanding yang digunakan dalam pengujian aktivitas antioksidan
minuman jelly yaitu asam askorbat dan BHT serta hasil pengujian masing–masing
adalah 380,688 ppm dan 18,236 ppm (Lampiran 10 dan 11). Apabila
dibandingkan dengan hasil pengujian pada BHT, nilai aktivitas antioksidan
minuman jelly jauh lebih rendah. Menurut Brand-William et al. (1995), semakin
rendah nilai IC50 yang dihasilkan dari pengujian antioksidan menunjukkan bahwa
aktivitas antioksidan dari bahan tersebut tinggi.
Kurkumin yang terdapat pada minuman jelly berasal dari pigmen temulawak
yang digunakan sebagai pewarna alami. Hasil dari penelitian ini pun
menunjukkan bahwa semakin tingginya perbandingan ekstrak temulawak yang
digunakan pada minuman jelly akan meningkatkan aktivitas antioksidannya.
Menurut Jayaprakasha et al. (2006), kurkumin dapat menjadi anti kanker dan
berpotensi sebagi antioksidan. Oleh karena itu penggunaan kurkumin pada
minuman fungsional ini selain berfungsi sebagai pewarna alami dapat pula
sebagai antioksidan.
Rendahnya nilai IC50 pada minuman jelly dengan pewarna temulawak 10%
(air:temulawak) disebabkan kandungan kurkumin yang terdapat di dalamnya lebih
tinggi dibandingkan dengan perbandingan 5% (air:temulawak). Kandungan
senyawa kurkumin yang tinggi dapat meningkatkan aktivitas antioksidannya.
Menurut Qian dan Nihomrimbere (2004), semakin tinggi perbandingan yang
21
ekstrak yang digunakan, maka semakin tinggi pula nilai persentase penghambatan
aktivitas radikal bebas (persen inhibisi).
Menurut Cohlya et al. (1998), kurkumin dapat berfungsi sebagai penangkap
radikal bebas (antioksidan) dan antiperoksidasi lemak. Hasil pengujian
antioksidan pada perbandingan ini juga menunjukkan nilai IC50 yang paling
rendah diantara perbandingan lainnya.
Menurut Blois (1958) diacu dalam Molyneux (2003), suatu senyawa
dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat apabila nilai IC50 kurang dari 0,05
mg/ml (50 ppm), kuat apabila nilai IC50 antara 0,05-0,10 mg/ml (50-100 ppm),
sedang apabila memiliki nilai IC50 berkisar antara 0,10-0,15 mg/ml
(100-150 ppm) dan lemah apabila nilai IC50 berkisar antara 0,15-0,20 mg/ml
(150-200 ppm). Berdasarkan hasil pengujian aktivitas antioksidan yang diperoleh
pada kedua perbandingan memiliki aktivitas antioksidan yang sangat lemah. Hal
ini disebabkan oleh proses pembuatan minuman jelly yang melalui proses
pemanasan. Menurut Lee dan Choung (2011), senyawa kurkumin dapat rusak dan
terdegradasi pada suhu yang tinggi dan pH basa.
Bit
Berdasarkan Tabel 1, perbandingan 10% (air:bit) memiliki nilai IC50 sebesar
605,944 ppm (Lampiran 9a), yang berarti dibutuhkan sebanyak 605,944 ppm
untuk dapat menghambat 50% radikal bebas dari DPPH. Sedangkan nilai IC50
perbandingan 5% sebesar 409,041 ppm (Lampiran 9b), yang berarti dibutuhkan
sebanyak 409,041 ppm untuk dapat menghambat 50% radikal bebas dari DPPH.
Hal ini menunjukkan bahwa minuman jellydengan perbandingan 10%
(air:bit) lebih efektif mereduksi radikal bebas sebesar 50% dari DPPH
dibandingkan dengan perbandingan 5% (air:bit). Menurut Brand-William et al.
(1995), semakin rendah nilai IC50 yang dihasilkan dari pengujian antioksidan
menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan dari bahan tersebut tinggi.
Nilai aktivitas antioksidan yang lebih tinggi pada perbandingan 10%
disebabkan tingginya kandungan betalain yang terdapat pada pigmen bit itu
sendiri. Menurut Isnaini (2010), semakin tingginya fraksi air yang terdapat pada
ekstrak maka kandungan yang terdapat didalamnya pun akan semakin sedikit.
Selain itu, menurut Winkler et al. (2005), kandungan betalain yang terdapat dalam
bit dapat berfungsi sebagai antioksidan, antiinflamasi, hepatoprotektif dan bersifat
anti tumor. Oleh karena itu selain sebagai pewarna alami bit memiliki sifat
antioksidan sehingga dapat menangkap radikal bebas.
Selain itu, sifat dari pigmen pada umbi bit yaitu mudah larut air. Betalain
adalah pigmen yang mudah larut air dengan kandungan nitrogen dan jumlah
terbesar ditemukan pada bit (Beta vulgaris). Menurut Delgado et al. (2000) dan
Stintzing et al. (2004), betalain terdiri dari dua kelompok yaitu betasianin untuk
pigmen merah violet dan betaxanthin untuk pigmen kuning.
Bahan pembanding yang digunakan pada pengujian antioksidan pada
minuman jelly yaitu asam askorbat dan BHT serta hasil pengujian masing-masing
adalah 380,688 ppm (Lampiran 10) dan 18,236 ppm (Lampiran 11). Berdasarkan
hasil pengujian aktivitas antioksidan pada minuman jelly dengan penambahan
pewarna alami bit menunjukkan bahwa perbandingan 10% memiliki nilai IC50
yang lebih baik bila dibandingkan dengan perbandingan 5%, tetapi apabila
22
Minuman jelly rumput laut dengan penambahan pewarna alami yang terbaik
berdasarkan uji sensori dan kandungan antioksidan selanjutnya dilakukan analisis
proksimat dan serat pangan. Hasil anailisis proksimat dan serat pangan dari
minuman jelly rumput laut dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil analisis proksimat dan serat minuman jelly dengan penambahan
pewarna alami
Rosela (%) Temulawak (%) Bit (%)
kadar air 83,300 83,495 83,895
kadar abu 0,200 0,200 0,200
protein 0,880 1,510 0,170
lemak 0,200 0,200 0,390
karbohidrat 15,420 14,595 15,345
serat pangan 1,930 1,880 1,930
Saran
DAFTAR PUSTAKA
[WKNPG] Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi. 2004. Ketahanan Pangan
dan Gizi, di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. Jakarta (ID): LIPI.
Winarno FG. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka
Utama.
Winarno FG. 1996. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Jakarta (ID):
PT Gramedia Pustaka Utama.
Winarti S, Firdaus A. 2010. Stabilitas warna merah ekstrak bunga rosela untuk
pewarna makanan dan minuman. J Teknol Pertan. 11(2): 87 – 93.
Winkler C, Barbara W, Katharina S, Harald S, Dietmar F. 2005. In vitro effects of
beet root juice on stimulated and unstimulated peripheral blood
mononuclear cell. J Biochem Biotech. 1(4): 180-185.
Wong P, Salmah YHM, Cheman YB. 2002. Physico-chemical characteristics of
roselle (Hibiscus sabdariffa l.). Nutr and Food Scien. 32 :68-73.
Nama Panelis :
Tanggal Pengujian :
Jenis Produk : Minuman jelly
Instruksi : Nyatakan penilaian sesuai kriteria
Parameter
Kode
Kenampakan Warna Aroma Tekstur Rasa
AAC
AVS
SPC
Kriteria:
1 = amat sangat tidak suka 4 = agak tidak suka 7 = suka
2 = sangat tidak suka 5 = biasa/netral 8 = sangat suka
3 = tidak suka 6 = agak suka 9 = amat sangat suka
Nama Panelis :
Tanggal Pengujian :
Jenis Produk : Minuman jelly
Instruksi : Nyatakan penilaian sesuai kriteria
27
Parameter
Kode
Kenampakan Warna Aroma Tekstur Rasa
MHA
MIA
SHY
HAY
RFY
ZTI
Kriteria:
1 = amat sangat tidak suka 4 = agak tidak suka 7 = suka
2 = sangat tidak suka 5 = biasa/netral 8 = sangat suka
3 = tidak suka 6 = agak suka 9 = amat sangat suka
Perlakuan
Parameter
AVS SPC AAC
Kenampakan 5,92 5,96 5,96
Warna 6,28 5,88 5,52
Aroma 5,72 4,92 5,52
Tekstur 5,68 5,76 5,92
Rasa 5,56 4,88 6,28
Keterangan:
AVS = Rumput laut : Air 1:8
SPC = Rumput laut : Air 1:9
AAC = Rumput laut : Air 1:10
b. Hasil uji Lanjut Multiple Comparison terhadap data uji sensori parameter
tekstur
Subset for alpha = ,05
kode N
1 2
SFC 25 4,88
AVS 25 5,56 5,56
AAC 25 6,28
Sig. ,141 ,119
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 25.000.
Perlakuan
Parameter
MHA MIA SHY HAY RFY ZTI
Kenampakan 6,76 5,76 6,44 6,04 5,60 5,16
Warna 6,92 5,68 6,48 6,20 5,96 4,56
Aroma 5,28 5,32 5,48 4,96 5,00 4,52
Tekstur 5,04 4,60 5,52 4,12 5,36 5,08
Rasa 5,32 5,64 5,20 4,88 6,64 6,20
Keterangan:
MHA : Rosela 10%
MIA : Rosela 5%
SHY : Temulawak 10%
HAY : Temulawak 5%
RFY : Bit 10%
ZTI : Bit 5%
a. Hasil uji Kruskal Wallis uji sensori minuman jelly dengan penambahan
pewarna rosela
Test Statistica,b
c. Hasil uji Kruskal Wallis uji sensori minuman jelly dengan penambahan
pewarna temulawak
Test Statistica,b
e. Hasil Uji Kruskal Wallis uji sensori minuman jelly dengan penambahan
pewarna bit
b.Perbandingan rosela 5%
Konsentrasi Rataan %Inhibisi
Persamaan Garis IC50
ppm (x) Absorbansi (y)
200 0,714 25,039
b. Perbandingan temulawak 5%
b. Perbandingan bit 5%
Konsentrasi Rataan %Inhibisi
Persamaan Garis IC50
ppm (x) Absorbansi (y)
200 0,596 37,428
400 0,502 47,314
Y = 0,040x + 29,957 49,040
600 0,440 53,771
800 0,360 62,257
4 0,462 50,955
Y = 0,122x +3,556 380,688
6 0,124 86,836
8 0,053 94,373
32
4 0,654 31,356
Y = 1,329x + 25,765 18,236
6 0,634 33,421
8 0,605 36,518
Rosela
Kadar serat Pangan = 1,93%
Serving size = 200 gram
Kadar serat pangan = 1,93/100 x 200 gram = 3,86 gram
%AKG serat pangan = 3,86/25 x 100% = 15,44%
Temulawak
Kadar serat Pangan = 1,88%
Serving size = 200 gram
Kadar serat pangan = 1,88/100 x 200 gram = 3,76 gram
%AKG serat pangan = 3,76/25 x 100% = 15,04%
Bit
Kadar serat Pangan = 1,93%
Serving size = 200 gram
Kadar serat pangan = 1,93/100 x 200 gram = 3,86 gram
%AKG serat pangan = 3,86/25 x 100% = 15,44%
33