Anda di halaman 1dari 30

PROPOSAL

PENGEMBANGAN OBAT BARU

FORMULASI TABLET EFFERVESCENT JAHE


(Z Officinale Roscoe)
DENGAN SUMBER ASAM DAN BASA

Logo IIK Bhakti Wiyata Kediri

DISUSUN OLEH :

DINATUR PRATIWI
40119006

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2020
PROPOSAL
PENGEMBANGAN OBAT BARU

FORMULASI TABLET EFFERVESCENT JAHE


(Z Officinale Roscoe)
DENGAN SUMBER ASAM DAN BASA

Logo IIK Bhakti Wiyata Kediri

DISUSUN OLEH :

DINATUR PRATIWI
40119006

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2020

ii
LEMBAR
PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


PENGEMBANGAN OBAT BARU FORMULASI TABLET
EFFERVESCENT JAHE (Z Officinale Roscoe)
DENGAN SUMBER ASAM DAN BASA

NOVEMBER 2020

Disetujui Oleh :

Dosen pembimbing

(apt. Lia Agustina, M.S)


NIP. 2016.0834

Mengetahui,
Ketua Program Studi Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi IIK Bhakti Wiyata Kediri

(apt. Yogi Bhakti Marhenta, M.Farm)


NIP. 20150730

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
nikmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir pada
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT. Meiji Indonesian Pharmaceutical
Industries.
Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dan penyusunan laporan
PKPA merupakan bagian dari kegiatan perkuliahan program pendidikan profesi
apoteker dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan, dan
keterampilan mahasiswa. Mahasiswa yang telah mengikuti kegiatan PKPA
diharapkan dapat mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki
saat memasuki dunia kerja.
Kegiatan PKPA dapat terlaksana dengan baik berkat bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. Muhamad Zainuddin, Apt selaku rektor Institut Ilmu Kesehatan
Bhakti Wiyata Kediri.
2. Apt. Dewi Resty Basuki selaku Dekan Fakultas Farmasi Institut Ilmu
Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.
3. Apt. Yogi Bhakti Marhenta, M.Farm selaku Ketua Program Studi Profesi
Apoteker Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.
4. Apt. Lia Agustina, M.S selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktu dan ilmunya untuk membimbing, mengoreksi sehingga laporan ini
terselesaikan.
5. Seluruh dosen Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi yang telah
banyak memberikan bekal ilmu, berbagi pengalaman, dan pengetahuan kepada
penulis selama masa studi di Faklutas Farmasi.
6. Seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan, doa, dan semangat kepada
penulis.
7. Seluruh teman – teman Apoteker angkatan I atas semangat, dukungan, dan
kerjasamanya selama ini.

iv
Penulis meyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih terdapat
banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun.
Akhir kata, penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang
penulis peroleh selama menjalani Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Meiji
Indonesian Pharmaceutical Industries ini dapat memberikan manfaat bagi rekan –
rekan sejawat dan semua pihak yang membutuhkan.

Penulis,

November 2020

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................iii

KATA PENGANTAR....................................................................................iv

DAFTAR ISI...................................................................................................vi

DAFTAR GAMBAR......................................................................................vii

DAFTAR TABEL...........................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................................1


B. Tujuan .................................................................................................3

BAB II STUDI PRAFORMULASI

A. Zat Aktif...................................................................................................4
B. Eksipient...................................................................................................6
BAB III TARGET PROFIL PRODUK
A. Profile Produk Effervescent.....................................................................11
BAB IV RENCANA PRODUKSI

A. Formulasi.................................................................................................12
B. Proses Pembuatan....................................................................................12
C. Kontrol Kualitas......................................................................................13
BAB V PEMBAHASAN

A. Pembahasan.........................................................................................15
BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan.........................................................................................19
B. Saran...................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................20

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1.1. Jahe (Z. Officinale Roscoe) ................................................. 4


Gambar 3.1.1 Tablet Effervescent Jahe....................................................... 11

vii
DAFTAR TABEL

Lampiran 3.1.1 Profil Produk Effervescent................................................. 11


Lampiran 4.1.1 Formulasi Tablet................................................................. 12

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Jahe (Zingiber officinale Roscoe) adalah salah satu bumbu dapur yang
sudah lama dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Semula penggunaannya hanya
berdasarkan kebiasaan orang tua zaman dahulu, yang diwariskan secara turun
temurun. Namun, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta dilengkapi dengan penelitian yang mendukung, maka jahe
mulai dimanfaatkan secara komersial. Bagian utama pada jahe yang
dimanfaatkan adalah rimpangnya. Senyawa-senyawa aktif yang terkandung
dalam jahe seperti senyawa gingerol, shogaol, dan zingeron merupakan
kelompok senyawa fenolik. Kadar total senyawa fenolik air jahe segar yaitu
4,77 mg/g (Septiana dkk, 2002). Menurut Prihatini (2003) sari Jahe
(Z.officinale Roscoe) memiliki aktivitas antioksidan. yang sangat bermanfaat
bagi manusia, dimana sari jahe 8% memiliki aktivitas antioksidan yang lebih
baik dari BHT 200 ppm. Manfaat lain dari jahe yaitu dapat mengurangi mual
dan muntah selama kehamilan trimester pertama (Saswita,2012), dapat
mengurangi nyeri otot pada atlet (Ambra, 2011), sebagai antimikroba terhadap
Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Candida albicans (Kartika, 2013) dan
sebagai imunomodulator (Chairil dan Pratiwi,2005).
Tablet effervescent mengandung asam dan karbonat atau bikarbonat yang
bereaksi dengan cepat pada penambahan air dengan melepaskan gas
karbondioksida(Lachman, 2008). Keuntungan bentuk sediaan ini adalah dalam
hal penyiapan larutan dalam waktu seketika yang mengandung dosis obat yang
tepat (Lestari dan Natalia, 2007).
Tablet effervescent merupakan tablet yang digunakan untuk membuat
minuman ringan secara praktis. Kepraktisannya adalah tablet dapat melarut
sendiri dengan adanya gas CO2 yang membantu proses pelarutan. Bentuk
sediaan seperti ini dapat meningkatkan tingkat kesukaan produk dan
mempengaruhi aspek psikologis konsumen. Disamping itu, kesannya sebagai
obat juga akan berkurang karena rasanya yang dapat menutupi rasa pahit

1
sehingga dapat menarik minat konsumen yang tidak suka mengkonsumsi obat-
obatan.
Kerugian penggunaan tablet effervescent adalah kesukaran menghasilkan
produk yang stabil secara kimia. Effervescent mempunyai sifat yang tidak
stabil terhadap kelembaban udara. Hal ini dipengaruhi oleh unsur pembentuk
yang terdiri dari natrium bikarbonat dan asam organik yang menghasilkan
garam natrium, CO2, serta air. Oleh karena itu produk ini harus dijaga dari
kelembaban yang tinggi yaitu dengan cara pengemasan yang baik,
Metode pembuatan tablet effervescent yang digunakan dalam penelitian
ini adalah granulasi basah karena merupakan metode yang umum digunakan
dalam pembuatan tablet serta sifat fisik dan kimia serbuk jahe juga belum
diketahui. Pada metode granulasi basah, granul basah yang terbentuk harus
dikeringkan agar diperoleh granul kering. Pengeringan yang berlebihan atau
tidak tepat suhunya kemungkinan menyebabkan rusaknya kandungan zat aktif
sehingga pengeringan dilakukan pada suhu 40-600C. Sumber asam yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu kombinasi asam sitrat dan asam tartrat.
Hal ini disebabkan karena garam-garam effervescent biasanya diolah dari suatu
kombinasi asam sitrat dan asam tartrat dari pada hanya satu macam saja,
karena penggunaan bahan asam tunggal saja akan menimbulkan kesukaran.
Apabila asam tartrat sebagai asam tunggal, granul yang dihasilkan akan mudah
kehilangan kekuatannya dan akan menggumpal. Sedangkan asam sitrat saja
akan menghasilkan campuran lekat dan sukar menjadi granul (Ansel, 1989).
Sumber basa yang digunakan adalah natrium bikarbonat yang berpengaruh
untuk menimbulkan gas CO2 bila direaksikan dengan asam. Natrium
bikarbonat merupakan bagian terbesar sumber karbonat dengan kelarutan yang
sangat besar dalam air, free flowing, dan non higroskopis. Menurut Ansel
(1989) untuk menghasilkan reaksi effervescent membutuhkan tiga molekul
natrium bikarbonat untuk menetralisir satu molekul asam sitrat dan dua
molekul natrium bikarbonat untuk menetralisir satu molekul asam tartrat.
Menurut Wehling dan Fred (2004) sumber asam dan karbonat dapat
menghasilkan reaksi effervescent yang baik apabila masing-masing digunakan
pada range konsentrasi 25-40% dari bobot tablet. Berdasarkan alasan tersebut,

2
maka dilakukan “Formulasi Tablet effervescent Jahe (Z. officinale Roscoe)
dengan Sumber Asam dan Basa” untuk menghasilkan formula tablet
effervescent jahe yang optimum, dilihat dari parameter sifat fisik tablet
effervescent yang memenuhi persyaratan mutu fisik tablet. Rimpang jahe yang
telah disiapkan disortasi kemudian dikupas dan dicuci dengan air sampai
bersih. Kemudian diblanching dengan menggunakan asam asetat 0,05 N pada
suhu 80-900C selama 10 menit. Kemudian rimpang jahe dipotong kecil-kecil
dengan pisau lalu diambil sari jahe dengan menggunakan alat juicer kemudian
diendapkan untuk memisahkan pati dan disaring, filtrat yang diperoleh
merupakan sari jahe yang digunakan. Sari yang dihasilkan diberi bahan pengisi
maltodekstrin dengan perbandingan sari jahe dan bahan pengisi 9: 1 dan diaduk
hingga homogen. Lalu dikeringkan di dalam oven vakum dengan suhu 600C.
Kemudian dihaluskan dengan blender dan diayak.

B. TUJUAN
1. Dapat mengembangkan sediaan baru berupa Jahe Effervessent yang
digunakan untuk penghilang mual (emesis) pada ibu hamil dan sebagai
penambah stamina.
2. Masyarakat semakin menggemari obat tradisional untuk pilihan
pengobatan
3. Meningkatkan tingkat kesukaan produk dan mempengaruhi aspek
psikologis konsumen
4. Mengurangi kesan sebagai obat, karena rasanya yang dapat menutupi rasa
pahit sehingga dapat menarik minat konsumen yang tidak suka
mengkonsumsi obat-obatan.
5. Memiliki dosis tepat, mudah penyimpanannya dan kemudahan dalam
penggunaannya (praktis).

3
BAB II

STUDY PRAFORMULASI

2.1 Zat Aktif


Jahe (Zingiber officinale Roscoe)
Jahe (Zingiber officinale), adalah tanaman rimpang yang sangat
populer sebagai rempah-rempah dan bahan obat. Rimpangnya berbentuk
jemari yang menggembung di ruas-ruas tengah. Rasa dominan pedas
disebabkan senyawa keton bernama zingeron.
Jahe termasuk suku Zingiberaceae (temu-temuan). Nama ilmiah jahe
diberikan oleh William Roxburgh dari kata Yunani zingiberi, dari Bahasa
Sansekerta, singaberi.

Gambar 2.1.1 Jahe (Z. Officinale Roscoe)

 Sejarah
Jahe diperkirakan berasal dari India. Namun, ada pula yang
mempercayai jahe berasal dari Republik Rakyat Tiongkok Selatan. Dari
India, jahe dibawa sebagai rempah perdagangan hingga Asia Tenggara,
Tiongkok, Jepang, hingga Timur Tengah. Kemudian pada zaman
kolonialisme, jahe yang bisa memberikan rasa hangat dan pedas pada
makanan segera menjadi komoditas yang populer di Eropa.

4
 Ciri morfologis
Batang jahe merupakan batang semu dengan tinggi 30 hingga 100 cm.
Akarnya berbentuk rimpang dengan daging akar berwarna kuning hingga
kemerahan dengan bau menyengat. Daun menyirip dengan panjang 15 hingga
23 mm dan panjang 8 hingga 15 mm. Tangkai daun berbulu halus.
Bunga jahe tumbuh dari dalam tanah berbentuk bulat telur dengan
panjang 3,5 hingga 5 cm dan lebar 1,5 hingga 1,75 cm. Gagang bunga
bersisik sebanyak 5 hingga 7 buah. Bunga berwarna hijau kekuningan. Bibir
bunga dan kepala putik ungu. Tangkai putik berjumlah dua.
 Botani dan sistematika
Jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu jenis
tanaman yang termasuk ke dalam suku Zingiberaceae. Nama Zingiber
berasal dari bahasa Sanskerta “singabera” (Rosengarten 1973) dan Yunani
“Zingiberi” (Purseglove et al. 1981) yang berarti tanduk, karena bentuk
rimpang jahe mirip dengan tanduk rusa. Officinale merupakan bahasa latin
(officina) yang berarti digunakan dalam farmasi atau pengobatan (Janson
1981).
 Habitat
Jahe tumbuh subur di ketinggian 0 hingga 1500 meter di atas
permukaan laut, kecuali jenis jahe gajah di ketinggian 500 hingga 950
meter. Untuk bisa berproduksi optimal, dibutuhkan curah hujan 2500
hingga 3000 mm per tahun, kelembapan 80% dan tanah lembap dengan
PH 5,5 hingga 7,0 dan unsur hara tinggi. Tanah yang digunakan untuk
penanaman jahe tidak boleh tergenang.
 Varietas
Terdapat tiga jenis jahe yang populer di pasaran, yaitu:
1. Jahe gajah atau jahe badak Merupakan jahe yang paling disukai di
pasaran internasional. Bentuknya besar gemuk dan rasanya tidak
terlalu pedas. Daging rimpang berwarna kuning hingga putih.
2. Jahe kuning Merupakan jahe yang banyak dipakai sebagai bumbu
masakan, terutama untuk konsumsi lokal. Rasa dan aromanya
cukup tajam. Ukuran rimpang sedang dengan warna kuning.

5
3. Jahe merah, Jahe jenis ini memiliki kandungan minyak atsiri tinggi
dan rasa paling pedas, sehingga cocok untuk bahan dasar farmasi
dan jamu. Ukuran rimpangnya paling kecil dengan kulit warna
merah, serat lebih besar dibanding jahe biasa.
 Produk jahe
Di masyarakat barat, ginger ale merupakan produk yang digemari.
Sementara Jepang dan Tiongkok sangat menyukai asinan jahe. Sirup jahe
disenangi masyarakat Tiongkok, Eropa dan Jepang. Di Indonesia,
sekoteng, bandrek, dan wedang jahe merupakan minuman yang digemari
karena mampu memberikan rasa hangat di malam hari, terutama di daerah
pegunungan(Wikipedia.org,2020).

2.2 Eksipien
ASAM SITRAT ANHIDRAT
Anhydrous Citric Acid (C6H8O7 BM 192,1)
 Asam Sitrat Anhidrat mengandung tidak kurang dari 99,5% dan tidak
lebih dari 100,5% C6H8O7, dihitung terhadap zat anhidrat.
 Pemerian Hablur bening, tidak berwarna atau serbuk hablur granul
sampai halus; putih.
 Melebur pada suhu lebih kurang 153° yang disertai peruraian.
 Kelarutan Sangat mudah larut dalam air; mudah larut dalam etanol;
sangat sukar larut dalam eter.
 Baku pembanding Asam sitrat BPFI; lakukan pengeringan pada suhu
105° selama 2 jam, sebelum digunakan, simpan dalam wadah tertutup
rapat. Zat ini adalah bentuk anhidrat dari asam sitrat.
 Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi
harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi] Rekonstitusi seluruh
isi, simpan larutan dalam lemari pendingin dan gunakan dalam waktu
14 hari. Simpan vial yang belum dibuka dalam lemari pembeku.
 Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang telah dikeringkan
pada suhu 105° selama 2 jam dan didispersikan dalam kalium bromida

6
P, menunjukan maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
sama seperti pada Asam Sitrat BPFI.
 Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 1,0%; lakukan penetapan
menggunakan 2,0 g zat.
 Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%; lakukan penetapan
menggunakan 1,0 g zat.
 Logam berat <371> Tidak lebih dari 10 bpj.
 Sulfat Tidak lebih dari 0,015%
 Asam oksalat Tidak lebih dari 0,036%
 Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 550 mg zat. Larutkan
dalam 50 mL air, tambahkan 0,5 mL indikator fenolftalein LP dan
titrasi dengan natrium hidroksida 1 N LV.
 Tiap mL natrium hidroksida 1 N setara dengan 64,03 mg C6H8O7
 Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
 Penandaan Pada etiket tertera jika asam sitrat anhidrat digunakan
untuk larutan dialisis atau jika perlu diproses lebih lanjut untuk
pembuatan sediaan injeksi yang mempersyaratkan tingkat endotoksin
bakteri. Pada etiket dinyatakan steril, harus sudah dilakukan uji
sterilitas(Farmakope Indonesia edisi VI,2020).
 Fungsi : sumber asam

ASAM TARTRAT
Tartaric acid (L-(+)- Asam tartrat [87-69-4] C4H6O6 BM 150,09

 Asam Tartrat yang dikeringkan di atas fosfor pentoksida P selama 3 jam,


mengandung tidak kurang dari 99,7% dan tidak lebih dari 100,5%,
C4H6O6.
 Pemerian Hablur tidak berwarna atau bening atau serbuk hablur halus
sampai granul, warna putih; tidak berbau; rasa asam dan stabil di udara.
 Kelarutan Sangat mudah larut dalam air; mudah larut dalam etanol.

7
 Identifikasi A. Menunjukkan reaksi Tartrat seperti tertera pada
Uji Identifikasi Umum <291>. B. Jika dipijarkan, perlahan-lahan terurai,
bau seperti gula terbakar (perbedaan dari Asam Sitrat).
 Rotasi jenis <1081> Antara +12,0º dan +13,0º; dihitung terhadap zat
kering; lakukan penetapan menggunakan larutan yang mengandung 2 g zat
per 10 mL.
 Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5% lakukan pengeringan di
atas fosfor pentoksida P selama 3 jam.
 Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
 Oksalat Netralkan 10 mL larutan zat (1 dalam 10) dengan amonium
hidroksida 6 N dan tambahkan 10 mL kalsium sulfat LP: tidak terbentuk
kekeruhan.
 Sulfat <361> Pada 10 mL larutan zat (1 dalam 100) tambahkan 3 tetes
asam hidroklorida P dan 1 mL barium klorida LP: tidak terbentuk
kekeruhan.
 Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 10 bpj.
 Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 2 g zat yang
sebelumnya telah dikeringkan, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer.
Larutkan dalam 40 mL air, tambahkan Fenolftalein LP dan titrasi dengan
natrium hidroksida 1 N LV. Tiap mL natrium hidroksida 1 N setara
dengan75,04 mg C4H6O6
 Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik(Farmakope
Indonesia edisi VI,2020).
 Fungsi : sumber asam

Natrium Bikarbonat

Natrium bikarbonat adalah senyawa kimia dengan rumus NaHCO₃. Dalam


penyebutannya kerap disingkat menjadi bicnat. Senyawa ini termasuk kelompok
garam dan telah digunakan sejak lama. Senyawa ini merupakan kristal yang sering
terdapat dalam bentuk serbuk. Natrium bikarbonat larut dalam air.
 Rumus: NaHCO₃
 Nama IUPAC: Sodium hydrogen carbonate

8
 Massa molar: 84,007 g/mol
 Kepadatan: 2,2 g/cm³
 Entropi molar: 102 J/(mol·K)
 Larut dalam: Air (Wikipedia.org,2020)
 Fungsi : Sumber basa yang berpengaruh untuk menimbulkan gas CO2 bila
direaksikan dengan asam

Polivinilpirolidon (PVP)

Diterjemahkan dari bahasa Inggris-Polyvinylpyrrolidone, juga biasa disebut


polyvidone atau povidone, adalah polimer yang larut dalam air yang dibuat dari
monomer N-vinylpyrrolidone(Wikipedia (Inggris)).
 Nama IUPAC: Polyvinylpyrrolidone
 Rumus: (C6H9NO)n
 Titik lebur: 150°C
 Kepadatan: 1,2 g/cm³
 Titik didih: 217,6°C
 Larut dalam: Air(Wikipedia.org,2020)
 Fungsi : bahan pengikat

Natrium Benzoat
Natrium benzoat [532-32-1] C7H5NaO2 BM 144,11

 Natrium benzoat mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari
100,5% C7H5NaO2,dihitung terhadap zat anhidrat.
 Pemerian Granul atau serbuk hablur, putih; tidak berbau atau praktis tidak
berbau; stabil di udara.
 Kelarutan Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol dan lebih
mudah larut dalam etanol 90%.
 Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik(Farmakope
Indonesia edisi VI,2020).
 Fungsi : Lubrikan

9
Sakarin
Saccharin 1,2 –Benzisotiazolin-3-on-1,1-dioksida [81-07-2] C7H5NO3S
BM 183,18

 Sakarin mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0%
C7H5NO3S, dihitung terhadap zat kering.
 Pemerian Serbuk atau hablur putih, tidak berbau atau berbau aromatik
lemah. Larutan encer sangat manis. Larutan bereaksi asam terhadap
lakmus.
 Kelarutan Sukar larut dalam etanol; agak sukar larut dalam air, dalam
kloroform dan dalam eter; larut dalam air mendidih; mudah larut dalam
larutan ammonia encer, dalam larutan alkali hidroksida dan dalam alkali
karbonat dengan pembentukan karbon dioksida.
 Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
 Fungsi : bahan pemanis

Sukrosa
Sukrosa [57-50-1] C12H22O11 BM 342,30

 Sakarosa adalah gula yang diperoleh dari Saccharum officinarum Linne


(Familia Gramineae), Beta vulgaris Linne (Familia Chenopodiaceae) dan
sumber-sumber lain. Tidak mengandung bahan tambahan.
 Pemerian Hablur putih atau tidak berwarna; massa hablur atau berbentuk
kubus, atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa manis, stabil di udara.
 Larutannya netral terhadap lakmus.
 Kelarutan Sangat mudah larut dalam air; lebih mudah larut dalam air
mendidih; sukar larut dalam etanol; tidak larut dalam kloroform dan dalam
eter.

10
 Fungsi : bahan pengisi

BAB III
TARGET PROFIL PRODUK

A. Profile Produk Effervescent


Tabel 3.1.1 Profil produk effervescent
No
Karakteristik Target
.
1. Organoleptis Warna : Putih Kekuningan

Rasa : Jahe

Bau : Aroma Jahe

Bentuk : Tablet Effervescent

2. Ketebalan Tablet Effervescent 0,750 cm

3. Waktu larut 106,38 detik 106,38 detik

4. Kerapuhan 1,25 %

5. PH 5,67±0,58

6. Kadar air 8,94 %

7. Kejernihan Jernih

(ejournal.kemenperin.go.id,2020)

3.1 .1 Gambar Tablet Effervescent Jahe (Z. Officinale Roscae)

11
BAB IV
RENCANA PRODUKSI

A. FORMULASI

Tabel 4.1.1 Formulasi tablet effervescent Jahe


BAHAN FORMULASI (%)

Serbuk Jahe 8
Asam sitrat 8,58
Asam tartart 27,17
Natrium Bikarbonat 34,45
Polivinylpovidon (PVP) 2,5
Natrium Benzoat 5
Sakarin 0,1
Sukrosa Ad 100
(Purnawidya,2008)

B. PROSES PEMBUATAN
Pembuatan tablet efervescent dengan mengunakan granulasi basah dilakukan
dengan membagi dua bagian yaitu massa 1 dan massa 2. Tahapan pembuatan
tablet effervescent jahe yaitu:
(1) penimbangan bahan,

12
(2) Pencampuran massa 1 (NaHCO3, PVP, sukrosa, etanol),
(3) pengayakan dengan mesh no 12,
(4) pengeringan dengan suhu 400 - 600C selama 15 menit,
(5) pencampuran massa 2 (asam sitrat, asam tartrat, serbuk jahe dan
sakarin),
(6) pencampuran masa 1 dan 2,
(7) pengayakan kering dengan mesh no 16,
(8) penambahan natrium benzoat,
(9) evaluasi mutu fisik granul
(10) pencetakan tablet effervescent
(11) evaluasi mutu fisik tablet.

C. KONTROL KUALITAS
C.1 Evaluasi mutu fisik granul
1. Pengujian kandungan lembab granul
Kandungan lembab granul diuji dengan menggunakan alat moisture
analyzer dengan memasukkan sampel pada wadah. Nilai kelembaban ditampilkan
pada layar moisture analyzer menandakan sampel telah telah kering dan berat
tidak lagi berubah.
2. Kompresibilitas (Wikarsa dan siregar,2010)
Ditimbang 50 gram massa granul tablet dimasukkan dalam gelas ukur 100
ml, lalu diukur volumenya (V1). Berat jenis bulk = . Massa dalam gelas ukur
diketuk-ketuk sebanyak 500 kali dari ketinggian 2,5 cm sampai volume tetap
(V2). Berat jenis mampat= Kompresibilitas
3. Uji Waktu Alir
Granul seberat 25 g dituang pelan-pelan ke dalam corong pengukur lewat
tepi corong. Tutup corong dibuka pelan-pelan, granul dibiarkan mengalir keluar.
Waktu dicatat dengan stopwatch sampai semua granul mengalir keluar. Kecepatan
alir dihitung dengan satuan g/waktu (Siregar dan Wikarsa, 2010).
4. Sudut Diam (Lachman, 2008)
Granul yang jatuh dari pengukuran sifat alir diukur tinggi kerucut yang
terbentuk dan panjang dari granul. Nilai sudut diam kurang dari atau sama dengan

13
300 menunjukkan bahwa bahan dapat mengalir bebas, bila sudut lebih besar atau
sama dengan 400 daya mengalir kurang baik. Sudut diam dihitung dengan rumus :

tg α = h/r

Keterangan: α = inv tg = sudut diam


h = tinggi kerucut
r = jari-jari kerucut

C.2 Evaluasi mutu fisik tablet


Evaluasi mutu fisik tablet dilakukan pada hari 1 dan hari ke 21 untuk
melihat stabilitas mutu fisik tablet.
1. Uji keseragaman bobot
Sejumlah 10 tablet ditimbang secara seksama satu persatu, kemudiaan
dihitung bobot rata-rata dan koefisien variasinya. Persyaratannya tidak satu tablet
pun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata -rata yang ditetapkan
kolom A dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang
lebih dari harga yang ditetapkan kolom B (Farmakope indonesia edisi IV)
2. Uji kekerasan tablet
Tablet dimasukkan ke dalam alat Hardnerss tester, kemudiaan alat diputar
hingga didapatkan angka atau nilai kekerasan. Kekerasan minimum yang sesuai
untuk tablet dalah sebesar 4 kgf (Ansel, 1989).
3. Uji kerapuhan (Voigt, 1994)
Kerapuhan tablet dilakukan dengan membebas debukan 20 tablet
kemudian ditimbang dan dimasukkan ke dalam friabilator tester. Alat dijalankan
selama 4 menit dengan kecepatan 25 putaran permenit. Setelah itu, tablet dibebas
debukan lagi dan ditimbang. Kerapuhan tablet yang masih dapat diterima yaitu
kurang dari 1%. Kerapuhan dinyatakan sebagai %.

Kerapuhan = M1/M2 x 100%

Keterangan: M1 = berat tablet awal

14
M2 = berat tablet setelah perlakuan
4. Uji waktu larut
Waktu larut dilakukan dengan memasukkan sebuah tablet effervescent ke
dalam aquades dengan volume 200 ml. Waktu hancur dihitung dengan stopwatch
mulai tablet effervescent tercelup sampai semua tablet hancur dan larut (Siregar
dan Wikarsa, 2010). Tablet effervescent yang baik akan terlarut dengan cepat
dalam waktu 1-2 menit (Lachman, 2008).

BAB V

PEMBAHASAN

Tanaman Jahe yang digunakan adalah jahe Gajah (Z.officinale Roscoe),


famili Zaceae. Jahe yang telah dikupas dan dibersihkan kemudiaan diblanching.
Blanching adalah pemanasan bahan pangan dengan uap/air panas dengan suhu
kurang dari 1000C selama kurang lebih 10 menit dengan tujuan untuk
menginaktifkan enzim polyphenolase yang tidak diinginkan yang mungkin dapat
merubah warna, tekstur dan cita rasa maupun nilai nutrisi jahe (Muchtadi, 1989) .
Perlakuan blanching akan memperbaiki kualitas produk yang diolah,
menghilangkan perubahan-perubahan yang tidak diinginkan akibat proses
oksidasi dan enzimatik dalam bahan tanaman. Kemudian jahe diambil sarinya
yang sebelumnya telah dipisahkan dari pati jahe. Sari jahe yang diperoleh
ditambahkan bahan pengisi maltodekstrin.
Fungsi penambahan Maltodekstrin digunakan pada sari jahe yang
berbentuk cair untuk memberi mouthfeel pada sari jahe, pengisi pada saat
pengeringan dan sebagai bahan pengental (Fardinatri, 2007). Kemudian sari jahe
yang telah ditambahkan maltodekstrin dikeringkan dengan menggunakan oven
vakum hingga diperoleh rendemen sebesar 16,37%. Serbuk yang dihasilkan
berwarna coklat, rasa pedas, bau khas jahe, larut dalam air, dan sedikit
higroskopik. Kadar air yang terkandung dalam serbuk jahe cukup rendah yaitu

15
3,2%, Nilai tersebut berada dibawah kadar air maksimum yaitu 10% (Standar
Nasional Indonesia, 2005). Serbuk kering dengan kadar air yang rendah akan
memudahkan dalam proses pencampuran kering bahan tablet sedangkan kadar air
yang tinggi akan mengakibatkan bahan menjadi mudah rusak karena adanya
pertumbuhan mikroba.
Serbuk jahe kemudian diformulasi menjadi granul dengan penambahan
beberapa bahan tambahan. Persyaratan ahan tambahan harus inert, tidak toksik,
tidak mempengaruhi efek farmakologi dari zat aktif, stabil secara fisika dan kimia,
kompatibel dengan bahan tambahan lain dan khusus tablet effervescent bahan
tambahan yang digunakan sebaiknya bahan tambahan yang larut dalam air. Bahan
tambahan yang digunakan yaitu sukrosa sebagai pengisi yang berfungsi untuk
menyesuaikan bobot tablet sehingga layak untuk dikempa, sukrosa memiliki
kelarutan dalam air yang baik, karakteristik pengempaan yang baik dan rasa pada
mulut yang dapat diterima. Polivinilpirolidon (PVP) sebagai bahan pengikat yang
sering digunakan dalam pembuatan tablet effervescent. Hal ini disebabkan karena
kelarutan PVP yang baik, granulasi yang menggunakan system PVP-alkohol dapat
diproses dengan baik, cepat kering serta sifat kempa yang sangat baik. Natrium
benzoat digunakan sebagai lubrikan yang larut dalam air berfungsi mengurangi
gesekan antar dinding lubang kempa dan pinggir tablet ketika tablet dikeluarkan
dari lubang kempa. Sakarin digunakan sebagai pemanis untuk menutupi
karakteristik rasa yang kurang enak.
Proses granulasi serbuk adalah proses pembesaran ukuran partikel kecil
yang dikumpulkan bersama-sama menjadi agregat (gumpalan) yang lebih besar,
secara fisik lebih kuat dan meningkatkan daya alir pada saat pencetakan (Siregar
dan Wikarsa, 2010). Secara visual granul tablet effervescent disajikan pada.
Evaluasi mutu fisik granul dilakukan untuk mengetahui kualitas granul sebelum
dikempa dengan alat cetak. Granul yang baik adalah granul yang seragam
ukurannya dan berbentuk granulat serta warna granul seragam. Granul yang
seragam menunjukkan sifat alir yang sesuai dengan kriteria.
Evaluasi granul yang pertama dilakukan adalah uji kandungan lembab.
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan kadar air yang terkandung dalam
granul yang berupa kadar lembab. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan

16
alat moisture analyzer dengan mengeringkan sampel pada suhu 150C karna pada
suhu ini semua air diharapkan telah menguap yaitu 50C diatas titik didih air.Kadar
air yang rendah baik untuk penyimpanan sediaan dalam jangka waktu yang lebih
lama sedangkan kadar air yang tinggi merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan mikroorganisme seperti jamur. Kandungan lembab granul
effervescent yang baik yaitu 0,4-0,7% (Fausett, 2000).
Kompresibilitas granul yaitu kemampuan suatu granul untuk
dimampatkan. Faktor-faktor yang berpengaruh adalah bentuk, kerapatan dan
ukuran partikel granul (Lachman, 2008). Kompresibilitas yang baik ditunjukkan
oleh ukuran dan bentuk partikel yang seragam sehingga akan memudahkan dalam
pencetakan dan menghasilkan tablet effervescent jahe yang kompak pada saat
dicetak.
Penentuan waktu alir yang diukur adalah waktu yang diperlukan oleh
sejumlah granul untuk mengalir melalui corong. Sifat aliran serbuk yang baik
merupakan hal yang penting untuk pengisian yang seragam ke dalam lubang cetak
mesin tablet dan untuk memudahkan gerakan bahan disekitar fasilitas produksi.
Menurut Siregar dan Wikarsa, (2010) sifat alir dipengaruhi oleh ukuran dan
bentuk partikel, partikel yang lebih besar dan bulat menunjukkan aliran yang lebih
baik.
Sudut diam merupakan sudut tetap yang terjadi antara timbunan partikel
bentuk kerucut dengan bidang horizontal bila sejumlah serbuk atau granul dituang
dalam alat pengukur. Besar kecilnya sudut diam dipengaruhi oleh bentuk, ukuran
dan kelembaban granul (Lachman, 1989). Nilai sudut diam kurang dari atau sama
dengan 300 menunjukkan bahwa bahan dapat mengalir bebas, bila sudut diam
lebih dari atau sama dengan 400 daya mengalir kurang baik.
Granul yang telah homogen langsung dicetak sesuai dengan ukuran dan
bentuk yang diinginkan.Tablet yang dihasilkan berwarna putih kekuningan.
Setelah itu dilakukan pengujian mutu fisik tablet yang meliputi keseragaman
bobot, kekerasan, kerapuhan, dan waktu larut dari tablet. Kemudian tablet
disimpan selama 21 hari untuk melihat stabilitasnya.
Keseragaman bobot merupakan parameter untuk mengetahui variasi bobot

17
dari tablet yang dihasilkan. Bobot tablet yang seragam akan mengandung jumlah
zat berkhasiat yang sama. Faktor utama yang mempengaruhi keseragaman bobot
yaitu keseragaman pengisian tempat dikempanya granul menjadi tablet (die), yang
berkaitan erat dengan sifat alir massa tablet (Ansel,1989). Berdasarkan
persyaratan Farmakope Indonesia Edisi IV bahwa tidak ada satu tablet yang
menyimpang lebih dari 5% dan tidak satupun tablet yang bobotnya menyimpang
lebih dari 10% dari bobot rata-ratanya.
Kekerasan merupakan parameter yang menggambarkan ketahanan tablet
dalam melawan tekanan mekanis, goncangan serta terjadinya keretakan tablet
selama pengemasan pengangkutan dan pendistribusian pada konsumen. Dalam
bidang industri kekuatan tekanan minimum yang sesuai untuk tablet adalah
sebesar 4 kgf (Ansel, 1989). Uji kerapuhan memberikan petunjuk tentang tablet
tersebut mampu bertahan terhadap goresan ringan atau kerusakan dalam
penanganan, pengemasan dan pengiriman. Biasanya dikehendaki nilai kerapuhan
tablet kurang dari atau sama dengan 1% (Siregar dan Wikarsa, 2010).
Waktu larut menunjukkan banyaknya waktu yang dibutuhkan oleh tablet
dalam suatu ukuran saji untuk dapat larut sempurna dalam air dengan volume
tertentu. Waktu larut tablet effervescent berkisar antara 1-2 menit dan memiliki
residu dari bahan yang tidak terlarut seminimal mungkin (Lachman, 2008).
Penentuan variasi konsentrasi asam basa yang memenuhi mutu fisik tablet yang
optimum dilakukan secara kualitatif.

18
BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Rencana pengembangan produk baru mengenai formulasi tablet


effervescent jahe dengan sumber asam dan basa, merupakan produk
inovatif untuk lebih mengenalkan masyarakat tentang tanaman obat
tradisional atau biasa disebut produk herbal. Diperuntukkan untuk ibu
hamil masa awal kehamilan sampai usia 3 bulan, dimana dimas-masa itu
ibu sering mengalami mual dan mutah (emesis). Selain itu produk
effervescent jahe juga dapat digunakan sebagai minuman untuk menjaga
stamina dan menghilangkan rasa capek. Produk ini dapat digunakan bagi
pria dan wanita.

B. SARAN
1. Karena karakteristik tablet effervescent yang mudah larut dalam
air, sehingga untuk wadah harus tepat.
2. Produk seharusnya mudah dibawa kemana saja, karena fungsinya
sebagai penghilang mual dan capek.

19
3. Diharapkan proses pelarutan tablet effervescent cepat dan memiliki
rasa yang hangat dan segar.
4. Harga yang terjangkau oleh semua kalangan.

DAFTAR PUSTAKA

Ambra, D.W.A., 2011, Efektivitas Pemberian Ekstrak Jahe Merah (Z. Officinale
Varr Rubrum) Dalam Mengurangi Nyeri Otot Pada Atlet Sepak Takraw,
Universitas Diponegoro, Semarang.
Ansel. H,C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, (Terjemahan),
Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Association Of Official AnalyticalCommunities, 1984, Official Methods of
Analysis of The Association of Analytical Chemists, Washington D.C.
Aulton. M.E., 2002, Pharmaceutisc The Science Of Dosage Form Design,
Chirchill Liungstone, London.
Chairil., Pratiwi., 2005, Uji Aktifitas Imunomodulator Tiga Jenis Zaceae Secara
Invitro Melalui Pengukuran Aktivitas Sel Magrofage Dan Kapasitas
Fagositosis, Pusat Biologi LIPI, Cibinong.
Dirjen POM, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Dirjen POM, 2020, Farmakope Indonesia, Edisi VI, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
https://ejournal.kemenperin.go.id, 2020, Standar Tablet Effervescent, Diakses
pada tanggal 18 November 2020.

20
Fardinatri. I.D., 2007, Pengembangan Dan Evaluasi Tepung Tablet Isap Kaya
Antioksidan Berbahan Dasar Tomat, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Fausett, H., 2000, Evaluation Of Quick Disintegration Calcium Carbonate
Tablets, Departement Of Pharmaceutical And Administrative Sciences,
School Of Pharmacy And AHP, Creington Univercity, Ohama, NE 1 Articel
Http://Www.Pharmscitech.Com, (diakses Pada Tanggal 15 November 2020).
https://id.wikipedia.org/wiki/Jahe, (diakses pada tanggal 20 November 2020).
Kartika, I., 2013, Uji Antimikroba Ekstrak Segar Jahe-Jahean (Zaceae) Terhadap
Staphylococcus Aureus, Escherrichia Coli Dan Candida Albicans.,
Universitas Andalas, Padang.
Lachman. L., Lieberman, H.A.,Schwartz, J. B., 2008, (Terjemahan), Teori dan
Praktek Farmasi Industri. Volume 1, Marcel Dekker Inc, New York.
Lestari. A,B,S., Natalia. L., 2007, Optimasi Natrium Sitrat dan Asam Fumarat
Sebagai Sumber Asam alam Pembuatan Granul Effervescent Ekstrak
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) Secara Granulasi Basah,
Mohrle, K., 1989, Effervescent Tablets. Dalam: Lieberman. L., Lachman.,
Schwartz (Editors). Pharmaceutical Dosage, Tablet. Volume 1,2 Edition, Marcel
Dekker Inc, New York.
Prihatini, S., 2003, Formulasi, Karakterisasi Kimia Dan Uji Aktifitas Antioksidan
Produk Minuman Fungsional Tradisional Dari Sare Jahe (Z Officinale R.),
Sari Sereh (Cymbopogon Flexuosus), Dan Campurannya,
(http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48740/D07drp.pdf?
sequence=1), Diakses pada tanggal 11 November 2020.
Raymond, C. R., Paul, J. S., dan Marien, E. Q., 2009, Handbook of
Pharmaceutical Excipients. 6Th Editon, Pharmaceutical Press and American
Pharmacists Association, Washington DC.
Saswita, 2012, Efektifitas Minuman Jahe Dalam Mengurangi Emesis Gravidarum
Pada Ibu Hamil Trimester 1, Jurnal Ners Indonesia Vol 1 No 2.
Siregar, C., dan Wikarsa, S., 2010, Teknologi Farmasi Sediaan Tablet: Dasar-
Dasar Praktek, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

21
Standar Nasional Indonesia, 2005, Simplisia Jahe, Badan Standar Nasional,
Jakarta, ICS 67.220.10.
Sunyoto, D, 2013, Statistik Kesehatan, Nuha Medika, Jogjakarta.
Voight, R., 1994, Pelajaran Teknologi Farmasi, (Terjemahan), Gadjah Mada
University Press,Yogyakarta.

22

Anda mungkin juga menyukai