Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI

PT. BIO FARMA

DISUSUN OLEH :

ADRIANSYAH (PO.71.3.251.12.1.004)

DEWI SARTIKA (PO.71.3.251.12.1.012)

DEWI VINANDITA (PO.71.3.251.12.1.013)

HAIRUNNISA (PO.71.3.251.12.1.015)

HARDIANTI H. BOGODAD (PO.71.3.251.12.1.016)

HASTRILIA BUNTANG (PO.71.3.251.12.1.017)

IIS HARDIANTI (PO.71.3.251.12.1.018)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


MAKASSAR
JURUSAN FARMASI
2015
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI

PT. BIO FARMA

Menyetujui,

Pembimbing Supervisi, Pembimbing Supervisi,

(DR. H. Ashari Asyikin, S.Farm, M.Kes) (DR. Hj. Nurisyah, M.Si, Apt)

NIP: 19660929 198703 1 002 NIP: 19650531 198603 2 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Farmasi

(Drs. Rusli, Sp.FRS, Apt)

NIP: 19670506 199703 1 002


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat-Nya

sehingga Laporan Praktek Kerja Lapangan Indutri ini dapat kami selesaikan.

Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah

membantu selama proses penyusunan laporan serta berbagai sumber yang

kami gunakan sebagai pedoman dalam penyusunan laporan.

Laporan ini bertujuan menjelaskan bagaimana pelaksanaan sistem

penanganan bahan di pabrik PT Bio Farma sehingga dapat memberikan

manfaat bagi mahsiswa farmasis.

Kami sangat menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang

sifatnya membangun demi penyempurnaan laporan PKL ini dan kami juga

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Rusli, Sp.FRS, Apt, selaku Ketua Jurusan Farmasi Politeknik

Kesehatan Kemenkes Makassar.

2. Pihak PT. Bio Farma yang telah mengizinkan untuk mengunjungi PT.

Bio Farma sehingga kami dapat melihat secara langsung hal-hal yang

dilakukan dalam produksi vaksin

3. Bapak Dr. H. Asyhari Asyikin, M.Kes dan Ibu Dra. Hj. Nurisyah

Asyhari, M.Si, Apt selaku pembimbing supervisi.

4. Staf Tata Usaha yang telah membantu administrasi dalam praktek kerja

lapangan ini.

Makassar, 30 Maret 2015

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii

DAFTAR ISI ............................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................1

B. Tujuan Praktek Kerja Lapangan............................................................ 2

C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ........................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Sejarah Perusahaan................................................................................4

B. Quality control dan WHO Praqualification .........................................9

C. Perbedaan Vaksin dan Anti Sera............................................................10

D. Cara Kerja Vaksin dan Anti Sera ........................................................ 11

E. Produk Produk Vaksin PT. Bio Farma Indonesia..............................11

BAB III KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN INDUSTRI............27

BAB IV PEMBAHASAN .....................................................................................28

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................34

B. Saran..................................................................................................37

LAMPIRAN .....................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum harus di wujudkan

sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagai mana di maksudkan dalam

pembangunan UUD 1945 melalui pembangunan Nasional yang

berkesinambungan.

Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari pembangunan Nasional

bertujuan untuk mempertinggi derajat kesehatan termasuk dalam penyediaan

obat-obatan dalam rangka peningkatan kualitas dan taraf hidup serta kecerdasan

dan kesejahteraan pada umumnya.

Pendidikan tenaga kerja kesehatan merupakan bagian dari pembangunan

nasional dibidang kesehatan yang diharapkan untuk mendukung upaya

pencapaian derajat kesehatan masyarakat secara optimal.

Salah satu institusi tenaga kesehatan yang menyediakan tenaga kesehatan

khusunya dibidang farmasi adalah politekhnik kesehatan kementerian kesehatan

Makassar untuk menghasilkan tenaga kesehatan di bidang farmasi yang mampu

bekerja dengan system pelayanan kesehatan secara terpadu.

Untuk menghasilkan tenaga kesehatan di bidang farmasi tersebut, maka

perlu dilakukan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas maupun kuantitas.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah pemberian pengalaman kerja kepada

peserta didik melalui latihan kerja secara nyata yang disebut praktek kerja
lapangan.Dengan adanya PKL diharapkan siswa mampu berkomunikasi didunia

kerja agar dapat mengetahui permasalahan dilapangan pekerjaan dan cara

mengatasinya.

Praktek Kerja Lapangan adalah suatu proses pembelajaran pada unit kerja

secara nyata, serta peserta didik mendapat gambaran dan pengalaman kerja

secara langsung dan menyeluruh. Sehingga peserta didik dapat mengaplikasikan

secara nyata pengetahuan dan keterjampilan yang diperoleh di ruang kuliah.

Sebagai calon tenaga kesehatan, peserta didik jurusan farmasi politekhnik

kesehatan kementerian kesehatan Makassar diharapkan mengetahui berbagai

kegiatan terpadu meliputi bidang produksi, distribusi, pelayanan dan pengawasan

sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya.

Berdasarkan hal tersebut, jurusan farmasi politeknik kesehatan kementerian

kesehatan Makassar sebagai salah satu institusi pendidikan tenaga kesehatan

menyelenggarakan praktek kerja lapanagan dalam haal ini mengadakan

kunjungan ke industri-industri yang berkaitan dengan profesi farmasi salah

satunya adalah PT.Biofarma.

B. Tujuan Praktek Kerja Lapangan

1. Dapat menghasilkan tenaga farmasi yang mampu bekerja dalam sistem

pelayanan kesehatan masyarakat khususnya dalam bidang farmasi.

2. Meningkatkan, memperluas dan keterampilan yang membentuk kemampuan

peserta didik sebagai bekal untuk memasuki dunia kerja yang sesuai dengan

program pendidikan.
3. Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mendapatkan pengalaman

kerja secara nyata dan sebenarnya.

4. Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk memasyarakatkan diri

pada suasana lingkungan kerja yang sebenarnya.

5. Menumbuh kembangkan dan memantapkan sikap professionalism pada

peserta didik yang sangat diperlukan untuk memasuki lapangan kerja.

6. Memperoleh masukan dan umpan balik guna memperbaiki dan

mengembangkan sertameningkatkan penyelenggaraan pendidikan di jurusan

farmasi politekhnikkesehatan kementerian kesehatan makassar.

C. Waktu dan Tempat pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan

Praktek kerja lapangan ini dilaksanakan pada tanggal 11 Februari 2015 di

PT.Bio Farma Bandung.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sejarah Perusahaan

PT Bio Farma (Persero) adalah BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang

sahamnya dimiliki sepenuhnya oleh pemerintah. Bio Farma adalah satu-satunya

produsen vaksin bagi manusia di Indonesia dan terbesar di Asia Tenggara yang

selama ini telah mendedikasikan dirinya dalam rangka memproduksi vaksin dan

anti sera berkualitas internasional. Produksi vaksin dan anti sera ini diproduksi

untuk turut serta mendukung program imunisasi nasional dalam rangka

mewujudkan masyarakat Indonesia dengan kualitas derajat kesehatan yang lebih

baik.

Bio Farma berdiri dengan nama Parc Vaccinogenepada tanggal 6 Agustus

1890 berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Hindia Belanda Nomor 14 tahun

1890 di Rumah Sakit Militer Weltevreden, Batavia yang saat ini telah berubah

fungsi menjadi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto (RSPAD

Gatot Soebroto), Jakarta. Perusahaan mengalami pergantian nama dengan Parc

Vaccinogene en Instituut Pasteur. Perusahaan kembali mengalami perubahan

nama dengan Landskoepoek Inrichting en Instituut Pasteur.

Pada tahun 1923 Bio Farma mulai menempati lokasi di Jalan Pasteur No. 28

Bandung yang dipimpin oleh L. Otten. Saat penjajahan Jepang, Bio Farma

berganti nama kembali dengan Bandung Boeki Kenkyushoo yang dipimpin


oleh Kikuo Kurauchi. Perusahaan kembali berganti nama dengan Gedung Cacar

dan Lembaga Pasteur. Perusahaan ini dipimpin oleh R. M. Sardjito yang

merupakan Pemimpin Indonesia pertama. Pada saat kepemimpinan R. M.

Sardjito, lokasi sempat dipindahkan ke daerah Klaten.

Pada masa Agresi Militer, saat Bandung kembali diduduki oleh Belanda.

Perusahaan kembali berganti nama menjadi Landskoepoek Inrichting en

Instituut Pasteur. Perusahaan kembali berganti nama menjadi Gedung Cacar

dan Lembaga Pasteur yang merupakan salah satu jawatan dalam lingkungan

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pada masa nasionalisasi

kepemilikan perusahaan Belanda di Indonesia. Perusahaan kemudianberganti

nama kembali menjadi Perusahaan Negara Pasteur. Perusahaan lebih dikenal

dengan nama PN. Pasteur.

Perusahaan kembali mengubah nama menjadi Perusahaan Negara Bio

Farma atau lebih dikenal dengan nama PN. Bio Farma. Berdasarkan Peraturan

Pemerintah No. 26 tahun 1978, perusahaan mengubah nama menjadi Perusahaan

Umum Bio Farma yang lebih dikenal dengan nama Perum Bio Farma.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1997, nama perusahaan kembali

berubah dari Perum Bio Farma menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) atau

lebih dikenal dengan nama PT Bio Farma (Persero) sampai dengan saat ini.

Bio Farma senantiasa melakukan inovasi di berbagai bidang dengan

mengacu pada standar internasional dan sistem manajemen mutu terkini. Sejak

tahun 1997, produk Bio Farma merupakan salah satu dari sekitar 23 produsen
vaksin di dunia yang telah mendapatkan Prakualifikasi WHO. Bio Farma juga

telah mendapatkan sertifikasi CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) dari

Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), Sistem Manajemen Mutu ISO

9001 : 2008, ISO 14001 : 2004, dan OHSAS 18001 : 2007. Atas hasil kerja

keras, dedikasi dan loyalitas yang tinggi dari 900-an karyawan perusahaan dalam

mewujudkan produsen vaksin yang berstandar internasional.

Saat ini, PT. Bio Farma beroperasi di dua lokasi yang berbeda, yaitu Jalan

Pasteur No. 28 Bandung dengan luas lahan 91.058 m2 yang digunakan untuk

fasilitas Produksi, Penelitian dan Pengembangan, Pemasaran, serta Administrasi.

Sedangkan lokasi kedua berada di Cisarua, Lembang, Kabupaten Bandung Barat

dengan luas lahan 282.441 m2 yang digunakan untuk pengembangbiakan dan

pemeliharaan hewan laboratorium. Untuk mendukung kelancaran operasional,

perusahaan memiliki juga Kantor Perwakilan di Gedung Arthaloka Lt. 3

Jalan Jendral Sudirman No. 2, Jakarta.

Sejak tahun 90an, Bio Farma telah memenuhi kebutuhan vaksin dunia.

Ekspansi Bio Farma di pasar global cukup membanggakan. Hingga 2012, Bio

Farma telah merambah ke- 127 negara di seluruh dunia. Bio Farma adalah

satu-satunya negara ASEAN dan negara-negara Islam di dunia yang lolos dari

persyaratan utama badan dunia kesehatan. Produk-produk vaksin Bio Farma

diterima di pasar internasional dan didistribusikan melalui UNICEF sejak

1999. Diantara produk-produk yang telah memperoleh sertifikasi WHO

tersebut, antara lain: vaksin Polio, Campak, DPT, TT, DT, dan DTP-HB.
Untuk dapat menjadi pemain global bukan perkara mudah. Selain menjaga

komunikasi intens dengan lembaga-lembaga dunia, Bio Farma mematuhi

persyaratan pemasaran di tingkat internasional yang etrgolong rumit dan melalui

proses panjang. Bio Farma terlebih dahulu harus lolos prakualifikasi (PQ)

kualitas produk dan sistem manajemen mutu yang diakui oleh Badan Kesehatan

Dunia (World Health Organization/WHO). Selain lolos proses prakualifikasi,

sebuah produk vaksin bisa dipasarkan di level internasional jika memenuhi

persyaratan edar (registrasi) yang ditentukan oleh setiap Badan Otoritas Obat di

negara tujuan ekspor.

Tidak berhenti di pasar yang sudah ada, Bio Farma kini mengembangkan

pasar baru. Seperti saat ini Bio Farma telah mensuplai vaksin ke Belgia dan

Perancis. Bio Farma memanfaatkan agen international yang juga berperan

sebagai agen marketing intelijen. Tahun 2014 Bio Farma akan terjun langsung

bekerjasama dengan mereka untuk bersama sama mencari pasar di Vietnam.

Untuk strategi perluasan pasar, ada beberapa langkah yang dijalankan.

Pertama, meneguhkan persyaratan nasional dan international berkaitan dengan

mutu, fasilitas produksi, proses produksi hingga produk itu sendiri. Kedua,

memperbarui persyaratan prakualifikasi dari WHO karena regulasi di dunia

terus berkembang. Ketiga, agar mencapai hubungan internasional yang lebih

baik, Bio Farma terlibat dalam organisasi-organisasi internasional yang memiliki

peran dalam menentukan kebijakan. Direktur Pemasaran Bio Farma terpilih

menjadi Presiden di Developing Country Vaccine Manufacturer (DCVM) sejak


tahun 2002. DCVM merupakan organisasi gabungan produsen vaksin di negara

berkembang, lebih dari 30 negara. Dari DCVM , Bio Farma berhasil

menggalang kerjasama strategis antarnegara produsen vaksin berupa

pengadaan bibit dan transfer teknologi yang dipayungi dengan perjanjian-

perjanjian khusus.

Seperti diketahui, persaingan antarprodusen vaksin dunia tergolong ketat .

Diantara produsen-produsen vaksin dunia, Bio Farma termasuk perusahaan

menengah, baik dari ukuran bisnis maupun jangkauan pasarnya. Namun, jika

dilihat di kawasan Asia Tenggara, Bio Farma merupakan perusahaan farmasi

paling besar saat ini

Sejak 1999 Bio Farma juga memasarkan produk yaitu vaksin polio melalui

WHO atau UNICEF . Selain itu Bio Farma juga menjalin kerjasama dengan

Heatlh American Organization yang bertempat di New York Amerika Serikat,

Bill Gates & Melinda Gates Foundation (pendiri Microsoft) untuk memasok

vaksin vaksin yang dibutuhkan untuk disebar di daerah seperti Afrika, dan

juga distribusi vaksin untuk bantuan ke Jepang, Perancis, dan lain-lainnya.

Selain produk akhir vaksin, Bio Farma juga melayani produk bulk

(Intermediate product of vaccine) untuk diformulasi lebih lanjut

menjadi finished product(vaksin). Sebanyak 17 produk vaksin yang telah

dipasarkan, antara lain: Trivalent Oral Poliomyelitis Tipe 1 (mOPV-1), Bivalent

Oral Poliomyelitis Tipe 1 & tipe 3 (bOPV tipe 1 & tipe 3), Campak kering,

Hepatitius B Rekombinan, TT, Bio TT, DT, DTP, Td, DTB-


HB, bulk Polio, bulk Dipteri, bulk Tetanus, Bulk Campak, bulkPartusis,

dan bulk TD. Selain produk jadi, Bio Farma juga memasuk bahan baku yang

terus diolah dan diproduksinya. Adapun negara yang membelinya, antara lain:

India, Bangladesh, Pakistan (tetanus), Mesir, dan Thailand.

B. Quality control dan WHO Praqualification

Bio Farma melakukan berbagai prosedur pengawasan mutu (Quality

Control) dan menjamin mutu produk (Qualityy Assurance) secara konsisten dan

berkesinambungan. Prosedur pengawasan dan jaminan mutu ini dipantau secara

kontinyu oleh National Control Authority (NCA) yang diakui oleh WHO atau

biasa dikenal sebagai Badan POM (BPOM) di Indonesia perusahaan telah

menyusun roadmap dalam rangka mendukung riset dan pengembangan vaksin

masa depan. Roadmap ini pun diharapkan dapat mewujudkan vaksin terjangkau

dalam mendukung program Dekade Vaksin 2020 dengan melakukan beberapa

riset dan pengembangan vaksin unggulan quick win, yaitu Pentavalent, vaksin

Rotavirus, vaksin S-IPV, serta beberapa kandidat vaksin lain yang masih dalam

tahap proof of concept. Bio Farma merupakan salah satu dari 30 produsen vaksin

di dunia yang telah mendapatkan Prakualifikasi Who (Who Praqualification), dan

sejak tahun 1997 mulai melakukan ekspor yang tersebar di sekitar 117 negara di

berbagai belah dunia.


C. Perbedaan Vaksin dan Anti Sera

Vaksin berasal dari bahasa latin vacca (sapi) dan vaccinia (cacar

sapi). Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan

kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau

mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme alami atau liar.

Vaksin dapat berupa galur virus atau bakteri yang telah dilemahkan sehingga

tidak menimbulkan penyakit. Vaksin dapat juga berupa organisme mati atau

hasil-hasil pemurniannya (protein, peptida, partikel serupa virus, dsb.).

Vaksin akan mempersiapkan sistem kekebalan manusia atau hewan untuk

bertahan terhadap serangan patogen tertentu, terutama bakteri, virus, atau toksin.

Vaksin juga bisa membantu sistem kekebalan untuk melawan sel-sel degeneratif

(kanker).

Pemberian vaksin diberikan untuk merangsang sistem imunologi tubuh

untuk membentuk antibodi spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari

serangan penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin. Ada beberapa jenis vaksin.

Namun, apa pun jenisnya tujuannya sama, yaitu menstimulasi reaksi kekebalan

tanpa menimbulkan penyakit.

Anti serum secara definisi adalah suatu cairan tubuh yang mengandung

sistem kekebalan terhadap suatu kuman yang apabila dimasukkan ke dalam

tubuh seseorang, maka orang tersebut akan mempunyai kekebalan terhadap

kuman yang sama (imunitas pasif red). Fungsi utama serum adalah mengobati

suatu penyakit yang diakibatkan oleh kuman.


D. Cara Kerja Vaksin dan Anti Sera

Mana yang dapat kita pilih untuk pembentukan sistem kekebalan tubuh?

Tergantung kondisi dan keadaan. Jika kita menginginkan pencegahan terhadap

suatu penyakit, maka kita boleh memilih vaksin. Namun apabila kita telah

terkena oleh suatu penyakit, maka kita pilih serum. Akan tetapi apabila kita

hanya menggunakan serum, maka sifatnya hanya mengobati dan tidak

meninggalkan imunitas terhadap penyakit yang diobatinya.Jadi, kemungkinan

besar kita akan bisa terkena penyakit yang sama berulang kali. Oleh karena itu,

selain pemberian serum apabila tubuh kita sudah sembuh dari penyakit segeralah

lakukan vaksinasi.

E. Produk Produk Vaksin PT. Bio Farma Indonesia

Adapun produk-produk vaksin yang diproduksi oleh PT. Bio Farma

Indonesia yaiu :

1. Vaksin virus

a. Vaksin.Influenza.Ha

Vaksin influenza HA merupakan suspensi jernih atau sedikit

berwarna keputihan (slightly turbid), mengandung haemagglutinin dari

antigen virus influenza. Vaksin influenza HA berupa suspensi yang

diberikan untuk injeksi.


Catatan : Vaksin ini bersifat musiman, strain yang diproduksi disesuaikan

dengan rekomendasi WHO untuk Northern Hemisphere.

Komposisi : Tiap dosis vaksin (0,5 mL) mengandung strain : A / H1N1

15 g HA , A / H3N2 15 g HA, B 15 g HA, Thimerosal 4

Indikasi : Vaksin direkomendasikan untuk pencegahan terhadap penyakit

yang ditimbul- kan oleh virus influenza pada orang yang

beresiko tinggi.

Cara kerja obat : Merangsang tubuh membentuk antibodi untuk memberi

perlindungan terhadap in- feksi penyakit influenza.

Posologi : - Vaksin influenza dapat diberikan kepada orang sehat usia 12

tahun keatas.

- Diberikan 0,5 mL per dosis secara intramuskular pada otot

deltoid.

- Karena secara alami, influenza bersifat musiman, pemberian

vaksin direko- mendasikan sekali dalam setahun.

Efek Samping : Pada individu tertentu dapat menyebabkan keluhan

ringan, yang pada umumnya akan hilang setelah 1-2

hari setelah pengobatan, seperti : reaksi lokal ; nyeri dan

kemerahan pada lokasi suntikan, reaksi sistemik :

demam, nyeri otot, kelelahan.


Kontraindikasi : Vaksin tidak boleh digunakan pada keadaan berikut :

- Alergi telur, protein ayam atau komponen vaksin


- Pada kasus demam tinggi, kejang-kejang atau
infeksi akut , vaksinasi harus ditunda.
Interaksi obat : Respon imunologi bisa tidak timbul pada pasien dalam
pengobatan imunosupresif. Untuk menghindari
kemungkinan interaksi dengan beberapa produk obat,
penggunaan obat lain hendak nya dikonsultasikan
kepada dokter
Penyimpanan : - FLUBIO (Vaksin Influenza HA) harus disimpan pada
suhu antara +2C s/d+8C.
- Hindarkan dari sinar matahari lang- sung.
- Jangan dibekukan
- Masa daluarsa 12 bulan.
Penggunaan vaksin dalam vial dosis ganda yang sudah dibuka :
Vaksin Influenza HA dalam kemasan vial dosis ganda yang telah
diambil satu dosis atau lebih untuk imunisasi dapat disimpan dan
digunakan untuk sesi imunisasi berikutnya sampai dengan 4 minggu, jika
semua kondi- si yang dipersyaratkan dipenuhi.
b. Vaksin.campak
Vaksin campak adalah vaksin virus hidup yang dilemahkan,
merupakan vaksin beku kering berwarna kekuningan pada vial gelas,
yang harus dilarutkan hanya dengan pelarut vaksin campak kering
produksi PT Bio Farma yang telah disediakan secara terpisah. Vaksin
campak ini berupa serbuk injeksi.

Komposisi : Tiap dosis (0,5 mL) vaksin yang sudah dilarutkan


mengandung:
Zat.aktif.;
Virus Campak strain CAM 70 tidak kurang dari 1.000
CCID50*
* CCID50 = Cell Culture Infective Dose 50
Zat tambahan:
Kanamisin sulfat tidak lebih dari 100 mcg
Eritromisin tidak lebih dari 30 mcg
Pelarut mengandung :
Air untuk injeksi
Indikasi : Vaksin digunakan untuk pencegahan terhadap penyakit
campak.
Cara kerja obat : Merangsang tubuh membentuk antibodi untuk memberi
perlindungan terhadap infeksi penyakit campak.
Posologi : - Vaksin dilarutkan dengan pelarut vak- sin campak kering
produksi PT Bio Farma sebanyak 5 mL pada setiap vial.
- 10 dosis dan 10 mL pada setiap vial 20 dosis.
- Imunisasi campak terdiri dari satu dosis tunggal 0,5 mL
disuntikan secara subkutan pada lengan bagian atas setelah
dilarutkan dengan pelarutnya, diberikan pada anak umur 9
bulan.
- Dalam keadaan wabah imunisasi dapat diberikan mulai
umur 6 bulan disusul dengan suntikan ulangan 6 bulan
kemudian dengan 1 dosis 0,5 mL secara subkutan.
Efek samping : Vaksin campak dapat mengakibatkan sakit ringan dan
bengkak pada lokasi suntikan, yang terjadi 24 jam setelah
vaksinasi. Pada 5-15 % kasus terjadi demam (selama 1-2
hari), biasanya 8-10 hari setelah vaksinasi. Pada 2 %
terjadi kasus kemerahan (selama 2 hari), biasanya 7-10
hari setelah vaksinasi. Kasus ensefalitis pernah
dilaporkan terjadi (perbandingan 1/1.000.000 dosis),
kejang demam (perbandingan 1/3000 dosis ).
Kontraindikasi : - Terdapat beberapa kontraindikasi pada pemberian
vaksin campak. Hal ini sangat penting, khususnya untuk
imunisasi pada anak penderita malnutrisi.
- Vaksin ini sebaiknya tidak diberikan bagi; orang yang
alergi terhadap dosis vaksin campak sebelumnya, wanita
hamil karena efek vaksin campak terhadap janin belum
diketahui; orang yang alergi berat terhadap kanamisin
dan eritromisin, anak dengan infeksi akut disertai demam,
anak dengan defisiensi sistem kekebalan, anak dengan
pengobatan intensif yang bersifat imunosupresif, anak
yang mempunyai ke- rentanan tinggi terhadap protein
telur.
Peringatan dan perhatian :
a. Hindarkan vaksin dari sinar matahari langsung karena
vaksin campak sensi- tif terhadap sinar ultraviolet.
b.Vaksin hanya boleh disuntikkan secara subkutan, tidak
boleh secara intravena.
c. Bila anak telah diberikan imunoglobu- lin atau transfusi
darah maka imunisasi harus ditangguhkan paling sedikit
3 bulan.
d.Setelah imunisasi, tes tuberkulin pada anak harus
ditangguhkan sampai 2 bulan karena mungkin terjadi
reaksi negatif palsu.
e. Perhatikan petunjuk pemakaian
Penyimpanan : - Vaksin campak beku kering disimpan pada suhu antara
+2C s/d +8C.
- Vial vaksin dan pelarut harus dikirim bersamaan, tetapi
pelarut tidak boleh dibekukan dan disimpan pada suhu
kamar.
- Vaksin harus terlindung dari cahaya.
- Waktu daluarsa 2 tahun.
- Vaksin campak yang sudah dilarutkan, sebaiknya
digunakan segera, paling lambat 6 jam setelah dilarutkan,
apabila masih bersisa maka harus dimusnahkan.
c. Vaksin Polio Oral (OPV)

Vaksin Polio Oral (OPV) adalah vaksin trivalen yang merupakan

cairan berwarna kuning kemerahan dikemas dalam vial gelas yang

mengandung suspensi dari tipe 1,2, dan 3 virus Polio hidup (strain

Sabin) yang telah dilemahkan. Vaksin Polio Oral ini merupakan suspensi

drops untuk diteteskan melalui droper (secara oral).

Komposisi : Tiap dosis (2 tetes = 0,1 mL) mengandung virus Polio hidup

yang dilemahkan (strain Sa- bin) tipe 1 106.0 CCID50*

tipe 2 105.0 CCID50 tipe 3 105.8 CCID50, zat tambahan :

Eritromisin tidak lebih dari 2 mcg. Kanamisin tidak lebih

dari 10 mcg Sukrosa 35 % (v/v) (sebagai zat penstabil*

CCID50 = Cell Culture Infective Dose 50

Indikasi : Vaksin digunakan untuk pencegahan terhadap Poliomyelitis.

Cara kerja obat : Merangsang tubuh membentuk antibodi terhadap

Poliomyelitis.
Posologi : OPV hanya diberikan secara oral. Diteteskan langsung ke

dalam mulut dari vial dosis ganda melalui droper se- banyak

2 tetes. Hati-hati jangan sampai droper terkon- taminasi

dengan air liur anak yang di vaksinasi. Bayi-bayi sedikitnya

harus mendapat- kan 3 dosis OPV dengan interval wak- tu 4

minggu pada usia 2 bulan. Imunisasi ulangan diberikan 1 dan

3 tahun kemudian ; 1 dosis.

Efek samping : Umumnya tidak terdapat efek sam- ping. Sangat jarang

terjadi kelum- puhan (paralytic poliomyelitis), yang

diakibatkan karena vaksin (perban- dingan 1 / 1.000.000

dosis). Individu yang kontak dengan anak yang telah

divaksinasi, jarang sekali beresiko mengalami lumpuh polio

(paralytic poliomyelitis) akibat vaksi- nasi (perbandingan 1 /

1.400.000 dosis sampai 1 / 3.400.000 dosis). Dan hal ini

terjadi bila kontak belum mempunyai kekebalan terhadap

virus polio atau belum pernah diimunisasi. Sindroma Guillain

Barr.

Kontraindikasi : Apabila sedang mengalami diare, dosis OPV yang

diberikan tidak akan dihitung sebagai bagian dari jadwal

imunisasi, dan harus diulang setelah sembuh. Penderita

leukemia dan disgamma- globulinemia. Anak dengan infeksi


akut yang disertai demam. Anak dengan defisiensi sistem

keke- balan. Anak dalam pengobatan imunosu- presif.

Interaksi obat : Obat yang bersifat imunosupresif.

Peringatan dan perhatian : Harus diberikan secara oral. Pemberian secara

bersama-sama dengan vaksin hidup lainnya harus dilakukan

secara terpisah.

Penyimpanan : Potensi vaksin akan terjaga sampai dengan waktu daluarsa

yang terda- pat pada vial jika disimpan pada suhu tidak lebih

dari -20C. Dan hanya dapat disimpan selama 6 bulan pada

suhu antara +2C dan +8C. Masa daluarsa 2 tahun.

Penggunaan vaksin dalam vial dosis ganda yang sudah dibuka :

Vaksin OPV dalam kemasan vial dosis ganda yang telah

diambil satu dosis atau lebih untuk imunisasi dapat disimpan

dan dapat digunakan untuk sesi imunisasi beri- kutnya sampai

dengan 4 minggu, jika semua kondisi yang dipersyaratkan

dipenuhi.

2. Vaksin Bakteri

a. Vaksin.BCG

Vaksin BCG merupakan vaksin beku kering yang mengandung

Mycobacterium bovis hidup yang dilemahkan (Bacillus Calmette Guerin),

strain Paris.
Komposisi : Tiap ampul vaksin mengandung; Bacillus Calmette

Guerin hidup 1,5 mg. Pelarut mengandung ; Natrium klorida

0,9 % INDIKASI. Vaksin ini digunakan untuk pencegahan

terhadap penyakit tuberkulosa.

Cara kerja obat : Merangsang tubuh membentuk antibodi terhadap

tuberkulosa.

Posologi : Vaksin yang telah dilarutkan diberikan secara intradermal,

sebanyak 0,05 mL untuk bayi dibawah usia 1 tahun.

Kulit tidak boleh dibersihkan dengan antiseptik. Vaksin

dilarutkan dengan menambahkan seluruh isi ampul

pelarut vial vaksin. Seluruh pelet harus terlarut. Sebelum

pemberian suntikan, vaksin yang telah dilarutkan harus

diamati secara visual. Jika tampak benda asing maka vaksin

harus dibuang. Gunakan syringe dan jarum steril untuk setiap

penyuntikan. Vaksin BCG sensitif terhadap sinar

ultraviolet, maka harus dilindungi dari sinar matahari. Jika

setelah dilarutkan tidak segera digunakan maka disimpan

pada suhu antara +2C s/d +8C, selama maksimal 3 jam.

Vaksin hanya boleh dilarutkan dengan pelarut yang telah

disediakan oleh PT. Bio Farma. Jangan gunakan pelarut dari

jenis vaksin lain maupun produsen lain. Air untuk injeksi

juga tidak bisa digunakan. Menggunakan pelarut yang tidak


tepat dapat menyebabkan kerusakan pada vaksin dan reaksi

serius pada pasien. Untuk proteksi maksimum vaksin BCG

diberikan rutin kepada semua bayi segera setelah lahir. Tidak

ada bukti perihal manfaat vaksinasi BCG yang diulang.

Vaksin ini dapat diberikan bersama vaksin DTP, Campak,

Polio (OPV & IPV), Hepatitis B, Haemophilus influenzae tipe

b, yellow fever, pada lokasi penyuntikan yang berbeda, dan

suplemen vitamin A.

Efek samping : Reaksi lokal yang timbul setelah imunisasi BCG adalah

wajar. Suatu pembengkakan kecil, merah, lembut biasanya

timbul pada daerah bekas suntikan, yang kemudian

berubah menjadi vesikel kecil, dan kemudian menjadi sebuah

ulkus dalam waktu 2 - 4 minggu. Reaksi ini biasanya

hilang dalam 2 5 bulan, dan umumnya pada anak-anak akan

meninggalkan bekas berupa jaringan parut dengan diameter 2

10 mm. Jarang sekali nodus dan ulkus tetap bertahan.

Kadang-kadang pembesaran kelenjar getah bening pada

daerah ketiak dapat timbul 2 4 bulan setelah imunisasi.

Sangat jarang sekali pembesaran kelenjar getah

bening tersebut menjadi supuratif. Suntikan yang kurang hati-

hati dapat menimbulkan abses dan jaringan parut.


Kontraindikasi : Defisiensi sistem kekebalan. Individu yang terinfeksi

HIV asimtomatis maupun simtomatis tidak boleh menerima

vaksinasi BCG.

Interaksi obat : Tidak ada interaksi obat.

Penyimpanan : Vaksin BCG beku kering harus disimpan pada suhu antara

+2C s/d +8C. Vaksin dan pelarut harus

ditransportasikan bersamaan. Pelarut tidak boleh dibekukan,

tetapi disimpan pada suhu kamar. Vaksin harus dilindungi

dari cahaya. Masa daluarsa 1 tahun.

Vaksin BCG yang sudah dilarutkan, sebaiknya digunakan

segera, paling lambat 3 jam setelah dilarutkan, apabila masih

bersisa maka harus dimusnahkan

b. Vaksin DT merupakan suspensi koloidal homogen berwarna putih susu

dalam vial gelas, mengandung toksoid tetanus dan toksoid difteri murni

yang teradsorbsi kedalam aluminium fosfat.

Komposisi : Tiap dosis (0,5 mL) mengandung : Zat berkhasiat: Toksoid

difteri murni 20 Lf Toksoid tetanus murni 7,5 Lf Zat

tambahan: Aluminium fosfat 1,5 mg Thimerosal 0,05 mg

Indikasi : Vaksin digunakan untuk pencegahan terhadap difteri dan

tetanus secara simultan pada anak-anak.

Cara kerja obat : Merangsang tubuh membentuk antibodi terhadap difteri

dan tetanus.
Posologi : Vaksin DT direkomendasikan untuk digunakan pada

imunisasi anak-anak usia di bawah 7 tahun, terutama

jika terjadi kontraindikasi terhadap komponen pertusis pada

vaksinasi DTP. Imunisasi primer untuk anak terdiri dari tiga

dosis 0,5 mL disuntikkan secara intramuskular. Suntikan

pertama dan kedua dengan masa antara 4 6 minggu,

suntikan ketiga 6 bulan kemudian. DT dapat diberikan

bersamaan dengan vaksin BCG, Campak, Rubella, Mumps,

Polio (OPV dan IPV), Hepatitis B, Hib, dan Yellow Fever,

pada lokasi penyuntikan yang berbeda. Dapat digunakan

sebagai booster pada usia pra sekolah dan sekolah.

Efek samping : Sakit dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat

sementara, sindroma Guillain Barr dan kadang-kadang

demam.

Kontraindikasi : - Dosis kedua DT jangan diberikan apabila anak

menderita reaksi berat terhadap dosis sebelumnya.

- Hipersensitif terhadap komponen dari vaksin.

Peringatan dan perhatian : Untuk individu berusia 7 tahun atau lebih,

direkomendasikan vaksin jerap khusus untuk dewasa yaitu

vaksin Td.

Penyimpanan : Vaksin Jerap DT harus disimpan pada suhu antara +2 s/d

+8C. Tidak boleh dibekukan. Masa daluarsa 2 tahun.


Penggunaan vaksin dalam vial dosis ganda yang sudah dibuka: Vaksin

DT dalam kemasan vial dosis ganda yang telah diambil satu dosis atau

lebih untuk imunisasi, dapat disimpan dan digunakan untuk sesi imunisasi

berikutnya sampai dengan 4 minggu, jika semua kondisi

yang dipersyaratkan dipenuhi

c. Vaksin DTP merupakan suspensi koloidal homogen berwarna putih susu

dalam vial gelas, mengandung toksoid tetanus murni, toksoid difteri

murni, dan bakteri pertusis yang diinaktivasi, yang teradsorbsi

kedalam aluminium fosfat.

Komposisi : Tiap dosis (0,5 mL) mengandung : Zat berkhasiat : Toksoid

difteri murni 20 Lf Toksoid tetanus murni 7,5 Lf B. pertussis

yang diinaktivasi 12 OU Zat tambahan: Aluminium fosfat 1,5

mg Thimerosal 0,05 mg

Indikasi : Vaksin digunakan untuk pencegahan terhadap difteri, tetanus

dan pertusis (batuk rejan) secara simultan pada bayi dan anak-

anak.

Cara kerja obat : Merangsang tubuh membentuk antibodi terhadap difteri,

tetanus, dan pertusis.

Posologi : Untuk imunisasi dasar diberikan pada umur 2 bulan, dengan

pemberian sebanyak 3 kali @ 0,5 mL secara intramuskular,

dengan masa antara 4-6 minggu. Booster 12 bulan


kemudian dengan dosis 0,5 mL secara intramuskular. Di

daerah endemis dimana pertusis dianggap sebagai ancaman

tersendiri bagi bayi, imunisasi DTP harus diberikan sejak usia

6 minggu, dan 2 dosis selanjutnya diberikan dengan

interval waktu 4 minggu. WHO merekomendasikan, jika

memungkinkan, satu dosis tambahan DTP dapat diberikan

satu tahun setelah dosis primer lengkap.

Efek samping : Biasanya reaksi lokal atau sistemik ringan. Sakit, bengkak

dan kemerahan pada lokasi suntikan disertai demam yang

bersifat sementara, merupakan kasus terbanyak. Kadang-

kadang reaksi berat seperti demam tinggi, iritabilitas dan

histeria dapat terjadi 24 jam setelah imunisasi.

Dilaporkan adanya episode hypotonichyporesponsive. Kejang

karena demam (step) dilaporkan terjadi dengan perbandingan

1 kasus per 12.500 dosis pemberian. Pemberian asetaminofen

pada 4-8 jam setelah imunisasi mengurangi terjadinya

demam.

Kontraindikasi : Dosis kedua DTP jangan diberikan pada individu yang

mengalami reaksi anafilaktik terhadap dosis sebelumnya atau

terhadap komponen vaksin. Hipersensitif terhadap komponen

vaksin. Pada anak-anak yang sedang mengalami batuk, pilek,


demam, dan yang menderita kelainan saraf, mudah

mendapat kejang, asma dan eksim

Defisiensi sistem kekebalan : Individu yang terinfeksi HIV

asimtomatis maupun simtomatis, harus divaksinasi

DTP menurut jadwal yang telah ditetapkan.

Peringatan & perhatian : Jangan diberikan pada anak-anak usia diatas 5

tahun.

d. Vaksin TT merupakan suspensi koloidal homogen berwarna putih susu

dalam vial gelas, mengandung toksoid tetanus murni, teradsorbsi kedalam

aluminium fosfat.

Komposisi : Tiap dosis (0,5 mL) mengandung : Zat berkhasiat: Toksoid

tetanus murni 10 Lf Zat tambahan: Aluminium fosfat 1,5 mg,

Thimerosal 0,05 mg

Indikasi : Vaksin digunakan untuk pencegahan terhadap tetanus dan

perlindungan terhadap tetanus neonatorum pada wanita

usia subur.

Cara kerja obat : Merangsang tubuh membentuk antibodi terhadap

tetanus.

Posologi : Imunisasi TT untuk pencegahan terhadap tetanus/ tetanus

neonatorum terdiri dari 2 dosis primer @ 0,5 mL yang

diberikan secara intramuskular dengan interval 4-6 minggu,

diikuti dengan dosis ke tiga 6 bulan berikutnya.


Vaksin TT dapat diberikan bersamaan dengan vaksin BCG,

Campak, Rubella, Mumps, Polio (OPV atau IPV),

Hepatitis B, Haemophilus Influenzae tipe b, dan Yellow Fever

pada lokasi penyuntikan yang berbeda, serta

suplemen vitamin A

Efek samping : Bersifat ringan dan jarang, seperti sakit dan kemerahan

pada lokasi suntikan yang bersifat sementara, serta kadang-

kadang demam. Aman diberikan selama masa kehamilan.

Kontraindikasi : Reaksi berat terhadap dosis vaksin TT sebelumnya.

Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Imunisasi sebaiknya

tidak diberikan pada keadaan demam atau infeksi akut. Pada

demam ringan (minor afebrile illness) seperti infeksi

ringan pada pernafasan bagian atas, imunisasi dapat

diberikan.

Defisiensi sistem kekebalan : Individu yang terinfeksi HIV

asimtomatis maupun simtomatis, harus divaksinasi

TT menurut jadwal yang telah ditetapkan.


BAB III

KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN INDUSTRI

Setelah melakukan Praktek Kerja Lapangan industri yang bertempat di PT. Bio
Farama, maka terdapat beberapa kegiatan yang telah dilakukan dan diperhatikan
yaitu:
1. Sambutan dari pihak PT. Bio Farma dan perwakilan Kampus Politehnik

Kesehatan Kemenkes Makassar Jurusana Farmasi

2. Pemutaran video atau film Dokumenter Profil industri farmasi PT Bio

Farma

3. Pemaparan materi oleh pihak PT Bio Farma

4. Diskusi dan tanya jawab

5. Melakukan kunjungan dan pengenalan ke Museum PT Biofarma

6. Pengenalan alat sterilisasi yang terdapat di PT. Biofarma

7. Pengenalan ruangan Produksi PT.Biofarma

8. Pengenalan ruangan isolasi hewan uji yang terdapat di PT.Biofarma

9. Pengenalan ke ruangan Quality Ascurance PT. Bio Farma

10. Pengenalan ke ruangan Quality Control PT . Bio Farma

11. Pengenalan alat pengelolahan Limbah PT. Bio Farma


BAB IV

PEMBAHASAN

PT. Bio Farma merupakan pabrik penghasil vaksin dan sera. Vaksin atau sera

terbuat dari kuman virus atau bakteri hidup atau mati, toksoid atau DNA dengan

tambahan bahan tertentu. Bahan baku tersebut dikembangbiakan dalam media dan

pada waktunya digunakan. Selama proses produksi vaksin harus dilakukan dalam

kondisi steril dan suhu tiap-tiap ruangan produksi berbeda beda. Apabila terjadi

kontaminasi/ penyimpangan pada produk selama proses produksi maka proses

produksi harus dihentikan dan dilakukan pemusnahan terhadap produk tersebut..

Masing-masing produk vaksin berbeda-beda cara penyimpanannya. Untuk Vaksin

BCG, Vaksin Tetanus, Vaksin Jerap DP, Vaksin DTP disimpan pada suhu +20 - +80

C. Sementara untuk vaksin virus disimpan pada suhu dibawah +80 C, vaksin oral

polio disimpan pada suhu -200 C dan untuk vaksin Hepatitis B (HBV), vaksi

Influensa disimpan pada suhu +20 - +80 C.

PT. Bio Farma secara singkat memiliki system manajemen dimana dipimpin

oleh seorang direktur utama yang membawahi empat orang direktur. Keempat orang

ini akan mengoordinasikan beberapa divisi yang dipimpin oleh seorang kepala divisi.

Masing-masing kepala divisi membawahi beberapa bagian yang dipimpin oleh

seorang kepala bagian. Masing-masing kepala bagian membawahi beberapa seksi

yang dipimpin oleh masing-masing kepala seksi. Tiap tiap bagian mempunyai

hubungan yang saling menunjang proses produksi dan perusahaan secara umum serta

dituntut untuk bekerja professional agar tidak terjadi salah komunikasi.


Dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan di industri PT. Bio Farma,

rangkaian kegiatan yang dilakukan diawali dengan sambutan dari pihak PT. Bio

Farma dan Perwakilan Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar Jurusana Farmasi.

Dalam sambutan ini, pihak PT. Bio Farma memberikan perhatian yang besar

terhadap kunjungan dari Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar Jurusan Farmasi

begitu pula dengan pihak dari Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar Jurusan

Farmasi yang sangat antusias mengunjungi lahan industri ini. Kemudian dilanjutkan

dengan pemutaran video atau film dokumenter profil industri farmasi PT Bio Farma

serta pemaparan materi dari pihak PT. Bio Farma tentang sejarah, visi dan misi, serta

produk yang di produksi oleh PT Bio Farma yang diakhiri dengan diskusi dan sesi

tanya jawab.

Setelah itu dilanjutkan dengan kunjungan dan pengenalan ke Museum PT Bio

Farma, dimana dalam museum tersebut terdapat beberapa alat-alat yang digunakan

dalam proses pembuatan vaksin cacar, vaksin rabies, vaksin korela, vaksin tifus, anti

bisa ular, vaksin PES (Pesteurellosis), infusion, dan vaksin hepatitis-B vial, serta alat-

alat yang digunakan dalam proses sterilisasi dan peracikan obat.

PT. Bio Farma memiliki alat sterilisasi yang bertujuan agar produk yang

diproduksi Bio Farma khususnya vaksin tetap terjaga kwalitas dan mutu produk .

Dan pada saat proses produksi berlansung maka dalam perusahaan PT. Bio Farma

akan menerapkan proses Quality Assurance untuk mencegah terjadinya kesalahan-

kesalahan yang mungkin dapat terjadi pada saat produk di produksi setelah itu
dilanjutkan pada tahap proses Quality Control agar produk yang dihasilkan tetap

terjaga mutu dan kualitasnya hingga sampai ke produsen.

PT. Bio Farma yang merupakan produsen vaksin dan antisera di dunia serta

satu-satunya di Indonesia, telah berhasil memainkan perannya dalam menyediakan

berbagai vaksin dan antisera untuk keperluan kesehatan umat manusia di dunia.

Vaksin dan antisera PT.Bio Farma telah mencukupi kebutuhan vaksin nasional dan

juga telah diekspor ke lebih dari 130 negara di dunia.

Menghasilkan produk yang berkualitas tinggi dan memenuhi standar Worl

Healt Organization (WHO) telah menjadi fokus dari PT. Bio Farma melalui

Sembilan kebijakan perusahaan yang diterapkan, selain itu PT. Bio Farma juga

menjadikan lingkungan seperti pengolahan limbah serta keselamatan dan kesehatan

kerja bagi karyawan sebagai fokus perusahaan dalam menunjang kinerja perusahaan

berdaya saing global. Oleh karena itu Kegiatan PT. Bio Farma (Persero) meliputi

kegiatan produksi, riset, kerjasama serta pengabdian masyarakat. Sebagai salah satu

perusahaan vaksin dan antisera global, PT. Bio Farma berusaha senantiasa

menghasilkan produk dengan kualitas yang tinggi dan sesuai standar WHO yang

ditunjang aktivitas riset guna mendapatkan produk-produk baru yang sesuai

kebutuhan pasar. Adapun beberapa proses produksi vaksin


Proses produksi vaksin difteri :

Proses produksi vaksin tetanus :


Proses produksi vaksin difteri tetanus :

PT Bio Farma (persero) yang memproduksi vaksin dan antisera memiliki

limbah yang berbeda dengan industri farmasi lainnya. Hal ini dikarenakan vaksin dan

antisera menggunakan bahan baku berupa vaksin dan bakteri dalam proses

produksinya. Limbah dan hasil produksi vaksin dan antisera ini tentunya

mengandung virus dan bakteri yang perlu penanganan berbeda dan baku mutu

limbah yang spesifik. Oleh karena itu dalam perusahaan PT. Bio Farma memiliki

instalasi pengelolahan air limbah unit 1 (IPAL I ) yang berfungsi sebagai tempat

pengelolah limbah vaksin berbasis virus seperti vaksin polio dan campak. Selain itu
pada IPAL I juga digunakan sebagai tempat pengelolahan limbah cair dari bagian

breeding hewan yang berupa darah hewan dan limbah domestic perusahaan fases dan

air seni. Yang menjadi fokus utama dalam pengelolah limbah PT. Bio Farma adalah

bagaiamana perusahaan bisa memastikan mikroorganisme seperti sisa virus dan

bakteri teriknativasi atau mati sehingga tidak membahayakan bagi manusia dan

lingkungan.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

PT Bio Farma (Persero) adalah BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang

sahamnya dimiliki sepenuhnya oleh pemerintah. Bio Farma adalah satu-satunya

produsen vaksin bagi manusia di Indonesia dan terbesar di Asia Tenggara yang

selama ini telah mendedikasikan dirinya dalam rangka memproduksi vaksin dan

anti sera berkualitas internasional.

PT. Bio Farma merupakan pabrik penghasil vaksin dan sera. Vaksin adalah

bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap

suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi oleh

organisme alami atau liar. Anti sera secara definisi adalah suatu cairan tubuh

yang mengandung sistem kekebalan terhadap suatu kuman yang apabila

dimasukkan ke dalam tubuh seseorang, maka orang tersebut akan mempunyai

kekebalan terhadap kuman yang sama (imunitas pasifred). Fungsi utama serum

adalah mengobati suatu penyakit yang diakibatkan oleh kuman. Berdasarkan sifat

kerjanya, sera atau serum sifatnya hanya mengobati dan tidak meninggalkan

imunitas terhadap penyakit yang diobatinya sedangkan vaksin sifat kerjanya

sebagai pencegahan terhadap suatu penyakit tertentu.

Adapun produk-produk vaksin yang diproduksi oleh PT. Bio Farma

Indonesia yaiu :
1. Vaksin virus, seperti ;

Vaksin influenza Ha, merupakan suspensi jernih atau sedikit berwarna

keputihan (slightly turbid), mengandung haemagglutinin dari antigen

virus influenza, strain yang diproduksi disesuaikan dengan rekomendasi

WHO untuk Northern Hemisphere.

Vaksin campak, merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan,

merupakan vaksin beku kering berwarna kekuningan pada vial gelas,

yang harus dilarutkan hanya dengan pelarut vaksin campak kering

produksi PT Bio Farma yang telah disediakan secara terpisah. Vaksin

campak ini berupa serbuk injeksi.

Vaksin Polio Oral (OPV), merupakan vaksin trivalen yang merupakan


cairan berwarna kuning kemerahan dikemas dalam vial gelas yang

mengandung suspensi dari tipe 1,2, dan 3 virus Polio hidup (strain

Sabin) yang telah dilemahkan. Vaksin Polio Oral ini merupakan

suspensi drops untuk diteteskan melalui droper (secara oral).

Vaksin DT, merupakan suspensi koloidal homogen berwarna putih susu


dalam vial gelas, mengandung toksoid tetanus dan toksoid difteri murni

yang teradsorbsi kedalam aluminium fosfat.

2. Vaksin bakteri, seperti :


Vaksin BCG, merupakan vaksin beku kering yang mengandung

Mycobacterium bovis hidup yang dilemahkan (Bacillus

Calmette Guerin).

Vaksin DT, merupakan suspensi koloidal homogen berwarna putih susu

dalam vial gelas, mengandung toksoid tetanus dan toksoid difteri murni

yang teradsorbsi kedalam aluminium fosfat. Vaksin DTP merupakan

suspensi koloidal homogen berwarna putih susu dalam vial gelas,

mengandung toksoid tetanus murni, toksoid difteri murni, dan bakteri

pertusis yang diinaktivasi, yang teradsorbsi kedalam aluminium fosfat.

Vaksin TT merupakan suspensi koloidal homogen berwarna putih susu

dalam vial gelas, mengandung toksoid tetanus murni, teradsorbsi

kedalam aluminium fosfat.

Untuk vaksin BCG, vaksin Tetanus, vaksin DTP disimpan pada suhu +20 -

+80 C. Sementara untuk vaksin virus disimpan pada suhu dibawah +80 C, vaksin

oral polio disimpan pada suhu -200 C dan untuk vaksin Hepatitis B (HBV), vaksi

Influensa disimpan pada suhu +20 - +80 C.

PT. Bio Farma (persero) yang merupakan satu-satunya perusahaan produksi

vaksin dan antisera di Indonesia yang telah masuk tarap perusahaan vaksin dan

antisera internasional dimana pada produksi vaksin dan antisera memiliki limbah

yang berbeda dengan industri farmasi lainnya.


PT. Bio farma dalam menghasilkan produk yang berkualitas tinggi dan

memenuhi standar Worl Healt Organization (WHO) telah menjadi fokus dari

PT. Bio Farma melalui sembilan kebijakan perusahaan yang diterapkan, selain

itu PT. Bio Farma juga menjadikan lingkungan seperti pengolahan limbah serta

keselamatan dan kesehatan kerja bagi karyawan sebagai fokus perusahaan dalam

menunjang kinerja perusahaan berdaya saing global. Oleh karena itu Kegiatan

PT. Bio Farma (Persero) meliputi kegiatan produksi, riset, kerjasama serta

pengabdian masyarakat. Sebagai salah satu perusahaan vaksin dan antisera

global, PT. Bio Farma berusaha senantiasa menghasilkan produk dengan kualitas

yang tinggi dan sesuai standar WHO yang ditunjang aktivitas riset guna

mendapatkan produk-produk baru yang sesuai kebutuhan pasar.

B. Saran

Perlu diadakan pengenalan lebih lanjut mengenai cara produksi vaksin

yang baik dan benar dan juga selama perkunjungan diharapkan agar mahasiswa

lebih aktif dalam bertanya terutama dalm proses produksi, penyimpanan, dan

penggunaan vaksin. Saran kepada pihak PT. Bio Farma agar dalam perkunjungan

selanjutnya kiranya diperkenankkan salahseorang perwakilan mahasiswa untuk

melihat proses produksi vaksin agar mahasiswa dapat lebih mengetahui dan lebih

memahaminya dengan baik


Lampiran

Gambar 1 : Vaksin BCG kering Gambar 2 :

Anda mungkin juga menyukai