Anda di halaman 1dari 21

Praktek Kerja Lapangan

Di Industri PT. Industri Jamu Borobudur


Semarang

Disusun Oleh:

Amalia Rhamadani 1600052 Iga Susanti 1600102


Citra Amalia 1600006 Khoyriil Muttiin 1600012
Dinda Sri Hastuti 1600062 Merna Harlina 1600082
Dian Julianda Sari 1600061 Royana B Sitanggang 1600104
Dhita Putri Shiea 1600053 Siti Aminah 1600043
Sam’an Satri 1600091 Sherly Maysuri 1600082

Program Studi DIII Farmasi


Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau
April 2019
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ........................................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Tujuan Praktek Kerja lapangan ..................................................................... 2

1.3 Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ........................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3

2.1Tinjauan Umum PT. Industri Jamu Borobudur.............................................. 3

2.1.1 Sejarah PT. Industri Jamu Borobudur .................................................... 3

2.1.2 Visi dan Misi PT. Industri Jamu Borobudur .......................................... 4

2.1.3 Lokasi dan Bangunan PT. Industri Jamu Borobudur ............................. 4

2.1.4 Produk-Produk PT. Industri jamu Borobudur ........................................ 6

2.1.5 Tahapan ekstraksi di PT. Industri Jamu Borobudur ............................... 7

2.1.6 Pengawasan Mutu PT. Industri Jamu Borobudur .................................. 7

2.1.7 Analisis In Process Control .................................................................. 10

2.1.8Analisis Mikrobiologi PT. Industri Jamu Borobudur ........................... 11

2.1.9Analisa Kimia – Fisika PT. Industri Jamu Borobudur .......................... 12

2.2 Tinjauan Khusus PT. Industri Jamu Borobudur .......................................... 15

2.2.1 Peralatan-peralatan Laboratorium PT. Industri Jamu Borobudur ........ 15

2.2.2 Pengolahan Limbah PT. Industri Jamu Borobudur .............................. 17

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 18

3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 19

i
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Industri farmasi merupakan penentu dalam ketersediaan obat, obat

tradisional dan kosmetik dimana industri farmasi berperan dalam memproduksi,

dan mendistribusikan Obat, obat tradisonal dan kosmetik untuk dapat memenuhi

kebutuhan pasar dan masyarakat.Industri farmasi adalah salah satu lapangan kerja

bagi Ahli Madya Farmasi yang merupakan suatu badan usaha yang memiliki izin

dari Menteri kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan

obat.

Di Indonesia, setiap hal yang dapat mempengaruhi mutu dari produk

tersebut diatur dalam Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), Cara Pembuatan

Tradisional yang Baik (CPOTB),dan Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik

(CPKB). CPOB,CPOTB, dan CPKB merupakan pedoman yang bertujuan untuk

menjamin obat dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan

dan sesuai dengan tujuan penggunannya.

Agar dapat memperoleh derajat kesehatan yang optimal, maka kita dapat

memanfaatkan tanaman obat yang dikemas dalam bentuk jamu atau obat

tradisional maupun disintesis menjadi suatu obat jadi sebagai solusi masalah

kesehatan. Oleh karena itu, industri obat tradisional selaku produsen obat

tradisional dituntut untuk menghasilkan obat tradisional yang aman (safe), manjur

(effective) dan bermutu (quality) dengan harga terjangkau bagi masyarakat.

Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan

tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran
dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan

berdasarkan pengalaman.Berdasarkan Peraturan Kepala Badan POM RI

NO.HK.00.05.41.1384, Obat Bahan Alam Indonesia dikelompokkan menjadi

beberapa tingkatan, yaitu Jamu, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka. Jamu

adalah obat tradisional Indonesia yang belum dilakukan uji pra klinik maupun

klinik, sedangkan obat herbal terstandar adalah sediaan obat bahan alam yang

telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji pra klinik dan

bahan bakunya telah terstandarisasi dan Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan

alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji pra

klinik dan uji klinik, serta bahan baku dan produk jadinya telah distandarisasi.

Dikarenakan banyak para mahasiswa yang belum mengetahui potensi atau

peluang kerja farmasi, maka diadakanlah kunjungan ke beberapa industri.

1.2 Tujuan Praktek Kerja lapangan

1. Memperluas pengetahuan mahasiswa terhadap obat tradisional

2. Mengetahui cara pembuatan obat tradisional

3. Mendorong mahasiswa untuk minat dalam perkembangan obat

tradisional

1.3 Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan

1. Tempat Pelaksanaan

Kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini dilakukan ke PT. Industri

Jamu Borobudur di Jalan Wali Songo KM 10, Semarang.

2. Tanggal dan Waktu Pelaksanaan

Kunjungan Industri ke PT. Industri jamu Borobudur dilaksanakan

pada hari selasa tanggal 2 April 2019.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Umum PT. Industri Jamu Borobudur

2.1.1 Sejarah PT. Industri Jamu Borobudur

1. 29 April 1979 - Mulai berdiri dari Home Industry dengan

memproduksi bentuk sediaan Pil

2. Tahun 1989 - Mulai memproduksi bentuk Sediaan Kapsul, Tablet,

Cream, CairanObat Luar, Serbuk Seduhan

3. Tahun 1996 - Menempati lokasi yang lebih luas di Jl. Hasanudin No.

1Semarang.

4. Tahun 2003 - Mendirikan Borobudur Extraction Center di Jl.

Walisongo Km. 10Semarang.

5. Tahun 2004 - Memperoleh Sertifikat CPOTB untuk Sediaan Tablet,

Pil, Cream,Kapsul, Cairan Obat Luar, Serbuk Seduhan,.

6. Tahun 2005 - Borobudur Extraction Center mulai beroperasi dan

memproduksiEkstrak Kental dan Ekstrak Kering.. Memperoleh

sertifikat ISO 9001 : 2000Quality Management System.

7. Tahun 2010 - Melakukan penambahan High Concentrator dan Liquid-

LiquidExtraction untuk Borobudur Extraction Center. Memperoleh

Sertifikat CPOTBuntuk Sediaan Ekstrak Kental dan Ekstrak Kering.

Sertifikat ISO 9001 : 2000diupgrade menjadi ISO 9001 : 2008

3
8. 2012

• Melakukan penambahan High Concentrator dan Liquid-Liquid

Extraction untuk Borobudur Extraction Center.

• Memperoleh Sertifikat CPOTB untuk Sediaan Ekstrak Kering.

• Sertifikat ISO 9001 : 2000 diupgrade menjadi ISO 9001 : 2008

• Sertifikat Halal dari LPOM MUI untuk sediaan ekstrak

9. 2016- Sertifikat Halal dari LPOM MUI untuk sediaan Tablet, Pil,

Cream, Kapsul, Cairan Obat Luar, Serbuk Seduhan

10. 2017-Resertifikasi Halal EkstrakUpgrade ISO 9001:2015

2.1.2 Visi dan Misi PT. Industri Jamu Borobudur

Visi

Menjadi Perusahaan Penghasil Produk Herbal yang Memberikan

Solusi terhadap Masalah Kesehatan

Misi

Menyediakan Produk yang Aman, Berkhasiat, Lengkap, Merata

dan Harga Terjangkau Melalui Manusia, Inovasi dan Teknologi.

2.1.3 Lokasi dan Bangunan

Pabrik PT. Industri Jamu Borobudur bagian produksi sediaan berlokasi di

Jalan Hasanudin nomor 1 Semarang, Jawa Tengah. Bangunannya memilikiluas

total 7.302 m2 yang berdiri di atas lahan seluas 24.341 m2 dan terdiri atastiga

lantai mencakup kantor, prasarana produksi dan prasarana pendukung.

4
 Lantai pertama terdiri dari beberapa area, yaitu :

1. Kantor (ruang direktur, ruang manager, ruang staff, ruang administrasi, ruang

R&D, ruang tamu dan ruang meeting)

2. Prasarana produksi :

a. Kelas E (produksi : pil, kapsul, kaplet, cream, seduhan, cairan obatluar;

pengemasan primer; ruang In Process Control / IPC; Work InProcess /

WIP)

b. Kelas F (pengemasan sekunder, gudang bahan baku dan bahankemasan I)

3. Prasarana pendukung :

a. Pengolahan limbah

b. Pengolahan air RO

c. Lapangan parker

d. Dapur

e. Kantin

f. Toilet

g. Ruang laundry

h. Ruang istirahat

i. Ruang ganti

j. Musholla

 Lantai kedua terdiri dari :

1. Kantor (ruang R&D, ruang QC dan ruang meeting)

2. Prasarana produksi :

5
a. Kelas E : produksi serbuk seduhan, cairan obat luar, granul

kaplet,pengemasan primer, WIP, ruang Fluid Bed Drier dan filling

kapsulmanual

b. Kelas F : gudang bahan kemas II

2.1.4 Produk-Produk PT. Industri jamu Borobudur

No. Gambar Nama Produk

1. Mastin

2. Tulak

3. Niran

4. Kenis

5. Bilon

6
2.1.5 Tahapan ekstraksi di PT. Industri Jamu Borobudur

PT. Industri Jamu Borobudur menggunakan mesin berteknologi canggih

buatan Jerman, menggunakan 3 tahapan dalam proses ekstraksi yaitu Perkolasi,

Evaporasi, dan Drying.

1. Perkolasi bertujuan untuk mengambil sari atau kandungan bahan aktif

dari rempah-rempah dengan menggunakan pelarut yang sesuai

sehingga didapat ekstrak cair.

2. Setelah proses perkolasi maka dilanjutkan dengan proses Evaporasi

yang bertujuan untuk menguapkan pelarut dan mengentalkan ekstrak

cair menjadi ekstrak kental.

3. Ekstrak kental dari proses evaporasi kemudian dikeringkan di mesin

Vacuum Belt Dryer (VDB) sehingga menjadi ekstrak kering berbentuk

granul-granul. Ekstrak kering ini nantinya akan diproses menjadi

berbagai bentuk sediaan obat tradisional seperti kapsul dan tablet.

2.1.6 Pengawasan Mutu PT Industri Jamu Borobudur

Pengawasan mutu (QC) merupakan bagian yang paling penting dalam

pelaksanaan CPOTB (Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik) di industri

obat tradisional, karena bagian inilah yang bewenang untuk meluluskan atau

menolak bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk jadi. Sehingga

produk yang dihasilkan selalu dapat memenuhi syarat mutu yang telah ditetapkan

melalui serangkaian pengujian dan penanganan.Syarat mutu tersebut adalah

7
spesifikasi, identitas dan karakteristik yang telahditetapkan.

Kegiatan QC mencakup pemeriksaan bahan awal, pemeriksaan dalam

proses / In Prcocess Control (IPC) serta pemeriksaaan mikrobiologi dan

lingkungan.Pemeriksaan bahan awal dilakukan setiap terdapat barang

datang.Selain itu, QC juga berperan dalam pemilihan supplier yaitu dengan

melakukan pengujian sampel yang ditawarkan oleh supplier untuk mengetahui

kesesuaian dengan spesifikasi yang ditetapkan dalam Certificate of Analysis

(CoA) maupun standar yang telah ditetapkan.

Departemen quality control dilengkapi dengan 2 laboratorium utama

yaitu Laboratorium FisKim dan Laboratorium Mikro yang memastikan seluruh

produk yang dihasilkan memenuhi standard kualitas.

Pengawasan dalam proses (IPC) merupakan pengawasan yang

dilaksanakan selama proses produksi berlangsung. IPC bertujuan untuk

mencegah kesalahan pada proses selanjutnya. Pemeriksaan yang dilakukan

adalah pemeriksaan terhadap semua hal yang berpengaruh pada setiap tahap

proses pengolahan dan pengemasan. Pemeriksaan mikrobiologi dan lingkungan

mencakup pengujian bahan/produk, pengujian air untuk produksi (air RO /

Reverse Osmosis) dan pengujian air limbah. Kegiatan bagian QC secara umum

adalah sebagai berikut:

 Inspeksi bahan datang

 Inspeksi produkakhir

 Inspeksi produk return /kembalian

8
 Inspeksi sampel dari pembelian, R&D atau sampellain

 Inspeksi kebocoran kemasan produkjadi

 Inspeksi air RO (ReserveOsmosis)

 Inspeksi in proses bahan bantu dankemasan

 Pemeriksaan mikrobiologi cemaran mikroba dan penghitungankoloni

 Pemeriksaan:kadar air,bobot jenis,waktu hancur keseragaman bobot,

kadar zat aktif/ profil kromatogram

 Pengukuran suhu dan kelembaban ruang produksi

 Pengujian cara apus (Swab-test) dan pengujian kekentalan

(viskositas)

 Pengambilan sampel untuk pemeriksaan

 Pemeliharaan dan pembersihan alat-alatuji

 Kalibrasi internal

 Validasi : sanitasi dan hygiene (Swab-test dan uji bahan yang

tertinggal sesudah pembersihan), proses pencampuran,

pembersihan mesin dan ruang produksi pemakaianbersama

 Menyimpan catatan pemeriksaan dan pengujian semua semuacontoh

 Menyediakan simplisia standar dan bahan baku pembandingsekunder

 Mengevaluasi dan menetapkan produk kembalian, apakah dapat

langsungdigunakan, diproses ulang ataudimusnahkan.

Saat inspeksi, bagian QC dapat meluluskan/menolak setiap bets bahan

awal, produk antara, produk ruahan dan produk jadi dengan menggunakan label

status “RELEASE QC” warna hijau jika lulus pengujian, label status “HOLD QC”

warna kuning jika masih dalam proses karantina dan label status “REJECT QC”

9
warna merah jika tidak sesuai spesifikasi. Tanggal pemberian status serta paraf

diberikan di atas stiker status.Pada PT.Borobudue Extraction Center Prosedur

jaminan kualitas masing – masing produk sesuai dengan standart farmasi. Untuk

meyakinkan produk terbukti aman dikonsumsi secara mikrobiologis,

bagian QC juga dilengkapi dengan laboratorium Mikrobiologi di mana semua

produk termasuk bahan mentah dan bahan jadi telah melalui proses Quality

Control sehingga aman dikonsumsi dan benar-benar telah diuji pada setiap

batchnya.

2.1.7 Analisis In Process Control

Kegiatan ini dilakukan oleh 3 orang analis, yaitu untuk kelas E dan 2

analis untuk kelas F. Uraian masing masing kegiatan dpat dilihat pada penjelasan

berikut ini.

1. Kelas E

Inspeksi IPC pada saat proses produksi di kelas E secara umum meliputi

inspeksi diameter (pil), bobot, kekerasan, kerapuhan, volume, visual, kebocoran

kemasan, suhu dan kelembaban ruang pengolahan, kebersihan ruang dan alat

produksi, dll.Sarana pendukung yang digunakan dalam IPC yang berada di kelas

E antara lain alat uji kebocoran kemasan Multivac, alat uji kekerasan kaplet,

timbangan analitik dan jangkoa sorong.Parameter kelulusan tiap proses berbeda-

beda untuk setiap sediaan yang diproduksi.

Pada saat proses produksi kapsul, suhu dan kelembaban ruangan harus

memenuhi standar. Suhu ruangan haruslah <28°C dan kelembaban 60% pada area

filling kapsul, area sortir kapsul dan area pengemasan primer kapsul. Hal ini

dilakukan agar kondisi kapsul tetap terjaga dan tidak rusak.

10
2. Kelas F

Inspeksi IPC yang dilakukan di kelas F adalah pada saat proses

pengemasan sekunder dan tersier. Secara umum meliputi inspeksi posisi dan

kebenaran hasil coding kemasan, inspeksi kondisi fisik kemasan, inspeksi hasil

pengemasan, jumlah dan kesesuaian isi dengan kemasan sekunder.

2.1.8 Analisis Mikrobiologi PT. Industri Jamu Borobudur

Bahan baku pada sediaan obat tradisional seperti jamu pada umumnya

berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan atau bagian tumbuhan. Bahan-bahan

tersebut berisiko terkontaminasi mikroorganisme selama proses penanaman,

pengeringan atau penyimpanan sehingga dapat mencemari rempah / bahan baku.

Produk yang tercemar mikroorganisme tersebut dapat memproduksi racun yang

dapat menyebabkan timbulnya suatu penyakit sehingga dibutuhkan suatu

pemeriksaan mikrobiologi sebagai salah satu upaya pengawasan mutu.Pemeriksan

tersebut dilakukan oleh 2 analis di laboratoriummikrobiologi.

Kegiatan di laboratorium mikrobiologi ini meliputi pengujian cemaran

mikroba dengan metode Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang

Khamir (AKK) terhadap produk, air RO dan hasil Swab-test (pengujian sanitasi

dan higiene dari alat / mesin). Teknik yang digunakan untuk isolasi mikroba dari

sampel adalah metode cawan tuang dan dibuatduplo.

Uji angka lempeng total merupakan metode yang umum digunakan untuk

menghitung adanya bakteri yang terdapat dalam sediaan yang diperiksa. Uji angka

lempeng total pada prinsipnya dilakukan pengenceran terhadpa sediaan yang

diperiksa kemudian dilakukan penanaman media lempeng agar. Jumlah koloni

bakteri yang tumbuh pada lempeng agar dihitung setelah inkubasi pada suhu dan

11
waktu yang sesuai.

Angka lempeng total dinyatakan sebagai jumlah koloni bakteri hasil

perhitungan dikalikan faktor pengenceran. Angka Kapang Khamir menunjukkan

adanya cemaran jamur dalam sediaan yang diperiksa, sedangkan Angka Lempeng

Total menunjukkan adanya cemaran bakteri.

2.1.9 Analisa Kimia – Fisika PT. Industri Jamu Borobudur

1.Uji LOD (Loss OnDrying)

Uji ini dilakukan untuk mengetahui kadar air suatu sampel yang berupa

serbuk, campuran maupun tunggal, ekstrak ataupun berupa potongan- potongan

kecil simplisia. Alat yang digunakan dalam pengujian LOD ini adalah moisture

balance MB45 dan Kern DLB. Pengukuran kadar air ini penting dilakukan karena

terkait dengan kestabilan bahan terhadap lingkungan penyimpanan dan resiko

pencemaran mikroorganisme.

2. Uji Keseragaman Bobot

Keseragaman bobot ditentukan berdasarkan banyaknya penyimpanan

bobot rata-rata dari sejumlah sampel yang telah ditentukan.Cara pengujiannya

adalah mengambil sampel kapsul atau pil sebanyak 10 butir, ditimbang satu

persatu bobotnya, kemudiandirata-rata.

3.Uji Waktu Hancur

Uji ini dilakukan untuk mengetahui perkiraan waktu yang dibutuhkan

sampel hancur didalam tubuh setelah dikonsumsi.Metode yang digunakan adalah

dengan mengukur waktu yang dibutuhkan sampel hancur dalam medium yang

sesuai hingga tidak ada bagian sampel yang tertinggal di atas kasa alat uji.Alat uji

yang digunakan disintegration tester dengan menggunakan medium air hangat

12
suhu ± 37OC.Standar waktu hancur untuk sediaan kapsul adalah <15 menit,

sediaan pil <60 menit dan untuk sediaan kaplet <60 menit.

4.Uji Brix

Uji ini dilakukan untuk cairan yang mengandung glukosa, biasanya

digunakan mengukur glukosa pada pembuatan pil, glukosa ketika datang dan

untuk mengukur madu. Alat yang digunakan adalah hand refractometer. Standar

yang digunakan glukosa pada pembuatan pil adalah 75±1 brix, jikamasih terlalu

tinggi dilakukan proses ulang dengan menggunakan mixer glukosa. Sedangkan

standar untuk glukosa yang baru datang 82-86% brix.

5. Uji Viskositas (Kekentalan)

Pengujian viskositas biasanya dilakukan untuk sediaan gel, cream, param

kocok dan lulur.Alat yang digunakan dalam pengujian ini adalah viscometer.

Standar viskositas untuk sediaan gel 108.000-162.000 cps, sediaan cream 80.000-

130.000 cps dan untuk lulur 40.000-90.000 cps (spindle 6; rpm 5). Sedangkan

standar viskositas untuk sediaan parem kocok adalah 70-100 cps (spindle 2; rpm5)

6.Pengujian Identifikasi Bahan dan ZatAktif

Pengujian ini dilakukan untuk mengemastikan kebenaran dan kualitas

bahan baku dari supplier. Salah satu pengujiannya adalah KLT dan

mikroskopik.Analisis mikroskopik digunakan untuk melihat fragmen pengenal

maupun fragmen khas dari bahan yang disesuaikan dengan literatur untuk

mengetahui kebenaran dari bahan tersebut. Selanjutnya untuk melihat kualitas

bahan berdasarkan kandungan senyawa aktif secara kualitatif digunakan metode

Kromatografi Lapis Tipis, selanjutnya diamati pada UV 254 nm dan 366 UV-

Cabinet CAMAG.

13
7.Pengujian Air

Pengujian air yang dilakukan di laboratorium kimia-fisika adalah menguji

sifat fisis air berupa pH, konduktivitas dan TDS (Total Dissolved Solid). Kadar

pH standar antara 6,5-8,5; daya hantar listrik / konduktivitas standar antara 50-

1500 µs dan TDS standar <500 ppm. Alat yang digunakan untuk mengukut ketiga

parameter ini adalah Ultrameter II®.

8.Pengujian Limbah

Pengujian limbah dilakukan oleh institusi Balaikes Semarang, petugas dari

laboratorium kimia-fisika hanya mengambil sampel dari hasil pengolahan limbah

industri kemudian sampel dikirim ke institusi tersebut. Pengujian yang dilakukan

antara lain pengukuran parameter BOD (Biochemical Oxygen Demand), COD

(Chemical Oxygen Demand), TSS (Total Suspended Solid), fenol dan pH. Standar

hasil pengujian ini mengacu pada Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor

10 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Limbah untuk Limbah Industri Jamu.

9. Pengujian dengan HPLC

Pengujian dengan metode HPLC (High Performance Liquid

Chromatography) biasanya dilakukan untuk memeriksa kadar zat aktif yang ada

di dalam ekstrak atau produk secara kuantitatif. Sampel yang akan diuji dengan

HPLC sebelumnya diberi perlakuan agar gelembung gasnya hilang dan tidak

mengganggu pembacaan dengan menggunakan alat Ultrasonic Bransonic®. Alat

uji HPLC yang ada di laboratorium adalah HPLC Shimadzu.

14
10.UV-Vis Spektofotometer

Pengujian menggunakan UV-Vis spektofotometer Shimadzu yang ada di

laboratorium biasanya untuk memeriksa kadar zat aktif ekstrak / produk dengan

mengukur absorbansi pada panjang gelombang maksimumnya

2.2 Tinjauan Khusus PT. Industri Jamu Borobudur

2.2.1 Peralatan-peralatan Laboratorium PT. Industri Jamu Borobudur

PT. Industri Jamu Borobudur memiliki lebih dari 100 peralatan dan mesin

untuk keperluan produksi. Beberapa mesin yang dimiliki PT. Industri Jamu

Borobudur, misalnya :

1. Kelas E :

• Mesin blister Hoong-A

• Mesin pengisian kapsul : Chin Yi, Macofar, Bosch GKF 1500 &

700

• Mesin sortir kapsul Bintang Anugerah Machinery

• Mesin bottling kapsul Countec

• Alat capping botol CHYUN JYE®

• Mesin potong poly Filvo

• Mesin coating film kaplet Narong

• Mesin stripping kapsul Siebler

• Mesin filling cream sachet Johan

• Mesin coding kapsul DOMINO

15
2. Kelas F :

• Mesin coding VDS / MDS : Video Jet, Imajindo, Hitachi

• Mesin rewinder foil : Metrick, Flextek

• Mesin kartoning CAM

• Mesin shrink Kyowa Denki

3. Laboratorium :

• Alat uji Loss On Drying : OHAUS, Kern

• Ultrasonik BRANSON

• Colony counter STUART

• Laminar Air Flow Envair C-Flow

• Air sterilizer Bioklimatik

• Oven Memmert

• Ultrameter II ® yaitu alat uji pH, konduktivitas serta TDS dari air

• Alat High Performance Liquid Chromatography (HPLC)

Shimadzu

• Spektofotometer UV-Vis PharmaSpec-1700 SHIMADZU

• UV Cabinet CAMAG

• Sentrifuge Unicen 20 Orto alresa

16
2.2.2 Pengolahan Limbah PT. Jamu Borobudur

Pengolahan limbah yang dilakukan di PT. Industri Jamu Borobudur terdiri

dari dua macam, yaitu limbah cair dan limbah kering.Untuk limbah kering

dibedakan mejadi dua lagi, limbah organik dan anorganik. Sampah dikumpulkan

dalam tong sampah yang sudah disediakan, pengambilan sampah dilakukan setiap

akhir produksi, setelah itu sampah dibuang ke tempat penampungan sampah untuk

diangkut oleh petugas dinas kebersihan.Sedangkan untuk pengolahan limbah cair

dapat dilihat pada alur gambar dibawah ini, dimana seperti yang terlihat,

pengolahan limbah ini masih dilakukan secara fisik dan kimia.

17
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan

tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau

campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan

untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Proses ekstraksi PT. industri

jamur Borobudur dengan 3 tahap yaitu perkolasi, evaporasi dan vakum belt

dryer. Alat –alat produksi diantaranya spektrofotometri, HPLC, colony

counter, Perkolator, evaporator. Quality control pada industri ini berupa

Kadar zat aktif, Waktu Hancur, Kadar Air, Keseragaman Bobot, Viskositas,

pH, ALT, AKK, Bakteri Patogen.

18
DAFTAR PUSTAKA

Arpah, M. 1993. Pengawasan Mutu. Tarsito. Bandung


Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2005. Kriteria dan tata laksana
Pendaftaran Obat Tradional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka.
BPOM. Jakarta
Jenie,B .S .L dan Rahayu w.p Penanganan Limbah Industri. Kanisius.
Yogyakarta

19

Anda mungkin juga menyukai