Anda di halaman 1dari 7

INOVASI TEKNOLOGI PANGAN

Makanan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling


penting (Kebutuhan primer).
Teknologi pangan merupakan teknologi yang digunakan dalam
proses
pengolahan
pangan,
mulai
dari
penanganan pasca panen, mengolah atau mentransformasi,
mengemas, mengendalikan proses pengolahan, dan menangani
bahan baku, produk dan limbahnya.
Berbagai kebijakan pangan telah diupayakan pemerintah untuk m
engatasi permasalahan
pangan
di Indonesia.
Namun,
kebijakan tersebut belum dapat dinikmatioleh seluruh masyarakat
Indonesia khususnya rakyat kecil seperti petani, dan lain-lain.
Kebijakan yang terkait pencanangan Revitalisasi Pertanian pada
tahun 2005 yang lalu antara lain intensifikasi, ekstensifikasi
dan diversifikasi. Diversifikasi pangan pokok sebagai pangan
alternatif selain beras difokuskan kepada jagung dan singkong
yang termasuk di dalamnya pada pembangunan sektor
agribisnisnya
demi
terciptanya
nilai
tambah
untuk meraih pendapatan
dan akses
atas
pangan
yang lebih baik.
Dalam hal ini pemerintah harus memenuhi dua hal. Pertama,
jaminan atas hak petani untuk mengolah pemenuhan kebutuhan
makanan/pangan secara mandiri. Kedua, jaminan atas hak setiap
masyarakat di tingkat lokal untuk menentukan sendiri kebijakan
produksi,
distribusi,
dan
konsumsi
pangannya sesuai
dengan kondisi ekologi, sosial, ekonomi dan budaya masingmasing komunitas.
Permasalahan ini perlu adanya teknologi dalam membantu
kebutuhan pangan dalam peningkatan produksi, dalam hal ini
teknologi pangan yang akan memberikan hasil yang lebih
maksimal dari hasil produksi yang ada. Dengan kata lain teknologi
pangan
akan berperan
penting dalam
meningkatkan beranekaragam pangan, meningkatkan status
gizi pangan, dan meningkatkan keamanan pangan. Teknologi

pangan dapat berperan dalam meningkatkan nilai tambah produk


pangan.

Terdapat beberapa ide inovasi teknologi pangan dari penulis yang


harus ditemukan , yaitu:
1. Dalam hal pengolahan makanan, tingginya bahan pengawet,

pewarna, pengembang, dan lain-lain diharapkan terciptanya


satu metode untuk menambahkan bahan tersebut tetapi
tidak mengurangi kadar gizi. Alangkah baiknya jika metode
tersebut ditemukan di Indonesia agar memperoleh
perekonomian sejahtera dalam negri dan metode tersebut
dapat diperjualbelikan oleh negara luar (Eksport).
2. Dalam hal pengemasan makanan, diharapkan tidak banyak

menggunakan plastik, karena plastik yang masuk dalam


mulut walau sedikit itu sangat berbahaya untuk kesehatan,
oleh karena itu penggunaan bahan yang lebih aman harus
difikirkan untuk target pengemasan makanan.
3. Dalam

pemanfaatan limbah industri pangan diharapkan


setiap industri untuk membuka banyak lowongan pekerjaan
khususnya untuk pengangguran dengan disertai terknologi
mendaur ulang sampah menjadi hal yang bermanfaat untuk
manusia. Hal ini agar terciptanya lingkungan yang bersih
serta berkurangnya pengangguran di Indonesia.

Harapan teknologi pangan masa depan:

1. Memberikan penemuan baru teknologi pangan oleh tangan

remaja Indonesia agar mampu menjawab masalah pangan di


Indonesia.
2. Meningkatkan IPTEK unggul agar mampu bersaing dengan

negara lain.
3. Meningkatkan perekonomian Indonesia.
4. Semua kalangan memperoleh ilmu pengetahuan yang rata

mengenai canggihnya teknologi terutama teknologi pangan


agar semua orang dapat menggunakannya dan
mengetahuinya.
Kesimpulannya, tanpa perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi dalam bidang teknologi pangan, tidak akan ada
bermacam-macam pangan dalam kehidupan manusia. Oleh
karena itu, memanfaatkan teknologi yang telah ada dan
memikirkan untuk membuat teknologi baru di masa depan
sangatlah penting untuk kebutuhan pangan anak cucu kita.
Penemuan teknologi baru bisa membuat perekonomian indonesia
menjadi meningkat dan sejahtera.

Inovasi Dalam Bidang Gizi Pangan (Pangan Fungsional) 15 Februari 2014 19:40:29 Diperbarui:
24 Juni 2015 01:47:57 Dibaca : 597 Komentar : 0 Nilai : 0 Makanan merupakan kebutuhan
pokok makhluk hidup, tanpa makanan makhluk hidup tidak dapat bertahan untuk melakukan
segala aktifitasnya sehari-hari. Kebutuhan akan makanan mengalami perubahan dari waktu ke
waktu, berawal dari istilah kebutuhan empat sehat lima sempurna, yang dimana setiap orang
disarankan untuk memenuhi kebutuhan gizi karbohidrat (beras, ubi, gandum), lauk sebagai
protein (tempe, tahu, daging, ikan, dsb), sayur sebagai sumber vitamin, serat dan mineral, buah
sebagai sumber vitamin dan susu. Hingga kini dengan kemajuannya ilmu pengetahuan dan
teknologi, terutama dalam bidang gizi yang telah menjadi dasar dalam suatu inovasi dan
pengembangan pangan yang berpeluang untuk memberikan hasil pangan yang lebih dari sifat
awalnya, guna memberikan manfaat kesehatan bagi tubuh, salah satu inovasi ini dapat dibuat
suatu pangan fungsional. Apa pangan fungsional itu? Pangan fungsional adalah makanan
maupun bahan pangan yang dapat memberikan manfaat tambahan disamping fungsi gizi dasar
pangan. Pangan fungsional memiliki tiga fungsi, yaitu fungsi primer, artinya makanan tersebut
dapat memenuhi kebutuhan gizi (karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral), fungsi
sekunder artinya makanan tersebut dapat diterima oleh konsumen secara sensoris dan fungsi
tersier artinya makanan tersebut memiliki fungsi untuk menjaga kesehatan, mengurangi
terjadinya suatu penyakit dan menjaga metabolisme tubuh. Makanan fungsional dikonsumsi
bukan berupa obat (serbuk) melainkan dikonsumsi dalam bentuk makanan. Menurut para
ilmuwan jepang, beberapa persyaratan yang harus dimiliki oleh suatu produk agar dapat
dikatakan sebagai pangan fungsional, meliputi: a. harus merupakan produk pangan (bukan
berbentuk kapsul, tablet, atau bubuk) yang berasal dari bahan (ungredien) alami, b. dapat dan
layak dikonsumsi sebagian dari diet atau menu sehari-hari, c. mempunyai fungsi tertentu pada
saat dicerna, serta dapat memberikan peran dalam proses tubuh tertentu, seperti : memperkuat
mekanisme pertahan tubuh, mencegah penyakit tertentu, membantu mengembalikan kondisi
tubuh setelah sakit tertentu, menjaga kondisi fisik dan mental, serta memperlambat proses
penuaan. Beberapa contoh makanan fungsional: makanan yang mengandung bakteri yang
berguna untuk tubuh: yoghurt, yakult. Makanan yang mengandung serat, misalkan bekatul,
tempe, gandum utuh. Makanan yang mengandung senyawa bioaktif seperti (polifenol) untuk
mencegah kanker, komponen sulfur (bawang) untuk menurunkan kolesetrol, daidzein pada
tempe untuk mencegah kanker, serat pangan (sayuran, buah, kacang-kacangan) untuk mencegah
penyakit yang berkaitan dengan pencernaan dan lain sebagainya yang dapat sangat bermanfaat
bagi tubuh manusia sesuai kebutuhan yang dibutuhkan. Maka dengan adanya pangan fungsional
kini makanan yang diperlukan kita bukan saja dapat memenuhi kebutuhan gizi, namun juga
dapat memberikan manfaat kesehatan dan beberapa pangan dapat berperan menyembuhkan

penyakit.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/qqrizafr/inovasi-dalam-bidang-gizi-pangan-panganfungsional_54f85ff4a33311855e8b4b96

Nuget Kacang Hijau, Inovasi Produk Pangan Sehat

Sabtu, 9 Maret 2013 04:15 WIB | Herry Suhendra/JIBI/Bisnis |


|

BOGORSaat ini Indonesia mengalami


double burden problem, dimana terdapat dua masalah gizi yang bertolak belakang, yaitu masalah
gizi lebih dan gizi kurang. Masalah gizi lebih khususnya dapat berakibat pada munculnya
penyakit-penyakit degeneratif.
Annisa Rizkiriani, mahasiswa Departemen Ilmu Gizi Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) Institut
Pertanian Bogor (IPB) menawarkan satu inovasi produk pangan sebagai salah satu upaya
menyelesaikan masalah tersebut.
Inovasi yang didukung empat rekannya yaitu Ghaida Yasmin, Suci Apriani, Desy Afriyanti, dan
Ezria E Adyas, dan Dosen Pendamping Dr Sri Anna Marliyati ini adalah Pemanfaatan Kacang
Hijau (Vigna radiata L) Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Nugget.
Mengapa nugget? Annisa menjelaskan, nugget merupakan makanan cepat saji yang cukup
disukai oleh masyarakat Indonesia. Nugget biasanya terbuat dari pangan hewani yang harganya
cukup mahal, sehingga tidak semua lapisan masyarakat dapat membelinya.

Selain itu, tambah Annisa, konsumsi pangan hewani yang berlebihan tanpa diimbangi dengan
konsumsi pangan nabati dan gaya hidup yang baik akan mendukung berkembangnya penyakit
degeneratif.
Penyakit degeneratif adalah istilah medis untuk menjelaskan suatu penyakit yang muncul akibat
proses kemunduran fungsi sel tubuh yaitu dari keadaan normal menjadi lebih buruk. Penyakit
yang masuk dalam kelompok ini antara lain diabetes melitus, stroke, jantung koroner,
kardiovaskular, obesitas, dislipidemia dan sebagainya.
Karena itu, kata Annisa, produksi nugget kacang hijau dengan merek Mung Nugget ini
diharapkan dapat menambah pangan alternatif yang berbahan dasar kacang hijau dan
menciptakan pangan yang bergizi tinggi dengan harga yang terjangkau.
Kacang hijau atau Vigna radiata L, lanjut Annis, berasal dari famili Leguminoceae atau polongpolongan. Selama ini, tanaman kacang hijau masih kurang mendapat perhatian petani. Meskipun
hasil tanaman ini mempunyai nilai gizi yang tinggi dan harga yang baik dibanding dengan
tanaman kacang-kacangan lain.
Kacang hijau memiliki kelebihan yang dapat ditinjau dari segi agronomi maupun ekonomis,
seperti lebih tahan kekeringan, serangan hama penyakit sedikit, dapat dipanen pada umur 55-60
hari dan dapat ditanam pada tanah yang kurang subur. Dengan demikian, kacang hijau
merupakan tanaman yang dapat dijadikan berbagai jenis produk makanan.
Proses pembuatan nugget kacang hijau ini dilakukan di Laboratorium Percobaan Makanan,
Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB. Ukuran nugget berdiameter 2 Cm dengan berat 15,2
gram per buahnya. Untuk memenuhi 1/5 kecukupan protein anak usia 4-6 tahun, maka dipenuhi
dengan mengkonsumsi sebanyak sepuluh buah nugget kacang hijau.
Hasil uji organoleptik menunjukkan konsumen dapat menerima warna, aroma, rasa, dan tekstur
nugget kacang hijau. Peningkatan nilai tambah kacang hijau menjadi nugget kacang hijau
menjadikan nugget ini sebagai produk yang menjanjikan serta mampu bersaing dengan produk
nugget lainnya, papar Annisa optimistis.

Anda mungkin juga menyukai