ABSTRACT
The Dayak people consume local vegetables that collected from the wild or traditionally
cultivated. Documentation effort of them is very important because of the diversity of local
vegetable are threatened with extinction due to the conversion of peat land and forest fires.
This study aims to determine the diversity of local vegetables in Central Kalimantan and its
use as a vegetable. The method used was the exploration and interviews. Exploration carried
out in 3 (three) districts namely Palangkaraya, Seruyan, and Pulang Pisau. Sampling of plants
was randomly and selectively. Data analysis was performed descriptively. The results showed
that there were 42 types of vegetables consumed by local people, two of them have not been
identified namely kenyem and dawen kalamenyu. There were many vegetables processing :
stir-fry, clear soup, a light coconut milk soup (juhu) acidic soup, or just consumed as lalap,
Indonesian salad.
Key words : ethnobotany, indigenous vegetables, central Kalimantan
PENDAHULUAN
Etnobotani adalah suatu cabang etnosains yang khusus mengkaji persepsi dan pengetahuan
penduduk tentang jenis-jenis tumbuhan, penamaan, pengklasifikasian, pemanfaatan dan pengelolaan
jenis-jenis tumbuhan (Martin, 1995). Penelitian etnobotani mampu mengungkapkan pemanfaatan
berbagai jenis sumber daya alam tumbuhan secara tradisional oleh masyarakat setempat yang
merupakan titik awal pengembangannya menjadi jenis unggulan yang bermanfaat bagi kepentingan
masyarakat banyak.
Salah satu sumber daya yang ada di Kalimantan Tengah adalah keanekaragaman jenis
tanaman sayuran. Sayuran indigenous atau sering disebut jenis sayuran lokal adalah sayuran asli
daerah yang sudah beradaptasi lama dan sudah dimanfaatkan oleh penduduk setempat, atau sayuran
introduksi yang telah berkembang lama dan dikenal masyarakat di suatu daerah tertentu. Beberapa
sayuran lokal yang saat ini banyak ditemukan dan dikonsumsi masyarakat Kalimantan Tengah adalah
daun kelakai dan pakis keriting (bajei), rebung (ujau), umbut (singkah), bawang hutan (suna) dan
masih banyak lagi jenis sayuran lainnya. Jenis sayuran tersebut tidak dibudidayakan secara khusus dan
beberapa diantaranya merupakan tanaman sayuran hutan yang bersifat endemik (spesifik lokal) yang
tumbuh liar tanpa campur tangan manusia.
Penelitian mengenai pemanfaatan tumbuhan buah-buahan dan sayuran liar oleh suku Dayak
Kenyah Kalimantan Timur menunjukkan bahwa banyak jenis buah-buahan yang dibudidayakan oleh
suku tersebut, akan tetapi tidak demikian halnya dengan tanaman sayuran. Hal tersebut dikarenakan
banyak tumbuhan liar yang dapat dimanfaatkan daunnya untuk sayuran, sehingga kurang dirasa perlu
untuk membudidayakan. Daun, tunas dan akar berbagai tumbuhan liar dimakan sebagai sayuran,
seperti tunas Cyperus bancanus dan tunas akar ilalang Imperata cylindrica merupakan lalapan yang
umum ditemukan pada masyarakat Dayak Kenyah. Daun muda dan batang Cyathea contaminans
(paku tiang), serta paku-pakuan Diplazium, Nephrolepis bisserata, dan Stenochlaema merupakan
sayuran yang direbus atau dioseng dan kadang-kadang dimasak secara tradisional dalam tabung
bambu seperti memasak lemang. Sayuran tradisional lainnya seperti rebung Bambusa spp dan jantung
pisang Musa balbisiana juga merupakan sumber sayuran yang banyak terdapat di hutan sekunder
1
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo
20 Oktober 2011
disekitar perkampungan Dayak Kenyah. Demikian juga dengan halnya dengan jenis-jenis
Zingiberaceae seperti Alpinia spp, Nicolaia speciosa dan Kaempferia spp sumber sayuran dan bahan
penyedap yang disukai. Selain itu bagian pucuk tanaman palem dimanfaatkan untuk sayuran. Bagian
ujung dari batang rotan yang dipanen biasanya dimanfaatkan dengan cara dibakar sampai layu,
kemudian dikupas bagian kulitnya yang keras dan berduri. Bagian dalamnya selanjutnya dimanfaatkan
sebagai sayuran. Demikian halnya dengan umbut atau pucuk dari Eugissona utilis, Oncosperma dan
Pinanga biasanya merupakan sayuran yang dimasak bersama dengan ikan (Hendra, 2002). Upaya
pendokumentasian sangat penting dikarenakan keanekaragaman tanaman sayuran lokal terancam
punah disebabkan alih fungsi lahan untuk area perkebunan dan pemukiman transmigrasi. Kondisi
tersebut semakin diperparah dengan adanya kebakaran hutan gambut yang hampir selalu terjadi pada
setiap musim kemarau, sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman sayuran
lokal di Kalimantan Tengah dan penggunaanya sebagai sayuran.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah eksplorasi. Lokasi eksplorasi dilakukan di 3 (tiga)
Kabupaten yang termasuk dalam wilayah Kalimantan Tengah yaitu Kotamadya Palangkaraya,
Kabupaten Pulang Pisau dan Kabupaten Seruyan. Dari masing-masing kabupaten diambil 3 (tiga)
kecamatan. Strategi eksplorasi ditentukan oleh keberadaan tanaman indigenous di daerah sasaran
berdasarkan informasi dari informan kunci dari masing-masing kabupaten tempat eksplorasi. Metode
pengambilan contoh tanaman sayuran dilakukan secara acak dan selektif (Putrasamedja, 2005).
Pengambilan contoh meliputi bagian vegetatif (tunas, batang dan daun) dan bagian generatif (bunga,
buah dan biji) serta bagian-bagian lainnya seperti umbi dan lain-lain. Eksplorasi juga dilakukan
dengan metode wawancara. Wawancara dilakukan terstruktur dengan menggunakan questioner.
Sasaran informan untuk wawancara adalah pedagang pasar sayuran tradisional, informan kunci yaitu
tokoh masyarakat dan masyarakat lokal yang memanfaatkan tumbuhan yang ada di sekitarnya untuk
memenuhi kehidupan sehari-hari. Data yang dikumpulkan meliputi : nama jenis tumbuhan (nama lokal
dan nama ilmiah), bagian organ tumbuhan yang dikonsumsi, cara memasak, tempat/habitat alami
tanaman sayuran tersebut, kelimpahan dikarenakan pengaruh musim, nilai ekonomi dan penanganan
pasca panen. Tanaman sayuran yang diinventarisir selanjutnya diidentifikasi untuk mengetahui nama
ilmiah (scientific name). Identifikasi dilakukan dengan menggunakan kunci determinasi dari buku
Flora of Java volume I (1963), volume II (1965) dan volume III (1968) karangan Backer dan
Backuizen van den Brink Jr. Analisis data dilakukan secara deskriptif.
Jenis sayuran lain yang hanya ditemukan di Kalimantan Tengah adalah sulur keladi (lantar
kujang). Lantar (sulur) merupakan bagian vegetatif dari tanaman keladi/talas. Sulur tersebut tumbuh
menjalar di tanah di sekitar tanaman induk. Panjang sulur biasanya lebih dari 30 cm dan dalam satu
rumpun tanaman keladi bisa tumbuh 4-5 lantar. Semakin subur dan gembur tanah maka semakin
banyak lantar yang keluar dari pohon induk, akan tetapi tidak semua lantar bisa dikonsumsi karena ada
yang memiliki rasa gatal.
Etnobotani
Bagi masyarakat Dayak Kalimantan Tengah, kalakai merupakan makanan favorit suku
Dayak. Selain rasanya yang khas dan enak kelakai juga dipercaya sebagai obat awet muda. Karena
mengandung besi, maka kalakai juga banyak dikonsumsi oleh ibu-ibu menyusui. Kalakai dimasak
dengan cara dioseng-oseng, sayur bening atau direbus untuk lalapan.
Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, rotan diketahui sebagai bahan baku industri,
terutama kerajinan dan meubel. Tetapi tidak demikian dengan masyarakat Suku Dayak. Mereka justu
memanfaatkan batang rotan muda yang biasa disebut umbut atau dalam bahasa Dayak Maanyan
disebut uwut nange, sebagai komponen sayuran. Untuk membuat makanan khas Dayak ini, rotan
muda terlebih dulu dibuang kulit luarnya (terdapat duri dan bulu) dan batang bagian dalam yang agak
lunak dipakai sebagai sayur dengan cara dipotong-potong sesuai selera. Cara memasak sayur rotan
adalah saat memotong sayur rotan harus direndam dengan air untuk menghindari perubahan warna
menjadi merah sampai siap diolah. Sayur rotan biasanya dimasak bersama ikan baung/haruan, terong
asam, umbi talas yang telah dipotong-potong. Masakan ini selain gurih juga agak kepahit-pahitan,
sehingga memiliki cita rasa yang khas masakan daerah. Sementara itu singkah potok dan malu-malu
mempunyai rasa agak asam. Rasa asam ini dipercaya mengurangi bau amis ikan apabila potok
dimasak dicampur ikan. Menurut Irawan et al (2006), malu-malu (uruk mahamen) sangat terkenal di
Thailand tetapi tidak demikian halnya di Jawa. Dawen taya muda dan dawen kedondong muda
biasanya dimasak dengan daging babi dengan cita rasa khas agak pahit dan asam.
5
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo
20 Oktober 2011
Sanggau (terung pipit/tekokak) dimasak dengan cara dicampur dengan tumbuk daun
singkong (jawau) atau digunakan sebagai lalapan dengan cara direbus. Teken parei merupakan
tumbuhan musiman dan populasi tidak terlalu banyak. Bagian yang dimanfaatkan dari tumbuhan ini
adalah bagian batang dan daun muda yang diolah dengan cara oseng-oseng atau sayur santan. Teken
parei ini juga digunakan oleh masyarakat Dayak sebagai pengganti penyedap rasa pada masakan
dengan cara memasukkan beberapa lembar daunnya ke masakan.
Beberapa daerah mengonsumsi keladi pada bagian daun dan umbi, akan tetapi di Kalimantan
Tengah sulur yang tumbuh di atas tanah di sekitar tanaman induk juga dimanfaatkan sebagai sayuran.
Cara memasaknya adalah dengan mengupas kulit tipis bagian luar kemudian dipotong panjang 4-5
cm, selanjutnya dicuci bersih, direbus dahulu untuk menghilangkan rasa gatal, ditiriskan. Masyarakat
biasa menggunakan sulur keladi untuk tumis manis. Sedangkan jagung belanda/okra diambil buanya
untuk diolah masyarakat menjadi sayur bening ataupun lalapan. Menurut Anonim (2010), kandungan
minyak pada biji okra dapat mencapai 40%. Minyak biji okra kaya akan asam lemak tak jenuh seperti
asam oleat dan asam linoleat. Buah okra mengandung protein cukup tinggi, yaitu 3,9% dan lemak
2,05%. Energi di dalam 100 gram buah okra 40 kkal sedangkan mineral di dalam buah okra
adalah kalium (6,68%) dan fosfor (0,77%)
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2010. Okra Sayuran Penangkal Kanker. Diakses dari internet :
http://kupukupudanpelangi.blogspot.com/2010/01/okra-sayuran-penangkal-kanker.html.
[Diakses tanggal 14 September 2011]
Backer CA and RC Bakhuizen v.d. Brink Jr. 1963. Flora of Java vol. I. Gronigen. P.Noordhoff
---------------. 1965. Flora of Java vol. II. Gronigen : P.Noordhoff
---------------. 1968. Flora of Java vol. III. Gronigen : P.Noordhoff
Hendra M. 2002. Pemanfaatan tumbuhan buah-buahan dan sayuran liar oleh suku Dayak Kenyah
Kalimantan Timur. Makalah Pengantar Falsafah Sains PPs IPB. Diakses dari internet :
file:///E:/Sayuran%20dayak/medi_hendra.htm
Irawan D, CH Wijaya,SH Limin, Y Hashidoko, M Osaki, IP Kulu. 2006. Ethnobotanical study and
nutrient potency of local traditional vegetables in Central Kalimantan. Tropics 15 (4) : 441-448
Martin GJ. 1995. Ethnobotany : A Methods Manual. Chapman & Hall. London
Nion YA, Agus Djaya A, Kadie EM, Lunne, Sumarlan. 2010. Keanekaragaman hayati jamur
konsumsi dari Daerah Aliran Sungai Kahayan di Desa Bukit Rawi dan Bahu Palawa Kalimantan
Tengah. Prosiding Seminar Sains Nasional FKIP-MIPA Universitas Palangkaraya, 7 Agustus
2010
Putrasamedja S. 2005. Eksplorasi dan koleksi sayuran indigenous di Kabupaten Karawang,
Purwakarta, dan Subang. Buletin Plasma Nutfah Vol.11:1.