Anda di halaman 1dari 35

Proposal Penelitian

Efektivitas Pelaksanaan CSR PT. Timah (Persero) Tbk


dalam Meningkatkan kesejahteraan Keluarga Miskin
di Desa Air Duren Kecamatan Pemali Kabupaten Bangka

diajukan untuk memenuhi tugas pengganti ujian akhir semester


“Penelitian Kuantitatif”

Dosen Pembimbing:

Dr. Lina Favourita, M.Pd

oleh

Dewi Masitoh

13.04.011

SEKOLAH TINGGI KESEJAHTERAAN SOSIAL

BANDUNG

2014/2015
Proposal Penelitian

Efektivitas Pelaksanaan CSR PT. Timah (Persero) Tbk


dalam Meningkatkan kesejahteraan Keluarga Miskin
di Desa Air Duren Kecamatan Pemali Kabupaten Bangka

A. Latar Belakang

Lahirnya CSR di pengaruhi oleh fenomena DEAF di dunia industri. DEAF

adalah akronim dari Dehumanisasi, Emansipasi, Aquariumisasi, dan Feminisasi

(Suharto,2009: 105-106). (CSR) perlu dilandasi oleh kesadaran perusahaan terhadap

fakta adanya jurangyang semakin menganga antara kemakmuran dan kemelaratan,

baik pada tataran global maupun nasional. Oleh karena itu (CSR) harus merupakan

komitmen dan kepedulian genuine dari para pelaku bisnis untuk ambil bagian

mengurangi masalah kemanusiaan.

Pandangan bahwa dunia bisnis memiliki tanggung jawab yang lebih dari

sekedar meningkatkan kemakmuran ekonomi semata bukanlah hal yang baru.

Sepanjang catatan sejarah, peranan organisasi-organisasi yang memproduksi barang

dan jasa bagi pasar selalu dikaitkan dengan aspek sosial, politik, dan bahkan militer.

Pada awal abd ke- 19, perusahaan sebagai sebuah bentuk organisasi bisnis

berkembang pesat di Amerika , lalu pada pertengahan abad ke- 20, CSR sudah

dibahas di Amerika oleh para pakar bisnis semisal Peter Ducker dan mulai

dimasukkan dalam literature dan CSR semakin berkembang serta terus menjadi isu

kunci dalam konteks manajemen, pemasaran, dan akuntasi di Inggris, Amerika,

Eropa, Canada, dan negara lain.

Di Indonesia, istilah CSR semakin popular digunakan sejak tahun 1990-an.

Beberapa perusahaan sebenarnya telah lama melakukan CSA (Corporate Social


Activity) atau “aktivitas sosial perusahaan” (Suharto, 2010: 16-17). Pada awal

perkembangan nya, bentuk CSR yang paling umum adalah pemberian bantuan

terhadap organisasi-organisasi local dan masyarakat miskin di seputar perusahaan.

Perusahaan yang termasuk melakukan nya termasuk dalam kategori “perusahaan

impresif”, yang lebih mementingkan “tebar pesona” (promosi) ketimbang “tebar

karya” (pemberdayaan). Perusahaan-perusahaan seperti PT. Unilever, Kaltim Prima

Coal, Riau Pulp, Pertamina, PT. Timah (Persero) Tbk serta perusahaan BUMN

lainnya telah cukup lama terlibat dalam menjalankan CSR di Indonesia.

Penerapan CSR di Indonesia semakin meningkat baik dalam kuantitas maupun

kualitas. Selain keragaman kegiatan dan pengelolaanya semakin bervariasi, dilihat

dari kontribusi finansial, jumlahnya semakin besar. Penelitian PIRAC pada tahun

2001 menunjukkan bahwa dana CSR di Indonesia mencapai lebih dari 115 miliar

rupiah arau sekitar 11,5 juta dollar AS dari 180 perusahaan yang di belanjakan untuk

279 kegiatan sosial yang terekam oleh media massa. (Saidi dan Abidin, 2004: 64)

Ide mengenai Tanggung jawab Sosial Perusahaan (TSP) atau yang dikenal

dengan Corporate Social Responsibility (CSR) juga kini semakin diterima luas.

Namun demikian, sebagai konsep yang masih relative baru, CSR masih tetap

kontroversial bagi kalangan pebisnis maupun akademisi.

CSR dapat di definisikan sebagai suatu kepedulian organisiasi bisnis untuk

bertindak dengan cara-cara mereka sendiri dalam melayani kepentingan organisasi

dan kepentingan publik. Secara konseptual (Schermerhorn, 1993) . CSR adalah

sebuha pendekatan dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam

operasi bisnis mereka dan dalam interaksi mereka dengan para pemangku

kepentingan (stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraan

(nuryana,2005).
PT. Timah (Persero) Tbk yang terletak di Provinsi Bangka Belitung adalah

salah satu perusahaan pertambangan timah terbesar di Indonesia. PT Timah (Persero)

Tbk mewarisi sejarah panjang usaha pertambangan timah di Indonesia yang sudah

berlangsung lebih dari 200 tahun. Sumber daya mineral timah di Indonesia ditemukan

tersebar di daratan dan perairan yang hanya berada di pulau Bangka, Belitung,

Singkep, Karimun dan Kundur. Setelah kemerdekaan R.I., ketiga perusahaan Belanda

tersebut dinasionalisasikan antara tahun 1953-1958 menjadi tiga Perusahaan Negara

yang terpisah. Pada tahun 1961 dibentuk Badan Pimpinan Umum Perusahaan

Tambang-tambang Timah Negara (BPU PN Tambang Timah) untuk

mengkoordinasikan ketiga perusahaan negara tersebut, pada tahun 1968, ketiga

perusahaan negara dan BPU tersebut digabung menjadi satu perusahaan yaitu

Perusahaan Negara (PN) Tambang Timah. Dengan diberlakukannya Undang-undang

No. 9 Tahun 1969 dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1969, pada tahun 1976

status PN Tambang Timah dan Proyek Peleburan Timah Mentok diubah menjadi

bentuk Perusahaan Perseroan (Persero) yang seluruh sahamnya dimiliki oleh Negara

Republik Indonesia dan namanya diubah menjadi PT Tambang Timah (Persero).

Untuk memfasilitasi strategi pertumbuhan melalui diversifikasi usaha, pada tahun

1998 PT Timah (Persero) Tbk melakukan reorganisasi kelompok usaha dengan

memisahkan operasi perusahaan ke dalam 3 (tiga) anak perusahaan, yang secara

praktis menempatkan PT Timah (Persero) Tbk menjadi induk perusahaan (holding

company) dan memperluas cakupan usahanya ke bidang pertambangan, industri,

keteknikan, dan perdagangan.

PT. Timah (Persero) Tbk memiliki kuasa penambangan seluas 273.124 Ha

atau 27,56 % dari luas Pulau Bangka yang tersebar hampir diseluruh wilayah

kecamatan. Fenomena seperti inipun terjadi di kecamatan Pemali, kabupatenBangka.


Kecamatan Pemali mempunyai luas wilayah sebesar 127,87 km2, yang terdiri dari

6Desa. Dari luas daerah 127,87 km2 , 56,3 km2 nya telah di gunakan sebagai tempat

penambangan timah di kecamatan pemali. Jumlah penduduk yang ada di Kecamatan

Pemali sebanyak 22.803 jiwa dengan jumlahpenduduk yang berprofesi sebagai

penambang sebanyak 116 orang. Selama puluhan tahun parapenduduk di Kecamatan

Pemali telah menggantungkan hidupnya pada penambangan timah.

Selaras dengan visi PT. Timah (Persero) Tbk sebagai perusahaan

pertambangan kelas dunia, maka komitmen dan kepedulian PT. Timah (Persero) Tbk

terhadap Tanggung Jawab Sosial merupakan konstribusi PT. Timah (Persero) Tbk

secara maksimal terhadap masalah global yaitu Program Berkelanjutan (Sustainable

Programs). Sepanjang tahun 2014 PT Timah (Persero) Tbk kembali menyalurkan

Program Kemitraan Dana Bergulir Semester 1 tahun 2014 sebesar Rp. 9.751.500.000

kepada 300 usaha kecil dan koperasi dan sebagian warga masyarakat penerima

manfaat yang tersebar di wilayah operasional PT Timah (Persero) Tbk. Program

berkelanjutan tidak saja berkonsentrasi pada isu-isu lingkungan. Lebih luas daripada

itu, program berkelankutan mencakup tiga lingkup kebijakan : pembnagunan

ekonomi, pembangunan sosial, dan perlindungan lingkungan (people,profit, dan

planet).

Terkait dengan pelaksanaa CSR, PT. Timah (Persero) Tbk telah membentuk

beberapa program di masyarkat. diantara lain :

1. Aspek Sosial dan Lingkungan

Program Bina Lingkungan (BL) pada umumnya dilakukan dalam bentuk

pemberian donasi/sumbangan yang pendanaannya berasal dari penyisihan laba

Perseroan. Pemberian bantuan yang dimaksud meliputi : bantuan korban bencana

alam, bantuan pendidikan pelatihan, bantuan peningkatan kesehatan, bantuan


pengembangan sarana/prasarana umum, bantuan sarana ibadah dan bantuan

pelestarian alam. memberikan bantuan kepada korban bencana alam seperti yang

terjadi di Cianjur, Jawa Barat dan Padang, Sumatera Barat dimana dalam

pelaksanaannya kegiatan tersebut dilakukan berkoordinasi dengan berbagai kegiatan

serupa yang diinisiasi Perseroan sebagai bagian dari gerakan BUMN Peduli.

2. Aspek keagamaan, pembangunan sarana ibadah seperti pembangunan

masjid dimana pembangunan rumah ibadah memang menjadi prioritas dengan tujuan

bisa membantu kelancaran serta kemudahan warga dalam beribadah.

3. Aspek Pendidikan

Di sektor pendidikan, membantu pembangunan 2 unit gedung baru Universitas

Bangka Belitung, dan penyerahan Politeknik Manufaktur (Polman) Timah ke

Pemerintah Propinsi Bangka Belitung, yang diikuti peningkatan status sebagai

politeknik negeri. Meski telah diserahkan ke pemerintah daerah,PT Timah (Persero)

Tbk tetap memberikan dukungan operasional sebagai wujud tanggung jawab guna

memastikan kualitas pendidikan Polman Timah menjadi lebih baik. Selain itu PT

Timah (Persero) Tbk juga melaksanakan program kelas unggulan di SMU Negeri I

Pemali dan berperan aktif dalam Program Central Languange Improvement (CLI),

yakni program yang diperuntukkan bagi pelajar di Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa inggris.

4. Aspek Kesehatan

Untuk sektor kesehatan, PT Timah (Persero) Tbk membagikan mobil ambulan

kesehatan gigi dan mulut kepada dinas kesehatan yang adan di lingkungan

kota/kabupaten di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung yang nantinya unit ambulan

ini akan digunakan dinas kesehatan setempat untuk melakukan sosialisasi pentingnya
kesehatan gigi dan mulut, mengingat tingkat kerusakan gigi dan mulut di Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung terbilang relatif tinggi.

Atas dasar latar belakang di atas, hal tersebut menimbulkan pemikiran penulis

untuk melakukan penelitian tentang “Efektivitas Pelaksanaan CSR PT. Timah

(Persero) Tbk dalam Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga Miskin di Desa Air

Duren Kecamatan Pemali Kabupaten Bangka ” . Dengan alasan untuk mengetahui

sejauh mana pelaksanaan CSR yang dilakukan PT. Timah (Persero) Tbk dalam

meningkatkan kesejahteraan pada keluarga miskin

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah utama dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Efektivitas

Pelaksanaan CSR PT. Timah (Persero) Tbk dalam Meningkatkan Kesejahteraan

Keluarga Miskin di Desa Air Duren Kecamatan Pemali Kabupaten Bangka?”

Untuk menjawab masalah tersebut maka akan di tarik beberapa sub-suh

permasalahan, yaitu :

1. Bagaimanakah pendekatan awal CSR PT Timah (Persero) Tbk dalam

meningkatkan kesejahteraan keluarga miskin di desa Air Duren ?

2. Bagaimanakah identifikasi masalah dan kebutuhan yang dilakukan oleh

CSR PT Timah (Persero) Tbk dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga miskin

di desa Air Duren?

3. Bagaimanakah penerapan program CSR PT Timah (Persero) Tbk dalam

meningkatkan kesejahteraan keluarga miskin di Desa Air Duren?

4. Bagaimanakah keberhasilan program CSR PT Timah (Persero) Tbk dalam

meningkatkan kesejahteraan keluarga miskin di desar Air duren?


5. Apakah harapan-harapan keluarga miskin di desa Air Duren terhadap program

CSR PT. Timah (Persero) Tbk?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pokok permasalaan di atas, maka yang akan menjadi tujuan

penelitian ini antara lain untuk mengetahui :

1. Menggambarkan Pendekatan awal CSR PT Timah (Persero) Tbk dalam

meningkatkan kesejahteraan keluarga miskin di desa Air Duren Menggambarkan

2. Menggambarkan Identifikasi masalah dan kebutuhan yang dilakukan oleh

CSR PT Timah (Persero) Tbk dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga miskin

di desa Air Duren?

3. Menggambarkan penerapan program CSR PT Timah (Persero) Tbk dalam

meningkatkan kesejahteraan keluarga miskin di Desa Air Duren

4. Menggambarkan keberhasilan program CSR PT Timah (Persero) Tbk dalam

meningkatkan kesejahteraan keluarga miskin di desar Air duren

5. Menggambarkan harapan-harapan keluarga miskin di desa Air Duren terhadap

program CSR PT. Timah (Persero) Tbk

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Hasil Penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran dalam memperkaya wawasan konsep praktek pekerjaan sosial terutama di

bidang Industri tentang CSR.

2. Secara Praktis
1. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah dalam menyusun peraturan pelaksana

lebih lanjut terkait pelaksanaan kewajiban CSR bagi perseroan terbatas.

2.Memberikan pemahaman yang dianggap tepat kepada masyarakat agar memahami

peran dan tanggungjawabnya dalam pencapaian sasaran pelaksanaan kewajiban CSR

bagi perusahaan perseroan terbatas.

3. Memberikan pemahaman yang tepat tentang kerjasama saling menguntungkan

antara perusahaan, pemerintah dan masyarakat terkait pelaksanaan CSR.

4. Memberikan pemahaman kepada dunia usaha tentang pentingnya peran perusahaan

bagi masyarakat melalui pelaksanaan CSR.


Tinjauan Pustaka

A. Tinjauan Tentang Efektivitas


1. Definisi Efektivitas

Efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian dicapainya

keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas selalu terkait

dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya

dicapai. Efektivitas dapat dilihat dari berbagai sudut pandang (view point) dan dapat

dinilai dengan berbagai cara dan mempunyai kaitan yang erat dengan efisiensi. Seperti

yang dikemukakan oleh Arthur G. Gedeian dkk dalam bukunya Organization Theory

and Design yang mendefinisikan efektivitas yaitu “That is, the greater the extent it

which an organization’s goals are met or surpassed, the greater its effectiveness”

(Semakin besar pencapaian tujuan-tujuan organisasi semakin besar efektivitas)

(Gedeian dkk, 1991:61). Berdasarkan pendapat tersebut, bahwa efektivitas apabila

pencapaian tujuan-tujuan daripada organisasi semakin besar, maka semakin besar pula

efektivitasnya, artinya adanya pencapaian tujuan yang besar daripada organisasi maka

semakin besar pula hasil yang akan dicapai dari tujuan-tujuan tersebut.

Selanjutnya efektivitas menurut Ibnu Syamsi dalam buku Pokok-pokok

Organisasi dan Manajemen, mengartikan efektivitas sebagai ”keadaan yang

mengandung pengertian mengenai terjadinya suatu efek atau akibat yang

dikehendaki” (Syamsi, 1988:2). Berdasarkan pendapat tersebut, dapat terlihat bahwa

Ibnu Syamsi menekankan pada suatu efek dari proses yang dilaksanakan dalam suatu

kebijakan dimana diharapakan dapat berjalan sesuai dengan apa yang di kehendaki,

sehingga suatu kebijakan dapat berjalan dengan hasil yang maksimal.


Berdasarkan pendapat tersebut, bahwa efektivitas lebih memfokuskan pada

akibat atau pengaruh sedangkan efisiensi menekankan pada ketepatan mengenai

sumber daya, yaitu mencakup anggaran, waktu, tenaga, alat dan cara supaya dalam

pelaksanaannya tepat waktu. Lebih lanjut menurut Agung Kurniawan dalam bukunya

Transformasi Pelayanan Publik mendefinisikan efektivitas adalah kemampuan

melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi) daripada suatu

organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau ketegangan diantara

pelaksanaannya” (Kurniawan, 2005:109)..

Menurut pendapat Mahmudi dalam bukunya Manajemen Kinerja Sektor

Publik mendefinisikan efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan,

semakin besar kontribusi (sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan, maka

semakin efektif organisasi, program atau kegiatan” (Mahmudi, 2005:92). Berdasarkan

pendapat tersebut, bahwa efektivitas mempunyai hubungan timbal balik antara output

dengan tujuan. Semakin besar kontribusi output, maka semakin efektif suatu program

atau kegiatan

Efektivitas berfokus pada outcome (hasil), program, atau kegiatan yang dinilai

efektif apabila output yang dihasilkan dapat memenuhi tujuan yang diharapkan atau

dikatakan spending wisely. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.1

mengenai hubungan arti efektivitas berikut ini.

Gambar 2.1
Hubungan Efektivitas

outcome
Efektivitas =
out put
(Sumber: Mahmudi, 2005:92.)
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka efektivitas adalah

menggambarkan seluruh siklus input, proses dan output yang mengacu pada hasil

guna daripada suatu organisasi, program atau kegiatan yang menyatakan sejauhmana

tujuan (kualitas, kuantitas, dan waktu) telah dicapai, serta ukuran berhasil tidaknya

suatu organisasi mencapai tujuannya dan mencapai target-targetnya. Pandangan yang

sama menurut pendapat Peter F. Drucker yang dikutip H.A.S. Moenir dalam bukunya

Manajemen Umum di Indonesia yang mendefinisikan efektivitas, sebagai berikut:

“Effectivennes, on the other hand, is the ability to choose appropriate objectives. An


effective manager is one who selects the right things to get done”. (Efektivitas, pada
sisi lain, menjadi kemampuan untuk memilih sasaran hasil sesuai. Seorang manajer
efektif adalah satu yang memilih kebenaran untuk melaksanakan) (Drucker dalam
Moenir, 2006:166).

Memperhatikan pendapat para ahli di atas, bahwa konsep efektivitas

merupakan suatu konsep yang bersifat multidimensional, artinya dalam

mendefinisikan efektivitas berbeda-beda sesuai dengan dasar ilmu yang dimiliki

walaupun tujuan akhir dari efektivitas adalah pencapaian tujuan. Kata efektif sering

dicampuradukkan dengan kata efisien walaupun artinya tidak sama, sesuatu yang

dilakukan secara efisien belum tentu efektif. Pendapat lain dinyantakan oleh

Sendarmayanti yang menyatakan efektivitas merupakan suatu ukuran yang

memberikan gambaran seberapa jauh target dapat tercapai (Sedarmayanti, 2001:59).

Sehubungan dengan pendapat sedarmayanti tersebut efektivitas merupakan ukuran

yang menjadikan program yang dijalankan efektif atau tidak.

2. Kriteria Efektivitas

Efektivitas erat kaitannya dengan sebuah organisasi. Organisasi dalam


mencapai tujuannya berdasarkan pada langkah-langkah atau program yang telah

ditentukan. Program tersebut dapat dikatakan berhasil apabila telah sesuai dengan visi

dan misi dari organisasi. Antara penyusunan program kepada pancapaian visi dan misi

dapat dikatakan efektif, apabila telah sesuai dengan kriteria dari efektivitas. Adapun

kriteria efektifitas dari sebuah organisasi ditentukan oleh lima unsur yang

dikemukakan oleh Gibson, yaitu:

1. Hasil produksi, hasil produksi sebagai kriteria efektivitas mengacu pada ukuran

keluar utama organisasi. Ukuran produksi mencakup keuntungan, penjualan, pasar,

dokumen yang diproses, rekanan yang dilayani,dan sebagainya. Ukuran ini

berhubungan secara langsung dengan yang dikonsumsi oleh pelanggan dan rekanan

organisasi yang bersangkutan.

2. Efesiensi, efesiensi sebagai kriteria efektifitas mengacu pada ukuran penggunaan

sumber daya yang langkaholeh organisasi. Efisiensi adalah perbandingan anatara

keluaran dan masukan. Ukuran efisiensi terdiri dari keuntungan dan modal, biaya per

unit, pemborosan, waktu terluang, dan sebagainya. Efisiensi di ukur berdasarkan rasio

anatara keuntungan dengan biaya atau waktu yang digunakan.

3. Kepuasan, kepuasan sebagai kriteria efektivitas mengacu pada keberhasilan

organisasi dalam memenuhi kebutuhan karyawan atau anggotanya. Ukuran kepuasan

meliputi sikap karyawan, penggantian karyawan, penggantian karyawan, absensi,

kelambanan, keluhan, kesejahteraan dan sebagainya.

4. Penyesuaian, penyesuaian sebagai kriteria efektivitas mengacu kepada tanggapan

organisasi terhadap perubahan eksternal dan internal. Perubahan-perubahan eksternal

seperti persaingan, keinginan pelanggan, kualitas produk, dan sebagainya merupakan

adaptasi terhadap lingkungan.


5. Kelangsungan, kelangsungan sebagai kriteria efektivitas yang mengacu kepada

tanggung jawab organisasi dalam memperbesar kapasitas dan potensinya utuk

berkembang. Dalam praktik, para manajer menggunakan indikator jangka pendek

untuk keberlangsungan jangka panjang.

Lima unsur kriteria efektivitas yang dikemukakan oleh Gibson dalam proses

dapat saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Jadi, sebuah organisasi

dalam menjalankan kegiatannyadapat dikatakan efektif apabila anatara keluaran dan

masukan seimbang setelah diukur berdasarkan rasio antara keuntungan dengan biaya

atau waktu yang digunakan. Setelah kelurana dan masukan dapat dikatakan seimbang,

organisasi harus memperhatikan atau memenuhi kebutuhan karyawan supaya tidak

terjadi sikap-sikap penyelewengan. Organisasi harus selalu tanggap terhadap

perubahan eksternal dan internal atau selalu dapat menyesuaikan dengan keadaan,

karena hal tersebut dapat mempengaruhi kelangsungan hidup organisasi.

B. Tinjauan Tentang CSR

1. Definisi CSR

Secara Harafiah CSR ( Coorporate Social Responsibility) diartikan sebagai

tanggung jawab sosial dari suatu perusahaan. Namun, pada dasarnya terdapat

beberapa pihak yang mendefenisikan CSR dengan pemahaman yang lebih mendalam

dan teoritis. Seperti salah satu upaya juga untuk menciptakan keberlangsungan usaha

dalam menciptakan dan memelihara keseimbangan antara mencetak keuntungan,

fungsi-fungsi sosial dan pemeliharaan lingkungan hidup oleh Triple Bottom Line.

Upaya manajemen yang dijalankan oleh entitas bisnis untuk mencapai tujuan

pembangunan berkelanjutan berdasar keseimbangan pilar ekonomi, sosial, dan

lingkungan, dengan meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak

positif di setiap pilar. (Selayang Pandang CSR oleh Sonny Sukada dan Jalal). Selain
itu CSR dipandang sebagai segala upaya manajemen yang dijalankan entitas bisnis

untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan berdasar keseimbangan pilar

ekonomi, sosial, dan lingkungan, dengan meminumkan dampak negatif dan

memaksimumkan dampak positif di setiap pilar.

Kemudian secara spesifik yang mengaitkan CSR sebgai langkah untuk

memperdayakn masyrakat, CSR dipandang sebagai program memampukan masyrakat

sekitar agar dapat mandiri secara ekonomi atau setidak-tidaknya memberikan pemacu

agar terjadi perkembangan ekonomi di daerah tersebut melalui proses yang

berkelanjutan.

Menurut Edi Suharto (2007) CSR adalah kepedulian perusahaan yang

menyisihkan sebagian keuntungannya (profit) bagi kepentingan pembangunan

manusia (people) dan lingkungan (planet) secara berkelanjutan berdasarkan prosedur

(procedure) yang tepat dan professional. Jadi menurut edi Suharto agar dapat lebih

memahami definisi CSR adalah dengan mengembangkan konsep triple bottom lines

dan menambahkannya dengan satu line tambahan, yakni procedure. Menurut ISO

26000, CSR adalah Tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari

keputusan-keputusan dan kegiatan-kegiatan pada masyarakat dan lingkungan yang

diwujudkan dalam bentuk prilaku transparan dan etis yang sejalan dengan

pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat.

Berdasarkan beberapa defenisi diatas dapat CSR memiliki konsep yang

berbeda-beda tergantung sudut pandang dari pihak yang mengidentifikasinya. Namun,

dibalik keberbedaan tersebut pada dasarnya konsep tersebut dilandasi oleh visi yang

serupa yaitu pembangunan yang berkelanjutan. Adapun perbedaan fungsional tersebut

seperti ditunjukkan dalam kerangka sebagai berikut: berinti upaya pembumian

gagasan triple bottom line, tri sector partnership, good governance, dan investasi
sosial di kalangan perusahaan (sektor swasta) yang pada ahirnya berujung pada

pemberdayaan masyarakat.

Berbicara tentang visi dari CSR tersebut untuk memebangun tnaggung jawab

sosial yang berkelanjutan maka merujuk pad bacaan mengenai CSR seperti CSR

untuk pemberdayaan masyrakat, CSR untuk meningktakan kohesi sosial, dan praltik

CSR di Indonesiam masing –masing telah digambarkan kaitan antara keberlanjutan

itu sendiiri dengan konsep yang diterapkan dari segi ekonomi, lingkungan dan sosial.

Adapun keterkaitan tersebut digambarkan melalui pola hubungan anatara perusahaan,

pemerintah , dan msayrakat lokal dengan orientasi pembangunan hubungan

kemitraaan berbasis peminuman dampak negatif dan hasilnya adalah Keterkaitan

pembangunan berkelanjutan dalam konteks CSR untuk pemberdayaan lokal yaitu

dimulai berhubungan dengan pencapaian secara berkelanjutan dari empat aspek yaitu

keuangan, ekonomi, sosial, dan lingkungan. Tahap pertama perusahaan harus

mencapai kinerja keuangann yang baik dahulu, selanjutnya perusahaan dapat

mencapai kinerja ekonomi yang mencerminkan sejauh mana status ekonomi para

pemangku kepentingan ( stakeholder) mengalami perubahan sebagai akibat kegiatan

perusahaan misalnya perusahaan telah berhasil menigkatkan kemampuan ekonomi

masyrakat sekitar berarti telah meningkatkan kesejahteraannya ( aspek sosial).

Keterkaitan pembangunan berkelanjutan dalam konteks CSR untuk

pemberdayaan lokal yaitu dimulai berhubungan dengan pencapaian secara

berkelanjutan dari empat aspek yaitu keuangan, ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Tahap pertama perusahaan harus mencapai kinerja keuangann yang baik dahulu,

selanjutnya perusahaan dapat mencapai kinerja ekonomi yang mencerminkan sejauh

mana status ekonomi para pemangku kepentingan ( stakeholder) mengalami

perubahan sebagai akibat kegiatan perusahaan misalnya perusahaan telah berhasil


menigkatkan kemampuan ekonomi masyrakat sekitar berarti telah meningkatkan

kesejahteraannya ( aspek sosial). Yang menurut Boyden dan Dovers seperti dikutip

oleh (Maria,2008) yaitu :

-Akses memperoleh udara dan air yang bersih

-Tempat tinggal yang layak

-Keamanan pribadi, yakni keamnan fisik dna emosi

-Mempunyai kesempatan untuk belajar

-Mempunyai kesempatan untuk menegmbangkan kreativitas.

C. Tinjauan Tentang kesejahteraan sosial

1. Definisi Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan sosial adalah mencakup berbagai tindakan yang dilakukan

manusia untuk mencapai tingkat kehidupan masyarakat yang lebih baik, sedangkan

menurut rumusan Undang-Undang Republik Indonesia No.6 Tahun 1974 tentang

ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial pasal 2 ayat 1, adalah:

“Kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial


material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan
ketenteraman lahir dan batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk
mengadakan usaha pemenuhan kebutuan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial
yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi
hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila”.

Salah satu ciri ilmu kesejahteraan sosial adalah upaya pengembangan

metodologi untuk menangani berbagai macam masalah sosial, baik tingkat individu,

kelompok, keluarga maupun masyarakat ( Adi, 1994: 3-5).


Pengertian Kesejahteraan Sosial menurut beberapa Ahli :

1. Arthur Dunham

Kesejahteraan sosial dapat didefenisikan sebagai kegiatan-kegiatan yang

terorganisasi dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan dari segi sosial melalui

pemberian bantuan kepada orang untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan di dalam

beberapa bidang seperti kehidupan keluarga dan anak, kesehatan, penyesuaian sosial,

waktu senggang, standar-standar kehidupan dan hubungan-hubungan sosial.

Pelayanan kesejahteraan sosial memberi perhatian utama terhadap individu-individu,

kelompok-kelompok, komunitas-komunitas dan kesatuan-kesatuan penduduk yang

lebih luas; pelayanan ini mencakup pemeliharaan atau perawatan, penyembuhan dan

pencegahan.

2. Harold L. Wilensky dan Charles N. Lebeaux

Kesejahteraan sosial adalah suatu sistem yang terorganisir dari usaha-usaha

pelayanan sosial dan lembaga-lembaga sosial, untuk membantu individu- individu dan

kelompok dalam mencapai tingkat hidup serta kesehatan yang memuaskan.

Maksudnya agar individu dan relasi-relasi sosialnya memperoleh kesempatan yang

seluas-luasnya untuk mengembangkan kemampuan- kemampuannya serta

meningkatkan atau menyempurnakan kesejahteraan sebagai manusia sesuai dengan

kebutuhan masyarakat.

3. Walter A.Friendlander

Kesejahteraan sosial adalah suatu sistem yang terorganisir dari pelayanan-

pelayanan sosial dan lembaga-lembaga yang bermaksud untuk membantu individu-

individu dan kelompok-kelompok agar mencapai standar-standar kehidupan dan


kesehatan yang memuaskan, serta hubungan-hubungan perorangan dan sosial yang

memungkinkan mereka kembangkan segenap kemampuan dan meningkatkan

kesejahteraan mereka selaras dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga maupun

masyarakat.

4. Perserikatan Bangsa-Bangsa

Kesejahteraan sosial adalah suatu kegiatan yang terorganisir dengan tujuan

membantu penyesuaian timbal balik antara individu-individu dengan lingkungan

sosial mereka. Tujuan ini dicapai secara seksama melalui tehnik-tehnik dan metode-

metode dengan maksud agar memungkinkan individu- individu, kelompok-kelompok

maupun komunitas-komunitas memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan memecahkan

masalah-masalah penyesuian diri mereka terhadap perubahan pola-pola masyarakat,

serta melalui tindakan kerjasama untuk memperbaiki kondisi-kondisi ekonomi dan

sosial.

5. Alfred J.Khan

Kesejahteraan sosial terdiri dari program-program yang tersedia selain yang

tercakup dalam kriteria pasar untuk menjamin suatu tindakan kebutuhan dasar seperti

kesehatan, pendidikan kesejahteraan, dengan tujuan meningkatkan derajat kehidupan

komunal dan berfungsinya individual, agar dapat mudah menggunakan pelayanan-

pelayanan maupun lembaga-lembaga yang ada pada umumnya serta membantu

mereka yang mengalami kesulitan dan dalam pemenuhan kebutuhan mereka

2. Usaha Kesejahteraan Sosial

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.6 Tahun 1974, Usaha-

Usaha kesejahteraan sosial adalah semua upaya, program, dan kegiatan yang
ditujukan untuk mewujudkan, membina, memelihara, memulihkan dan

mengembangkan kesejahteraan sosial.

Usaha kesejahteraan sosial mengacu pada program, pelayanan, dan berbagai

kegiatan yang secara konkret berusaha menjawab kebutuhan ataupun masalah-

masalah yang dihadapi anggota masyarakat. Usaha kesejahteraan sosial dapat

diarahkan pada individu, keluarga, kelompok atau komunitas. Beberapa contoh dari

Usaha kesehjateraan sosial yang searah dengan tujuan pembangunan ekonomi adalah:

a. Beberapa tipe unit usaha kesejahteraan sosial yang secara langsung memberikan

sumbangan terhadap peningkatan produktifitas individu, kelompok ataupun

masyarakat contohnya adalah pelayanan konseling pada generasi muda dan lain-lain.

b. Jenis usaha kesejahteraan sosial yang berupaya untuk mencegah atau

meminimalisir hambatan (beban) yang dapat dihadapi oleh para pekerja (yang masih

produktif).

c. Jenis usaha kesejahteraan sosial yang memfokuskan pada pencegahan dampak

negatif urbanisasi dan industrialisasi pada kehidupan keluarga dan masyarakat atau

membantu mereka agar dapat mengidentifikasi dan mengembangkan “pemimpin” dari

suatu komunitas lokal.

Beberapa karakteristik usaha kesejahteraan sosial :

1. Menanggapi kebutuhan manusia.

2. Usaha kesejahteraan sosial diorganisir guna menanggapi kompleksitas masyarakat

perkotaan yang modern.


3. Kesejahteraan sosial mengarah ke spesialisasi, sehingga lembaga kesejahteraan

sosialnya juga menjadi tersepesialisasi.

4. Usaha kesejahteraan sosial menjadi sangat luas (Adi,1994:6-10).

D. Tinjauan Tentang Keluarga

1. Pengertian Keluarga.

Adalah unit terkecil dari masayarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan

beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap

dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi,2008).

Keluarga adalah dua atau tiga individu yang tergabung karena hubungan

darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu

rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam peranannya masing-masing,

menciptakan sertamempertahankan kebudayaan (Bailon dan Maglaya, 1989 dalam

Setiadi,2008).

Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan

perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan

budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan

social diri tiap anggota keluarga (Duval dan logan, 1986 dalam Setiadi,2008).

2. Tipe Keluarga

Dalam (Sri Setyowati, 2007) tipe keluarga dibagi menjadi dua macam yaitu :

a. Tipe Keluarga Tradisional

1) Keluarga Inti ( Nuclear Family ) , adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan

anak-anak.
2) Keluarga Besar ( Exstended Family ), adalah keluarga inti di tambah dengan sanak

saudara, misalnya nenek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.

3) Keluarga “Dyad” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan istri tanpa

anak.

4) “Single Parent” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua (ayah/ibu)

dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian

atau kematian.

5) “Single Adult” yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang dewasa

(misalnya seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost untuk bekerja

atau kuliah)

B.Tipe Keluarga Non Tradisional

1) The Unmarried teenege mather

Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari

hubungan tanpa nikah.

2) The Stepparent Family

Keluarga dengan orang tua tiri.

3) Commune Family

Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan

saudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama,

pengalaman yang sama : sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok

atau membesarkan anak bersama.


4) The Non Marital Heterosexual Conhibitang Family

Keluarga yang hidup bersama dan berganti –ganti pasangan tanpa melalui

pernikahan.

5) Gay And Lesbian Family

Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana

suami –istri (marital partners).

6) Cohibiting Couple

Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena

beberapa alas an tertentu.

7) Group-Marriage Family

Beberapa orang dewasa menggunakan alat – alat rumah tangga bersama

yang saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu termasuk sexual dan

membesarkan anaknya.

8) Group Network Family

Keluarga inti yang dibatasi aturan atau nilai - nilai, hidup bersama atau

berdekatan satu sama lainnya dan saling menggunakan barang - barang rumah

tangga bersama, pelayanan dan tanggung jawab membesarkan anaknya.

9) Foster Family

Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau saudara

didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu

mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.


10) Homeless Family

Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanent

karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau

problem kesehatan mental.

11) Gang.

Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang- orang muda yang

mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi

berkembang dalam kekerasan dan criminal dalam kehidupannya.

3. Fungsi keluarga

Menurut Effendy, (1998) dalam (Setiadi,2008) ada 3 fungsi pokok keluarga

terhadap anggota keluarganya, adalah :

a) Asih adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman,

kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka

tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.

b) Asuh adalah memenuhi kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak

agar kesehatannya selalu terpelihara, sehingga diharapkan menjadikan

mereka anak-anak yang sehat baik fisik, mental, sosila dan spiritual.

c) Asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap

menjadi manusia dewasa yang mendiri dalam mempersiapkan masa

depannya.

4. Peran Keluarga
Dalam (Setiadi, 2008), peranan keluarga menggambarkan seperangkat

perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam

posisi dan situasi tertentu.Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah

sebagai berikut :

a. Peranan ayah : ayah sebagai suami dan istri dan anak-anak, berperan sebagai

pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala

keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota

masyarakat dari lingkunmgan.

b. Peranan ibu : sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan

untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,

pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta

sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat

berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga.

c. Peranan anak : anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan

tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spriritual.

E. Tinjauan Kemiskinan

1. Pengertian Kemiskinan

Menurut Heru Nugroho (1995:38) kemiskinan adalah hasil produk dari

konstruksi sosial, sehngga yang dilakukan justru menimbulkan dominasi baru atau

terjadinya dialektika pembangunan. Sialektika pembangunan yang terjadi antara

lain:

Pembangunan yang diharapakan terjadi trikle down effect, justru

menimbulkan trikle up effect karena daya sedot akumulasi capital lebih kuat ke

pusat dibandingkan dengan pemertaan pembangunan melalui program-program anti

kemiskinan;
Pembangunan yang dilakukan hanya membebaskan “orang dari”, belum

membebaskan”oang untuk”. Hal ini berarti bahwa pembangunan tersebut baru

membebaskan didi dari rasa lapar, dan elum membebaskan diri untuk

mengekspresikan kemmapuan diri dan mengoreksi pembangunan itu sendiri;

Para akademisi terjebak dalam penelitian yang teknis sehingga rekomendasi

bagi pengentasan kemiskinan hanya mencapai sasaran teknis, yang berupa dimensi

kemiskinan yang bias diukur (material well being), dan tidak memperdayakan

masyarakat itu sendiri, yang berupa social well being.

Pendapat dari Sutanyo (2005:4) ciri-ciri kemiskinan sebagai berikut :

 Mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan pada umumnya tidak

memiliki faktor produksi, sendiri: tanah yang cukup, modal

ataupun ketampilan.

 Mereka pada umumnya tidak mempunyai kemungkinan untuk

memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri. syarat berat dan

bunga yang amat tinggi.

 Waktu untuk mencari makan sehingga tidak ada lagi waktu untuk

belajar. Demikian juga dengan anak-anak mereka, tak dapat

meyelesaikan sekolah karena harus membantu orang tuanya mencari

nafkah tambahan.

 Didorong oleh kesulitan hidup di desa, maka banyak di antara mereka

mencoba berusaha ke ota (urbanisasi) untuk mengadu nasib. Banyak

di antara mereka yang yang hidup di kota masih muda dan tidak

mempunyai ketrampilan atau skill da pendidikan.


B. Indikator Kemiskinan

Indikator untuk menentukan fakir miskin yang dimaksud menurut Departemen

Sosial RI, ( 2005 : 13-14 ) sebagai berikut:

 Penghasilan rendah, atau berada dibawah garis sangat miskin yang

dapat diukur dari tingkat pengeluaran per orang per bulan berdasarkan

standar BPS per wilayah propinsi dan Kabupaten Kota.

 Ketergantungan pada batuan pangan untuk penduduk miskin (seperti

zakat/beras untuk orang miskin/santunan sosial).

 Keterbatasan kepemilikan pakaian untuk setiap anggota keluarga per

tahun (hanya mampu memilki 1 stel pakaian lengkap per orang per

tahun)

 Tidak mampu membiayai pengobatan jika ada salah satu anggota

keluarga yang sakit.

 Tidak mampu membiayai pendidikan dasar 9 tahun bagi anak-anaknya

 Tidak memilki harta (asset) yang dapat dimanfaatkan hasilnya atau

dijual untuk membiayai kebutuhan hiodup selama tiga bulan atau dua

kali batas garis sangat miskin.

 Tinggal dirumah yang tidak layak huni.

 Sulit memperoleh air bersih.

c. Penyebab Kemiskinan

Sutandyo (2005:8) mengatakan faktor yang melatarbelakangi, akar penyebab

kemiskinan dapat dibedakan menjadi dua katagori:

“Pertama, kemiskinan alamiah, yakni kemiskinan yang timbul sebagai akibat

sumber-sumber daya yang langka jumlahnya dan atau karena tingka perkembangan

teknomogi yang sangat rendah. Kedua, kemiskinan buatan, yakni kemiskinan yang
terjadi karena struktur sosial yang ada membuat anggota atau kelompok masyarakat

tidak mengusai sarana ekonomi dan fasilitas-fasilitas anggota masyarakat dari

kemiskinan.”

Kemiskinan alamaiah artinya faktor-faktor yang menyebabkan suatu kekayaan

masyarakat menjadi miskin adalah secara alami memang ada, dan bukan bahwa akan

ada kelompok atau individu di dalam masyarakat tersebut yang lebih miskin dari

yang lain. Mungkin saja dalam keadaan kemiskinan alamiah tersebut akan terdapat

perbedaan-perbedaan kekayaan, tetapi dampak perbedaan tesebut akan diperlunak

atau dieleminasi oleh adanya pranata-pranata tradisional, seperti pola hubungannya

jiwa gotong royng, dan sejenisnya yang fungsional untuk meredam kemungkinan

timbulnya kecemburuan sosial.

Kemiskinan buatan dalam banyak hal terjadi bukan karena seorang individu

atau anggota keluarga malas bekerja atau karena mereka terus menerus sakit.

Berbeda dengan perpeksif modernisasi ang cenderung memvonis kemiskinan

bersumber dari lemahnya etos keja, tidak dimlikinya etika wirausaha atau karena

budaya yang tidak terbiasa dengan kerja keras. Kemiskinan buatan diidentikkan

dengan pengertian kemiskinan structural dan yang dimaksud dengan kemiskinan

structural adalah kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyarakat, karena

struktur masyarakat itu tidak dapat ikut menggunakan sumber-smber pendapatan

yang tersedia bagi mereka.


METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain penelitian

Metode yang diguanakan dalam penelitian ini adalah metode

kuantitatif dengan format deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan,

meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atatu berbagai variabel yang timbul

di masyarakat yang menjadi objek penelitian. Alasan menggunakan penelitian

kuantitatif dengan format deskriptif yakni agar peneliti dapat memperoleh gambaran

mengenai efektivitas pelaksanaan CSR PT Timah (Persero) Tbk dalam

meningkatkan kesejahteraan keluarga miskin di Desa Air Duren kecamatan Pemali

Kbautpaten Bangka.

B. Definisi Operasional

1. Efektiitas yang ada dalam penelitian ini adalah pengukuran

keberhasilan pelaksanaan program CSR PT. Timah (Persero) Tbk dalam

meningkatkan kesejahteraan keluarga miskin di Desa Air Duren Kecamatan

Pemali Kabupaten Bangka.

2. CSR dalam penelitian ini adalah tanggung jawab sosial perusahaan yang

disadari dan diwujudkan dalam program kepedulian serta komitmen

perusahaan dalam meningkatkan keejahteraan keluarga miskin melalui

program yang dilakukan oleh PT. Timah (Persero) Tbk.

3. PT Timah (Persero) Tbk adalah perushaaan yang bergerak di bidang

penambangan timah yang ada di Kota Pangkalpinang Provinsi Bangka

Belitung

4. Keluarga miskin dalam penelitian ini adalah keluarga yang mempunyai

pekerjaan namun tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup nya baik kebutuhan
pangan, sandang yang berdomisili di Desa Air Duren Kecamatan Pemali

Kabupaten Bangka.

5. Desa Air Duren dalam penelitian ini adalah salah satu desa yang terdapat di

Kecamatan Pemali Kabupaten Bangka yang akan dijadikan lokasi penelitian

C. Sumber Data, Populasi dan sampel

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Sumber data primer adalah sumber data yang berasal dari jawaban responden

dari hasil wawancara dan jawaban responden melalui angket.

b. Sumber data sekunder adalah sumber data dalam penelitian ini diperoleh

secara tidak langsung dari responden dan dari studi dokumen ataupun dari

literatur buku-buku yang ada diperpustakaan.

Populasi yang akan diambil adalah kepala keluarga Miskin yang tinggal di Desa Air

Duren Kecamatan Pemlai Kabupaten Bangka yang berjumlah 55 KK.

Untuk menentukan jumlah sampel yang akan diambil digunakanteknik

sampling jenuh . Teknik sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua

anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumalh

populasi relatif kecil, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan

kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sample jenuh adalah sensus, dimana semua

anggota populasi dijadikan sample.

D.Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Angket

Angket merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara

sistematis., kemudian mengirimkan kepada responden untuk di isi. Angket ini


berisi menegenai pertanyaan yang berhunbungan dengan penelitian dan

jawaban nya di peroleh oleh eneliti dari responden sehingga memepermudah

peneliti dalam menganalisis data.

2. Observasi nonpartisipan

Dalam observasi ini peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat

independen dengan menggunakan observasi terstruktur. Observasi terstruktur

adalah observasi yang dirancang secraa sistemartis , tentang apa yang akan di

amati , kapan dan dimana tempat nya. Obeservasi terstruktur dilakukan apabila

peneliti telah tahu denga pasti tentang variabel yang akan diamati . Dalam

melakukan pengamatan peneliti melakuakn instrumen dengan penelitian yang

telah teruji validitas dan realibilitasnya. Pedoman wawancara terstruktur atau

angket tertutup dapat juga di jadikan sebagai pedoman observasi.

3. Studi Dokumentasi

Metode pengumpulan data dengan memakai media berupa catatan, gambar,

foto, ranskip, buku, surat kabar, majalah, notulen, agenda,dan sebagainya.

Studi dokumentasi digunakan untuk melengkapi data yang di peroleh agar

data tersebut lebih akurat.

E. Alat ukur dan pengujian validitas realibilitas

a. Validitas Alat Ukur

Pengujian validitas adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah

alat ukur yang di gunakan dalam penelitian ini dapat mengukur variabel yang

dimaksudkan untuk di ukur. Adapun jenis validitas yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah Validitas muka dilakukan dengan cara mengkonsultasikan alat

ukur yang digunakan kepada pembimbing penulisan laporan yang dipandang sebagai

ahli dalam penelitian


b. Realibilitas Alat Ukur

Realibilitas alat ukur adalah sebagian suatau kemampuan alat ukur tersebut

guna mengkur secara konsisten terhadapa fenomena yang dirancang. Metode yang

akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode split-half (belah dua).

Dengan metode ini, satu alat ukur digunakan pada sekelompok individu satu

kali. setelah terkumpul dan setiap butir di beri nilai, alat ukur ini dibagi menjadi dua

bagian, misalnya setengah pertama dari seluruh butir dan setengah lainnya. Nilai

butir dari setiap belahan alat ukur tersebut di jumlahkan . Nilai total dari kedua

bagian ini kemudian di korelasikan dan apabila menghasilkan korelasi yang positif

dan tinggi , maka alat ukur tersebut di katakan realible.

Pembagian menjadi dua bagian ini dapat dilakukan berdasarkan nomr ganjil

dan nomor genap.

F. Teknik Analisis Data

Pengolahan data yang akan di gunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan program SPSS. Tahap-tahap pengolahan data sebagai berikut :

 Editing

Yaitu tahapan kegiatan mengkoreksi data yang telah terkumpul baik secara

pengisian, kelengkapan jawaban, dan relevansi jawaban yang terdapat pada

kuesioner.

 Tabulasi

Yaitu penglompokan data dalam bentuk tabel sesuai dengan analisis yang

dibutuhkan.
 Coding

Yaitu mengklasifikasikan data yang diperoleh kedalam kategori dengan

menggunakan coding.

G. Jadwal dan Langkah

Langkah dalam penelitian ini adalah untuk disesuaikan dengan kondisi di

lapangan, secara umum langkah nya adalah sebgai berikut :

a. Penyusunan Rancangan Penelitian

b. Studi Literatur dan Penyusunan desain

c. Seminar proposal

d. Penyusunan Instrumen

e. Pengumpulan data di lapangan

f. Pengolahan dan analisis data

g. Penyusunan Laporan

h. Sidang hasil penelitian dan pengesahan

2014 2015
No Kegiatan Sep Des Jan Feb Mar Apr Jun Juli Agst
1. Penyusunan
Rancangan Penelitian
2. Studi Literatur dan
Penyusunan desain
3. Seminar proposal
4. Penyusunan
Instrumen
5. Pengumpulan data
6. Analisis data
7. Penyusunan laporan
8. Sidang hasil penelitian
dan pengesahan

DAFTAR PUSTAKA
Adi fahrudin (2010) pengatar kesos. penerbit andi. jakarta

edi suharto 2007. peksos di dunia industri, refika aditama. bandung

2010. csr dan comdev “investasi kreatif perusahaan di era globalisasi” alfabeta, bandung

2009. kemiskinan dan perlindungan sosial di indonesia. alfabeta, bandung

Iskandar, Jusman dan Carolina Nitimihardjo. 1992. Pengantar Penelitian Pekerjaan Sosial.

Edisi II. Bandung: Koperasi Mahasiswa bersama An Naba DKM AL-Ihsan.

Sonny Keraf,1998. Etika Bisnis, Tuntutan dan Relevansinya(Yogyakarta : Kanisus ), hlm. 123

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatid, dan R&D. Cetakan ke-13.

Bandung: Alfabeta.

Badudu J.S dan Zain, Sutan Mohammad. (1996). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.

Danim, Sudarwan. (2004). Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok. Bengkulu: PT RINEKA
CIPTA.

Erni R. Ernawan, 2011. Business Ethics-Etika Bisnis Edisi Revisi (Bandung : Alfabeta),

Gedeian, Arthur G. (1991). Organization Theory and Design. University of Colorado at Denver.

syamsi,ibnu .1988. Pokok-Pokok Organisasi dan Manajemen. jakarta : Rineka Cipta

Handoko. (2001). Efektivitas Organisasi. Jakarta: Erlangga

Undang-Undang Republik Indonesia No.6 Tahun 1974

Kurniawan, Agung. (2005). Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta: PEMBARUAN.

Mahmudi. (2005). Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Nazir, Mohammad. (1998). Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Ghalia Indonesia.

DEPSOS dan KOPMA STKS Bandung, 2003, Hasil Penelitian Kemiskinan dan
KeberfungsianSosial , KOPMA STKS Bandung.
ICMI Pusat, ICMI ORWIL DIY dan PPSK Jogjakarta, 1995, Kemiskinan dan Kesenjangan di
Indonesia, Aditya Media, Jojakata
Sutandyo, 2005, Kemiskinan dan Kesenjangan Sosial” Ketika Pembangunan Tak Berpihak Kepada
Rakyat Miskin, Airlangga University Press, Surabaya.
Setiadi. (2008). Konsep Dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sri Setyowati, A. M. (2007). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Mitra Cendikia.

Radiati, Maria R Nindita. 2008. CSR untuk pemberdayaan Ekonomi Lokal. Jakarta:
Indonesia Business Links.

http://www.timah.com/v2/ina/sustainability/7510052012113327/program-sosial/

http://www.timah.com/v2/ina/sustainability/410052012113120/program-kemitraan/

http://id.wikipedia.org/wiki/Timah_%28perusahaan%29

http://www.timah.com/v2/ina/news-event/3314052010121758/berita/4608052014141418/pt-
timah-salurkan-program-kemitraan-rp-9-7-m/

Anda mungkin juga menyukai