DOSEN PEMBIMBING :
DISUSUN OLEH :
- Hawazen (P07131219015)
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam kehidupan
pemenuhan gizi masyarakat, maka Tidak mengherankan jika semua negara baik negara maju
maupun berkembang selalu berusaha untuk menyediakan suplai pangan yang cukup, aman
dan bergizi. Salah satunya dengan melakukan berbagai cara pengolahan dan pengawetan
pangan yang dapat memberikan perlindungan terhadap bahan pangan yang akan dikonsumsi.
Hal ini wajar sebab dengan semakin berkembangnya teknologi kehidupan manusia
semakin hari semakin sibuk sehinngga tidak mempunyai banyak waktu untuk melakukan
pengolahan bahan makana yang hanya mengandalkan bahan mentah yang kemudian diolah
didapur. Dalam keadaaan demikian, makanan cepat saji (instan) yang telah diolah dipabrik
atau telah diawetkan banyak manfatnya bagi masyarakat itu sendiri. Banyaknya kasus
keracunan makanan yang terjadi dimasyarakat saat ini mengindikasikan adanya kesalahan
yang dilakukan masyarakat ataupun makaan dalam mengolah dan mengawetkan bahan
masyarakat lebih disebabkan budaya pengelohan pangan yang kurang berorientasi terhadap
nilai gizi, serta keterbatasan pengetahuan sekaligus desakan ekonomi sehingga masalah
pemenuhan dan pengolahan bahan pangan terabaikan, Industri makanan sebagai pelaku
penyedia produk makanan seringkali melakukan tindakan yang tidak terpuji dan hanya
berorientasi profit oriented dalam menyediakan berbagai produk di pasar sehinngga hal itu
membuka peluang terjadinya penyalahgunaan bahan dalam pengolahan bahan makanan untuk
masyarakat diantaranya seperti kasusu penggunaan belpagai bahan tambahan makanan yang
seharusnya tidak layak dikosumsi.
Bahan pengawet dari bahan kimia berfungsi membantu mempertahankan bahan makanan
dari serangan makroba pembusuk dan memberikan tambahan rasa sedap, manis, dan pewarna.
Contoh beberapa jenis zat kimia : cuka, asam asetat, fungisida, antioksidan, in-package
desiccant, ethylene absorbent, wax emulsion dan growth regulatory untuk melindungi buah
dan sayuran dari ancaman kerusakan pasca panen untuk memperpanjangkesegaran masam
pemasaran. Nitogen cair sering digunakan untuk pembekuan secara tepat buah dan sayur
sehinnga dipertahankan kesegaran dan rasanya yang nyaman. Suatu jenis regenerasi baru
growth substance sintesis yang disebut morfaktin telah ditemuakan dan diaplikasikan untuk
mencengah kehilangan berat secara fisiologis pada pasca panen, kerusakan karena kapang,
pemecahan klorofil serta hilangnya kerennyahan buah. Scott dkk (1982) melaporkan bahwa
terjadinya browning, kehilangan berat dan pembusukan buah leci dapat dikurangi bila buah –
buahan tersebut direndam dalam larutan binomial hangat (0,05%, 520 C ) selama 2 menit dan
segera di ikuti dengan pemanasan PVC (polivinil klorida ) dengan ketebalan 0,001 mm.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini ada beberapa masalah yang akan dikaji, diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. Apa definisi dari pengawetan bahan pangan ?
2. Apa saja macam-macam pengawetan ?
3. Apa yang dimaksud dengan pengawetan secara kimiawi ?
C. Tujuan Makalah
PEMBAHASAN
Bahan pengawet adalah bahan tambahan pangan yang dapat mencegah atau menghambat
proses fermentasi, pengasaman, atau penguraian lain terhadap makanan yang disebabkan oleh
aktivitas mikroorganisme. Pengawetan bahan pangan dapat dilakukan dengan berbagai cara
dan metode. Hal ini diupayakan agar bahan pangan dapat bertahan dalam waktu yang
panjang. Secara komersial tujuan dari pengawetan pangan adalah untuk mengawetkan bahan
akibat musim, menjamin agar kelebihan produksi tidak terbuang, memudahkan penanganan
B. Macam-Macam Pengawetan
Pengawetan dan teknik penyimpanan pada bahan pangan telah lama dikenal oleh
fumigasi sampai saat ini masih diterapkan untuk mempertahankan mutu dan memperpanjang
masa simpan bahan pangan. Penambahan bahan pengawet sintetis juga masih digunakan
Metode pengawetan atau upaya penambahan masa simpan dapat dilakukan dengan
3 golongan yaitu, pengawetan secara alami, pengawetan secara biologis, dan pengawetan
secara kimia. Pengawetan secara alami meliputi pemanasan (yang secara modern
bahan kimia seperti gula, garam, nitrat, nitrit, natrium benzoat dan lain sebagainya.
Perkembangan teknologi pangan yang semakin canggih berdampak pada perkembangan cara
penanganan, pengolahan, pengemasan, dan distribusi produk pangan kepada konsumen. Cara
penyimpanan suhu rendah, proses termal (pemanasan), penggunaan bahan pengawet, dan
irradiasi. Penyimpanan suhu rendah terbagi menjadi refrigerasi dan pembekuan. Sedangkan
proses termal (pemanasan) dapat dibagi menjadi pasteurisasi, sterilisasi, dan blansing
(Afrianti, 2008).
Pengawet alami adalah senyawa kimia turunan dari tumbuhan, hewan, mikroba, dan
aktivitas metabolisme yang menunda pembusukan suatu produk dengan cara tertentu. Bahan
alami dapat digunakan sebagai pengawet, karena mengandung zat aktif antimikroba.
Contohnya adalah daun beluntas, jahe, kluwak, kunyit, lengkuas (Purwani dkk, 2008).
Kandungan minyak atsiri pada daun beluntas dan jahe mempunyai sifat antimikroba
(Ardiansyah dkk, 2003). Senyawa flavonoid seperti asam sianida, asam hidrokarpat, asam
khaulmograt, dan asam glorat pada kluwak terbukti dapat memperpanjang masa simpai
(Widyasari, 2005). Sedangkan pada kunyit yang berperan sebagai antimikroba adalah
dkk, 2008).
Selain itu, pengawet alami juga dapat diperoleh dari bawang putih, madu, tanaman coklat,
kayu manis dan lidah buaya. Bawang putih dapat dijadikan pengawet karena kandungan
senyawa (alliin, allicin, dan ajoene) serta antioksidan yang tinggi (Singh et al., 2010).
Tanaman coklat atau cocoa juga dapat digunakan sebagai pengawet, senyawa antioksidan
seperti phenol dan alkaloid yang terkandung didalam dapat diaplikasikan pada pengawet
lainnya (Heo et al., 2005). Kandungan cinnamaldehyde, eugenol, carophyllen, dan cineole
dalam kayu manis terbukti dapat dimanfaatkan sebagai antimikroba dan antijamur (Friedman
et al., 2004). Sedangkan pada lidah buaya, kandungan antrakuinon seperti aloin, aloe-
emodin, barbaloin dan emodin berperan sebagai antioksidan dan antibakteri (Hu et al., 2003).
Buah segar akan mengalami kerusakan setelah pemanenan, baik selama proses
kerusakan tersebut adalah, pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme, aktivitas enzim dalam
bahan pangan, suhu, kadar oksigen, kadar air dan kekeringan, cahaya, serta gangguan dari
binatang misalnya serangga ataupun hewan pengerat. Pengawetan pada dasarnya hanya
Bahan pangan dari hasil pertanian banyak mengalami kerusakan. Data menunjukan
bahwa sekitar 35-40% sayuran dan buah-buahan mengalami kerusakan karena sifatnya yang
mudah rusak (perishable foods). Tanpa adanya pengolahan lebih lanjut, bahan pangan tersebut
mekanik, kimiawi, dan mikrobiologi yang dapat menyebabkan kerusakan dan tidak dapat
dikonsumsi (Lubis, 2009). Oleh karena itu diperlukan usaha yang dapat menghambat
kerusakan bahan pangan agar masa simpan menjadi lebih lama. Berikut adalah beberapa
dipermukaannya. Namun, selaput ini dapat hilang karena proses prapanen ataupun
pascapanen. Kegiatan pascapanen berawal sejak bahan pangan diambil dari tanaman (panen)
hingga sampai pada konsumen. Pelapisan lilin pada buah dapat mencegah terjadinya
penguapan air sehingga dapat menghambat kelayuan dan laju reaksi enzimatis serta dapat
mengkilapkan kulit buah sehingga menambah daya tarik konsumen. Selain itu, luka atau
goresan yang terdapat dipermukaan buah akan tertutupi oleh lilin tersebut (Samad, 2006).
Jenis-jenis emulsi lilin yang biasa digunakan adalah lilin tebu (sugarcane wax), terpen
termoblastik, serta emulsifier tri-etanolamin dan asam oleat (Samad, 2006). Sedangkan
menurut Made (2001) Lilin yang banyak digunakan adalah shellac dan carnauba atau
beeswax (lilin lebah) yang semuanya digolongkan sebagai food grade. Pelapisan lilin
dilakukan untuk mengganti lilin alami buah yang hilang karena proses pencucian dan
pembersihan serta membantu mengurangi kehilangan air dan memberikan perlindungan dari
mikroorganisme pembusuk. Adapun cara pelapisan lilin menurut Samad (2006) adalah
penyikatan (brushing).
Menggunakan bahan-bahan kimia, seperti gula pasir, garam dapur, nitrat, nitrit, natrium
benzoat, asam propionat, asam sitrat, garam sulfat, dan lain-lian. Proses pengasapan juga
termasuk cara kimia sebab bahan-bahan kimia dalam asap dimasukkan ke dalam makanan
Sering digunakan untuk mencegah tumbuhnya jamur atau kapang. Untuk bahan tepung
terigu, dosis maksimum yang digunakan adalah 0,32 % atau 3,2 gram/kg bahan; sedngkan
untuk bahan dari keju, dosis maksimum sebesar 0,3 % atau 3 gram/kg bahan.
Merupakan senyawa intermedier dari asam organik yang berbentuk kristal atau serbuk
putih. Asam sitrat ini maudah larut dalam air, spriritus, dan ethanol, tidak berbau, rasanya
sangat asam, serta jika dipanaskan akan meleleh kemudian terurai yang selanjutnya terbakar
sampai menjadi arang. Asam sitrat juga terdapat dalam sari buah-buahan seperti nenas, jeruk,
lemon, markisa. Asam ini dipakai untuk meningkatkan rasa asam (mengatur tingkat
keasaman) pada berbagai pengolahan minum, produk air susu, selai, jeli, dan lain-lain. Asam
sitrat berfungsi sebagai pengawet pada keju dan sirup, digunakan untuk mencegah proses
kristalisasi dalam madu, gula-gula (termasuk fondant), dan juga untuk mencegah pemucatan
berbagai makanan, misalnya buah-buahan kaleng dan ikan. Larutan asam sitrat yang encer
dapat digunakan untuk mencegah pembentukan bintik-bintik hitam pada udang. Penggunaan
Benzoat biasa diperdagangkan adalah garam natrium benzoat, dengan ciri- ciri berbentuk
serbuk atau kristal putih, halus, sedikit berbau, berasa payau, dan pada pemanasan yang tinggi
d) Bleng
Merupakan larutan garam fosfat, berbentuk kristal, dan berwarna kekuning- kuningan.
Bleng banyak mengandung unsur boron dan beberapa mineral lainnya. Penambahan bleng
selain sebagai pengawet pada pengolahan bahan pangan terutama kerupuk, juga untuk
mengembangkan dan mengenyalkan bahan, serta memberi aroma dan rasa yang khas.
Penggunaannya sebagai pengawet maksimal sebanyak 20 gram per 25 kg bahan. Bleng dapat
dicampur langsung dalam adonan setelah dilarutkan dalam air atau diendapkan terlebih
Garam dapur dalam keadaan murni tidak berwarna, tetapi kadang-kadang berwarna
kuning kecoklatan yang berasal dari kotoran-kotoran yang ada didalamnya. Air laut
mengawetkan ikan dan juga bahan-bahan lain. Pengunaannya sebagai pengawet minimal
f) Garam sulfat
Digunakan dalam makanan untuk mencegah timbulnya ragi, bakteri dan warna
g) Gula pasir
Digunakan sebagai pengawet dan lebih efektif bila dipakai dengan tujuan menghambat
pertumbuhan bakteri. Sebagai bahan pengawet, pengunaan gula pasir minimal 3% atau 30
gram/kg bahan.
h) Kaporit (Calsium hypochlorit atau hypochloris calsiucus atau chlor kalk atau kapur
klor)
Merupakan campuran dari calsium hypochlorit, -chlorida da -oksida, berupa serbuk putih
yang sering menggumpal hingga membentuk butiran. Biasanya mengandung 25~70 % chlor
Kaporit yang mengandung klor ini digunakan untuk mensterilkan air minum dan kolam
i) Natrium Metabisulfit
pengolahan bahan pangan bertujuan untuk mencegah proses pencoklatan pada buah sebelum
diolah, menghilangkan bau dan rasa getir terutama pada ubi kayu serta untuk
pengasapan tersebut adalah mengalirkan gas SO2 ke dalam bahan sebelum pengeringan.
Terdapat dalam bentuk garam kalium dan natrium nitrit. Natrium nitrit berbentuk butiran
berwarna putih, sedangkan kalium nitrit berwarna putih atau kuning dan kelarutannya tinggi
dalam air.
Nitrit dan nitrat dapat menghambat pertumbuhan bakteri pada daging dan ikan dalam
waktu yang singkat. Sering digunakan pada danging yang telah dilayukan untuk
Untuk nitrat 0,2 % atau 2 gram/kg bahan. Apabila lebih dari jumlah tersebut akan
menyebabkan keracunan, oleh sebab itu pemakaian nitrit dan nitrat diatur dalam undang-
undang. Untuk mengatasi keracunan tersebut maka pemakaian nitrit biasanya dicampur
dengan nitrat dalam jumlah yang sama. Nitrat tersebut akan diubah menjadi nitrit sedikit demi
k) Sendawa
Merupakan senyawa organik yang berbentuk kristal putih atau tak berwarna, rasanya asin dan
sejuk. Sendawa mudah larut dalamair dan meleleh pada suhu 377oC. Ada tiga bentuk
sendawa, yaitu kalium nitrat, kalsium nitrat dan natrium nitrat. Sendawa dapat dibuat dengan
mereaksikan kalium khlorida dengan asam nitrat atau natrium nitrat. Dalamindustri biasa
digunakan untuk membuat korek api, bahan peledak, pupuk, dan juga untuk pengawet abahn
l) Zat Pewarna
Zat pewarna ditambahkan ke dalam bahan makanan seperti daging, sayuran, buah-buahan
dan lain-lainnya untuk menarik selera dankeinginan konsumen. Bahan pewarna alam yang
sering digunakan adalah kunyit, karamel dan pandan. Dibandingkan dengan pewarna alami,
maka bahan pewarna sintetis mempunyai banyak kelebihan dalam hal keanekaragaman
warnanya, baik keseragaman maupun kestabilan, serta penyimpanannya lebih mudah dan
tahan lama. Misalnya carbon black yang sering digunakan untuk memberikan warna hitam,
titanium oksida untuk memutihkan, dan lain- lain. Bahan pewarna alami warnanya jarang
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Pengawetan bahan pangan dapat dilakukan dengan berbagai cara dan metode. Hal ini
diupayakan agar bahan pangan dapat bertahan dalam waktu yang panjang. Secara
komersial tujuan dari pengawetan pangan adalah untuk mengawetkan bahan pangan
Menggunakan bahan-bahan kimia, seperti gula pasir, garam dapur, nitrat, nitrit,
natrium benzoat, asam propionat, asam sitrat, garam sulfat, dan lain-lian. Proses
pengasapan juga termasuk cara kimia sebab bahan-bahan kimia dalam asap dimasukkan
Tri Margono, Detty Suryati, Sri Hartinah, Buku Panduan Teknologi Pangan, Pusat Informasi
1993.
Supli Effendi M. (2002) Teknologi Pengawetan Pangan. Penerbit Lemlit Unpas Bandung
Winarno, F. G, (1997). Pangan Gizi Teknologi dan Konsumen, Kimia Pangan dan Gizi, P.T