BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengujian mikrobiologis terhadap produk perbekalan farmasi dan makanan yang beredar
diseluruh Indonesia sangat perlu dilakukan dengan mengingat bahwa produk tersebut sangat
mudah dikontaminasi oleh mikroorganisme.Keberadaan mikroorganisme dalam perbekalan
farmasi dan makanan tidak diharapkan, karena berdampak negative terhadap kesehatan para
konsumen.Disamping itu juga dalam rangka menghadapi era globalisasi dan ketersediaan semua
produk-produk dalam bentuk siap pakai, maka pengontrolan dan pengujian secara mikrobiologik
terhadap produk perbekalan farmasi dan makanan mutlak dibutuhkan.
Keamanan produk terutama pada makanan, kosmetik, sediaan obat atau obat tradisional
merupakan suatu tuntutan yang telah dikemukakan sejak munculnya gangguan kesehatan
manusia akibat adanya cemaran mikroorganisme. Prduk ang tercemar mikroorganisme dapat
memproduksi racun yang dapat menyebabkan timbulnya suartu penyakit.
Suatu sediaan dikatakan rusak bila terjadi perubahan warna, perubahan bentuk (pecah,
terdapat kristal, lembap), perubahan rasa, perubahan bau, dan penguraian.
Maka untuk menghindari dan mengurangi kemungkinan pencemaran suatu produk oleh
mikroorganisme, dilakukan proses pengawetan produk.
Penggunaan pengawet dalam suatu sediaan harus tepat, baik jenis maupun dosisnya. Suatu
bahan pengawet mungkin efektif untuk mengawetkan suatu produk tertentu, tetapi tidak efektif
untuk mengawetkan produk lainnya karena suatu produk mempunyai sifat yang berbeda-beda
sehingga mikroba perusak yang akan dihambat pertumbuhannya juga berbeda. Beberapa bahan
pengawet yang umum digunakan adalah metil paraben, propil paraben, asam benzoat, dan
natrium benzoat.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam praktikum ini adalah apakah pengawet yang digunakan
memiliki pengaruh yang besar terhadap banyaknya zona bakteri yang dimilikinya?
C. Maksud Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan daerah zona hambat dari suatu
pengawet, menentukan jumlah koloni bakteri dari daerah zona hambat dengan variasi konsentrasi
yang digunakan.
E. Manfaat Praktikum
KAJIAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Bahan pangan atau makanan disebut rusak atau tidak layak dimakan jika sifat-sifat
bahan pangan atau makanan tersebut telah berubah. Kerusakan pangan dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, antara lain adanya pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme, kerusakan
karena serangga atau binatang pengerat, adanya aktivitas enzim dan non enzim dalam bahan
makanan, dan adanya kerusakan fisik, misalnya karena proses pembekuan, pengeringan,
pemanasan, dan tekanan (Maksum. 2011).
Gejala keracunan sering terjadi ketika seseorang mengkonsumsi makanan yang mengandung
bahan-bahan berbahaya, termasuk mikroorganisme, yang tidak dapat terdeteksi langsung dengan
indera manusia.Bahan-bahan kimia berbahaya yang terdapat dalam makanan sulit diketahui
secara langsung sehingga sering menyebabkan keracunan makanan (Maksum. 2011).
Mikroorganisme berbahaya yang terdapat dalam makanan kadang-kadang dapat dideteksi jika
pertumbuhan mikroorganisme tersebut menyebabkan pertumbuhan mikroorganisme tersebut
menyebabkan perubahan tertentu pada makanan, misalnya menimbulkan bau asam, bau busuk,
dan lain-lain.Akan tetapi, tidak semua mikroorganisme menimbulkan perubahan yang mudah
diketahui sehingga sering menimbulkan masalah jika kita mengkonsumsi makanan
tersebut (Maksum. 2011).
Pemilihan metode pengawetan makanan harus memperhatikan jenis spora bakteri yang
tahan terhadap pemanasan yang kemungkinan terdapat dalam bahan makanan
tersebut. (Maksum. 2011).
Pengepakan, pengemasan, dan pengalengan makanan yang telah diolah harus memenuhi cara
produksi makanan yang baik agar makanan terhindar dari mikroorganisme yang dapat merusak
makanan(Maksum. 2011).
Untuk menghindari dan mengurangi kemungkinan pencemaran suatu produk oleh
mikroorganisme, dilakukan proses pengawetan produk. Secara garis besar tehnik pengawetan
dapat dibagi dalam tiga golongan yaitu pengawetan secara alami, pengawetan secara biologis
dan pengawetan secara kimia.Syarat zat pengawet adalah mampu membunuh kontaminan
mikroorganisme, tidak toksik atau menyebabkan iritasi pada pengguna, stabil dan aktif, serta
selektif dan tidak bereaksi dengan bahan (Sylvia. 2008).
meliputi proses pemanasan dan pendinginan. Teknik liofilisasi atau teknik pengeringan beku
merupakan teknik preservasi (pengawetan) yang sangat terkenal dan biasa digunakan untuk
mikroorganisme dengan kisaran yang luas.Penerapan teknik tersebut diperkenalkan oleh Perlman
dan kikuchi (1977) dan Heckly (1978). Teknik ini termasuk pengawetan secara alami denga cara
pembekuan kultur yang diikuti dengan pengeringan dalam keadaan vakum untuk menghasilkan
sublimasi air sel. Teknik ini melibatkan pertumbuhan kultur ke fase sel stasioner yang maksimal
dan meresuspensi sel dalam media seperti susu, serum, atau natrium glutamat. Beberapa tetes
suspensi ditransfer ke dalam ampul, kemudian dibekukan dan divakumkan sampai terjadi
sublimasi sempurna, dan ampul ditutup.Ampul disimpan dalam pendingin dan dapat bertahan
hidup selama 10 tahun atau lebih.
Proses pengawetan secara biologis dapat dilakukan dengan fermentasi (peragian), yaitu
proses perubahan karbohidrat menjadi alkohol. Zat –zat yang bekerja pada proses ini adalah
enzim yang dibuat oleh sel-sel ragi. Lamanya proses peragian tergantung pada bahan yang akan
diragikan.
pada proses pengawetan secara kimia, digunakan bahan-bahan kimia yang bersifat dapat
mencegah pertumbuhan mikroorganisme. Sebagai contoh adalah penggunaan gula pasir, garam
dapur, nitrat, nitrit, natrium benzoat, asam propionat, asam sitrat, garam sulfat, dan lain-lain.
Proses pengasapan juga termasuk cara kimia, sebab bahan-bahan kimia dalam asap dimasukkan
kedalam bahan makanan yang akan diawetkan.
Pengawetan dengan cara dehidrasi. Dehidrasi dapat digunakan untuk menngawetkan bahan
makanan terutama karena menghambat pertumbuhan; mikroorganismenya sendiri tidak selalu
terbunuh. Pertumbuhan mikroorganisme dapat dicegah dengan cara mengurangi kelembapan
lingkungannya sampai dibawah titik kritis. Titik kritis ditentukan oleh ciri-ciri organisme yang
bersangkutan dan oleh kepastian bahan makanan untuk mengikat air sehingga tidak tersedia
sebagai kelembapan bebas yang dapat ditiadakan oleh proses dehidrasi (Pelcaar. 2009).
Walaupun khamir dan kapang relatif resisten terhadap perubahan osmotik, tetapi proses-proses
pengawetan pangan yang didasarkan pada prinsip ini bagaimanapun juga sangat bermanfaat. Jeli
dan selai jarang diganggu oleh kegiatan bakteri karena kadar gulanya tinggi. Namun, seringkali
dijumpai juga pertumbuha kapang pada permukaan jeli yang terbuka ke udara. Hasil yang sama
kita peroleh bila mengawetkan daging dan bahan makanan lain dalam larutan garam. Tekanan
osmotik yang tinggi dapat menghambat pertumbuhan mikroba, tetapi tidak dapat diandalkan
untuk mematikan organisme (Irianto. 2006).
Hanya beberapa macam zat kimia secara hukum diterima untuk digunakan dalam pengawetan
makanan.Diantaranya yang paling efektif ialah asam benzoat, sorbat, asetat, laktat dan propionat,
kesemuanya ini adalah asam organik.Asam sorbat dan propionat digunakan untuk menghambat
pertumbuhan kapang pada roti.Nitrat dan nitrit, yang dipergunakan untuk mengawetkan daging
(terutama untuk mengawetkan warna) bersifat menghambat pertumbuhan beberapa bakteri
anaerobik, terutama Clostridium botulinum.Kemungkinan nitrit bersifat karsinogenik
( mengakibatkan penyakit kanker) bagi manusia menimbulkan keragu-raguan mengenai
kelangsungan penggunaanya (Irianto. 2006).
Pengawetan dengan cara meningkatkan tekanan osmotik. Air akan ditarik keluar dari sel
mikroorganisme bila sel tersebut dimasukkan kedalam larutan yang mengandung sejumlah besar
substansi terlarut seperti gula atau garam. Dengan perkataan lain, sel tersebut mengalami
dehidrasi, metabolisme terhenti, dan dengan demikian memperlambat atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme(Pelcaar. 2009).
Setiap zat antimikroba dapat bersifat pengawet, meskipun demikian semua zat
antimikroba adalah zat yang beracun. Untuk melindungi konsumen secara maksimum, pada
penggunaan harus di usahakan agar pada kemasan akhir kadar pengawet yang masih efektif lebih
rendah dari kadar yang dapat menimbulkan keracuna pada manusia (Ditjen POM. 1995).
RM/BM : H2O / 18,02.
Kegunaan : Sebagai pelarut.
Sinonim : Agar-Agar
Kegunaan : Sebagai pemadat
Nama Resmi : Pepton
Sinonim : Pepton Kering
Pemerian : Serbuk; kuning kemerahan sampai coklat; bau khas, tidak busuk.
Kegunaan :Sebagai protein
4. Ekstrak Beef (Dirjen POM, 1995)
Kelarutan : larut dalam lebih kurang 350 bagian air dalam lebih kurang 3
bagian etanol (95%P), dalam 8 bagian kloroform P dan dalam 3 bagian eter P.
Pemerian : serbuk hablur halus; putih; hamper tidak berbau; tidak mempunyai rasa;
kemudian agak membakar diikuti rasa tebal
Kelarutan :larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam 3,5 bagian
etanol (95%P) dan dalam 3 bagian aseton P; mudah larut dalam eter P dan dalam larutan alkali
hidroksida.
Pemerian : butiran atau serbuk hablur; putih; tidak berbau atau hampir tidak
berbau
Pemerian : hablur atau serbuk hablur; putih atau kuning gading muda; tidak berbau;
rasa pahit
Kelarutan : sangat sukar larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol (95%)P; larut
dalam larutan alkali hidroksida
Kelarutan :mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih, agak
sukar larut dalam etanol (95%)P mendidih; sukar larut dalam etanol (95%)P.
C. Bakteri Uji
1. Aspergillus niger
a. Klasifikasi (Garrity,2004)
Domain : Eukaryota
Kerajaan : Fungi
Filum : Ascomycota
Upafilum : Pezizomycotoina
Class : Eurotiomycetes
Ordo : Eurotiales
Familia : Trichomaceae
Genus : Aspergillus
Species : Aspergillus niger
b. Morfologi (wikipedia.org)
2. Candida albicans
a. Klasifikasi (Garrity, 2004)
Kingdom : Protista
Phylum : Bryophyta
Class : Deuteromycetes
Ordo : Saccharomycetales
Famili : Cryptococcaceae
Genus : Candida
Spesies : Candida albicans
Pada sediaan mikroskopik eksudat, Candida tampak sebagai ragi lonjong bertunas,gram
positf,ukurannya 2-3 x 4-6 m dan sel-sel bertunas,gram positif yang memanjang menyerupai lifa
(pseudehifa). Pada agar Saboraud yang dieramkan pada suhu kamar, terbentuk koloni-koloni
lunak yang berwarna krim yang mempunyai bau seperti ragi.Pertumbuhan permukaan terdiri
darisel-sel yang bertunas yang lonjong.Pertumbuhan yang tertutup terdiri dari
pseudomisellium.Ini terdiri dari pseudohifa yang membentuk blastospora pada nodus-nodus dan
kadang-kadang khlamidospora dan ujung-ujungnya.Dapat meragikan glukosa dan maltosa,
menghasilkan asam dan gas.Menghasilkan asam dari sukrosa dan tidak bereaksi dengan laktosa.
a. Klasifikasi
Kingdom : Prokariotik
Divisio : Protophyta
Ordo : Pseumonadales
Family : Psedomonadaceae
Genus : Psedoumonas
Species : Psedoumonas aeroginosa
b. Morfologi
Bentuk batang bulat 0,5 – 1,5 mili mikron, ciri petumbuhan pada agar sel putih, dan sel tampak
sendiri dan berpasangan, divisi lebih dari satu dan berkelompok mengemnbang sampai tak
beraturan.
a.Klasifikasi
Domain : Bacteria
Phylum : Firmicutes
Class : Bacilli
Ordo : Eubacteriales
Familia : Micrococcaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : Staphylococcus aureus
b. Morfologi
1. Mikroba Uji
2. Media
Untuk biakan awalmikroba uji, pili media agar yang sesuai untuk pertumbuhan yang subur
mikroba uji, seperti Soybean-Casein Digest Agar Media yang tertera pada Uji Batas Mikroba.
3. Prosedur
Jika wadah sediaan dapat ditrembus secara aseptikmengunakan jarum suntik melalui sumbat
karet, lkukan pengujian pada lima wadah asli sediaan. Jika wadah sediaan tidak dapat ditembus
secara aseptis, pindahkan 20 ml sampel ke dalam masing-masing tabung bakteriologik bertutup,
berukuran sesuai dan steril. Inokulasi masing-masing wadah atau tabung dengan salah satu
suspensi mikroba baku, menggunnakan perbandingan 0,10 ml inokula setara dengan 20 ml
sediaan, dan campur. Mikroba uji dengan jumlah yang sesuai harus ditambahkn sedemikian rupa
hingga jumlah mikroba di dalam sediaan uji segera setelah inokulasi adalah antara 100.000 dan
1.000.000 per ml. Tetapkan jumlah mikroba viabel di dalam tiap suspensi inokula, dan hitung
angka awal mkroba tiap ml sediaan yang diuji dengan metode lempeng. Inkubasi wadah atau
tabung yang telah diinokulasi pada suhu 20o sampai 25 o. Amati wadah atau tabung pada hari
ke-7, ke-14, ke-21 dan ke-28 sesudah inokulasi, catat tiap perubahan yang terlihat dan tetapkan
jumlah mikroba viabel pada tiap selang waktu tersebut dengan metode lempeng. Dengan
menggunakan bilangan teoritis mikroba pada awal pengujian, hitung perubahan kadar dalam
persentipmikroba selama pengujian.
Penafsiran hasil suatu pengawet dinyatakan efektif di dalam contoh yang di uji, jika :
a. Jumlah bakteri viabel pda ari ke 14berkurang hingga tidak lebih dari 0,1% dari jumlah awal.
b. Jumlah kapang dan khamir viabel selama 14 hari pertama adalah tetap atau kurang darijumlah
awal.
c. Jumlah tiap mikroba uji selamahari tersisa dari 28 haripengujian adalah tetapatau kurang dari
bilangan yang disebut pada a dan b.
BAB III
KAJIAN PRAKTIKUM
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah autoklaf, batang pengaduk, botol pengencer,
cawan Petri, erlenmeyer, gelas ukur, gelas kimia, inkubator, lampu spiritus, ose
bulat, penggaris, pinset, sendok tanduk besi, spoit 1 ml, 5 ml dan 10 ml, timbangan analitik, dan
vial
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalahair suling, asam benzoate, Aspergillus
niger (AN) agar, Candida albicans (CA) ekstrak beef, glukosa kertas label, kapas, kertas, kertas
saring, metil paraben, natrium benzoate, pepton, propil paraben, Pseudomonas
aeruginosa (PA), Staphylococcus aureus (SA).
C. Cara Kerja
1. Penyiapan Sampel
Disiapkan 4 jenis pengawet masing-masing metal paraben, natrium benzoate, propel paraben dan
asam benzoate. Ditimbang masing-masing untuk dibuat konsentrasi 0,1% dan 0,2%. Dilarutkan
masing-masing pengawet ke dalam pelarut yang sesuai. Dimasukkan ke dalam vial dengan
konsentrasi yang berbeda-beda untuk masing-masing pengawet.
Disiapkan alat dan bahan, diambil 1 ose dari biakan murni mikroba uji Aspergillus
niger kemudian diinokulasikan pada medium NA miring kemudian diinkubasikan selama 24 jam
pada suhu 37oC untuk bakteri.
Mikroba hasil peremajaan , masing-masing disuspensikan dengan larutan NaCl 0,9% steril
kemudian diukur transmitans menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 580
nm pada 25% T untuk bakteri, sebagai blanko digunakan larutan NaCl 0,9% steril.
Dimasukkan 9 ml medium PDA (Potato Dextrosa Agar)ke dalam vial kemudian ditambahkan 1
ml pengawet konsentrasi 0,1% yang digunakan (metil paraben, propel paraben, asam benzoate,
natrium benzoate) lalu ditambahkan 0,02 ml suspense bakteri Aspergillus niger dan
dihomogonken. Dimasukkan ke dalam cawan petri yang telah diberi label masing-masing
pengawet dan dibiarkan hingga memadat. Setelah memadat dimasukkan cawan petri ke dalam
enkas selama 3x24 jam. Dilakukan pengamatan pada hari ke-0, 7, 14 dan 28.
b. Untuk konsentrasi 0,2%
Dimasukkan 9 ml medium PDA (Potato Dextrosa Agar)ke dalam vial kemudian ditambahkan 1
ml pengawet konsentrasi 0,1% yang digunakan (metil paraben, propel paraben, asam benzoate,
natrium benzoate) lalu ditambahkan 0,02 ml suspense bakteri Aspergillus niger dan
dihomogonken. Dimasukkan ke dalam cawan petri yang telah diberi label masing-masing
pengawet dan dibiarkan hingga memadat. Setelah memadat dimasukkan cawan petri ke dalam
enkas selama 3x24 jam. Dilakukan pengamatan pada hari ke-0, 7, 14 dan 28.
BAB IV
A. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan
1 7 14 28
Propil 0.10
CA - - 3 -
paraben %
Propil 0.20
CA - - 20 -
paraben %
I
Propil 0.10
EC - - - -
paraben %
Propil 0.20
EC 33 - - -
paraben %
As. 0.10
AN
Benzoat %
As. 0.20
AN - 7 8 -
Benzoat %
II
As. 0.10
SA - - - -
Benzoat %
As. 0.20
SA - 7 13 -
Benzoat %
Na. 0.10
PA 8 17 18 -
Benzoat %
Na. 0.20
PA 6 - - -
Benzoat %
III
Na. 0.10
AN 5 8 - -
Benzoat %
Na. 0.20
AN 7 9 - -
Benzoat %
IV Metil 0.10
CA - - - -
paraben %
Metil CA 0.20 - - - -
paraben %
Metil 0.10
PA - 62 - -
paraben %
Metil 0.20
PA - 83 - -
paraben %
BAB V
Pembahasan
Pengawet antimikroorganisme adalah zat yang ditambahkan pada sediaan obat untuk melindungi
sediaan tersebut terhadap kontaminasi mikroorganisme.Adapun maksud praktikum ini
yaitu untuk mengetahui dan memahami cara pengujian aktivitas bahan pengawet dari sediaan
farmasi, dengan melibatkan tingkat konsentrasi dan jenis bakteri yang digunakan.
Sedangkan tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan daerah zona hambat dari suatu
pengawet, menentukan jumlah koloni bakteri dari daerah zona hambat dengan variasi konsentrasi
yang digunakan.
a. Pada konsentrasi yang sangat rendah terjadi suatu penimbunan pada membran sitoplasma,
yang mengarahkan pada suatu perkoasilitas yang meninggi dari rentang sitoplasma, tanpa
mengganggu atau merusak sel.
c. Pada konsentrasi mikrobisid, artinya pada konsentrasi yang menyebabkan kematian sel hal
ini disebabkan karena tingginya kadar bahan pengawet tersebut didesak masuk ke dalam bagian
sel yang lebih dalam, sehingga dapat menyebabkan terjadinya proses desemulsifikasi, koagulasi,
persipitasi dan dalam keadaan ekstern mengarah kepada otolisa yaitu mengalirnya keluar
komponen intraseluer.
d. Bau dan rasa, trutama pada pemakaian per oral sebaiknya tidak berbau dan berasa.
Untuk alasan yang paling mendasar mengenai pemakaian konsentrasi yang berbeda pada
tiap-tiap sampel bahan pengawet yakni untuk membandingkan jumlah atau banyaknya koloni
bakteri yang muncul pada pengamatan selama 1 bulan tersebut. Dimana juga bergantung pada
jenis pengawet yang digunakan.
Pengamatan dilakukan selama sekali dalam seminggu, sebab batas waktu pertumbuhan
mikroorganisme atau bakteri koloni membutuhkan waktu yang agak lama untuk terus menerus
berkembang dalam suatu habitatnya. Sehingga penampakan bakteri koloni yang nantinya akan
diamati jumlahnya bisa mencapai batas yang tak terhingga (∞).
Untuk kelompok III, dengan menggunakan bahan pengawet metil paraben dengan tingkat
konsentrasi 0,1% dan 0,2%. Pada pseudomonas Aurelius konsentrasi 0,1% jumlah koloni yang
nampak muncul pada hari ke-1 dengan jumlah 8, hari ke-7 dengan jumlah koloni 17, pada hari
ke 14 jumlah 18 dan hari ke-28 dengan jumlah koloni TBUD. Sedangkan untuk konsentrasi 0,2%
jumlah koloni yang nampak muncul pada hari ke-1 dengan jumlah 6, pada hari ke 7 sampai hari
ke-28 adalah TBUD. Sedangkan untuk bakteri uji Asperigilus nigger untuk konsentrasi 0,1%
jumlah koloni yang nampak muncul pada hari ke-1 dengan jumlah 5, lalu pada hari ke 7 dengan
jumlah 8, sedangkan pada hari ke 14 dan hari ke-28 dengan jumlah koloni TBUD. Sedangkan
untuk konsentrasi 0,2% jumlah koloni yang nampak muncul pada hari kesampai hari ke-.1
adalah 7, dan hari ke 7 dengan jumlah 9 kolonisedangkan pada hari ke 14 dan hari ke-28 adalah
TBUD.
BAB V
PENUTUPDAN KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Pengawet yang memiliki efektifitas yang lebih baik dalam menghambat pertumbuhan
mikroorganisme adalah propil paraben, terlihat dari sedikit jumlah koloni yang tampak pada
medium.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Radji, Maksum. 2002.Buku Ajar Mikrobiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta