Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

BANGUNAN DAN FASILITAS

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah


Farmasi Industri

Disusun oleh:
KELOMPOK 1
Rendra Rahadyan 260112120001
Siti Nurjanah 260112120025
Milyadi Sugijanto 260112120049
Girindra Haragni D. 260112120073
Muji Herliyanti 260112120097

PROGRAM PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2012
BANGUNAN DAN FASILITAS

Bangunan dan Fasilitas


Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain,
konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat
dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan
desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil resiko terjadinya
kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain, dan memudahkan pembersihan,
sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindari pencemaran silang,
penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu
obat.
Bangunan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki ukuran, rancang-
bangun, konstruksi serta letak yang memadai agar memudahkan dalam
pelaksanaan kerja, pembersihan dan pemeliharaan yang baik. Tiap sarana kerja
hendaklah memadai, sehingga setiap risiko terjadinya kekeliruan, pencemaran
silang dan berbagai kesalahan lain yang dapat menurunkan mutu obat dapat
dihindarkan.

A. Area Pengawasan Mutu


a. Ukuran laboratorium dan tata ruang
Ukuran laboratorium ditentukan oleh jenis dan volume kegiatan, jumlah
peralatan dan personil laboratorium. Sebagai pedoman, luas laboratorium dalam
meter persegi sama dengan jumlah personil dikalikan 10 – 20.
Tata ruang laboratorium harus diatur sesuai dengan jenis kegiatan dan untuk
mencegah kontaminasi. Ketentuan hendaklah dibuat untuk melakukan pengujian
fisiko-kimia, biologi, mikrobiologi dan pengujian produk radioisotop di tempat
khusus. Di samping itu tempat-tempat khusus berikut ini hendaklah tersedia
dalam suatu laboratorium:
1. Ruang untuk instrumen
2. Tempat untuk menyimpan sampel yang akan diuji
3. Sampel hendaklah ditata dengan baik untuk menghindari campur baur
untuk sampel yang belum diuji dengan sampel yang telah diuji.
4. Tempat penimbangan bahan uji
5. Untuk timbangan analitik hendaklah diletakkan diatas meja tahan getar
dan ditempatkan di area dengan aliran udara serendah mungkin
6. Tempat penyimpanan pelarut dan pereaksi
7. Ruang penyimpanan sampel pertinggal (lokasi dapat di luar laboratorium)
8. Jarak antara meja kerja sekurang-kurangnya 1,2m.

b. Limbah dan residu


Limbah dan residu hendaklah ditampung dalam wadah yang tertutup rapat
dan diberi tanda jelas yang menyatakan jenis dan penggolongan risiko limbah
tersebut. Pemusnahan limbah dan residu hendaklah dilaksanakan tanpa
menimbulkan pencemaran lingkungan.Bahan beracun hendaklah disimpan dalam
lemari yang terkunci. Bahan mudah terbakar disimpan dalam lemari khusus tahan
api yang dibumikan.

c. Area laboratorium
Area laboratorium hendaklah terpisah secara fisik dari area produksi agar
bebas dari sumber cemaran maupun getaran yang dapat berpengaruh terhadap
hasil pengujian. Dianjurkan agar disediakan koridor yang lebarnya tidak kurang
dari 2m untuk memisahkan area laboratorium dari area produksi, apabila
keduanya berada di gedung yang sama.
Dalam suatu fasilitas pembuatan produk biologi, laboratorium hendaklah
dalam bangunan khusus yang terpisah dari area produksi. Laboratorium
pengawasan-selama-proses akan lebih memudahkan apabila letaknya di area
pemrosesan atau pengemasan dimana dilakukan pengujian fisik seperti
penimbangan dan uji pemantauan lainnya secara periodik. Dalam hal itu tingkat
kebersihan laboratorium pengawasan-selama-proses harus memenuhi persyaratan
standar lingkungan area produksi yang bersangkutan.
d. Laboratorium fisiko-kimia, mikrobiologi, dan radioisotop
Laboratorium fisiko-kimia, mikrobiologi, dan radioisotop hendaklah
memiliki ruang tersendiri karena perbedaan jenis pengujian, peralatan dan bahan-
bahan penguji yang terdapat di setiap laboratorium. Sistem tata udara di
laboratorium hendaklah terpisah dengan sistem tata udara ruang produksi. Di
dalam laboratorium mikrobiologi perlu disediakan meja kerja dengan aliran udara
laminar di dalam suatu ruang bersih (Kelas D atau lebih tinggi). Untuk uji
sterilitas, hendaklah disediakan ruang tersendiri dengan pengaliran udara melalui
saringan HEPA dengan efisiensi 99,995 % (EN 779 dan EN 1822: H13 – H14).
Mengingat bahwa hewan merupakan sumber cemaran dan perlakuan khusus
diperlukan untuk hewan percobaan, maka laboratorium biologi dan ruang hewan
uji hendaklah terletak dalam ruang yang terpisah dengan sistim pengendali udara
sendiri dan dilengkapi dengan ruang antara yang berfungsi sebagai ruang
penyangga udara. Tempat pemeliharaan hewan hendaklah berada dalam bangunan
terpisah.

e. Faktor eksternal lain


Faktor eksternal lain yang perlu dipertimbangkan untuk ruang instrumen
misalnya menghindari sinar matahari langsung pada instrumen untuk melindungi
bagian yang sensitif dari instrumen serta menghindari terjadinya pembacaan yang
salah.

f. Bahan konstruksi dan perabot


Bahan konstruksi dan perabot yang dipakai di ruang laboratorium
hendaklah tahan terhadap asam, alkali, dan zat kimia lain.
Ruang laboratorium hendaklah dilengkapi dengan unit penanganan udara
khusus untuk mengkondisikan suhu 20 – 28ºC. Untuk instrumen yang sensitif
misal KCKT, inframerah, suhu dan kelembaban relatif di ruang tersebut
hendaklah dijaga pada 20 – 28ºC dan kelembaban 60 – 90%.
Jika diperlukan, sistem ventilasi hendaklah mampu menarik uap, gas, asap,
debu, bau dan panas dengan segera. Dalam hal ini, hendaklah disediakan lemari
asam yang dilengkapi sistem penghisap udara untuk menghindari penetrasi asap
toksis ke area laboratorium. Kecepatan penghisap udara minimum 15 meter kubik
udara per jam per meter kubik volume lemari asam dan kecepatan aliran udara
pada permukaan pipa penghisap (face velocity) 0,4 – 0,6 meter per detik.
Kecepatan aliran udara hendaklah dipantau dan dicatat secara periodik.

g. Pemasangan instalasi
Pemasangan instalasi pipa listrik, air, gas, udara vakum dan udara tekan
hendaklah diperhatikan kemudahan untuk pemeliharaan dan perbaikan, misalnya
dengan cara memasang dalam panel yang mudah dibuka atau menempelkannya
pada bagian luar dinding. Instalasi pipa hendaklah diberi kode atau warna yang
berbeda, misalnya hijau muda untuk pipa aqua demineralisata dan abu-abu untuk
pipa nitrogen serta tanda panah pada pipa untuk menunjukkan arah aliran di
dalamnya, sehingga kekeliruan dalam pemakaian atau perbaikan saluran dapat
dihindarkan.
B. Pemilihan Lokasi
Dalam pemilihan lokasi bangunan industri farmasi harus memperhatikan
beberapa aspek, diantaranya adalah apakan ada sumber pencemaran yang berasal
dari lingkungan disekitarnya serta potensi pencemaran oleh industri terhadap
lingkungan disekitarnya. Lokasi bangunan hendaklah sedemikian rupa sehingga
dapat mencegah pencemaran lingkungan di sekelilingnya seperti pencemaran
udara, tanah dan air maupun terhadap kegiatan di sekitarnya.
Bangunan industri farmasi harus didirikan di daerah yang tidak ada
sumber pencemaran, misalnya bekas timbunan sampah, bahan kimia dan lain-lain.
Sumber pencemaran lainnya adalah debu jalan, debu industri lain dan partikel
pestisida. Apabila oleh karena adanya perbedaan struktur tanah atau perencanaan
kota maka perlu dilakukan langkah pencegahan yang sesuai, agar pencemaran
tersebut tidak mempengaruhi kualitas produk yang dibuat. Untuk itu bangunan
industri farmasi harus memiliki perlindungan yang memadai terhadap :
 Cuaca, misalnya dengan memberikan cat tahan cuaca pada tembok,
memasang alat penyerap kelembaban udara secara pendinginan atau
penyerapan oleh bahan kimia yang higroskopis.
 Banjir, misalnya letak bangunan dibuat cukup tinggi terhadap permukaan
air banjir atau dibuat saluran air secara tepat guna.
 Rembesan air melalui tanah, misalnya dengan membuat pondasi bangunan
yang tahan terhadap rembesan air sesuai dengan teknik bangunan yang
berlaku.
 Serangga dan binatang pengerat, misalnya pemberian saringan udara pada
saluran pengendali udara, pemasangan kawat kasa dan atau tirai plastik,
serta adanya program pengendalian hama (pest control) yang teratur,
efektif dan terdokumentasi.
C. Konstruksi Bangunan
Konstruksi bangunan hendaklah memenuhi syarat dan peraturan yang
berlaku untuk bangunan. Hendaklah diadakan sarana perlindungan seperlunya
terhadap (BPOM, 2006):
Lingkungan Tindakan pencegahan antara lain dengan:
Cuaca  Memberikan cat tahan cuaca pada tembok;
 Memasang alat penyerap kelembaban udara secara
pendinginan atau secara penyerapan oleh bahan
kimia yang higroskopis.
Banjir  Mendesain letak bangunan dibuat lebih tinggi
daripada permukaan air banjir;
 Memasang saluran pembuangan air yang efektif
Rembesan air  Memasang saluran pembuangan air yang efektif;
 Membuat pondasi dan lantai bangunan yang tahan
rembesan air sesuai dengan teknik bangunan yang
berlaku
Masuk dan bersarangnya  Memasang saringan udara pada alat pengendali
binatang kecil, tikus, udara;
burung, serangga dan  Memasang kawat kasa dan/atau tirai plastik;
hewan lain  Melaksanakan pest control.
o Protap Pemusnahan Serangga, Lampiran 5.19a
o Protap Pemusnahan Tikus, Lampiran 5.19b.

Dalam line terakhir disebutkan bahwa masuknya dan bersarangnya


binatang kecil, tikus, burung, serangga dan hewan lain haruslah dicegah, dengan
tiga cara yakni (Cemani, 2011):
 Memasang saringan udara pada alat pengendali udara yang di
implementasikan di HVAC
 Memasang kawat kasa dan/atau tirai plastik, biasanya dipasang di pintu
gudang penyimpanan dengan warna kuning atau warna yang menyilaukan
hewan sehingga tidak mau masuk.
 Melaksanakan Pest Control.
Pest Control merupakan sistem pengendalian hewan di area pabrik untuk
menjaga kebersihan lingkungan. Adapun pest control dibagi menjadi beberapa
bagian (Cemani, 2011):
Chemical
Bait
Outside Fogging
Building
Spraying
Pest Control
Glue trap

Inside Insect killer


Building

Validation Flying
cather
Pembagian Pest Control

 Chemical bait adalah cara menangkap tikus atau hewan pengerat lainnya
dengan menaruh kotak di sepanjang dinding bangunan pabrik yang diisi
dengan racun tikus.
 Fogging dilakukan dengan pengasapan untuk membunuh nyamuk dan lalat.
 Spraying adalah penyemprotan untuk membunuh kecoa.
 Glue trap yakni pemasangan perangkap yang dilengkapi dengan lem.
 Flying catcher berupa pemasangan kotak lampu dilengkapi lem akan
menjebak serangga yang masuk dan serangga itu akan tertempel di lampu
tersebut. Biasanya diletakkan sebelum masuk ruangan dan ruangan itu tidak
boleh ada kotoran serangga.
 Insect killer berupa pemasangan kotak lampu yang dilengkapi dengan
penyetrum listrik untuk membunuh serangga. Biasanya diletakkan sebelum
masuk ruangan.
 Penggunaan lem agar hewan yang mati tidak terbawa kemana–mana, sehingga
mudah dibersihkan. Perlu diingat, bahwa ruang produksi tidak boleh ada pest
control, karena justru pest control itu zat kimianya akan dapat
mengkontaminasi.

D. Desain dan tata letak ruang


Rancang bangun hendaklah dibuat sehingga untuk kegiatan yang
berhubungan langsung dengan daerah luar sarananya dikelompokkan. Kegiatan
yang berhubungan langsung dengan kegiatan luar antara lain adalah (BPOM,
2009):
 penerimaan bahan awal
 keluar masuk karyawan
 pemakaian seragam kerja
 mandi, cuci tangan dan buang air kecil
 penyerahan produk jadi untuk distribusi
Rancangan di atas perlu ditekankan agar tidak berdampak negatif terhadap
kegiatan produksi yang dilakukan di area dengan kelas kebersihan lebih tinggi.
Tata letak ruang hendaklah dikaji sejak tahap perencanaan konstruksi
bangunan demi keefektifan semua kegiatan, kelancaran arus kerja, komunikasi
dan pengawasan serta untuk menghindari ketidakteraturan. Peralatan produksi,
barang, dan fasilitas lain yang akan ditempatkan serta lalu-lintas barang dan orang
hendaklah digambarkan dengan benar pada tata letak ruang sesuai dengan ukuran
yang direncanakan (BPOM, 2009).
Untuk mencegah penggunaan daerah produksi sebagai lalu-lintas umum
bagi karyawan atau barang/bahan hendaklah disediakan koridor dari mana tiap
ruang produksi dapat dicapai tanpa harus melalui ruang produksi lain. Untuk
mencegah daerah produksi digunakan sebagai tempat penyimpanan hendaklah
disediakan ruang penyimpanan yang memadai (BPOM, 2009).
Bangunan dirancang dengan baik sehingga dapat terpelihara dan berfungsi
sebagaimana mestinya. Permukaan bagian dalam hendaknya licin, bebas dari
keretakan dan sambungan terbuka serta mudah dibersihkan dan didesinfektan.
Lantai dibuat dari bahan kedap air, permukaan rata dan memungkinkan
pembersihan secara cepat dan efisien. Sudut dinding hendaknya
berbentuk lengkung (Putra et al, 2011).
Bangunan hendaknya mendapat penerangan dan ventilasi yang efektif
dengan fasilitas pengontrolan udara (suhu, kelembaban, filtrasi)sesuai dengan
kegiatan diluar dan didalam. Daerah penyimpan hendaknya dirancang, ditata dan
mempunyai kapasitas yang cukup sehingga memungkinkan pemisahan yang
teratur dari berbagai kelompok bahan yang disimpan serta memudahkan
perputaran sediaan (Putra et al, 2011).
Penentuan rancangan bangunan dan penataan gedung dipertimbangkan
kesesuaiannya dengan kegiatan lain untuk menjamin mutu obat dan kelangsungan
produksi. Untuk itu daerah pabrik dibagi atas tiga zona (Putra et al, 2011):
1. Zona hitam
Zona yang bebas dimasuki sembarang petugas. Pada zona inidilakukan
pekerjaan-pekerjaan yang tidak memerlukan penjagaan ketat terhadap
kontaminasi dari udara luar.
2. Zona abu-abu
Zona tempat proses produksi non steril berlangsung. Pada zona
inikebebasan karyawan dan barang yang memasuki ruangan dikurangi.Untuk
memasuki daerah ini karyawan terlebih dahulu harus mencuci tangan dan
memakai pakaian khusus yang bersih. Barang yang memasuki daerah ini harus
diganti kemasannya dengan kemasan khusus.
3. Zona putih
Zona produksi aseptis, seperti pembuatan sediaan injeksi dan salep mata.
Untuk memasuki daerah ini karyawan harus mencuci tangan dan memakai
pakaian khusus yang steril. Semua peralatan yangdipakai harus disterilkan terlebih
dahulu, begitu juga ruangannya.

F. Area Penimbangan
Penimbangan bahan awal dan perkiraan hasil nyata produk dengan cara
penimbangan hendaklah dilakukan di area penimbangan terpisah yang didesain
khusus untuk kegiatan tersebut. Area ini dapat menjadi bagian dari area
penyimpanan atau area produksi.

G. Ruang Sampling
Hendaklah disediakan area terpisah dengan lingkungan yang terkendali
untuk pengambilan sampel bahan awal. Apabila kegiatan tersebut dilakukan di
area penyimpanan, maka pengambilan sampel hendaklah dilakukan sedemikian
rupa untuk mencegah pencemaran atau pencemaran silang. Prosedur pembersihan
yang memadai bagi ruang pengambilan sampel hendaklah tersedia.

Gambar 1. Desain ruang pengambilan sampel

H . Area Produksi
Area produksi hendaklah memenuhi persyaratan CPOTB. Sangat
dianjurkan penggunaan bangunan dan fasilitas yang diperuntukkan hanya untuk
sejenis bahan/produk. Disamping itu sifat alamiah yang khas dari produksi obat
tradisional membutuhkan perhatian khusus yang harus diberikan kepada
pemrosesan produk yang menimbulkan debu. Jika pemanasan atau pemasakan
bahan diperlukan, mekanisme penghisap udara yang sesuai hendaklah dipasang
untuk menghindarkan penumpukan asap dan uap.
Untuk mempermudah pembersihan dan menghindarkan kontaminasi silang
tindakan pencegahan yang tepat hendaklah diambil saat mengambil sampel,
menimbang, menggiling, mencampur dan memproses produk, misalnya dengan
menggunakan sistem penghisap debu dan sistem penanganan udara untuk
memperoleh perbedaan tekanan dan aliran udara yang diinginkan.
Tata letak ruang produksi hendaklah dirancang sedemikian rupa untuk:
1. memungkinkan kegiatan produksi dilakukan di area yang saling berhubungan
antara satu ruangan dengan ruangan lain mengikuti urutan tahap produksi dan
menurut kelas kebersihan yang dipersyaratkan
2. mencegah kesesakan dan ketidakteraturan
3. memungkinkan komunikasi dan pengawasan yang efektif.
  Luas area kerja dan area penyimpanan bahan atau produk yang sedang
dalam proses hendaklah memadai untuk memungkinkan penempatan peralatan
dan bahan secara teratur dan sesuai dengan alur proses, sehingga dapat
memperkecil risiko terjadi kekeliruan antara produk atau komponen yang berbeda,
mencegah pencemaran silang dan memperkecil risiko terlewat atau salah
melaksanakan tahapan proses produksi atau pengawasan.
Permukaan dinding, lantai dan langit-langit bagian dalam ruangan dimana
terdapat bahan awal dan bahan pengemas primer, produk antara atau produk
ruahan yang terpapar ke lingkungan hendaklah halus, bebas retak dan sambungan
terbuka, tidak melepaskan partikulat, serta memungkinkan pelaksanaan
pembersihan (bila perlu disinfeksi) yang mudah dan efektif.
  Konstruksi lantai di area pengolahan hendaklah dibuat dari bahan kedap
air, permukaannya rata dan memungkinkan pembersihan yang cepat dan efisien
apabila terjadi tumpahan bahan. Sudut antara dinding dan lantai di area
pengolahan hendaklah berbentuk lengkungan.
  Pipa, fiting lampu, titik ventilasi dan instalasi sarana penunjang lain
hendaklah dirancang dan dipasang sedemikian rupa untuk menghindarkan
terbentuk ceruk yang sulit dibersihkan. Untuk kepentingan perawatan, sedapat
mungkin instalasi sarana penunjang seperti ini hendaklah dapat dijangkau dari
luar area pengolahan. Pipa yang terpasang di dalam ruangan tidak boleh
menempel pada dinding tetapi digantungkan dengan menggunakan siku-siku pada
jarak cukup untuk memudahkan pembersihan menyeluruh. Pemasangan rangka atap,
pipa dan saluran udara di dalam ruangan hendaklah dihindari. Apabila tidak
terhindarkan, maka prosedur dan jadwal pembersihan instalasi tersebut hendaklah
dibuat dan diikuti. Lubang udara masuk dan keluar serta pipa-pipa dan salurannya
hendaklah dipasang sedemikian rupa untuk mencegah pencemaran terhadap
produk. Saluran pembuangan air hendaklah cukup besar, dirancang dan
dilengkapi dengan bak kontrol serta ventilasi yang baik untuk mencegah aliran
balik. Sedapat mungkin saluran terbuka dicegah tetapi bila perlu hendaklah cukup
dangkal untuk memudahkan pembersihan dan disinfeksi.
  Area produksi di mana terdapat bahan awal dan bahan pengemas primer,
produk antara atau produk ruahan yang terpapar ke lingkungan hendaklah
diventilasi secara efektif dengan menggunakan sistem pengendali udara termasuk
filter udara dengan tingkat efisiensi yang dapat mencegah pencemaran
dan pencemaran-silang, pengendali suhu dan, bila perlu, pengendali kelembaban
udara sesuai kebutuhan produk yang diproses dan kegiatan yang dilakukan di
dalam ruangan dan dampaknya terhadap lingkungan luar pabrik. Area produksi
hendaklah dipantau secara teratur baik selama ada maupun tidak ada kegiatan
produksi untuk memastikan pemenuhan terhadap spesifikasi yang dirancang
sebelumnya.
  Area dimana dilakukan kegiatan yang menimbulkan debu misalnya pada
saat pengambilan sampel, penimbangan bahan atau produk, pencampuran dan
pengolahan bahan atau produk, pengemasan produk serbuk, memerlukan sarana
penunjang khusus untuk mencegah pencemaran silang dan memudahkan
pembersihan.
Tata letak ruang area pengemasan hendaklah dirancang khusus untuk
mencegah campur baur atau pencemaran silang. Area produksi hendaklah
mendapat penerangan yang memadai, terutama dimana pengawasan visual
dilakukan pada saat proses berjalan.
Pengawasan selama-proses dapat dilakukan di dalam area produksi
sepanjang kegiatan tersebut tidak menimbulkan risiko terhadap produksi obat
tradisional.
  Pintu area produksi yang berhubungan langsung ke lingkungan luar,
seperti pintu bahaya kebakaran, hendaklah ditutup rapat. Pintu tersebut hendaklah
diamankan sedemikian rupa sehingga hanya dapat digunakan dalam keadaan
darurat sebagai pintu ke luar. Pintu di dalam area produksi yang berfungsi sebagai
barier terhadap pencemaran-silang hendaklah selalu ditutup apabila sedang
tidak digunakan.

I. Area Penyimpanan 
Area penyimpanan hendaklah rapi dan bersih. Perhatian khusus hendaklah
diberikan kepada kebersihan dan perawatan yang baik. Semua tumpahan akibat
kecelakaan hendaklah segera dibersihkan dengan menggunakan metode yang
meminimalkan risiko pencemaran silang oleh bahan lain dan hendaklah
dilaporkan. Konstruksi area penyimpanan tergantung dari bahan yang akan
disimpan. Area hendaklah diberi penandaan yang baik dan bahan hendaklah
disimpan sedemikianrupa untuk menghindarkan risiko kontaminasi silang.
Hendaklah ditetapkan dan diberi tanda suatu area karantina untuk semua bahan
yang baru datang.
  Tata letak area penyimpanan hendaklah sedemikian rupa untuk
memungkinkan pemisahan bahan dari berbagai kategori secara efektif dan teratur
serta memungkinkan rotasi stok. Bahan yang berbeda hendaklah disimpan pada
area yang terpisah. Untuk melindungi bahan yang disimpan dan untuk
mengurangi risiko serangan hama hendaklah diberi batas durasi penyimpanan
semua bahan yang tidak terbungkus.
  Bahan segar yang baru tiba hendaklah diproses sedini mungkin kecuali
ditetapkan lain. Bila diperlukan, bahan tersebut hendaklah disimpan pada suhu
antara 2 °Cdan 8 °C. Jika bahan disimpan dalam bentuk ruahan, untuk
mengurangi risiko pembentukan kapang atau fermentasi dianjurkan agar
menyimpannya di ruangan atau di dalam wadah yang diventilasi dengan baik.
Area tersebut hendaklah juga dilengkapi sedemikian rupa untuk memberi
perlindungan terhadap gangguan serangga atau binatang, terutama binatang
pengerat. Tindakan yang efektif hendaklah diambiluntuk membatasi penyebaran
binatang dan mikroorganisme yang terbawa oleh bahan dan untuk menghindarkan
kontaminasi silang.
  Bahan hendaklah tidak diletakkan di lantai meskipun dimasukkan ke
dalam tongfiber, kantong atau kotak dan hendaklah penyimpanannya diberi cukup
ruang untuk memungkinkan pembersihan dan pemeriksaan.
  Penyimpanan bahan awal, ekstrak, tingtur dan sediaan lain mungkin
memerlukan kondisi khusus untuk kelembaban dan suhu atau perlindungan
terhadap cahaya; langkah yang sesuai hendaklah diambil untuk memastikan
bahwa kondisi tersebut disediakan, dijaga, dipantau dan dicatat.
Bahan awal, termasuk bahan mentah, hendaklah disimpan di area kering
yang dijaga terhadap kelembaban dan diproses menurut prinsip “pertama
masuk,pertama keluar” (FIFO).
  Area terpisah dan terkunci hendaklah disediakan untuk penyimpanan
bahan dan produk yang ditolak atau yang ditarik kembali atau yang dikembalikan.
  Bahan pengemas cetakan merupakan bahan yang kritis karena menyatakan
kebenaran produk menurut penandaannya. Perhatian khusus hendaklah diberikan
dalam penyimpanan bahan ini agar terjamin keamanannya. Bahan label hendaklah
disimpan di tempat terkunci.

RUANG PRODUKSI SEDIAAN STERIL

Daerah pengolahan produk steril harus dipisahkan dari daerah produksi


lain serta dirancang dan dibangun secara khusus. Ruangan harus bebas debu,
dialiri udara yang melewati saringan bakteri. Saringan tersebut harus diperiksa
(di-verifikasi) pada saat pemasangan serta dilakukan pemeriksaan secara berkala.

Tekanan udara di dalam ruang pengolahan produk steril harus lebih tinggi
dibanding dengan ruang sebelahnya yang dibuktikan dengan perbedaan tekanan
yang ditunjukkan oleh alat magnehelic dan dicatat secara teratur. Pembuatan
produk steril memerlukan 3 (tiga) kualitas ruangan yang berbeda, yaitu :

Ruang ganti pakaian


Ruang bersih, yaitu ruang persiapan komponen dan pembuatan
larutan serta ruang untuk produk yang akan disterilisasi akhir, dan
Ruang steril, digunakan untuk kegiatan steril

SISTEM TATA UDARA (Air Handling System/AHS)

Salah satu faktor yang menentukan kualitas obat adalah kondisi lingkungan
tempat di mana produk tersebut dibuat/diproduksi. Kondisi lingkungan yang kritis
terhadap kualitas produk, antara lain adalah :
Cahaya,
Suhu,
Kelembabab relatif (RH),
Kontaminasi Mikroba, dan
Kontaminasi partikel.

Sebagai upaya untuk mengendalikan kondisi lingkungan tersebut, maka


setiap industri farmasi diwajibkan untuk memiliki Sistem Tata Udara (Air
Handling System/AHS). Seluruh regulatory code (WHO TRS 902/2002; WHO
TRS 908/2003 dan PIC/S 2006) mensyaratkan Sistem Tata Udara (Air Handling
System/AHS) harus dikendalikan dan dikualifikasi. AHS sering juga disebut
dengan HVAC (Heating, Ventilating and Air Conditioning). Sistem Tata Udara
tidak hanya mengontrol suhu ruangan (seperti halnya AC konvensional)
melainkan juga kelembaban, tingkat kebersihan (sesuai dengan kelas ruangan
yang dipersyaratkan), tekanan udara, dan sebagainya. Sistem tata udara yang
digunakan tergantung dari jenis produk yang dibuat dan tingkat kelas ruang yang
digunakan, misalnya ruang produksi sterile, beta-laktam, non sterile,
sefalosporine dan sebagainya.
Baik dalam CPOB (2001) maupun CPOB Terkini (cGMP), penentuan kelas
ditentukan oleh parameter-parameter sebagai berikut:

Jumlah partikel di udara lingkungan,


Jumlah mikroba di udara lingkungan dan permukaan obyek,
Jumlah pergantian udara (air change),
Kecepatan alir udara (air flow), pola aliran udara ,
Filter (jenis dan posisi),
Perbedaan tekanan antar ruang, dan
Temperatur (t) dan Kelembaban relatif (Relative Humidity/RH).
Beberapa hal baru yang diatur dalam CPOB Terkini (CPOB: 2006) dibanding
dengan CPOB yang lama (2001) antara lain adalah :

 Jumlah partikel pada kondisi at rest (kondisi statis) dan in operation


(kondisi dinamis).
 Batasan kontaminasi mikro (CFU= Colli Form Unit) untuk monitoring
udara ruang bersih.
 Preparasi dan pengisian aseptik berada diruang kelas A (IA) dengan latar
belakang ruang kelas B (IB), sedangkan pada CPOB (2001) preparasi dan
pengisian aseptik di ruang kelas A (IA) dengan latar belakang ruang kelas
C (II).
 Larangan penggunaan flter dari asbes.
 Monitoring bioburden (frekuensi dan metode) pada produk, air dan
lingkungan di kelas bersih.

Dalam CPOB: 2001, persyaratan standar lingkungan produksi dibedakan sebagai


berikut:

 Ruang Kelas I (White Area): jumlah partikel (non patogen) ukuran ≥ Ø 0,5
µm maksimum 100/ft3.
 Ruang Kelas II (Clean Area): jumlah partikel (non patogen) ukuran ≥ Ø
0,5 µm maksimum 10.000/ft3.
 Ruang Kelas III (Grey Area): jumlah partikel (non patogen) ukuran ≥ Ø
0,5 µm maksimum 100.000/ft3.
 Ruang Kelas IV (Black Area): jumlah partikel (non patogen) ukuran ≥ Ø
0,5 µm > 100.000/ft3 (dengan ventilasi udara memadai).

Sementara dalam CPOB Terkini (cGMP), persyaratan standar lingkungan


produksi adalah sebagai berikut :
Kalibrasi, Kualifikasi dan Validasi

Kalibrasi

Kalibrasi merupakan serangkaian kegiatan dalam kondisi yang telah


ditentukan, yang menetapkan hubungan antara lain yang ditunjuk oleh alat ukur
atau sistem pengukur, atau nilai yang ditampilkan oleh suatu ukuran bahan dengan
nilai suatu rujukan standar. Batasan hasil harus telah ditetapkan sebelumnya.
Salah satu aspek yang sangat penting dalam CPOB adalah pelaksanaan
program kualifikasi dan validasi.Beberapa klausal penting (major) bahkan kritis
(critical) dalam CPOB, berkaitan erat dengan pelaksanaan kualifikasi dan validasi
di industri farmasi yang bersangkutan.
Semua perangkat keras dan lunak yang digunakan dalam proses
pembuatan obat hendaklahdivalidasi. Kegiatan validasi meliputi kualifikasi
(personil, peralatan dan sistem), kalibrasi (instrumen dan alat ukur) dan
validasi( prosedur dan proses). Kata 'validasi' sering juga digunakan
untukmenggantikan kata 'kualifikasi', tetapi untuk memperoleh pengertian yang
jelas terhadap konsep validasi, hendaklah kegiatan "kualifikasi" dibedakan dari
kegiatan "validasi".Komponen/proses yasng memerlukan kualifikasi dan validasi
mencakup antara lain:
 konstruksidan desain bangunan dan fasilitas;
 peralatan dan sarana penunjang kritis;
 metode analisis;
 kalibrasi instrumen;
 bahan awal dan bahan Pengemas;
 transfer proses produksidan metode analisis;
 peningkatan skala bets;
 prosedur pengolahan induk dan prosedur pengemasan induk,
 prosedur pembersihan;
 sistem komputerisasi; dan
 personil
Dari hasil mapping yang dilakukan oleh Badan POM terhadap industri
farmasi di Indonesia, menunjukkan bahwa baru sedikit sekali industri farmasi di
Indonesia yang melaksanakan validasi. Kurangnya pemahaman serta masih
adanya anggapan bahwa validasi hanya akan menambah beban perusahaan karena
membutuhkan biaya, waktu dan tenaga yang tidak sedikit dalam pelaksanaan
program bagi industri yang bersangkutan. Sebenarnya jika pelaksanaan program
validasi dilaksanakan dengan sungguh-sungguh akan memberikan berbagai
keuntungan bagi industri farmasi, antara lain :
1. Memperkecil kemungkinan terjadinya proses ulang (reworking process)
dan menjamin mutu obat yang dihasilkan.
2. Meningkatkan kepercayaan konsumen (pelanggan) terhadap obat yang
digunakan.
3. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi produksi dan pengawasan mutu
yang pada akhirnya akan meningkatkan keuntungan industri farmasi yang
bersangkutan.

Validasi
Istilah Validasi pertama kali dicetuskan oleh Dr. Bernard T. Loftus,
Direktur Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat pada akhir tahun
1970-an, sebagai bagian penting dari upaya untuk meningkatkan mutu produk
industri farmasi. Hal ini dilatar belakangi adanya berbagai masalah mutu yang
timbul pada saat itu yang mana masalah-masalah tersebut tidak terdeteksi dari
pengujian rutin yang dilaksanakan oleh industri farmasi yang bersangkutan.
Selanjutnya, Validasi juga diadopsi oleh negara-negara yang tergabung dalam the
Pharmaceutical Inspection Co-operation/Scheme (PIC/S), Uni Eropa (EU) dan
World Health Organization (WHO).Bahkan, Validasi merupakan aspek kritis
(substantial aspect) dalam penilaian kualitas industri farmasi yang bersangkutan.
Terdapat banyak definisi dan pengertian tentang validasi. US FDA (Badan
pengawasan Obat dan Makanan, Amerika Serikat) dalam The FDA’s 1987
Guideline mendefinisikan validasi sebagai :”Establishing documented evidence,
which provides a high degree of assurance that a spesific process will
consistently produce a product meeting its pre-determined spesifications and
quality characteristics.”Sedangkan WHO mendefinisikan sebagai :”A
documented act of providing that any procedure, process, equipment, material,
activity or sistem, actually leads to the expected result.”Badan POM RI (Anonim,
2006) memberikan definisi validasi sebagai :”Tindakan pembuktian dengan cara
yang sesuai bahwa tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan
atau mekanisme yang digunakan dalam produksi maupun pengawasan mutu akan
senantiasa mencapai hasil yang diinginkan.” (CPOB: 2006)
Dari definisi-definisi tersebut tersebut di atas membawa pengertian :
Validasiadalah suatu tindakan pembuktian, artinya validasi merupakan suatu
pekerjaan dokumentasi. Tata cara atau metode pembuktian tersebut harus dengan
cara yang sesuai, artinya proses pembuktian tersebut ada tata cara atau metodenya,
sesuai dengan prosedur yang tercantum dalam CPOB.Obyek pembuktian adalah
tiap-tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme
yang digunakan dalam produksi dan pengawasan mutu (ruang
lingkup).Sasaran/target dari pelaksanaan validasi ini adalah bahwa seluruh obyek
pengujian tersebut akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan secara terus
menerus (konsisten).
Validasi merupakan bagian dari program penjaminan mutu (Quality
Assurance) sebagai upaya untuk memberikan jaminan terhadap khasiat (efficacy),
kualitas (quality) dan keamanan (safety) produk-produk industri farmasi. Validasi
mencakup paling tidak 4 (empat) bidang utama dalam industri farmasi, yaitu
hardware, terdiri dari instrument, peralatan produksi dan sarana penunjang,
software, berupa seluruh dokumen dan sistem/mekanisme kerja dalam industri
farmasi,metode analisa, dan kesesuaian sistem.

Hardware Method
Validation

Validatio
n
Software Sistem suitability
Validasi memiliki cakupan yang sangat luas dan hampir meliputi seluruh
bidang area di industri farmasi, mulai dari personalia, bahan awal (bahan aktif,
bahan tambahan maupun bahan pengemas), fasilitas, peralatan, mesin, bangunan
hingga sistem atau prosedur kerja. Pelaksanaan validasi dibatasi hanya yang
dilaksanakan di dalam ruang lingkup produksi pembuatan obat saja, sedangkan
lainnya merupakan pelengkap (komplementer) dari pelaksanaan validasi proses,
sehingga disebut dengan Pharmaceutical Process Validation.
Secara garis besar pelaksanaan validasi di industri farmasi terbagi menjadi
tiga, yaitu :
1. Pre validation, terdiri dari: kualifikasi mesin, peralatan dan sarana
penunjang, serta validasi metode analisa.
2. Process validation, terdiri dari: validasi proses produksi dan validasi
pengemasan, dan validasi pembersihan.
3. Post validation, terdiri dari: periodic review, change kontrol, dan
revalidasi.
Begitu luasnya cakupan validasi, terkadang membingungkan kalangan
praktisi di industri farmasi untuk melaksanakan validasi. FDA dalam “Guideline
on General Principles of Process Validation”, memberikan panduan langkah-
langkah dalam pelaksanaan validasi, yang tertuang dalam “validation life cycle”
berikut ini, yaitu:
1. Membentuk Validation Comitee (komite validasi), yang bertanggung
jawab terhadap pelaksanaan validasi di industri farmasi yang
bersangkutan.
2. Menyusun Validation Master Plan (rencana induk validasi), yaitu
dokumen yang menguraikan (secara garis besar) pedoman pelaksanaan
validasi di industri farmasi yang bersangkutan.
3. Membuat dokumen validasi, yaitu protap (prosedur tetap), protokol serta
laporan validasi.
4. Pelaksanaan validasi.
5. Melaksanakan peninjauan periodik, change kontrol dan validasi ulang
(revalidation).

Jenis – jenis Validasi Proses Produksi


1. Prospective Validation (Initial Validation)
a. Merupakan validasi proses produksi yang dilakukan untuk produk–produk
BARU (belum pernah diproduksi/dipasarkan sebelumnya).
b. Validasi proses produksi dilakukan SETELAH proses Scale Up dan
optimalisasi prosedur oleh Bagian R & D dilakukan dan bukan pada skala
trial (laboratorium) dan setelah dilakukan finalisasi prosedur produksi
(batch processing record) oleh Bagian R&D (lihat diagram diatas).
c. Dilakukan pada 3 (tiga) batch pertama secara berurutan.

2. Concurrent Validation
a. Merupakan validasi yang dilakukan pada proses produksi yang
SUDAH/TENGAH berjalan dan diproduksi, yang mana oleh karena satu
dan lain hal proses produksi produk tersebut belum dilakukan Prospective
Validation.
b. Validasi proses produksi (Concurrent Validation) juga karena terdapat
perubahan pada parameter kritis yang dapat mempengaruhi mutu dan
spesifikasi produk.
c. Perubahan parameter yang dapat mempengaruhi mutu dan spesifikasi
produk tersebut, antara lain perubahan spesifikasi bahan baku, peralatan
utama, prosedur pembuatan, metode pengujian, dan lain-lain.
d. Dilakukan pada 3 batch yang berurutan.

3. Retrospective Validation
a. Merupakan validasi yang dilakukan terhadap produk-produk yang sudah
lama diproduksi namun belum divalidasi.
b. Validasi dilakukan dengan cara penelusuran data produksi yang sedang
berjalan dengan menggunakan data dari batch record.
c. Data yang digunakan untuk validasi proses produksi: 10 – 30 batch.
d. Data yang dikumpulkan merupakan hasil pengujian terhadap parameter
kritis pada SETIAP tahap proses produksi.

Kualifikasi
Kualifikasi adalah istilah yang digunakan untuk validasi mesin, peralatan
produksi maupun sarana penunjang.Kualifikasi mesin, peralatan produksi dan
sarana penunjang merupakan langkah pertama (first step) dalam pelaksanaan
validasi di industri farmasi.Seluruh kegiatan validasi di industri farmasi diawali
dengan pelaksanaan program kualifikasi ini. Validasi metode analisa, validasi
proses produksi, validasi proses pengemasan, serta validasi pembersihan tidak
bisa dilakukan tanpa melakukan kualifikasi mesin, peralatan produksi serta sarana
penunjang terlebih dahulu.

Integrasi comisioning, kualifikasi dan Validasi

Kualifikasi adalah kegiatan pembuktian bahwa perlengkapan, fasilitas atau


sistem yang digunakan dalam suatu proses atau sistem akan selalu bekerja sesuai
dengan kriteria yang diinginkan dan konsisten. Kualifikasi peralatan merupakan
identitas sifat suatu peralatan yang berkaitan dengan kinerja dan fungsinya serta
pemberian batasan nilai tertentu atau restriksi terhadap sifat tersebut.

Kualifikasi mesin, peralatan produksi dan sarana penunjang terdiri dari 4


tingkatan, yaitu:
1. Kualifikasi Desain (Design Qualification/DQ).
2. Kualifikasi Instalasi (Installation Qualification/IQ).
3. Kualifikasi Operasional (Operational Qualification/OQ).
4. Kualifikasi Kinerja (Performance Qualification/PQ).
Masing-masing pelaksanaan kualifikasi harus dilakukan secara berurutan
dan berkesinambungan. Artinya dalam pelaksanaan kualifikasi dimulai dari
Design Qualification (DQ) dulu, baru kemudian Installation Qualification (IQ),
Operational Qualification (OQ) dan yang terakhir Performance Qualification
(PQ), tidak bisa dibolak-balik.

Kualifikasi Mesin, Peralatan Produksi dan Sarana Pendukung

Design Qualification (DQ)


Tujuan Design Qualification (DQ) adalah untuk menjamin dan
mendokumentasikan bahwa sistem atau peralatan atau bangunan yang akan
dipasang atau dibangun (rancang bangun) sesuai dengan ketentuan atau spesifikasi
yang diatur dalam ketentuan CPOB yang berlaku. Jadi DQ dilaksanakan sebelum
mesin, peralatan produksi atau sarana penunjang (termasuk bangunan untuk
industri farmasi) tersebut dibeli atau dipasang atau dibangun.

Sasaran/Target
Sasaran/target dari pelaksanaan DQ adalah:
1. Memastikan bahwa sistem atau peralatan atau bangunan yang akan dipasang
atau dibangun (rancang bangun) sesuai dengan ketentuan yang tercantum
dalam CPOB (GMP complience).
2. Memastikan bahwa sistem atau peralatan atau bangunan yang akan dipasang
atau dibangun (rancang bangun) memperhatikan aspek aspek keamanan dan
kemudahan operasional (HAZOPs – Hazard and Operation Studies).
3. Memastikan bahwa sistem atau peralatan atau bangunan, telah dilengkapi
dengan modul desain, gambar teknis dan spesifikasi produk secara lengkap.
4. Khusus untuk bangunan industri farmasi, Rencana Induk Pembangunan (RIP)
sudah mendapat persetujuan dari Badan POM.
Untuk memudahkan pelaksanaannya, dibuat check list (daftar periksa)
pelaksanaan DQ yang terdiri dari :
1. Rencana Induk Pembangunan atau Perbaikan (RIP).
2. Lay out rencana design.
3. Gambar teknis dan spesifikasi.
4. Kualitas/spesifikasi bahan/material.
5. Kesesuaian sistem dengan ketentuan CPOB.

Cakupan
Kualifikasi desain dilakukan sebelum instalasi (pemasangan)
alat/mesin/prasarana produksi.
Design Qualification (DQ)

Installation Qualification (IQ)


Tujuan Installation Qualification (IQ) adalah untuk menjamin dan
mendokumentasikan bahwa sistem atau peralatan yang diinstalasi sesuai dengan
spesifikasi yang tertera pada dokumen pembelian, manual alat yang bersangkutan
dan pemasangannya dilakukan memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan.Jadi
IQ dilaksanakan pada saat pemasangan atau instalasi mesin atau peralatan
produksi atau sarana penunjang.

Sasaran/Target
Sasaran/target dari pelaksanaan IQ adalah:
1. Memastikan bahwa sistem atau peralatan telah dipasang sesuai rencana desain
yang telah ditentukan (GMP complience).
2. Memastikan bahwa bahan dan konstruksi peralatan telah sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditentukan (jenis baja anti karat, kemudahan
pembersihan, dan lain-lain).
3. Memastikan ketersediaan perlengkapan pengawasan (alat kontrol) dan
pemantauan (monitor) sesuai dengan penggunaannya.
4. Memastikan sistem atau peralatan aman dioperasikan serta tersedia sistem atau
peralatan pengaman yang sesuai.
5. Memastikan bahwa sistem penunjang, misalnya listrik, air, udara, dan lain-lain
telah tersedia dalam kualitas dan kuantitas yang memadai sesuai dengan
penggunaannya.
6. Memastikan bahwa kondisi instalasi dan sistem penunjang telah tersedia dan
terpasang dengan benar.
Agar memudahkan pelaksanaannya, dibuat daftar periksa(check list)
pelaksanaan IQ yang terdiri dari:
1. Spesifikasi/rancangan alat/sistem.
2. Identifikasi kemasan/asesoris mesin/peralatan dan pengecekan suku cadang
(spare part).
3. Identifikasi bagian alat/mesin/sistem yang penting yang dapat mempengaruhi
proses dan kualitas produk.
4. Daftar alat/instrumen yang perlu dikalibrasi .
5. Pelaksanaan kalibrasi (sertifikat kalibrasi).
6. Prosedur (tata cara) instalasi.
7. Pemeriksaan instalasi terpasang dan sarana penunjang.

Installation Qualification (IQ)


Operational Qualification (OQ)
Tujuan Operational Qualification adalah untuk menjamin dan
mendokumentasikan bahwa sistem atau peralatan yang telah diinstalasi beroperasi
sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Jadi OQ dilaksanakan setelah
pemasangan atau instalasi mesin atau peralatan produksi atau sarana penunjang
dan digunakan sebagai test mesin atau peralatan.

Sasaran/Target
Sasaran/target dari pelaksanaan OQ adalah:
1. Memastikan bahwa sistem atau peralatan beroperasi sesuai rencana desain dan
spesifikasi.
2. Memastikan bahwa kapasitas mesin atau peralatan secara actual dan
operasional telah sesuai dengan rencana design yang telah ditentukan.
3. Memastikan bahwa parameter operasi yang berdampak terhadap kualitas
produk akhir telah bekerja sesuai dengan rancangan design yang telah
ditentukan.
4. Memastikan bahwa langkah operasi (urutan tata cara kerja) berdasarkan
petunjuk operasional, telah sesuai dengan waktu dan peristiwa dalam operasi
secara berurutan.
Agar memudahkan pelaksanaannya, dibuat check list (daftar periksa)
pelaksanaan OQ yang terdiri dari:
1. Uji simulasi dengan kondisi operasi yang sesungguhnya (tanpa produk),
2. Batas/limit yang masih dapat disetujui.
3. Menetapkan parameter dan batas limit operasi yang dapat mempengaruhi
proses dan produk dan menetapkan kondisi operasional (SOP).
4. Menentukan limit spesifikasi (perawatan, pergantian spare part, dan lain-lain).

Cakupan
Kualifikasi Operasional dilakukan pada setelah kualifikasi instalasi
(pemasangan baru), modifikasi atau pemindahan alat yang bersangkutan.Dalam
pelaksanaan di lapangan, biasanya IQ dan OQ dilakukan sekaligus sehingga
dokumennya di sebut Dokumen IQ/OQ.

Operational Qualification (OQ)

Performance Qualification (PQ)


Tujuan Performance Qualification (PQ) adalah untuk menjamin dan
mendokumentasikan bahwa sistem atau peralatan yang telah diinstalasi beroperasi
sesuai dengan spesifikasiyang diinginkan dengan cara menjalankan sistem sesuai
dengan tujuan penggunaan.

Sasaran/Target
Sasaran/target dari pelaksanaan PQ adalah:
1. Memastikan bahwa sistem atau peralatan yang digunakan bekerja sesuai
dengan yang diharapkan dan spesifikasi yang telah ditetapkan.
2. Pada umumnya pelaksanaan dilakukan dengan Placebo.
3. Selanjutnya dengan menggunakan produk (obat) dan pada kondisi produksi
normal.
4. Dilakukan 3 kali secara berurutan.
Agar memudahkan pelaksanaannya, dibuat daftar periksa(check list)
pelaksanaan PQ yang terdiri dari:
1. Kesinambungan operasi dan fungsinya.
2. Dapat diulang kembali (repeatability).
3. Memastikan dalam kondisi yang sama, mutu produk dan spesifikasi obat jadi
terwujud.

Performance Qualification (PQ)


DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2006. Petunjuk


Operasional Penetapan Cara Pembuatan Obat yang Baik. Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Jakarta.
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2009. Petunjuk Operasional Penerapan Cara
Pembuatan Obat yang Baik. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia. Jakarta
Cemani, I. 2011. Pets Control. Terdapat di
http://itheng.blogspot.com/2011/09/pets-control-cpob-2006-petunjuk-
serta.html [Diakses tanggal 27 April 2012].
Priyambodo, Bambang. 2007. Manajemen Farmasi Industri. Global Pustaka
Utama. Yogyakarta
Putra, B. P., R. Y. Putri., V. Rachmawati., Y. H. Romauli dan Y. Afrianti. 2011.
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Lafial Drs. Mochamad Kamal
Jakarta Pusat. Universitas Pancasila. Jakarta
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2011.
Persyaratan Teknis Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik.
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
Nomor HK.03.1.23.06.11.5629.
DISKUSI

1. Kenapa sistem komputerisasi tidak masuk ke dalam bab validasi?


Jawab :
Sebenarnya validasi tidak hanya mencakup 5 bagian saja, dan
komputerisasi termasuk dalam bagian validasi juga karena termasuk dalam
bagian sistem. Inti dari komputerisasi ini adalah memudahkan monitoring
dan pelaporan yang berhubungan dengan pusat atau antar bagian

2. Beberapa indikator validasi dan contoh konkrit validasi?


Jawab :
Validasi ulang disebut validasi retrospektif . Tahapan validasi
proses adalah proses validasi dari penimbangan sampai pengemasan.
Dibuat secara skala lab, kemudian scaleup dan kemudian proses produksi.
Indikator dari validasi ini adalah adalah parameter kritis yaitu parameter-
parameter yang mempengaruhi produksi. Validasi internal dilakukan 3
bulan sekali. Validasi eksternal dilakukan dari badan luar untuk
mendapatkan sertifikat selama setahun sekali

Anda mungkin juga menyukai