A. PRODUKSI
Produksi sediaan farmasi dan alat kesehatan harus dilakukan dengan cara
produksi yang baik memenuhi syarat-syarat yang berlaku sesuai dalam
Farmakope Indonesia atau buku standar yang lain. Maka industri farmasi dalam
pembuatan obat harus menerapkan acuan standar sebagai pedoman dalam
pembuatan obat yang baik sesuai dengan Keputusan Menkes No.
43/Menkes/SK/11/1988 tentang Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) yang
mengharuskan pembuatan obat yang baik untuk menjamin mutu obat yang
dihasilkan industri farmasi dalam seluruh aspek dan serangkaian kegiatan
produksi sehingga obat jadi yang dihasilkan memenuhi syarat mutu yang telah
ditentukan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya.
Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) ditetapkan tidak lain
sebagai wujud implementasi kebijaksanaan pemerintah untuk mendorong industri
farmasi menghasilkan produk-produk yang berkualitas, berdaya saing tinggi di
pasaran serta mengurangi ketergantungan akan produk-produk impor. CPOB
meliputi semua proses produksi, mulai dari bahan awal, tempat, dan alat sampai
pelatihan dan kebersihan dari pekerja. Prosedur tertulis dari tiap proses produksi
adalah komponen penting yang dapat mempengaruhi kualitas akhir dari produk.
Pada prinsipnya produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti
prosedur yang telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin
senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta
memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi).
Prinsip utama produksi adalah:
a. Adanya keseragaman atau homogenitas dari bets ke bets.
b. Proses produksi dan pengemasan senantiasa menghasilkan produk yang
seidentik mungkin (dalam batas syarat mutu) baik bagi bets yang sudah
diproduksi maupun yang akan diproduksi
Sedangkan hakikat produksi adalah :
a. Mutu produk obat tidak ditentukan oleh hasil akhir analisa saja, tetapi
ditentukan oleh keseluruhan proses produksi (built in process).
b. Adanya prosedur baku (standar) untuk setiap langkah (tahapan) proses
produksi dengan persyaratan yang harus diikuti dengan konsisten.
c.
a. Aspek Produksi
Aspek Produksi Secara Umum Meliputi:
Produksi dilakukan dan diawasi oleh personil yang kompeten.
Penanganan bahan dan produk jadi dilakukan sesuai prosedur atau instruksi
tertulis.
Seluruh bahan yang diterima diperiksa untuk memastikan kesesuaiannya
dengan pemesanannya.
Kerusakan wadah dan masalah lain yang merugikan mutu bahan harus
diselidiki, dicatat dan dilaporkan kepada bagian pengawasan mutu.
Bahan yang diterima dan produk jadi hendaklah dikarantina secaa fisik atau
administrative.
Produk antara dan produk ruahan yang diterima hendaklah ditangani seperti
penerimaan bahan awal.
Semua bahan dan produk jadi hendaklah disimpan secara teratur pada
kondisi yang disarankan dan diatur agar ada pemisahan antar bets dan
memudahkan rotasi stok.
Pemeriksaan jumlah hasil nyata dan rekonsiliasinya dilakukan sedemikian
untuk memastikan tidak ada penyimpangan dari batas yang telah ditetapkan.
Pengolahan produk yang berbeda hendaklah tidak dilakukan bersamaan atau
bergantian dalam ruang kerja yang sama kecuali tidak ada resiko terjadinya
campur baur ataupun kontaminasi silang.
Tiap tahap pengolahan, produk dan bahan hendaklah dilindungi terhadap
pencemaran mikroba dan pencemaran lain.
Bila bekerja dengan bahan atau produk kering hendaklah dilakukan tindakan
khusus untuk mencegah debu timbul serta penyebarannya.
Selama pengolahan semua bahan, wadah produk ruahan, peralatan atau
mesin produksi dan ruang kerja hendaklah diberi label atau penandaan dari
produ atau bahan yang sedang diolah.
Label pada wadah, alat atau ruangan hendaklah jelas, tidak berarti ganda dan
dengan format yang telah ditetapkan.
pemeriksaan perlu dilakukan untuk memestikan pipa penyalur dan alat lain.
penyimpangan terhadap instruksi atau prosedur sedapat mungkin
dihindarkan.
akses kebangunan dan fasilitas produksi hendaklah dibatasi hanya untuk
personil yang berwenang.
Pada umumnya pembuatan produk no-obat hendaklah dihindarkan dibuat di
area dan dengan peralatan yang khusus untuk produk obat.
b. Pedoman CPOB pada proses produksi
a) Bahan Awal
Pengadaan bahan awal hendaklah hanya dari pemasok yang telah disetujui
dan memenuhi spesifikasi yang relevan. Semua penerimaan, pengeluaran dan
jumlah bahan tersisa hendaklah dicatat. Catatan hendaklah berisi keterangan
mengenai pasokan, nomor bets/lot, tanggal penerimaan atau penyerahan, tanggal
pelulusan dan tanggal daluwarsa bila ada.
Sebelum diluluskan untuk digunakan, tiap bahan awal hendaklah memenuhi
spesifikasi dan diberi label dengan nama yang dinyatakan dalam spesifikasi.
Singkatan, kode ataupun nama yang tidak resmi hendaklah tidak dipakai
Tiap pengiriman atau bets bahan awal hendaklah diberi nomor rujukan yang
akan menunjukkan identitas pengiriman atau bets selama penyimpanan dan
pengolahan. Nomor tersebut hendaklah jelas tercantum pada label wadah untuk
memungkinkan akses ke catatan lengkap tentang pengiriman atau bets yang akan
diperiksa.
Apabila dalam satu pengiriman terdapat lebih dari satu bets maka untuk tujuan
pengambilan sampel, pengujian dan pelulusan, hendaklah dianggap sebagai bets
yang terpisah. Pada tiap penerimaan hendaklah dilakukan pemeriksaan visual
tentang kondisi umum, keutuhan wadah dan segelnya, ceceran dan kemungkinan
adanya kerusakan bahan, dan tentang kesesuaian catatan pengiriman dengan label
dari pemasok. Sampel diambil oleh personil dan dengan metode yang telah
disetujui oleh kepala bagian Pengawasan Mutu.
Wadah dari mana sampel bahan awal diambil hendaklah diberi identifikasi.
Sampel bahan awal hendaklah diuji pemenuhannya terhadap spesifikasi. Dalam
keadaan tertentu, pemenuhan sebagian atau keseluruhan terhadap spesifikasi
dapat ditunjukkan dengan sertifikat analisis yang diperkuat dengan pemastian
identitas yang dilakukansendiri.
Hendaklah diambil langkah yang menjamin bahwa semua wadah pada suatu
pengiriman berisi bahan awal yang benar, dan melakukan pengamanan terhadap
kemungkinan salah penandaan wadah oleh pemasok. Bahan awal yang diterima
hendaklah dikarantina sampai disetujui dan diluluskan untuk pemakaian oleh
kepala bagian Pengawasan Mutu.
Bahan awal di area penyimpanan hendaklah diberi label yang tepat. Label
hendaklah memuat keterangan paling sedikit sebagai berikut:
1. nama bahan dan bila perlu nomor kode bahan;
2. nomor bets/kontrol yang diberikan pada saat penerimaan bahan;
3. status bahan (misal: karantina, sedang diuji, diluluskan, ditolak);
4. tanggal daluwarsa atau tanggal uji ulang bila perlu;
5. jika digunakan sistem penyimpanan dengan komputerisasi yang divalidasi
lengkap, maka semua keterangan di atas tidak perlu dalam bentuk tulisan
yang terbaca pada label.
Pencetakan Tablet
Mesin pencetak tablet hendaklah dilengkapi dengan fasilitas
pengendali debu yang efektif dan ditempatkan sedemikian rupa untuk
menghindarkan kecampurbauran antar produk. Tiap mesin hendaklah
ditempatkan dalam ruangan terpisah. Kecuali mesin tersebut digunakan untuk
produk yang sama atau dilengkapi sistem pengendali udara yang tertutup
maka dapat ditempatkan dalam ruangan tanpa pemisah.
Untuk mencegah kecampurbauran perlu dilakukan pengendalian yang
memadai baik secara fisik, prosedural maupun penandaan. Hendaklah selalu
tersedia alat timbang yang akurat dan telah dikalibrasi untuk pemantauan
bobot tablet selama-proses.
Tablet yang diambil dari ruang pencetak tablet untuk keperluan
pengujian atau keperluan lain tidak boleh dikembalikan lagi ke dalam bets
yang bersangkutan. Tablet yang ditolak atau yang dising-kirkan hendaklah
ditempatkan dalam wadah yang ditandai dengan jelas mengenai status dan
jumlahnya dicatat pada Catatan Pengolahan Bets.
Tiap kali sebelum dipakai, punch dan die hendaklah diperiksa keausan
dan kesesuaiannya terhadap spesifikasi. Catatan pemakaian hendaklah
disimpan.
Penyalutan
Udara yang dialirkan ke dalam panci penyalut untuk pengeringan
hendaklah disaring dan mempunyai mutu yang tepat. Larutan penyalut
hendaklah dibuat dan digunakan dengan cara sedemikian rupa untuk
mengurangi risiko pertumbuhan mikroba. Pembuatan dan pemakaian larutan
penyalut hendaklah didokumen tasikan.
Produk Steril
a. Produk steril hendaklah dibuat dengan pengawasan khusus dan
memperhatikan hal-hal terinci dengan tujuan untuk menghilangkan
pencemaran mikroba dan partikel lain. Hal ini banyak tergantung pada
keterampilan, latihan dan sikap dari orang yang terjibat. Dibandingkan
dengan pembuatan obat jenis lain pembuatan obat steril memerlukan
perhatian yang lebih besar. Pengawasan dalam proses dalam pembuatan
produk steril merupakan hal yang sangat penting.
b. Menurut cara produksi, produk steril dapat digolongkan dalam dua
kategori utama yaitu yang harus diproses dengan cara aseptik pada semua
tahap, dan yang disterilkan dalam wadah akhir yang disebut juga sterilisasi
akhir. Bilamungkin, produk steril hendaklah disterilisasi akhir.
c. Semuaproduk steril hendaklah dibuat pada kondisi yang terkendali dan
dipantau dengan teliti. Pelaksanaan proses akhir atau pengujian akhir tidak
dapat dijadikan sebagai satu-satunya andalan untuk menjamin mutu
produk akhir dalam hal kandungan mikroba dan partikel.
d. Untuk mendapat keyakinan terhadap sterilisasi produk steril yang dibuat
secara aseptik tanpa sterilisasi akhir diperlukan tindakan khusus.
e. Untuk membuat produk steril diperlukan suatu ruangan terpisah yang
khusus dirancang. Memasuki ruangan ini hendaklah melalui suatu ruang
penyangga udara atau jalan terusan lain yang sesuai. Ruangan hendaklah
selalu bebas debu dan dialiri udara yang melewati saringan
bakteri.Tekanan udara dalam ruangan hendaklah lebih tinggi dari ruangan
di sebelah.Saringan yang digunakan ini hendaklah diperiksa pada waktu
pemasangan dan secara berkala.Semua permukaan dalam daerah
pengolahan hendaklah dirancang dengan tepat sehingga memudahkan
kebersihan dan pembasmihamaan. Penghitungan rutin mikroba dalam
ruangan hendaklah dilakukan sebelum dan selama proses pengolahan.
Hasil perhitungan hendaklah dibandingkan dengan standar yang telah
ditetapkan. Data perhitungan mikroba hendaklah didokumentasikan.
j) Bahan pengemas
Pengadaan, penanganan dan pengawasan bahan pengemas primer dan bahan
pengemas cetak serta bahan cetak lain hendaklah diberi perhatian yang sama
seperti terhadap bahan awal. Perhatian khusus hendaklah diberikan kepada
bahan cetak. Bahan cetak tersebut hendaklah disimpan dengan kondisi keamanan
yang memadai dan orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk. Label lepas
dan bahan cetak lepas lain hendaklah disimpan dan diangkut dalam wadah
tertutup untuk menghindarkan campur baur. Bahan pengemas hendaklah
diserahkan kepada orang yang berhak sesuai prosedur yang disetujui.
Tiap penerimaan atau tiap bets bahan pengemas primer hendaklah diberi
nomor yang spesifik atau penandaan yang menunjukan identitasnya. Bahan
pengemas primer, bahan pengemas cetak atau bahan cetak lain yang tidak berlaku
lagi atau obsolete hendaklah dimusnahkan dan pemusnahanya dicatat. Untuk
menghindari campur baur, hanya satu jenis bahan pengemas cetak atau bahan
cetak tertentu saja yang diperbolehkan diletakkan di tempat pada saat yang sama.
Hendaklah ada sekat pemisah yang memadai antar tempat kodifikasi tersebut.
k) Kegiatan pengemasan
Kegiatan pengemasan berfungsi mengemas produk ruahan menjadi produk
jadi. Pengemasan hendaklah dilaksanakan di bawah pengendalian yang ketat
untuk menjaga identitas, keutuhan dan mutu produk akhir yang dikemas. Semua
kegiatan pengemasan hendaklah dilaksanakan sesuai dengan instruksi yang
diberikan dan menggunakan bahan pengemas yang tercantum dalam prosedur
pengemasan induk. Rincian pelaksanaan pengemasan hendaklah dicatat dalam
catatan pengemasan bets. Rincian pelaksanaan kegiatan hendaklah dicatat dalam
Catatan Pengemasan Bets.
Pemeriksaan kesiapan jalur sesuai dengan prosedur tertulis yang disetujui
oleh kepala bagian managemen mutu untuk:
a) Memastikan bahwa semua bahan dan produk yang sudah dikemas telah benar
disingkirkan dari jalur pengemasan sebelumnya dan area sekitarnya.
b) Memeriksa jalur dan area sekitarnya serta kebersihan peralatan yang akan
dipakai.
Produk Kembalian
Produk yang dikembalikan dari peredaran dan telah lepas dari
pengawasan industri pembuat hendaklah dimusnahkan. Produk tersebut dapat
dijual lagi, diberi label kembali atau dipulihkan ke bets berikut hanya bila
tanpa keraguan mutunya masih memuaskan setelah dilakukan evaluasi secara
kritis oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) sesuai prosedur
tertulis. Evaluasi tersebut meliputi pertimbangan sifat produk, kondisi
penyimpanan khusus yang diperlukan, kondisi dan riwayat produk serta lama
produk dalam peredaran. Bilamana ada keraguan terhadap mutu, produk tidak
boleh dipertimbangkan untuk didistribusikan atau dipakai lagi, walaupun
pemrosesan ulang secara kimia untuk memperoleh kembali bahan aktif
dimungkinkan. Tiap tindakan yang diambil hendaklah dicatat dengan baik.
Industri hendaklah menyiapkan prosedur untuk penahanan,
penyelidikan dan pengujian produk kembalian serta pengambilan keputusan
apakah produk kembalian dapat diproses ulang atau harus dimusnahkan
setelah dilakukan evaluasi secara kritis. Berdasarkan hasil evaluasi, produk
kembalian dapat dikategorikan sebagai berikut:
a) produk kembalian yang masih memenuhi spesifikasi dan karena itu dapat
dikembalikan ke dalam persediaan;
b) produk kembalian yang dapat diproses ulang; dan
c) produk kembalian yang tidak memenuhi spesifikasi dan tidak dapat
diproses ulang.
Setelah pelulusan suatu bets/lot oleh bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu),
produk tersebut hendaklah dipindahkan dari area karantina ke gudang produk
jadi. Sewaktu menerima produk jadi, personil gudang hendaklah mencatat
pemasukan bets tersebut ke dalam kartu stok yang bersangkutan (CPOB,2012).
A. Pengawasan Mutu
CPOB yaitu kepanjangan dari Cara Pembuatan Obat yang Baik. CPOB secara singkat
dapat didefinisikan suatu ketentuan bagi industri farmasi yang dibuat untuk
memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai persyaratan yang ditetapkan dan
tujuan penggunaannya. Pedoman CPOB disusun sebagai petunjuk dan contoh bagi
industri farmasi dalam menerapkan cara pembuatan obat yang baik untuk seluruh
aspek dan rangkaian proses pembuatan obat.
CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu. Industri Farmasi
harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaannya,
memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin edar (registrasi) dan tidak
menimbulkan resiko yang membahayakan penggunanya karena tidak aman, mutu
rendah atau tidak bertanggung jawab.
CPOB termasuk:
1. Personil yang terkualifikasi dan terlatih
2. Bangunan dan sarana dengan luas yang memadai
3. Peralatan dan sarana penunjang yang sesuai
4. Bahan, wadah dan label yang benar
5. Prosedur dan instruksi yang disetujui
6. Tempat penyimpanan an transportasi yang memadai
Pengawasan mutu yaitu semua upaya pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan
selama pembuatan OT (Obat Tradisional) untuk menjamin produk OT memenuhi
persyaratan. Bagian pengawasan mutu merupakan bagian yang berdiri senditi, bukan
subbagian dari bagian produksi. Personil bagian pengawasan mutu hendaknya
memiliki keahlian khusus dalam OT agar dapat melaksanakan uji indentifikasi dan
mengidentifikasi penambahan atau penggantian bahan,pertumbuhan jamur,
ketidakseragaman dalam pasokan bahan mentah tanaman obat tradisional dan lain-
lain. Bagian pengawasan mutu juga sebaiknya memiliki akses ke area produksi untuk
pengambilan sampel dan melakukan investigasi yang diperlukan.
Bagian pengawasan mutu memiliki wewenang yaitu:
– Meluluskan / menolak bahan awal yang akan digunakan untuk produksi
– Meluluskan / menolak produk antara dan produk ruahan untuk dip roses lebih
lanjut
– Meluluskan /menolak produk jadi yang akan didistribusikan.
Ketentuan umum dalam pengawasan mutu meliputi:
– Sistem pengawasan mutu
– Ruang lingkup pengawasan mutu
– Sistem dokumentasi dan prosedur pelulusan
– Bagian pengawasan mutu
Pengawasan mutu merupakan bagian yang esensial dari cara pembatan obat
tradisional yang baik untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten
memunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Keterlibatan dan
komitmen semua pihak yang berkepentingan pada semua tahap merupakan keharusan
untuk mencapai sasaran mutu mulai dari awal pembuatan Sampai kepada distribusi
produk jadi.
Ruang lingkup pengawasan mutu mencakup pengambilan sampel, spesifikasi, dan
pengujian serta organisasi, dokumentasi dan prosedut pelulusan yang memastikan
bahwa pengujian yang diperlukan dan relevan dilakukan, dan bahwa bahan-bahan
yang tidak diluluskan untuk digunakan atau produk jadi diluludkan untuk dijual atau
didistribusikan sampai kualitasnya dinilai memenuhi syarat.
Sistem pengawasan mutu hendaknya dirancang dengan tepat untuk mejamin setiap
OT yang diproduksi mengandung bahan alami yang benar dan bersih, sesuai dengan
jumlah yang ditetapkan, dibuat dalam kondisi yang tepat serta mengikuti prosedur
tetap, dan tidak mengandung bahan kimia dan bahan baku obat. Pengawasan mutu
dilakukan terhadap semua aspek produksi yaitu dimulai pada bahan awal, bahan
pengemas, proses pembuatan produk antara, produk ruahan dan produk jadi. Ketika
produk sudah jadi, pengawasan mutu juga perlu dilakukan secara berkala untuk
memastikan bahwa penyimpanan, wadah dan bahan dalam kondisi yang baik.
Sistem dokumentasi dan prosedur pelulusan yang dilakukan oleh bagian pengawasan
mutu hendaknya menjamin;
– Pemeriksaan dan pengujian yang diperlukan telah dilaksanakan
– Bahan awal, produk antara, produk ruahan tidak digunakan sebeleum dari
hasil pemeriksaan dan pengujian mutu dinilai memenuhi spesifikasi yang ditetapkan
– Produk jadi tidak didistribusikan atau dijual sebelum hasil pemeriksaan dan
pengujian mutu dinilai memenuhi spesifikasi yag di tetapkan.
Semua dokumentasi pengawasan mutu yang terkait dengan bets hendaklah dsimpan
sampai satu tahun setelah tanggal kadaluarsa bets yag bersangkutan. Disamping
informasi yang merupakan bagian dari catatan bets, data asli lain seperti buku catatan
laboratorium dan atau rekaman hendaklah disimpan dan tersedia.
Laboratorium pengujian bagian pengawasan mutu harus memiliki :
1. Bangunan
Bangunan laboratorium harus memenuhi syarat laboratorium, memerhatikan
rancangan laboratorium, memiliki ruang laboratorium biologi, mikrobiologi dan
kimia agar terpisah satu sama lainnya untuk menghindari kontaminasi, memiliki
ruang intrumen yang terpisah, memiliki sistem perpipaan yang baik, memiliki ruang
penyimpanan tersendiri.
2. Personalia
Memiliki kualifikasi pendidikan, peatihan dan pengaman yang sesuai untuk pelaksaan
tugas dengan baik, memiliki uraian tugas yang jelas dan sesuai, selalu menggunakan
pakaian pelindung dan alat pengaman yang sesuai ketika melaksanakan tugasnya.
3. Peralatan
Memiliki peralatan lab uji yang cocok untuk pelaksanaan prosedur pengujian yang
ada, harus tersedia prosedur tetap pengoprasian setiap peralatan di dekat peralatan
tersebut, harus selalu merawat dan mengkalibrasi alat ukur dan instrument secara
berkala, pemberian penandaan terhadap alat yang tidak berfungsi, harus tersedia
peralatan keamanan kerja yang di tempatkan di lokasi-lokasi yang diperlukan.
4. Pereaksi dan media pembiakan
Pereaksi dan media pembenihan yang diterima dan digunakan harus selalu dicatat,
pembuatan larutan pereaksi harus mengikuti prosedur, dilakukan control positif dan
control negatif untuk memastikan kecocokam media pembiakan yang digunakan.
5. Spesifikasi dan prosedur pengujian
Spesifikasi merupakan daftar parameter pengujian yang mengacu pada metode
analisis dan criteria oenerimaan serta memuat frekuensi pemeriksaan ulang.
6..Spesifikasi dan prosedur pengujian untuk bahan awal, produk antara, produk
ruahan dan produk jadi harus memuat ketentuan dan parameter pengujian seperti
identitas, makroskopik, mikroskopik, dan kadar zat aktif.
7,,Prosedur pengujian yang dilakukan harus valid sesuai dengan farmakope atau
dengan prosedur lain yang telah di validasi. Setiap penyimpangan dari prosedur
pengujian yang telah ditetapkan harus dilaporkan dan disetujui oleh penanggung
jawab pengawasan mutu sebelum dilaksanakan.
8. Catatan analisis
Catatan analisis mencakup nama dan nomor batch cotoh, nama petugas pengambil
contoh, metode analisis yang digunakan, data analisis, perhitungan dan rumus yamg
digunakan, pernyataan memenuhi/ tidak memenuhi persyaratan, tanggal dan
tandatangan petugas yang melakukan. Catatan analisis dibuat dalam bentuk lembaran
atau dalam buku yang diberi nomor urut halaman catatan. Laporan analisis harus
disimpan da dipelihara dengan baik agar mudah dan cepat diperoleh kembali.
9. Contoh pertinggal
Contoh pertinggal digunakan untuk keperluan penelusuran kembali atau untuk studi
stabilitas dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.
Bagian pengawasan mutu dapat melakukan validasi terhadarp prosedur penetapan
kadar, spesifikasi bahan baku, produk ruahan, produk antara dam produk jadi serta
validasi terhadap instrument yaitu dengan mengkalibrasi secara berkala. Selain itu
bagian pengawasan mutu juga memberikan bantuan dalam pelaksanaan validasi
berkala yang dilakukan oleh bagian lain.
Pengawasan terhadap bahan awal, produk antara, produk ruahan dan produk jadi
yaitu meliputi :
1. Spesifikasi
Spesifikasi ditetapkan oleh pabrik bedasarkan data pengembangan produk dan
minimal memenuhi spesifikasi dalam farmakope nasional/compendia resmi.
2. Pengambilan sampel
Pengambilan sampel hendakanya dilakukan sesuai dengan prosedur yang disetujui
tertulis. Pengambilan sampel harus dilakukan secara cermat oleh personil dengan
keahlian khusus. Wadah sampel hendaklah berlabel yang mencantumkan isi,nomor
bets, tanggal pengambilan sampel dan dari wadah mana sampel telah diambil.
3. Pengujian
Pengujian dilakukan terhadap bahan baku, bahan pengemas, produk antara, produk
ruangan, dan produk jadi.
4. Pengawasan lingkungan
Dilakukan pemantauan mutu kimiawi dan mikrobiologi dari air untuk produksi dan
pemantauan berkala cemaran mikroba lingkungan produksi.
5. Pengawasan selama proses
Prosedur tertulis pengambilan contoh, pengawasan dan pengujian/pemeriksaan
terhadap produk selama proses harus ditetapkan dan diikuti untuk menjamin
keseragaman bets dan keutuhan produk jadi. Pengawasan selama proses harus
konsisten dengan spesifikasi produk jadi. Produk diuji terhadap identitas, kualitas
pada tahap yang tepat dan dinyatakan lulus atau ditolak selama proses produksi.
6. Pengawasan pada pengemasan
Produk yang boleh dikemas hanyalah produk ruahan yang memenuhi
persyaratan.selama pengemasan diambil contoh produk yang di kemas di permulaan,
pertengahan dan akhir. Terakhir, produk yang sudah dikemas dikarantina sampai
diluluskan oleh bagian pengawasan mutu.
7. Pengujian ulang bahan yang tekah disetujui.
Batas waktu penyimpanan yang sesuai untuk suatu bahan atau produk harus
ditetapkan dan setelah batas waktu dicapai, bahan atau produk tersebut harus diuji
ulang. Bahan yang disimpan pada kondisi yang tidak tepat harus diuji ulang sebelum
digunakan.
Yang perlu diperhatikan dalam pengawasan mutu adalah :
1. Menyusun dan merevisi prosedur pengawasan dan spesifikasi
2. Menyiapkan instruksi tertulis yang rinci untuk setiap pemeriksaan, pengujian dan
analisis
3. Menyusun rancangan dan prosedur mengenai pengambilan contoh pemeriksaan
4. Menyiapkan contoh tertinggal
5. Meluluskan dan menolak setiap bets bahan awal, produk antara, produk ruah, dan
produk jadi
6. Meneeliti semua dokumentasi
7. Mengevaluasi semua obat jadi, bahan awal jika diperlukan
8. Menetapkan tanggal kadaluwarsa dan batas waktu penggunaan
9. Menyetujui pemasok bahan baku dan bahan pengemas yang diketahui dan
dipercaya
10. Mengevaluasi semua keluhan yang diterima atau kekurangan yang ditemukan
mengenai suatu bets.
11. Menyediakan baku pembanding sekunder
12. Menyiapkan catatan pemeriksaan dan pengujian semua contoh yang diambil
13. Mengevaluasi obat kembalian
14. Ikut serta dalam program inspeksi diri bersama bagian lain dalam perusahaan
15. Memberikan rekombinasi untuk pembuatan obaht oleh pihak lain atas dasar
konntrak setelah diadakan evaluasi terhadap kontraktor yang bersangkutan.