ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan GMP dan SSOP pada proses
pengolahan Nobashi Ebi. Metode penelitian dilakukan dengan observasi dan survey, dengan
mengikuti secara langsung seluruh proses penerapan GMP dan SSOP mulai dari penerimaan
bahan baku hingga pemuatan, dengan melakukan pengujian terhadap mutu (organoleptik,
mikrobiologi, antibiotik), pengamatan penerapan rantai dingin, rendemen, dan produktivitas
tenaga kerja. Analisa data dilakukan dengan deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa
penerapan GMP dan SSOP pengolahan udang vannamei nobashi ebi sudah dilakukan
dengan baik sesuai SNI. Penerapan rantai dingin pada PT. Misaja Mitra dilakukan dengan
baik dengan suhu bahan baku 4,5°C. Hasil pengujan mutu organoleptik bahan baku dan
produk akhir adalah 8, hasil uji mikrobiologi sesuai dengan SNI dan not detected untuk hasil
uji antibiotik. Hasil perhitungan rendemen pada pemotongan kepala dan pengupasan kulit
rata – rata 66,3% dan 85,9% sesuai dengan standar perusahaan. Hasil pengamatan
produktivitas pada proses pemotongan kepala dan pengupasan kulit adalah 31,4
kg/jam/orang dan 10,7 kg/jam/orang, sesuai dengan standar perusahaan. Kelayakan
pengolahan nobashi ebi telah dilakukan dengan menerapkan persyaratan dasar dengan baik.
Hasil penilaian SKP menunjukkan jumlah penyimpangan yaitu terdapat 2 minor, 1 mayor
dengan rating A (sangat baik).
Kata Kunci: mutu; pengolahan; produktivitas; rendemen udang.
ABSTRACT
This study aims to find out the flow of shrimp processing process vannamei nobashi ebi,
application of cold chains during the processing process, quality of raw materials and quality
of final products, product management nobashi ebi, labor productivity, application of basic
feasibility requirements and waste handling. Research using observation and survey method,
by following directly the entire processing flow ranging from the receipt of raw materials to
loading. Data analysis is done using descriptive methods. The results showed that the process
of processing shrimp vannamei nobashi ebi in PT. Misaja Mitra consists of 21 stages of the
process. While according to SNI 3457:2014 frozen raw peeled shrimp there are 16 stages of
the process. So there are 5 additional stages of the process in PT. Misaja Mitra. Application
of cold chain to PT. Misaja Mitra is well done with a raw material temperature of 4.5°C. The
results of organoleptic quality of raw materials and final products are 8, microbiology test
results in accordance with SNI and not detected for antibiotic test results. The results of the
calculation of yield on head cutting and stripping of skin are averaged 66.3% and 85.9% in
accordance with company standards. The result of productivity observation in the process of
cutting the head and stripping the skin is 31.4 kg / hour / person and 10.7 kg / hour / person,
in accordance with company standards. PT. Misaja Mitra has implemented the basic
requirements well. Waste handling and treatment has been done well. SKP assessment results
at PT. Misaja Mitra shows the number of irregularities that there are 2 minor, 1 major with a
rating obtained by PT Misaja Mitra namely A (very good).
Keywords: shrimp; processing; quality; yield; productivity
10
Jurnal Airaha, Vol.10, No.01 (June 2021):010 – 023, p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638
11
Jurnal Airaha, Vol.10, No.01 (June 2021):010 – 023, p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638
digunakan adalah score sheet pengujian Alur proses pengolahan udang vannamei
organoleptik udang segar (BSN, 2006) dan nobashi ebi terdiri dari beberapa tahapan
udang kupas mentah beku (BSN, 2014); Alat proses sebagai berikut :
untuk mengukur suhu thermocouple dan
termometer, untuk mengukur produktivitas
stopwatch, dan kuesioner penilaian
kelayakan dasar unit pengolahan ikan.
Penelitian dilakukan dengan observasi
dan survey, dengan studi kasus
menggunakan kuisioner dan wawancara
kepada penanggung jawab mutu. Observasi
dilakukan mengikuti secara langsung proses
penanganan udang segar mulai dari tahap
awal produksi sampai pemuatan.
Pengujian mutu organoleptik dan
mikrobiologi dilakukan sebanyak 12
(duabelas) kali, pengukuran suhu dilakukan
sebanyak 12 (duabelas) kali dengan tiga kali
ulangan, perhitungan rendemen dan
produktivitas sebanyak 12 kali dan
pengamatan kelayakan dasar yaitu GMP dan
SSOP. Analisa data dilakukan dengan
deskriptif.
Uji organoleptik bahan baku dilakukan
dengan scoresheet bahan baku SNI 01
2728.1-2006 (BSN, 2006) dan produk akhir
SNI 3457.2014 (BSN, 2014) dan kuisioner
penilaian kelayakan dasar unit pengolahan
dilakukan dengan Permen KP Nomor
17/PERMEN-KP/2019 (KKP, 2019). Gambar 1. Alur proses Nobashi eby
Pengujian mikrobiologi terhadap bahan
baku dan produk akhir meliputi Angka
Lempeng Total (ALT) sesuai SNI 01-2332.3- HASIL DAN PEMBAHASAN
2015(BSN, 2015c), E. coli sesuai SNI 01- Proses pengolahan Nobashi Ebi sudah
2332.1-2015 (BSN, 2015a), Salmonella sesuai SNI 3457:2014. Menurut (Sipahutar et
sesuai SNI 01-2332.2-2006 (BSN, 2015b), al., 2020) cara penanganan udang yang baik
Vibrio parahaemolyticus sesuai SNI 01- dapat mencegah terjadinya kerusakan atau
2332.5-2006 (BSN, 2006) pembusukan udang. Setelah pasca panen
Perhitungan rendemen dilakukan dengan hingga bahan baku sampai di UPI
(Zaelani et al., 2013): dipertahankan rantai dinginnya dengan
ditambahkan es terus-menerus supaya tidak
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
Rendemen
. %= 𝑥 100% terjadi kenaikan suhu. Pada saat proses
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙
produksi berlangsung, udang harus dalam
keadaan dingin dengan suhu dibawah 5°C.
Perhitungan produktivitas sebagai berikut Sehingga perlakuan proses yang kurang tepat
(Sinungan, 2014) : misalnya kurang dalam pemberian es batu
dapat menyebabkan udang berubah warna
Produktivitas kg/jam/org =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 (Rahayu et al., 2020). Menurut Estiasih &
𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢/𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 Ahmadi, (2016) pembekuan merupakan
proses pengolahan, yaitu suhu produk atau
12
Jurnal Airaha, Vol.10, No.01 (June 2021):010 – 023, p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638
bahan pangan diturunkan dibawah titik beku, tahapan pengolahan mulai dari tahap
dan sejumlah air berubah menjadi kristal es. penerimaan bahan baku hingga penyimpanan
Pengukuran Suhu beku. Hasil rata – rata pengamatan suhu
Pengukuran suhu meliputi suhu udang, udang, air, dan ruangan hingga produk akhir
air dan ruang dan dilakukan dengan dapat dilihat pada Tabel 1.
menggunakan termometer digital pada
Tabel 1. Rata-Rata Suhu Udang, Air, dan Ruang selama Proses Produksi
Pengukuran Suhu Rata-rata (°C)
Tahapan Proses
Udang Air Ruang
Standar Perusahaan < 10 <5 < 20
Penerimaan Bahan Baku 4.5±0.7 - 15.8±
Pencucian 1 4.8±0.9 4.4±0.5 15.8±0.6
Pemotongan Kepala 6.5±0.9 - 20.1±0.6
Pencucian 2 6.8±0.8 4.5±0.2 20.1±0.4
Sortasi 7.3±0.9 - 20.3±0.4
Koreksi 7.7±0.9 - 20.3±0.3
Pengupasan dan Pencabutan 6.7±1.3 - 19.9±0.3
Usus
Pencucian 3 6.5±0.9 4.4±0.2 19.9±0.3
Pengirisan Ruas Udang 7.2±0.8 - 19.9±0.3
Pemanjangan 7.3±0.8 - 19.9±0.3
Perendaman 7.9±0.5 3±08 20±1.8
Chilling room - - 4.9±0.3
Penyusunan dan Penimbangan 6.5±0.9 - 19.8±0.4
Pembekuan -16.3±0.8 - 19.9±0.3
Pengepakan dan Pelabelan - - 20.1±0.4
Penyimpanan - - -18±0.2
Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan hasil untuk memperlambat penurunan mutu.
rata-rata pengukuran suhu udang pada setiap Rachma et al., (2019) menyampaikan udang
tahapan proses masih sesuai standar SNI dibersihkan menggunakan air yang bersih
3457-2014. Pada penerimaan bahan baku dan sesuai spesifikasi, kemudian untuk
suhu udang mencapai 4.5°C, standar suhu menjaga suhu udang ≤ 3°C ditambahkan
udang yang diterapkan adalah < 10°C hancuran es. Hasil pengamatan setelah
sedangkan sesuai SNI 2728:2006 suhu udang pembekuan, suhu produk yaitu < -18°C, hal
standar < 5°C. PT. Misaja Mitra mengikuti ini sesuai dengan standar perusahaan dan
standar jepang yaitu menggunakan standar SNI 3457:2014 yaitu suhu pusat produk
suhu udang <10°C dikarenakan pada suhu mencapai -18°C atau lebih rendah.
tersebut pertumbuhan bakteri masih dapat Hasil pengukuran suhu air pencucian
ditahan/dihambat. menunjukkan bahwa suhu air sudah
Hasil pengamatan di lapangan selama memenuhi standar perusahaan adalah <5°C.
pengangkutan supplier menjaga suhu udang Suhu udang erat kaitannya dengan suhu air.
dengan cara memberi es yang cukup pada Apabila suhu air pencucian udang melebihi
box fiber yang berisi udang. batas maksimal yaitu 5°C maka suhu udang
Mempertahankan suhu udang sangat penting juga akan naik, dan bakteri mudah
dilakukan untuk mempertahankan mutu. Hal berkembang sehingga mempengaruhi mutu
ini sesuai dengan (Suryanto & Sipahutar, udang dan menyebabkan kemunduran mutu.
2020) pada tahapan proses pemotongan Standar suhu air pencucian yang baik
kepala, suhu udang tetap di pertahankan agar menurut Zulfikar, (2016) yaitu 0-3°C untuk
tidak melebihi 5°C, dengan cara selalu agar suhu dingin dan dapat mempertahankan
menambahkan es pada udang yang bertujuan mutu udang. Pengukuran suhu air pada tahap
13
Jurnal Airaha, Vol.10, No.01 (June 2021):010 – 023, p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638
pencucian menurut Suryanto & Sipahutar, Menurut Masengi et al., (2016) diperoleh
(2020) yaitu ≤ 5 °C sesuai dengan standar nilai organoleptic sebear 8-9 diatas standar
perusahaan dan SNI. SNI, karena pada saat pendistribusian udang
Hasil pengukuran suhu ruangan masih diangkut dengan truk menggunakan box fiber
memenuhi standar yang dipersyaratkan yang telah ditambahkan es, sehingga suhu
dimana suhu ruangan telah diatur agar suhu udang selalu terjaga dalam suhu rendah.
ruangan tetap optimal. Selain itu, suhu Menurut Roiska et al., (2020) nilai
ruangan terus di kontrol oleh QC dan organoleptik bahan baku harus memenuhi
dilakukan pengecekan setiap 1 jam sekali. persyaratan kesegaran yaitu minimal 7,
Standar suhu ruangan adalah < 20°C. Suhu dengan spesifikasi dan teksturnya utuh dan
ruangan di ruang proses sangat berpengaruh padat, kenampakan cemerlang, bau segar
pada produk yang akan diolah. Menjaga suhu sehingga ikan segar tersebut layak untuk
ruang produksi merupakan salah satu usaha dijadikan sebagai bahan baku. Berdasarkan
menjaga mutu dari produk yang diolah hasil pengujian organoleptik produk akhir
karena kenaikan suhu ruangan dapat diperoleh nilai organoleptik produk rata-rata
mengakibatkan kemunduran mutu terhadap yaitu 8, sehingga menunjukan produk akhir
produk yang diproduksi. Sedangkan suhu telah memenuhi standar SNI 3457:2014
mesin pembekuan mencapai -38° sampai - dengan standar organoleptik minimal 7. Pada
40°C, dengan suhu pusat udang maksimum - penanganan proses pengangkutan udang
18°C. yang baik dengan cara menjaga rantai dingin
Pengujian Mutu dengan suhu sekitar <5°C. Menurut
Pengujian Mutu Organoleptik (Sipahutar et al., 2019), dikatakan bahwa
Tabel 2. Hasil Pengujian Organoleptik suhu peranan paling penting pada udang
Bahan baku dan Produk Akhir. yang sudah mati, peranan suhu rendah sekitar
Nilai 0ºC dapat menekan kegiatan enzimatik,
Pengamatan rata- SNI Standar bakteriologis, kimiawi dan perubahan
rata organoleptik dengan demikian
SNI-01- memperpanjang daya awet.
Bahan baku 8 7
2728.1.2006 Pengujian Mikrobiologi
SNI 3457- Pada penerimaan bahan baku harus
Produk Akhir 8 7
2014 diperiksa terlebih dahulu oleh petugas
Quality Control untuk menentukan bahan
Sesuai dengan SNI-01-2728.1-2006, baku tersebut diterima dan layak proses.
bahwa nilai organoleptik bahan baku Pengujian mikrobiologi yang dilakukan oleh
minimal 7 untuk udang beku. Perusahaan PT. Misaja Mitra Pati meliputi ALT, E.coli,
telah memenuhi standar yang telah Salmonella, Vibrio parahaemolyticus.
ditetapkan dimana nilai organoleptik bahan Pengujian mikrobiologi bertujuan untuk
baku sebesar 8. Berdasarkan nilai mengetahui kandungan atau jenis bakteri
organoleptic ini, bahan baku pengolahan yang terkandung di dalam daging udang.
produk nobashi ebi masih dalam keadaan Pengujian mikrobiologi mempunyai dua
segar memiliki bau spesifik jenis netral. tujuan yaitu : pertama adalah Angka
Selama tahapan proses suhu udang tetap di Lempeng Total (ALT) untuk mengetahui
pertahankan agar tidak melebihi 5°C, dengan jumlah total kandungan bakteri dan yang
cara selalu menambahkan es pada udang. kedua adalah untuk mengetahui keberadaan
Pengangkutan bahan baku ke perusahaan bakteri yang berbahaya seperti Salmonella
dengan menggunakan mobil truk atau pick up sp, Vibrio parahaemolyticus dan E.coli yang
yang memakai wadah blong plastik dan sangat berbahaya bagi kesehatan manusia
ditambahkan es serta pembongkaran karena sifat patogen.
dilakukan secara cepat dan hati-hati.
14
Jurnal Airaha, Vol.10, No.01 (June 2021):010 – 023, p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638
Salmonel
Staphylo
APM/25g
Parahae
APM/25
APM/25
APM/gr
aureus
coccus
E.Coli
Vibrio
kol/gr
ALT
gr
gr
la
Tanggal Sampel
r
Standar SNI 5 x 105 ˂3 Negative Negative Negative
Standar Perusahaan 5 x 105 ˂3 Negative Negative Negative
09-11-2020 Belum cuci 5 x 104 ˂3 Negative Negative Negative
Sudah cuci 1 x 104 ˂3 Negative Negative Negative
12-11-2020 Belum cuci 1 x 104 ˂3 Negative Negative Negative
Sudah cuci 5 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
16-11-2020 Belum cuci 9 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
Sudah cuci 3 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
18-11-2020 Belum cuci 8 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
Sudah cuci 5 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
23-11-2020 Belum cuci 7 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
Sudah cuci 4 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
27-11-2020 Belum cuci 3 x 104 ˂3 Negative Negative Negative
Sudah cuci 7 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
01-12-2020 Belum cuci 4 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
Sudah cuci 2 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
07-12-2020 Belum cuci 1 x 104 ˂3 Negative Negative Negative
Sudah cuci 6 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
10-12-2020 Belum cuci 9 x 104 ˂3 Negative Negative Negative
Sudah cuci 7 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
14-12-2020 Belum cuci 9,3 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
Sudah cuci 4,2 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
21-12-2020 Belum cuci 4 x 104 ˂3 Negative Negative Negative
Sudah cuci 7 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
28-12-2020 Belum cuci 1,3 x 104 ˂3 Negative Negative Negative
Sudah cuci 3,4 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
Sumber: PT. Misaja Mitra (2020)
Berdasarkan Tabel 3, menunjukkan dilakukan dengan pemberian es yang cukup
bahwa bahan baku yang digunakan telah pada udang segar yang baru datang.
memenuhi persyaratan mikrobiologi. Data pada Tabel 4 menunjukkan bahwa
Pengujian mikrobiologi dilakukan dengan 2 produk akhir telah memenuhi persyarataan
sampel yaitu udang sebelum dicuci dan SNI 01-2332.3-2015 dengan nilai terendah
setelah dicuci. Pengujian ALT dilakukan yaitu 2,1 x 103/gr dan nilai tertinggi 1,6 x
sesuai prosedur yang terdapat pada SNI 01- 104/gr. Pengujian ALT pada produk akhir
2332.3-2015 (BSN, 2015) dengan nilai telah memenuhi persyaratan SNI dan
terendah 2 x 103 kol/gr dan nilai tertinggi 9 persyaratan yamg ditetapkan oleh perusahaan
x104 kol/gr. Hal ini membuktikan bahwa karena selama proses pengolahan dan
bahan baku memenuhi persyaratan penanganan selalu menerapkan rantai dingin
mikrobiologi karena selama pengangkutan dengan pemberian es yang cukup pada setiap
sampai penerimaan bahan baku telah proses. . Hasil analisis (Sulistijowati & Dali,
menerapkan rantai dingin secara baik dengan 2014) pada proses pengolahan udang putih
pemberian es yang cukup. Sampai di beku tanpa kepala ditemukan Coliform es 22
perusahaan udang di tangani dengan cepat APM/mL, udang segar 225 APM/g, udang
dan saniter. Hal ini dapat menghambat atau beku 64 AMP/g, air cucian <3 APM/mL;
menghentikan kegiatan bakteri yang Salmonella udang segar dan beku negatif.
15
Jurnal Airaha, Vol.10, No.01 (June 2021):010 – 023, p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638
APM/g
Staphy
aureus
lococc
E.Coli
Vibrio
Salmo
Parah
APM/2
APM/2
APM/2
kol/gr
nella
ALT
ae
us
5gr
5gr
5gr
Tanggal Produk
r
Standar SNI 5 x 105 ˂3 Negative Negative Negative
Standar Perusahaan 5 x 105 ˂3 Negative Negative Negative
09-11-2020 3LA 3,3 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
2LA 4,2 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
12-11-2020 3LA 7,3 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
2LA 4,8 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
16-11-2020 3LA 3,2 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
2LA 4,2 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
18-11-2020 3LA 7,2 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
2L 2,1 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
2LA 4,1 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
23-11-2020 3LA 1,8 x 104 ˂3 Negative Negative Negative
2L 6,4 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
2LA 8,2 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
27-11-2020 3LA 4,8 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
2L 1,6 x 104 ˂3 Negative Negative Negative
2LA 9,2 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
01-12-2020 3LA 2,1 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
2LA 1,8 x 104 ˂3 Negative Negative Negative
2L 8,2 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
07-12-2020 2L 6,4 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
2LA 2,1 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
10-12-2020 2L 1,8 x 104 ˂3 Negative Negative Negative
2LA 6,4 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
14-12-2020 2LA 8,2 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
2L 5 x 104 ˂3 Negative Negative Negative
21-12-2020 3LA 4 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
2LA 8 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
28-12-2020 2LA 7 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
LA 6 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
Sumber : PT. Misaja Mitra (2020)
Pada tahapan pencucian perusahaan baik dapat menjaga mutu bahan baku dengan
melakukan penambahan larutan klorin menekan pertumbuhan bakteri.
sehingga dapat mengurangi jumlah bakteri Pengujian Antibiotik
pada udang. Klorin merupakan bahan yang Pengujian Antibiotik dilakukan pada
digunakan untuk membunuh bakteri. bahan baku oleh pihak perusahaan PT.
Pengujian mikrobiologi produk akhir Misaja Mitra menggunakan metode ELISA.
bertujuan untuk memastikan produk udang Pengujian Antibiotik dilakukan di
vannamei nobashi ebi yang akan diekspor laboratorium PT. Misaja Mitra. QC tambak
telah melalui proses penanganan yang baik akan mengambil sampel udang sebelum
mulai dari penerimaan bahan baku hingga dilakukan pengiriman udang jadi saat udang
menjadi produk akhir sehingga aman dan datang hasil pengujian antibiotik sudah
layak untuk dikonsumsi. Penanganan dan keluar dan apabila tidak terdapat kandungan
pengolahan yang benar serta penerapan antibiotiknya maka langsung dilakukan
rantai dingin dan sistem pembekuan yang pembongkaran udang. Pengujian dengan
metode Elisa membutuhkan waktu sekitar 7
16
Jurnal Airaha, Vol.10, No.01 (June 2021):010 – 023, p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638
jam. Apabila hasil pengujian menunjukkan udang akan mengalami perubahan berat,
positif antibiotik maka bahan baku udang dimana perubahan akan terjadi saat proses
vannamei akan di rijek dan dikembalikan potong kepala sampai menjadi produk
kepada supplier. Sebelumnya juga sudah ada nobashi ebi.
kesepakatan antara pihak perusahaan dengan Tabel 6. Hasil Perhitungan Rendemen
supplier bahwa tidak boleh ada kandungan Standar
Tahapan Rendemen
antibiotik pada udang. Pengujian antibiotik Perusahaan
dapat dilihat pada Tabel 5. Pemotongan
Tabel 5. Hasil Pengujian Antibiotik Kepala 66,3% 65%
Hasil/ppb (HO-HL)
Tgl AOZ TET AHD Pengupasan
(0.1ppb) (1ppb) (0.1ppb) Kulit 85,9% 85%
09-11-2020 ND ND ND (HL-PDTO)
12-11-2020 ND ND ND
Pada Tabel 6 menunjukkan bahwa
16-11-2020 ND ND ND rata-rata rendemen untuk proses potong
18-11-2020 ND ND ND kepala dan pengupasan serta buang usus
3-11-2020 ND ND ND yaitu masing-masing 66,3% dan 85,9%.
27-11-2020 ND ND ND Angka tersebut telah sesuai dengan standar
rendemen yang diterapkan diperusahaan
01-12-2020 ND ND ND
untuk HO-HL dengan standar rendemen
07-12-2020 ND ND ND yaitu 65% dan HL-PDTO yaitu 85%. Hal
10-12-2020 ND ND ND tersebut salah satunya dikarenakan bahan
14-12-2020 ND ND ND baku yang diterima perusahaan adalah udang
21-12-2020 ND ND ND bermutu segar, disamping itu ketrampilan
28-12-2020 ND ND ND kerja karyawan pada saat pemotongan
kepala, sehingga tidak banyak daging yang
Sumber: PT. Misaja Mitra (2020)
terbuang. Menurut (Afrianto & Liviawati,
Keterangan
2010), ada beberapa hal yang dapat
AOZ = Furazolidone
mempengaruhi rendemen salah satunya
TET = Tetracycline
adalah mutu bahan baku (faktor kesegaran
AHD = Nitrofurans
udang sangat berpengaruh terhadap
ND = Not Detected
rendemen yang dihasilkan), sarana dan
Berdasarkan Tabel 5, diperoleh hasil
prasarana, tenaga kerja, ukuran dan jenis
pengujian sama dengan para supplier agar
bahan baku
tidak menggunakan antibiotik selama
Produktivitas
pembudidayaannya sehingga supplier dalam
Produktivitas adalah sebuah konsep
pembudidayaannya tidak akan berani
yang menggambarkan hubungan antara hasil
menggunakan antibiotik. Pihak perusahaan
(jumlah barang yang diproduksi) dengan
juga terus memantau keadaan tambak dan
sumber (jumlah tenaga kerja, modal, tanah,
memastikan bahwa supplier tidak
energy dan sebagainya) yang dipakai untuk
menggunakan antibiotik. Adapun
menghasilkan hasil tersebut (Sinungan,
kerugiannya pada perusahaan akan berakibat
2014).
penolakan produk oleh negara tujuan ekspor,
Tabel 7. Hasil Pengamatan Produktivitas
karena produk yang mengandung antibiotik
Rata-rata Standar
akan berakibat buruk bagi konsumen. Tahapan
Produktivitas Perusahaan
Rendemen
Pemotongan 31,4 30
Rendemen merupakan perbandingan
Kepala (kg/jam/org) (kg/jam/org)
antara berat akhir produk yang diinginkan
Pengupasan 10,7 10
dengan berat semula. Selama pengolahan
Kulit (kg/jam/org) (kg/jam/org)
17
Jurnal Airaha, Vol.10, No.01 (June 2021):010 – 023, p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638
18
Jurnal Airaha, Vol.10, No.01 (June 2021):010 – 023, p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638
spesifikasi produk sehingga memudahkan produksi didepan pintu masuk produksi, cuci
dalam mencari, serta tidak menumpuk tangan dilakukan setiap 30 menit sekali
master cartoon tidak terlalu tinggi karena ditandai dengan sirine alarm, penggantian air
dapat mengakibatkan kerusakan pada produk cuci tangan (klorin 50 ppm) diganti setiap
yang posisinya paling bawah. mulai produksi dan ketika proses produksi
6) Distribusi berlangsung meskipun masih banyak tenaga
Kegiatan ekspor menggunakan mobil kerja yang mengabaikan alarm untuk cuci
container berinsulasi yang tujuannya untuk tangan.
mempertahankan suhu produk. Produk 4) Ruang Istirahat atau Toilet
dalam cold storage akan diekspor bila telah Perusahaan perlu menambahan loker
mencukupi. Sistem First In First Out (FIFO) yang lebih memadai untuk mengantisipasi
yaitu produk yang masuk cold storage lebih keamanan barang karyawan, sebab sistem
dulu, maka produk tersebuat akan keluar dari keamanan loker karyawan belum memadai.
cold storage lebih dulu. Kamar mandi cukup banyak kamar mandi,
Standard Sanitation Operating Procedure berventilasi, dinding, dan langit – langit
(SSOP) terbuat dari bahan yang halus, rata, mudah
1) Pasokan Air dan Es dicuci, dan berwarna terang. Kamar mandi
Air yang digunakan PT. Misaja Mitra menggunakan WC duduk dan tidak terdapat
adalah air yang telah melewati proses filtrasi gayung didalam kamar mandi, melainkan
khusus. Media penyaring dari filter terdiri selang yang dapat digunakan langsung. Para
dari dua tabung. Tabung pertama berisi tenaga kerja diwajibkan menggunakan
media silika yang berfungsi untuk sandal yang telah disiapkan dirak sandal
menyaring kotoran kasar seperti pasir serat, yang terdapat didepan kamar mandi ketika
koloid, gumpalan lumpur, dan butiran memasuki kamar mandi. Pengendalian
kotoran lainnya. Air yang melewati filter Bahan Kimia, Pembersih,dan Sanitizer
tersebut menjadi bersih sehingga fungsi 5) Syarat Pelabelan dan Penyimpanan
media kedua dapat terlindungi dari kotoran Bahan pengemas yang digunakan
tersebut. Tabung kedua berisi media karbon adalah PE (Poly Ethylene). Penyimpanan
aktif yang berungsi untuk menyerap kemasan harus terpisah dengan yang
sebagian warna, rasa, dan bau pada air serta lainnya. Label tertera keterangan jenis
menyerap klorin (deklorisasi). produk, berat produk, tanggal produksi,
2) Peralatan dan Pakaian Kerja tanggal kadaluwarsa, pabrik yang
Perusahaan memilih menggunakan memproduksi dan nama buyer. Produk yang
peralatan yang terbuat dari bahan yang tidak telah jadi dan akan diekspor kemudian
mudah berkarat, halus permukaannya, kedap disimpan dalam cold storage untuk menjaga
air, tidak mudah bereaksi dengan bahan lain, mutu produk tetap optimal. Suhu
dan mudah untuk dibersihkan seperti penyimpanan dalam cold storage berkisar
peralatan yang terbuat dari stainless steel antara -18°C sampai -25°C.
dan plastik. Pembersihan peralatan 6) Kesehatan Karyawan
dilakukan awal, selama proses, dan setelah Kesehatan para tenaga kerja sangat
proses produksi. Pakaian kerja digunakan diperhatikan. Ketika ada tenaga kerjanya
sesuai dengan ketentuan mulai dari penutup yang sakit, maka tenaga kerja tersebut
kepala hingga sepatu proses. langsung dibawa ke Unit Kesehatan yang
3) Pencegahan Kontaminasi Silang terdapat diruang personalia. Pengecekan
Perusahaan memisahkan tempat kesehatan setiap tahun dilakukan oleh tenaga
penyimpanan atau datangnya bahan baku kerja yang sudah bekerja selama 1 tahun.
dari tempat penyimpanan, sehingga sanitasi Karyawan yang hendak bersin harus
terhadap bahan baku dan produk akhir dapat membelakangi dan menjauhi produk agar
tetap terjaga atau terjadi kontaminasi silang. produk tidak terkontaminasi. Karyawan yang
Penempatan cuci tangan dalam ruang sakit seperti diare, sakit kuning, cacar tidak
19
Jurnal Airaha, Vol.10, No.01 (June 2021):010 – 023, p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638
diijinkan untuk menangani produk dan diberi Pengolahan, Pub. L. No. Nomor
ijin istirahat selama sakit, selain itu 17/PERMEN-KP/2019, KKP (2019).
perusahaan memberikan fasilitas berupa Indonesia: KKP.
Jamsostek sebagai jaminan kesejahteraan Pengamatan kelayakan dasar
karyawan. dilakukan di unit pengolahan dengan
7) Pengendalian Pest menggunakan kuisioner kelayakan dasar
Pintu di ruang produksi dilengkapi yang meliputi GMP, SSOP, dan SKP.
dengan tirai plastik sehingga udara luar tidak Beberapa hal yang dianggap menyimpang
terlalu mempengaruhi suhu ruang produksi. dari yang seharusnya adalah kebersihan dan
Pada setiap ruang produksi terdapat insect kesehatan karyawan mengenai penggunaan
killer untuk mencegah masuknya serangga kosmetik saat memasuki ruang produksi,
kedalam ruang produksi dan menyebabkan memperbanyak loker untuk karyawan serta
kontaminasi pada produk. Saluran sistem keamanan loker karyawan, dan perlu
pembuangan yang terdapat disetiap ruang adanya perbaikan pada ruang ganti. Namun,
produksi mampu mengalirkan air dengan sampai pengecekkan SKP terakhir belum
lancar selama proses produksi berlangsung. ada perubahan berarti dari pihak perusahaan.
Saluran pembuangan ditutup dengan plat Penilaian SKP yang dilakukan pada
berlubang untuk mencegah masuknya saat awal praktek, pertengahan praktek dan
binatang pengerat masuk. akhir praktek hasilnya adalah tidak ada
Penilaian Kelayakan Dasar perubahan yang dilakukan oleh pihak
Sesuai dengan: Kementrian Kelautan perusahaan terhadap penyimpangan-
dan Perikanan. Peraturan Menteri Kelautan penyimpangan yang ada. Beberapa hal yang
dan Perikanan RI tentang Persyaratan dan dianggap menyimpang dari PT. Misaja Mitra
Tata Cara Penerbitan Sertifikat Kelayakan dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Hasil Pengamatan Kelayakan Dasar
N Klausul Aspek Kondisi Saran Rating
o manajemen Penilaian
1 Fasilitas Loker tempat Sistem keamanan Perlu adanya Minor
karyawan penyimpanan loker karyawan penambahan loker yang
barang yang belum lebih memadai untuk
karyawan memadai mengantisipasi
keamanan barang
karyawan
Ruang ganti Kondisi ruang Perlu adanya perbaikan Minor
pakaian ganti yang kotor pada ruang ganti agar
karyawan dan banyak yang kebersihan lebih terjaga
rusak
2 Kebersihan Penggunaan Banyak karyawan Perlu adanya tindakan Mayor
dan kosmetik pada wanita yang tegas pada karyawan
kesehatan karyawan masih yang menggunakan
karyawan menggunakan kosmetik saat masuk ke
kosmetik saat ruang produksi karena
masuk ruang dapat mengakibatkan
produksi kontaminasi terhadap
produk
Klausul fasilitas karyawan pada aspek barang karyawan karena sesuai pengamatan
loker tempat penyimpanan barang karyawan, beberapa karyawan kehilangan barang
perlu adanya penambahan loker yang lebih elektronik berupa handphone.
memadai untuk mengantisipasi keamanan
20
Jurnal Airaha, Vol.10, No.01 (June 2021):010 – 023, p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638
21
Jurnal Airaha, Vol.10, No.01 (June 2021):010 – 023, p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638
pada Sistem Bioflok dengan Penambahan Jakarta – Utara. Jurnal STP (Teknologi
Probiotik. JSIPi (Jurnal Sains Dan Dan Penelitian Terapan)., 2, 28–39.
Inovasi Perikanan) (Journal of Fishery Masengi, S., Sipahutar, Y. H., & Rahadian,
Science and Innovation), 1(2). T. (2016). Penerapan Sistem
https://doi.org/10.33772/jsipi.v1i2.6591 Ketertelusuran (Traceability) pada
Desiyanto, F. A., & Djannah, S. N. (2013). Pengolahan Udang Vannamei
Efektivitas Mencuci Tangan (Litopenaeus vannamei) Kupas Mentah
Menggunakan Cairan Pembersih Tangan Beku (Peeled and Deveined) di PT Dua
Antiseptik (Hand Sanitizer) Terhadap Putra Makmur, Pati, Jawa Tengah. Jurnal
Jumlah Angka Kuman. Jurnal Kesehatan STP(Teknnologi Dan Penelitian
Masyarakat (Journal of Public Health), Terapan), 1, 201–210.
7(2), 75–82. Pudjirahayu, A. (2018). Pengawasan Mutu
https://doi.org/10.12928/kesmas.v7i2.104 Pangan (1st ed.). Kementrian Kesehatan
1 RI, Pusat Pendidikan Sumber Daya
Estiasih, T., & Ahmadi, K. (2016). Teknologi Manusia Kesehatan.
Pengolahan Pangan (2nd ed.). Bumi Rachma, L., Dita, & Sudarno. (2019).
Aksara. Penentuan Critical Control Points ( CCP )
Hasibuan, H. M. S. P. (2017). Organisasi pada Produk Frozen Shrimp Udang
dan Motivasi Dasar Peningkatan Vannamei ( Litopenaeus vannamei ) di
Produktivitas (ed. mhs). Bumi Aksara. PT . Grahamakmur Ciptapratama ,
Irawati, H., Kusnandar, F., & D Sidoarjo - Jawa Timur DeterminationoOf
Kusumaningrum, H. (2019). Analisis Critical Control Points ( CCP ) in Frozen
Penyebab Penolakan Produk Perikanan Vannamei Shrimp Product ( Litop.
Indonesia Oleh Uni Eropa Periode 2007 – Journal of Marine and Coastal Science,
2017 Dengan Pendekatan Root Cause 8(June), 85–90.
Analysis. Jurnal Standardisasi, 21(2), Rahayu, B. S., Maflahah, I., & Asfan. (2020).
149. Analisis Pengendalian Mutu Proses
https://doi.org/10.31153/js.v21i2.757 Pembekuan Udang Vaname (
Kementrian Kelautan dan Perikanan. Litopenaeus vannamei) dengan Six
(2018a). Menengok Peluang Besar Sigma. Agroindustrial Technology
Ekspor Komoditas Udang Indonesia. Journal, 04(02), 108–119.
KKP. Roiska, R., Masengi, S., & Sipahutar, Y. H.
Kementrian Kelautan dan Perikanan. (2020). Analisa Potensi Bahaya Pada
(2018b). Peraturan Menteri Kelautan Penanganan Sotong (Sepia sp.) Utuh
dan Perikanan Republik Indonesia Beku. Seminar Nasional Tahunan XVII
tentang Persyaratan dan Tata Cara Hasil Penelitian Perikanan Dan
Penerbitan Sertifikat Penerapan Kelautan, 446–454.
Program Manajemen Mutu Terpadu Sinungan. (2014). Produktivitas Apa dan
(HACCP) (Nomor 51/PERMEN- Bagaimana. Bumi Aksara.
KP/2018). Sipahutar, Y. H., Ramli, H. K., Kristiani, M.
Kementrian Kelautan dan Perikanan. (2019). G. E., & Prabowo, G. (2019). Quality of
Peraturan Menteri Kelautan dan Consumer on Vannamei Shrimp
Perikanan RI tentang Persyaratan dan (Litopenaeus vannamei) from Intensive
Tata Cara Penerbitan Sertifikat Addition and Traditonal Pond
Kelayakan Pengolahan (Nomor Bulukumba District, South Sulawesi.
17/PERMEN-KP/2019). Prosiding Simposium Nasional Kelautan
Masengi, S., & Sipahutar, Y. H. (2016). Dan Perikanan VI Universitas
Produktivitas Tenaga Kerja pada Hasanuddin, 359–366.
Pengolahan Tuna Loin Mentah Beku di Sipahutar, Y. H., Suryanto, M. R., Ramli, H.
PT. Lautan Niaga Jawa, Muarabaru, K., Pratama, R. B., & Irsyad, M. (2020).
22
Jurnal Airaha, Vol.10, No.01 (June 2021):010 – 023, p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638
23