Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Airaha, Vol.10, No.

01 (June 2021):010 – 023, p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638

Kelayakan Dasar Pengolahan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) Nobashi Ebi


Basic Feasibility of Processing Shrimp Vannamei (Litopenaeus vannamei) Nobashi Ebi

Anggun Putrisila* dan Yuliati H. Sipahutar


Politeknik Ahli Usaha Perikanan, Jakarta
*Corespondensi: anggun.putrisila.aup@gmail.com

Received : March 2021 Accepted : May 2021

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan GMP dan SSOP pada proses
pengolahan Nobashi Ebi. Metode penelitian dilakukan dengan observasi dan survey, dengan
mengikuti secara langsung seluruh proses penerapan GMP dan SSOP mulai dari penerimaan
bahan baku hingga pemuatan, dengan melakukan pengujian terhadap mutu (organoleptik,
mikrobiologi, antibiotik), pengamatan penerapan rantai dingin, rendemen, dan produktivitas
tenaga kerja. Analisa data dilakukan dengan deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa
penerapan GMP dan SSOP pengolahan udang vannamei nobashi ebi sudah dilakukan
dengan baik sesuai SNI. Penerapan rantai dingin pada PT. Misaja Mitra dilakukan dengan
baik dengan suhu bahan baku 4,5°C. Hasil pengujan mutu organoleptik bahan baku dan
produk akhir adalah 8, hasil uji mikrobiologi sesuai dengan SNI dan not detected untuk hasil
uji antibiotik. Hasil perhitungan rendemen pada pemotongan kepala dan pengupasan kulit
rata – rata 66,3% dan 85,9% sesuai dengan standar perusahaan. Hasil pengamatan
produktivitas pada proses pemotongan kepala dan pengupasan kulit adalah 31,4
kg/jam/orang dan 10,7 kg/jam/orang, sesuai dengan standar perusahaan. Kelayakan
pengolahan nobashi ebi telah dilakukan dengan menerapkan persyaratan dasar dengan baik.
Hasil penilaian SKP menunjukkan jumlah penyimpangan yaitu terdapat 2 minor, 1 mayor
dengan rating A (sangat baik).
Kata Kunci: mutu; pengolahan; produktivitas; rendemen udang.

ABSTRACT
This study aims to find out the flow of shrimp processing process vannamei nobashi ebi,
application of cold chains during the processing process, quality of raw materials and quality
of final products, product management nobashi ebi, labor productivity, application of basic
feasibility requirements and waste handling. Research using observation and survey method,
by following directly the entire processing flow ranging from the receipt of raw materials to
loading. Data analysis is done using descriptive methods. The results showed that the process
of processing shrimp vannamei nobashi ebi in PT. Misaja Mitra consists of 21 stages of the
process. While according to SNI 3457:2014 frozen raw peeled shrimp there are 16 stages of
the process. So there are 5 additional stages of the process in PT. Misaja Mitra. Application
of cold chain to PT. Misaja Mitra is well done with a raw material temperature of 4.5°C. The
results of organoleptic quality of raw materials and final products are 8, microbiology test
results in accordance with SNI and not detected for antibiotic test results. The results of the
calculation of yield on head cutting and stripping of skin are averaged 66.3% and 85.9% in
accordance with company standards. The result of productivity observation in the process of
cutting the head and stripping the skin is 31.4 kg / hour / person and 10.7 kg / hour / person,
in accordance with company standards. PT. Misaja Mitra has implemented the basic
requirements well. Waste handling and treatment has been done well. SKP assessment results
at PT. Misaja Mitra shows the number of irregularities that there are 2 minor, 1 major with a
rating obtained by PT Misaja Mitra namely A (very good).
Keywords: shrimp; processing; quality; yield; productivity

10
Jurnal Airaha, Vol.10, No.01 (June 2021):010 – 023, p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638

PENDAHULUAN pangan dengan mutu yang diharapkan


Udang merupakan komoditas (Winarno, 2011).
unggulan ekspor perikanan Indonesia. Menurut Pudjirahayu (2018) keamanan
Kontribusinya cukup besar menopang pangan merupakan syarat mutlak bagi
perekonomian nasional sebagai sumber pangan yang diproduksi dan kemudian
devisa. Komoditas udang yang diekspor yaitu dikonsumsi agar masyarakat terjaga
udang beku, udang segar dan udang olahan. kesehatannya dan dapat beraktivitas optimal.
Ekspor udang Indonesia mencapai 137,1 ribu Cara Produksi Makanan yang Baik; atau
ton dengan nilai US$ 1,4 miliar sepanjang Good Manufacturing Practices (GMP)
Januari hingga November 2017. Volume merupakan pedoman-pedoman mengenai
ekspor udang naik 0,53% dibanding tahun cara memproduksi makanan yang baik
sebelumnya sekitar 136,3 ribu ton, dengan memenuhi segala persyaratan yang
sedangkan nilai ekspor udang naik 23,9 % telah ditentukan (BRC Global Standards,
dibanding tahun sebelumnya yaitu sekitar 2018). Standar Sanitation Operating
US$ 1,13 miliar (KKP 2018a). Procedure (SSOP) adalah prosedur atau tata
Udang vanamei (Litopenaeus vannamei) cara yang digunakan oleh industri untuk
merupakan salah satu komoditas perikanan membantu mencapai tujuan atau sasaran
laut yang memiliki nilai ekonomis tinggi baik keseluruhan yang diharapkan dalam
di pasar domestik maupun global, dimana memproduksi makanan yang bermutu tinggi
77% di antaranya diproduksi oleh negara- aman dan tertib (Yuwono et al., 2012).
negara Asia termasuk Indonesia (Dahlan et Persyaratan operasional unit pengolahan
al., 2019) Produk Nobashi Ebi adalah yang meliputi 8 (delapan) unsur SSOP antara
salah satu usaha diversifikasi dalam rangka lain pasokan air dan es, kebersihan
peningkatan nilai tambah Value Added permukaan yang kontak dengan produk,
Product (VAP) yang merupakan pengolahan pencegahan kontaminasi silang, kebersihan
udang kupas mentah beku (Badan pekerja, pencegahan atau pelindung dari
Standarisasi Nasional, 2014) adulterasi, pelabelan dan penyimpanan yang
Produk ekspor dari komoditas udang tepat, pengendalian kesehatan karyawan dan
sering mengalami penolakan, karena adanya pemberantasan hama.(Winarno & Surono,
bahan bahaya pada produk yang dipasarkan, 2012).
baik itu bahaya fisik, kimia, maupun Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
mikrobiologi (Irawati et al., 2019). kelayakan pengolahahan udang vannamei
Peningkatan ekspor udang beku memerlukan nobashi ebi, mulai dari penerimaan bahan
perhatian masalah mutu. Kerusakan fisik dan baku sampai pemuatan, penerapan rantai
kontaminasi pada udang adalah salah satu dingin mutu bahan baku dan mutu produk
penurunanan mutu udang yang disebabkan akhir, rendemen produk nobashi ebi,
penanganan udang yang tidak baik (Sipahutar produktivitas tenaga kerja.
et al., 2020) Untuk itu, diperlukan proses
penanganan dan pengolahan yang baik BAHAN DAN METODE
menjadi suatu produk melalui cara produksi Penelitian dilaksanakan pada Bulan
yang baik yaitu Good Manufacturing November 2020 sampai dengan Januari
Practice (GMP) (KKP, 2018b). 2021, di PT. Misaja Mitra, Pati–Jawa
Penerapan kelayakan dasar dilakukan Tengah.
untuk mendasari kondisi lingkungan dan Bahan baku yang digunakan dalam
pelaksanaan tugas serta kegiatan pada suatu proses pengolahan nobashi ebi adalah udang
pabrik atau industri pangan. Hal ini sangat vannamei segar (Litopenaeus vannamei).
diperlukan untuk memberi kepastian atau Bahan pengujian mikrobiologi dan kimia
jaminan bahwa proses produksi dilaksanakan adalah larutan NaCl, PCA, BGLB, LTB, EC
dengan aman dan menghasilkan produk broth, paraffin oil steril, Muller Hinton Agar,
BFP, purple carbohydrate broth. Alat yang

11
Jurnal Airaha, Vol.10, No.01 (June 2021):010 – 023, p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638

digunakan adalah score sheet pengujian Alur proses pengolahan udang vannamei
organoleptik udang segar (BSN, 2006) dan nobashi ebi terdiri dari beberapa tahapan
udang kupas mentah beku (BSN, 2014); Alat proses sebagai berikut :
untuk mengukur suhu thermocouple dan
termometer, untuk mengukur produktivitas
stopwatch, dan kuesioner penilaian
kelayakan dasar unit pengolahan ikan.
Penelitian dilakukan dengan observasi
dan survey, dengan studi kasus
menggunakan kuisioner dan wawancara
kepada penanggung jawab mutu. Observasi
dilakukan mengikuti secara langsung proses
penanganan udang segar mulai dari tahap
awal produksi sampai pemuatan.
Pengujian mutu organoleptik dan
mikrobiologi dilakukan sebanyak 12
(duabelas) kali, pengukuran suhu dilakukan
sebanyak 12 (duabelas) kali dengan tiga kali
ulangan, perhitungan rendemen dan
produktivitas sebanyak 12 kali dan
pengamatan kelayakan dasar yaitu GMP dan
SSOP. Analisa data dilakukan dengan
deskriptif.
Uji organoleptik bahan baku dilakukan
dengan scoresheet bahan baku SNI 01
2728.1-2006 (BSN, 2006) dan produk akhir
SNI 3457.2014 (BSN, 2014) dan kuisioner
penilaian kelayakan dasar unit pengolahan
dilakukan dengan Permen KP Nomor
17/PERMEN-KP/2019 (KKP, 2019). Gambar 1. Alur proses Nobashi eby
Pengujian mikrobiologi terhadap bahan
baku dan produk akhir meliputi Angka
Lempeng Total (ALT) sesuai SNI 01-2332.3- HASIL DAN PEMBAHASAN
2015(BSN, 2015c), E. coli sesuai SNI 01- Proses pengolahan Nobashi Ebi sudah
2332.1-2015 (BSN, 2015a), Salmonella sesuai SNI 3457:2014. Menurut (Sipahutar et
sesuai SNI 01-2332.2-2006 (BSN, 2015b), al., 2020) cara penanganan udang yang baik
Vibrio parahaemolyticus sesuai SNI 01- dapat mencegah terjadinya kerusakan atau
2332.5-2006 (BSN, 2006) pembusukan udang. Setelah pasca panen
Perhitungan rendemen dilakukan dengan hingga bahan baku sampai di UPI
(Zaelani et al., 2013): dipertahankan rantai dinginnya dengan
ditambahkan es terus-menerus supaya tidak
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
Rendemen
. %= 𝑥 100% terjadi kenaikan suhu. Pada saat proses
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙
produksi berlangsung, udang harus dalam
keadaan dingin dengan suhu dibawah 5°C.
Perhitungan produktivitas sebagai berikut Sehingga perlakuan proses yang kurang tepat
(Sinungan, 2014) : misalnya kurang dalam pemberian es batu
dapat menyebabkan udang berubah warna
Produktivitas kg/jam/org =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 (Rahayu et al., 2020). Menurut Estiasih &
𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢/𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 Ahmadi, (2016) pembekuan merupakan
proses pengolahan, yaitu suhu produk atau

12
Jurnal Airaha, Vol.10, No.01 (June 2021):010 – 023, p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638

bahan pangan diturunkan dibawah titik beku, tahapan pengolahan mulai dari tahap
dan sejumlah air berubah menjadi kristal es. penerimaan bahan baku hingga penyimpanan
Pengukuran Suhu beku. Hasil rata – rata pengamatan suhu
Pengukuran suhu meliputi suhu udang, udang, air, dan ruangan hingga produk akhir
air dan ruang dan dilakukan dengan dapat dilihat pada Tabel 1.
menggunakan termometer digital pada
Tabel 1. Rata-Rata Suhu Udang, Air, dan Ruang selama Proses Produksi
Pengukuran Suhu Rata-rata (°C)
Tahapan Proses
Udang Air Ruang
Standar Perusahaan < 10 <5 < 20
Penerimaan Bahan Baku 4.5±0.7 - 15.8±
Pencucian 1 4.8±0.9 4.4±0.5 15.8±0.6
Pemotongan Kepala 6.5±0.9 - 20.1±0.6
Pencucian 2 6.8±0.8 4.5±0.2 20.1±0.4
Sortasi 7.3±0.9 - 20.3±0.4
Koreksi 7.7±0.9 - 20.3±0.3
Pengupasan dan Pencabutan 6.7±1.3 - 19.9±0.3
Usus
Pencucian 3 6.5±0.9 4.4±0.2 19.9±0.3
Pengirisan Ruas Udang 7.2±0.8 - 19.9±0.3
Pemanjangan 7.3±0.8 - 19.9±0.3
Perendaman 7.9±0.5 3±08 20±1.8
Chilling room - - 4.9±0.3
Penyusunan dan Penimbangan 6.5±0.9 - 19.8±0.4
Pembekuan -16.3±0.8 - 19.9±0.3
Pengepakan dan Pelabelan - - 20.1±0.4
Penyimpanan - - -18±0.2
Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan hasil untuk memperlambat penurunan mutu.
rata-rata pengukuran suhu udang pada setiap Rachma et al., (2019) menyampaikan udang
tahapan proses masih sesuai standar SNI dibersihkan menggunakan air yang bersih
3457-2014. Pada penerimaan bahan baku dan sesuai spesifikasi, kemudian untuk
suhu udang mencapai 4.5°C, standar suhu menjaga suhu udang ≤ 3°C ditambahkan
udang yang diterapkan adalah < 10°C hancuran es. Hasil pengamatan setelah
sedangkan sesuai SNI 2728:2006 suhu udang pembekuan, suhu produk yaitu < -18°C, hal
standar < 5°C. PT. Misaja Mitra mengikuti ini sesuai dengan standar perusahaan dan
standar jepang yaitu menggunakan standar SNI 3457:2014 yaitu suhu pusat produk
suhu udang <10°C dikarenakan pada suhu mencapai -18°C atau lebih rendah.
tersebut pertumbuhan bakteri masih dapat Hasil pengukuran suhu air pencucian
ditahan/dihambat. menunjukkan bahwa suhu air sudah
Hasil pengamatan di lapangan selama memenuhi standar perusahaan adalah <5°C.
pengangkutan supplier menjaga suhu udang Suhu udang erat kaitannya dengan suhu air.
dengan cara memberi es yang cukup pada Apabila suhu air pencucian udang melebihi
box fiber yang berisi udang. batas maksimal yaitu 5°C maka suhu udang
Mempertahankan suhu udang sangat penting juga akan naik, dan bakteri mudah
dilakukan untuk mempertahankan mutu. Hal berkembang sehingga mempengaruhi mutu
ini sesuai dengan (Suryanto & Sipahutar, udang dan menyebabkan kemunduran mutu.
2020) pada tahapan proses pemotongan Standar suhu air pencucian yang baik
kepala, suhu udang tetap di pertahankan agar menurut Zulfikar, (2016) yaitu 0-3°C untuk
tidak melebihi 5°C, dengan cara selalu agar suhu dingin dan dapat mempertahankan
menambahkan es pada udang yang bertujuan mutu udang. Pengukuran suhu air pada tahap

13
Jurnal Airaha, Vol.10, No.01 (June 2021):010 – 023, p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638

pencucian menurut Suryanto & Sipahutar, Menurut Masengi et al., (2016) diperoleh
(2020) yaitu ≤ 5 °C sesuai dengan standar nilai organoleptic sebear 8-9 diatas standar
perusahaan dan SNI. SNI, karena pada saat pendistribusian udang
Hasil pengukuran suhu ruangan masih diangkut dengan truk menggunakan box fiber
memenuhi standar yang dipersyaratkan yang telah ditambahkan es, sehingga suhu
dimana suhu ruangan telah diatur agar suhu udang selalu terjaga dalam suhu rendah.
ruangan tetap optimal. Selain itu, suhu Menurut Roiska et al., (2020) nilai
ruangan terus di kontrol oleh QC dan organoleptik bahan baku harus memenuhi
dilakukan pengecekan setiap 1 jam sekali. persyaratan kesegaran yaitu minimal 7,
Standar suhu ruangan adalah < 20°C. Suhu dengan spesifikasi dan teksturnya utuh dan
ruangan di ruang proses sangat berpengaruh padat, kenampakan cemerlang, bau segar
pada produk yang akan diolah. Menjaga suhu sehingga ikan segar tersebut layak untuk
ruang produksi merupakan salah satu usaha dijadikan sebagai bahan baku. Berdasarkan
menjaga mutu dari produk yang diolah hasil pengujian organoleptik produk akhir
karena kenaikan suhu ruangan dapat diperoleh nilai organoleptik produk rata-rata
mengakibatkan kemunduran mutu terhadap yaitu 8, sehingga menunjukan produk akhir
produk yang diproduksi. Sedangkan suhu telah memenuhi standar SNI 3457:2014
mesin pembekuan mencapai -38° sampai - dengan standar organoleptik minimal 7. Pada
40°C, dengan suhu pusat udang maksimum - penanganan proses pengangkutan udang
18°C. yang baik dengan cara menjaga rantai dingin
Pengujian Mutu dengan suhu sekitar <5°C. Menurut
Pengujian Mutu Organoleptik (Sipahutar et al., 2019), dikatakan bahwa
Tabel 2. Hasil Pengujian Organoleptik suhu peranan paling penting pada udang
Bahan baku dan Produk Akhir. yang sudah mati, peranan suhu rendah sekitar
Nilai 0ºC dapat menekan kegiatan enzimatik,
Pengamatan rata- SNI Standar bakteriologis, kimiawi dan perubahan
rata organoleptik dengan demikian
SNI-01- memperpanjang daya awet.
Bahan baku 8 7
2728.1.2006 Pengujian Mikrobiologi
SNI 3457- Pada penerimaan bahan baku harus
Produk Akhir 8 7
2014 diperiksa terlebih dahulu oleh petugas
Quality Control untuk menentukan bahan
Sesuai dengan SNI-01-2728.1-2006, baku tersebut diterima dan layak proses.
bahwa nilai organoleptik bahan baku Pengujian mikrobiologi yang dilakukan oleh
minimal 7 untuk udang beku. Perusahaan PT. Misaja Mitra Pati meliputi ALT, E.coli,
telah memenuhi standar yang telah Salmonella, Vibrio parahaemolyticus.
ditetapkan dimana nilai organoleptik bahan Pengujian mikrobiologi bertujuan untuk
baku sebesar 8. Berdasarkan nilai mengetahui kandungan atau jenis bakteri
organoleptic ini, bahan baku pengolahan yang terkandung di dalam daging udang.
produk nobashi ebi masih dalam keadaan Pengujian mikrobiologi mempunyai dua
segar memiliki bau spesifik jenis netral. tujuan yaitu : pertama adalah Angka
Selama tahapan proses suhu udang tetap di Lempeng Total (ALT) untuk mengetahui
pertahankan agar tidak melebihi 5°C, dengan jumlah total kandungan bakteri dan yang
cara selalu menambahkan es pada udang. kedua adalah untuk mengetahui keberadaan
Pengangkutan bahan baku ke perusahaan bakteri yang berbahaya seperti Salmonella
dengan menggunakan mobil truk atau pick up sp, Vibrio parahaemolyticus dan E.coli yang
yang memakai wadah blong plastik dan sangat berbahaya bagi kesehatan manusia
ditambahkan es serta pembongkaran karena sifat patogen.
dilakukan secara cepat dan hati-hati.

14
Jurnal Airaha, Vol.10, No.01 (June 2021):010 – 023, p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638

Tabel 3. Hasil Pengujian Mikrobiologi Bahan Baku

Salmonel
Staphylo

APM/25g

Parahae
APM/25

APM/25
APM/gr

aureus
coccus
E.Coli

Vibrio
kol/gr
ALT

gr

gr
la
Tanggal Sampel

r
Standar SNI 5 x 105 ˂3 Negative Negative Negative
Standar Perusahaan 5 x 105 ˂3 Negative Negative Negative
09-11-2020 Belum cuci 5 x 104 ˂3 Negative Negative Negative
Sudah cuci 1 x 104 ˂3 Negative Negative Negative
12-11-2020 Belum cuci 1 x 104 ˂3 Negative Negative Negative
Sudah cuci 5 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
16-11-2020 Belum cuci 9 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
Sudah cuci 3 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
18-11-2020 Belum cuci 8 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
Sudah cuci 5 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
23-11-2020 Belum cuci 7 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
Sudah cuci 4 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
27-11-2020 Belum cuci 3 x 104 ˂3 Negative Negative Negative
Sudah cuci 7 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
01-12-2020 Belum cuci 4 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
Sudah cuci 2 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
07-12-2020 Belum cuci 1 x 104 ˂3 Negative Negative Negative
Sudah cuci 6 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
10-12-2020 Belum cuci 9 x 104 ˂3 Negative Negative Negative
Sudah cuci 7 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
14-12-2020 Belum cuci 9,3 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
Sudah cuci 4,2 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
21-12-2020 Belum cuci 4 x 104 ˂3 Negative Negative Negative
Sudah cuci 7 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
28-12-2020 Belum cuci 1,3 x 104 ˂3 Negative Negative Negative
Sudah cuci 3,4 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
Sumber: PT. Misaja Mitra (2020)
Berdasarkan Tabel 3, menunjukkan dilakukan dengan pemberian es yang cukup
bahwa bahan baku yang digunakan telah pada udang segar yang baru datang.
memenuhi persyaratan mikrobiologi. Data pada Tabel 4 menunjukkan bahwa
Pengujian mikrobiologi dilakukan dengan 2 produk akhir telah memenuhi persyarataan
sampel yaitu udang sebelum dicuci dan SNI 01-2332.3-2015 dengan nilai terendah
setelah dicuci. Pengujian ALT dilakukan yaitu 2,1 x 103/gr dan nilai tertinggi 1,6 x
sesuai prosedur yang terdapat pada SNI 01- 104/gr. Pengujian ALT pada produk akhir
2332.3-2015 (BSN, 2015) dengan nilai telah memenuhi persyaratan SNI dan
terendah 2 x 103 kol/gr dan nilai tertinggi 9 persyaratan yamg ditetapkan oleh perusahaan
x104 kol/gr. Hal ini membuktikan bahwa karena selama proses pengolahan dan
bahan baku memenuhi persyaratan penanganan selalu menerapkan rantai dingin
mikrobiologi karena selama pengangkutan dengan pemberian es yang cukup pada setiap
sampai penerimaan bahan baku telah proses. . Hasil analisis (Sulistijowati & Dali,
menerapkan rantai dingin secara baik dengan 2014) pada proses pengolahan udang putih
pemberian es yang cukup. Sampai di beku tanpa kepala ditemukan Coliform es 22
perusahaan udang di tangani dengan cepat APM/mL, udang segar 225 APM/g, udang
dan saniter. Hal ini dapat menghambat atau beku 64 AMP/g, air cucian <3 APM/mL;
menghentikan kegiatan bakteri yang Salmonella udang segar dan beku negatif.

15
Jurnal Airaha, Vol.10, No.01 (June 2021):010 – 023, p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638

Tabel 4. Hasil Pengujian Mikrobiologi Produk Akhir

APM/g

Staphy

aureus
lococc
E.Coli

Vibrio
Salmo

Parah
APM/2

APM/2

APM/2
kol/gr

nella
ALT

ae
us

5gr

5gr

5gr
Tanggal Produk

r
Standar SNI 5 x 105 ˂3 Negative Negative Negative
Standar Perusahaan 5 x 105 ˂3 Negative Negative Negative
09-11-2020 3LA 3,3 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
2LA 4,2 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
12-11-2020 3LA 7,3 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
2LA 4,8 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
16-11-2020 3LA 3,2 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
2LA 4,2 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
18-11-2020 3LA 7,2 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
2L 2,1 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
2LA 4,1 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
23-11-2020 3LA 1,8 x 104 ˂3 Negative Negative Negative
2L 6,4 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
2LA 8,2 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
27-11-2020 3LA 4,8 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
2L 1,6 x 104 ˂3 Negative Negative Negative
2LA 9,2 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
01-12-2020 3LA 2,1 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
2LA 1,8 x 104 ˂3 Negative Negative Negative
2L 8,2 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
07-12-2020 2L 6,4 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
2LA 2,1 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
10-12-2020 2L 1,8 x 104 ˂3 Negative Negative Negative
2LA 6,4 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
14-12-2020 2LA 8,2 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
2L 5 x 104 ˂3 Negative Negative Negative
21-12-2020 3LA 4 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
2LA 8 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
28-12-2020 2LA 7 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
LA 6 x 103 ˂3 Negative Negative Negative
Sumber : PT. Misaja Mitra (2020)
Pada tahapan pencucian perusahaan baik dapat menjaga mutu bahan baku dengan
melakukan penambahan larutan klorin menekan pertumbuhan bakteri.
sehingga dapat mengurangi jumlah bakteri Pengujian Antibiotik
pada udang. Klorin merupakan bahan yang Pengujian Antibiotik dilakukan pada
digunakan untuk membunuh bakteri. bahan baku oleh pihak perusahaan PT.
Pengujian mikrobiologi produk akhir Misaja Mitra menggunakan metode ELISA.
bertujuan untuk memastikan produk udang Pengujian Antibiotik dilakukan di
vannamei nobashi ebi yang akan diekspor laboratorium PT. Misaja Mitra. QC tambak
telah melalui proses penanganan yang baik akan mengambil sampel udang sebelum
mulai dari penerimaan bahan baku hingga dilakukan pengiriman udang jadi saat udang
menjadi produk akhir sehingga aman dan datang hasil pengujian antibiotik sudah
layak untuk dikonsumsi. Penanganan dan keluar dan apabila tidak terdapat kandungan
pengolahan yang benar serta penerapan antibiotiknya maka langsung dilakukan
rantai dingin dan sistem pembekuan yang pembongkaran udang. Pengujian dengan
metode Elisa membutuhkan waktu sekitar 7
16
Jurnal Airaha, Vol.10, No.01 (June 2021):010 – 023, p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638

jam. Apabila hasil pengujian menunjukkan udang akan mengalami perubahan berat,
positif antibiotik maka bahan baku udang dimana perubahan akan terjadi saat proses
vannamei akan di rijek dan dikembalikan potong kepala sampai menjadi produk
kepada supplier. Sebelumnya juga sudah ada nobashi ebi.
kesepakatan antara pihak perusahaan dengan Tabel 6. Hasil Perhitungan Rendemen
supplier bahwa tidak boleh ada kandungan Standar
Tahapan Rendemen
antibiotik pada udang. Pengujian antibiotik Perusahaan
dapat dilihat pada Tabel 5. Pemotongan
Tabel 5. Hasil Pengujian Antibiotik Kepala 66,3% 65%
Hasil/ppb (HO-HL)
Tgl AOZ TET AHD Pengupasan
(0.1ppb) (1ppb) (0.1ppb) Kulit 85,9% 85%
09-11-2020 ND ND ND (HL-PDTO)
12-11-2020 ND ND ND
Pada Tabel 6 menunjukkan bahwa
16-11-2020 ND ND ND rata-rata rendemen untuk proses potong
18-11-2020 ND ND ND kepala dan pengupasan serta buang usus
3-11-2020 ND ND ND yaitu masing-masing 66,3% dan 85,9%.
27-11-2020 ND ND ND Angka tersebut telah sesuai dengan standar
rendemen yang diterapkan diperusahaan
01-12-2020 ND ND ND
untuk HO-HL dengan standar rendemen
07-12-2020 ND ND ND yaitu 65% dan HL-PDTO yaitu 85%. Hal
10-12-2020 ND ND ND tersebut salah satunya dikarenakan bahan
14-12-2020 ND ND ND baku yang diterima perusahaan adalah udang
21-12-2020 ND ND ND bermutu segar, disamping itu ketrampilan
28-12-2020 ND ND ND kerja karyawan pada saat pemotongan
kepala, sehingga tidak banyak daging yang
Sumber: PT. Misaja Mitra (2020)
terbuang. Menurut (Afrianto & Liviawati,
Keterangan
2010), ada beberapa hal yang dapat
AOZ = Furazolidone
mempengaruhi rendemen salah satunya
TET = Tetracycline
adalah mutu bahan baku (faktor kesegaran
AHD = Nitrofurans
udang sangat berpengaruh terhadap
ND = Not Detected
rendemen yang dihasilkan), sarana dan
Berdasarkan Tabel 5, diperoleh hasil
prasarana, tenaga kerja, ukuran dan jenis
pengujian sama dengan para supplier agar
bahan baku
tidak menggunakan antibiotik selama
Produktivitas
pembudidayaannya sehingga supplier dalam
Produktivitas adalah sebuah konsep
pembudidayaannya tidak akan berani
yang menggambarkan hubungan antara hasil
menggunakan antibiotik. Pihak perusahaan
(jumlah barang yang diproduksi) dengan
juga terus memantau keadaan tambak dan
sumber (jumlah tenaga kerja, modal, tanah,
memastikan bahwa supplier tidak
energy dan sebagainya) yang dipakai untuk
menggunakan antibiotik. Adapun
menghasilkan hasil tersebut (Sinungan,
kerugiannya pada perusahaan akan berakibat
2014).
penolakan produk oleh negara tujuan ekspor,
Tabel 7. Hasil Pengamatan Produktivitas
karena produk yang mengandung antibiotik
Rata-rata Standar
akan berakibat buruk bagi konsumen. Tahapan
Produktivitas Perusahaan
Rendemen
Pemotongan 31,4 30
Rendemen merupakan perbandingan
Kepala (kg/jam/org) (kg/jam/org)
antara berat akhir produk yang diinginkan
Pengupasan 10,7 10
dengan berat semula. Selama pengolahan
Kulit (kg/jam/org) (kg/jam/org)

17
Jurnal Airaha, Vol.10, No.01 (June 2021):010 – 023, p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638

Hasil pengamatan produktivitas rata- mengurangi bakteri. (Desiyanto & Djannah,


rata pada potong kepala udang yaitu 31,4 2013).
kg/jam/orang dengan standar perusahaan 3) Penanganan dan pengolahan
30kg/1 jam/org. Produktivitas rata-rata Penanganan dan pengolahan
kupas kulit dan cabut usus yaitu 10,7 dilakukan dengan baik mulai dari
kg/jam/orang, dengan standar perusahaan penangananan rantai dingin dan bahan baku
10kg/1jam/org. Berdasarkan hasil sampai dengan produk disimpan dalam cold
perhitungan rendemen diperoleh hasil storage. Proses produksi dilakukan dengan
bahwa, nilai rendemen telah memenuhi cepat dan cermat serta didukung kondisi
standar. ruangan yang diberi AC dengan suhu ≤
Pencapaian tersebut dapat 20°C. Sistem pembersihan dilakukan
menandakan bahwa perusahaan dapat sebelum proses, saat proses, dan setelah
menciptakan situasi, iklim, dan kondisi yang proses Sistem First In First Out (FIFO)
mendukung produktifitas karyawan. diterapkan oleh yaitu produk yang masuk
Menurut (Masengi & Sipahutar, 2016) cold storage lebih dulu, maka produk
Faktor pendukung kerja produktif yaitu tersebut akan keluar dari cold storage lebih
kemauan kerja yang tinggi, kemampuan dulu. Quality Control (QC) melakukan
kerja yang sesuai dengan isi kerja, pengecekkan serta pengontrolan selama
lingkungan kerja yang nyaman, penghasilan proses produksi. Penambahan es selama
yang dapat memenuhi kebutuhan hidup proses produksi tetap dilakukan untuk
minimum, jaminan sosial yang memadai, menjaga suhu udang agar tetap rendah,
kondisi kerja yang manusiawi dan hubungan terjaga kualitasnya, dan menghindari
kerja yang harmonis. (Hasibuan, 2017) terjadinya kemunduran mutu udang. Untuk
Good Manufacturing Practice (GMP) menghambat laju kerusakkan mutu dapat
Penerapan GMP (Good dilakukan dengan cara menerapkan cold
Manufacturing Practices) di PT. Misaja chain system (Badrin et al., 2019).
Mitra dari awal proses sampai dengan 4) Bahan pengemas
ekspor sudah sesuai dengan yang telah Proses pengemasan produk udang
ditetapkan. Produk yang diproduksi, disesuaikan dengan spesifikasi produk.
ditangani secara baik dengan cepat dan Bahan pengemas yang digunakan adalah PE
menjaga sanitasi serta higiene selama produk (Poly Ethylene). Keuntungan menggunakan
diproduksi. plastik ini adalah tebal, kuat, dan tidak
1) Seleksi bahan baku mudah sobek. Jenis kemasan yang memiliki
Bahan baku yang datang dari suplier densitas yang tinggi dengan permeabilitas
ditempatkan dalam drum plastik yang uap air dan gas rendah adalah plastik
ditambahkan es agar udang tidak mengalami polypropylene (PP), polyethylene (PE) dan
kemunduran mutu. QC terlebih dahulu kemasan kombinasi Alumunium dengan
menguji organoleptik dan diuji mikrobiologi Polypropylene (Al-PP) (Sucipta et al.,
dan kimia oleh pihak laboratorium secara 2017).
sampling. Proses pembongkaran bahan baku 5) Teknik Penyimpanan
dilakukan dengan cepat dan hati-hati serta Produk yang telah jadi dan belum
bahan baku dalam keadaan dingin untuk akan diekspor kemudian disimpan dalam
memastikan kualitas bahan baku tetap cold storage untuk menjaga mutu produk
terjaga. tetap optimal. Suhu penyimpanan dalam
2) Bahan tambahan atau bahan pembantu cold storage berkisar -18°C sampai -22°C.
Bahan pembantu yang digunakan Penyusunan produk didalam cold storage
selama proses pengolahan udang nobashi ebi harus diberi jarak agar memastikan ada
adalah air berklorin, alcohol 70%, Sodium sirkulasi udara yang sama sehingga suhu
Tri Glutamat (STG), dan es. Alkohol cukup produk dapat terus terjaga. Penyusunan
efektif digunakan untuk menghambat atau master cartoon disesuaikan dengan

18
Jurnal Airaha, Vol.10, No.01 (June 2021):010 – 023, p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638

spesifikasi produk sehingga memudahkan produksi didepan pintu masuk produksi, cuci
dalam mencari, serta tidak menumpuk tangan dilakukan setiap 30 menit sekali
master cartoon tidak terlalu tinggi karena ditandai dengan sirine alarm, penggantian air
dapat mengakibatkan kerusakan pada produk cuci tangan (klorin 50 ppm) diganti setiap
yang posisinya paling bawah. mulai produksi dan ketika proses produksi
6) Distribusi berlangsung meskipun masih banyak tenaga
Kegiatan ekspor menggunakan mobil kerja yang mengabaikan alarm untuk cuci
container berinsulasi yang tujuannya untuk tangan.
mempertahankan suhu produk. Produk 4) Ruang Istirahat atau Toilet
dalam cold storage akan diekspor bila telah Perusahaan perlu menambahan loker
mencukupi. Sistem First In First Out (FIFO) yang lebih memadai untuk mengantisipasi
yaitu produk yang masuk cold storage lebih keamanan barang karyawan, sebab sistem
dulu, maka produk tersebuat akan keluar dari keamanan loker karyawan belum memadai.
cold storage lebih dulu. Kamar mandi cukup banyak kamar mandi,
Standard Sanitation Operating Procedure berventilasi, dinding, dan langit – langit
(SSOP) terbuat dari bahan yang halus, rata, mudah
1) Pasokan Air dan Es dicuci, dan berwarna terang. Kamar mandi
Air yang digunakan PT. Misaja Mitra menggunakan WC duduk dan tidak terdapat
adalah air yang telah melewati proses filtrasi gayung didalam kamar mandi, melainkan
khusus. Media penyaring dari filter terdiri selang yang dapat digunakan langsung. Para
dari dua tabung. Tabung pertama berisi tenaga kerja diwajibkan menggunakan
media silika yang berfungsi untuk sandal yang telah disiapkan dirak sandal
menyaring kotoran kasar seperti pasir serat, yang terdapat didepan kamar mandi ketika
koloid, gumpalan lumpur, dan butiran memasuki kamar mandi. Pengendalian
kotoran lainnya. Air yang melewati filter Bahan Kimia, Pembersih,dan Sanitizer
tersebut menjadi bersih sehingga fungsi 5) Syarat Pelabelan dan Penyimpanan
media kedua dapat terlindungi dari kotoran Bahan pengemas yang digunakan
tersebut. Tabung kedua berisi media karbon adalah PE (Poly Ethylene). Penyimpanan
aktif yang berungsi untuk menyerap kemasan harus terpisah dengan yang
sebagian warna, rasa, dan bau pada air serta lainnya. Label tertera keterangan jenis
menyerap klorin (deklorisasi). produk, berat produk, tanggal produksi,
2) Peralatan dan Pakaian Kerja tanggal kadaluwarsa, pabrik yang
Perusahaan memilih menggunakan memproduksi dan nama buyer. Produk yang
peralatan yang terbuat dari bahan yang tidak telah jadi dan akan diekspor kemudian
mudah berkarat, halus permukaannya, kedap disimpan dalam cold storage untuk menjaga
air, tidak mudah bereaksi dengan bahan lain, mutu produk tetap optimal. Suhu
dan mudah untuk dibersihkan seperti penyimpanan dalam cold storage berkisar
peralatan yang terbuat dari stainless steel antara -18°C sampai -25°C.
dan plastik. Pembersihan peralatan 6) Kesehatan Karyawan
dilakukan awal, selama proses, dan setelah Kesehatan para tenaga kerja sangat
proses produksi. Pakaian kerja digunakan diperhatikan. Ketika ada tenaga kerjanya
sesuai dengan ketentuan mulai dari penutup yang sakit, maka tenaga kerja tersebut
kepala hingga sepatu proses. langsung dibawa ke Unit Kesehatan yang
3) Pencegahan Kontaminasi Silang terdapat diruang personalia. Pengecekan
Perusahaan memisahkan tempat kesehatan setiap tahun dilakukan oleh tenaga
penyimpanan atau datangnya bahan baku kerja yang sudah bekerja selama 1 tahun.
dari tempat penyimpanan, sehingga sanitasi Karyawan yang hendak bersin harus
terhadap bahan baku dan produk akhir dapat membelakangi dan menjauhi produk agar
tetap terjaga atau terjadi kontaminasi silang. produk tidak terkontaminasi. Karyawan yang
Penempatan cuci tangan dalam ruang sakit seperti diare, sakit kuning, cacar tidak

19
Jurnal Airaha, Vol.10, No.01 (June 2021):010 – 023, p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638

diijinkan untuk menangani produk dan diberi Pengolahan, Pub. L. No. Nomor
ijin istirahat selama sakit, selain itu 17/PERMEN-KP/2019, KKP (2019).
perusahaan memberikan fasilitas berupa Indonesia: KKP.
Jamsostek sebagai jaminan kesejahteraan Pengamatan kelayakan dasar
karyawan. dilakukan di unit pengolahan dengan
7) Pengendalian Pest menggunakan kuisioner kelayakan dasar
Pintu di ruang produksi dilengkapi yang meliputi GMP, SSOP, dan SKP.
dengan tirai plastik sehingga udara luar tidak Beberapa hal yang dianggap menyimpang
terlalu mempengaruhi suhu ruang produksi. dari yang seharusnya adalah kebersihan dan
Pada setiap ruang produksi terdapat insect kesehatan karyawan mengenai penggunaan
killer untuk mencegah masuknya serangga kosmetik saat memasuki ruang produksi,
kedalam ruang produksi dan menyebabkan memperbanyak loker untuk karyawan serta
kontaminasi pada produk. Saluran sistem keamanan loker karyawan, dan perlu
pembuangan yang terdapat disetiap ruang adanya perbaikan pada ruang ganti. Namun,
produksi mampu mengalirkan air dengan sampai pengecekkan SKP terakhir belum
lancar selama proses produksi berlangsung. ada perubahan berarti dari pihak perusahaan.
Saluran pembuangan ditutup dengan plat Penilaian SKP yang dilakukan pada
berlubang untuk mencegah masuknya saat awal praktek, pertengahan praktek dan
binatang pengerat masuk. akhir praktek hasilnya adalah tidak ada
Penilaian Kelayakan Dasar perubahan yang dilakukan oleh pihak
Sesuai dengan: Kementrian Kelautan perusahaan terhadap penyimpangan-
dan Perikanan. Peraturan Menteri Kelautan penyimpangan yang ada. Beberapa hal yang
dan Perikanan RI tentang Persyaratan dan dianggap menyimpang dari PT. Misaja Mitra
Tata Cara Penerbitan Sertifikat Kelayakan dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Hasil Pengamatan Kelayakan Dasar
N Klausul Aspek Kondisi Saran Rating
o manajemen Penilaian
1 Fasilitas Loker tempat Sistem keamanan Perlu adanya Minor
karyawan penyimpanan loker karyawan penambahan loker yang
barang yang belum lebih memadai untuk
karyawan memadai mengantisipasi
keamanan barang
karyawan
Ruang ganti Kondisi ruang Perlu adanya perbaikan Minor
pakaian ganti yang kotor pada ruang ganti agar
karyawan dan banyak yang kebersihan lebih terjaga
rusak
2 Kebersihan Penggunaan Banyak karyawan Perlu adanya tindakan Mayor
dan kosmetik pada wanita yang tegas pada karyawan
kesehatan karyawan masih yang menggunakan
karyawan menggunakan kosmetik saat masuk ke
kosmetik saat ruang produksi karena
masuk ruang dapat mengakibatkan
produksi kontaminasi terhadap
produk
Klausul fasilitas karyawan pada aspek barang karyawan karena sesuai pengamatan
loker tempat penyimpanan barang karyawan, beberapa karyawan kehilangan barang
perlu adanya penambahan loker yang lebih elektronik berupa handphone.
memadai untuk mengantisipasi keamanan

20
Jurnal Airaha, Vol.10, No.01 (June 2021):010 – 023, p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638

Klausul kebersihan dan kesehatan Penerapan kelayakan dasar menunjukkan


karyawan pada aspek pakaian kerja karyawan perlu beberapa perbaikan pada fasilitas
adalah masih banyak karyawan wanita yang karyawan, kebersihan dan kesehatan
menggunakan kosmetik dan parfum pada saat karyawan. Hasil penilaian SKP menunjukkan
memasuki ruang produksi. Pengawas atau jumlah penyimpangan yaitu terdapat 2 minor,
QC harus menindak tegas kepada karyawan 1 mayor dengan rating A (sangat baik).
yang masih menggunakan kosmetik untuk
mencegah terjadinya kontaminasi terhadap DAFTAR PUSTAKA
produk. Pengetahuan karyawan yang minim Afrianto, E., & Liviawati, E. (2010).
mengenai bahaya kontaminasi silang pada Penanganan Ikan Segar. Widya
kosmetik terhadap produk juga menjadi Pajajaran.
kendala (Pudjirahayu, 2018). Aktivitas dan Badan Standardisasi Nasional. (2015a). Cara
perilaku karyawan sebaiknya disesuaikan uji mikrobiologi Bagian 1 : Penentuan
dengan jenis pekerjaan yang sedang Coliform dan Escherichia coli pada
dikerjakan karena dapat menyebabkan produk perikanan (SNI 01-2332.1-2015).
kontaminasi silang. Kebiasaan menggaruk BSN.
dan bersenda gurau dapat menjadi sumber Badan Standardisasi Nasional. (2015b). Cara
kontaminasi Sesuai dengan Sutresni et al., Uji Mikrobiologi Bagian 2: Penentuan
(2016) kurangnya kesadaran personil Salmonella pada Produk Perikanan (SNI
terhadap pencegahan kontaminasi silang dan 01-2332.2-2015). BSN.
kurang maksimalnya pengawasan petugas Badan Standardisasi Nasional. (2015c). Cara
terhadap penggunaan kosmetik akan Uji Mikrobiologi Bagian 3: Penentuan
berpengaruh terhadap produksi. Angka Lempeng Total (ALT) pada
Hasil rating penilaian PT. Misaja Produk Perikanan (SNI 01-2332.3-
Mitra mendapat 2 minor dan 1 mayor, 2015). BSN.
dengan kriteria A (baik sekali). Menurut Badan Standarisasi Nasional. (2006).
Sulistijowati & Dali, (2014) bahwa ada Penentuan Vibro Parahaemolyticus pada
aspek permasalahan minor yang harus tetap Produk Perikanan V. No. (SNI 01-
diperhatikan. 2332.5-2006). BSN
Badan Standarisasi Nasional. (2006). Udang
SIMPULAN segar - Bagian 1: Spesifikasi. In Standar
Alur proses pengolahan udang vannamei Nasional Indonesia (No. 01-2728.1-
Nobashi Ebi berjumlah 21 tahapan, dengan 2006; pp. 1–10). BSN.
penerapan rantai dingin pada setiap tahapan. Badan Standarisasi Nasional. (2014). Udang
Nilai organoleptik bahan baku adalah 8 dan Kupas Mentah Beku (SNI 3457:2014).
nilai organoleptik produk akhir adalah 8. BSN.
Kandungan ALT bahan baku antara berkisar Badrin, T. A., Patajai, A. B., & Wirayatno, S.
2 x103–9x104 kol/gr dan ALT produk akhir (2019). Studi perubahan Biokimia dan
berkisar 2,1 x 103 kol/gr–1,6 x 104/gr, Mikrobial Udang Vanname (litopenaceus
Kandungan mikro bahan baku dan vannamei} selama proses rantai dingin di
produk akhir E.Coli hasilnya semuanya < 3 Perusahaan Graha Makmur Cipta
APM/gr dan pengujian Staphylococcus, Pratama, Kabupaten Konawe. 2(1), 59–
Salmonella, Vibrio parahaemolyticus 68.
didapatkan hasil negatif BRC Global Standards. (2018). Global
Hasil pengamatan rendemen HO-HL Standard for Food Safety (Issue 8). BRC
sebesar 66,3% dan dari HL-PDTO sebesar Global Standards.
85,9%. Produktivitas pada potong kepala https://doi.org/10.1002/9781118373828
udang yaitu 31,4 kg/jam/orang dan tahap Dahlan, J., Hamzah, M., & Kurnia, A.
produktivitas pengupasan kulit dan cabut (2019). Pertumbuhan Udang Vaname
usus yaitu 10,7 kg/jam/orang. (Litopenaeus vannamei) yang Dikultur

21
Jurnal Airaha, Vol.10, No.01 (June 2021):010 – 023, p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638

pada Sistem Bioflok dengan Penambahan Jakarta – Utara. Jurnal STP (Teknologi
Probiotik. JSIPi (Jurnal Sains Dan Dan Penelitian Terapan)., 2, 28–39.
Inovasi Perikanan) (Journal of Fishery Masengi, S., Sipahutar, Y. H., & Rahadian,
Science and Innovation), 1(2). T. (2016). Penerapan Sistem
https://doi.org/10.33772/jsipi.v1i2.6591 Ketertelusuran (Traceability) pada
Desiyanto, F. A., & Djannah, S. N. (2013). Pengolahan Udang Vannamei
Efektivitas Mencuci Tangan (Litopenaeus vannamei) Kupas Mentah
Menggunakan Cairan Pembersih Tangan Beku (Peeled and Deveined) di PT Dua
Antiseptik (Hand Sanitizer) Terhadap Putra Makmur, Pati, Jawa Tengah. Jurnal
Jumlah Angka Kuman. Jurnal Kesehatan STP(Teknnologi Dan Penelitian
Masyarakat (Journal of Public Health), Terapan), 1, 201–210.
7(2), 75–82. Pudjirahayu, A. (2018). Pengawasan Mutu
https://doi.org/10.12928/kesmas.v7i2.104 Pangan (1st ed.). Kementrian Kesehatan
1 RI, Pusat Pendidikan Sumber Daya
Estiasih, T., & Ahmadi, K. (2016). Teknologi Manusia Kesehatan.
Pengolahan Pangan (2nd ed.). Bumi Rachma, L., Dita, & Sudarno. (2019).
Aksara. Penentuan Critical Control Points ( CCP )
Hasibuan, H. M. S. P. (2017). Organisasi pada Produk Frozen Shrimp Udang
dan Motivasi Dasar Peningkatan Vannamei ( Litopenaeus vannamei ) di
Produktivitas (ed. mhs). Bumi Aksara. PT . Grahamakmur Ciptapratama ,
Irawati, H., Kusnandar, F., & D Sidoarjo - Jawa Timur DeterminationoOf
Kusumaningrum, H. (2019). Analisis Critical Control Points ( CCP ) in Frozen
Penyebab Penolakan Produk Perikanan Vannamei Shrimp Product ( Litop.
Indonesia Oleh Uni Eropa Periode 2007 – Journal of Marine and Coastal Science,
2017 Dengan Pendekatan Root Cause 8(June), 85–90.
Analysis. Jurnal Standardisasi, 21(2), Rahayu, B. S., Maflahah, I., & Asfan. (2020).
149. Analisis Pengendalian Mutu Proses
https://doi.org/10.31153/js.v21i2.757 Pembekuan Udang Vaname (
Kementrian Kelautan dan Perikanan. Litopenaeus vannamei) dengan Six
(2018a). Menengok Peluang Besar Sigma. Agroindustrial Technology
Ekspor Komoditas Udang Indonesia. Journal, 04(02), 108–119.
KKP. Roiska, R., Masengi, S., & Sipahutar, Y. H.
Kementrian Kelautan dan Perikanan. (2020). Analisa Potensi Bahaya Pada
(2018b). Peraturan Menteri Kelautan Penanganan Sotong (Sepia sp.) Utuh
dan Perikanan Republik Indonesia Beku. Seminar Nasional Tahunan XVII
tentang Persyaratan dan Tata Cara Hasil Penelitian Perikanan Dan
Penerbitan Sertifikat Penerapan Kelautan, 446–454.
Program Manajemen Mutu Terpadu Sinungan. (2014). Produktivitas Apa dan
(HACCP) (Nomor 51/PERMEN- Bagaimana. Bumi Aksara.
KP/2018). Sipahutar, Y. H., Ramli, H. K., Kristiani, M.
Kementrian Kelautan dan Perikanan. (2019). G. E., & Prabowo, G. (2019). Quality of
Peraturan Menteri Kelautan dan Consumer on Vannamei Shrimp
Perikanan RI tentang Persyaratan dan (Litopenaeus vannamei) from Intensive
Tata Cara Penerbitan Sertifikat Addition and Traditonal Pond
Kelayakan Pengolahan (Nomor Bulukumba District, South Sulawesi.
17/PERMEN-KP/2019). Prosiding Simposium Nasional Kelautan
Masengi, S., & Sipahutar, Y. H. (2016). Dan Perikanan VI Universitas
Produktivitas Tenaga Kerja pada Hasanuddin, 359–366.
Pengolahan Tuna Loin Mentah Beku di Sipahutar, Y. H., Suryanto, M. R., Ramli, H.
PT. Lautan Niaga Jawa, Muarabaru, K., Pratama, R. B., & Irsyad, M. (2020).

22
Jurnal Airaha, Vol.10, No.01 (June 2021):010 – 023, p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638

Melanosis rate of whiteleg shrimp K. (2012). Faktor-Faktor yang


(Litopenaeus vannamei) from intensive Mempengaruhi Penerapan Cara Produksi
pond and traditional pond at Bulukumba yang Baik dan Standar Prosedur Operasi
Regency, South Sulawesi. Prosiding Sanitasi Pengolahan Fillet Ikan di Jawa.
Simposium Nasional VII Kelautan Dan Manajemen IKM, 7(1), 10–19.
Perikanan 2020, 31–42. https://doi.org/10.29244/10-19
Sipahutar, Y. H., Suryanto, M. R., Ramli, H. Zaelani, K., Yahya, Sukoso, & Firdaus.
K., Pratama, R. B., & Panjaitan, T. F. (2013). Panduan Praktek dan Laporan
(2020). Organoleptic Quality of Whiteleg Praktikumn Penanganan Hasil
Shrimp ( Litopenaeus vannamei ) Perikanan. Universitas Brawijaya Press.
Cultivated from Intensive and Traditional Zulfikar, R. (2016). Cara Penanganan yang
Pond at Bulukumba District, South Baik Pengolahan Produk Hasil
Sulawesi. The 3rd International Perikanan Berupa Udang. 5(2), 29–30
Symposium Marine and Fisheries (ISMF)
2020. https://doi.org/10.1088/1755-
1315/564/1/012040
Sucipta, I. N., Suriasih, K., & Kencana, P. K.
D. (2017). Pengemasan Pangan Kajian
Pengemasan Yang Aman, Nyaman,
Efektif Dan Efisien. Udayana University
Press, 1–178.
Sulistijowati, R., & Dali, F. A. (2014). Studi
Kelayakan Unit Pengolahan Udang Putih
Beku Tanpa Kepala di PT . XX
Gorontalo. Jurnal Ilmiah Perikanan Dan
Kelautan, II, 47–51.
Suryanto, M. R., & Sipahutar, Y. H. (2020).
Penerapan GMP dan SSOP pada
Pengolahan Udang Putih ( Litopenaeus
vannamei ) Peeled Deveined Tail On (
PDTO ) Masak Beku di Unit Pengolahan
Ikan Banyuwangi. Prosiding Seminar
Kelautan Dan Perikanan Ke VII P, 204–
222.
Sutresni, N., Mahendra, M. S., & Aryanta, I.
W. R. (2016). Penerapan Hazard
Analysis Critical Control Point (HACCP)
Pada Proses Pengolahan Produk Ikan
Tuna Beku Di Unit Pengolahan Ikan
Pelabuhan Benoa - Bali. ECOTROPHIC :
Jurnal Ilmu Lingkungan (Journal of
Environmental Science), 10(1), 41–45.
https://doi.org/10.24843/ejes.2016.v10.i0
1.p07
Winarno, F. G. (2011). Good Manufacturing
Practices (GMP). M-Brio Press.
Winarno, F. G., & Surono. (2012). HACCP
dan Penerapannya dalam Industri
Pangan. M Brio Press.
Yuwono, B., Zakaria, F. R., & Panjaitan, N.

23

Anda mungkin juga menyukai