PROPOSAL
KERJA PRAKTEK AKHIR (KPA)
Oleh:
ANIS FATURAHMA
3201810042
i
PENANGANAN BAHAN BAKU DALAM PROSES
PEMBEKUAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI
PT. PULAU MAS PONTIANAK
PROPOSAL
KERJA PRAKTEK AKHIR (KPA)
Oleh:
ANIS FATURAHMA
3201810042
ii
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL
Judul KPA : Penanganan Bahan Baku Dalam Proses Pembekuan Udang Vaname
(Litopenaeus vannamei) Di Pt Pulau Mas Pontianak.
Nama : Anis Faturahma
NIM : 3201810042
Program Studi : Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan
Jurusan : Ilmu Kelautan dan Perikanan
Proposal ini diterima dan disyahkan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mengikuti Rangkaian
Kegiatan Kerja Praktek Akhir (KPA) di
Politeknik Negeri Pontianak
Disetujui oleh:
Dosen Pembimbing,
Diketahui oleh:
iii
DAFTAR ISI
1. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
1.4 Manfaat 2
2. TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Klasifikasi Dan Morfologi Udang Vannamei 3
2.1.1 Klasifikasi Udang Vannamei (Litopenaeus Vannamei) 3
2.1.2 Mofologi Udang Vannamai (Litopenaeus Vannamei) 3
2.2 Proses Kemunduran Mutu Udang 4
2.2.1 Autolisis 4
2.2.2 Bakteriologis 4
2.2.3 Oksidasi 5
2.3 Pengawasan Mutu Produk 5
2.4 Prinsip Penanganan Bahan Baku 5
2.5 Sanitasi Dan Higiene 6
2.6 Persyaratan Bahan Baku 6
2.7 Pemgujian Orgnoleptik 7
3 METODOLOGI 10
3.1 Waktu dan Tempat 10
3.2 Metode Pengumpulan Data 10
3.2.1 Data Primer 10
3.2.2 Data Sekunder 11
3.3 Analisis Data 11
DAFTAR PUSTAKA 12
iv
1 PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada proposal praktek kerja akhir (KPA) ini antara lain :
1. Melakukan penanganan bahan baku dalam proses pembekuan udang vaneme
(litopenaeus vannemei) di PT. Pulau Mas Pontianak.
2. Menganalisa mutu organoleptik bahan baku udang di PT. Pulau Mas Pontianak
1.4 Manfaat
Manfaat yang ingin dicapai dari praktek kerja akhir (KPA) ini di antara lain:
1. Mengetahui cara penanganan bahan baku udang di PT. Pulau Mas Pontianak
2. Mengetahui nilai organoleptik bahan baku udang di PT. Pulau Mas Pontianak
2
3
2 TINJAUAN PUSTAKA
4
juga mengalami moulting pada saat bulan purnama atau bulan mati (moulting secara
normal) dan moulting pada saat mengalami stres yang diakibatkan oleh lingkungan dan
penyakit (Suyanto dan Mujiman, 2003).
2.2.1 Autolisis
Penurunan secara autolisis adalah suatu proses penurunan mutu yang terjadi karena
kegiatan enzim dalam tubuh udang yang tidak terkendali sehingga senyawa kimia pada
jaringan tubuh yang telah mati terurai secara kimia. Penurunan mutu ditandai dengan rasa,
warna, tekstur, dan rupa yang berubah Purwaningsih (1994). Proses enzimatik yang terjadi
juga sangat mempengaruhi rupa udang yaitu pembentukan bercak hitam melanosis dengan
gejala terjadinya penghitaman pada kepala, ruas-ruas dan ekor. Proses melanosis ini segera
dan cepat dipengaruhi oleh keadaan kering, adanya oksigen, suhu tinggi dan faktor waktu
(Ilyas, 1993).
2.2.2 Bakteriologis
Penurunan mutu secara bakteriologis adalah suatu proses penurunan mutu yang
terjadi karena adanya kegiatan bakteri yang berasal dari lendir pada permukaan tubuh,
insang, dan saluran pencernaan. Penurunan mutu ini mengakibatkan daging udang terurai
dan menimbulkan bau busuk Purwaningsih (1994). Kandungan bakteri pada udang sangat
bervariasi tergantung pada kebersihan udang waktu ditangkap, cara penanganan, dan lain-
lain, dimana akan mempengaruhi penurunan mutu udang (Ilyas 1993).
5
2.2.3 Oksidasi
Penurunan mutu secara oksidasi biasanya terjadi pada udang yang kandungan
lemaknya tinggi. Lemak udang akan dioksidasi oleh oksigen yang berada di udara sehingga
menimbulkan bau dan rasa tengik (purwaningsih, 1994).
6
2.5 Sanitasi Dan Higiene
Sanitasi merupakan pengendalian yang terencana terhadap lingkungan
produksi,bahan-bahan baku, peralatan dan pekerja untuk mencegahpencemaran pada hasil
olah, kerusakan hasil olah,mencegah terlanggarnya nilai estetika konsumen
sertamengusahakan lingkungan kerja yang bersih dan sehat. Sedangkan higiene adalah
berhubungan dengan masalah kesehatan dan berbagai usaha yang dilakukan untuk
mempertahankan atau memperbaiki kesehatan.Sanitasi hasil perikanan adalah upaya
pencegahan terhadap kemungkinan berkembang biaknya jasad renik pembusuk dan
pathogen dalam hasil perikanan dan membahayakan manusia (siswati, 2004)
Menurut Sandra (2015), Teknik sanitasi dan higiene adalah segala kegiatan yang
berkaitan dengan upaya pemeliharaan kebersihan dan kesehatan dalam proses produksi.
Persyaratan sanitasi adalah standar kebersihan dan kesehatan yang harus dipenuhi,
termasuk standar higiene, sebagai upaya untuk mematikan atau melakukan penencegahan
hidupnya jasad renik pathogen dan mengurangi jasad renik pembusuk lainnya agar hasil
olahan perikanan yang dihasilkan dan dikonsumsi tidak membahayakan kesehatan.
Program sanitasi dijalankan sama sekali tidak hanya mengatasi masalah kotornya
lingkungan pemrosesan bahan baku, tetapi untuk menghilangkan kontaminan dari makanan
dan mesin pengolahan makanan serta mencegah terjadinya kontaminasi kembali ( Winarno,
2004 ).
Kontaminasi yang mungkin timbul berasal dari pestisida, bahan kimia, insekta, tikus,
dan pertikel-pertikel asing seperti, rambut, pecahan gelas, dan lain- lain. Tetapi yang
penting dari semua itu adalah kontaminasi mikroba (Winarno, 2004).
Prinsip sanitasi adalah :
1. Membersihkan
Menghilangkan mikroorganisme sisa makanan dan tanah yang akan menjadi media
yang baik bagi pertumbuhan mikroba.
2. Pelaksanaan Sanitasi
Menggunakan zat kimia dan metode fisika (sesudah bersih) untuk menghilangkan
mikroorganisme yang tertinggal pada permukaan alat dan mesin pengolahan
makananan.
7
dengan sengaja atau tidak boleh kotor oleh manusia dan hewan yang dapat menulari
produk yang mungkin dimakan tanpa dipanaskan atau dimasak.
b. Udang yang diolah haru bersih, segar, bebas dari segalah bau yang menandakan
pembsukan, bebas dari dekomposisi dan pemalsuan, bebas dari sifat-sifat alami
lainnya yang dapat menurunkan mutu produk, dan tidak membahayakan kesehatan
bagi yang mengonsumsinya.
c. Udang yang karna suatu hal yang terkontaminasi atau yang dipilih dari kelompok
yang telah dianggap sisa pengolahan dilarang diolah untuk tujuan manusia.
Berdasarkan SNI – 2705.1 – 1992 bahan baku udang beku adalah semua jenis udang
segar yang dapat ditangani dan diolah untuk dijadikan produk akhir berupa udang beku.
Pada dasarnya semua jenis udang dapat di bekukan tetapi pada umumnya yang dijadikan
bahan baku adalah jurbung (paneus merguensis), udang kelong (Indicus), Udng kembung (
panaeus inicus), udang baku ( penaeus semiculstus), udang windu (panaeus monodon),
udang harimau (porapenaoepsis scuiptilis) dan udang bacang (metapenaeus br evic ornis).
Persyartan mutu bahan baku berdasarkan konsep SNI 01 -2705.1 – 1992, menyatakan
bahwa bahan baku yang digunakan harus bersih, bebas dari setiap bau yang menandakan
pembusukan, bebas dari tanda-tanda dekomposisi, dan bebas dari sifat-sifat alamiah lain
yang dapat menurutkan mutu produk serta tidak membahayakan kesehatan.
8
b. Calon panelis harus terampil serta konsisten dalam mengambil keputusan.
c. Calon panelis harus siap uji terlebih dahulu kemampuannya dalam melakukan
organoleptic.
d. Calon panelis harus sedia pada saat dibutuhkan dalam pengujian.
e. Calon panelis harus berbadan sehat, bebas dari penyakit THT, mata/buta warna dan
psikologis.
f. Kebiasaan merokok, minum-minuman keras dan makan permen karet satu jam
sebelum pengujian harus ditentkan.
g. Calon panelis tdak menolak terhadap maan yang di ujikan (alergi).
2. Jumlah panelis yang dipakai minimal dalam satu kali pengujian adalah enam orang
panelis non standar 20 orang.
Metode yang digunakan dalam pengujian organoleptik ini adalah scring test.
Pelaksanaan uji organoleptic ini dengan menggunakan skala angka. Skala angkat terdiri
dari 1-9 yang ditunjang spesifikasi masing-masing produk yang dapat memberikan
pengertian pada penelis. Skala angka dan spesifikasinya ini dicantumkan dalam score sheet.
Organoleptik yang kemudian penulis langsung mencantumkan penilaian dengan score sheet
tersebut. Pengujian ini dengan menggunakan alat berupa score sheet udang segar. Penilaian
diambil oleh enam orang panelis yang berpengalaman dalam penilaian organoleptik pada
udang segar. Setiap panelis menghadapi satu sampel yang diambil secara acak dan
dilakakan sebanyak enam kali pengujian.
Konsep score sheet dibuat berdasarkan informasi mutu tertinggi dan terendah dari
pengelola. Pengujian mutu secara organoleptic pada bahan baku udang dapat dilakukan
dengan menetukan nilai kesegaran udang berdasarkan kenampakan, keelastisan dan
baunya, dengan kata lain pengujian ini menggunakan kemampuan indra (sensori).
Pengujian sensori merupakan pengujian menggunakan indera manusia sebagai alat
utama untuk menilai mutu produk perikanan yang suda mengalami penentuan fase
kemunduran mutu udang dilakukan untuk mengetahui kondisi dan tingkat kesegaran udang.
Kemunduran mutu udang meliputi empat tahan yaitu prerigor, rigor mortis, postrigor dan
kebusukan (deterioration). Penentuan fase kemunduran mutu udang dilakukan penggunaan
score sheet yang sesuai dengan SNI 01-2346-2006 meliputi parameter kenampakan udang,
bau dan tekstur. Hasil pengamatan organoleptik diketahui bahwa fase kemunduran mutu
udang yaitu prerigor, rigor mortis, post rigor, dan kebusukan.
9
3 METODOLOGI
10
3.2.1 Data Primer
Data primer adalah data yang dperoleh penelitian secara langsung dari lapangan
yang dikumpulkan berdasarkan hasil peraktek kerja lapangan (KPA) di PT. Pulau Mas
Pontianak, dengan melakukan dokumentasi dan pencatatan semua data yang diperlukan
dengan judul KPA meliputi :
a. Penanganan bahan baku pada proses pembekuan udang vaneme (Litopenaeus
vannemei)
b. Uji organoleptik bahan baku udang pada proses penerimaan bahan baku udang
vaneme (Litopenaeus vannemei)
Adapun instrument dan teknik pengumpulan data primer dalam pelaksanaan KPA ini
adalah sebagai berikut :
1. Wawancara / interview
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka
dan Tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti terhadap narasumber
atau sumber data tentang penerimaan bahan baku.
2. Pengujian Organoleptik.
Pengujan organoleptik merupakan cara pengujian menggunakan indera manusia
sebagai alat utama untuk menilai mutu produk udang beku yang sudah mengalami proses
pengolahan.
3. Partisipasi langsung
Partisipasi merupkan kegiatan partisipasi dengan melakukan pengamatan atau
langsung terjun kelapangan.
Adapun data yang dapat dikumpulkan dari kerja praktek akhir (KPA) adalah :
a. Penanganan bahan baku pada proses pembekuan udang vaneme
b. Jenis bahan penolong yang digunakan dalam penanganan bahan baku
c. Alat-alat yang digunakan dalam proses pengolaha udang beku.
11
3.3 Analisis Data
Metode analisa data yang digunakan adalah secara deskriktif, yaitu menggambarkan
data yang diperoleh kemudian hasilnya di bahas dan dijelaskan. Data yang diperoleh dari
lembar penilaian ditabulasi dan menentukan nilai mutunya dengan mencari hasil rata-rata
pada setiap panelis pada tingkat kepercayaan 95%. Penilaian pada uji organolepik diambil
dari 6 orang yang berpengalaman. Untuk menghitung interval nilai mutu rata-rata dari
setiap panelis digunakan rumus sebagai berikut :
p=(x−1,96. s / √ n)<µ< ¿
∑ xi
x=
n
∑ ( xi−x ) 2
s2=
n
s= √ s ²
Keterangan :
- n = banyaknya panelis
- s = simpangan baku
- x = nilai rata-rata
- xi = nilai mutu panelis ke 1-6
- 1,96 = koefisien standar devisi pada tahap 95%
12
DAFTAR PUSTAKA
[DJPB] Direktur Jederal Perikanan Budidaya. 2014. Udang Vannamei Dan Udang
Windu Masih Andalan Ekspor Indonesia. Jakarta: Kementrian Kelautan Dan
Perikanan.
Kordi, G.K. dan Tancung A.B., 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya
Perairan. Rineka Cipta: Jakarta.
Haliman dan Adijaya. 2005. Pembudidayaan dan Prospek Pasar Udang Putih Yang
Tahan Penyakit. Penebar Swadaya. Jakarta.
Budi winarno. 2004. Teori dan Proses Kebijakan public. Media Presindo:Yogjakarta.
13