Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perpustakaan dikenal sebagai sebuah koleksi besar yang dibiayai dan
dioperasikan oleh sebuah kota atau institusi, serta dimanfaatkan oleh masyarakat
yang rata-rata tidak mampu membeli sekian banyak buku atas biaya sendiri. Hal
ini sesuai dengan yang tercantum dalam Wikipedia (id.wikipedia.org).
Perpustakaan merupakan upaya untuk memelihara dan meningkatkan efisiensi dan
efektifitas proses belajar mengajar. Tujuan perpustakaan adalah untuk membantu
masyarakat dengan memberikan kesempatan dengan dorongan melalui jasa
pelayanan perpustakaan sehingga dapat menggunakan waktu senggang dengan
baik yang bermanfaat bagi kehidupan pribadi dan sosial.
Agar terwujudnya tujuan dari perpustakaan, maka harus di ciptakan ruang
perpustakaan yang efektif. Ruang pustaka yang efektif adalah ruang yang didesain
sesuai dengan fungsi dan kebutuhannya. Dengan menciptakan ruang pustaka yang
efektif maka proses membaca masyarakat akan nyaman sesuai dengan yang
diharapkan.
Gedung Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Lhokseumawe beralamatkan
jalan lingkar stadion Lr.Pendidikan No.1. Lokasinya begitu strategis untuk
dijangkau masyarakat karena perpustakaan dekat dengan dunia pendidikan yaitu
SMP Negeri 15, SD Mongedung, dan SMA Negeri 2 dan gedung perkantoran
lainnya. Karena posisinya yang strategis ini maka ruang baca perpustakan tersebut
banyak dikunjungi oleh masyarakat. Kenyamanan ruang baca ini sangat
mempengaruhi minat masyarakat untuk rajin membaca.
Satwiko (2009: 21) menyatakan kenyamanan dan perasaan nyaman adalah
penilaian komprehensif seseorang terhadap lingkungannya. Kenyamanan tidak
dapat diwakili oleh angka tunggal. Kenyamanan termal dalam suatu lingkungan
dapat mempengaruhi perasaan manusia sehingga dapat menimbulkan suatu
perasaan nyaman atau tidak nyaman. Kenyamanan dan ketidaknyamanan tidak
dapat di ukur dengan angka.

1
Berdasarkan pengamatan sementara di Gedung Dinas Perpustakaan dan
Kearsipan Kota Lhpkseumawe, fasilitas yang tersedia untuk mendukung
kenyamanan membacanya adalah memisahkan antara ruang baca anak dengan
ruang baca untuk orang dewasa. Walaupun sudah terpisah, peneliti melihat ruang
baca tersebut tetap terasa panas karena tidak ada bukaan di sekitarnya dan fasilitas
pendukung untuk penghawaan ruang tersebut hanya AC dan junlahnya-pun
terbatas. Sementara untuk pencahayaannya sudah cukup bagus karena dinding
ruang baca tersebut banyak menggunakan material kaca.
Permasalahan diatas menjadi dasar bagi peneliti untuk mengevaluasi tentang
“Evaluasi Tingkat Kenyamanan Masyarakat Terhadap Kondisi Termal Ruang
Baca Gedung Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Lhoksumawe”. Peneliti
berharap dengan dilakukannya evaluasi ini akan dapat diketahui bagaimana
kondisi termal ruang baca tersebut nyaman atau tidak nyaman. Selain itu peneliti
berharap hasil evaluasi ini dapat menjadi pedoman untuk meningkatkan
kenyamanan termal ruang baca tersebut sehingga terbentuk suasana membaca
yang kondusif.

B. Identifikasi Masalah
Berikut ini beberapa masalah yang dapat diidentifikasi terkait kondisi ruang
baca Gedung Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Lhokseumawe:
1. Ruang baca untuk orang dewasa memiliki luasan yang kurang karena posisi
lemari-lemari buku masih terlalu rapat.
2. Suhu di ruang baca anak dan orang dewasa tidak sesuai dengan standar
kenyamanan termal karena tidak adanya bukaan jendela.
3. Kurangnya fasilitas di dalam ruangan seperti AC, bangku, meja, dan buku
yang jumlahnya masih sedikit.

2
C. Batasan Masalah
Dari identifikasi sebelumnya, peneliti membatasi masalah yang dievaluasi,
yaitu:
1. Luas ruang baca anak dan orang dewasa Gedung Perpustakaan Dan Kearsipan
Kota Lhokseumawe.
2. Pengaruh bentuk ruang baca anak dan orang dewasa Gedung Perpustakaan
Dan Kearsipan Kota Lhokseumawe dengan posisi pencahayaan alami.
3. Perbedaan suhu udara saat ramai pembaca dengan AC hidup dan suhu saat
ramai pembaca tetapi AC mati di Gedung Perpustakaan Dan Kearsipan Kota
Lhokseumawe.

D. Rumusan Masalah
Dari pembatasan masalah sebelumnya, dapat dirumuskan pernyataan
permasalahan pada kajian sebagai berikut :
1. Bagaimana luas ruang baca anak dan orang dewasa Gedung Perpustakaan Dan
Kearsipan Kota Lhokseumawe?
2. Bagaimana pengaruh bentuk ruang baca anak dan orang dewasa Gedung
Perpustakaan Dan Kearsipan Kota Lhokseumawe dengan posisi pencahayaan
alami?
3. Bagaimana perbedaan suhu udara saat ramai pembaca dengan AC hidup dan
suhu saat ramai pembaca tetapi AC mati di Gedung Perpustakaan Dan
Kearsipan Kota Lhokseumawe?

E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kondisi kenyamanan ruang baca anak dan orang dewasa
Gedung Perpustakaan Dan Kearsipan Kota Lhokseumawe berdasarkan
luasannya.
2. Untuk mengetahui pengaruh bentuk ruang baca anak dan orang dewasa
Gedung Perpustakaan Dan Kearsipan Kota Lhokseumawe dengan posisi
pencahayaan alami.

3
3. Untuk mengetahui perbedaan suhu udara saat ramai pembaca dengan AC
hidup dan suhu saat ramai pembaca tetapi AC mati di Gedung Perpustakaan
Dan Kearsipan Kota Lhokseumawe.

F. Manfaat Penelitian
Peneliti berharap hasil dari penelitian ini dapat menjadi pedoman untuk
meningkatkan kenyamanan termal ruang baca, tidak hanya untuk Gedung Dinas
Perpustakaan Dan Kearsipan Kota Lhokseumawe tetapi juga untuk ruang baca
lainnya. Selain itu hasil penelitian ini di harapkan dapat berguna untuk peneliti
selanjutnya.
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber referensi untuk mengevaluasi
bagaimana tingkat kenyamanan termal suatu ruangan dan menjadi bahan
literatur untuk peneliti selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Kota Lhokseumawe
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi untuk meningkatkan
kenyamanan termal ruang baca Gedung Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan
Kota Lhokseumawe.
b. Untuk Universitas Malikussaleh
Penelitian ini didasari atas semangat dan dukungan dari Universitas
Malikussaleh sehingga hasil penelitian ini akan digunakan universitas sebagai
persembahan kepada Masyarakat.
c. Untuk Mahasiswa
Untuk meningkatkan semangat penelitian para mahasiswa selanjutnya
maka hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu sumber referensi unuk
menulis hasil penelitiannya.

4
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Perpustakaan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Perpustakaan adalah tempat,
gedung, ruang yang disediakan untuk pemeliharaan dan penggunaan koleksi buku,
dsb. Sementara itu menurut Sutarno NS (dalam Ganang g, Stefanus, 2013),
menyatakan bahwa “Suatu ruangan, bagian dari gedung/bangunan, atau gedung
tersendiri yang berisi buku-buku koleksi yang disusun dan diatur demikian rupa,
sehingga mudah untuk dicari dan dipergunakan apabila sewaktu-waktu diperlukan
pembaca”.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan adalah
tempat bagi orang-orang untuk membaca yang didalamnya terdapat berbagai jenis
buku yang disusun sedemikian rupa.

a. Fungsi Perpustakaan
Sutarno NS (dalam Ganang g, Stefanus, 2013), menyatakan bahwa
“Perpustakaan berperan sebagai fasilitator, mediator, dan motifator bagi mereka
yang ingin mencari, memanfaatkan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
pengalamannya”. Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa perpustakaan
merupakan salah satu sarana bagi pembaca untuk menambah dan mengasah ilmu
pengetahuan yang sudah mereka miliki. Karena perpustakaan menyediakan
berbagai jenis buku.
Sementara itu menurut Sulistyo dan Basuki (dalam Ganang g, Stefanus, 2013),
ada 5 fungsi dari diadakannya perpustakaan, yaitu:
- Sarana simpan Karya Manusia
Perpustakaan berfungsi untuk menyimpan karya-karya yang dihasilkan oleh
manusia terutama karya cetak seperti buku, majalah, dan lainnya serta karya
rekaman seperti kaset.

5
- Informasi
Perpustakaan dapat menjadi sumber informasi dari berbagai kebutuhan
informasi masyarakat seperti mengenai tugas sekolah, kehidupan bersosial dan
sebagainya.
- Rekreasi
Kegiatan membaca seseorang digolongkan dalam dua jenis kegiatan. Yang
pertama untuk keperluan praktis dimana seseorang membaca untuk
mendapatkan informasi berdasarkan kebutuhannya. Yang kedua untuk
keperluan rekreasi dimana seseorang membaca hanya untuk mengisi waktu
luang.
- Pendidikan
Perpustakaan menjadi sarana pendidikan nonformal dan informal, dalam hal
ini yang di maksud nonformal adalah perpustakaan umum, sedangkan
informal adalah perpustakaan sekolah, kampus, dan sejenisnya.
- Kultural
Perpustakaan berfungsi untuk mengembangkan dan mengasah budaya
masyarakat dengan mengadakan beberapa acara seperti pameran, pertunjukan
kesenian, pemutaran film, dan sejenisnya.

b. Perpustakaan Umum
Perpustakaan Umum seringa kali diibaratkan sebagai Universitas Rakyat atau
Universitas Masyarakat. Dalam hal ini diartikan bahwa perpustakaan umum
merupakan lembaga pendidikan bagi masyarakat umum dengan menyediakan
berbagai informasi, ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya, sebagai sumber
belajar untuk memperolah dan meningkatkan ilmu pengetahuan bagi seluruh
lapisan masyarakat.
Perpustakaan umum memeberikan pelayanan kepada semua lapisan
masyarakat seperti anak-anak, remaja, dewasa, pelajar, mahasiswa, pegawai, ibu
rumah tangga, para usia lanjut, laki-laki dan perempuan.

6
2. Membaca
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), membaca adalah melihat serta
memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati).
Ada dua faktor yang mempengaruhi kenyamanan seseorang dalam membaca yaitu
faktor eksternal dan faktor internal.
a. Faktor Eksternal
Yang dimaksud dengan faktor eksternal pembaca adalah faktor dari luar diri
seperti lingkungan, cahaya dan penataan ruang.
b. Faktor Internal
Yang dimaksud dengan faktor internal adalah faktor dari dalam diri pembaca
meliputi kondisi fisiologis yakni kondisi tubuh pembaca dan faktor psikologis
berupa motivasi pembaca dalam mewujudkan tujuannya datang ke
perpustakaan untuk mendapatkan informasi dari bahan bacaan yang tersedia.
Dari dua faktor diatas dapat disimpulkan bahwa kenyamanan seseorang dalam
membaca dipengaruhi oleh faktor dari luar dan faktor dari dalam si pembaca.
Kedua faktor ini termasuk kedalam ruang lingkup kenyamanan termal.

3. Evaluasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), evaluasi memiliki arti
penilaian. Sedangkan menurut Sudijono (1996) menyatakan bahwa “Evaluasi
adalah penafsiran atau interpretasi bersumber pada data kuantitatif, sedangkan,
data kuantitatif berasal dari hasil pengukuran.
Dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan suatu kegiatan
yang tujuannya untuk mengukur sesuatu berdasarkan data-data yang ada. Evaluasi
biasanya dilakukan dengan mencari data terlebih dahulu lalu di uji coba.

4. Kenyamanan
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kenyamanan berarti
keadaan nyaman; Kesegaran; kesejukan. Biasanya kenyamanan dirasakan saat diri
merasa tenang dengan tidak adanya gangguan dari luar dan dalam diri.

7
5. Kenyamanan Termal dan Evaluasinya
Fanger (dalam Idham, 2016) menyatakan bahwa kenyamanan termal adalah
“kondisi pikiran yang mengekspresikan kepuasan terhadap lingkungan termal”.
Kondisi pikiran dapat diartikan bahwa kenyamanan adalah fenomena psikologis,
yang didasarkan pada kondisi fisik (lingkungan). Ada dua cara untuk
mendapatkan indeks kenyamanan; empiris dan analitis. Empiris didasarkan pada
survei sosial, sedangkan analisis didasarkan pada prinsip fisika aliran panas,
szokolay (dalam Idham, 2016). Untuk mendapatkan kenyamanan, perlu
mempertimbangkan berbagai faktor lingkungan dan individu yang membentuk
kenyamanan termal manusia tersebut.

a. Indikator Kenyamanan
Indikator utama untuk kenyamanan termal adalah suhu udara. Tetapi suhu
udara bukanlah indikator yang valid karena erat kaitannya dengan indikator yang
lain. Faktor yang mempengaruhi kenyamanan termal adalah lingkungan dan
personal. Faktor lingkungan yang dimaksud seperti suhu udara, suhu radian,
kecepatan udara, dan kelembapan. Untuk faktor personal adalah Insulasi pakaian
dan metabolisme. (Idham, 2016).
Dari keterangan diatas dapat di simpulkan bahwa untuk menilai suatu
kenyamanan termal ada beberapa indikator yang harus diperhatikan ada yang
saling berkaitan da nada pula yang tidak berkaitan

b. Manusia dan Kalor


Idham (2016) menyatakan bahwa “panas pada dasarnya mengalir dari zona
suhu tinggi menuju zona suhu yang lebih rendah dengan tiga cara yang berbeda,
yaitu konduksi, konveksi dan radiasi”. Konduksi adalah perpindahan panas
melalui kontak langsung, konveksi adalah perpindahan panas dari permukaan
suatu benda padat ke cairan seperti gas atau media cair dan sebaliknya. Sedangkan
radiasi adalah perpindahan panas oleh gelombang elektromagnetik antara dua
benda yeng memiliki tremperatur berbeda.

8
Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa kenyaman termal
dipengaruhi oleh suhu yang mengalir berdasarkan beberapa cara seperti konduksi,
konveksi, dan radiasi.

c. Keseimbangan Termal dan Kenyamanan


Kestabilan suhu adalah kunci untuk kenymanan dan kesehatan tubuh manusia.
Dalam tubuh harus dijaga tetap dalam suhu normal sebesar 37ºC dengan toleransi
antara 35-40ºC, Szokolay (dalam Idham, 2016). Kestabilan suhu tersebut dapat di
capai jika faktor-faktor yang mengalirkan suhu dapat diatur dengan baik. Selain
faktor tersebut, aktifitas seseorang dapat mempengaruhi kestabilan suhu dan harus
diimbangi jumlah total panas yang hilang atau yang didapatkan dari waktu ke
waktu.rumus keseimbangan termal ada jika Met – EVP ± Rad ± CNV = 0 dengan
Met: metabolism, EVP: penguapan, CND: konduksi dan Rad: radiasi. Faktor lain
dapat ditambahkan sebagai beban eksterna;; energi yang digunakan dalam
melakukan kerja mekanik.jika jumlah lebih dari nol maka artinya terjadi elemen
penyimpanan dalam persamaan, sehingga akan terjadi peningkatan suhu tubuh.
Peningkatan ini tidak boleh lebih dari 1ºC.Untuk tetap dalam kondisi optimal
manusia menyesuaikan fsiologis dan perilaku dengan lingkungan. Proses ini
dikenal sebagai termoregulasi.
Kenyamanan manusia sulit didefinisikan karena terkait faktor lingkungan dan
personal. Suhu kulit manusia berkisar antara 31º dan 34ºC, dan suhu lingkungan
harus lebih rendah dari suhu tersebut. Ada beberapa faktor lain yang
mempengaruhi kenyamanan termal yaitu lokasi geografis, usia, jenis kelamin,
bentuk tubuh, siklus menstruasi, perbedaan etnis, makanan, irama jantung,
perambatan panas tubuh, kesatuan pemanasan atau pendinginan tubuh, warna kulit
dan sebagainya harus diperhitungkan dalam kenyamanan termal manusia.
Dari keterangan diatas jelas terlihat bahwa sangat banyak yang mempengaruhi
kenyaman termal manusia dan itu sangat sulit untuk mengukurnya.

9
6. Predicted Mean Vote (PMV)
Metode realistis yang digunakan untuk mendapatkan kenyamanan termal
adalah dengan metode prediksi pendapat rata-rata atau predicted mean vote
(PMV). PMV adalah prediksi pendapatan rata-rata sekelompok besar orang yang
mengalami kondisi ternal sesuai yang dirasakannya dan akan menyatakannya
dengan memberikan rating pada skala berikut :
+3 (panas), +2 (hangat), +1 (sedikit hangat), 0 (netral), -1 (sedikit dingin), -2
(dingin), dan -3 (sangat dingin).
Menurut sugini (dalam Ridho, 2015) “indeks kenyamanan termal adalah
besaran ukuran yang digunakan untuk mengindikasikan kualitas termal”. dari
pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa indeks kenymanan termal dapat
menjadi tolak ukur untuk menentukan kondisi termal lingkungan.
Perbedaan individual dihubungkan dengan hubungan antara PMV dan PPD
(The Predicted Percentage dissatisfied). Nilai PMV = 0 berarti netral dan dapat
dikatakan mendapatkan kondisi nyaman dengan PPD berkisar 5%. Jika PMV = +1
maka PPD sekitar 25% dan seterusnya. PMV/PPD juga dihitung dari enam
parameter dasar kenyamanan termal yaitu suhu udara, suhu radiant, kecepatan
udara, kelembapan lingkungan, tingkat pakaian, dan aktivitas seseorang.
Suhu 18º dan 28ºC adalah dalam jangkauan PMV dari –0.5 ke +0.5, pada
tingkat aktivitas yang sedang dan konsisten dengan memperhitungkan pakaian
dan pergerakan udara.

10
B. Kerangka Pikir
Berdasarkan landasan teori yang digunakan untuk mengevaluasi kenyamanan
termal di ruang baca Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Lhokseumawe maka
di gunakan beberapa poin:
1. Landasan Teori Pengukuran Indeks Kenyamanan Termal
Untuk mengetahui tingkat kenyamanan termal yang di rasakan oleh
masyarakat saat membaca di ruang baca Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota
Lhokseumawe diukur berdasarkan teori indeks kenyamanan termal dengan
mengumpulkan data lapangan mengenai kondisi suhu udara, suhu radiant,
kecepatan udara, kelembapan lingkungan, tingkat pakaian, dan aktivitas
seseorang. Tingkat kenyamanan tersebut diukur dengan persamaan PMV.
2. Analisis Data Lapangan
Setelah mendapatkan data lapagan berdasarkan indeks pengukuran
kenyamanan termal maka kemudian data akan dianalisis berdasarkan skala PMV
untuk menentukan tingkat kenyamanan termal ruang baca Dinas Perpustakaan dan
Kearsipan Kota Lhokseumawe.

C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, dapat dirumuskan beberapa pertanyaan
penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana luas ruang baca anak dan orang dewasa Gedung Perpustakaan Dan
Kearsipan Kota Lhokseumawe untuk mendapatkan kenyamanan termal?
2. Bagaimana pengaruh bentuk ruang baca anak dan orang dewasa Gedung
Perpustakaan Dan Kearsipan Kota Lhokseumawe dengan posisi pencahayaan
alami yang di ukur menggunakan indeks kenyamanan PMV?
3. Bagaimana perbedaan suhu udara saat ramai pembaca dengan AC hidup dan
suhu saat ramai pembaca tetapi AC mati di Gedung Perpustakaan Dan
Kearsipan Kota Lhokseumawe?

11
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dengan judul “Evaluasi Tingkat Kenyamanan Masyarakat Terhadap
Kondisi Termal Ruang Baca Gedung Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Kota
Lhokseumawe” dilakukan di Gedung Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Kota
Lhokseumawe yang tepatnya berada di pulau Sumatera, provinsi Aceh, Kota
Lhokseumawe. Penelitian akan dilakukan pada tahun 2019.

Gambar 3.1 Posisi Provinsi Aceh di Indonesia


(Sumber : Google.com)

Gambar 3.2 Posisi Provinsi Aceh di Pulau Sumatera


(Sumber : Google.com)

12
Gambar 3.3 Posisi Kota Lhokseumawe di Provinsi Aceh
(Sumber : Google.com dan Googleearth.com)

Gambar 3.4 Posisi Gedung Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota


Lhokseumawe di Kota Lhokseumawe
(Sumber : Googleearth.com)

13
U

B
T

Gambar 3.5 Arah Mata Angin Gedung Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
Kota Lhokseumawe
(Sumber : Googleearth.com)

(a) (b)

Gambar 3.6 (a) Tampak Sebelah Utara (B) Tampak Sebelah Timur
(Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2018)

14
(a) (b)
Gambar 3.7 (a) Tampak Sebelah Barat (b) Tampak Sebelah Selatan
(Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2018)

Dari Gambar 3.6 dan Gambar 3.7 dapat dilihat kaca-kaca yang digunakan
pada bangunan tersebut sebagian besar kaca permanen.

B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Gedung Perpustakaan dan Kearsipan Kota
Lhokseumawe tepatnya di ruang baca orang dewasa dan ruang baca anak. Ruang
baca anak berada di lantai 1 sementara itu ruang baca untuk orang dewasa berada
di lantai 2.

Ruang
Baca Anak
Ruang
Baca Orang
Dewasa

Gambar 3.8 Posisi Ruang Baca Anak dan Ruang Baca Orang Dewasa
(Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2018)

15
Gambar 3.9 Ruang Baca Anak
(Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2018)

Gambar 3.9 Ruang Baca Orang Dewasa


(Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2018)

Dari gambar diatas dapat dilihat bagaimana luasan ruang bacanya tidak
terlalu luas dan tidak memiliki bukaan. Dari kondisi tersebut maka dalam
melaksanakan penelitian akan menggunakan indeks penelitian PMV dengan
indikator-indikator yang telah di paparkan pada kajian teori sebelumnya.

16
C. Jenis Dan Metode Penelitian
Lasa (dalam Stefanus, 2013) menyatakan bahwa “Metode Penelitian adalah
cara ilmiah yang dilakukan untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu”. Dari
teori tersebut dapat disimpulkan bahwa metode dalam penelitian adalah cara
bagaimana peneliti melakukan penelitiannya.
Peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif evaluatif. Dimana metode
deskriptif merupakan teknik pengumpulan data berupa pendapat, tanggapan atau
persepsi seseorang. Sulistyo-Basuki (dalam Stefanus, 2013) menyatakan bahwa
“penelitian deskriptif mencoba mencari deskripsi yang tepat dan cukup dari semua
aktifitas, objek, proses, dan manusia”. Sedangkan menrut Diah (dalam Ridho,
2013) menyatakan bahwa “Penelitian evaluative memiliki dua kegiatan utama
yaitu pengukuran atau pengambilan data serta membandingkan hasil pengukuran
dan pengumpulan data dengan standar yang digunakan. Berdasarkan hasil
perbandingan ini maka akan didapatkan kesimpulan bahwa suatu kegiatan yang
dilakukan itu layak atau tidak, relevan atau tidak, efisien dan efektif atau tidak”.
Dari teori diatas metode yang digunakan peneliti sangat sesuai dengan judul
penelitian yaitu “Evaluasi Tingkat Kenyamanan Masyarakat Terhadap Kondisi
Termal Ruang Baca Gedung Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Kota
Lhokseumawe”. Dalam penelitian nanti peneliti akan mengumpulkan data berupa
pendapat masyarakat terhadap kondisi termal yang ada di ruang baca tersebut
dengan membagikan kuesioner atau melakukan wawancara dan itu sesuai dengan
teknik penelitian deskriptif. Sementara itu untuk mengukur tingkat kenyamanan
termal di ruang baca tersebut agar lebih akurat akan dilakukan pengukuran dengan
alat ukur yang menggunakan indeks PMV.

1. Unit Analisis
Yang menjadi unit analisis dari penelitian ini adalah gedung Dinas
Perpustakaan dan Kearsipan Kota Lhokseumwe karena pada gedung inilah lokasi
penelitian dilakukan.

17
2. Populasi Penelitian
Yang menjadi populasi penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Pegawai
Pegawai yang dimaksud adalah pegawai gedung Dinas Perpustakaan dan
Kearsipan Kota Lhokseumawe. Pegawai ini masuk kedalam populasi
penelitian karena mereka kesehariannya berada didalam gedung tersebut
sehingga data yang didapat dari mereka akan sangat berguna.
b. Masyarakat
Masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat yang membaca buku didalam
ruang baca gedung perpustakaan tersebut. Data dari mereka diperlukan karena
untuk mengetahui bagaimana kenyamanan termal yang diinginkan oleh
masyarakat saat membaca buku.

3. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian suatu subyek atau obyek yang mewakili populasi.
Pengambilan sampel harus sesuai dengan kualitas dan karakteristik suatu
populasi. Jika sampel yang diambil tidak sesuai karakteristik populasi maka
penelitian menjadi bias atau tidak dapat dipercaya. Teknik pemilihan sampel yang
digunakan adalah Probability Sampling yaitu teknik sampling yang memberikan
peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk
dipilih menjadi anggota sampel.
Dalam menentukan sampel nanti peneliti akan membagi sampel berdasarkan
umur, dimana umur dengan rentang 6-12 tahun (anak-anak), 12-21 tahun (remaja),
dan 21-40 tahun (dewasa). Setelah membagi sampel tersebut maka peneliti
membagikan kuesioner dengan pertanyaan yang sesuai dengan umur mereka dan
setiap dari sampel dengan rentang umur seperti tersebut mempunyai kesempatan
yang sama untuk menjadi sampel penelitian.

18
4. Instrumen Penelitian
a. Kuesioner
Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang memungkinkan
peneliti mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan karakteristik
beberapa orang utama di dalam organisasi yang bisa terpengaruh oleh sistem
yang diajukan atau oleh sistem yang sudah ada. Kuesioner dalam penelitian ini
di golongkan berdasarkan sampel yang dituju, pertenyaan-pertanyaannya juga
di sesuakian agar para sampel dapat memahami segala pertanyaan yang ada.
b. Protokol Wawancara
Protokol wawancara adalah sebuah berkas yang berisi semua pertanyaan
wawancara. Jumlah wawancara yang dilakukan tidak terlalu banyak,
mengingat waktu yang dibutuhkan untuk wawancara cukup lama. Wawancara
akan di lakukan pada setiap sampel dari masing-masing rentang umur yang
telah dikelompokkan. Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan sebagian tidak
ada pada kuesioner agar mendapat informasi yang baru.
c. Kamera
Camera yang digunakan dalam penelitian nanti adalah camera canon karena
memiliki kualitas gambar yang cukup baik. Camera digunakan dalam
penelitian untuk mendokumentasikan segala kegiatan penelitian sebagai bukti
dokumentasi bahwa data yang didapat adalah data asli.

Gambar 3.10 Camera Canon


(Sumber : Google.com)

19
d. Alat Tulis
Alat tulis yang di gunakan berupa pulpen, pensil, penghapus dan buku catatan.
Pulpen dan pensil diberikan kepada sampel untuk mengisi kuesioner. Selain itu
untuk mencatat hasil wawancara menggunakan pulpen dan buku catatan.

(a) (b)

(c)
Gambar 3.11 (a) Pulpen (b) Pensil dan Penghapus (c) Buku Catatan
(Sumber : Google.com)

e. Anemometer Digital
Anemometer Digital adalah alat untuk mengukur kecepatan angina. Alat ini
digunakan untuk mengukur kecepatan angina saat AC hidup.

Gambar 3.11 Anemometer Digital


(Sumber : Google.com)

20
5. Analisis Hasil
Data-data yang didapat dari semua kegiatan penelitian akan di kumpulkan
berdasarkan jenis datanya. Data dari kuesioner akan disusun mulai daru sampel
anak-anak hingga dewasa. Yang pertama di lakukan yaitu mendata persenan dari
setiap jawaban agar mengetahui dominasi jawabannya. Setelah mendapatkan
persenannya maka kesimpulan dapat di buat sesuai dengan tinjauan-tinjauan
sebelumnya. Kemudian hasil dari tanggapan ara sampel datanya akan
dibandingkan dengan hasil pengukuran yang dilakukan oleh peneliti. Setelah
semua data terkumpul maka akan dilakukan evaluasi bagaimana tingkat
kenyamanan masyarakat saat sedang membaca di ruang baca gedung Dinas
Perpustakaan dan Kearsipan Kota Lhokseumawe.

D. Sumber Data
Data yang didapat oleh peneliti berasal dari referensi-referensi dan informasi
yang didapat secara langsung dilokasi penelitian yang merupakan data
pengukuran berupa data kuantitatif. Sumber data ini bisa dari pendapat atau
tanggapan masyarakat yng dikumpulkan dan data yang diukur menggunakan alat
ukur tingkat kenyamanan termal.
Dalam penelitian yang dilakukan ada dua sumber data yaitu data primer dan
data sekunder.
1. Data Primer
Data primer yaitu data yang didapat langsung dari informan. Dalam penelitian
ini data primer didapat dari pembagian kuesioner dan wawancara kepada
masyarakat yang menggunakan ruang baca yang akan diteliti.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data untuk mendukung data primer. Dalam penelitian ini
data sekunder didapat dari referensi-referensi yang digunakan peneliti dan
data-data hasil pengukuran yang dilakukan oleh peneliti.

21
E. Jadwal Penelitian
Penelitian dilakukan pada tahun 2019, Berikut ini table kegiatannya :
2018-2019

September

November
Desember

Februari
Oktober
Agustus

Januari

Maret
April
Mei
Juli
Persiapan dan Pengumpulan
Data
Mencari Referensi Dari Internet
Mencari Referensi Dari Buku
Membuat Proposal Penelitian
Membuat kuesioner
Membuat protocol wawancara
Menyiapkan peralatan penelitian
Pembagian Kuesioner
Wawancara
Pengukuran menggunakan
indeks PMV
Analisis Data
Pengumpulan Data Kuesioner
Analisis Hasil Wawancara
Hasil Pengukuran PMV
Menggabungkan Analisi
Hasil Penelitian
Menulis Bagian Awal
Merevisi Bagian Awal
Membuat Hasil Penelitian

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan


(Sumber : Dokuntasi Peneliti, 2018)

22

Anda mungkin juga menyukai