Anda di halaman 1dari 22

PENYUSUNAN SISTEM DATABASE JALAN LINGKUNGAN PERKOTAAN

BAB 2
KAJIAN LITERATUR
Penyusunan Sistem Database Jalan Lingkungan Perkotaan
Kecamatan Kota Kendal

DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KABUPATEN KENDAL


TAHUN ANGGARAN 2018
Jl. Laut No. 25 Kendal – Kabupaten Kendal
Telp/Fax : (0294) 381347, Kode Pos : 51311

2.1. Klasifikasi Jalan Umum


Sesuai peruntukannya jalan terdiri atas jalan umum dan jalan khusus. Jalan umum

merupakan jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum, sedangkan jalan khusus

merupakan jalan yang bukan diperuntukkan untuk lalu lintas umum dalam rangka distribusi

barang dan jasa yang dibutuhkan. Menurut Undang Undang Nomor 38 tahun 2004 dan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan, jalan umum

dapat diklasifikasikan dalam sistem jaringan jalan, fungsi jalan, status jalan, dan kelas jalan.

Pengetahuan mengenai klasifikasi jalan menjadi penting untuk menerangkan definisi Jalan

Lingkungan beserta aturannya.

Klasifikasi jalan berdasarkan fungsi mengacu pada UU No.38 tahun 2004 dan PP No.34

tahun 2006, adalah sebagai berikut:

1. Sistem Jaringan Jalan Primer


Sistem jaringan jalan primer terdiri dari jalan arteri primer, jalan kolektor primer, jalan

lokal primer, dan jalan lingkungan primer, dimana disusun berdasarkan rencana tata

ruang dan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah

di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang

berwujud pusat-pusat kegiatan sebagai berikut :

a) Menghubungkan secara menerus pusat kegiatan nasional, pusat kegiatan wilayah,

pusat kegiatan lokal sampai ke pusat kegiatan lingkungan; dan

b) Menghubungkan antarpusat kegiatan Nasional.

LAPORAN AKHIR 2-2


PENYUSUNAN SISTEM DATABASE JALAN LINGKUNGAN PERKOTAAN

Sistem jaringan primer disusun mengikuti ketentuan pengaturan tata ruang dan

struktur pengembangan wilayah tingkat Nasional yang menghubungkan simpul-

simpul jasa distribusi sebagai berikut:

a) Jalan arteri primer

Jalan ini menghubungkan secara berdaya guna antarpusat kegiatan nasional atau

antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah, dengan

persyaratan teknis sebagaimana diatur dalam PP No. 34 tahun 2006, sebagai

berikut:

i. Didesain paling rendah dengan kecepatan 60 km/jam;

ii. Lebar badan jalan paling sedikit 11 meter;

iii. Kapasitas lebih besar daripada volume lalu lintas rata-rata;

iv. Lalu-lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang-alik, lalu

lintas lokal dan kegiatan lokal;

v. Jumlah jalan masuk, ke jalan arteri primer, dibatasi secara effisien

sehingga kecepatan 60 km/jam dan kapasitas besar tetap terpenuhi;

vi. Jalan arteri primer yang memasuki kawasan perkotaan dan/atau kawasan

pengembangan perkotaan tidak boleh terputus.

b) Jalan kolektor primer, merupakan jalan yang menghubungkan secara berdaya

guna antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat

kegiatan wilayah, atau antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal.

Adapun persyaratan teknis dari jalan ini, sebagai berikut:

i. Didesain paling rendah dengan kecepatan 40 km/jam;

ii. Lebar badan jalan paling sedikit 9 meter;

iii. Kapasitas lebih besar dari volume lalu-lintas rata-rata;

iv. Jumlah jalan masuk dibatasi, dan direncanakan sehingga dapat dipenuhi

kecepatan paling rendah 40 km/jam;

v. Jalan kolektor primer yang memasuki kawasan perkotaan tidak boleh

terputus.

LAPORAN AKHIR 2-2


PENYUSUNAN SISTEM DATABASE JALAN LINGKUNGAN PERKOTAAN

c) Jalan lokal primer

Merupakan jalan yang menghubungkan secara berdaya guna pusat kegiatan

nasional dengan pusat kegiatan lingkungan, pusat kegiatan wilayah dengan pusat

kegiatan lingkungan, antarpusat kegiatan lokal, atau pusat kegiatan lokal dengan

pusat kegiatan lingkungan, serta antarpusat kegiatan lingkungan. Adapun

persyaratan teknis dari jalan ini, sebagai berikut:

i. Didesain paling rendah dengan kecepatan 20 km/jam;

ii. Lebar badan jalan paling sedikit 7,5 meter;

iii. Jalan lokal primer yang memasuki kawasan pedesaan tidak boleh terputus.

d) Jalan lingkungan primer

Merupakan jalan yang menghubungkan antarpusat kegiatan di dalam kawasan

perdesaan dan jalan di dalam lingkungan kawasan perdesaan. Adapun persyaratan

teknis dari jalan ini, sebagai berikut:

i. Didesain paling rendah dengan kecepatan 15 km/jam;

ii. Lebar badan jalan paling sedikit 6,5 meter;

iii. Jalan lingkungan primer yang tidak diperuntukkan bagi kendaraan

bermotor beroda tiga atau lebih harus memiliki lebar badan jalan paling

sedikit 3,5 meter.

2. Sistem Jaringan Jalan Sekunder


Sistem jaringan jalan sekunder disusun berdasarkan rencana tata ruang wilayah

kabupaten/kota dan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di

dalam kawasan perkotaan yang menghubungkan secara menerus kawasan yang

mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua, fungsi

sekunder ketiga, dan seterusnya sampai ke persil. Fungsi jalan pada sistem jaringan

jalan sekunder terdiri dari :

a) Jalan Arteri Sekunder

Jalan ini menghubungkan menghubungkan kawasan primer dengan kawasan

sekunder kesatu, kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kesatu, atau

kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua. Adapun persyaratan

teknisnya, sebagai berikut:

LAPORAN AKHIR 2-2


PENYUSUNAN SISTEM DATABASE JALAN LINGKUNGAN PERKOTAAN

i. Didesain berdasarkan kecepatan paling rendah 30 km/jam;

ii. Kapasitas sama atau lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata;

iii. Lebar badan jalan paling sedikit 11 meter;

iv. Pada jalan arteri sekunder, lalu-lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu-

lintas lambat;

v. Persimpangan sebidang dengan pengaturan tertentu harus memenuhi

kecepatan tidak kurang dari 30 km/jam.

b) Jalan kolektor sekunder

Jalan ini menghubungkan menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan

kawasan sekunder kedua atau kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder

ketiga. Adapun persyaratan teknisnya, sebagai berikut :

i. Didesain berdasarkan kecepatan paling rendah 20 km/jam;

ii. Lebar badan jalan paling sedikit 9 meter;

iii. Memiliki kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata;

iv. Lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat;

v. Persimpangan sebidang dengan pengaturan tertentu harus memenuhi

kecepatan tidak kurang dari 20 km/jam.

c) Jalan lokal sekunder

Jalan ini menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan perumahan, kawasan

sekunder kedua dengan perumahan, kawasan sekunder ketiga dan seterusnya

sampai ke perumahan. Adapun persyaratan teknisnya, sebagai berikut:

i. Didesain berdasarkan kecepatan paling rendah 10 km/jam;

ii. Lebar badan jalan tidak kurang dari 7,5 meter.

d) Jalan lingkungan sekunder

Jalan ini menghubungkan antar persil dalam kawasan perkotaan. Adapun

persyaratan teknisnya, sebagai berikut:

i. Didesain berdasarkan kecepatan paling rendah 10 km/jam, diperuntukkan

bagi kendaraan bermotor beroda tiga atau lebih;

LAPORAN AKHIR 2-2


PENYUSUNAN SISTEM DATABASE JALAN LINGKUNGAN PERKOTAAN

ii. Lebar badan jalan tidak kurang dari 6,5 meter;Jalan yang tidak diperuntukkan

bagi kendaraan bermotor beroda tiga atau lebih harus mempunyai lebar

badan jalan paling sedikit 3,5 meter.

2.2. Klasifikasi menurut status jalan


Berdasarkan PP No. 34 tahun 2006 Pasal 25 sampai 30, jaringan jalan yang

diklasifikasikan menurut statusnya dibedakan menjadi 5 (lima) jenis, yaitu sebagai berikut:

1. Jalan Nasional

Jalan yang diklasifikasikan dalam jalan nasional adalah jalan arteri primer; jalan

kolektor primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi; jalan tol; serta jalan

strategis Nasional.

2. Jalan Provinsi

Jalan yang diklasifikasikan dalam jalan provinsi adalah jalan kolektor primer yang

menghubungkan ibukota Provinsi dengan ibukota Kabupaten/Kota; jalan kolektor

primer yang menghubungkan antar ibukota Kabupaten/Kota; jalan strategis provinsi;

serta jalan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta, kecuali jalan sebagaimana dimaksud

dalam Jalan Nasional.

3. Jalan Kabupaten

Jalan yang diklasifikasikan dalam jalan kabupaten adalah jalan kolektor primer yang

tidak termasuk dalam jalan nasional dan kelompok jalan provinsi; jalan lokal primer

yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, ibukota

kabupaten dengan pusat desa, antar ibukota kecamatan, ibukota kecamatan

dengan desa, dan antar desa; jalan sekunder lain, selain sebagaimana dimaksud

sebagai jalan nasional, dan jalan provinsi; serta jalan yang mempunyai nilai strategis

terhadap kepentingan Kabupaten.

4. Jalan Kota

Jalan yang diklasifikasikan dalam jalan provinsi kota adalah jaringan jalan sekunder di

dalam kota.

LAPORAN AKHIR 2-2


PENYUSUNAN SISTEM DATABASE JALAN LINGKUNGAN PERKOTAAN

5. Jalan Desa

Jalan yang diklasifikasikan dalam jalan desa adalah jalan lingkungan primer dan jalan

lokal primer yang tidak termasuk jalan kabupaten di dalam kawasan pedesaan, dan

merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antar pemukiman di

dalam desa.

2.3. Klasifikasi menurut kelas jalan


Kelas jalan dapat dikelompokkan berdasarkan penggunaan jalan dan kelancaran lalu

lintas dan angkutan jalan, sebagaimana telah diatur sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan di bidang lalu lintas dan angkutan jalan; serta spesifikasi penyediaan prasarana

jalan. Kelas jalan berdasarkan spesifikasi penyediaan prasarana jalan dibedakan menjadi jalan

bebas hambatan, jalan raya, jalan sedang, dan jalan kecil. Maksud dari spesifikasi di

sini meliputi pengendalian jalan masuk, persimpangan sebidang, jumlah dan lebar lajur,

ketersediaan medan, serta pagar.

1. Jalan Bebas Hambatan


Spesifikasi yang diatur untuk jalan bebas hambatan meliputi pengendalian jalan

masuk secara penuh, tidak ada persimpangan sebidang, dilengkapi pagar ruang milik

jalan, dilengkapi dengan median, paling sedikit mempunyai 2 (dua) lajur setiap arah,

dan lebar lajur paling sedikit 3,5 (tiga koma lima) meter.

2. Jalan Raya
Spesifikasi untuk jalan raya yang dimaksud adalah jalan umum untuk lalu lintas secara

menerus dengan pengendalian jalan masuk secara terbatas dan dilengkapi dengan

median, paling sedikit 2 (dua) lajur setiap arah, lebar lajur paling sedikit 3,5 (tiga koma

lima) meter.
3. Jalan Sedang
Spesifikasi untuk jalan sedang yang dimaksud adalah jalan umum dengan lalu lintas

jarak sedang dengan pengendalian jalan masuk tidak dibatasi, paling sedikit 2 (dua)

lajur untuk 2 (dua) arah dengan lebar jalur paling sedikit 7 (tujuh) meter.

LAPORAN AKHIR 2-2


PENYUSUNAN SISTEM DATABASE JALAN LINGKUNGAN PERKOTAAN

4. Jalan Kecil
Spesifikasi untuk jalan kecil yang dimaksud adalah jalan umum untuk melayani lalu

lintas setempat, paling sedikit 2 (dua) lajur untuk 2 (dua) arah dengan lebar jalur paling

sedikit 5,5 (lima koma lima) meter.

2.4. Bagian - Bagian Jalan

Bagian-bagian jalan meliputi ruang manfaat jalan (RUMAJA), ruang milik jalan

(RUMIJA), dan ruang pengawasan jalan (RUWASJA). Penjelasan mengenai bagian-bagian

jalan menjadi penting pada penelitian ini untuk mengetahui persyaratan ideal bagi ruang

jalan, sehingga kriteria pada informasi kondisi sosial dapat didefinisikan. Penjelasan dari

masing-masing bagian jalan tersebut dapat dilihat sebagai berikut.

1. Ruang Manfaat Jalan (RUMAJA)


Ruang manfaat jalan merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi,

dan kedalaman tertentu yang ditetapkan oleh penyelenggara jalan yang bersangkutan

berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri, yang meliputi badan jalan,

saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya. RUMAJA hanya diperuntukkan bagi

median, perkerasan jalan, jalur pemisah, bahu jalan, saluran tepi jalan, trotoar,

lereng, ambang pengaman, timbunan dan galian, gorong-gorong, perlengkapan

jalan, dan bangunan pelengkap lainnya. Dalam rangka menunjang pelayanan lalu lintas

dan angkutan jalan serta pengamanan konstruksi jalan, maka badan jalan dilengkapi

dengan ruang bebas, dimana ruang bebas disini maksudnya adanya pembatasan untuk

lebar, tinggi, dan kedalaman tertentu. Ruang bebas untuk jalan arteri maupun kolektor

adalah dengan tinggi paling rendah 5 (lima) meter serta kedalaman paling rendah 1,5

(satu koma lima) meter dari permukaan jalan.


2. Ruang Milik Jalan (RUMIJA)
Ruang milik jalan merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar,

kedalaman, dan tinggi tertentu, dimana terdiri dari ruang manfaat jalan dan sejalur

tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan yang dapat dimanfaatkan sebagai ruang

terbuka hijau yang berfungsi sebagai landscape jalan. Ruang milik jalan diperuntukkan

bagi ruang manfaat jalan, pelebaran jalan, dan penambahan jalur lalu lintas di masa

LAPORAN AKHIR 2-2


PENYUSUNAN SISTEM DATABASE JALAN LINGKUNGAN PERKOTAAN

akan datang serta kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan. Jika mengacu pada PP

Nomor 34 Tahun 2006, maka terdapat lebar minimum RUMIJA, seperti sebagai berikut:

a. Jalan Bebas Hambatan : 30 meter

b. Jalan Raya : 25 meter

c. Jalan Sedang : 15 meter

d. Jalan Kecil : 11 meter

3. Ruang Pengawasan Jalan (RUWASJA)


Ruang pengawasan jalan merupakan ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang

penggunaannya ada di bawah pengawasan penyelenggara jalan, dimana

diperuntukkan bagi pandangan bebas pengemudi dan pengamanan konstruksi

jalan serta pengamanan fungsi jalan. Terdapat lebar ruang pengawasan jalan minimum

yang ditentukan dari tepi badan jalan dengan ukuran sebagai berikut:

a. Jalan Arteri Primer : 15 meter

b. Jalan Kolektor Primer : 10 meter

c. Jalan Lokal Primer : 7 meter

d. Jalan Lingkungan Primer : 5 meter

e. Jalan Arteri Sekunder : 15 meter

f. Jalan Kolektor Sekunder : 5 meter

g. Jalan Lokal Sekunder : 3 meter

h. Jalan Lingkungan Sekunder : 2 meter

i. Jembatan 100 meter kearah hulu dan hilir

Untuk informasi lebih jelas mengenai bagian-bagian jalan yang tergolong dalam

RUMAJA, RUMIJA, dan RUWASJA dapat dilihat pada Gambar 2.1 sebagai berikut :

LAPORAN AKHIR 2-2


PENYUSUNAN SISTEM DATABASE JALAN LINGKUNGAN PERKOTAAN

Sumber: PP No. 34 Tahun 2006

Gambar 2.1
Bagian – Bagian Jalan

Menurut Penjelasan Pasal 35 PP Nomor 34 tahun 2006, yang dimaksud badan jalan

meliputi jalur lalu lintas, dengan atau tanpa jalur pemisah, dan bahu jalan.

2.5. Istilah Umum Pekerjaan Pendataan Jalan

1. Ruas Jalan

Adalah jalan antara dua simpul yang mempunyai karakteristik lalu lintas yang relative

sama.

2. Simpul

Adalah suatu titik dari suatu jaringan jalan yang timbul sebagai akibt adanya

persimpangan (termasuk simpang susun), batas kota, atau kegiatan lalu lintas maupun

non lalu lintas yang memanfaatkan jaringan jalan tersebut, sehingga menimbulkan

karakteristik lalu lintas yang berdeda pada ruas jalan tersebut. Contoh kegiatan Non

Lalu lintas yaitu pasar, pabrik, tempat rekreasi dan sebagainya.

3. Nomor Simpul

Adalah sederet angka yang berlaku hanya untuk simpul.

LAPORAN AKHIR 2-2


PENYUSUNAN SISTEM DATABASE JALAN LINGKUNGAN PERKOTAAN

4. Nomor Ruas Jalan

Adalah nomor kedua simpul yang mengapit ruas jalan tersebut.

5. Persimpangan

Adalah persimpangan antara dua atau lebih ruas jalan yang mempunyai karakteristik

lalu lintas hamper sama. Persimpangan dimana salah satu kakinya mempunyai volume

lalu lintas kurang dari 25 % terhadap kaki lainnya tidak dikodefikasikan sebagai simbul.

6. Kekerasan Permukaan

Kekerasan permmukaan (tekstur) adalah kondisi permukaan perkerasan dilihat dari

keadaan bahan batuan, aspal, dan ikatan antara kedua bahan tersebut.

7. Tambalan/ Patching

Tambalan adalah keadaan permukaan perkerasan jalan setempat dengan kedalaman

minimal sama dengan tebal lapis permukaan.

8. Lubang

Lubang adalah kerusakan perkerasan jalan setempat dengan kedalaman minimal sama

dengan tebal lapis permukaan.

9. Retak – retak

Berdasarkan jenisnya retak jalan dibagi menjadi retak buaya, retak acak, retak

melintang dan retak memanjang.

10. Alur

Alur adalah penurunan memanjang yang di sebabkan oleh roda kendaraan.

11. Keriting/ gelombang

Adalah perubahan-perubahan bahan perkerasan kearah melintang berbentuk

gelombang. Gelombang merupakan kerusakan-kerusakan struktur sedangkan keriting

merupakan kerusakan permukaan.

12. Amblas

Amblas adalah penurunan setempat pada suatu bidang perkerasan yang biasanya

terjadi dengan bentuk tidak menentu tanpa terlepasnya material perkerasan.

LAPORAN AKHIR 2-2


PENYUSUNAN SISTEM DATABASE JALAN LINGKUNGAN PERKOTAAN

13. Selokan Samping

Adalah saluran pembuang terbuka maupun tertutup yang terletak dikiri/ kanan jalan

yang berfungsi mengumpulkan dan mengalirkan air hujan yang berasal dari

permukaan badan jalan.

14. Bahu Jalan

Adalah suatu struktur yang berdampingan dengan jalur lalu lintas yang diperuntukan

guna melindungi perkerasan, mengamankan kebebasan samping dan menyediaakan

ruang tempat berhenti sementara.

2.6. Bangunan Pelengkap Jalan (Saluran Drainase)

Dalam kegiatan ini dicantumkan juga tentang informasi bangunan pelengkap jalan

sebagai salah satu ruang lingkup yang perlu di identifikasi. Salah satu bangunan pelengkap

yang dimaksud dalam kegiatan ini adalah saluran drainase yang berada disisi kanan kiri jalan

lingkungan. Berikut ini adalah kajian mengenai saluran drainase.

1. Definisi Drainase
Drainase merupakan suatu tindakan teknis untuk mengurangi kelebihan air, baik yang

berasal dari air hujan, rembesan, maupun kelebihan air irigasi dari suatu kawasan atau

lahan,sehingga fungsi kawasan atau lahan tidak terganggu (Suripin, 2004). Selain itu,

drainase dapat juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah. Jadi,

drainase menyangkut tidak hanya air permukaan tapi juga air tanah. Sesuai dengan prinsip

sebagai jalur pembuangan maka pada waktu hujan, air yang mengalir di permukaan

diusahakan secepatnya dibuang agar tidak menimbulkan genangan yang dapat

mengganggu aktivitas dan bahkan dapat menimbulkan kerugian (R. J. Kodoatie, 2005).

Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna

memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan

kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Berikut beberapa pengertian drainase. Menurut

Dr. Ir. Suripin, M.Eng. (2004;7) drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang,

atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan

air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan

atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai

LAPORAN AKHIR 2-2


PENYUSUNAN SISTEM DATABASE JALAN LINGKUNGAN PERKOTAAN

suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara-

cara penangggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut. (Suhardjono

1948:1). Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari prasarana

umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman,

nyaman, bersih, dan sehat. Prasarana drainase disini berfungsi untuk mengalirkan air

permukaan ke badan air (sumber air permukaan dan bawah permkaan tanah) dan atau

bangunan resapan. Selain itu juga berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air permukaan

dengan tindakan untuk memperbaiki daerah becek, genangan air dan banjir. Sehingga

dapat disimpulkan drainase adalah suatu system untuk menangani kelebihan air. Kelebihan

air yang perlu ditangani atau dibuang meliputi:

 Air atau aliran/limpasasn diatas permukaan tanah ( surface flow atau surface run off)

 Aliran bawah tanah (subsurface flow atau subflow)

Pada dasarnya drainase tidak diperlukan bila kelebihan air yang tidak menimbulkan

permasalahan bagi masyarakat. Drainase diperlukan bila air kelebihan menggenang pada

daerah-daerah yang mempunyai nilai ekonomis seperti daerah perkotaan, pertanian,

industri, dan pariwisata.

2. Sistem Drainase
Pertumbuhan kota dan perkembangan industri menimbulkan dampak yang cukup

besar pada siklus hidrologi sehingga berpengaruh besar terhadap sistem drainase perkotaan.

Setiap perkembangan kota harus diikuti dengan perbaikan sistem drainase. Jaringan

drainase perkotaan meliputi seluruh alur air, baik alur alam maupun alur buatan yang

hulunya terletak di kota dan bermuara di sungai yang melewati kota tersebut atau bermuara

ke laut di tepi kota tersebut.

Jika dilihat dari hulunya, bangunan sistem drainase terdiri dari saluran penerima

(interceptor drain), saluran pengumpul (collector drain), saluran pembawa (conveyor drain),

saluran induk (main drain) dan badan air penerima ( receiving waters). Di sepanjang sistem

sering dijumpai bangunan lainnya, seperti gorong-gorong, siphon, jembatan air ( aquaduct),

pelimpah, pintu-pintu air, bangunan terjun, kolam tando dan stasiun pompa. Pada sistem

yang lengkap, sebelum masuk ke badan air penerima, air diolah dahulu di instalasi pengolah

air limbah (IPAL), khususnya untuk sistem tercampur. Hanya air yang telah memenuhi baku

LAPORAN AKHIR 2-2


PENYUSUNAN SISTEM DATABASE JALAN LINGKUNGAN PERKOTAAN

mutu tertentu yang dimasukan ke badan air penerima, sehingga tidak merusak lingkungan.

Menurut R. J. Kodoatie sistem jaringan drainase di dalam wilayah kota dibagi atas 2 (dua)

bagian yaitu:

 Sistem drainase mayor adalah sistem saluran yang menampung dan mengalirkan air

dari suatu daerah tangkapan air hujan ( Catchment Area). Biasanya sistem ini

menampung aliran yang berskala besar dan luas seperti saluran drainase primer.

 Sistem drainase minor adalah sistem saluran dan bangunan pelengkap drainase yang

menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan dimana sebagian besar

di dalam wilayah kota, contohnya seperti saluran atau selokan air hujan di sekitar

bangunan. Dari segi kontruksinya sistem ini dapat dibedakan menjadi sistem saluran

tertutup dan sistem saluran terbuka.

Konsep dasar pengembangan sistem drainase yang berkelanjutan adalah

meningkatkan daya guna air, meminimalkan kerugian, serta memperbaiki dan konservasi

lingkungan (Suripin, 2004). Untuk itu diperlukan usaha-usaha yang komprehensif dan

integratif yang meliputi seluruh proses, baik yang bersifat struktural maupun non struktural,

untuk mencapai tujuan tersebut. Konsep Sistem Drainase yang Berkelanjutan prioritas utama

kegiatan harus ditujukan untuk mengelola limpasan permukaan dengan cara

mengembangkan fasilitas untuk menahan air hujan.

3. Jenis-Jenis Drainase
Drainase secara umum dibagi menjadi dua bagian yaitu drainase permukaan tanah

(Surface drainage) dan drainase bawah permukaan tanah ( Sub surface drainage). Dalam

perencanaan keduanya memilki konsep dasar yang berbeda, namun dalam perencanaan

sistem drainase tentu perlu direncanakan baik drainase permukaan maupun drainase bawah

permukaan.

a) Drainase Permukaan:

i. Drainase Perkotaan

Semua kota-kota besar mempunyai system drainase untuk pembuangan air hujan.

Aliran permukaan dialirkan melalui saluran tersier, sekunder, kemudian berkumpul di

saluran primer (utama) untuk kemudian dibuang ke dalam sungai, danau, laut.

Pembuangan sedapat mungkin dilakukan dengan cara gravitasi, apabila tak mungkin

LAPORAN AKHIR 2-2


PENYUSUNAN SISTEM DATABASE JALAN LINGKUNGAN PERKOTAAN

maka digunakan sistem pompa dengan bangunan pendukung. Saluran dapat berupa

saluran tertutup ataupun saluran terbuka yang sesuai dengan kebutuhan dan sistem

pemeliharaan yang ada. Dilihat dari cara pemeliharaan saluran terbuka lebih mudah

dibandingkan yang tertutup.

ii. Drainase Lahan

Drainase lahan bertujuan membuang kelebihan air permukaan dari suatu daerah atau

menurunkan taraf muka air tanah sampai dibawah daerah akar, untuk memperbaiki

tumbuhnya tanaman atau menurunkan akumulasi garam-garam tanah, kondisi ini

difungsikan untuk pertanian dan perkebunan.

iii. Drainase Jalan

Drainase jalan raya dibedakan untuk perkotaan dan luar kota. Umumnya di perkotaan

dan luar perkotaan drainase jalan raya selalu mempergunakan drainase muka tanah

(Surface drainage). Di perkotaan saluran muka tanah selalu ditutup sebagai bahu jalan

atau trotoar. Walaupun juga sebagaiman diluar perkotaan, ada juga saluran drainase

muka tanah tidak tertutup (terbuka lebar), dengan sisi atas saluran rata dengan muka

jalan sehingga air dapat masuk dengan bebas. Drainase jalan raya di perkotaan elevasi

sisi atas selalu lebih tinggi dari sisi atas muka jalan .Air masuk ke saluran melalui inflet.

Inflet yang ada dapat berupa inflet tegak ataupun inflet horizontal. Untuk jalan raya

yang lurus, kemungkinan letak saluran pada sisi kiri dan sisi kanan jalan. Jika jalan ke

arah lebar miring ke arah tepi, maka saluran akan terdapat pada sisi tepi jalan atau

pada bahu jalan, sedangkan jika kemiringan arah lebar jalan kea rah median jalan maka

saluran akan terdapat pada median jalan tersebut. Jika jalan tidak lurus ,menikung,

maka kemiringan jalan satu arah , tidak dua arah seperti jalan yang lurus. Kemiringan

satu arah pada jalan menikung ini menyebabkan saluran hanya pada satu sisi jalan

yaitu sisi yang rendah. Untuk menyalurkan air pada saluran ini pada jarak

tertentu,direncanakan adanya pipa nol yang diposisikan dibawah badan jalan untuk

mengalirkan air dari saluran.

b) Drainase Bawah Permukaan

i. Drainase Lapangan Bola

ii. Drainase Lapangan Terbang / Bandar Udara

LAPORAN AKHIR 2-2


PENYUSUNAN SISTEM DATABASE JALAN LINGKUNGAN PERKOTAAN

4. Permasalahan drainase:
Permasalahan drainase perkotaan bukanlah hal yang sederhana. Banyak faktor yang

mempengaruhi dan pertimbangan yang matang dalam perencanaan, antara lain:

i. Peningkatan debit, manajemen sampah yang kurang baik memberi kontribusi

percepatan pendangkalan/penyempitan saluran dan sungai. Kapasitas sungai dan

saluran drainase menjadi berkurang, sehingga tidak mampu menampung debit yang

terjadi, air meluap dan terjadilah genangan.

ii. Peningkatan jumlah penduduk, meningkatnya jumlah penduduk perkotaan yang

sangat cepat, akibat dari pertumbuhan maupun urbanisasi. Peningkayan jumlah

penduduk selalu diikuti oleh penambahn infrastruktur perkotaan, disamping itu

peningkatn penduduk juga selalu diikuti oleh peningkatan limbah, baik limbah cair

maupun pada sampah.

iii. Amblesan tanah, disebabkan oleh pengambilan air tanah yang berlebihan,

mengakibatkan beberapa bagian kota berada dibawah muka air laut pasang.

iv. Penyempitan dan pendangkalan saluran;

v. Reklamasi;

vi. Limbah sampah dan pasang surut.

5. Penanganan drainase perkotaan :


a) Diadakan penyuluhan akan pentingnya kesadaran membuang sampah;

b) Dibuat bak pengontrol serta saringan agar sampah yang masuk ke drainase dapat

dibuang dengan cepat agar tidak mengendap;

c) Pemberian sanksi kepada siapapun yang melanggar aturan terutama pembuangan

sampah sembarangan agar masyarakat mengetahui pentingnya melanggar drainase;

d) Peningkatan daya guna air, meminimalkan kerugian serta memperbaiki konservasi

lingkungan;

e) Mengelola limpasan dengan cara mengembangkan fasilitas untuk menahan air hujan,

menyimpan air hujan maupun pembuatan fasilitas resapan.

6. Pola Saluran Drainase


Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna

memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan

LAPORAN AKHIR 2-2


PENYUSUNAN SISTEM DATABASE JALAN LINGKUNGAN PERKOTAAN

kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Menurut Suripin (2004:7) dalam bukunya yang

berjudul Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan, drainase mempunyai arti

mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air.

Pola drainase yang ada pada umumnya terdapat di kawasan permukiman di Indonesia

dapat dibedakan menjadi 6 pola (Hasmar, 2012:5). Berikut ini adalah pola-pola jaringan

drainase yang sekaligus digunakan sebagai sarana pembuangan air limbah domestik yang

berasal dari kegiatan rumah tangga (grey water).

a) Siku

Pembuatannya pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi dari pada

sungai. Sungai sebagai saluran pembuang akhir berada akhir berada di tengah kota.

Gambar 2.2 Pola Jaringan Siku

b) Paralel

Saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Dengan saluran cabang (sekunder)

yang cukup banyak dan pendek-pendek, apabila terjadi perkembangan kota, saluran-

saluran akan dapat menyesuaikan diri.

Gambar 2.3 Pola Jaringan Paralel


c) Grid Icon

Untuk daerah dimana sungainya terletak di pinggir kota, sehingga saluran-saluran cabang

dikumpulkan dulu pada saluran pengumpulan.

LAPORAN AKHIR 2-2


PENYUSUNAN SISTEM DATABASE JALAN LINGKUNGAN PERKOTAAN

Gambar 2.4 Pola Jaringan Grid Icon


d) Alamiah

Sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola alamiah lebih besar.

Gambar 2.5 Pola Jaringan Alamiah


e) Radial

Pada daerah berbukit, sehingga pola saluran memencar ke segala arah.

Gambar 2.6 Pola Jaringan Radial

f) Jaring-Jaring

Mempunyai saluran-saluran pembuang yang mengikuti arah jalan raya dan cocok untuk

daerah dengan topografi datar.

LAPORAN AKHIR 2-2


PENYUSUNAN SISTEM DATABASE JALAN LINGKUNGAN PERKOTAAN

Gambar 2.7 Pola Jaringan Jaring-Jaring

2.7. Teknologi Sistem Informasi


1. Pengertian Sistem informasi

Sistem informasi adalah sistem perencanaan bagian dari pengendalian internal

kelembagaan yang meliputi pemanfaatan manusia, dokumen, teknologi, dan prosedur untuk

memecahkan masalah kelembagaan seperti biaya, layanan, atau strategi pengelolaan. Sistem

informasi digunakan untuk menganalisis data dan informasi yang ada pada aktivitas

operasional yang bertalian dengan otomasi atau dukungan terhadap pengambilan

keputusan (wikipedia). Selain itu, Sistem Informasi didefinisikan oleh beberapa ahli adalah

sebagai berikut :

 Sistem informasi merupakan suatu sistem yang menerima data dan input lainnya dan

memprosesnya menjadi informasi sebagai output

 Suatu sistem infomasi mengumpulkan, menyimpan, memproses, dan menyebarkan

informasi untuk suatu tujuan tertentu.

 Sistem Informasi adalah sekumpulan elemen yang saling berhubungan (terintegrasi),

yang mengumpulkan (atau mendapatkan), menyimpan, memproses, dan menyebarkan

informasi untuk menunjang pengambilan keputusan dan tujuan lain, baik orang maupun

organisasi.

Adapun Tujuan Sistem Informasi adalah sebagai berikut :

 Menyediakan informasi yang dipergunakan di dalam menganalisa jaringan jalan, kondisi

dan karekateristiknya dan tujuan lain yang diinginkan manajemen.

 Menyediakan informasi yang dipergunakan dalam perencanaan, pengendalian,

pengevaluasian, dan perbaikan berkelanjutan.

 Menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan.

LAPORAN AKHIR 2-2


PENYUSUNAN SISTEM DATABASE JALAN LINGKUNGAN PERKOTAAN

2. Word Wide Web (www)

layanan internet yang menggunakan konsep hypertext (dokumen elektronik yang

saling terkait). www telah diwujudkan menjadi sebentuk informasi yang dapat diakses

melalui internet dimana file - file komputer (dokumen-dokumen hypermedia) disimpan dan

kemudian diambil dengan cara-cara yang menggunakan metode penentuan alamat yang

unik. Cara kerja www mengikuti aturan - aturan tertentu untuk bisa berinteraksi antara server

dan client. Gambaran tentang cara kerja www bisa dilihat pada grafik dibawah ini:

 Dengan menggunakan browser (seperti Mozila Firefox, Google, Internet explorer, dll)

user memasukkan permintaan (query)

 Setelah ditekan tombol ok, maka permintaan tersebut akan terkirim ke web server dan

kemudian web server akan mengirimkan permintaan tersebut ke server script atau

program CGI

 Server script akan mengolah permintaan tersebut ke dalam database server, tempat

dimana tersimpan berbagai macam file

 Setelah selesai diolah di database server, kemudian hasil olahan database server tersebut

dikirim kembali ke server script.

 Server script akan mengirimkan hasil olahan database server ke web server

 Web server akan menampilkan hasil dari perintaan user dan user bisa melihat hasil

olahan tersebut di halaman web browse (carapedia.com)

3. Definisi Domain

Salah satu bidang yang banyak diminati orang saat ini adalah bisnis pengembangan web.

Bisnis ini termasuk bisnis yang mudah dilakukan oleh siapapun yang mempunyai

kemampuan dibidang pengembangan web baik yang mempunyai modal maupun tidak.

Bisnis jenis ini masih sangat terbuka di Indonesia. Hosting dan domain merupakan mata

rantai dari bisnis web development. Oleh karena itu, bisnis hosting dan domain juga

merupakan bisnis yang menjanjikan.

Berikut ini adalah pengertian dan definisi domain:

LAPORAN AKHIR 2-2


PENYUSUNAN SISTEM DATABASE JALAN LINGKUNGAN PERKOTAAN

 IRENE JOOS, NANCY ; Domain adalah identitas sebuah website di internet. Sebuah

domain terdiri dari nama domain dan ekstensi.

 SMITDEV COMMUNITY ; Domain adalah daerah di dalam kristal dimana semua sel satuan

pada daerah tersebut memiliki orientasi magnetik yang sama.

 YUHEFIZAR ; Domain adalah nama unik yang dimiliki oleh sebuah website yang terdiri

dari dua bagian dan dipisahkan oleh sebuah titik.

 MUHAMMAD TANZIR WILSON ; Domain adalah URL yang unik di internet sehingga situs

anda bisa diakses oleh pengunjung di seluruh dunia

4. Sistem Berbasis Komputer

Jaringan komputer dapat diartikan sebagai sebuah rangkaian dua atau lebih komputer.

Komputer-komputer ini akan dihubungkan satu sama lain dengan sebuah sistem

komunikasi. Dengan jaringan komputer ini dimungkinkan bagi setiap komputer yang

terjaring di dalamnya dapat saling tukar-menukar data, program, dan sumber daya

komputer lainnya seperti media penyimpanan, printer, dan lain-lain. Jaringan komputer yang

menghubungkan komputer-komputer yang berada pada lokasi berbeda dapat juga

dimanfaatkan untuk mengirim surat elektronik (e-mail), mengirim file data (upload) dan

mengambil file data dari tempat lain (download), dan berbagai kegiatan akses informasi

pada lokasi yang terpisah. Tujuan utama dari sebuah jaringan komputer adalah sharing

resource (berbagi sumber daya), dimana sebuah komputer dapat memanfaatkan sumber
daya yang dimiliki komputer lain yang berada dalam jaringan yang sama.

Perkembangan teknologi komunikasi data dan jaringan komputer dewasa ini sudah

tidak terbatas lagi hanya pada komputer. Berbagai perangkat teknologi komunikasi yang

hadir saat ini berkembang mengikuti perkembangan teknologi komputer, banyak

diantaranya mengintegrasikan perangkat komputer seperti mikroprosesor, memori, display,

storage, dan teknologi komunikasi ke dalamnya dan digunakan pada teknologi jaringan
komputer.

Suatu jaringan komputer terdiri atas:

1. Minimal dua buah computer;

2. Kartu jaringan (network interface card / NIC) pada setiap computer;

LAPORAN AKHIR 2-2


PENYUSUNAN SISTEM DATABASE JALAN LINGKUNGAN PERKOTAAN

3. Medium koneksi, yang menghubungkan kartu jaringan satu komputer ke komputer

lainnya, biasa disebut sebagai medium transmisi data, bisa berupa kabel maupun

nirkabel atau tanpa-kabel (wireless seperti radio, microwave, satelit, dsb);

4. Perangkat lunak sistem operasi jaringan (network operating system software /

NOSS) yang berfungsi untuk melakukan pengelolaan sistem jaringan, misalnya:

Microsoft Windows 2000 server, Microsoft Windows NT, Novell Netware, Linux, dan

sebagainya;

5. Peralatan interkoneksi seperti Hub, Bridge, Switch, Router, Gateway, apabila jaringan

yang dibentuk semakin luas jangkauannya.

2.8. Sistem Informasi Geografis

1. Pengertian Geografik Informasi Sistem

GIS adalah suatu sistem informasi menyangkut keberadaan obyek di permukaan bumi

berikut informasi yang terkandung di dalamnya yang mempunyai keterkaitan secara

geografis dengan obyek lainnya. Secara sederhana GIS dapat digambarkan sebagai suatu

sistem yang memberikan suatu jawaban atas suatu pertanyaan “Ada apa disana?” Di dalam

GIS, sistem yang dikembangkan adalah menyangkut segala hal yang berhubungan dengan

pengumpulan, manajemen data spasial dan analisis terhadap obyek yang dilakukan dengan

membuat overlay antar obyek.

GIS didefinisikan sebagai suatu sistem manajemen database yang terkomputerisasi

untuk mendapatkan data, mengumpulkan data, mengolah kembali, mentransformasikan dan

melakukan analisis sekaligus menampilkan obyek baik secara spasial maupun dalam bentuk

tabel. Secara lebih komprehensif GIS didefinisikan sebagai suatu sistem yang terintegrasi

menggunakan perangkat komputer untuk melakukan proses yang berkelanjutan dan

menyeluruh yang meliputi pengumpulan data (capture), penyimpanan data (storage),

pengaksesan data (retrieval), analisis dan menampilkan data (display) menggunakan posisi

obyek di permukaan bumi yang terintegrasi untuk mendukung pengambilan keputusan.

Sistem informasi geografis atau Geographical Information System (GIS) menawarkan

suatu sistem yang mengintegrasikan data yang bersifat keruangan (spasial/geografis)

dengan data tekstual yang merupakan deskripsi menyeluruh tentang obyek dan

keterkaitannya dengan obyek lain. Dengan sistem ini data dapat dikelola, dilakukan

LAPORAN AKHIR 2-2


PENYUSUNAN SISTEM DATABASE JALAN LINGKUNGAN PERKOTAAN

manipulasi untuk keperluan analisis secara komprehensif dan sekaligus menampilkan

hasilnya dalam berbagai format baik dalam bentuk peta maupun berupa tabel atau report.

Perbedaan sistem GIS dengan sistem yang lain yang mirip dengan sistem GIS ditunjukkan

sebagai berikut.

2. Proses Pembuatan GIS

GIS sebagai suatu sistem database yang menggabungkan obyek spatial bersama-

sama dengan data tekstualnya yang mana tidak dapat saling terpisahkan seperti pada dua

sisi dari mata uang. Obyek spatial seperti yang biasa dikenal sebagai peta, informasi tektual

yang menyangkut obyek yang tergambar adalah sangatlah terbatas, bilamana dikehendaki

ditampilkan secara detail maka peta tersebut akan tampak ruwet dan bahkan mungkin tidak

terbaca. Selain itu obyek yang tergambar di peta adalah sebagai gambar semua obyek

menjadi satu kesatuan. Bilamana pengguna ingin mendapatkan satu atau beberapa obyek

saja tidak secara keseluruhan seperti tampak di peta, maka pengguna harus melakukan

“reproduksi” peta tersebut sesuai dengan yang diinginkan dan tentu saja dilakukan secara

manual.

Oleh karena itu pendekatan yang dilakukan dalam GIS adalah data disusun

berdasarakan layer yang menggambarkan informasi yag sejenis. Masing-masing layer dapat

“dilepas” untuk tidak ditampilkan bersama-sama. Selain itu juga layer merupakan sebagai

satu kesatuan informasi yang berdiri sendiri terlepas dari obyek lain. Ikatan yang ada dengan

layer lain adalah sistem koordinat yang memungkinkan layer-layer tersebut tampak seperti

berkaitan. Layer dapat diproses sebagai suatu data yang mempunyai informasi, maka layer

tersebut harus “diisi”. Hal ini dilakukan agar layer yang dibuat berbeda dengan sistem yang

ada di perangkat lunak Kelurahanin (AutoCAD misalnya). Pengisian layer menggunakan

aturan yang ada di dalam sistem database (misal dBase atau Ms Access). Dimana masing-

masing obyek dianggap sebagai record. Seperti diketahui di dalam sistem database, record

tersusun dari satu atau lebih field yang menjelaskan isi record tersebut. Aturan penamaan

field dan jenis datanya harus ditetapkan terlebih dahulu menurut informasi yang mungkin

mengisi field tersebut.

LAPORAN AKHIR 2-2

Anda mungkin juga menyukai