HERITABILITAS
Disusun oleh :
PRODI PETERNAKAN
2019
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikumWr. Wb.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
agar makalah ini dapat menjadi lebihbaik lagi. Akhir kata, penulis mengharapkan
agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Wassalamu'alaikumWr. Wb.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 1
1.2 Tujuan dan Manfaat .................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHAASAN ........................................................................................................ 3
A. Pengertian Heritabilitas .............................................................................................. 3
1. Heritabilitas arti luas .................................................................................................. 4
2. Heritabilitas arti sempit.............................................................................................. 5
4. Metode regresi tetua – anak...................................................................................... 7
5. Metode perhitungan satu arah .................................................................................. 7
B. Pengertian Korelasi Genetik ....................................................................................... 8
BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 12
3.2 Saran ................................................................................................................ 12
Daftar Pustaka................................................................................................................... 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Sapi Simmental atau yang lebih dikenal dengan sapi metal dikalangan
peternak, merupakan sapi yang berasal dari daerah Simme yang berada di
Switzeland. Namun sekarang lebih berkembang cepat di Benua Amerika, serta di
Australia dan Selandia Baru (New Zeland). Warna dari Sapi Simmental adalah
bulunya bewarna kuning hingga kecoklatan dengan warna putih di kepala. Bobot
badan sapi simmental jantan bisa mencapai 1.400 kg, sedangkan betina dewasa
600-800 kg dengan pertambahan bobotnya mencapai 1,5-2,1 kg per hari. Secara
genetik Sapi Simmental merupakan sapi yang berasal dari wilayah beriklim dingin
dan merupakan tipe sapi besar. Sapi Simmental membutuhkan adaptasi yang baik
karena terdapat perbedaan pemeliharaan lingkungan ditempat asalnya yang
beriklim subtropis dan Indonesia yang beriklim tropis
1
Sebaliknya pedet yang dilahirkan oleh induk yang sering melahirkan akan
mempunyai bobot lahir yang tinggi dan resiko kematian yang rendah. Untuk
mengetahui penyebab permasalahan tersebut dapat dihitung dengan menggunkan
heritabiltas. Heritabilitas yaitu kemampuan seekor ternak untuk mewariskan sifat
kepada anak-anaknya. Dengan demikian perbaikan genetik sapi potong jenis
Simmental dapat diperbarui untuk mendapatkan sapi-sapi bakalan yang
berkualitas.
2
BAB II
PEMBAHAASAN
A. Pengertian Heritabilitas
Heritabilitas menggambarkan bagian dari ragam fenotipik dalam satu
populasi yang disebabkan oleh hereditas (genetik). Dugaan heritabilitas
berhubungan dengan perbedaan individu atau kelompok individu dan tidak
dengan nilai absolutnya. Lebih jelasnya, dugaan heritabilitas suatu sifat
merupakan bagian dari perbedaan –perbedaan pada sifat tersebut dalam satu
populasi yang disebabkan oleh herrditas (genetik). Sebagai ilustrasi misalkan
heritabilitas ketebalan lemak punggung pada babi adalah 50 persen. Rata –rata
ketebalan lemak punggung pada babi yang mendekati berat 200 pon adalah 1,40
inci. Hal ini tidak berarti bahwa 0,70 inci disebabkan oleh lingkungan.
3
Bila suatu sifat mempunyai nilai h2 tinggi, maka dapat diartikan bahwa
terdapat hubungan yang sangat nyata antara nilai fenotipik dengan nilai
pemuliaan. Dengan demikian tingkat kesamaan pada nilai genotipik pada
individu-individu yang berkerabat menunjukkan tingkat kesamaaan pada nilai
feonotipiknya.
Heritabilitas suatu sifat tidak tetap, bisa berbeda dari populasi satu
dengan populasi lain dan dari lingkunagn satu ke lingkungan lain. Nilai h2
berbeda tergantung pada:
1) Periode pengambilan data. Nilai h2 dari data yang diambil pada suatu
periode waktu dapat berbeda bila digunakan data yang diambil pada
periode lain. Hal ini wajar karena adanya migrasi ternak (keluar-
masuknya ternak dari/ke suatu peternakan) yang menyebabkan
perbedaan jumlah data, dan adanya perubahan lingkungan (iklim,
pakan, penyakit dsb,).
2) Bangsa ternak. Nilai h2 untuk sifat pada suatu bangsa dapat berbeda
dari bangsa lainnya. Sebagai contoh, h2 bobot lahir sapi Ongole
berbeda dengan sapi Brahman meskipun data yang dianalisis berasal
dari wilayah yang sama dengan jumlah data yang sama.
3) Metode yang digunakan dalam pendugaan. Meskipun jumlah data
sama dan berasal dari peternakan/wilayah yang sama , tetapi bila
metode yang digunakan untuk menduga nilai heritabilitas berbeda,
maka hasil pendugaan dapat berbeda.
4) Jumlah dan asal data. Jumlah dan asal data yang berbeda menyebabkan
nilai h2 dugaan menjadi berbeda meskipun dianalisis dengan
menggunakan metode yang sama.
Heritabilitas dapat digunakan dalam arti sempit dan arti luas, dan adalah
penting untuk mengetahui perbedaan diantara keduanya.
4
Heritabilitas dalam arti luas mengukur pengaruh total genetic terhadap
penampilan suatu sifat, termasuk nilai pemuliaan dan nilai kombinasi gen.
Heritabilitas dalam arti luas ini bukan suatu konsep yang aplikatif. Dengan
demikian, karena nilai kombinasi gen tidak dapat diwariskan sehingga tidak
menggambarkan hubungan antara penampilan dan potensinya sebagai tetua.
2
𝑣𝐺 𝜎 2 𝐺
ℎ = =
𝑣𝑝 𝜎 2 𝑝
Keterangan:
𝜎 2 𝐺= ragam genetic yang terbagi menjadi tiga komponen yaitu ragam genetic
aditif
etic aditif terhadap ragam penotipnya. Hal ini hampir sama dengan persentase
kemajuan genetic yang diperoleh pada generasi yang akan dating apabila individu
–individu terbaik dipilih untuk tetua.
Sebagai satu ukuran matematik, heritabilitas selalu positif, berkisar dari nol
sampai satu, atau dalam bentuk persentase, 0%- 100%. Sifat –sifat dengan
heritabilitas mendekati nol hampir tidak heritable, dan sifat –sifat yang mendekati
satu adalah sangat heritable.
5
2
𝑣𝐺 𝜎 2 𝐺
ℎ = =
𝑣𝑝 𝜎 2 𝑝
𝜎 2 𝐺= ragam genetic yang terbagi menjadi tiga komponen yaitu ragam genetic
aditif
Sering juga terjadi, dugaan heritailitas untuk sifat adalah rendah (10-15
persen) atau lebih rendah lagi. Suatu dugaan heritabilitas yang rendah menyatakan
bahwa kolerasi yang rendah antara genotipe dan fenotipe.
6
4. Metode regresi tetua – anak
Metode ini membutuhkan data dua generasi, harus ada data tetua dan data
anak. Contoh: bila akan mengestimasi heritabilitas bobot sapih pada sapi perah,
harus ada data bobot sapih dari sejumlah pejantan yang ada dalam suatu
kelompok dan bobot sapih dari keturunan pejantan-pejantan tersebut. Metode ini
digunakan pada ternak unipara (beranak satu ekor dalam satu kelahiran). Pola
reproduksinya: pada suatu populasi setiap pejantan mengawini sejumlah induk,
dan dari setiap induk melahirkan satu anak.
∑𝑥𝑦
ℎ2 = 2𝑏 = 2
∑𝑥 2
Keterangan :
4. ̇ 𝜎 2 𝑠
ℎ2 =
(𝜎 2 𝑠 + 𝜎 2 𝑤)
Keterangan
7
B. Pengertian Korelasi Genetik
Sifat-sifat pada ternak yang saling berkorelasi menarik untuk dipelajari karena
beberapa alasan sebagai berikut: (a) berkaitan dengan korelasi genetik akibat aksi
gen pleiotropik. Pleiotropi merupakan sifat umum dari gen mayor tetapi masih
sedikit informasi tentang kejadian pleiotropi yang berpengaruh terhadap genetika
kuantitatif; (b) berkaitan dengan perubahan yang terjadi pada sifat yang
berkorelasi genetik akibat pelaksanaan seleksi pada satu sifat lainnya; (c)
berkaitan dengan seleksi alam, hubungan antara suatu sifat yang terukur dengan
penyesuaiannya merupakan sarana utama yang menentukan genetik suatu kinerja
dalam populasi alami .
8
acak. Korelasi genetik antara dua sifat juga dapat terjadi karena gen terangkai
yaitu dua gen yang terletak pada kromosom yang sama dan masing-masing
mengatur sifat yang berbeda. Kondisi tersebut terjadi pada populasi yang tidak
berada dalam keadaan keseimbangan genetik.
Korelasi genetik bermanfaat untuk melakukan seleksi pada suatu sifat yang
munculnya lebih akhir atau sifat yang dapat diukur setelah ternak mati (misalnya
karkas) berdasarkan sifat lain yang dapat diukur lebih awal atau tidak menunggu
saat ternak mati untuk meningkatkan kinerja ternak yang muncul pada akhir hidup
ternak. Kedua sifat yang akan ditingkatkan dalam seleksi harus memiliki korelasi
secara genetik.
Korelasi genetik antara dua sifat memiliki nilai yang rendah menunjukkan bahwa
hanya beberapa gen yang berpengaruh terhadap dua sifat. Salah sati contoh yang
baik adalah tipe dan kinerja sapi pedaging. Seleksi untuk meningkatkan tipe sapi
pedaging ternyata hanya tidak berpengaruh banyak terhadap kinerja sapi,
demikian pula sebaliknya. Seleksi untuk meningkatkan kinerja sapi pedaging
9
ternyata tidak berpengaruh banyak terhadap tipe sapi pedaging. Seleksi pada salah
satu sifat yang ternyata sifat tersebut memiliki nilai korelasi genetik bernilai
positif dan tinggi akan menghasilkan peningkatan kinerja pada dua sifat yang
berkorelasi walaupun seleksi tidak dilakukan secara langsung pada sifat kedua.
Misalnya seleksi untuk meningkatkan berat sapih pada kambing sekaligus dapat
meningkatkan berat setahunan karena antara berat sapih dengan berat setahunan
memiliki korelasi genetik bernilai positif dan tinggi. Berbeda dengan seleksi pada
sapi perah untuk meningkatkan produksi susu akan menurunkan kadar lemak susu
karena korelasi genetik antara produksi susu dengan kadar lemak bernilai negarif
dan berkisar antara sedang sampai tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa
pelaksanaan seleksi harus memperhatikan adanya korelasi genetik dengan sifat
lain yang berkorelasi.
Dua sifat yang diestimasi dengan metode tertentu dapat menunjukkan nilai yang
berbeda apabila diestimasi dengan metode yang berbeda karena setiap metode
memiliki kemampuan yang berbeda dalam menyingkirkan keragaman genetik non
aditif dari keragaman genetik aditif. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
korelasi genetik antara lain sistem pemuliabiakan yang diterapkan dalam populasi,
struktur data, dan metode estimasi.
Korelasi genetik dapat diestimasi dengan metode yang sama dengan metode
estimasi heritabilitas, diantaranya metode peragam saudara-saudara tiri sebapak,
metode peragam pola tersarang, dan metode peragam regresi anak terhadap tetua.
Korelasi genetik antara dua sifat diestimasi melalui prosedur statistik atau melalui
seleksi untuk satu sifat selama periode tertentu dan mengamati apakah ada
perubahan untuk sifat yang tidak diseleksi. Percobaan seleksi satu sifat harus
dirancang dengan hati-hati dan akurat untuk mengetahui apakah ada dua sifat
yang berkorelasi secara.genetik. Buku ini membahas metode estimasi korelasi
genetik secara statistik.
10
Model dan prosedur analisis keragaman sama dengan estimasi heritabilitas
namun ada dua sifat yang dianalisis yang dalam buku ini sifat pertama diberi
lambang X dan sifat kedua dengan lambang Y sehingga terdapat keragaman
antar pejantan pada sifat pertama ( S2( X) ) dan sifat kedua ( S2( Y ) ), keragaman
antar individu dalam pejantan pada sifat pertama ( 2W ( X ) ) dan sifat kedua ((
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
12
Daftar Pustaka
Agus Dwi.2014.Teori Korelasi Genetik di https//slidshare.net
https//satriabajahitam.com/laporan-singkat-pemuliaan/
Linda,2016. Ilmu Heretabilitas Dasar di http//akkutappblogspot.htm
13