Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH

ILMU PEMULIAAN TERNAK

HERITABILITAS

Disusun oleh :

RINY ANGRAENI 18.01.07.0.028-01


RUSMIN NURYADIN 18.01.07.0.029-01
RANDA ABDI M. 18.01.07.0.026-01
RENI ANGGREINI 18.01.07.0.027-01
SUKMAWATI 18.01.07.0.030-01

PRODI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS SAMAWA (UNSA)

2019
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikumWr. Wb.

Alhamdulillah..Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan


hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Manajemen
Pemuliaan Ternak ” Heritabilitas”.

Dalam penyusunan makalah ini,penulis mendapat banyak bantuan dari


berbagai sumber, baik dari buku maupun dari internet.Berkat sumber tersebut
semua kesuksesan ini dimulai, dan semoga semua ini bisa memberikan sebuah
nilai kebahagiaan dan menjadi bahan tuntunan kearah yang lebih baik lagi.Penulis
tentunya berharap isi makalah ini tidak meninggalkan celah, berupa kekurangan
atau kesalahan, namun kemungkinan akan selalu tersisa kekurangan yang tidak
disadari oleh penulis.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
agar makalah ini dapat menjadi lebihbaik lagi. Akhir kata, penulis mengharapkan
agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Wassalamu'alaikumWr. Wb.

Sumbawa, Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 1
1.2 Tujuan dan Manfaat .................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHAASAN ........................................................................................................ 3
A. Pengertian Heritabilitas .............................................................................................. 3
1. Heritabilitas arti luas .................................................................................................. 4
2. Heritabilitas arti sempit.............................................................................................. 5
4. Metode regresi tetua – anak...................................................................................... 7
5. Metode perhitungan satu arah .................................................................................. 7
B. Pengertian Korelasi Genetik ....................................................................................... 8
BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 12
3.2 Saran ................................................................................................................ 12
Daftar Pustaka................................................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sapi potong merupakan sapi yang dipelihara dengan tujuan utama sebagai
penghasil daging. Sapi potong biasa disebut sebagai sapi tipe pedaging. Adapun
ciri-ciri sapi pedaging adalah tubuh besar, berbentuk persegi empat atau balok,
kualitas dagingnya maksimum, laju pertumbuhan cepat, cepat mencapai dewasa,
efisiensi pakannya tinggi, dan mudah dipasarkan. Sapi potong adalah jenis sapi
khusus dipelihara untuk digemukkan karena karakteristiknya, seperti tingkat
pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup baik. Sapi-sapi ini umumnya
dijadikan sebagai sapi bakalan, dipelihara secara intensif selama beberapa bulan,
sehingga diperoleh pertambahan bobot badan ideal untuk dipotong.

Sapi Simmental atau yang lebih dikenal dengan sapi metal dikalangan
peternak, merupakan sapi yang berasal dari daerah Simme yang berada di
Switzeland. Namun sekarang lebih berkembang cepat di Benua Amerika, serta di
Australia dan Selandia Baru (New Zeland). Warna dari Sapi Simmental adalah
bulunya bewarna kuning hingga kecoklatan dengan warna putih di kepala. Bobot
badan sapi simmental jantan bisa mencapai 1.400 kg, sedangkan betina dewasa
600-800 kg dengan pertambahan bobotnya mencapai 1,5-2,1 kg per hari. Secara
genetik Sapi Simmental merupakan sapi yang berasal dari wilayah beriklim dingin
dan merupakan tipe sapi besar. Sapi Simmental membutuhkan adaptasi yang baik
karena terdapat perbedaan pemeliharaan lingkungan ditempat asalnya yang
beriklim subtropis dan Indonesia yang beriklim tropis

Terdapat beberapa permasalahan dalam industri perbibitan sapi potong


diantaranya yaitu tingkat mortalitas pedet prasapih yang tinggi, bahkan mencapai
50%. Rendahnya jumlah pedet yang dihasilkan disebabkan rendahnya jumlah
pedet yang mampu bertahan hidup, dan ini sehubungan dengan rendahnya bobot
lahir pedet. Terjadinya kondisi tersebut dipengaruhi oleh faktor induk, lingkungan
atau faktor genetik dan non genetik ternak. Pedet yang dilahirkan oleh sapi dara
akan mempunyai bobot lahir yang rendah dan resiko kematian yang tinggi.

1
Sebaliknya pedet yang dilahirkan oleh induk yang sering melahirkan akan
mempunyai bobot lahir yang tinggi dan resiko kematian yang rendah. Untuk
mengetahui penyebab permasalahan tersebut dapat dihitung dengan menggunkan
heritabiltas. Heritabilitas yaitu kemampuan seekor ternak untuk mewariskan sifat
kepada anak-anaknya. Dengan demikian perbaikan genetik sapi potong jenis
Simmental dapat diperbarui untuk mendapatkan sapi-sapi bakalan yang
berkualitas.

Materi tentang korelasi genetik merupakan materi yang penting dalam


pemuliaan ternak terutama dalam seleksi. Seleksi merupakan salah satu sistem
pemuliabiakan ternak selain dari sistem perkawinan. Pemahaman tentang korelasi
genetik berguna dalam menentukan sifat yang diseleksi dengan
mempertimbangkan pengaruh positif atau negaatif terhadap sifat lain yang tidak
diseleksi namun memiliki korelasi genetik dengan sifat yang diseleksi. Beberapa
masalah dan pertanyaan mungkin timbul dalam pikiran mahasiswa setelah
membaca materi tentang korelasi genetik dalam buku ajar ini . Pertanyaan dan
permasalahan tersebut mungkin tidak ada jawabannya dalam buku ajar. Oleh
karena itu, mahasiswa diharapkan menelusuri referensi yang disarankan dalam
daftar pustaka pada buku ajar ini atau menelusuri jurnal ilmiah.

1.2 Tujuan dan Manfaat


Adapun tujuan dan manfaaat dari pembuatan makalah ini adalah sebagai
berikut:

1. Mampu mengetahui keuntungan mempelajari ilmu heritabilitaas untuk


memuliakan tenak
2. Mengetahui metode-metode yang digunakan dalam perhitungan nilai
heritabilitas

2
BAB II
PEMBAHAASAN

A. Pengertian Heritabilitas
Heritabilitas menggambarkan bagian dari ragam fenotipik dalam satu
populasi yang disebabkan oleh hereditas (genetik). Dugaan heritabilitas
berhubungan dengan perbedaan individu atau kelompok individu dan tidak
dengan nilai absolutnya. Lebih jelasnya, dugaan heritabilitas suatu sifat
merupakan bagian dari perbedaan –perbedaan pada sifat tersebut dalam satu
populasi yang disebabkan oleh herrditas (genetik). Sebagai ilustrasi misalkan
heritabilitas ketebalan lemak punggung pada babi adalah 50 persen. Rata –rata
ketebalan lemak punggung pada babi yang mendekati berat 200 pon adalah 1,40
inci. Hal ini tidak berarti bahwa 0,70 inci disebabkan oleh lingkungan.

Definisi lain dari heritabilitas adalah derajat kemiripan turunan terhadap


tetua mereka untuk satu sifat tertentu. Jika satu sifat highly heritable berarti ternak
dengan penampilan tinggi cenderung menghasilkan turunan berpenampilan tinggi
juga, dan ternak berpenampilan rendah akan menghasilkan turunan yang
berpenampilan rendah pula.

Nilai heritabilitas suatu sifat berkisar antara 0 sampai 1 (Ronny rachman


Noor, 2009) Sifat-sifat yang memiliki nilai heritabiitas tinggi (dalam arti sempit)
cenderung lebih banyak dikontrol oleh gen aditif dibandingkan dengan nonaditif.
Oleh karena itu heterosis cenderung kurang dipengaruhi oleh gen aditif maka
umumnya makin tinggi nilai heritabilitas suatu sifat akan makin kecil pula
heterosisnya. Sebaliknya, sifat-sifat yang memiliki heritabilitas rendah seperti
litter size pada babi, calving rate pada sapi dan domba umumnya mnunjukkan
heterosis yang cukup tinggi.
Nilai h2 berselang antara 0-1. Heritabilitas dikategorikan rendah (lowly
heritable) dan tinggi highly heritable bila mempuyai masing-masing 0-0,15 :
0,015-0,30 dan >0,30. Nilai h2 mendekati 1 menunjukkan bahwa suatu sifat
memberikan respon yang lebih baik terhadap perlakuan seleksi sebaliknya, nilai
h2 yang rendah menunjukkan bahwa respon seleksi akan lambat.

3
Bila suatu sifat mempunyai nilai h2 tinggi, maka dapat diartikan bahwa
terdapat hubungan yang sangat nyata antara nilai fenotipik dengan nilai
pemuliaan. Dengan demikian tingkat kesamaan pada nilai genotipik pada
individu-individu yang berkerabat menunjukkan tingkat kesamaaan pada nilai
feonotipiknya.
Heritabilitas suatu sifat tidak tetap, bisa berbeda dari populasi satu
dengan populasi lain dan dari lingkunagn satu ke lingkungan lain. Nilai h2
berbeda tergantung pada:
1) Periode pengambilan data. Nilai h2 dari data yang diambil pada suatu
periode waktu dapat berbeda bila digunakan data yang diambil pada
periode lain. Hal ini wajar karena adanya migrasi ternak (keluar-
masuknya ternak dari/ke suatu peternakan) yang menyebabkan
perbedaan jumlah data, dan adanya perubahan lingkungan (iklim,
pakan, penyakit dsb,).
2) Bangsa ternak. Nilai h2 untuk sifat pada suatu bangsa dapat berbeda
dari bangsa lainnya. Sebagai contoh, h2 bobot lahir sapi Ongole
berbeda dengan sapi Brahman meskipun data yang dianalisis berasal
dari wilayah yang sama dengan jumlah data yang sama.
3) Metode yang digunakan dalam pendugaan. Meskipun jumlah data
sama dan berasal dari peternakan/wilayah yang sama , tetapi bila
metode yang digunakan untuk menduga nilai heritabilitas berbeda,
maka hasil pendugaan dapat berbeda.
4) Jumlah dan asal data. Jumlah dan asal data yang berbeda menyebabkan
nilai h2 dugaan menjadi berbeda meskipun dianalisis dengan
menggunakan metode yang sama.

Heritabilitas dapat digunakan dalam arti sempit dan arti luas, dan adalah
penting untuk mengetahui perbedaan diantara keduanya.

1. Heritabilitas arti luas


Heritabilitas dalam arti luas melibatkan semua pengaruh hereditas dari
setiap individu, yaitu semua pengaruh genetic aditif, dominan dan epistasis.

4
Heritabilitas dalam arti luas mengukur pengaruh total genetic terhadap
penampilan suatu sifat, termasuk nilai pemuliaan dan nilai kombinasi gen.
Heritabilitas dalam arti luas ini bukan suatu konsep yang aplikatif. Dengan
demikian, karena nilai kombinasi gen tidak dapat diwariskan sehingga tidak
menggambarkan hubungan antara penampilan dan potensinya sebagai tetua.

2
𝑣𝐺 𝜎 2 𝐺
ℎ = =
𝑣𝑝 𝜎 2 𝑝

Keterangan:

𝜎 2 𝐺= ragam genetic yang terbagi menjadi tiga komponen yaitu ragam genetic
aditif

𝜎 2 𝑝= ragam fenotipik, meliputi ragam genetiik dan lingkungan

2. Heritabilitas arti sempit


Dalam arti sempit, heritabilitas hampir semuanya disebabkan oleh aksi gen
aditif atau pengaruh rata –rata individu gen yang ada dalam suatu populasi. Dalam
program pemulian ternak, diperlukan heritabilitas dalam arti sempit yang
merupakan imbalan ragam gen

etic aditif terhadap ragam penotipnya. Hal ini hampir sama dengan persentase
kemajuan genetic yang diperoleh pada generasi yang akan dating apabila individu
–individu terbaik dipilih untuk tetua.

Alasan alasan untuk mempertimbangkan heritabilitas dalam arti sempit adalah :

a) Ragam genetic aditif adalah penyebab utama dari kesamaan diantara


kerabat.

b) Heritabilitas dapat dihitung dari pengamatan yang dilakukan dalam populasi

Sebagai satu ukuran matematik, heritabilitas selalu positif, berkisar dari nol
sampai satu, atau dalam bentuk persentase, 0%- 100%. Sifat –sifat dengan
heritabilitas mendekati nol hampir tidak heritable, dan sifat –sifat yang mendekati
satu adalah sangat heritable.

5
2
𝑣𝐺 𝜎 2 𝐺
ℎ = =
𝑣𝑝 𝜎 2 𝑝

𝜎 2 𝐺= ragam genetic yang terbagi menjadi tiga komponen yaitu ragam genetic
aditif

𝜎 2 𝑝= ragam fenotipik, meliputi ragam genetiik dan lingkungan

3. Arti Penting Heritabilitas

Dugaan heritabilitas mengatakan sesuatu tentang jumlah kemajuan yang


mungkin diperoleh dalam seleksi untuk satu sifat tertentu. Untuk contoh,
heritabilitas tingkat pertambahan berat badan pada sapi pedaging adalah sekitar
50%. Hal ini berarti bahwa 50% dari ragam total dari pertambahan berat badan
dan sapi ini disebabkan oleh ragam genetic dan sekitar 50% lagi disebabkan oleh
ragam lingkungan.

Dengan demikian, perbedaan pada sapi jantan yang digemukkan dibawah


kondisi lingkungan yang sama disebabkan sebagian oleh perbedaan genetiknya.
Apabila heritabilitas satu sifat tinggi, kolerasi diantara penotipe dan genotype dari
individu –individu juga tinggi, dan seleksi berdasarkan penotipe individu akan
efektif. Dugaan heritabilitas yang tinggi juga mengindikasikan bahwa aksi gen
aditif adalah penting untuk sifat tersebut dan perkawinan antar individu terbaik
akan menghasilkan turunan yang terbaik juga.

Sering juga terjadi, dugaan heritailitas untuk sifat adalah rendah (10-15
persen) atau lebih rendah lagi. Suatu dugaan heritabilitas yang rendah menyatakan
bahwa kolerasi yang rendah antara genotipe dan fenotipe.

Dugaan heritabilitas rendah juga menyatakan bahwa ragam yang


disebabkan aksi gen aditif mungkin kecil. Apabila heritabilitas satu sifat rendah
maka aksi gen bukan aditif seperti dominan lebih, dominan dan epistasis adalah
penting.

6
4. Metode regresi tetua – anak
Metode ini membutuhkan data dua generasi, harus ada data tetua dan data
anak. Contoh: bila akan mengestimasi heritabilitas bobot sapih pada sapi perah,
harus ada data bobot sapih dari sejumlah pejantan yang ada dalam suatu
kelompok dan bobot sapih dari keturunan pejantan-pejantan tersebut. Metode ini
digunakan pada ternak unipara (beranak satu ekor dalam satu kelahiran). Pola
reproduksinya: pada suatu populasi setiap pejantan mengawini sejumlah induk,
dan dari setiap induk melahirkan satu anak.

∑𝑥𝑦
ℎ2 = 2𝑏 = 2
∑𝑥 2

Keterangan :

Nilai b adalah regresi anak terhadap tetuanya,

5. Metode perhitungan satu arah


Seperti pada metode regresi tetua-anak, metode pola satu arah juga digunakan
pada hewan unipara (setiap kelahiran dihasilkan satu ekor anak) dengan selang
generasi yang cukup lama misal sapi, kerbau. Metode ini dibedakan menjadi dua
dilihat dari jumlah anak per pejantan, yaitu 1) Balanced design bila jumlah anak
per pejantan adalah sama banyak, dan 2) Unbalanced design bila jumlah anak per
pejantan adalah tidak sama.

4. ̇ 𝜎 2 𝑠
ℎ2 =
(𝜎 2 𝑠 + 𝜎 2 𝑤)

Keterangan

σS2 = (KTS – KTW)/k


σW2 = KTW
KTS = kuadrat tengah antar pejantan;
KTW = kuadrat tengah antar anak dalam pejantan
k = koefisien jumlah anak per pejantan, besarnya sama dengan ni

7
B. Pengertian Korelasi Genetik

Koefisien korelasi merupakan nilai yang digunakan untuk mengukur tingkat


keeratan hubungan antara dua peubah atau dua sifat. Derajat hubungan kedua sifat
tersebut diukur dengan koefisien korelasi ( r ). Nilai koefisien korelasi berkisar
antara -1 sampai dengan +1. Hubungan kedua sifat tersebut dinyatakan sebagai
hubungan linier positif apabila memiliki nilai koefisien korelasi lebih besar
daripada nol. Nilai korelasi antara dua sifat yang lebih besar dari nol dan bernilai
positif menunjukkan bahwa bahwa kedua sifat memiliki arah peningkatan yang
sama. Peningkatan pada sifat pertama diiringi dengan peningkatan pada sifat
kedua atau penurunan sifat pertama diiringi oleh penurunan sifat kedua.
Hubungan kedua sifat dinyatakan linier sempurna apabila koefisien korelasi kedua
sifat sama dengan nol. Dua sifat dikatakan memiliki hubungan linier negatif
apabila memiliki nilai koefisien korelasi kurang dari satu .

Sifat-sifat pada ternak yang saling berkorelasi menarik untuk dipelajari karena
beberapa alasan sebagai berikut: (a) berkaitan dengan korelasi genetik akibat aksi
gen pleiotropik. Pleiotropi merupakan sifat umum dari gen mayor tetapi masih
sedikit informasi tentang kejadian pleiotropi yang berpengaruh terhadap genetika
kuantitatif; (b) berkaitan dengan perubahan yang terjadi pada sifat yang
berkorelasi genetik akibat pelaksanaan seleksi pada satu sifat lainnya; (c)
berkaitan dengan seleksi alam, hubungan antara suatu sifat yang terukur dengan
penyesuaiannya merupakan sarana utama yang menentukan genetik suatu kinerja
dalam populasi alami .

Korelasi genetik menggambarkan hubungan antara sifat-sifat yang diatur oleh


gen atau rangkaian gen yang sama yang bersifat aditif . Korelasi antara dua sifat
dapat terjadi pada ternak dan disebut dengan korelasi fenotipik. Korelasi fenotipik
dapat dibagi menjadi korelasi genetik dan korelasi lingkungan. Korelasi genetik
merupakan korelasi antara pengaruh genetik aditif pada dua sifat. Korelasi
lingkungan merupakan korelasi antara pengaruh lingkungan dan pengaruh gen
non aditif. Korelasi genetik dapat disebabkan oleh gen-gen pleiotropi yaitu gen-
gen yang mengatur ekspresi dua sifat. Korelasi genetik tersebut terjadi pada
populasi yang berada dalam keseimbangan genetik dan dalam keadaan kawin

8
acak. Korelasi genetik antara dua sifat juga dapat terjadi karena gen terangkai
yaitu dua gen yang terletak pada kromosom yang sama dan masing-masing
mengatur sifat yang berbeda. Kondisi tersebut terjadi pada populasi yang tidak
berada dalam keadaan keseimbangan genetik.

1. Manfaat korelasi genetik


Korelasi genetik bermanfaat untuk melakukan estimasi respon seleksi berkorelasi
yaitu peningkatan rata-rata kinerja generasi keturunannya sebagai akibat dari
seleksi yang dilakukan pada sifat lain. Manfaat lain dari korelasi genetik adalah
menghitung estimasi respons seleksi dengan metode seleksi indeks. Seleksi indeks
merupakan seleksi untuk meningkatkan dua sifat secara bersama-sama dengan
mempertimbangkan nilai ekonomis beberapa sifat tersebut.

Korelasi genetik bermanfaat untuk melakukan seleksi pada suatu sifat yang
munculnya lebih akhir atau sifat yang dapat diukur setelah ternak mati (misalnya
karkas) berdasarkan sifat lain yang dapat diukur lebih awal atau tidak menunggu
saat ternak mati untuk meningkatkan kinerja ternak yang muncul pada akhir hidup
ternak. Kedua sifat yang akan ditingkatkan dalam seleksi harus memiliki korelasi
secara genetik.

2. Kisaran Nilai Korelasi Genetik

Nilai korelasi genetik dapat dikelompokkan menjadi tujuh kelompok sebagai


berikut: negatif tinggi apabila nilainya -1,0 sampai -0,6, negatif menengah apabila
nilainya -0,5 sampai -0,4, negatif rendah apabila nilainya -0,3 sampai -0,2,
mendekati nol apabila nilainya -0,1 sampai 0,1, positif rendah apabila nilainya 0,2
sampai 0,3, positif menengah apabila nilainya 0,4 sampai 0,5, positif tinggi
apabila nilainya 0,6 sampai 1,0.

Korelasi genetik antara dua sifat memiliki nilai yang rendah menunjukkan bahwa
hanya beberapa gen yang berpengaruh terhadap dua sifat. Salah sati contoh yang
baik adalah tipe dan kinerja sapi pedaging. Seleksi untuk meningkatkan tipe sapi
pedaging ternyata hanya tidak berpengaruh banyak terhadap kinerja sapi,
demikian pula sebaliknya. Seleksi untuk meningkatkan kinerja sapi pedaging

9
ternyata tidak berpengaruh banyak terhadap tipe sapi pedaging. Seleksi pada salah
satu sifat yang ternyata sifat tersebut memiliki nilai korelasi genetik bernilai
positif dan tinggi akan menghasilkan peningkatan kinerja pada dua sifat yang
berkorelasi walaupun seleksi tidak dilakukan secara langsung pada sifat kedua.
Misalnya seleksi untuk meningkatkan berat sapih pada kambing sekaligus dapat
meningkatkan berat setahunan karena antara berat sapih dengan berat setahunan
memiliki korelasi genetik bernilai positif dan tinggi. Berbeda dengan seleksi pada
sapi perah untuk meningkatkan produksi susu akan menurunkan kadar lemak susu
karena korelasi genetik antara produksi susu dengan kadar lemak bernilai negarif
dan berkisar antara sedang sampai tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa
pelaksanaan seleksi harus memperhatikan adanya korelasi genetik dengan sifat
lain yang berkorelasi.

Dua sifat yang diestimasi dengan metode tertentu dapat menunjukkan nilai yang
berbeda apabila diestimasi dengan metode yang berbeda karena setiap metode
memiliki kemampuan yang berbeda dalam menyingkirkan keragaman genetik non
aditif dari keragaman genetik aditif. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
korelasi genetik antara lain sistem pemuliabiakan yang diterapkan dalam populasi,
struktur data, dan metode estimasi.

3. Metode Estimasi Korelasi Genetik

Korelasi genetik dapat diestimasi dengan metode yang sama dengan metode
estimasi heritabilitas, diantaranya metode peragam saudara-saudara tiri sebapak,
metode peragam pola tersarang, dan metode peragam regresi anak terhadap tetua.
Korelasi genetik antara dua sifat diestimasi melalui prosedur statistik atau melalui
seleksi untuk satu sifat selama periode tertentu dan mengamati apakah ada
perubahan untuk sifat yang tidak diseleksi. Percobaan seleksi satu sifat harus
dirancang dengan hati-hati dan akurat untuk mengetahui apakah ada dua sifat
yang berkorelasi secara.genetik. Buku ini membahas metode estimasi korelasi
genetik secara statistik.

 Metode hubungan saudara tiri sebapak (one-way layout)

10
Model dan prosedur analisis keragaman sama dengan estimasi heritabilitas
namun ada dua sifat yang dianalisis yang dalam buku ini sifat pertama diberi
lambang X dan sifat kedua dengan lambang Y sehingga terdapat keragaman
antar pejantan pada sifat pertama ( S2( X) ) dan sifat kedua ( S2( Y ) ), keragaman

antar individu dalam pejantan pada sifat pertama (  2W ( X ) ) dan sifat kedua ((

 2W ( Y ) ). Model ini mengestimasi korelasi genetik aditif antara dua sifat

berdasarkan komponen pejantan sehingga diperlukan data kinerja individu


yang merupakan anak dari pejantan-pejantan. Individu-individu setiap pejantan
tersebut memiliki hubungan saudara tiri sebapak dan tidak ada indvidu yang
inbred (individu tersilang dalam)

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Keuntungan dalam mempelajari pengukuran nilai heritabilitas dalam


pemuliaan ternak adalah kita dapat mengetahui kemampuan tetua ternak
menurunkan sifat atau genetik yang baik kepada keturunannya.
2. Metode-metode yang digunakan dalam perhitungan nilai heritabilitas
adalah (a) Metode Pola Satu Arah (b) Nested Design/pola tersarang (c)
Metode Regresi Tetua Anak
3.2 Saran

Penulis berharap adanya kritikan dan saran yang bersifat membangun


agar dalam penyusunan makalah selanjutnya dapat lebih baik dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

12
Daftar Pustaka
Agus Dwi.2014.Teori Korelasi Genetik di https//slidshare.net
https//satriabajahitam.com/laporan-singkat-pemuliaan/
Linda,2016. Ilmu Heretabilitas Dasar di http//akkutappblogspot.htm

13

Anda mungkin juga menyukai