Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH INDIVIDU

METODE SELEKSI

Oleh:

SARWANA
I011201196

ILMU PEMULIAAN TERNAK


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Metode Seleksi"
dengan tepat waktu. Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu
Pemuliaan Ternak. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang
manusia prasejarah bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Lellah
Rahim, M.Sc, selaku dosen Mata Kuliah Ilmu Pemuliaan Ternak. Ucapan terima
kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 21 November 2021

Penulis
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam memperoleh induk dan pejantan yang berkualitas tinggi terlebih


dahulu dilakukan seleksi pada calon induk (heifer) dan calon pejantan (bull)
berdasarkan pada nilai pemuliaan (NP) masing-masing individu. Salah satu
metode yang paling akurat untuk mengestimasi NP adalah menggunakan
indeks seleksi (IS). Keunggulan metode ini adalah semua informasi
performans individu ikut dianalisis sehingga perhitungan pada metode ini
menjadi lebih kompleks.
Estimasi nilai heritabilitas menggunakan metode korelasi saudara tiri
sebapak (paternal halfsib correlation). Pemisahan komponen ragam untuk
menduga heritabilitas dilakukan dengan analisis ragam menggunakan
Rancangan Acak Lengkap pola searah (Completely Randomized Design One-
Way Classification).
Tingginya nilai SE (Standart Error) pada penelitian ini disebabkan
karena jumlah sampel (anak) dan pejantan (sire) yang diestimasi sedikit dan
adanya variasi fenotip antar individu yang besar. Diperlukan jumlah sampel
minimal 500 sampel agar nilai heritabilitas yang diperoleh handal.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja metode seleksi?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui metode seleksi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Metode Seleksi

Dalam melaksanakan seleksi untuk tujuan pemuliaan ternak ada beberapa


metode yang dikenal dan dilaksanakan oleh para pemulia ternak untuk
memperoleh performans yang maksimum dari populasinya, baik untuk ternak
bibit maupun ternak komersial.
Seleksi sering tidak ditunjukkan terhadap satu macam sifat saja tetapi
terhadap beberapa macam sifat. Seleksi seharusnya kepada sifat-sifat yang
betul betul penting bila ditinjau dari segi ekonomi. Dalam praktek, sering
seleksi tidak ditujukan dalam satu kriteria saja, tetapi terhadap beberapa
criteria. Sering pemulia menganggap bahwa lebih dari satu sifat mempunyai
nilai ekonomi yang sama penting. Sebagai contoh pada domba: produksi wool
dan produksi anaknya, pada sapi potong: kecepatan pertumbuhan dan
persentase karkas, pada sapi perah: produksi susu dan komposisinya, pada
babi: produksi anak, kecepatan pertumbuhan dan efisiensi penggunaan pakan.
Sifat yang betul-betul penting harus dipertimbangkan dengan seksama,
karena seleksi secara terus-menerus terhadap beberapa sifat dapat menurunkan
diferensial seleksi.
Ada empat macam cara untuk melakukan seleksi terhadap beberapa
macam sifat yaitu:
a. Seleksi tandem (Tandem method).
Tandem method Seleksi dilaksanakan secara bertahap dari
beberapa sifat/performans yang dipertimbangkan. Seleksi suatu sifat
tertentu dilaksanakan dari generasi ke generasi berikutnya secara kontinyu,
sampai sifat tersebut mencapai performans maksimal. Lalu dihentikan,
dilanjutkan dengan seleksi sifat yang lain, juga secara kontinyu dari
generasi ke generasi, begitu seterusnya. Efektif apabila dilihat dari segi
progress masing-masing sifat yang dikehendaki. Efisiensinya tergantung
pada korelasi genetik antara sifat yang dikehendaki. Bila terdapat korelasi
yang positif antara dua sifat maka dapat dipilih sifat mana yang paling
mudah dan murah dalam cara pengukurannya. Dengan melakukan seleksi
pada sifat tersebut maka sifat yang kedua dengan sendirinya meningkat
(Respon seleksi terkorelasi). Sebaliknya bila terdapat korelasi negative
maka bila sifat pertama meningkat sifat kedua akan menurun. Oleh karena
itu perlu dicari titik keseimbangan. Seleksi dengan cara ini adalah kurang
efisien karena memakan waktu, tetapi dapat dipergunakan untuk mengikuti
selera konsumen
b. Seleksi Penyingkiran secara Bebas (Independent culling Level).
Independent culling Level Seleksi dilakukan terhadap beberapa
sifat yang dianggap mempunyai nilai ekonomis secara bersamaan. Setiap
sifat dianggap bebas satu sama lainnya, kemudian ditetapkan batas
penyingkiran atau syarat minimal yang harus dicapai oleh setiap calon
bibit. Setiap hewan yang tidak dapat mencapai syarat minimal tersebut
disingkirkan. Contoh: seleksi calon induk babi berdasar jumlah anak yang
dilahirkan (litter size) dan berat lahir anaknya. Pertama seleksi dilakukan
terhadap jumlah anak. Dari 50 ekor induk yang tersedia dipilih 20 ekor
induk. Setiap induk dicatat data jumlah anak yang dilahirkan. Setiap anak
yang lahir ditimbang bobot badannya (dilihat performans berat lahirnya).
Diadakan ranking terhadap 50 ekor induk berdasarkan jumlah anak yang
dilahirkan. Diadakan pemilihan 35 ekor induk dengan ranking teratas, 15
ekor diculling. Diranking lagi berdasarkan rata-rata bobot lahir anaknya.
Dipilih 20 ekor induk ranking teratas, 15 ekor diculling.
Keburukan:
1. Improvement lebih rendah/lambat dari tandem method
2. Terjadi kehilangan kesempatan memperoleh performans sifat kedua
(berat lahir), karena mungkin saja yang masuk 15 terbawah berat lahir
anak lebih tinggi daripada yang masuk 35 ranking atas berdasarkan
jumlah anak. Begitu juga sebaliknya dari yang dipilih sebanyak 20
ekor ranking atas, kemungkinan 15 ranking bawah jumlah anak lebih
banyak.
Kebaikan: efisiens karena menyeleksi sifat sekaligus secara bersamaan. 50
c. Seleksi Indeks (Index Selection).
Index Selection Metode ini menyangkut penentuan nilai masing-
masing sifat yang diseleksi dan nilai-nilai ini akan memberikan sejumlah
score (nilai) yang menjadi indek ternak yang bersangkutan. Ternak dengan
total score tertinggi (indeks) dipilih untuk tujuan seleksi. Penting
diperhatikan adalah masing-masing sifat memiliki koefisien (bobot) yang
berbeda-beda tergantung pada nilai ekonominya. Penentuan koefisien
masing-masing sifat dipengaruhi oleh banyak faktor menyangkut demand
konsumen, harga pasaran, biaya produksi, dsb. Sehingga penentuan
koefisien secara kasar dapat diperkirakan berdasarkan atas persentase saja
dengan mengingat total koefisien semau sifat yang dipakai untuk
menentukan indeks adalah 1 atau 100%. Contoh : seleksi calon pejantan
sapi Bali dari populasi berdasarkan berat lahir dan berat sapih. Penentuan
indek bobot sapih lebih tinggi dari berat lahir karena berat sapih
berhubungan dengan laju pertumbuhan sampai dewasa

c. Most Probable Producing Ability (MPPA)/Estimated Real Producing


Ability (ERPA).b.. Misal koefisien berat lahir = 0,4 dan koefisien berat
sapih = 0,6 Indeks = aX1 + bX2 X1 = berat lahir X2 = berat sapih a =
koefisien berat lahir b = koefisien berat sapih Maka indeks masing-masing
sapi dapat dihitung : I = 0,4X1 + 0,6X2 Contoh indeks pada beef cattle
menurut Rice et.al (1970) adalah I = X1 + 7,72X2 X1 = berat sapih X2 =
score tipe/konformasi The equal-parent index Menentukan nilai pejantan
dari data anak-anaknya dan data induk (serupa dengan progeny test)
Rumus : I = Daughter average + (Daughter average –Dam average) 51 The
Showing selection Banyak dilakukan di negara maju. Pada prinsipnya
sama dengan pemilihan para ratu kecantikan. Segi positif : Merupakan
cara terbaik membentuk tipe ternak tertentu Iklan terbaik bagi peternak
yang akan menjual ternaknya Arena untuk bertukar pengalaman antar
peternak Rangsangan bagi peternak untuk perbaikan ternaknya dengan
cara membandingkan ternaknya dengan ternak lain. Segi negatif: Bisa
terjadi sterilitas sementara (obesitas) akibat penggunaan cara
penggemukan untuk mendapat konformasi ideal. Sering terjadi tindakan
yang mengelabui para juri terhadap sifat-sifat ekteriur yang dapat
mengurangi nilai, padahal mungkin sifat itu menurun tetapi dihilangkan
dengan operasi. Ekteriur baik belum tentu produktivitasnya baik. d. MPPA
(Most Probable Producing Ability) Adalah suatu cara untuk menduga
kemampuan berproduksi seekor ternak selama masa produktifnya. 1.
Metode MPPA Rumus MPPA = ( 1 (n 1)r nr P - P ) Keterangan : MPPA =
Most Probable Producing Ability n = Jumlah pengamatan (laktasi) r =
Angka pengulangan P = rataan produksi sapi yang diukur P = rataan
produksi populasi 52 2. Metode ERPA(Estimated Real Producing Ability)
Rumus ERPA = ( 1 (n 1)r nr P - P H) Keterangan ERPA = Estimated Real
Producing Ability P H = Rataan produksi herdmatenya Jadi perbedaan
MPPA dan ERPA adalah bahwa pada MPPA, rataan produksi sapi betina
diperbandingkan dengan produksi populasinya. Sedangkan pada ERPA
dibandingkan dengan produksi herdmatenya. Herdmate adalah semua
induk dalam suatu peternakan yang sama, yang beranak dalam waktu
relative bersamaan, tetapi bukan saudara tiri sebapak.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Ada empat macam cara untuk melakukan seleksi terhadap beberapa


macam sifat, yaitu:
a. Seleksi tandem (Tandem method)
b. Seleksi Penyingkiran secara Bebas (Independent culling Level)
c. Seleksi Indeks ( Index Selection)
d. Most Probable Producing Ability (MPPA)/Estimated Real Producing
Ability (ERPA)
B. Saran
Sebaiknya dalam pembuatan makalah ini disertai materi dari dosen
agar materi yang diperoleh lebih akurat, tapi penulis juga bisa, mengambil
referensi dari berbagai sumber sebagai pendukung, penulis juga memerlukan
saran dan kritik yang membangun agar kedepannya dapat membuat makalah
yang lebih baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/a057020336f1cfee8f2d8da
72cd23da0.pdf

Anda mungkin juga menyukai