Anda di halaman 1dari 6

Tugas Farmakologi II

Farmakodinamik dan Farmakokinetik:


Obat Antihistamin (Cetrizine)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi II


Dosen pengampu: Frengki, S.Farm., Apt, M.Farm

DISUSUN OLEH:
Hadika Adzikri Lubis
(1902101010165)
KELAS 7

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BANDA ACEH

2022
OBAT ANTIHISTAMIN: CETRIZINE

Obat antihistamin generasi terbaru yang tidak berefek sedatif (mengantuk) dan beraksi
lebih lama, namun harganya lebih mahal dan harus ditebus dengan esep dokter. Sesungguhnya
pemakaian obat antihistamin hanya menghilangkan gejala alergi dan menghindari serangan yang
lebih besar di masa mendatang, tidak menyembuhkan alergi. Jika penderita kontak lagi dengan
alergen, maka alergi akan muncul kembali. Oleh karena itu, yang terbaik untuk mengatasi
malergi adalah dengan menghindari kontak dengan alergen, menjaga kebersihan diri dan
lingkungan, meningkatkan sistem kekebalan tubuh serta menjauhi stres.
Antihistamin adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek histamin
terhadap tubuh dengan jalan memblok reseptor histamin. Alergi dan penyebabnya alergi
merupakan suatu reaksi abnormal dalam tubuh yang disebabkan zat-zat yang tidak berbahaya,
alergi timbul bila ada kontak terhadap zat tertentu yang biasanya pada orang normal tidak
menimbulkan reaksi.
Cetirizine adalah obat antialergi generasi terbaru dengan bahan aktif Cetirizine
Dihidroklorida , terbukti terbukti lebih nyaman dan menguntungkan karena menguntungkan
karena tak menimbulkan menimbulkan efek mengantuk mengantuk sehingga sehingga tak
mengganggu mengganggu aktivitas aktivitas pasien. pasien. Generasi Generasi pertama pertama
seperti seperti golongan CTM golongan CTM dan difenhidramin difenhidramin biasanya
biasanya menimbulkan menimbulkan rasa kantuk yang hebat serta memiliki dampak kurang
nyaman pada pasien seperti jantung berdebar - debar.
Cetirizine merupakan antagonis reseptor H1 generasi kedua, yang merupakan metabolit
aktif asam karboksilat dari antagonis reseptor H1 generasi pertama yaitu hidroksizin. Obat ini
merupakan derivat piperazin dengan aksi panjang (Helmy Munazir, 2007). Cetirizine HCl
merupakan antihistamin yang bekerja dengan cara mem-blok kanal kalium. Pengembangan
cetirizine HCl dengan aksi yang cepat, diperlukan untuk menangani pasien geriatrik dan
pediatrik yang mengalami alergi dan kecenderungan sukar menelan.
Peran penting dari farmakologi cetirizine, atau yang juga dikenal sebagai setirizin, adalah
mekanisme kerja dengan selektivitas tinggi terhadap reseptor histamin H1 di sel-sel efektor pada
traktus gastrointestinal, pembuluh darah dan traktus respiratorius.
FARMAKODINAMIK CETRIZINE
Indikasi Indikasi utama cetirizine adalah untuk demam dan alergi lainnya.
Karena gejala gatalgatal dan kemerahan dalam kondisi ini disebabkan
oleh histamin yang bekerja pada reseptor H1, memblokir reseptor
sementara mengurangi gejala-gejala.
Kontra indikasi Kontraindikasi cetirizine, atau yang juga dikenal sebagai setirizin,
adalah pada seseorang yang memiliki riwayat hipersensitivitas dengan
obat ini. Peringatan pada pengguna obat ini untuk tidak mengemudikan
kendaraan, atau mengoperasikan mesin karena risiko efek samping
sedasi. Penggunaan obat cetirizine dikontraindikasikan jika terdapat
riwayat alergi terhadap obat ini, atau komponennya, atau dengan obat
yang segolongan, seperti hydroxyzine.
Hindari penggunaan hydroxyzine dan levocetirizin untuk mencegah
overdosis, karena kedua obat tersebut memiliki fungsi yang hampir
sama dengan cetirizine. Hindari mengonsumsi minuman beralkohol
karena dapat menggandakan efek samping cetirizine. Hindari
penggunaan cetirizine bersamaan dengan obat penenang karena dapat
meningkatkan efek sedasi.
Efek samping Penggunaan cetirizine, atau setirizin, umumnya memberikan efek
samping yang minimal, berupa mulut kering. Cetirizine merupakan
antihistamin dengan efek sedasi paling tinggi di antara antihistamin
generasi kedua. Interaksi obat cetirizine dengan alkohol dapat
memberikan efek sinergistik aditif.
Literatur menyatakan bahwa cetirizine memberikan efek sedatif yang
minimal, atau dikatakan nonsedatif. Walau demikian, efek sedasi
dilaporkan terjadi pada hingga 14% pasien yang menggunakan
cetirizine. Efek sedasi ini lebih tinggi dibanding antihistamin generasi
kedua lain seperti loratadine dan fexofenadine.
Mekanisme kerja obat Mekanisme kerja obat cetirizine pada konstriksi otot polos seperti pada
kondisi spasme bronkus akibat reaksi alergi, adalah dengan
menginhibisi efek histamin pada otot polos tersebut. Kerja obat terhadap
terjadinya vasokonstriktor histamin adalah dengan memberikan efek
vasodilator dengan cara mengaktivasi reseptor H1 pada sel-sel
endotelial.
Cetirizine juga bekerja dengan menghalangi peningkatan permeabilitas
kapiler, dan edema yang disebabkan oleh pelepasan histamin. Selain itu,
kerja obat yang menekan aksi histamin pada saraf akhir, akan
mengurangi rasa gatal dan kemerahan pada kulit akibat reaksi alergi.
Kompetisi obat dengan histamin yang melepaskan sitokin
dan eicosanoids yang bersifat inflamasi, pada reseptor-reseptor H1 di
sel-sel efektor akan menurunkan reaksi inflamasi tersebut. \Cetirizine
menunjukkan selektivitas tinggi terhadap reseptor H1, sehingga tidak
memiliki efek terhadap reseptor muskarinik serta hanya menunjukkan
efek antiserotonergik dan antikolinergik minimal yang dapat diabaikan.
Hal ini berlawanan dengan kerja antihistamin generasi pertama, yaitu
selektivitas buruk terhadap reseptor dan sering berinteraksi dengan
reseptor-reseptor amines, menimbulkan efek antimuskarinik, anti ɑ-
adrenergic, dan antiserotonin. N
Cetirizine merupakan substrat P-glycoprotein (gP) yang terbatas
kemampuannya dalam melintasi sawar otak. Karenanya, sangat sedikit
kadar obat terikat pada reseptor histamin serebral, sehingga efek sedasi
obat minimal.

FARMAKOKINETIK CETRIZINE
Absorpsi Cetirizine diabsorpsi cepat setelah konsumsi per oral. Bioavailabilitas
obat >70%. Konsentrasi puncak tercapai dalam waktu sekitar satu jam,
dan masa kerja obat sekitar 12‒24 jam. Konsumsi obat bersama
makanan, dapat memperlambat waktu pencapaian konsentrasi puncak
obat dalam plasma darah.
Metabolisme Sebagian kecil obat cetirizine dimetabolisme di hati, terutama oleh
enzim CYP3A4, dan obat mengikuti siklus enterohepatik. Selain itu,
cetirizine juga dimetabolisme secara terbatas oleh oxidative O-
dealkylation menjadi suatu metabolit yang aktivitas antihistaminnya
dapat diabaikan.
Distribusi Sekitar 93% cetirizine dalam plasma darah terikat protein. Distribusi
obat terbatas hingga pada lokasi ekstraseluler dimana terdapat reseptor
H1, dan pada sel-sel yang bersifat inflamasi seperti mastosit, basofil,
eosinofil, dan limfosit.
Sebagai antihistamin generasi kedua, hanya terdapat sedikit konsentrasi
obat cetirizine yang mampu melewati sawar otak. Hal ini menyebabkan
efek sedasi yang minimal dibandingkan antihistamin generasi pertama
seperti diphenhydramine. Walau demikian, efek sedasi cetirizine
merupakan yang terkuat dibandingkan obat antihistamin generasi kedua
lainnya.
Eliminasi Waktu paruh eliminasi obat adalah sekitar 8,3 jam. Ekskresi cetirizine,
sebagian besar sekitar 70% dikeluarkan melalui urine, dimana sekitar
separuhnya sebagai obat dalam bentuk tidak berubah. Sebagian kecil
obat, yaitu sekitar 10% dibuang ke feses.
REFERENSI

Chen, C., Physicochemical, pharmacological and pharmacokinetic properties of the zwitterionic


antihistamines cetirizine and levocetirizine. Curr Med Chem, 2008. 15(21): p. 2173-91.

Church, D.S. and M.K. Church, Pharmacology of Antihistamines. World Allergy Organization
Journal, 2011. 4(3): p. S22-S27.

Helmy M. & Munasir Z. 2007. Pemakaian Cetirizine dan kortikosteroid pada penyakit alergi
anak. Dexa Media, 2(20): 68-73.

U..S. National Library of Medicine. Pubchem: Cetirizine; Available from:


https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/.

Anda mungkin juga menyukai