Anda di halaman 1dari 15

NAMA : Mazdan Al Qaedi

NPM : 1902101010037

MATA KULIAH : SP PATOLOGI UNGGAS

DOSEN PENGAMPU : Dr. drh. Siti Aisyah M. Si

1. Mycoplasmosis
a. Penyebab :
• Mycoplasma gallisepticum (ayam)
• M. gallinarum
• M. synoviae (kurang patogen)
• M. meleagridis
• M. iowae (kalkun)
b. Penularan:
• Horizontal: Dengan kontak langsung antara ayam sakit/carrier dengan ayam peka.
Secara tidak langsung melalui udara tercemar oleh debu, leleran tubuh, pakan/air
minum, perlengkapan kandang, alat transportasi dan pekerja.

• Vertikal : Transovarial dari induk keanak melalui telur (embrio)

c. Gejala klinis:
• Ngorok
• Eksudat serous pada hidung
• Eksudat berbuih pada mata
• Sinus periorbitalis bengkak dan swollen face
• Bulu sayap kotor
d. Patologi anatomi makroskopis:
• Fibrin warna kekuningan pada jantung, hati, dan organ visceral, eksudat pada
kantong udara, adanya mucus pada pada trachea, dan hati terlihat kehijauan
e. Patologi anatomi mikroskopis:
• Kavum nasi, sinus infraorbitalis dan trakea mengalami: deskuamasi, desintegrasi,
dan hiperplasia lapisan mukosa dan glandularis,
• Apabila infeksi meluas ke saluan pernafasan bawah maka ditemukan
bronchopneumonia akut, yang ditandai oleh infiltrasi heterofil diantara dinding
parabronki.
f. Diferensia diagnosa:
• SHS (Swollen Head Syndrome),CRD (Chronic Respiratory Disease), IB (Infectious
Bronchitis), ILT (Infectious Laryngo Tracheitis ), dan FOWL POX (cacar unggas)

2. Kolibasilosis
a. Penyebab :
• E.coli,Gram-negative
b. Penularan:
• oral atau inhalasi, cangkang membran/kuning telur, air, dan muntahan.

c. Gejala klinis:
• Batuk (coughing) ,bersin (sneezing), Depresi (depression), Nafsu makan berkurang,
dan Pertumbuhan yang buruk.
d. Patologi Anatomi Makroskopis:
• Airsacculitis, perikarditis, perihepatitis, bengkak hati dan limpa, peritonitis,
salpingitis, omphalitis, sinovitis, radang sendi, enteritis, granulomata di hati dan
limpa, selulitis di atas perut atau di kaki.

• Dehydrasi, bengkak dan kongesti pada hati, limpa dan ginjal, perdarahan pinpoint
pada organ viscera, eksudat fibrinous pada kantung udara, kantung jantung, dan
permukaan jantung, hati dan paru (sangat karakteristik)

e. Patologi Anatomi Mikroskopis:


• Hati hampir seluruhnya tertutup oleh lapisan besar fibrin dan nanah

f. Differensia Diagnosa:

CRD Kompleks (karena juga ada firin di air sac ).

3. Snot/Coryza
a. Penyebab :
• Haemophilus paragallinarum : bakteri Gram-negative
• Coccobacilli : non-motil dan fakultatif anaerobe
b. Penularan:
• Secara Horizontal Tidak langsung, melalui kontak dengan pakan/alat
peternakan/pekerja yang tercemar leleran tubuh/ayam sakit dan melalui udara
c. Gejala klinis:
• Eksudat serous-mukoid pada rongga hidung atau mata
• Kronis: eksudat mukopurulen/purulen, berbau busuk (Patopneumonik)
• Bengkak daerah fasial dan sekitar mata , Kelopak mata kemerahan shg mata
tertutup .

d. Patologi Anatomi Makroskopis:


• Radang kataralis akut membran mukosa kavum nasi dan sinus.
• Konjungtivitis kataralis dan edema subkutan daerah fasialis dan pial.
• Jarang ditemukan keradangan pada paru dan kantong udara.
• Lesi oral atau trakea, inflamasi catarrhal dari saluran hidung dan sinus dapat
terlihat.
• Paru-paru tersumbat, wajah bengkak, pial bengkak, pneumonia, sacculitis udara
dan konjungtivitis mungkin jelas.
e. Patologi Anatomi Mikroskopis:
• Kavum nasi, sinus infraorbitalis dan trakea mengalami: deskuamasi, desintegrasi,
dan hiperplasia lapisan mukosa dan glandularis,

• Apabila infeksi meluas ke sal. Pernafasan bawah maka ditemukan


bronchopneumonia akut, yang ditandai oleh infiltrasi heterofil diantara dinding
parabronki.
f. Differensia Diagnosa:
• SHS (Swollen Head Syndrome),CRD (Chronic Respiratory Disease), IB (Infectious
Bronchitis), ILT (Infectious Laryngo Tracheitis ), dan FOWL POX (cacar unggas).

4. Kolera Unggas
a. Penyebab :
Pasteurella multocida
b. Penularan:
• Ditularkan melalui udara, pakan, air minum, dan bangkai ayam yang tercemar

• Bersifat septisemik akut, yang ditandai oleh adanya morbiditas dan mortalitas
yang tinggi
c. Gejala klinis:
• Burung berhenti makan
• Keluarnya cairan dari hidung, mata, dan mulut; batuk
• Diare
• Kematian dapat terjadi dalam beberapa jam
• Kaki bengkak, sinus, dan sendi kaki atau sayap
d. Patologi anatomi makroskopis:
• Penyakit akut: hiperemia dan pendarahan di paru-paru, usus dan jantung.
• Penyakit kronis: infeksi lokal misalnya pada sinus atau sistem pernapasan
• Radang usus
• Peritonitis kuning telur
• Pneumonia purulen
• Selulitis pada wajah dan pial
• Artritis purulen
e. Patologi anatomi mikroskopis:
• Area kecil nekrosis di hati (hati tepung jagung)
• Nekrosis hepatositik koagulatif dengan infiltrasi heterofilik
• ptechie tidak saja pada otot jantung dan lemak abdominal tetapi juga pada
ventriculus, mukosa usus, peritoneum dan para-paru.
• Pada organ-organ tersebut terdapat endapan fibrin
f. Differensia Diagnosa:
• Tanda-tanda tortikolis seperti tanda-tanda pada tetelo (Newcastle Disease).
• Pembengkakan dan sarang-sarang nekrose pada hati dapat dikelirukan dengan
fowl typhoid yang disebabkan oleh Salmonella spp.
Angka mortalitas dan morbiditas tinggi dapat dikelirukan dengan fowl plaque
yang disebabkan oleh virus.
Tanda gangguan respirasi, synovitis juga dijumpai pada penyakit unggas lain
bukan fowl cholera

5. Fowl Typhoid
a. Penyebab :
• Salmonela gallinarum
b. Penularan:
• menelan makanan yang terkontaminasi secara oral, air dan melalui telur, transmisi
ventrikular, dan penetrasi kulit telur.
c. Gejala klinis:
• Haus
• Keluarnya air liur
• Radang sendi
• Bulu acak-acakan
• Diare kuning
d. Patologi Anatomi Makroskopis:
• hati besar dan berwara kecoklatan dengan kecil fokus nekrotik
• kongesti
• Kidney dan spleen bengkak
• Anemia
• Enteritis usus kecil anterior
e. Patologi Anatomi Mikroskopis:
• Focal nekrosis pada hati
f. Differensia Diagnosa:
• Salmonella pulorum meruakan diagnosa banding utama karena gejala yang
ditimbulkan hampir sama

6. Pullorum disease
a. Penyebab :
salmonella pullorum
b. Penularan:
Secara vertikal atau kongenital yaitu penularan dari induk ayam betina kepada
anaknya melalui telur.
Secara horizontal penularan terjadi melalui kontak langsung yaitu antara unggas
yang secara klinis sakit dengan ayam carrier atau ayam sehat
• Secara tidak langsung penularan dapat terjadi melalui oral yakni melalui makanan
dan minuman yang tercemar, peralatan, kandang, litter, dan pakaian dari pegawai
kandang yang terkontaminasi.
• Secara aerogen, biasanya penularan terjadi dalam mesin tetas melalui debu, bulu-
bulu anak ayam, pecahan kulit telur dan sebagainya.
c. Gejala klinis:
• Anoreksia
• Depresi
• Diare
• Sekarat atau meninggal (kematian tertinggi tingkat dalam 2 minggu pertama
kehidupan dan dalam inkubator)

• Sesak napas
• Terjadi pembengkakan pada sendi merupakan gambaran umum pada pullorum.
d. Patologi anatomi makroskopis:
• Mungkin tidak ada lesi karena septikemia akut dan kematian.
• Lesi pada burung muda biasanya termasuk kantung kuning telur yang tidak terserap
dan nodul abu-abu klasik di hati, limpa, paru-paru, jantung, ampela, dan usus.

• Bahan keras dan kenyal di bagian ceca (inti cecal) dan terangkat plak di mukosa
usus bagian bawah kadang-kadang terlihat.

• Pembawa dewasa biasanya tidak memiliki lesi besar tetapi mungkin


memiliki:perikarditis nodular; peritonitis fibrinosa; atau hemoragik, folikel ovarium
atrofi yang mengalami regresi dengan isi kaseosa.
e. Patologi anatomi mikroskopis:
• Pada lapisan sub kapsuler dan parenkim hati sering memperlihatkan adanya
ptechiae hemorrhagis (titik-titik berdarah
f. Diferensia diagnosa:
• Fowl typhoid yang disebabkan S.gallinarium. Dapat ditentukan dengan isolasi dan
identifikasi.

Parathypoid ditentukan dengan isolasi dan identifikasi.

• Omphalitis
Coccidiosis, terutama menyerang anak ayam umur 2-8 minggu. Pada keadaan
akut usus buntu mengalami radang berdarah.

7. Fowl Paratyphoid
a. Penyebab :
• Salmonella typhimurium, S. enteritidis, S. kentucky, S. heidelberg, S. hadar, dan S.
saintpaul
b. Penularan:
• pencemaran melalui feses pada kerabang telur selama proses bertelur atau
pencemaran melalui tempat bertelur, litter atau inkubator. Sumber utama
pencemaran Salmonella sp. pada isi telur adalah akibat pencemaran pada
kerabang yang terkontaminasi feses
c. Gejala klinis:
• Depresi, pertumbuhan yang buruk, kelemahan, diare, dehidrasi adalah ciri khas
dari penyakit.

• Bulu acak-acakan
• Mata tertutup
• Diare
d. Patologi anatomi makroskopis:
• Pembesaran hati dengan nekrosis fokal
• Enteritis dengan lesi nekrotik dimukosa
• Kadang-kadang: terlokalisasi di mata atau jaringan sinovial.

e. Patologi Anatomi Mikroskopis:


• hiperplasia kornea
f. Differensia Diagnosa:
• Penyakit yang mirip dengan infeksi paratipoid atau salmonelosis adalah infeksi
arizonosis, penyakit pulorum, fowl typhoid dan kolibasilosis.

8. Camphylobacterosis (Avian vibrionic hepatitis)


a. Penyebab : Campylobacter (C. jejuni)
b. Penularan:
• Campylobacters adalah signifikan penyebab enteritis
• Unggas yang terinfeksi berpotensi reservoir zoonosis ini
c. Gejala klinis:
• Depresi (Depression)
• Diare (lendir dan darah)
• Air liur
d. Patologi Anatomi Makroskopis:
• Nekrosis hepatik fokal ke difus dan /perdarahan subkapsular
e. Patologi Anatomi Mikroskopis:
• Fokus limfosit dan granulositik dan proliferasi saluran empedu
• Penghancuran sel mukosa di seluruh saluran usus
• Edema mukosa pada ileum dan seka, dengan akumulasi eritrosit mukus,
mononuklear sel, dan sedikit polimorfonuklear sel dalam lumen.
• Mikroskop elektron mengungkapkan keberadaan campylobacter di dalam dan
antar sel epitel dan lamina propria
f. Differensia Diagnosa:
• Inflammatory diarrhea such as salmonella, shigella, E. coli (EHEC or EIEC),
clostridium difficile, yersinia, aeromonas, plesiomonas.

9. Erysipelas
a. Penyebab :
• Erysipelothrix insidiosa/ E. rhusiopathiae
b. Penularan:
• Dapat bertahan pada tanah beralkalin selama bertahun-tahun.
• Resiko tertular akan meningkat apabila kandang/tanah pernah digunakan oleh
pigs or sheep
c. Gejala klinis:
• Depresi
• Bengkak pada jengger
• Kongesti perineum
• Kulit kudis kronis
• Kematian mendadak
d. Patologi Anatomi Makroskopis:
• Kongesti pada karkas
• Hati, ginjal, limpa bengkak
• Perdarahan pada lemak, otot, dan epikardium
• Lesi sendi
• Eksudat katarak di saluran GI
e. Patologi Anatomi Mikroskopis:
• Limpa yang membesar dan berbintik-bintik (limpa marmer)
f. Differensia Diagnosa
• Pasteurellosis, Salmonellosis, Colibacillosis, dan Acute ND

10. Listeriosis
a. Penyebab :
• Listeria monocytogenes
b. Penularan:
• Ingesti, inhalasi, luka
c. Gejala klinis:
• Dalam bentuk septikemia: tidak spesifik: depresi, lesu, dan tiba-tiba kematian.
• Dalam bentuk ensefalitis: lateral telentang, ataksia, tortikolis, kaki mendayung,
opsisthonos, paresis, dan kelumpuhan
d. Patologi Anatomi Makroskopis:
• degenerasi dan nekrosis yang luas dari miokardium.
• Splenomegali
• Fokus nekrotik di hati
• Asites dan perdarahan petekie pada miokardium, hati, ginjal, dan limpa.
e. Patologi Anatomi Mikroskopis:
Bentuk ensefalitis: disebarluaskan mikroabses, jaringan fibrin yang luas
trombosis, fokus perdarahan, nekrosis (malacia) parenkim, manset perivaskular
limfosit dan makrofag, dan gliosis.
• Lesi ditemukan di medula oblongata
f. Differensia Diagnosa:
• mencakup semua penyebab meningitis, seperti infeksi streptokokus grup B

11. Clostridial Diseases (Boulium, perfringe, colinum)


a. Penyebab :
• Clostridium perfringen, C. colinum, C. botulinum
b. Penularan:
• Tidak menyebar dari satu hewan ke hewan lainnya
c. Gejala klinis:
• burung yang tampaknya sehat dapat menjadi sangat tertekan dan mati dalam
hitungan jam.

• Bulu acak-acakan
• kotoran berair
• diare
d. Patologi Anatomi Makroskopis:
• Otot dada berwarna merah tua
• Peradangan parah pada duodenum dan jejunum adalah yang paling dominan
Cairan ofensif gelap di usus
• Mukosa ditutupi dengan warna hijau atau membran difteroid coklat, yang dapat
dengan mudah dipisahkan dari lapisan.

• Seiring dengan perkembangan kondisi, luas nekrosis dapat dikenali dari di luar usus
e. Patologi Anatomi Mikroskopis:
• Enteritis nekrotik adalah infeksi clostridium akut ditandai dengan nekrosis parah
pada mukosa usus.
f. Differensia Diagnosa:
dibedakan dari penyakit lain yang menyebabkan diare inflamasi akut, sakit perut,
demam, dan ileus, termasuk penyebab lain kolitis (iskemik, kolagen, ulseratif),
sindrom malabsorptive, dan divertikulitis.

12. Pasteurllosis itik (Pasteurella anatipestifer)


a. Penyebab :
• Infeksi Riemerella anatipestifer
b. Penularan:
• Aerosol
• Cairan yang berasal dari ungga yang terinfeks
• Meminum air atau memakan pakan yang terkontaminasi bakeri
• Saluran pernapasan bisa juga terpengaruh
c. Gejala klinis:
• bersin,
• batuk,
• Kepala gemetar/gemetar dan leher,
• diare kehijauan bisa jadi
d. Patologi Anatomi Makroskopis:
• Lesi kasar yang paling khas adalah deposit eksudat fibrin pada perikardium, hati
kapsul atau kantung udara.

• Lesi kronis mempengaruhi kulit dan sendi.


• Limpa dan hati mungkin bengkak.
• salpingitis mukopurulen atau kaseosa.
e. Patologi Anatomi Mikroskopis:
• Deposit eksudat fibrinosa pada perikardium, kapsul hati atau kantung udara.
f. Differensia Diagnosa:
• Salmonella, colisepticemia, dan Newcastle Disease

13. Chlamydiosis
a. Penyebab :
• Chlamydia psittaci
b. Penularan:
• Burung pembawa liar dan burung sangkar mengirimkan Chlamydia untuk sarang
mereka yang mungkin bertahan dan menjadi operator.
• Klamidia yang terdapat dalam debu feses dapat terhirup atau bakteri
Chlamidophyla yang tertelan

c. Gejala klinis:
• demam dan anoreksia, mengantuk, bulu leher dan kepala berdiri, nafsu makan
turun, kurus, feses berwarna hijau cair dan/ atau feces berdarah dan berwarna
abu-abu, mata berair, rongga hidung kotor.
d. Patologi Anatomi Makroskopis:
• Kantung udara menebal dan ditutupi dengan lapisan tipis dari bahan rapuh
berserat.
• Lumen kantung udara mengandung sejumlah kecil busa.
e. Patologi Anatomi Mikroskopis
• Gambaran histopatologi menunjukkan adanya makrofag, degenerasi sel alveoli dan
terdapatnya tonjolan sel epitel pada paru-paru.
• Terlihat adanya intracellular elementary bodies
f. Differensia Diagnosa:
• Penyakit sering dikelirukan dengan berbagai penyakit yang menyebabkan
gangguan sistem respirasi.

14. Avian tuberkulosis


a. Penyebab :
• Mycobacterium avium/M. genavense
b. Penularan:
• Sangat tangguh dan tahan asam mikroorganisme.
• Tahan terhadap perubahan suhu, pengeringan.
C.. Gejala klinis:

• .penurunan berat badan


• kematian
d. Patologi Anatomi Makroskopis:
Terbentuknya lesi granulomatosa di visera,
• Dalam kasus lanjut, tuberkel dapat diamati di sepanjang sumsum tulang femur atau
tibia
e. Patologi Anatomi Mikroskopis:
• Massa utama tuberkel terdiri dari: sel epiteloid, dan di perifer terdapat benda asing
sel raksasa berinti banyak tipe tubuh. Di lebih tua koagulasi sentral granuloma atau
nekrosis kaseosa
f. Differensia Diagnosa:
• neoplastik, coligranuloma (Penyakit Hjarre), penyakit pullorum.

15. Streptokokokis
a. Penyebab :
• S. gallinaceus,
• S. gallolyticus
b. Penularan:
• Banyak spesies lain yang tidak dibahas di sini telah diisolasi dari unggas yang sehat
dan dianggap non-patogen
c. Gejala klinis:
•anoreksia, lesu dan diare
• tingkat kematian
• tanda-tanda neurologis yang parah,
• kelumpuhan
• penyakit kuning.
d. Patologi Anatomi Makroskopis:
• Lesi pada infeksi streptokokus kronis meliputi: artritis, tenosinovit, miokardit, dan
katup endokardit. Endokardit mempengaruhi terutama mitral katup dan lebih
jarang, katup aorta dan trikuspid.
e. Patologi Anatomi Mikroskopis:
• Pada infeksi stafilokokus septikemia, hiperemia, pembesaran dan berbagai derajat
nekrosis koagulasi di hati atau limpa
f. Differensia Diagnosa:
• Diagnosis banding termasuk septikemia bakteri lainnya seperti: staphylococcosis,
kolera unggas, infeksi E. coli dll.
16. Staphilococcosis
a. Penyebab :
• Bakteri Staphylococcus, terutama S.aureus
b. Penularan:
• Luka, baik yang tidak disengaja atau disebabkan oleh intervensi seperti paruh
pemangkasan, dan pemangkasan jari kaki mungkin merupakan pintu masuk
dengan penyebaran selanjutnya melalui aliran darah ke situs khas lesi.
• Penularan terjadi di tempat penetasan dan di peternakan umum lingkungan, dan
oleh fomites. Faktor predisposisi termasuk reovirus infeksi, stres kronis, trauma,
dan imunosupresi.
c. Gejala klinis:
• Bulu kusut
• Mobilitas rendah.
• diare
• Bengkak di atas hock dan di sekitar hock dan kaki.
• Beberapa kematian mendadak akibat septikemia akut jika tantangannya sangat
berat.
d. Patologi anatomi makroskopis:
• Tenosinovitis, paling sering di plantar area kaki atau tepat di atas sendi hock.
• Hal ini dapat berkembang menjadi pembentukan abses pada daerah-daerah ini.
e. Patologi anatomi mikroskopis:
• Sendi yang terinfeksi mungkin memiliki eksudat yang jelas dengan: bekuan fibrin
f. Differensia diagnosa:
• Colibacillosis, Salmonella spp., Mycoplasma spp., especially M. synoviae.

Anda mungkin juga menyukai