Iqbalsyah Rudi
NIM : 1902101010199
KELAS : 07
MATA KULIAH : Farmakologi II
DOSEN PENGAMPU : Frengki S. Farm., Apt, M. Farm
A. Farmakodinamik
Mekanisme kerja obat cetirizine pada konstriksi otot polos seperti pada
kondisi spasme bronkus akibat reaksi alergi, adalah dengan menginhibisi efek
histamin pada otot polos tersebut. Kerja obat terhadap terjadinya vasokonstriktor
histamin adalah dengan memberikan efek vasodilator dengan cara mengaktivasi
reseptor H1 pada sel-sel endotelial.
Cetirizine juga bekerja dengan menghalangi peningkatan permeabilitas
kapiler, dan edema yang disebabkan oleh pelepasan histamin. Selain itu, kerja
obat yang menekan aksi histamin pada saraf akhir, akan mengurangi rasa gatal
dan kemerahan pada kulit akibat reaksi alergi. Kompetisi obat dengan histamin
yang melepaskan sitokin dan eicosanoids yang bersifat inflamasi, pada
reseptor-reseptor H1 di sel-sel efektor akan menurunkan reaksi inflamasi tersebut.
Cetirizine menunjukkan selektivitas tinggi terhadap reseptor H1, sehingga
tidak memiliki efek terhadap reseptor muskarinik serta hanya menunjukkan efek
antiserotonergik dan antikolinergik minimal yang dapat diabaikan. Hal ini
berlawanan dengan kerja antihistamin generasi pertama, yaitu selektivitas buruk
terhadap reseptor dan sering berinteraksi dengan reseptor-reseptor amines,
menimbulkan efek antimuskarinik, anti ɑ-adrenergic, dan antiserotonin.
Cetirizine merupakan substrat P-glycoprotein (gP) yang terbatas kemampuannya
dalam melintasi sawar otak. Karenanya, sangat sedikit kadar obat terikat pada
reseptor histamin serebral, sehingga efek sedasi obat minimal.
B. Farmakokinetik
Cetirizine diabsorpsi cepat setelah konsumsi per oral. Bioavailabilitas
obat >70%. Konsentrasi puncak tercapai dalam waktu sekitar satu jam, dan masa
kerja obat sekitar 12‒24 jam. Konsumsi obat bersama makanan, dapat
memperlambat waktu pencapaian konsentrasi puncak obat dalam plasma darah.
Sebagian kecil obat cetirizine dimetabolisme di hati, terutama oleh enzim
CYP3A4, dan obat mengikuti siklus enterohepatik. Selain itu, cetirizine juga
dimetabolisme secara terbatas oleh oxidative Odealkylation menjadi suatu
metabolit yang aktivitas antihistaminnya dapat diabaikan.
Sekitar 93% cetirizine dalam plasma darah terikat protein. Distribusi obat
terbatas hingga pada lokasi ekstraseluler dimana terdapat reseptor H1, dan pada
sel-sel yang bersifat inflamasi seperti mastosit, basofil, eosinofil, dan limfosit.
Sebagai antihistamin generasi kedua, hanya terdapat sedikit konsentrasi obat
cetirizine yang mampu melewati sawar otak. Hal ini menyebabkan efek sedasi
yang minimal dibandingkan antihistamin generasi pertama seperti
diphenhydramine. Walau demikian, efek sedasi cetirizine merupakan yang terkuat
dibandingkan obat antihistamin generasi kedua lainnya.
Waktu paruh eliminasi obat adalah sekitar 8,3 jam. Ekskresi cetirizine,
sebagian besar sekitar 70% dikeluarkan melalui urine, dimana sekitar separuhnya
sebagai obat dalam bentuk tidak berubah. Sebagian kecil obat, yaitu sekitar 10%
dibuang ke feses.