Anda di halaman 1dari 10

MELIOIDOSIS

Nama : Arindya Andrian


NPM : 1702101010144
Kelas : 1
1. ETIOLOGI

2. TRANSMISI

3. GEJALA KLINIS

4. PATOGENESA

5. PATOLOGI ANATOMI

6. HISTOPATOLOGI
ETIOLOGI
• Disebut juga dengan whitmore disease

• Disebabkan oleh infeksi bakteri Burkholderia


pseudomallei yang dapat menginfeksi hewan
maupun manusia (Mardana dan Budayanti, 2018).

• Melioidosis Pertama kali dikenali sebagai penyakit fata


l "seperti glanders" di Myanmar pada tahun
1911 oleh Alfred Whitmore.

• Bakteri tersebut hidup di bawah permukaan tanah pada


musim kering tetapi setelah curah hujan yang deras Hewan yang peka terhadap melioidosis
adalah satwa primata, sapi, kambing,
ditemukan dalam air permukaan dan lumpur dan dapat j
domba, babi, anjing, kucing dan
uga naik di udara. rodensia.

• Terjadi secara endemik di daerah tropis Melioidosis


bersifat terutama di Asia Tenggara dan Australia bagian
utara (Wiersinga et al., 2018).
Burkholderia pseudomallei

• Patogen oportunistik
• gram negatif
• Berbentuk batang
• Ditemukan di : tanah lembab,
sawah, dan air berlumpur
TRANSMISI
• Ingesti
- air yang terkontaminasi

• Inhalasi
- debu dari tanah yang terkontaminasi

• Infeksi Luka
- kontak dengan tanah yang terkontaminasi

• Transplacental
- Dilaporkan pernah terjadi pada kambing

• Infeksi nosokomial
- Dilaporkan pada 4 ekor kucing pada RS hewan, kemungkinan melalui
injeksi multidosis yang terkontaminasi.

• Jarang
- person to person
- animal to animal
GEJALA KLINIS
Gejala klinis sangat bervariasi tergantung pada lokasi infeksi dan tingkat
keparahan bervariasi tergantung pada infeksi fase akut atau kronis.
Namun gejala klinis yang pertama kali didokumentasikan dapat berupa
pneumonia dan abses pada beberapa organ.

• Kambing dan domba : gangguan syaraf, kadang-kadang ditemukan terjadi


mastitis.
• Rodensia : adanya kelemahan, demam serta keluar lendir dari mata dan
hidung dan berlangsung lama yaitu 2-3 bulan.
• Babi : lympadenitis kronis
• Kuda : pneumonia metastasis akut disertai demam tinggi dan berlangsung
singkat, septisemia, hypertheremia, oedema, kolik, diare dan lymphangitis
pada kaki. Pada kasus sub akut dapat menjadi lemah, kurus dan terbentuk
oedema. Kuda yang terserang penyakit ini dapat hidup beberapa bulan.
PATOGENESA
Kasus : Tikus dan hamster yang mengalami maleidosis pernafasan akut

* Burkholderia pseudomallei resisten terhadap enzim lisosomal dan peptidase sehingga


menyebabkannya mampu bertahan hidup pada sel phagocytes seperti neutrofil dan
makrofag. Kemampuan hidup bakteri ini disebabkan karena mampu memproduksi
kapsul
glycocalyx polysaccharide yang berfungsi untuk membentuk mikrokoloni sebagai
PATOLOGI ANATOMI
Secara eksperimen, Melioidosis pada
kambing ditandai oleh adanya septisemia
dengan mikroabses yang menyebar luas
setelah disuntik secara intra-peritoneal
Banyak abses di sebagian besar organ,
terutama di sistem pernapasan termasuk Rongga hidung Kambing. Terdapat nodul
berwarna putih pucat yang menonjol
ke bagian paru-paru, limpa dan hati. (abses) pada mukosa hidung
Abses juga terjadi di bagian subkutan
dan lymphoglandulla yang merupakan
ciri dari penyakit ini. Pada domba, abses
ini mengandung nanah berwama hijau
yang kental atau mengeju

(a). paru-paru, abses disertai pendarahan


(b). Paru-paru
(c). Limpa
(d). Ginjal
HISTOPATOLOGI
(a) Kulit, neutrofilik yang luas secara multifokal
infiltrat (N) memperluas dermis dalam di
sekitar pembuluh darah dan adneksa
dengan celah subepidermal (C)

(b) jantung, miokarditis interstisial limfoplasma


(panah) menyusup di sepanjang bidang
jaringan;

(c) hati, mikroabses portal vasosentris (M)


melenyapkan kutub bawah vena portal (V);

(d) ginjal, pielonefritis supuratif


dengandegenerasi neutrofil (N) mengisi
lumen, menginfiltrasi lapisan panggul
membentuk abses mukosa
(panah), dan menyerang stroma suburothelial;
Daftar Pustaka

Direktur Kesehatan Hewan. (2014) . Manual Penyakit Hewan Mamalia. Direktorat


Kesehatan Hewan, Direktorat Bina Produksi Peternakan, Departemen
Pertanian RI, Jakarta Indonesia.
Mardana, I. W. R. P. dan Budayanti, N. N. S. (2018). Persentase kesalahan identifikasi
bakteri Burkholderia pseudomallei diantara bakteri gram negatif, oksidase
positif yang teridentifikasi menggunakan metode vitek 2 di laboratorium mikrobi
ologi klinik rsup sanglah denpasar tahun 2014. E-jurnal Medika. 7(12) : 1-5.
Soffler, C., BoscoLauth, A. M., Aboellail, T. A., Marolf, A. J. and Bowen, R.A. (2014).
Pathogenesis of percutaneous infection of goats with Burkholderia pseudomallei:
clinical, pathologic, and immunological responses in chronic melioidosis. Internat
ional Journal of Experimental Pathology, 95 : 101–119.
Wiersinga, W. J., Virk, H. S., Torres, A. G., Currie, B. J., Peacock, S. J., Dance, D. A. B.,
and Limmathurotsaku, D. (2018). Melioidosis. Disease Primer, 4(17107) : 1-22.

Anda mungkin juga menyukai