Anda di halaman 1dari 99

Perbandingan ANC dan Faktor Resiko Kehamilan pada Ibu

dengan Anak Stunting dan Ibu dengan Anak Tidak Stunting

Usia 2-5 Tahun di Desa Kebun Kelapa

Kabupaten Langkat

SKRIPSI

Oleh

Erida Napitupulu

151101116

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2019

1
Universitas Sumatera Utara
2

Universitas Sumatera Utara


3

Universitas Sumatera Utara


4

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Allah Bapa yang Mahakuasa karena berkat dan

kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Perbandingan ANC dan Faktor Resiko Kehamilan pada Ibu dengan Anak

Stunting dan Ibu dengan Anak TIdak Stunting Usia 2-5 Tahun di Desa Kebun

Kelapa Kabupaten langkat”.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk menyandang

gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) dan sebagai hasil dari proses belajar penulis

selama menimba ilmu di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Selama mengerjakan skripsi ini penulis mendapatkan banyak bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keperawatan, Ibu

Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Wakil Dekan I, Ibu Cholina Trisa

Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Wakil Dekan II, Ibu Dr. Siti Saidah

Nasution, S.Kp, M.Ked., Sp.Mat selaku Wakil Dekan III.

2. Nur Afi Darti, Skp, M.Kep, selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan

waktu dan memberi saran serta kritik yang bermanfaat kepada saya dalam

penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS, selaku dosen penguji I, Ibu Bina Melvia Girsang,

S.Kep, Ns, M.Kep, selaku dosen penguji II yang bersedia menguji saya dan

memberikan masukan untuk perbaikan dalam penyusunan skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara


5

4. Ibu Dr. Siti Saidah Nasution, Skp, M.Kep.Sp.Mat selaku dosen Fakultas

Keperawatan yang telah menguji validitas kuesioner ketersediaan layanan

ANC serta memberikan tanggapan dan saran kepada penulis.

5. Kepada seluruh dosen Fakultas Keperawatan yang telah mendidik penulis

selama proses perkuliahan dan staf non akademik yang telah membantu

memfasilitasi secara administrasi.

6. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat dan Kepala Puskesmas Hinai Kiri

beserta staf yang telah memberikan izin memberikan izin untuk penelitian.

7. Keluarga besar saya (Keluarga besar Op. Cecilia Maranata Napitupulu) yang

telah mendukung, mendoakan dan membantu saya selama 4 tahun menimba

ilmu di Universitas Sumatera Utara. Ucapan terima kasih yang tak terhingga

untuk orang tua tercinta, Ayahanda Togar Napitupulu) dan Rosdiana

Simanjuntak yang telah mengasuh dan memberikan kasih sayang serta doa

restunya yang tiada ternilai kepada penulis. Juga buat saudara-saudara saya

terimakasih atas doa, dukungan dan semangat yang diberikan kepada saya

dalam mengerjakan skripsi ini.

8. Ungkapan yang tiada lelah membantu dan memberikan dukungan kepada saya

yaitu teman-teman saya, winda simatupang, Irma pane, zakiyah dan Depi yang

telah memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman satu dosen pembimbing (Aini Minta Ito Harahap, Adelina

Hutauruks dan Titing Nur Ainun) dan teman-teman Fakultas Keperawatan

stambuk 2015 terima kasih untuk bantuan dan semangat yang telah diberikan.

Universitas Sumatera Utara


6

10. Sahabat-sahabat terikasih, yang senantiasa mendukung dalam segala keadaan

untuk tetap semangat dan menjadi teman bertukar pikiran sepanjang

penyusunan skripsi ini.

11. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu per satu

yang telah mendukung penyelesaian skripsi ini.

Biarlah Tuhan yang mencurahkan berkat dan kasih-Nya kepada pihak

yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini, dan semoga skripsi ini

bermanfaat bagi dunia keperawatan.

Medan, Juli 2019

Penulis

Universitas Sumatera Utara


7

Judul : Perbandingan ANC dan faktor resiko kehamilan pada ibu


dengan anak stunting dan ibu dengan anak tidak stunting usia 2-
5 tahun di desa Kebun Kelapa Kabupaten Langkat
Nama : Erida Napitupulu
NIM : 151101116
Jurusan : Ilmu Keperawatan

ABSTRAK
Stunting bermula pada proses tumbuh kembang janin dari kandungan
sampai balita, dimana proses tumbuh kembang terganggu oleh berbagai penyebab
secara langsung maupun tidak langsung seperti ANC dan faktor resiko kehamilan.
Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan prevalensi
stunting yang tinggi dan Kabupaten Langkat merupakan salah satu kabupaten di
Sumatera Utara dengan prevalensi stunting tertinggi. Penelitian ini bertujuan
untuk membandingkan ANC dan faktor resiko kehamilan ibu pada anak stunting
dan tidak stunting usia 2-5 tahun di Desa Kebun Kelapa Kabupaten Langkat.
Penelitian kuntitatif ini menggunakan desain deskriptif komparatif dengan
pendekatan Cross Sectional. Jumlah sampel 60 orang yaitu 30 ibu dengan anak
stunting dan 30 ibu dengan anak tidak stunting dengan tehnik sampling yaitu
purposive sampling. Metode pengambilan data menggunakan kuesioner. Data
dianalisis menggunakan uji Mann Withney. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kunjungan dan ketersediaan layanan ANC pada anak stunting berbeda dengan
anak tidak stunting ( p < 0,05 ). Faktor resiko kehamilan yaitu pendidikan dan
paritas juga didapatkan hasil yang berbeda antara anak stunting dan tidak stunting.
Maka dapat disimpulkan bahwa ibu dengan anak tidak stunting melakukan
pemeriksaan kehamilan lebih sering dan mendapat pelayanan ANC lebih lengkap.
Pendidikan ibu dengan anak tidak stunting lebih tinggi dan paritas lebih rendah
dibanding ibu dengan anak stunting. Oleh karena itu setiap ibu hamil diharapkan
untuk melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai standar dan mampu
meningkatkan pengetahuan mengenai faktor resiko kehamilan untuk mencegah
terjadinya stunting pada anak.
Kata kunci : Stunting, ANC, faktor resiko kehamilan

Universitas Sumatera Utara


8

Universitas Sumatera Utara


9

DAFTAR ISI
Halaman judul
Halaman Persetujuan Ujian Sidang Persetujuan Penelitian
Abstrak ………………………………………………………………… i
Prakata …………………………………………………………………. ii
Riwayat Hidup …………………………………………………………. iv
Daftar Isi ……………………………………………………………….. v
Daftar Tabel ……………………………………………………………. Viii

BAB 1. PENDAHULUAN ..................................................................... 1


1.1 Latar Belakang........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 7
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................. 9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 10


2.1 Stunting .................................................................................... 10
2.1.1. Pengertian Stunting ...................................................... 10
2.1.2. Diagnosis dan Klasifikasi ............................................. 11
2.1.3. Dampak Stunting .......................................................... 15
2.1.4. Penyebab Stunting ........................................................ 17
2.2. Antenatal Care (ANC) ............................................................ 20
2.2.1. Pengertian Antenatal Care ............................................ 20
2.2.2. Tujuan Antenatal Care .................................................. 21
2.2.3. Standar Pelayanan Antenatal Care…………………… 22
2.3. Faktor resiko kehamilan yang berhubungan dengan
kejadian stunting .................................................................... 27
2.3.1. Usia .............................................................................. 27
2.3.2. Tinggi Badan ............................................................... 28
2.3.3. Jarak Kelahiran ............................................................. 29
2.3.4. Pendidikan Ibu .............................................................. 30
2.3.5. Paritas ........................................................................... 32

BAB 3. KERANGKA PENELITIAN ..................................................... 33


3.1. Kerangka Konseptual............................................................ 33
3.2. Defenisi Operasional ............................................................ 34

BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN................................................. 37


4.1. Desain Penelitian ................................................................... 37
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 37
4.3. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ................................ 38
4.4. Pengumpulan Data ................................................................. 40

Universitas Sumatera Utara


10

4.5. Pertimbangan Etik ................................................................. 41


4.6. Instrumen Penelitian ............................................................... 43
4.7. Uji Validitas dan Reabilitas .................................................... 44
4.8. Pengolahan dan Analisa Data ................................................. 45

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................. 48


5.1. Hasil Penelitian ...................................................................... 48
5.1.1. Karakteristik Responden............................................... 48
5.1.2. Karakteristik ANC ........................................................ 51
5.1.3. Faktor Resiko Kehamilan ............................................. 52
5.1.4. Perbandingan ANC dengan Kejadian Stunting ............ 55
5.1.5. Perbandingan Faktor Resiko Kehamilan dengan Kejadian
Stunting ........................................................................ 57
5.2. Pembahasan Penelitian ........................................................... 59

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 65


6.1. Kesimpulan ............................................................................ 65
6.2. Saran ...................................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 67

Lampiran 1. Jadwal Tentatif Penelitian


Lampiran 2 Inform Consent
Lampiran 3 Persetujuan Penelitian
Lampiran 4 Kuesioner Penelitian
Lampiran 5 Hasil Uji Validitas
Lampiran 6 Hasil Uji Reliabilitas
Lampiran 7 Master Data Penelitian
Lampiran 8 Hasil Penelitian
Lampiran 9 Kode Etik dan Ijin Penelitian
Lampiran 10 Taksasi Dana Penelitian
Lampiran 11 Lembar Konsul
Lampiran 12 Riwayat Hidup

Universitas Sumatera Utara


11

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan presentasi karakteristik responden


ibu dengan anak stunting dan ibu dengan anak tidak stunting
usia 2-5 tahun di Desa Kebun Kelapa Kabupaten Langkat……... ……50

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi kunjungan ANC dan ketersediaan layanan


ANC pada ibu dengan anak stunting dan ibu dengan anak tidak
stunting usia 2-5 tahun di Desa Kebun Kelapa Kabupaten
Langkat……..........................................................................................52

Tabel 5.3 Distribusi dan frekuensi faktor resiko Kehamilan pada ibu
dengan anak stunting dan ibu dengan anak tidak stunting usia
2-5 tahun di Desa Kebun Kelapa Kabupaten Langkat…………….......54

Tabel 5.4 Hasil uji Mann whitney perbandingan kunjungan ANC pada ibu dengan
anak stunting dan ibu dengan anak tidak stunting usia 2-5
tahun di Desa Kebun Kelapa Kabupaten Langkat ……………............55

Tabel 5.5 Hasil uji Mann Withney Perbandingan Ketersediaan layanan


ANC pada ibu dengan anak stunting dan iobu dengan anak tidak
stunting usia 2-5 tahun di Desa Kebun Kelapa Kabupaten
Langkat …………….............................................................................56

Tabel 5.6 Hasil uji Mann whitney Perbandingan faktor resiko kehamilan pada ibu
dengan anak stunting dan ibu dengan anak tidak stunting usia
2-5 tahun di Desa Kebun Kelapa Kabupaten Langkat...........................58

Universitas Sumatera Utara


12

DAFTAR SKEMA

Skema 3.1 Perbandingan antenatal care dan faktor resiko kehamilan pada ibu
dengan anak stunting dan ibu dengan anak tidak stunting usia 2-5
tahun di Desa Kebun Kelapa Kabupaten Langkat…………………..33

Universitas Sumatera Utara


13

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan

gizi yang kurang dalam waktu yang cukup lama akibat pemberian makanan yang

tidak sesuai dengan kebutuhan gizi (Kemenkes, 2013). World Health

Organization (WHO) Child Growth Standart mendiagnosis stunting berdasarkan

pada indeks antropometri panjang badan dibanding umur (PB/U) atau tinggi

badan dibanding umur (TB/U) dengan batas (z-score) di bawah standar deviasi (<-

2 SD) dikatakan pendek/stunted dan sangat pendek/severely stunted apabila z-

score di bawah standar deviasi (<-3 SD). Stunting terjadi mulai janin masih dalam

kandungan dan dapat diidentifikasi saat berusia 2 tahun. Sunting dapat diketahui

pada balita bila sudah diukur panjang atau tinggi badannya, lalu dibandingkan

dengan standar dan hasilnya di bawah normal (Ulty D, 2018). Jadi secara fisik

balita yang mengalami stunting akan lebih pendek dibandingkan balita seusianya,

memiliki proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak kelihatan lebih muda/kecil

di bandingkan anak seusianya dan berat badan lebih rendah di bandingkan anak

seusianya (WHO, 2010).

Stunting disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor sosial

ekonomi, faktor janin, dan faktor ibu (Chirande et al.2015). Menurut WHO

(2013), faktor penyebab stunting secara komprehensif diuraikan menjadi faktor

langsung dan tidak langsung. Faktor langsung diantaranya kurangnya asupan gizi

pada bayi dan faktor tidak langsung diantaranya faktor resiko yang dapat

Universitas Sumatera Utara


14

menyebabkan stunting. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Cina

menunjukkan bahwa faktor ibu merupakan faktor resiko kehamilan untuk

terjadinya gangguan tumbuh kembang seperti tinggi badan. Berdasarkan

penelitian yang di lakukan oleh Y.Jiang (2014), faktor ibu yang sangat

berhubungan dengan penyebab sunting pada bayi antara lain usia ibu saat hamil,

tinggi badan ibu, pendidikan ibu, paritas dan jarak kehamilan. Faktor resiko

kehamilan ini sangat mempengaruhi keadaan kesehatan dan perkembangan janin

dan dapat menyebabkan berat badan lahir rendah (BBLR) (WHO, 2014).

Penelitian di Nepal menujukkan bahwa bayi dengan berat lahir rendah

mempunyai resiko untuk menjadi stunting (Paudel,et al., 2012).

Berdasarkan penelitian Rahayu (2011), menegaskan bahwa tinggi badan

ibu merupakan faktor yang sangat berhubungan dengan penyebab stunting.

Penelitian di India dan Guatemala menyebutkan bahwa ibu yang pendek beresiko

mempunyai bayi stunting dua kali lebih tinggi dibanding ibu yang memiliki tinggi

badan yang normal (Martorell & Young, 2012). Hasil penelitian Zottarelli (2007),

di Mesir juga menunjukkan bahwa anak yang lahir dari ibu yang tinggi badan

<150 cm memiliki resiko lebih tinggi untuk menjadi stunting. Hasil penelitian

Sumiaty (2017), bahwa faktor ibu yang berhubungan dengan kejadian stunting

adalah tinggi badan ibu, begitu juga dengan hasil penelitian oleh Nurul (2016),

menunjukkan adanya hubungan antara tinggi badan ibu dengan kejadian stunting.

Pendidikan ibu juga faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nadiyah (2013), menunjukkan bahwa

adanya hubungan pendidikan ibu dengan kejadian stunting. Ibu dengan

Universitas Sumatera Utara


15

pendidikan rendah berpeluang memiliki anak stunting 1,8 kali lebih besar

dibandingkan dengan ibu dengan pendidikan tinggi. Berdasarkan hasil penelitian

Y.Jiang (2014), menunjukkan bahwa pendidikan ibu yang rendah beresiko

memiliki anak stunting dua kali lebih tinggi dibandingkan ibu dengan pendidikan

tinggi. Pendidikan ibu yang rendah merupakan faktor resiko stunting (Ardiyah,

2015)

Usia ibu saat hamil juga menunjukkan adanya hubungan yang signifikan

dengan kejadian stunting. Usia ibu diatas 35 tahun saat hamil memiliki resiko

melahirkan anak stunting 2,74 kali lebih tinggi dibanding ibu yang melahirkan

pada usia 20-35 tahun (Y Jiang, 2014). Usia muda saat hamil atau usia dibawah

20 tahun akan beresiko tinggi terhadap kejadian stunting. Hamil pada usia

dibawah standar mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan janin tidak

optimal karena secara bilogis ibu belum optimal dalam mengontrol emosi yang

cenderung labil dan mental yang belum matang sehingga mudah mengalami

depresi yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan gizi

selama kehamilan (Najahah, 2012).

Paritas juga berhubungan dengan kejadian stunting. Berdasarkan

penelitian Nur (2016) menyebutkan bahwa ibu melahirkan dengan paritas tinggi

atau jumlah anak yang banyak memiliki resiko sebesar 1,703 kali lebih besar

untuk melahirkan bayi berat lahir rendah atau BBLR. Paritas yang tinggi akan

berdampak pada timbulnya berbagai masalah kesehatan baik bagi ibu maupun

pada bayi yang dilahirkan. Semakin sering ibu hamil dan melahirkan, semakin

dekat jarak kehamilan dan kelahiran, elastisitas uterus semakin terganggu,

Universitas Sumatera Utara


16

akibatnya uterus tidak berkontraksi secara sempurna dan mengakibatkan

perdarahan pasca kehamilan dan kelahiran premature atau BBLR yang akan

mengakibatkan terjadinya stunting pada anak (Fitri, 2012).

Faktor lain yang berhubungan dengan kejadian stunting adalah kunjungan

ANC (antenatal care). ANC merupakan suatu pelayanan yang diberikan oleh

tenaga kesehatan kepada ibu selama kehamilan antara lain pemantauan kesehatan

secara fisik, psikologis, termasuk pertumbuhan dan perkembangan janin guna

mendeteksi resiko terjadinya komplikasi kehamilan serta mempersiapkan

persalinan dan kelahiran supaya ibu siap menghadapi peran baru sebagai orang tua

(Wagiyo & Putrono, 2016). Setiap ibu hamil sangat di anjurkan untuk melakukan

pemeriksaan ANC komprehensif yag berkualitas minimal 4 kali yaitu 1 kali pada

trimester pertama,1 kali pada trimester kedua dan 2 kali pada trimester ketiga

(Backe et al, 2015; kemenkes,RI 2015; PMK 97, 2014)..

Penelitian Bwalya et al, (2015) di Zambia dengan prevalensi stunting

44,5%, melaporkan bahwa jumlah kunjungan ANC mempengaruhi resiko stunting

dimana bila kunjungan antenatal care lebih dari 3 kali dapat mencegah stunting

sedangkan bila kunjungan antenatal care lebih dari 4 kali dapat mencegah stunting

lebih baik lagi. Penelitian di Bhutan juga menunjukkan bahwa faktor resiko

stunting pada balita adalah faktor ANC <3 kali dan tidak melakukan kunjungan

ANC sama sekali pada tenaga kesehatan (Aguayo et al,2015). Ibu yang

melakukan kunjungan ANC tidak standar memiliki resiko mempunyai balita

stunting 2,4 kali dibandingkan ibu yang melakukan kujungan ANC terstandar

(Aulia, 2016). Pada penelitian Aulia sampel yang digunakan yaitu balita usia 12-

Universitas Sumatera Utara


17

59 bulan yang ditelusuri secara retrospektif untuk melihat adanya hubungan

kunjungan ANC terhadap kejadian stunting yang dilaksanakan di Kabupaten

Lombok Utara provinsi NTB. Namun berbeda dengan penelitian ini. Penelitian

ini menggunakan sampel balita stunting dan tidak stunting dengan tujuan untuk

melihat apakah ada perbedaan yang signifikan ANC yang terdiri dari kunjungan

ANC dan ketersediaan layanan ANC serta faktor resiko kehamilan pada ibu

dengan anak stunting dan ibu dengan anak tidak stunting usia 2-5 tahun yang

dilaksanakan di Kabupaten Langkat. Kulitas ANC dan kunjungan ANC yang

kurang memiliki resiko 6 kali lebih besar untuk melahirkan bayi berat lahir rendah

dan bayi dengan berat lahir rendah merupakan faktor yang berperan dalam

kejadian stunting (Sholikin, 2015). Hasil penelitian Endah (2018) juga

menegaskan bahwa adanya hubungan yang bermakna kunjungan ANC dengan

kejadian stunting.

Masalah anak pendek (stunting ) merupakan salah satu permasalahan gizi

yang dihadapi di dunia, khususnya di negara negara miskin dan berkembang (

Unicef, 2013). Menurut WHO, di seluruh dunia, diperkirakan ada 178 juta anak di

bawah usia lima tahun atau satu dari empat anak balita mengalami pertumbuhan

terhambat (IFPRI, 2014). Indonesia masuk lima besar Negara di dunia dengan

prevalensi stunting yang tinggi dan prevalensi stunting di Indonesia merupakan

yang tertinggi dari pada Negara Negara lain di Asia Tenggara. Berdasarkan hasil

riset kesehatan dasar (Riskesdas ) tahun 2013 di Indonesia terdapat 37,2 % balita

yang mengalami stunting. Diketahui dari jumlah presentasi tersebut 19,2% anak

pendek dan 18,0% sangat pendek.

Universitas Sumatera Utara


18

Berdasarkan Riskesdas (2018), prevalensi stunting di Indonesia adalah

30,8 % dimana kategori pendek adalah 19,3% dan kategori sangat pendek adalah

11,5%. Kondisi ini menunjukkan bahwa prevalensi anak stunting di Indonesia

masih cukup tinggi dibandingkan dengan negara negara di Asia (Kemenkes,

2013). Berdasarkan hasil riskesdas juga menunjukkan prevalensi stunting di

Sumatera Utara adalah 32,2%, salah satunya kabupaten Langkat. Berdasarkan

data TNP2K (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan) pada tahun

2013 prevalensi stunting di kabupaten langkat, Sumatera Utara adalah sekitar

55,48% dan jumlah balita dengan kondisi stunting adalah 54.961 jiwa. Kabupaten

Langkat merupakan salah satu dari 4 kabupaten di Sumatera Utara dengan

prevalensi stunting tertinggi. Kabupaten Langkat terdiri dari beberapa kecamatan

dan setiap kecamatan terdiri dari beberapa desa salah satunya desa Kebun Kelapa

Berdasarkan data dari puskesmas terdapat 30 balita stunting usia 2-5 tahun di desa

Kebun Kelapa.

Stunting menjadi permasalahan karena berhubungan dengan meningkatnya

resiko terjadinya kesakitan dan kematian, perkembangan otak sub optimal

sehingga pertumbuhan motorik terlambat dan pertumbuhan mental terhambat

(Unicef, 2013 ). Kejadian stunting pada anak balita memerlukan perhatian khusus

karena berkaitan dengan resiko penurunan kemampuan intelektual, produktivitas

dan peningkatan resiko penyakit degeneratif di masa mendatang (Eka Kusuma &

Nuryanto, 2013). Beberapa studi menunjukkan resiko akibat stunting yaitu

penurunan prestasi akademik (Picauly & Toy, 2013), meningkatkan resiko

obesitas (Timoteus, 2012), lebih rentan terhadap penyakit tidak menular (Unicef,

Universitas Sumatera Utara


19

2013) dan peningkatan resiko penyakit degenerative (WHO, 2013 ; Crookston et

al, 2013). Penelitian kohort prospektif di Jamaika, dilakukan pada kelompok usia

9-24 bulan diikuti perkembangan psikologisnya ketika berusia 17 tahun, di

peroleh bahwa remaja yang terhambat pertumbuhannya lebih tinggi tingkat

kecemasan, gejala depresi, dan memilki harga diri dan prestasi di sekolah di

sekolah lebih rendah dibandingkan dengan remaja yang tidak terhambat

pertumbuhannya (Wiyono S, 2016).

Anak anak yang terhambat pertumbuhannya sebelum berusia 2 tahun

memiliki hasil yang lebih buruk dalam emosi dan perilakunya pada masa remaja

akhir (Walker et al, 2007). Oleh karena itu stunting mengakibatkan buruknya

kualitas sumber daya manusia yang selanjutnya akan berpengaruh pada

pengembangan potensi bangsa (Unicef, 2013). Berdasarkan uraian tersebut maka

peneliti tertarik untuk meneliti perbandingan ANC dan faktor resiko kehamilan

pada ibu dengan anak stunting dan ibu dengan anak tidak stunting usia 2-5 tahun

di desa Kebun Kelapa Kabupaten Langkat.

1.2. Rumusan masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ;

Uraian dalam latar belakang masalah di atas memberi dasar bagi peneliti

untuk merumuskan masalah penelitian bagaimanakah perbandingan ANC

(antenatal care) dan faktor resiko kehamilan pada ibu dengan anak stunting dan

ibu dengan anak tidak stunting usia 2-5 tahun di desa Kebun Kelapa kabupaten

Langkat.

Universitas Sumatera Utara


20

1.3. Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Mengidentifikasi perbandingan antenatal care dan faktor resiko kehamilan

berdasarkan kejadian stunting pada anak usia 2-5 tahun di desa Kebun Kelapa

kabupaten Langkat.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi riwayat kunjungan antenatal care dan ketersediaan

pelayanan antenatal care yang di dapatkan ibu yang mempunyai anak

stunting dengan usia 2-5 tahun

2. Mengidentifikasi riwayat kunjungan antenatal care dan ketersediaan

pelayanan antenatal care yang didapatkan ibu yang mempunyai anak tidak

stunting dengan usia 2-5 tahun

3. Mengidentifikasi faktor resiko kehamilan pada ibu yang mempunyai anak

stunting dengan usia 2-5 tahun

4. Mengidentifikasi faktor resiko kehamilan pada ibu yang mempunyai anak

tidak stunting dengan usia 2-5 tahun

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pelayanan Kesehatan

Penelitian ini diharapakan dapat memberikan informasi bagi para tenaga

kesehatan dalam mengusahakan pencegahan stunting atau penekanan dalam

mengurangi angka stunting pada balita.

Universitas Sumatera Utara


21

2. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan

mengenai antenatal care dan faktor resiko kehamilan terkait dengan kejadian

stunting pada anak.

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman dan

meningkatkan wawasan peneliti dan berharap penelitian ini dapat digunakan

sebagai referensi untuk penelitan selanjutnya.

5. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi bagi ibu hamil terkait

pentingnya antenatal care dan pengetahuan tentang faktor resiko kehamilan untuk

mencegah terjadinya stunting pada anak.

Universitas Sumatera Utara


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Stunting

2.1.1. Pengertian

Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang didasarkan pada

indeks PB/U atau TB/U dimana dalam standar antropometri penilaian status gizi

anak, hasil pengukuran tersebut berada pada ambang batas (Z-score) <-2 SD

dikatakan pendek/stunted dan <-3 SD dikatakan sangat pendek/severely stunted

(Annisa, 2012).

Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau

tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini diukur

dengan panjang atau tinggi badan yang lebih dari minus dua standar deviasi

median standar pertumbuhan anak dari WHO.Balita stunting termasuk masalah

gizi kronik yang disebabkan oleh banyak faktor seperti kondisi sosial ekonomi,

gizi ibi saat hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi.

Balita stunting dimasa yang akan datang akan mengalami kesulitan dalam

mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal (WHO, 2013).

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan

gizi yang kurang dalam waktu yang cukup lama akibat pemberian makanan yang

tidak sesuai dengan kebutuhan gizi(Kemenkes, 2013).

Stunting adalah gangguan pertumbuhan fisik yang sudah lewat, berupa

penurunan kecepatan pertumbuhan dalam perkembangan manusia yang

merupakan dampak utama dari gizi kurang. Gizi kurang merupakan hasil dari

ketidakseimbangan faktor-faktor pertumbuhan (faktor internal dan eksternal). Gizi

10
Universitas Sumatera Utara
11

kurang dapat terjadi selama beberapa periode pertumbuhan, seperti masa

kehamilan, masa perinatal, masa menyusui bayi dan masa pertumbuhan (masa

anak). Hal ini juga disebabkan karena defisiensi dari berbagai zat gizi, misalnya

mikronutrien, protein atau energi (Putri, A, 2012).

Tinggi atau panjang badan merupakan satuan tinggi atau panjang dari

pangkal kaki atau sampai ujung kepala. Dinyatakan tinggi jika anak diukur pada

posisi berdiri, sedangkan jika anak belum dapat berdiri maka bisa disebut panjang

badan dan diukur dengan menggunakan satuan sentimeter (cm). Tinggi badan

menggambarkan pertumbuhan skeletal. Tinggi atau panjang badan juga

memberikan informasi antara lain: a) pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh

seiring dengan pertambahan umur. b) pertumbuhan tinggi badan tidak seperti

berat badan, relatif kurang sensitif pada masalah kekurangan gizi dalam waktu

singkat. Pengaruh defisieni zat gizi TB akan nampak dalam waktu yang relatif

lama (Wiyono, S, 2016).

2.1.2. Diagnosis dan Klasifikasi

Stunting dapat diketahui bila seorang balita sudah ditimbang berat

badannya dan diukur panjang atau tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan

standar, dan hasilnya berada di bawah normal. Jadi secara fisik balita akan lebih

pendek dibandingkan balita seumurnya. Penghitungan ini menggunakan Z score

dari WHO. Normal, pendek dan sangat pendek adalah status gizi yang didasarkan

pada indeks panjang badan menurut umur (PB/U) atau tinggi badan menurut umur

(TB/U) yang merupakan padanan istilah stunted (pendek) dan severely stunted

(sangat pendek) (Nadiyah, 2013).

Universitas Sumatera Utara


12

Standar tinggi badan menurut umur (TB/U) anak laki-laki umur 1-5 tahun (WHO)

Tinggi Badan (cm)


Umur -3 SD -2 SD -1 SD Median 1 SD 2 SD 3 SD
1 Tahun 68,6 71,0 73,4 75,7 78,1 80,5 82,9
2 Tahun 78,8 81,0 84,1 87,1 90,2 93,2 96,3
3 Tahun 85,0 88,1 91,8 95,4 99,1 102,0 105,6
4 Tahun 90,7 97,9 99,1 103,3 107,5 111,7 115,9
5 Tahun 96,1 100,7 105,3 110,0 114,6 119,2 120,9

Standar Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) anak perempuan 1-5 tahun (WHO)

Tinggi Badan (cm)


Umur -3 SD -2 SD -1 SD Median 1 SD 2 SD 3 SD
1 Tahun 66,3 68,9 71,4 74,0 76,6 79,2 81,7
2 Tahun 76,0 79,3 82,5 85,7 88,9 92,2 95,4
3 Tahun 83,6 87,4 91,2 95,1 98,9 102,7 106,5
4 Tahun 89,8 94,1 98,4 102,7 107,0 111,3 115,7
5 Tahun 95,2 99,9 104,7 109,4 114,2 118,9 123,7
Berikut klasifikasi status gizi stunting berdasarkan ketetapan WHO

Pendek atau stunting dengan indikator TB-PB/U digunakan sebagai indikator gizi

yang menggambarkan riwayat kurang gizi anak dalam jangka waktu lama.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesahatan Nomor : 995/MENKES/SK/XII/2010

tanggal 30 Desember 2010 tentang standar antropometri penilaian status gizi anak,

pengertian pendek dan sangat pendek adalah status gizi yang didasarkan pada

indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur

(TB/U) yang merupakan padanan istilah stunted (pendek) dan severely ( sangat

pendek). Batasan lain tentang stunting adalah keadaan tubuh yang sangat pendek

Universitas Sumatera Utara


13

hingga melampaui defisit 2 SD dibawah median pajang atau tinggi badan populasi

yang menjadi referensi internasional (Gibney, 2008).

Ukuran antropometri yang sering digunakan antara lain

a. Umur

Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan

penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah.

Hasil pengukuran tinggi badan yang akurat menjadi tidak berarti bila tidak

disertai dengan penentuan umur yang tepat (Supariasa, 2002 dalam Maryana

dan Bambang, 2014).

b. Tinggi badan

Menggunakan indikator TB ialah pengukurannya yang objektif dan dapat

diulang. Selain itu tinggi badan merupakan indikator yang baik juga untuk

menentukan adanya gangguan pertumbuhan fisik yang sudah lewat (stunted).

Adapun kerugiannya yakni perubahan tinggi badan relative lambat, sukar

mengukur tinggi badan yang tepat, dan terkadang perlu lebih dari seorang

tenaga (Soetjiningsih, 2002 dalam Merryana dan Bambang 2014).

c. Berat badan

Berat badan merupakan antropometri yang terpenting dan paling sering

digunakan pada bayi baru lahir.Saat bayi dan balita, berat badan dapat

Universitas Sumatera Utara


14

digunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi

(Soetjningsih dalam Merryana dan Bambang, 2014).

Pada penilaian status gizi anak balita, metode antropometri juga dibedakan

berdasarkan sifat penyebab, yakni penyebab yang bersifat kronik dan penyebab

yang bersifat akut. Kronik artinya bahwa status gizi terjadi dalam kurun waktu

yang panjang. Tinggi badan anak yang lebih pendek dari teman sebaya atau sama

umurnya menunjukkan telah terjadi perlambatan pertumbuhan yang dalam waktu

lama atau bersifat kronik yang mmengakibatkan anak pendek atau stunting (

Wiyono, S, 2016).

Berikut klasifikasi status gizi stunting berdasarkan ketetapan WHOsesuai

indikator tinggi badan menurut umur (TB/U).

Tabel 2.1 Pengelompokan Status Gizi Berdasarkan Z-score

Indeks Status gizi Z-score

Sangat pendek < -3,0

TB/U Pendek < -2,0 sd < -3,0

Normal > -2,0

Serta untuk menghitung nilai z –score pada anak dari baru lahir sampai usia

lima tahun dapat digunakan grafik WHO.

2.1.3. Dampak Stunting

Stunting pada balita dapat meningkatkan resiko penyakit infeksi dan

kematian, terhambatnya perkembangan motorik dan mental anak, serta

selanjutnya menurunnya produktivitas kerja. Stunting pada anak berhubungan

Universitas Sumatera Utara


15

dengan kejadian kemunduran mental pada tingkat inteligensi, perkembangan

psikomotorik, kemampuan motorik dan integrasi saraf-saraf neuron. Stunting

juga berhubungan dengan kapasitas mental dan kondisi pembelajaran anak yang

mana berpengaruh terhadap kapasitas kerja pada saat dewasa( Achadi, 2014).

Penelitian oleh Martorell (2007), memmbuktikan bahwa kemampuan membaca

anak yang pendek lebih rendah dibandingkan anak yang normal.

Penelitian longitudinal yang dilakukan pada anak di Brazil, Guatermala,

India, Filipina, dan Afrika Selatan menunjukkan keterkaitan stunting dengan

penurunan kemampuan belajar di sekolah, dimana orang dewasa yang mengalami

stunting saat usia 2 tahun membutuhkan waktu 1 tahun lebih lama dari pada yang

tidak stunting untuk menyelesaikan sekolah. Penelitian yang sama dilakukan di

Guatermala menunjukkan bahwa orang dewasa yang stunting saat balita memiliki

prestasi belajar rendah, hasil tes keterampilam rendah, tingkat pengeluaran per

kapita rendah dan tingkat kemiskinan tinggi(Picauly, 2013).

Kejadian stunting tidak hanya berarti memiliki ukuran tubuh yang pendek,

akan tetapi lebih kepada konsep bahwa proses terjadinya stunting bersamaan

dengan proses terjadinya hambatan pertumbuhan dan perkembangan organ

lainnya, seperti otak (Achandi, 2016).

Menurut kemenkes RI, balita pendek atau stunting bisa diketahui bila

seorang balita sudah diukur panjang atau tinggi badannya, lalu dibandingkan

dengan standar, dan hasil pengukurannya berada pada kisaran di bawah normal.

Seorang anak termasuk dalam stunting atau tidak ini tergantung dari hasil

pengukurannya.

Universitas Sumatera Utara


16

Ciri-ciri stunting pada anak dapat dilihat dari perkembangannya, pada

usia 8-10 tahun anak akan menjadi lebih pendiam, tidak banyak melakukan

kontak mata. Perfomanya menjadi buruk pada tes perhatian dan memory belajar.

Anak stunting akan mengalami pertumbuhan melambat, tanda pubertas terlambat,

pertumbuhan gigi terlambat, pertumbuhan tulang tertunda dan wajah tampak lebih

mudah dari usianya (Eko Putro, 2017). Anak yang stunting akan memiliki

proporsi tubuh yang cenderung tampak normal namun anak lebih kecil untuk

usianya, dan berat badan anak akan lebih rendah untuk anak seusianya (Ulty D,

2018).

2.1.4. Penyebab stunting

Beberapa literature menjelaskan bahwa proses terjadinya stunting sangat

panjang, yakni berawal sejak janin dari dalam kandungan, kondisi gizi ibu saat

hamil, bahkan sebelum hamil akan menentukan pertumbuhan janin. Ibu hamil

yang kekurangan gizi beresiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah,

dan ini merupakan penyebab utama stunting (Wiyono S, 2015)

Perkembangan stunting adalah proses yang lambat, kumulatif dan tidak

berarti bahwa asupan makanan saat ini tidak memadai. Kegagalan pertumbuhan

mungkin telah terjadi di masa lalu seseorang. Menurut beberapa penelitian,

kejadian stunting pada anak merupakan suatu proses kumulatif yang terjadi sejak

kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang siklus kehidupan. Pada masa

kehamilan merupakan proses terjadinya stunting pada anak dan peluang

peningkatan stunting terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan (Muhtadi, 2013).

Universitas Sumatera Utara


17

Kehamilan pada ibu dipengaruhi oleh status gizi yang diperoleh dari

asupan nutrisi setiap harinya. Ibu hamil dengan status gizi kurang akan

menyebabkan janin mengalami intrauterine growth retardation (IUGR), sehingga

bayi akan lahir dengan kurang gizi dan mengalami gangguan pertumbuhan dan

perkembangan. Proses pertumbuhan dan perkembangan anak yang, mengalami

hambatan disebabkan kurangnya asupan makanan yang mengalami yang normal

dan penyakit infeksi yang berulang, dan meningkatnya kebutuhan metabolic.

Keadaan ini semakin mempersulit untuk mengatasi gangguan pertumbuhan yang

akhirnya berpeluang terjadinya stunting (fitri, 2013).

Menurut Meilyasari dan Isnawati (2014) faktor yang mempengaruhi

terjadinya stunting yaitu sebagai berikut:

a. Asupan zat gizi

Asupan zat gizi merupakan salah satu penyebab langsung gizi buruk pada

anak, sehingga asupan gizi ibu yang kurang saat hamil dapat berdampak

terhadap pertumbuhan balita. Asupan zat gizi yang tidak ade kuat dan

berlangsung terus menerus dapat menyebabkan defisiensi zat gizi makro

maupun zat gizi mikro dan kondisi ini dapat menyebabkan stunting ( Wiyono

S, 2016)

b. Faktor sosial ekonomi

Faktor ini merupakan keadaan penduduk dan data ekonomi.Keadaan

penduduk adalah keadaan keluarga, pendidikan, perumahan, dapur

penyimpanan makanan, sumber air dan kakus.Sementara data ekonomi

meliputi pekerjaan, pendapatan keluarga, kekayaan, pengeluaran dan harag

Universitas Sumatera Utara


18

makanan yang tergantung pada pasar dan variasi musim. Masalah gizi berawal

dari ketidakmampuan rumah tangga mengakses pangan, baik karan masalah

ketersediaan di tingkat lokal, kemiskinan, pendidikan dan pengetahuan akan

pangan dan gizi, serta perilaku masyarakat. Kekurangan gizi mikro seperti

vitamin A, zat besi dan yodium menambah besar permasalahan gizi di

Indonesia (Meilyasari, 2014).

c. Kondisi air, sanitasi dan lingkungan

Kondisi sanitasi dan lingkungan sangat tergantung pada perilaku hidup

bersih dan sehat (PHBS) dimasyarakat yang harus diupayakan oleh setiap

rumah tangga. Masyarakat harus menjaga kebersihan air dan lingkungan untuk

menjaga penyebaran penyakit yang akan memperparah masalah gizi dengan

resiko infeksi yang berulang (Isnawati, 2014).

d. Faktor kesehatan kehamilan dan persalinan

Penelitian di Nepal menunjukkan bahwa bayi dengan berat badan lahir

rendah mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk menjadi stunting.Masalah

status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi keadaan kesehatan dan

perkembangan janin yang menyebabkan gangguan pertumbuhan dalam

kandungan dapat memnyebabkan berat badan lahir rendah.Keadaan ini

diperkuat dengan penelitian di Kendal menunjukkan bahwa bayi dengan

panjang lahir yang pendek beresiko tinggi terhadap kejadian stunting pada

balita.

e. Penyakit infeksi

Universitas Sumatera Utara


19

Infeksi merupakan salah satu penyebab langsung terjadi status gizi buruk

pada anak balita, sehingga menjadi penyebab terjadinya gangguan

pertumbuhan.Sanitasi lingkungan mempengaruhi tumbuh kembang anak

melalui kerawanan anak terhadap infeksi. Anak yang sering sakit akibat

rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat dapat menyebabkan gangguan

pertumbuhan kronis dan berdampak anak menjadi pendek ( Wiyono S, 2016)

2.2. Antenatal care (ANC)

2.2.1 Pengertian Antenatal care

Menurut WHO (2010), Antenatal care adalah pengawasan sebelum

persalinan terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam

rahim. Pada hakikatnya pemeriksaan kehamilan bersifat preventif care dan

bertujuan mencegah hal-hal yang tidak diinginkan bagi ibu dan janin

(Purwaningsih & Fatmawati, 2010).

Antenatal care adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga

kesehatan yang profesional ( dokter spesialis kandungan, kebidanan umum, bidan

dan perawat) untuk ibu selama kehamilannya sesuai elemen dan standar yang

telah ditetapkan (DepKes, 2010 dalam RISKESDAS, 2013).

Pemeriksaan antenatal care adalah suatu program yang terencana berupa

observasi, edukasi dan penanganan medic pada ibu hamil, untuk memperoleh

suatu proses kehamilan yang aman dan memuaskan (Mufdillah, 2009).

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan

untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar

pelayanan antenatal yang ditettapkan dalam standar pelayanan kebidanan (SPK)

Universitas Sumatera Utara


20

(Depkes, 2009). Pelayanan antenatal care yaitu untuk mencegah adanya

komplikasi obstetri bila mungkin dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi

sedini mungkin serta ditangani secara memadai (Yeyeh, 2009).

2.2.2 Tujuan pemeriksaan kehamilan (Antenatal care)

Pemeriksaan kehamilan merupakan bagian terpenting dari seluruh

rangkaian perawatan ibu hamil.Melalui pengawasan tesebut dapat ditetapkan

kesehatan ibu hamil, kesehatan janin dan hubungan keduanya sehingga dapat

direncanakan pertolongan persalinan yang tepat (Manuaba, 2009).

Menurut Kementrian Kesehatan RI (2010) tujuan antenatal care terdiri

dari tujuan umum dan tujuan khusus.

a. Tujuan umum

Untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan

antenatal yang berkualitas sehingga ibu mampu menjalani kehamilan

dengan sehat, bersalin dengan selamat dan melahirkan bayi yang sehat.

b. Tujuan khusus

Tujuan khusus ANC adalah memantau kemajuan kehamilan untuk

memantau kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi;meningkatkan dan

mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu, mengenali secara

dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi

selama hamil dan melakukan intervensi yang tepat apabila ditemukan

kelainan ; mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan

selamat ibu maupun bayi dan mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan

Universitas Sumatera Utara


21

dengan normal (Fithtrianty, 2011) ; memberikan konseling kesehatan dan

gizi ibu hamil, konseling KB dan pemberian ASI ekslusif;

mempromosikan untuk menjaga kebersihan diri, serta mempersiapkan

peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh

kembang secara normal (Mufdillah&Novita, 2011).

2.2.3 Standar Pelayanan Antenatal Care

a. Kebijakan program

Menurut WHO dan Depkes RI, 2015 kunjungan ANC sebaikanya

dilakukan 4 kali selama kehamilan;

1) Satu kalia pada trimester pertama (K1) dengan usia

kehamilan 1-12 minggu untuk mendapatkan pemeriksaan

kehamilan, perencanaan persalinan dan pelayanan

kesehatan trimester pertama.

2) Satu kali pada trimester kedua (K2) dengan usia kehamilan

13-24 minggu untuk mendapatkan pelayanan antenatal

sesuai standar selama satu periode berlangsung.

3) Dua kali pada trimester ketiga (K3 & K4) dengan usia

kehamilan > 24 minggu untuk memantapkan rencana

persalinan dan mengenali tanda-tanda persalinan.

b. Pelayanan ANC

Pelayanan selama kehamilan (antenatal) merupakan pelayanan oleh tenaga

kesehatan profesional kepada ibu hamil selama kehamilannya sesuai pedoman

Universitas Sumatera Utara


22

pelayanan kehamilan yang ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan

preventif (profil dinkes NAD, 2018). Pelayanan antenatal yang berkualitas

dimulai dari pelayanan di tempat pendaftaran, pelayanan kesehatan, meliputi

anamnesa, pelayanan fisik maupun laboratorium, penyuluhan perorangan atau

konseling sampai dengan pelayanan obat dan rujukan. Proses pelayanan tersebut

dipengaruhi tenaga professional, dana, sarana dan prosedur kerja yang tersedia

agar mendapatkan pelayanan kehamilan yang berkualitas (Mufdlilah, 2009).

Apabila ibu sudah mendapatkan pelayanan antenatal yaitu median dari

pelayanan yang berkualitas maka sudah dapat dikategorikan baik ( Khasanah,

2017) Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, berdasarkan ketentuan pedoman

Pelayanan Antenatal Terpadu Kemenkes RI (2010) tenaga kesehatan harus

memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar yang terdiri dari :

1. Timbang berat badan dan tinggi badan

Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan

untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Penambahan berat

badan yang kurang dari 9 kg selama kehamilan menunjukkan adanya

gangguan pertumbuhan janin. Pemeriksaan tinggi badan juga dilakukan saat

pertama kali ibu melakukan pemeriksaan. Tinggi badan ibu hamil sangat

penting diketahui untuk menaksir ukuran panggul. Dari ukuran panggul ibu

hamil tersebut dapat diketahui apakah persalinan dapat dilakukan secara

normal atau tidak. Jika diketahui bahwa tinggi badan ibu terlalu penndek,

dikhawatirkan memiliki panggul yang sempit sehingga kemungkinan proses

persalinan tidak dapat dilakukan secara normal sehingga ibu hamil dapat

Universitas Sumatera Utara


23

menyiapkan diri secara materi dan mental untuk menghadapi persalinan seksio

nantinya (Erayatna, 2016).

2. Ukur lingkar lengan atas (LILA)

Pengkuran lingkar lengan atas hanya dilakukan pada kontak pertama untuk

skrining ibu hamil yang beresiko kurang energi kronis (KEK). Kurang enegi

kronis merupakan kekurangan gizi pada ibu hamil dan telah berlangsung lama

dimana LILA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan beresiko

melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).

3. Mengukur tekanan darah

Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan dilakukan untuk

mendeteksi adanya hipertensi pada kehamilan dan preeklamsia ( hiipertensi

disertai edema wajah dan atau tungkai bawah serta proteinuria).

4. Mengukur tinggi fundus uteri

Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan

untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur

kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin. Standar

pengukuran menggunakan pita pengukur selama kehamilan 24 minggu.

5. Menghitung denyut jantung janin (DJJ)

Penilaian DJJ dilakukan pada akhir semester I dan selanjutnya setiap kali

kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120/menit atau DJJ cepat lebih

dari 160/menit menunjukkan adanya gawat janin.

Universitas Sumatera Utara


24

6. Menentukan presentasi janin

Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir semester II dan

selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal.Pemeriksaaan ini dimagsudkan

untuk mengetahui letak janin.

7. Memberikan imunisasi tetanus (TT)

Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus

mendapatkan imunisasi TT.Pada saat kontak pertama, ibu hamil harus

diskrining terlebih dahulu untuk mengetahui status imunisasi

TTnya.Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, disesuaikan dengan status

imunisasi ibu saat ini.

8. Memberikan tablet penambah darah

Untuk mencegah anemia zat gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapatkan

tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan diberikan sejak kontak

pertama.

9. Melakukan pemeriksaan laboratorium

Pada ibu hamil dilakukan pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan

golongan darah yang diperlukan apabila terjadi kegawatdaruratan,

pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb) untuk mengetahui apakah ibu hamil

menderita anemia atau tidak selama kehamilannya ; pemeriksaan protein

dalam urin untuk mengetahui adanya peoteinuria pada ibu hamil dimana

proteinuria merupakan salah satu indikator terjadinya preeklamsi pada ibu

hamil ; pemeriksaan kadar gula darah untuk mengetahui apakah ibu hamil

Universitas Sumatera Utara


25

menderita Diabetes Melitus selama kehamilannya. Adapun pemeriksaan

lainnya antara lain pemeriksaan darah malaria, pemeriksaan tes sifilis,

pemeriksaan HIV dan pemeriksaan BTA (Erayatna, 2016).

10. Memberikan konseling

Gizi yaitu peningkatan konsumsi makanan hingga 300 kalori perhari dan

mengkonsumsi makanan seimbang, latihan yang tidak berlebihan dan

beristirahat jika lelah, perubahan fisiologis yang terjadi dan mengatasinya,

menginformasikan untuk menjaga kebersihan diri dan mencari pertolongan

segera apabila mengalami tanda tanda bahaya (Fithrianty, 2013).

2.3. Faktor Resiko Kehamilan yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting

2.3.1 Usia

Umur mempunyai pengaruh terhadap kehamilan dan persalinan. Waktu

reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah

usia 20-35 tahun (Y Jiang, 2014). Umur ibu pada saat hamil mempengaruhi

kondisi kehamilan ibu karena selain berhubungan dengan kematangan organ

reproduksi juga berhubungan dengan kondisi psikologis terutama kesiapan dalam

menerima kehamilan (Sulistyorini, 2010). Umur ibu kurang dari 20 tahun dan

lebih dari 35 tahun memiliki resiko sedang yang kemungkina akan memberikan

ancaman kesehatan dan jiwa ibu selama kehamilan, persalinan dan nifas

(Manuaba, 2008). Mereka memiliki kemungkinan melahirkan bayi dengan berat

badan rendah atau kurang gizi (Hayati N, 2012).

Universitas Sumatera Utara


26

Wanita yang berusia 35 tahun atau lebih, lebih rentan terhadap tekanan darah

tinggi, diabetes atau fibroid di dalam Rahim, serta terhadap gangguan

persalinan.Wanita hamil yang berusia di atas 35 tahun, resiko memiliki bayi

dengan kelainan kromosom (misalnya down syndrom) semakin meningkat (bisa

dilakukan pemeriksaan cairan ketuban untuk menilai kromosom janin) (Hayati N,

2012). Kehamilan pada usia remaja secara signifikan meningkatkan resiko

kejadian stutning pada anak dibandingkan dengan ibu yang hamil diatas 20 tahun.

Kehamilan pada usia remaja memiliki resiko lebih tinggi dibandingkan dengan

kehamilan pada usia diatas 20 tahun. Kehamilan pada usia muda yaitu dibawah 20

tahun memiliki peluang yang lebih besar untuk melahirkan bayi prematur dan bayi

dengan berat lahir rendah (Najahah, 2012).

2.3.2 Tinggi badan

Tinggi badan ibu berhubungan dengan pertumbuhan fisik anak.Ibu yang

pendek merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan kejadian

stunting.(Zottarelli, 2014).Tinggi badan ibu yang pendek memiliki peluang 4 kali

lebih banyak dijumpai pada balita stunting dibandingkan pada balita yang tidak

stunting (Martorell, 2012). Seorang wanita yang memiliki tinggi badan kurang

dari 145cm , lebih mungkin memiliki panggul yang sempit. Karena itu, wanita

tersebut juga memiliki resiko lebih tinggi untuk mengalami persalinan premature

dan melahirkan bayi yang sangat kecil (Tani Astuti, 2013). Prevalensi anak balita

pendek yang berasal dari kelompk ibu yang pendek (<145 cm) adalah 46,7%

sedangkan prevalensi balita pendek dari kelompok ibu yang tinggi (>145 cm)

adalah 34,8%.

Universitas Sumatera Utara


27

Tinggi badan ibu merupakan indikator yang berfungsi untuk memprediksi

anak terkena gizi buruk.Namun tinggi badan ibu memiliki nilai prediksi yang

rendah pada populasi ibu-ibu overwight (Levy, 2008). Postur tubuh ibu juga

mencerminkan tinggi badan ibu dan lingkungan awam yang akan memberikan

kontribusi terhadap tinggi badan anaknya sebagai faktor independen. Namun

demikian masih banyak faktot lingkungan yang mempengaruhi tinggi badan anak.

Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan ibu yang memiliki postur tubuh pendek

memiliki hubungan terhadap kejadian stunting pada anaknya, inilah yang disebut

siklus gagal tumbuh antar generasi, dimana intrauterine growth retardation

(IUGR), BBLR dan stunting terjadi turun temurun dari generasi satu kegenerasi

selanjutnya (Martorell & Young, 2012).

2.3.3 Jarak Kelahiran

Jarak kelahiran adalah kurun waktu dalam tahun antara kelahiran terakhir

dengan kelahiran sekarang. Jarak kelahiran anak yang terlalu dekat akan

mempengaruhi status gizi dalam keluarga karena kesulitan mengurus anak dan

kurang menciptakan suasana tenang dirumah (Najahah, 2012). Jarak kelahiran

yang cukup, membuat ibu dapat pulih dengan sempurna dari kondisi setelah

melahirkan, saat ibu sudah merasa nyaman dengan kondisinya maka ibu dapat

menciptakan pola asuh yang baik dalam membesarkan dan mengasuh anaknya

(Nadiyah, 2013). Jarak kelahiran terlalu dekat mempengaruhi pola asuh terhadap

anaknya, orang tua cenderung kerepotan sehingga kurang optimal dalam merawat

anak.

Universitas Sumatera Utara


28

Jarak kelahiran adalah waktu sejak kelahiransebelumnya sampai terjadi

kelahiran berikutnya. Jarak kehamilan juga berpengaruh pada janin, bila jarak

anak terlalu dekat atau kurang dari 2 tahun makan rahim dan kesehatan ibu belum

pulih dengan baik. Pada keadaan tersebut perlu diwaspadai kemungkinan

pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama dan mungkin akan terjadi

perdarahan (Tani Astuti, 2013)

2.3.4 Pendidikan ibu

Menurut Depkes RI (2010), pendidikan yang dijalani seseorang memiliki

pengaruh pada peningkatan kemampuan berfikir, dimana seseorang yang

berpengetahuan tinggi akan dapat mengambil keputusan yang lebih rasional

umumnya terbuka menerima perubahan atau hal baru dibandingkan dengan

individu yang berpendidikan lebih rendah.

Wanita yang berpendidikan tinggi cenderung mempunyai jumlah

pemeriksaan kehamilan lebih baik. Wanita berpendidikan tinggi memulai

pemeriksaan kehamilan lebih awal dari pada wanita yang berpendidikan rendah

(Fitrhiany, 2013).

Orang yang mempunyai pendidikan tinggi akan memberikan respon yang

lebih rasionel dibandingkan mereka yang berpendidikan rendah atau mereka yang

tidak berpendidikan. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin mudah

seseorang dalam menerima serta mengembangkan pengetahuan dan teknologi

yang dapat meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan keluarganya (Nadiyah,

2010).

Universitas Sumatera Utara


29

Ibu dengan tingkat pendidikan yang rendah akan lebih baik

mempertahankan tradisi-tradisi yang berhubungan dengan makanan, sehingga

sulit menerima informasi baru dibidang gizi. Tingkat pendidikan ibu ikut

menentukan atau mempengaruhi mudah tidaknya ibu menerima suatu

pengetahuan, semakin tinggi pendidikan ibu maka ibu akan lebih mudah

menerima informasi-informasi tentang gizi. Dengan pendidikan gizi tersebut

diharapkan tercipta pola kebiasaan makan yang baik dan sehat, sehingga dapat

mengetahui kandungan gizi, sanitasi dan pengetahuan yang terkait dengan pola

makan lainnya (Khoeroh, 2017).

Tingkat pendidikan ibu merupakan determinan yang kuat terhadap

kejadian stunting pada anak di Indonesia. Pada anak yang berasal dari ibu dengan

tingkat pendidikan yang tinggi memiliki tinggi badan 0,5 cm lebih tinggi

dibandingkan dengan anak yang memiliki ibu dengan tingkat pendidikan rendah.

Berdasarkan penelitian Nurliani tingkat pendidikan ibu mempunyai resiko 2,1 dan

3,4 kali lebih besar memiliki anak yang stunting pada usia sekolah (Rahayu,

2011). Faktor pendidikan diperhitungkan sebagai faktor resiko yang dapat

mempengaruhi kehamilan karena faktor ini menimbulkan gangguan pertumbuhan

dan perkembangan jiwa dan Rahim, mempengaruhi cara pemilihan tempat dan

penolong persalinan sehingga dapat menimbulkan resiko saat persalinan atau saat

hamil (Nadiyah, 2013).

Universitas Sumatera Utara


30

2.3.5 Paritas

Paritas adalah Jumlah anak yang pernah dilahirkan ibu baik hidup maupun mati,

lahir tunggal maupun kembar (Waliany, 2015).Manuaba (2010), menegaskan

bahwa paritas dikatakan tinggi bila seorang ibu atau wanita melahirkan anak ke-5

atau lebih.Penelitian Nur 2016 juga menyebutkan bahwa ibu melahirkan dengan

paritas tinggi memiliki resiko sebesar 1,703 kali lebih besar untuk melahirkan

bayi berat lahir rendah atau BBLR. Paritas yang tinggi akan berdampak pada

timbulnya berbagai masalah kesehatan baik bagi ibu maupun pada bayi yang

dilahirkan. Semakin sering ibu hamil dan melahirkan, semakin dekat jarak

kehamilan dan kelahiran, elastisitas uterus semakin terganggu, akibatnya uterus

tidak berkontraksi secara sempurna dan mengakibatkan perdarahan pasca

kehamilan dan kelahiran premature atau BBLR yang akan mengakibatkan

terjadinya stunting pada anak (Fitri, 2012).

Penelitian Katarina (2011), menegaskan bahwa adanya hubungan antara

jumlah anak dengan status gizi karena terjadi persaingan sarana dan prasarana,

perbedaan makanan, dan waktu perawatan anak berkurang. Memiliki anak terlalu

banyak menyebabkan kasih sayang pada anak terbagi sehingga kondisi akan

memburuk jika status ekonomi keluarga tergolong rendah, sumber daya yang

terbatas, termasuk bahan makanan harus dibagi rata kepada semua anak (Khoeroh,

2017).

Universitas Sumatera Utara


BAB III
KERANGKA PENELITIAN

1.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konsep penelitan ini bertujuan untuk mengidentifikasi riwayat

antenatal care (ANC) dan faktor resiko kehamilan pada ibu dengan anak stunting

dan ibu dengan anak normal (tidak stunting) usia 2-5 tahun. Perbandingan

antenatal care dan faktor resiko kehamilan yang meliputi usia ibu, tinggi badan

ibu, pendidikan ibu, paritas dan jarak kehamilan pada ibu dengan anak stunting

dan ibu dengan anak tidak stunting usia 2-5 tahun di Desa Kebun Kelapa

Kabupaten Langkat sesuai dengan tujuan penelitian maka konsep tersebut dapat

digambarkan sebagai berikut:

Antenatal care (ANC)

1. Kunjungan ANC Stunting


2. Ketersediaan pelayanan - Ya
ANC
- Tidak
Faktor Resiko kehamilan
1. Pendidikan ibu
2. Usia ibu
3. Tinggi badan ibu
4. paritas
5. Jarak kelahiran

Skema 3.1 Perbandingan antenatal care dan faktor resiko kehamilan pada ibu

dengan anak stunting dan ibu dengan anak tidak stunting usia 2-5 tahun di Desa

Kebun Kelapa Kabupaten Langkat.

31
Universitas Sumatera Utara
32

1.2 Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Operasional Alat ukur Hasil ukur Skala


1 a. Stunting Tinggi balita Antropometri 1= stunting, Ordinal
menurut umur berdasarkan apabila tinggi
(TB/U) kurang dari - tinggi badan badan anak
2 SD sehingga lebih menurut < -2 SD
pendek dari tinggi umur
yang seharusnya. (tinggi badan 2= normal,
balita diukur apabila tinggi
dengan posisi badan anak
berdiri) > - 2 SD
(WHO, 2010)
2 ANC Pemeriksaan
kehamilan yang
dilakukan ibu
selama
kehamilannya
Sub Variabel:
a) Kunjungan Frekuensi Kuisioner 1= <4 tidak Ordinal
ANC kunjungan ibu hamil Sebanyak 1 lengkap
ke pelayanan pertanyaan
kesehatan untuk 2= >4
memeriksakan lengkap
kehamilan (Kemenkes,
2015)

3 Faktor resiko Keadaan yang


kehamilan menambah resiko
kehamilan namun
tidak secara

Universitas Sumatera Utara


33

langsung
meningkatkan resiko
kematian ibu
Sub Variabel:
a) Pendidikan Jenjang pendidikan Kuesioner 1= rendah Ordinal
formal terakhir yang terdiri dari 1 (tamat SMP
dicapai oleh ibu pertanyaan kebawah)
2= tinggi
(tamat SMA,
perguruan
tinggi)
(Depkes RI,
2010)

b) Jarak Jarak persalinan Kuesioner 1= < 2 tahun Ordinal


kelahiran terakhir dengan terdiri dari 1 2= > 2 tahun
persalinan pertanyaan (Tani Astuti,
sebelumnya dimana 2013)
standar jarak
kelahiran adalah
2 tahun

c) Umur Usia ibu pada saat Kuesioner 1= < 20 dan Ordinal


hamil balita usia 2-5 terdiri dari 1 > 35 tahun
tahun pertanyaan
2= 20-35
tahun
(Irwansayah,
2015)

d) Tinggi badan Tinggi badan ibu Microtoise 1= <145 cm Ordinal

Universitas Sumatera Utara


34

saat hamil balita (tinggi badan 2= > 145 cm


stunting, apakah ibu diukur (Tani Astuti,
beresiko melahirkan dengan posisi 2013)
bayi stunting atau berdiri)
tidak dimana
dikatakan beresiko
apabila kurang dari
145 cm
e) Paritas Jumlah anak yang Kuesioner 1= > 4 anak Ordinal
pernah dilahirkan terdiri dari 1 2= < 4 anak
ibu baik hidup pernyataan (Manuaba,
maupun mati lahir 2010)
tunggal maupun
kembar

Universitas Sumatera Utara


BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan

studi komparatif. Penelitian komparatif adalah penelitian yang membandingkan

dua gejala atau lebih. Penelitian komparatif dapat berupa komparatif deskriptif

maupun komparatif korelasional. Penelitian ini menggunakan komparatif

deskriptif yaitu membandingkan variabel yang sama untuk sampel yang berbeda

(Suryani, 2017). Pada penelitian ini peneliti ingin membandingkan antenatal

care dan faktor resiko kehamilan pada ibu dengan anak stunting dan ibu dengan

anak tidak stunting usia 2-5 tahun di desa Kebun Kelapa kecamatan Secanggang

kabupaten Langkat.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di kabupaten Langkat. Alasan peneliti memilih

kabupaten Langkat sebagai tempat penelitian karena berdasarkan data yang ada,

kabupaten Langkat merupakan daerah yang termasuk dalam lima kabupaten

prevalensi anak stunting tertinggi di Sumatera utara. Menurut data tim nasional

percepatan penanggulangan kemiskinan (TNP2K) tahun 2017, prevalensi stunting

di kabupaten Langkat mencapai angka 55,48% sehingga peneliti tertarik untuk

meneliti perbandingan antenatal care dan resiko tinggi kehamilan pada ibu dengan

anak stunting dan ibu dengan anak tidak stunting usia 2-5 tahun di desa Kebun

Kelapa kecamatan Secanggang kabupaten Langkat. Penelitian ini telah `dimulai

35
Universitas Sumatera Utara
36

dari tahap penyusunan proposal pada 0ktober 2018 hingga laporan penelitian pada

Juli 2019.

4.3. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

4.3.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam suatu

penelitian (Notoatmodjo, 2012). Berdasarkan data hasil survei, di desa Kebun

Kelapa kecamatan Secanggang kabupaten Langkat terdapat 100 balita dan data

menunjukkan bahwa terdapat 30 balita stunting dan 70 balita normal atau tidak

stunting yang berusia 2-5 tahun. Dalam penelitian ini terdapat dua populasi yaitu:

1. Populasi stunting adalah seluruh balita usia 2-5 tahun dengan kondisi

stunting yaitu sebanyak 30 balita yang ada di desa Kebun Kelapa

Kecamatan Secanggang kabupaten Langkat.

2. Populasi tidak stunting adalah seluruh balita usia 2-5 tahun dengan kondisi

normal atau tidak stunting yaitu sebanyak 70 balita yang ada di desa

Kebun Kelapa kecamatan Secanggang kabupaten Langkat

4.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang terpilih dan mewakili populasi

tersebut dalam batasan dua kata kunci dan merujuk kepada semua ciri populasi

dalam jumlah yang terbatas pada masing-masing karakteristiknya (Yusuf, 2014).

Dari populasi penelitian yang dijadikan sampel dalam penelitian ini yaitu:

1. Sampel balita stunting

Pemilihan sampel pada kelompok stunting menggunakan total

sampling yang berarti keseluruhan populasi menjadi sampel penelitian.

Universitas Sumatera Utara


37

Sampel balita stunting pada penelitian ini adalah keseluruhan populasi

balita stunting yaitu seluruh balita stunting yang ada di Desa Kebun

Kelapa Kabupaten Langkat yang berjumlah 30 balita.

2. Sampel balita tidak stunting

Pemilihan sampel balita tidak stunting menggunakan purposive

sampling dimana pengambilan sampel berdasarkan kriteria yang sudah

ditentukan oleh peneliti. Jumlah sampel balita tidak stunting pada

penelitian ini menggunakan perbandingan kelompok balita stunting :

kelompok balita tidak stunting yaitu 1 : 1. Pemilihan 1 : 1 dikarenakan

alasan teknis penelitian ini, yaitu masalah penghematan waktu

penelitian, selain itu untuk memudahkan peneliti dalam proses

pengambilan data penelitian. Jumlah sampel balita tidak stunting sama

dengan jumlah sampel balita stunting yaitu sebanyak 30 balita dengan

kriteria inklusi sebagai berikut:

1. Balita dengan kondisi normal atau tidak stunting usia 2-5 tahun

yang bertempat tinggal di wilayah penelitian yaitu desa Kebun

Kelapa kabupaten Langkat.

2. Ibu balita bersedia menjadi responden penelitian.

4.3.3 Tehnik sampling

Sampling adalah berbagai cara yang ditempuh untuk pengambilan sampel agar

mendapatkan sampel yang benar-benar sesuai dengan seluruh subjek penelitian

(Nursalam, 2013). Tehnik pengambilan sampel kasus pada penelitian ini adalah

total sampling dimana keseluruhan populasi dijadikan sebagai sampel sedangkan

Universitas Sumatera Utara


38

tehnik pengambilan sampel kontrol pada penelitian ini adalah purposive sampling,

dimana sampel yang diambil adalah yang memenuhi kriteria inklusi atau tujuan

peneliti.

4.4. Pengumpulan data

a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden atau subjek

penelitian. Data primer dikumpulkan melalui kuesioner ataupun wawancara

langsung dan melakukan pengukuran langsung tinggi badan pada ibu dan

balita.

b. Data sekunder

Data sekunder didapatkan tidak melalui wawancara ataupun observasi langsung.

Data sekunder didapatkan melalui data dari puskesmas kecamatan Secanggang

kabupaten Langkat yaitu berupa:

1. Jumlah anak balita berusia 2-5 tahun yang ada di desa Kebun Kelapa

2. Jumlah anak balita usia 2-5 tahun dengan kondisi stunting yang ada di

desa Kebun Kelapa

3. Profil kesehatan dari ibu dan balita yang ada di desa Kebun Kelapa

4.5. Pertimbangan Etik

Penelitian akan dilakukan setelah peneliti lulus uji etik dari Komisi Etik

Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan USU dan kemudian mendapat

persetujuan dari Institusi Pendidikan yaitu Program Sarjana Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara. Prosedur penelitian yang dijelaskan adalah bahwa

Universitas Sumatera Utara


39

penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin penelitian kemudian dilanjutkan

dengan pengumpulan data dan menyajikan data penelitian, dan data hanya

digunakan untuk kepentingan peneliti.

Objek penelitian ini adalah manusia, oleh sebab itu hakekatnya manusia harus

dilindungi dengan memperhatikan prinsip-prinsip dalam pertimbangan etik yaitu

responden mempunyai hak untuk memutuskan apakah ia bersedia menjadi subjek

atau tidak dalam penelitian tanpa ada sangsi apapun, tidak menimbulkan

penderitaan dari responden, dalam hal ini penelitian juga memberikan penjelasan

dan informasi secara lengkap dan rinci. Responden juga diperlakukan secara baik

sebelum, selama dan sesudah penelitian, responden tidak boleh didiskriminasi jika

menolak untuk menjadi responden dalam penelitian,selain itu ada prinsip-prinsip

etik meliputi :

4.4.1 Informed Consent

Pada saat melakukan penelitian, lembar persetujuan diberikan kepada

responden yang diteliti dan memenuhi kriteria dimana sebelumnya telah diberi

penjelasan secukupnya tentang tujuan penelitian. Responden dinyatakan setuju

apabila bersedia menandatangani informed concent.

4.4.2 Anonimity (Kerahasian Identitas)

Peneliti memberikan jaminan dalam pengunaan subjek penelitian dengan

cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar

kuesioner dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau

hasil penelitian yang akan disajikan.

4.4.3 Confidentiality (Kerahasiaan Informasi )

Universitas Sumatera Utara


40

Data yang didapat dari responden, baik informasi maupun masalah-

masalah lainnya akan dijamin kerahasiaannya. Hanya data untuk penelitian

saja yang akan dilaporkan.

4.4.4 Beneficience (Asas Kemanfaatan)

Penelitian sangat mempertimbangkan manfaat dan risiko yang

mungkin terjadi. Jika manfaat yang diperoleh lebih besar dari pada risiko

penelitian maka boleh dilakukan. Penelitian yang dilakukan tidak boleh

membahayakan dan harus menjaga kesejahteraan responden.

4.4.5 Self – Determination (Otonomi)

Etika mengajarkan bahwa setiap pribadi mempunyai ”otonomi moral”

mempunyai hak dan kewajiban untuk menentukan sendiri

tindakantindakannya (self-determination) dan mempertanggungjawabkannya.

Otonomi menekankan kreativitas dan produktivitas, serta menolak

konformitas. Otonomi menuntut bahwa kita sendiri menentukan siapakah kita

ini dan bersedia bertanggung jawab atas pilihan itu.

4.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini berupa kuisioner.

Alat pengumpulan data dalam bentuk kuesioner yang dibuat untuk mengetahui

perbandingan ANC dan faktor resiko kehamilan pada ibu dengan anak stunting

dan ibu dengan anak tidak stunting usia 2-5 tahun di desa Kebun Kelapa

kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat. Kuesioner yang digunakan oleh

peneliti dibagi menjadi 4 bagian, yaitu:

Universitas Sumatera Utara


41

1 Data demografi ibu yaitu nama, usia (usia sekarang dan usia pada saat

hamil balita), agama, suku, pendidikan terakhir dan paritas atau

jumlah anak yang dilahirkan.

2 Data demografi balita yaitu nama, umur, jenis kelamin, dan jarak

kelahiran dengan sebelumnya.

3 Data antropometri yaitu tinggi badan balita dan tinggi badan ibu, yang

dilakukan langsung pengukuran tinggi badan pada ibu dan balita

menggunakan alat pengukur tinggi badan.

4 Kuesioner berisi pertanyaan mengenai ANC yang terdiri dari jumlah

atau frekuensi kunjungan dan kualitas ANC.

4.7 Uji Validitas dan Reabilitas

4.7.1 uji validitas

Sesuatu dikatakan valid jika alat ukur yang dibuat sesuai dengan apa yang

diukur. validitas menunjukkan sejauh mana skor atau nilai atau ukuran yang

diperoleh benar-benar menyatakan hasil pengukuran atau pengamatan yang ingin

diukur (Subkham, 2011). Uji validitas dilakukan dengan cara mengukur korelasi

antara variabel atau item dengan skor total variabel yang ditunjukkan dengan skor

item correct correlation.

Uji validitas instrument akan dilakukan kembali oleh dosen yang ahli

dibidangnya yaitu sejauh mana instrument yang dibuat mewakili semua aspek

sebagai kerangka konsep. Berdasarkan uji validitas tersebut pertanyaan dan

pilihan jawaban dalam kuesioner disusun kembali dengan bahasa yang lebih

Universitas Sumatera Utara


42

efektif dan dengan item-item pernyataan yang mengukur sasaran yang diukur

sesuai dengan tinjauan pustaka dan kerangka konsep.

4.7.2 Uji reabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur

dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Koefisian reliabilitas adalah indikator yang

penting dari suatu mutu instrument. Pengukuran yang tidak dapat dipercaya bila

tidak menyediakan tes yang cukup dari hipotesis peneliti. Jika

data tidak benar terhadap konfirmasi dari prediksi, kemungkinan instrumen tidak

reliable. Interpretasi untuk membandingkan tingkatan kelompok, koefisien

berkisar 0,70 pada umumnya adekuat, walaupun koefisien 0,80 atau yang lebih

besar sangat diinginkan (Polit dan Beck, 2012).

Hasil CVI instrument yang sudah valid diuji coba untuk mengetahui

kehandalan instrumen, menilai pemahaman dan persepsi respinden tentang

instrumen .pada penelitian ini uji instrument dilakukan pada 30 ibu yang

mempunyai balita di desa Hinai Kiri Kabupaten Langkat. Hasil uji reliabilitas

yang telah dilakukan menggunakan kuesioner fakktor ANC dan faktor resiko

kehamilan diperoleh nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,72 > 0,70, sehingga

dikatakan reliabel dan dapat digunakan sebagai kuesioner penelitian.

4.8. Pengolahan dan Analisaa Data

4.8.1 Pengolahan data

Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data diubah kedalam bentuk

tabel kemudian data diolah menggunakan perangkat lunak. Proses pengolahan

data menggunakan program komputer ini terdiri dari beberapa tahap yaitu:

Universitas Sumatera Utara


43

1. Editing

Editing adalah proses pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner.

Pada proses ini dipastikan semua pertanyaan kuesioner sudah terjawab,

jawaban relevan dengan pertanyaan, dan jawaban konsisten dengan

pertanyaan yang lain.

2. Coding

Setelah semua kuesioner diedit, kemudian dilakukan pengkodean yaitu

mengubah data yang berbentuk huruf atau kalimat menjadi data angka.

3. Data entry

Jawaban- jawaban yang sudah diubah dalam bentuk kode disebut dengan data.

Data ini kemudian dimasukkan ke dalam program komputer.

4. Tabulasi

Setalah semua data dimasukkan ke dalam program komputer, proses

selanjutnya adalah pembersihan data (data cleaning) yaitu pengoreksian

data sehingga tidak ada kesalahan kode atau ketidaklengkapan

(Notoatmodjo, 2010).

4.8.2. Analisa data

1. Analisis univariat

Analisis univariat adalah suatu tehnik analisis data terhadap suatu variabel

secara mandiri, tiap variabel dianalisis tanpa dikaitkan dengan variabel lainnya.

Universitas Sumatera Utara


44

Analisa data pada penelitian ini dimulai dengan melakukan analisis pada seluruh

variabel, analisis ini dilakukan untuk mendeskripsikan tiap variabel yang akan

diteliti dalam penelitian ini, yaitu riwayat antenatal care dan faktor resiko

kehamilan (umur, pendidikan, ,jarak kelahiran, paritas, tinggi badan). Hasil

analisa data penelitian yang dilakukan oleh peneliti akan disajikan dalam bentuk

tabel distribusi frekuensi dan presentase.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dapat dilakukan dengan tujuan untuk melihat kemaknaan dan

besarnya hubungan variabel independent (bebas) dan variabel dependent (terikat).

Pada penelitian ini variabel bebas adalah ANC dan faktor resiko kehamilan

sedangkan variabel terikat adalah stunting. Uji statistik yang digunakan dalam

penelitian ini adalah uji Independen T-test yang digunakan untuk membandingkan

dua kelompok yang berbeda atau dua kelompok yang tidak berpasangan. Uji

statistik ini dikatakan bermakna jika nilai p value < 0,05 pada tingkat kepercayaan

95 % (Polit & Back, 2012).

Universitas Sumatera Utara


BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Pada bab ini diuraikan tentang hasil penelitian setelah pengumpulan data

yang dilakukan pada bulan Mei 2019 di Desa Kebun Kelapa Kabupaten Langkat.

Jumlah sampel yang digunakan oleh peneliti adalah sebanyak 30 responden ibu

yang memiliki balita stunting dan 30 responden ibu yang memiliki balita tidak

stunting usia 2-5 tahun.

5.1.1. Karakteristik Responden

Hasil dari penelitian ini diperoleh dengan cara membagikan kuesioner

kepada 60 responden yaitu 30 ibu dengan anak stunting dan 30 ibu dengan anak

tidak stunting dan menguraikan karakteristik responden yaitu yang meliputi: usia,

pekerjaan, pendidikan terakhir dan suku bangsa. Karakteristik usia ibu dengan

anak stunting maupun tidak stunting mayoritas berusia 20-35 tahun yaitu ibu

dengan anak stunting sebanyak 26 orang (86,7%) dan ibu dengan anak tidak

stunting sebanyak 25 orang (83,3%), karakteristik responden berdasarkan

pekerjaan didapatkan bahwa seluruh ibu, baik ibu dengan anak stunting maupun

tidak stunting bekerja sebagai ibu rumah tangga yaitu 60 orang (100%).

Karakteristik tingkat pendidikan pada ibu dengan anak stunting mayoritas

berpendidikan SMP yaitu sebanyak 19 orang (63,3%) sedangkan ibu dengan anak

tidak stunting mayoritas berpendidikan SMA yaitu sebanyak 18 orang (60%).

Hasil penelitian juga didapatkan baik ibu dengan anak stunting maupun

tidak stunting mayoritas bersuku Banjar yaitu ibu dengan anak stunting sebanyak

45
Universitas Sumatera Utara
46

25 orang (83,3%) dan ibu dengan anak tidak stunting sebanyak 20 orang (66,7%).

Deskripsi karakteristik balita terdiri dari usia, jenis kelamin, berat badan saat ini,

dan tinggi badan saat ini. Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan

balita stunting maupun tidak stunting mayoritas berusia 3 tahun. Pada ibu dengan

anak stunting sebanyak 12 orang (40%) dan tidak stunting sebanyak 10 orang

(33,3%). Balita stunting maupun tidak stunting mayoritas berjenis kelamin laki-

laki yaitu sebanyak 18 orang (60%) sedangkan balita tidak stunting sebanyak 16

orang (53,3%).

Hasil penelitian ditemukan bahwa seluruh balita stunting mempunyai

BBL atau berat badan lahir normal yaitu berkisar antara 2,5 kg-4 kg yakni

berjumlah 30 orang (100%) dan balita tidak stunting mayoritas mempunyai BBL

yang normal juga yaitu 28 orang (93,3%). Berdasarkan data yang ada maka tinggi

badan balita telah dikategorikan ke dalam normal, pendek, dan sangat pendek

berdasarkan tabel Z-score WHO (TB/U) sehingga sampel penelitian diperoleh

yaitu 30 balita stunting dan 30 balita tidak stunting.

Hasil penelitian karakteristik responden secara singkat dapat dilihat pada tabel 5.1

Universitas Sumatera Utara


47

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentasi karakteristik responden ibu dengan
anak stunting dan ibu dengan anak tidak stunting usia 2-5 tahun di desa
Kebun Kelapa Kabupaten langkat.
Karakteristik Stunting Tidak Stunting
Responden f % f %
Usia Ibu
20-35 tahun 26 86,7 25 83,3
< 20 dan > 35 tahun 4 13,3 5 16,3
Pekerjaan Ibu
Ibu Rumah Tangga 30 100 30 100
Wawancara 0 0 0 0
Petani 0 0 0 0
PNS/TNI/POLRI 0 0 0 0
Pendidikan Ibu
SD 6 20 1 3,3
SMP 19 63,3 11 36,7
SMA 5 16,7 18 60
Perguruan Tinggi 0 0 0 0
Suku Bangsa
Batak 0 0 0 0
Jawa 1 13,3 3 10
Banjar 25 83,3 20 66,7
Melayu 4 13,3 7 23,3
Jenis kelamin balita
Laki laki 18 60 16 53,3
Perempuan 12 40 14 46,7
Usia Balita
2 tahun 9 30 8 26,7
3 tahun 12 40 10 33,3
4 tahun 7 23,3 7 23,3
5 tahun 2 6,7 5 16,7
BBL
< 2,5 kg 0 0 2 6,7
2,5- 4 kg 30 100 28 93,3
Tinggi Badan Balita
Normal 0 0 30 100
Pendek 19 63,3 0 0
Sangat Pendek 11 36,7 0 0

Universitas Sumatera Utara


48

5.1.2 Karakteristik ANC

Karakteristik ANC terdiri dari kunjungan ANC dan ketersediaan layanan

ANC. Pada penelitian ini ditemukan bahwa mayoritas ibu dengan balita stunting

melakukan kunjungan ANC < 4 kali yaitu 19 orang (63,4%) sedangkan ibu

dengan balita tidak stunting mayoritas melakukan kunjungan ANC > 4 kali yaitu

sebanyak 28 orang (93,3%). Dengan kata lain ibu dengan balita tidak stunting

lebih sering melakukan kunjungan ANC.

Baik ibu dengan balita stunting maupun tidak stunting mayoritas dengan

ketersediaan layanan ANC yang tinggi yaitu sebanyak 16 orang (53,3%)

sedangkan ibu dengan balita tidak stunting yaitu sebanyak 28 orang (93,3%).

Hasil penelitian karakteristik ANC secara singkat dapat dilihat pada tabel 5.2

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi kunjungan ANC dan ketersediaan layanan ANC

pada ibu dengan anak stunting dan ibu dengan anak tidak stunting usia

2-5 tahun di Desa Kebun Kelapa Kabupaten Langkat.

Karakteristik Stunting Tidak stunting


F % f %
Kunjungan ANC
> 4 kali (lengkap) 11 36,6 28 93,3
<4kali (tidak lengkap) 19 63,4 2 6,7

Ketersediaan
layanan ANC
Tinggi (> median) 16 53,3 28 93,3
Rendah (< median) 14 46,7 2 6,7

Universitas Sumatera Utara


49

5.1.3 Faktor Resiko Kehamilan

Deskripsi karakteristik faktor resiko kehamilan terdiri dari pendidikan

ibu, usia ibu saat hamil, tinggi badan ibu, paritas dan jarak kelahiran. Dari hasil

penelitian menunjukkan bahwa mayoritas ibu dengan anak stunting berpendidikan

rendah yaitu SD, SMP sebanyak 25 orang (86,7%) sedangkan ibu dengan anak

tidak stunting mayoritas berpendidikan SMA yaitu sebanyak 18 orang (60%).

Usia ibu saat hamil didapatkan bahwa baik ibu dengan anak stunting maupun

tidak stunting mayoritas berusia 20-35 tahun saat hamil yaitu ibu dengan anak

stunting sebanyak 27 orang (90%) dan ibu dengan anak tidak stunting sebanyak

28 orang (93,3%).

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa ibu dengan anak stunting

maupun tidak stunting mayoritas memiliki tinggi badan > 145 cm yaitu ibu

dengan anak stunting yaitu sebanyak 25 orang (83,4%) dan ibu dengan anak

tidak stunting sebanyak 28 orang (93,3%). Paritas ibu dengan anak stunting

mayoritas memiliki paritas > 4 anak yaitu sebanyak 16 orang (53,3%) sedangkan

ibu dengan anak tidak stunting mayoritas memiliki paritas < 4 anak yaitu

sebaanyak 22 orang (73,3%). Hasil penelitian juga ditunjukkan bahwa jarak

kelahiran ibu dengan anak stunting maupun tidak stunting mayoritas dengan jarak

kelahiran > 2 tahun yaitu ibu dengan anak stunting sebanyak 26 orang (86,7%)

dan ibu dengan anak tidak stunting sebanyak 29 orang (96,7%). Hasil penelitian

untuk faktor resiko kehamilan secara singkat dapat dilihat pada tabel 5.3

Universitas Sumatera Utara


50

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi faktor resiko kehamilan pada ibu dengan anak

stunting dan ibu dengan anak tidak stunting usia 2-5 tahun di Desa

Kebun kelapa Kabupaten Langkat.

Karakteristik Stunting Tidak stunting


f % f %
Pendidikan terakhir
-Tinggi (SMA, PT) 5 16,7 18 60
-Rendah (SMP, SD) 25 83,3 12 40
Usia ibu saat hamil
< 20 dan > 35 tahun 3 10 2 6,7
20-35 tahun 27 90 28 93,3
Tinggi badan ibu
<145 cm 5 16,6 2 6,7
> 145 cm 25 83,4 28 93,3
Paritas
> 4 anak 16 53,3 8 26,7
< 4 anak 14 46,7 22 73,3
Jarak kelahiran
< 2 tahun 4 13,3 1 3,3
> 2 tahun 26 86,7 29 96,7

5.1.4. Perbandingan ANC dengan Kejadian stunting

a. Kunjungan ANC

Hasil analisa data menggunakan uji Mann Withney yang dilakukan

terhadap hasil penelitian untuk melihat perbedaaan kunjungan ANC pada ibu

dengan anak stunting dan tidak stunting diperoleh nilai signifikansi pvalue=0,00

(p < 0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan

kunjungan ANC antara ibu dengan balita stunting dan ibu dengan balita tidak

stunting. Hasil uji t-test dapat dilihat pada tabel 5.4

Universitas Sumatera Utara


51

Tabel 5.4. Hasil Mann Withney perbandingan kunjungan ANC pada ibu dengan

anak stunting dan ibu dengan anak tidak stunting usia 2-5 tahun di Desa

Kebun Kelapa Kabupaten Langkat.

Kunjungan ANC Median Z Sig.

Stunting 2.00 -4,563 0.00


Tidak stunting

b. Ketersediaan layanan ANC

Hasil analisa data menggunakan uji statistik Mann Withney Untuk

perbandingan ketersediaan layanan ANC pada ibu dengan anak stunting dan ibu

dengan anak tidak stunting diperoleh nilai signifikansi pvalue=0,00 (p < 0,05).

Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan ketersediaan

layanan ANC antara ibu dengan balita stunting dan ibu dengan balita tidak

stunting usia 2-5 tahun di Desa Kebun Kelapa Kabupaten Langkat.

Tabel 5.5. Hasil Uji Mann Whitney U Perbandingan Ketersediaan layanan ANC

pada ibu dengan anak stunting dan ibu dengan anak tidak stunting usia

2-5 tahun di Desa Kebun Kelapa Kabupaten Langkat..

ketersediaan layanan ANC Median Z Sig.

Stunting
1.00 -5.132 0.00
Tidak Stunting

Universitas Sumatera Utara


52

5.1.5 Perbandingan Faktor Resiko Kehamilan dengan Kejadian Stunting

Faktor resiko kehamilan dianalisa menggunakan uji Mann Withney terdiri

dari pendidikan ibu, usia ibu saat hamil, tinggi badan ibu, paritas dan jarak

kelahiran. Pendidikan ibu antara ibu dengan anak stunting dan tidak stunting

diperoleh nilai signifikansi pvalue= 0,00 (p < 0,05) maka dapat disimpulkan

bahwa ada perbedaan signifikan antara pendidikan ibu dengan anak stunting dan

ibu dengan anak tidak stunting. Usia ibu saat hamil antara ibu dengan anak

stunting dan tidak stunting diperoleh nilai signifikansi pvalue= 0,64 (p > 0,05)

maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan usia saat

hamil antara ibu dengan anak stunting dan ibu dengan anak tidak stunting.

Dari hasil penelitian juga didapatkan tinggi badan ibu antara ibu dengan

anak stunting dan tidak stunting diperoleh nilai pvalue= 0,23 (p > 0,05) maka

dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara tinggi badan

ibu dengan anak stunting dan ibu dengan anak tidak stunting.

Berdasarkan hasil analisa data untuk paritas diperoleh nilai pvalue= 0,03 (p <

0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara paritas

ibu dengan anak stunting dan ibu dengan anak tidak stunting. Berdasarkan jarak

kelahiran diperoleh nilai pvalue= 0,165 (p > 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa

tidak ada perbedaan yang signifikan antara jarak kelahiran ibu dengan anak

stunting dan ibu dengan anak tidak stunting.

Universitas Sumatera Utara


53

Tabel 5.6 Hasil uji Mann Wtihney perbandingan faktor resiko kehamilan pada

ibu dengan anak stunting dan ibu dengan anak tidak stunting usia 2-5

tahun di Desa Kebun Kelapa Kabupaten Langkat

Karakteristik Median Z Sig.

Pendidikan terakhir
Stunting
1.0 -3.423 0
Tidak stunting
Usia ibu saat hamil
Stunting
2.00 -463 0.64
Tidak stunting

Tinggi badan ibu


Stunting
2.00 -1.196 0.23
Tidak stunting
Paritas
Stunting
1.00 -2.091 0.03
Tidak stunting
Jarak kelahiran
Stunting
2.00 -1.390 0.165
Tidak stunting

5.2 . Pembahasan

Menurut Kemenkes (2013), Stunting merupakan masalah kurang gizi

kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu yang cukup

lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Pada

penelitian ini peneliti mengidentifikasi perbedaan ANC dan faktor resiko

kehamilan pada ibu yang dengan anak stunting dan tidak stunting usia 2-5 tahun

di Desa Kebun Kelapa Kabupaten Langkat. Jumlah responden yang terlibat dalam

Universitas Sumatera Utara


54

penelitian ini adalah sebanyak 60 orang, yang terdiri dari 30 orang ibu dengan

anak stunting dan 30 orang ibu dengan anak tidak stunting.

Secara umum ANC (antenatal care) adalah suatu pelayanan yang

diberikan oleh tenaga kesehatan kepada wanita selama hamil, misalnya dengan

pemantauan kesehatan secara fisik, psikologis, termasuk pertumbuhan dan

perkembangan janin serta mempersiapkan proses persalinan dan kelahiran supaya

ibu siap menghadapi peran baru sebagai orang tua (Wagiyo & Putrono, 2016).

Antenatal care atau disebut juga dengan pemeriksaan kehamilan merupakan

bagian terpenting dari perawatan ibu hamil. Melalui pengawasan tersebut dapat

ditetapkan kesehatan ibu hamil, kesehatan janin dan hubungan keduanya

sehingga dapat direncanakan persalinan yang tepat. Dikatakan ANC yang lengkap

apabila frekuensi kunjungan ANC minimal 4 kali, satu kali kunjungan selama

trimester pertama, satu kali kunjungan selama trimester kedua dan dua kali

kunjungan selama trimester ketiga (KemenKes RI, 2010).

Berdasarkan hasil distribusi jawaban kuesioner ibu dengan anak stunting

melakukan kunjungan ANC mayoritas < 4 kali yaitu sebanyak 19 orang

sedangkan ibu anak tidak stunting mayoritas > 4 kali yaitu sebanyak 28 orang.

Dengan kata lain ibu dengan anak tidak stunting lebih sering melakukan

kunjungan ANC dibanding ibu dengan anak stunting. Dibuktikan dengan hasil uji

statistik menggunakan Mann Whitney diperoleh nilai Signifikansi p < 0,05. Hasil

tersebut menujukkan ada perbedaan yang signifikan kunjungan ANC pada ibu

dengan anak stunting dan ibu dengan anak tidak stunting. Penelitian ini sejalan

Universitas Sumatera Utara


55

dengan penelitian sebelumnnya yang menegaskan bahwa adanya hubungan yang

bermakna antara kunjungan ANC dengan kejadian stunting (Aulia, 2016).

Ketersediaan layanan ANC juga sangat mempengaruhi ibu untuk

melakukan kunjungan ANC. Apabila ibu mendapatkan pelayanan yang bekualitas

saat pemeriksaan kehamilan, maka ibu akan termotivasi untuk melakukan

kunjungan ANC selanjutnya. Dikatakan pelayanan ANC berkualitas apabila

sesuai dengan standar yang yang sudah ditetapkan seperti penimbangan berat

badan, pengukuran tinggi badan, tekanan darah, lingkar lengan atas (LILA), tinggi

fundus uteri, denyut jantung janin (DJJ), pemberian imunisasi tetanus, tablet

penambah darah, serta pelayanan tes laboratorium, dan konseling gizi (Kemenkes

RI, 2010). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Khasanah

(2017) yang mengatakan bahwa adanya hubungan ketersediaan layanan ANC

dengan kejadian stunting. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa ibu dengan

anak stunting mendapatkan pelayanan ANC yang lengkap sebanyak 53,3%

sedangkan ibu dengan anak tidak stunting yaitu 93,3%. Selanjutnya hasil uji

statistik menggunakan uji Mann Whitney yang dilakukan terhadap hasil

penelitian diperoleh nilai p < 0,05. Hasil tersebut menujukkan bahwa ada

perbedaan yang signifikan ketersediaan layanan ANC antara ibu dengan anak

stunting dan ibu dengan anak tidak stunting usia 2-5 tahun di Desa Kebun Kelapa

Kabupaten Langkat.

Penelitian ini juga menguraikan mengenai faktor resiko kehamilan yang

terdiri dari usia ibu saat hamil, tinggi badan ibu, jarak kelahiran, pendidikan ibu

dan paritas. Umur mempunyai pengaruh terhadap kehamilan dan persalinan.

Universitas Sumatera Utara


56

Waktu reproduksi yang sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan

persalinan adalah usia 20-35 tahun (wingjosastro, 2007). Usia ibu saat hamil

mempengaruhi kondisi kehamilan ibu karena selain berhubungan dengan

kematangan organ reproduksi juga berhubungan dengan kondisi psikologis.

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya terkait dengan usia ibu

saat hamil yang mengatakan bahwa adanya hubungan usia ibu saat hamil terhadap

kejadian stunting. Namun penelitian ini menemukan bahwa baik ibu dengan anak

stunting maupun tidak stunting, mayoritas hamil pada usia subur yaitu 20-35

tahun yakni ibu dengan anak stunting 90% dan ibu dengan anak tidak stunting

93,3%. Selanjutnya hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai signifikansi p >

0,05 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan yang

signifikan antara usia saat hamil ibu dengan anak stunting dan ibu dengan anak

tidak stunting.

Pendidikan akan mempengaruhi cara berpikir seseorang dimana seseorang

yang berpengetahuan tinggi akan dapat mengambil keputusan yang lebih rasional

umumnya terbuka menerima perubahan atau hal baru dibandingkan individu yang

berpendidikan rendah (DepKes RI, 2010). Berdasarkan hasil jawaban kuesioner

didapatkan bahwa ibu yang berpendidikan SMA cenderung mempunyai jumlah

pemeriksaan kehamilan lebih baik. Hasil wawanacara juga menunjukkan ibu

dengan pendidikan tinggi atau SMA memulai pemeriksaan kehamilan lebih awal

dari pada wanita yang berpendidikan rendah. Penelitian ini sejalan dengan

penelitian sebelumnya yang menegaskan bahwa adanya hubungan antara

pendidikan ibu dengan kejadian stunting (Rahayu, 2011). Data menunjukkan

Universitas Sumatera Utara


57

bahwa ibu dengan anak stunting mayoritas berpendidikan SMP yaitu 86,7%

sedangkan ibu dengan anak tidak stunting mayoritas berpendidikan SMA yaitu

(93,3%). Hasil uji statistik diperoleh nilai signifikansi p < 0,05 sehingga dapat

disimpulkan bahwa adanya perbedaan yang signifikan antara pendidikan ibu

dengan anak stunting dan ibu dengan anak tidak stunting.

Tinggi badan ibu merupakan indikator yang berfungsi untuk memprediksi

anak terkena gizi buruk. Ibu yang pendek merupakan salah satu faktor yang

berhubungan dengan kejadian stunting. (Zottarelli, 2014). ). Seorang wanita yang

memiliki tinggi badan kurang dari 145cm , lebih mungkin memiliki panggul yang

sempit. Karena itu, wanita tersebut juga memiliki resiko lebih tinggi untuk

mengalami persalinan premature dan melahirkan bayi yang sangat kecil (Tani

Astuti, 2013). Namun hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian

sebelumnya yang menegaskan bahwa adanya hunbungan yang bermakna antara

tingi badan ibu dengan kejadian stunting (Martorell & Young, 2012). Dari 30

responden ibu dengan anak stunting dan 30 responden ibu dengan anak tidak

stunting mayoritas mempunyai tinggi badan > 145 cm. Selain distribusi jawaban

kuesioner hasil observasi juga menunjukkan bahwa baik ibu dengan anak stunting

maupun tidak stunting rata rata memiliki tinggi badan yang normal. Selanjutnya

uji statistik diperoleh nilai signifikansi p = > 0,05 sehingga dapat diambil

kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara tinggi badan ibu

dengan anak stunting dan ibu dengan anak tidak stunting.

Paritas adalah Jumlah anak yang pernah dilahirkan ibu baik hidup maupun

mati, lahir tunggal maupun kembar. Jumlah anak yang terlalu banyak akan

Universitas Sumatera Utara


58

mengakibatkan terjadinya persaingan sarana dan prasarana, perbedaan makanan,

dan waktu perawatan anak berkurang serta akan menyebabkan kasih sayang pada

anak terbagi sehingga kondisi akan memburuk jika status ekonomi keluarga

tergolong rendah (Waliany, 2015). Penelitian sebelumnya menegaskan bahwa

adanya hubungan paritas ibu dengan kejadian stunting. Semakin sering ibu hamil

dan melahirkan, semakin dekat jarak kehamilan dan kelahiran, elastisitas uterus

semakin terganggu, akibatnya uterus tidak berkontraksi secara sempurna dan

mengakibatkan perdarahan pasca kehamilan dan kelahiran premature atau BBLR

yang akan mengakibatkan terjadinya stunting pada anak (Ernawati, 2017).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya terkait dengan paritas ibu.

Berdasarkan data yang diperoleh dari 30 responden ibu dengan anak stunting

mayoritas memiliki anak > 4 yaitu 53,3% sedangkan ibu dengan anak tidak

stunting mayoritas memiliki anak < 4 yaitu 73,3%. Selanjutnya hasil uji statistik

diperoleh nilai p = < 0,05 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa ada

perbedaan yang signifikan antara paritas ibu kelompok balita stunting dengan ibu

kelompok balita tidak stunting.

Hasil wawancara langsung dengan responden didapatkan bahwa anak

stunting mayoritas tidak mengonsumsi ASI hingga beusia 2 tahun, berbeda

dengan anak tidak stunting rata- rata mengonsumsi ASI hingga 2 tahun. Selain itu,

didapatkan juga bahwa banyak ibu yang memberikan ASI yang dikombinasikan

dengan susu formula dan makanan lain selain ASI. Alasan yang paling banyak

dikemukakan karena ASI tidak lancar dan anak masih rewel meskipun sudah

Universitas Sumatera Utara


59

diberikan ASI. Selain itu mudahnya mendapatkan susu formula membuat ibu

kurang berusaha untuk meningkatkan prosuksi ASI.

Jarak kelahiran adalah kurun waktu dalam tahun antara kelahiran terakhir

dengan kelahiran sekarang . Jarak kelahiran anak yang terlalu dekat akan

mempengaruhi status gizi dalam keluarga karena kesulitan mengurus anak dan

kurang menciptakan suasana tenang dirumah (Budiono, 2010). Penelitian

sebelumnya menegaskan bahwa adanya hubungan jarak kelahiran dengan

kejadian stunting bila jarak anak terlalu dekat atau kurang dari 2 tahun maka

rahim dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik (Septiani, 2013). Berdasarkan

hasil wawancara dan jawaban kuesioner baik ibu dengan anak stunting maupun

tidak stunting rata rata memiliki anak dengan jarak kelahiran 2 tahun.

Ibu yang melahirkan dengan jarak kelahiran 2 tahun merupakan standar,

bila jarak anak terlalu dekat atau kurang dari 2 tahun maka rahim dan kesehatan

ibu belum pulih dengan baik ( WHO, 2010). Namun penelitian ini bertolak

belakang dengan penelitian sebelumnya. Data menunjukkan bahwa dari 30

responden masing-masing ibu dengan anak stunting dan tidak stunting mayoritas

mempunyai jarak kehamilan > 2 tahun yaitu ibu dengan anak stunting 86,7% dan

tidak stunting 96,7%. Selanjutnya hasil uji statistik diperoleh nilai Signifikansi p >

0,05 hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan

antara jarak kelahiran ibu dengan anak stunting dan ibu dengan anak tidak

stunting di Desa Kebun Kelapa Kabupaten Langkat.

Universitas Sumatera Utara


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 30 responden ibu yang

memiliki anak stunting dan 30 responden ibu yang memiliki anak tidak stunting di

Desa Kebun Kelapa Kabupaten Langkat secara keseluruhan dapat disimpulkan

bahwa adanya perbedaan yang signifikan ANC pada ibu dengan anak stunting dan

ibu dengan anak tidak stunting dilihat dari frekuensi kunjungan ANC dan

ketersediaan layanan ANC. Ibu dengan anak tidak stunting lebih sering

melakukan kunjungan ANC dan mendapatkan pelayanan ANC yang lebih

lengkap dibanding ibu dengan anak stunting.

Dari hasil penelitian ini juga didapatkan bahwa adanya perbedaan yang

signifikan antara pendidikan ibu dengan anak stunting dan ibu dengan anak tidak

stunting. Ibu dengan anak stunting mayoritas berpendidikan SMP sedangkan ibu

dengan anak tidak stunting mayoritas berpendidikan SMA. Penelitian ini juga

membuktikan bahwa adanya perbedaan yang signifikan antara paritas ibu dengan

anak stunting dan tidak stunting. Ibu dengan anak stunting memiliki paritas yang

lebih tinggi dibanding ibu dengan anak stunting. Dengan kata lain ibu dengan

anak stunting lebih sering melahirkan daripada ibu dengan anak tidak stunting.

Namun pada penelitian ini didapatkan bahwa tidak adanya perbedaan yang

signifikan usia ibu saat hamil, tinggi badan ibu dan jarak kelahiran pada ibu

dengan anak stunting dan ibu dengan anak tidak stunting.

60
Universitas Sumatera Utara
61

6.2 Saran

6.2.1 Ibu Hamil

Untuk ibu yang sedang hamil, agar meningkatkan pengetahuan mengenai

faktor resiko kehamilan serta pentingnya melakukan ANC atau pemeriksaan

kehamilan agar terhindar dari hal-hal berbahaya dan dapat melahirkan bayi yang

sehat. Sehingga mampu mencegah terjadinya stunting pada anak.

6.2.2 Institusi Pendidikan

Untuk institusi pendidikan disarankan agar mahasiwa/i keperawatan diberi

kesempatan melakukan perannya sebagai edukator, yaitu memberikan pendidikan

kesehatan kepada ibu hamil dan keluarga yang memiliki balita.

6.2.3 Praktek Keperawatan

Untuk praktek keperawatan diharapkan agar perawat tetap memberikan

pendidikan kesehatan kepada ibu hamil dan keluarga yang memiliki balita

sehingga mengurangi kejadian stunting pada anak.

6.2.4 Penelitian Keperawatan

Untuk peneliti keperawatan dapat dijadikan sebagai penelitian berikutnya

yang berhubungan dengan ANC dan factor resiko kehamilan terhadap kejadian

stunting.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

______Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Laporan Hasil Riset


Kesehatan Dasar Indonesia Tahun 2010. Jakarta.

______Riskedes (Riset Kesehatan Dasar), Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010.

______Riskedes (Riset Kesehatan Dasar). Jakarta: Kemenkes. 2013.

______WHO. 2010. Complementary feeding, report of the global consultation,


summary of guliding principles. Geneva.

______WHO. 2010.Nutrition Landscape Information System (NLIS) Country


Profile
Indications Intepretation Guide. Geneva

Achadi, E. L. 2014. Periode Kritis 1000 Hari Pertama Kehidupan dan Dampak
Jangka Panjang terhadap Kesehatan dan Fungsinya. Yogyakarta.

Ainggiana, G. N. 2013. Pengaruh Pemberian ASI Eksklusif Terhadap Stunting


pada
Balita 24 -36 Bulan. FIK_UELI Jakarta.

Andiani. 2013. Faktor Determinan Stunting pada Anak Usia 0 – 59 Bulan di


Indonesia. Bogor

Annisa. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada


Balita Usia 25-60 bulan di Kelurahan Kalibaru Depok tahun 2012.
Skripsi. Jakarta: Universitas Indonesia.

Ardiyah, F. 2015. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Stunting pada


Anak Balita di Wilayah Pedesaan dan Perkotaan. E-jurnal pustaka
kesehatan. 3(1)

Asfaw, Wondaferash, Taha and Dube. 2015. Prevalence of Under Nutrition and
Associated Factors Among Children Aged between Six to Fifty Nine
Mounts in Blue Hora District. South Ethiopia. BCM Public Health (2015)
15:41

Aulia, 2016. Hubungan kunjungan Antenatal care (ANC) dengan faktor kejadian
stunting pada balita usia 12-59 bulan di Kabupaten Lombok Utara
Provinsi NTB tahun 2016. Yogyakarta.

Erayatna. 2016. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Ibu Mengikuti

62
Universitas Sumatera Utara
Kelas Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Perjak Timur Aceh.
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Fatmawati. 2010. Hubungan Faktor Resiko dan Kejadian Anemia Ibu Hamil di
Puskesmas Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya. Medan.

Ferra Yustissia. 2011. Pengaruh Pengetahuan Kepercayaan dan Adat – Istiadat


terhadap Partisipasi Suami dalam Perawatan Kehamilan Istri di
Kelurahan
Pintu Sona (Tesis). Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Fithriany. 2013. Pengaruh Karakteristik Ibu dan Dukungan Suami terhadap


Pemeriksaan Kehamilan di Kecamatan Kota Cotglie Kabupaten Aceh
Besar
(Tesis). Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Fitri. 2012. Berat Lahir sebagai faktor determinan terjadinya stunting pada balita
(12-59 bulan) di Sumatera (Analisis data Riskesdas 2010) (Tesis). Fakultas
kesehatan masyarakat Universitas Indonesia.

Gibney MS Margets BM, Kaerney JM &Arab L. 2010. Gizi Kesehatan


Masyarakat. (Andri Hartono, Penti). Jakarta: EGC; 2009.

Hidayati, L. 2010 Kekurangan Energi dan Zat Gizi Merupakan Faktor Resiko
Stunting Pada Anak Usia 1-3 Tahun ynag Tinggal di Wilayah Kumuh
Perkotaan Surakarta. Jurnal Kesahatan. 3(1): 89-104

Hayati, A.W, Hardinsyah, Jalal F, Madannijah, Briwan D. 2013. Faktor- faktor


Resiko Stunting, Pola Asupan Makanan, Asupan Energi dan Zat Gizi Anak
0-23 Bulan. Jurnal forum Pascasarjana 2013, 36(2).

IFPRI. 2014. Global Nutrition Report 2014: Action and Accountability to


Accelerate
the World’s Progress on Nutrition. International Food Policy Research
Institute. Washington DC.

Kementerian Kesehatan RI . 2013. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta:


Kementerian Kesehatan RI.

Khoeroh, H.,& Indriyanti, D. 2017. Evakuasi Penatalaksanaan Gizi Balita


Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Sirampog. Unnes Jurnal of Public
Health, 6(3).189-195.https://doi.org/10.15294/ujph.v613.11723.

Khasanah, F. 2017. Gambaran Kunjungan Antenatal Care di Puskesmas Pondok


Jagung kota Tangerang Selatan. Jakarta.

63
Universitas Sumatera Utara
Manuaba, I. G. B. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Jantung dan KB. Jakarta:
EGC.
Martorell R, Young MF. 2012. Patterns of Stunting and wasting: Potential
explanatory factors. Advances in Nutrition. 3:277-233.
Maryono. 2010. Pengaruh Intervensi Petugas Imunisasi terhadap Pelayanan
Imunisasi Tetanus Toxoid pada Wanita Usia Subur (WUS) di Kabupaten
Aceh Barat Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (Tesis).

Meilya Sary, F., dan Isnawat, M. 2014. Faktor Resiko Kejadian Stunting pada
Balita
Usia 12 Bulan di Desa Purwokerto Kecamatan Patebon, Kabupaten
Kendal. Journal of Nutrition College.

Mufdillah. 2009. Panduan Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Yogyakarta: Nuha


Medika

Nadiyah, 2013. Faktor Resiko Stunting pada Anak Usia 0-23 Bulan di Provisi
Bali Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur, Tesis, sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor.

Najahah, I. 2012. Faktor Resiko Balita Stunting Usia 12-36 bulan di Puskesmas
Dasa Agung Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Jurnal Ilmu
Kesehatan Masyarakat.1(2) :22-26).

Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Picauly dan Foy. 2013. Analisis Determinan dan Pengaruh Stunting terhadap
Prestasi Belajar Anak di Sekolah, di Kupang dan Sumba Timur. Jurnal
Gizi dan Pangan.

Polit & Beck, P. (2012). Essential of Nursing Research : Methods, appraisal, and
utilization (7th ed.). philadephia, F,A : Lipincont Williams & Wilkins.

Putri, A, 2012. Hubungan tingkat pendidikan ibu ,pendapatan keluarga,


kecukupan protein dan zinc dengan stunting (pendek) pada balita usia 6-
35 bulan di Kecamatan Tembalang kota Semarang. Jurnal Kesahatan
Masyarakat (JKM) Gizi Kesehatan Masyarakat. Universitas Diponegoro.1
(2).

Rahayu, L. S. 2011. Pengaruh BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Terhadap


Kejadian Perubahan Status Stunting pada Balita.

Sholikin R. 2015. Hubungan Antenatal Care (ANC) dengan Kejadian Bayi Berat
Lahir Rendah di Kabupaten Purbalingga (Tesis). Yogyakarta.

64
Universitas Sumatera Utara
Sulastri, D. 2012. Faktor Determinan Kejadian Stunting pada Anak Usia
Sekolah di Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang: Majalah
Kedokteran Andalas.

Tani, Astuti. 2013. Pengaruh karakteristik Keluarga terhadap Komplikasi


Kehamilan
dalam Kesehatan Reproduksi pada Ibu Hamil di Kecamatan Percut Sei
Tuan (Tesis).

Ulty, D. 2018. Faktor faktor yang mempengaruhi Stunting. Yogyakarta.

Unicef. 2013. Improving Child Nutrition the Achievable Imperative for Global
Progress. New York: United Nations Children’s Fund.

Zottarelli L. 2014. Influence of Parenteral and Socio economic factors on stunting


in children under 5 years in Egypt.

65
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Kepada, Yth

Calon Responden Penelitian

Di- Tempat

Dengan hormat,

Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Utara. Sebagai persyaratan tugas akhir mahasiswa Program S-1 Ilmu Keperawatan

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, saya akan melakukan

penelitian tentang “Perbandingan ANC dan Faktor Resiko Kehamilan Pada Ibu

dengan Anak Stunting dan Ibu dengan Anak Tidak Stunting Usia 2-5 tahun di

Desa Kebun Kelapa Kabupaten Langkat”

Sehubungan dengan hal tersebut, saya berharap partisipasi ibu dalam

memberikan jawaban atas pernyataan yang diajukan oleh peneliti melalui

pengisian kuesioner yang akan saya lampirkan pada surat ini. Ibu berhak

berpartisipasi atau tidak dalam penelitian ini. Jika Ibu setuju terlibat dalam

penelitian ini, mohon menandatangani lembar persetujuan menjadi responden

yang telah disediakan.

Kesediaan dan perhatian ibu sangat saya harapkan dan atas partisipasinya

saya ucapkan terimakasih.

Peneliti,

(Erida Napitupulu)

66
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Setelah saya membaca surat permohonan menjadi responden, maka saya

menyatakan bersedia untuk turut berpartisipasi sebagai responden sehubungan

dengan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi S-1 Ilmu

Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yaitu:

Nama : Erida Napitupulu

NIM : 151101116

Dengan judul penelitian “Perbandingan ANC dan Faktor Resiko

Kehamilan pada Ibu dengan Anak Stunting dan ibu dengan anak Tidak Stunting

Usia 2-5 tahun di Desa Kebun Kelapa Kabupaten Langkat”.

Demikian surat pernyataan ini saya buat, untuk dapat dipergunakan sebagaimana

mestinya.

Medan, 2019

Responden,

(.............................................)

67
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3
KUESIONER PENELITIAN

PETUNJUK UMUM
Berilah tanda ceklist ( pada satu kotak jawaban yang menurut anda paling tepat
sesuai dengan keadaan saat ini.
A. Data Demografi Ibu dan Balita

1. Nama / Initial : ……..


2. Usia : …… tahun
3. Alamat : …….cm
4. Pekerjaan : …….
5. Suku Bangsa
Batak
Minang
Jawa
Aceh
Lain-lain

Data Balita
1. Nama (inisial) :
2. Jenis Kelamin :

B. Stunting
1. Usia balita saat ini : …….tahun
2. Tinggi badan saat ini : …….cm
3. Berat badan saat lahir : ……kg

68
Universitas Sumatera Utara
C. Faktor Resiko Kehamilan

1. Pendidikan terakhir ibu


SD SMA
SMP Perguruan tinggi
2. Usia ibu saat hamil : …….tahun
3. Tinggi badan ibu : …….cm
4. Paritas
(sudah berapa kali ibu melahirkan?)
5. Berapa tahun jarak persalinan terakhir dengan persalinan sebelumnya

D. Antenatal Care (ANC)


a. Kunjungan Antenatal
1. Selama kehamilan anak ini berapa kali ibu memeriksakan
kehamilannya ke bidan atau petugas kesehatan lainnya?
a. > 4 kali b. < 4 kali

b. ketersediaan pelayanan antenatal care


Pemeriksaan /tindakan apa saja yang ibu dapatkan pada waktu
memeriksakan kehamilan ke bidan atau petugas kesehatan lainnya.
1. Berat badan ditimbang a. ya b. tidak
2. Tinggi badan diukur b. ya b. tidak
3. Tekanan darah diukur a. ya b. tidak
4. Diukur lingkar lengan atas a. ya b. tidak
5. Diukur tinggi fundus uteri a. ya b. tidak
6. Diberikan imunisani tetanus toxoid a. ya b. tidak
7. Ibu menerima tablet penambah darah a. ya b. tidak
8. Diperiksa denyut jantung bayi a. ya b. tidak
9. Pelayanan tes laboratorium a. ya b. tidak
10. Diberi informasi dan konseling a. ya b. tidak

69
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4

70
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5

71
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6

72
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7

73
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8
HASIL PERHITUNGAN UJI VALIDITAS

Koefisien Validitas isi-Aiken’s


V=Σs/n/(c-1)
Keterangan:
S = R-Lo
Lo = Angka penilaian validitas terendah
C = Angka penilaian validitas tertinggi
R = Angka yang diberikan oleh penilai
n = Jumlah penilai ahli

Uji Validitas Instrumen ketersediaan layanan ANC


Validitas indeks
Validator Pertanyaan Skor (R) S (R-Lo)
V=Σs/n/(c-1)
1 Pertanyaan 1 4 3 V= 3/1(3) = 1
Pertanyaan 2 4 3 V= 3/1(3) = 1
Pertanyaan 3 4 3 V= 3/1(3) = 1
Pertanyaan 4 4 3 V= 3/1(3) = 1
Pertanyaan 5 4 3 V= 3/1(3) = 1
Pertanyaan 6 4 3 V= 3/1(3) = 1
Pertanyaan 7 4 3 V= 3/1(3) = 1
Pertanyaan 8 4 3 V= 3/1(3) = 1
Pertanyaan 9 4 3 V= 3/1(3) = 1
Pertanyaan 10 4 3 V= 3/1(3) = 1
ΣV=1

74
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9

Uji mann whitney

75
Universitas Sumatera Utara
76
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10

MASTER DATA KESELURUHAN STUNTING

UI K KL UI J
Res Se S Pe JK U BB TB AN AN Ha TB Pa K Pen
p k B k B B L B C C m I r el d
1 1 1 3 1 2 3 2 1 2 1 1 2 2 1
2 1 1 3 1 2 3 2 1 1 1 2 2 2 2
3 1 1 3 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2
4 1 1 3 1 1 2 2 1 1 1 2 2 1 2
5 1 1 4 1 1 2 2 1 2 1 2 1 2 2
6 2 1 3 1 2 3 2 1 2 2 2 2 1 2
7 1 2 3 1 2 3 2 1 2 1 2 2 1 2
8 1 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2
9 1 1 3 1 1 3 2 1 1 2 2 2 1 2
10 1 1 3 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2
11 1 1 3 1 1 4 2 1 1 2 2 2 1 2
12 2 1 3 1 1 3 2 1 2 2 2 2 2 1
13 1 2 3 1 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2
14 1 1 3 1 2 4 2 1 1 2 2 1 1 2
15 1 1 4 1 2 2 2 1 2 1 1 2 2 1
16 1 2 3 1 2 4 2 1 2 2 2 2 1 2
17 1 2 3 1 2 3 2 1 1 1 1 2 1 2
18 1 1 3 1 2 4 2 1 2 1 2 2 1 2
19 1 1 4 1 1 4 2 1 2 2 2 1 2 2
20 2 1 3 1 1 5 2 1 1 2 2 2 2 2
21 1 1 3 1 1 5 2 1 2 1 2 2 1 2
22 1 1 3 1 1 3 2 1 2 2 2 2 1 2
23 1 1 3 1 1 3 2 1 2 1 2 2 1 2
24 1 1 3 1 1 3 2 1 2 1 2 2 2 1
25 1 1 3 1 1 2 2 1 1 1 2 2 2 2
26 1 1 3 1 1 2 2 1 2 2 2 2 1 2
27 1 1 4 1 1 4 2 1 1 1 2 2 2 2
28 2 1 3 1 2 5 2 1 2 1 2 1 1 2
29 1 1 3 1 1 4 2 1 2 2 2 2 1 2
30 1 1 3 1 2 5 2 1 1 1 2 2 1 2

77
Universitas Sumatera Utara
MASTER DATA KESELURUHAN TIDAK STUNTING
UI K KL UI J
Re Se S Pe JK U BB TB AN AN Ha T Pa K Pen
sp k B k B B L B C C m BI r el d
1 1 1 2 4 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2
2 1 1 1 3 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2
3 1 1 2 3 2 3 2 2 1 1 2 2 2 1
4 2 1 1 3 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2
5 1 1 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2
6 1 1 1 3 1 3 2 2 1 1 2 2 2 2
7 1 1 2 3 2 4 2 2 2 1 2 2 1 2
8 2 1 1 3 1 3 2 2 1 1 2 2 2 2
9 1 1 2 3 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2
10 1 1 2 4 1 4 2 2 1 2 2 2 2 2
11 2 1 2 3 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2
12 2 1 1 2 2 3 2 2 1 1 2 2 2 2
13 1 1 1 4 2 1 2 2 1 1 1 2 1 2
14 1 1 2 3 2 3 2 2 1 1 2 2 2 2
15 1 1 1 4 2 2 1 2 1 1 2 2 1 2
16 1 1 2 3 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2
17 1 1 1 3 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2
18 1 1 2 4 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2
19 1 1 2 3 1 4 2 2 1 1 2 2 1 2
20 1 1 2 3 1 3 2 2 1 1 2 2 2 2
21 2 1 1 2 1 4 2 2 1 1 2 2 2 2
22 1 1 2 4 2 3 2 2 1 1 2 2 1 2
23 1 1 2 3 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2
24 1 1 2 4 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2
25 1 1 1 3 2 3 2 2 1 1 2 2 2 2
26 1 1 2 3 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2
27 1 1 2 3 1 2 2 2 1 1 2 2 1 2
28 1 1 1 3 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2
29 1 1 2 3 2 2 2 2 1 1 1 2 1 2
30 1 1 2 3 1 4 2 2 1 1 2 2 1 2

78
Universitas Sumatera Utara
MASTER DATA
Keterangan Koding:
Resp : Responden
UI Sek : Usia Ibu Sekarang (1: 20-35 tahun, 2: < 20tahun dan > 35 tahun)
SB : Suku Bangsa (1: Batak, 2: Jawa, 3: Banjar, 4: Melayu)
Pek : Pekerjaan (1: Ibu Rumah Tangga, 2: Wiraswasta, 3: Petani,
4: PNS/TNI/POLRI
JKB : Jenis Kelamin Balita (1: Laki-laki, 2: Perempuan)
UB : Usia Balita (1: 2 tahun, 2: 3 tahun, 3: 4 tahun, 4: 5 tahun)
BBL : Berat Badan Lahir (1: <2,5 kg, 2: 2,5-4 kg)
TBB : Tinggi Badan Balita (1: stunting, 2: tidak stunting)
K ANC : Kunjungan ANC (1: Lengkap, 2: Tidak Lengkap)
KL ANC : Ketersediaan Layanan ANC (1: Tinggi, 2:Rendah)
UI Ham : Usia Ibu Saat Hamil (1: <20 tahun dan >35 tahun, 2: 20-35 tahun)
TBI : Tinggi Badan Ibu (1: <145 cm, 2: >= 145 cm)
Par : Paritas (1: >4 anak, 2: <= 4 anak)
J Kel : Jarak Kelahiran (1: <2 tahun, 2 >= 2 tahun)
Pend : Pendidikan (1: Tinggi, 2: Rendah)
P1-P10 : Pertanyaan tentang Ketersediaan Layanan ANC

79
Universitas Sumatera Utara
MASTER DATA
KETERSEDIAAN LAYANAN ANC BALITA STUNTING
Resp p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 total Kode
1 2 1 2 2 1 1 2 2 1 2 16 1
2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 2 16 1
3 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 12 2
4 1 1 2 2 2 1 2 2 1 2 16 1
5 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 18 1
6 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 12 2
7 2 2 1 2 1 2 2 2 2 1 17 1
8 2 1 2 1 1 2 1 2 1 1 14 2
9 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 13 2
10 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 13 2
11 1 1 2 1 1 1 2 1 2 1 13 2
12 1 1 1 2 2 1 1 2 2 1 14 2
13 1 2 2 1 2 2 2 2 1 1 16 1
14 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1 14 2
15 1 2 2 1 1 1 2 2 1 2 15 1
16 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 13 2
17 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 17 1
18 2 2 1 1 2 1 2 2 1 2 16 1
19 2 1 2 2 1 1 1 1 2 1 14 2
20 1 1 1 1 1 2 2 2 1 2 14 2
21 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 17 1
22 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 12 2
23 1 2 1 2 2 1 2 2 1 1 15 1
24 1 1 2 1 1 2 2 1 2 2 15 1
25 2 1 1 2 2 1 1 2 2 2 16 1
26 1 2 1 2 1 2 2 1 1 1 14 2
27 2 1 2 1 2 1 1 2 2 2 16 1
28 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 15 1
29 1 1 1 1 2 1 1 1 2 2 13 2
30 1 2 2 2 1 2 2 1 1 1 15 1

80
Universitas Sumatera Utara
MASTER DATA
KETERSEDIAAN LAYANAN ANC BALITA TIDAK STUNTING

Resp p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 total Kode


1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 19 1
2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 19 1
3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 19 1
4 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 19 1
5 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 19 1
6 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 19 1
7 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 19 1
8 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 19 1
9 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 19 1
10 1 1 1 1 2 2 1 2 1 2 14 2
11 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 18 1
12 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 19 1
13 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 19 1
14 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 19 1
15 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 19 1
16 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 19 1
17 2 1 1 2 1 2 1 1 1 2 14 2
18 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 19 1
19 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 19 1
20 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 19 1
21 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 19 1
22 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 17 1
23 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 19 1
24 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 19 1
25 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 19 1
26 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 19 1
27 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 19 1
28 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 19 1
29 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 19 1
30 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 19 1

81
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11
JADWAL TENTATIF PENELITIAN

Kegiatan Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun

1. Pengajuan Judul
2. Proses
Penyetujuan
Judul
3. Menyusun BAB
1
4. Menyusun BAB
2
5. Menyusun BAB
3
6. Menyusun BAB
4
7. Sidang Proposal
8. Perbaikan
Proposal
9. Uji Validitas dan
Reliabilitas
Instrumen
Penelitian
10. Pengumpulan
Data
11. Analisa Data
12. Penyusunan
laporan
13. Sidang Akhir
penelitian
14. Perbaikan
laporan Akhir
15. Penyerahan
Laporan dan
Manuskrip

82
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12
RINCIAN BIAYA PENELITIAN

Nama : Erida Napitupulu


NIM : 151101116
Judul Penelitian : Perbandingan ANC dan Faktor Resiko Kehamilan pada
Ibu dengan Anak Stunting dan Ibu dengan Ibu dengan
Anak Tidak Stunting usia 2-5 tahun di Desa Kebun Kelapa
Kabupaten Langkat
Tabel Rincian Biaya Penelitian

1. Persiapan Proposal Penelitian


Nama Jumlah Harga Satuan Jumlah
Pencetakan referensi dari internet 100 lbr Rp. 100,00 Rp. 10.000,00
Kertas HVS 2 rim Rp. 38.000,00 Rp. 76.000,00
Fotocopy buku 3 buku Rp. 30.000,00 Rp. 90.000,00
Pencetakan proposal bimbingan 100 lbr Rp. 500,00 Rp. 50.000,00
Pencetakan proposal 70 lbr Rp. 100,00 Rp. 70.000,00
Fotocopy dan jilid proposal 5 buah Rp. 15.000,00 Rp. 75.000,00
Pencetakan dan jilid revisi 5 buah Rp. 20.000,00 Rp. 100.000,00
proposal
Total Rp. 471.000,00
2. Pelaksanaan Penelitian
Nama Jumlah Harga Satuan Jumlah
Pencetakan lembar penjelasan 2 lbr Rp. 500,00 Rp. 1000,00
dan surat izin penelitian
Administrasi untuk tempat penelitian Rp. 250.000,00
Fotocopy kuesioner penelitian 60 set Rp. 150,00 Rp. 36.000,00
Transportasi bolak balik Langkat Rp.700.000 Rp. 700.000
1.000.000 Rp. 1000.000
Biaya di tempat penelitian
Total Rp. 287.000,00

83
Universitas Sumatera Utara
Nama Jumlah Harga Satuan Jumlah
Pencetakan Skripsi 1 Rp. 40.000,00 Rp. 40.000,00
Fotocopy dan jilid skripsi 5 Rp. 65.000,00 Rp. 325.000,00
CD 1 Rp. 10.000,00 Rp. 10.000,00
Total Rp. 375.000,00
3. Transportasi Rp. 1.500.000,00
Total Rp. 2.633.000,00
Biaya tak terduga 10% Rp. 200.000,00
Total Biaya Keseluruhan Rp. 2.833.000,00

84
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13
RIWAYAT HIDUP

Nama : Erida Napitupulu


Tempat/tanggal lahir : Sigumpar, 21 April 1997
Anak ke : 4 dari 8 bersaudara
Pekerjaan : Mahasiswi
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Jln. Jamin ginting. Gg Dipanegara no.33
Email : Eridanapitupulu516@gmail.com
Nomor Telp : 082363174662
Orang Tua : Ayah : Togar Napitupulu
Ibu : Rosdiana Simanjuntak

Riwayat pendidikan :
1. SD N 177066 Sitoluama
2. SMP N 3 Laguboti
3. SMA N1 Laguboti
4. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara (2015-sekarang)

85
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14

86
Universitas Sumatera Utara
87
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai