Kabupaten Langkat
SKRIPSI
Oleh
Erida Napitupulu
151101116
FAKULTAS KEPERAWATAN
2019
1
Universitas Sumatera Utara
2
PRAKATA
Puji dan syukur kepada Allah Bapa yang Mahakuasa karena berkat dan
“Perbandingan ANC dan Faktor Resiko Kehamilan pada Ibu dengan Anak
Stunting dan Ibu dengan Anak TIdak Stunting Usia 2-5 Tahun di Desa Kebun
Skripsi ini merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk menyandang
gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) dan sebagai hasil dari proses belajar penulis
dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
1. Bapak Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keperawatan, Ibu
Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Wakil Dekan I, Ibu Cholina Trisa
Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Wakil Dekan II, Ibu Dr. Siti Saidah
2. Nur Afi Darti, Skp, M.Kep, selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan
waktu dan memberi saran serta kritik yang bermanfaat kepada saya dalam
3. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS, selaku dosen penguji I, Ibu Bina Melvia Girsang,
S.Kep, Ns, M.Kep, selaku dosen penguji II yang bersedia menguji saya dan
4. Ibu Dr. Siti Saidah Nasution, Skp, M.Kep.Sp.Mat selaku dosen Fakultas
selama proses perkuliahan dan staf non akademik yang telah membantu
6. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat dan Kepala Puskesmas Hinai Kiri
beserta staf yang telah memberikan izin memberikan izin untuk penelitian.
7. Keluarga besar saya (Keluarga besar Op. Cecilia Maranata Napitupulu) yang
ilmu di Universitas Sumatera Utara. Ucapan terima kasih yang tak terhingga
Simanjuntak yang telah mengasuh dan memberikan kasih sayang serta doa
restunya yang tiada ternilai kepada penulis. Juga buat saudara-saudara saya
terimakasih atas doa, dukungan dan semangat yang diberikan kepada saya
8. Ungkapan yang tiada lelah membantu dan memberikan dukungan kepada saya
yaitu teman-teman saya, winda simatupang, Irma pane, zakiyah dan Depi yang
stambuk 2015 terima kasih untuk bantuan dan semangat yang telah diberikan.
11. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu per satu
yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini, dan semoga skripsi ini
Penulis
ABSTRAK
Stunting bermula pada proses tumbuh kembang janin dari kandungan
sampai balita, dimana proses tumbuh kembang terganggu oleh berbagai penyebab
secara langsung maupun tidak langsung seperti ANC dan faktor resiko kehamilan.
Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan prevalensi
stunting yang tinggi dan Kabupaten Langkat merupakan salah satu kabupaten di
Sumatera Utara dengan prevalensi stunting tertinggi. Penelitian ini bertujuan
untuk membandingkan ANC dan faktor resiko kehamilan ibu pada anak stunting
dan tidak stunting usia 2-5 tahun di Desa Kebun Kelapa Kabupaten Langkat.
Penelitian kuntitatif ini menggunakan desain deskriptif komparatif dengan
pendekatan Cross Sectional. Jumlah sampel 60 orang yaitu 30 ibu dengan anak
stunting dan 30 ibu dengan anak tidak stunting dengan tehnik sampling yaitu
purposive sampling. Metode pengambilan data menggunakan kuesioner. Data
dianalisis menggunakan uji Mann Withney. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kunjungan dan ketersediaan layanan ANC pada anak stunting berbeda dengan
anak tidak stunting ( p < 0,05 ). Faktor resiko kehamilan yaitu pendidikan dan
paritas juga didapatkan hasil yang berbeda antara anak stunting dan tidak stunting.
Maka dapat disimpulkan bahwa ibu dengan anak tidak stunting melakukan
pemeriksaan kehamilan lebih sering dan mendapat pelayanan ANC lebih lengkap.
Pendidikan ibu dengan anak tidak stunting lebih tinggi dan paritas lebih rendah
dibanding ibu dengan anak stunting. Oleh karena itu setiap ibu hamil diharapkan
untuk melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai standar dan mampu
meningkatkan pengetahuan mengenai faktor resiko kehamilan untuk mencegah
terjadinya stunting pada anak.
Kata kunci : Stunting, ANC, faktor resiko kehamilan
DAFTAR ISI
Halaman judul
Halaman Persetujuan Ujian Sidang Persetujuan Penelitian
Abstrak ………………………………………………………………… i
Prakata …………………………………………………………………. ii
Riwayat Hidup …………………………………………………………. iv
Daftar Isi ……………………………………………………………….. v
Daftar Tabel ……………………………………………………………. Viii
DAFTAR TABEL
Tabel 5.3 Distribusi dan frekuensi faktor resiko Kehamilan pada ibu
dengan anak stunting dan ibu dengan anak tidak stunting usia
2-5 tahun di Desa Kebun Kelapa Kabupaten Langkat…………….......54
Tabel 5.4 Hasil uji Mann whitney perbandingan kunjungan ANC pada ibu dengan
anak stunting dan ibu dengan anak tidak stunting usia 2-5
tahun di Desa Kebun Kelapa Kabupaten Langkat ……………............55
Tabel 5.6 Hasil uji Mann whitney Perbandingan faktor resiko kehamilan pada ibu
dengan anak stunting dan ibu dengan anak tidak stunting usia
2-5 tahun di Desa Kebun Kelapa Kabupaten Langkat...........................58
DAFTAR SKEMA
Skema 3.1 Perbandingan antenatal care dan faktor resiko kehamilan pada ibu
dengan anak stunting dan ibu dengan anak tidak stunting usia 2-5
tahun di Desa Kebun Kelapa Kabupaten Langkat…………………..33
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan
gizi yang kurang dalam waktu yang cukup lama akibat pemberian makanan yang
pada indeks antropometri panjang badan dibanding umur (PB/U) atau tinggi
badan dibanding umur (TB/U) dengan batas (z-score) di bawah standar deviasi (<-
score di bawah standar deviasi (<-3 SD). Stunting terjadi mulai janin masih dalam
kandungan dan dapat diidentifikasi saat berusia 2 tahun. Sunting dapat diketahui
pada balita bila sudah diukur panjang atau tinggi badannya, lalu dibandingkan
dengan standar dan hasilnya di bawah normal (Ulty D, 2018). Jadi secara fisik
balita yang mengalami stunting akan lebih pendek dibandingkan balita seusianya,
memiliki proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak kelihatan lebih muda/kecil
di bandingkan anak seusianya dan berat badan lebih rendah di bandingkan anak
ekonomi, faktor janin, dan faktor ibu (Chirande et al.2015). Menurut WHO
langsung dan tidak langsung. Faktor langsung diantaranya kurangnya asupan gizi
pada bayi dan faktor tidak langsung diantaranya faktor resiko yang dapat
penelitian yang di lakukan oleh Y.Jiang (2014), faktor ibu yang sangat
berhubungan dengan penyebab sunting pada bayi antara lain usia ibu saat hamil,
tinggi badan ibu, pendidikan ibu, paritas dan jarak kehamilan. Faktor resiko
dan dapat menyebabkan berat badan lahir rendah (BBLR) (WHO, 2014).
Penelitian di India dan Guatemala menyebutkan bahwa ibu yang pendek beresiko
mempunyai bayi stunting dua kali lebih tinggi dibanding ibu yang memiliki tinggi
badan yang normal (Martorell & Young, 2012). Hasil penelitian Zottarelli (2007),
di Mesir juga menunjukkan bahwa anak yang lahir dari ibu yang tinggi badan
<150 cm memiliki resiko lebih tinggi untuk menjadi stunting. Hasil penelitian
Sumiaty (2017), bahwa faktor ibu yang berhubungan dengan kejadian stunting
adalah tinggi badan ibu, begitu juga dengan hasil penelitian oleh Nurul (2016),
menunjukkan adanya hubungan antara tinggi badan ibu dengan kejadian stunting.
pendidikan rendah berpeluang memiliki anak stunting 1,8 kali lebih besar
memiliki anak stunting dua kali lebih tinggi dibandingkan ibu dengan pendidikan
tinggi. Pendidikan ibu yang rendah merupakan faktor resiko stunting (Ardiyah,
2015)
Usia ibu saat hamil juga menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
dengan kejadian stunting. Usia ibu diatas 35 tahun saat hamil memiliki resiko
melahirkan anak stunting 2,74 kali lebih tinggi dibanding ibu yang melahirkan
pada usia 20-35 tahun (Y Jiang, 2014). Usia muda saat hamil atau usia dibawah
20 tahun akan beresiko tinggi terhadap kejadian stunting. Hamil pada usia
optimal karena secara bilogis ibu belum optimal dalam mengontrol emosi yang
cenderung labil dan mental yang belum matang sehingga mudah mengalami
penelitian Nur (2016) menyebutkan bahwa ibu melahirkan dengan paritas tinggi
atau jumlah anak yang banyak memiliki resiko sebesar 1,703 kali lebih besar
untuk melahirkan bayi berat lahir rendah atau BBLR. Paritas yang tinggi akan
berdampak pada timbulnya berbagai masalah kesehatan baik bagi ibu maupun
pada bayi yang dilahirkan. Semakin sering ibu hamil dan melahirkan, semakin
perdarahan pasca kehamilan dan kelahiran premature atau BBLR yang akan
ANC (antenatal care). ANC merupakan suatu pelayanan yang diberikan oleh
tenaga kesehatan kepada ibu selama kehamilan antara lain pemantauan kesehatan
persalinan dan kelahiran supaya ibu siap menghadapi peran baru sebagai orang tua
(Wagiyo & Putrono, 2016). Setiap ibu hamil sangat di anjurkan untuk melakukan
pemeriksaan ANC komprehensif yag berkualitas minimal 4 kali yaitu 1 kali pada
trimester pertama,1 kali pada trimester kedua dan 2 kali pada trimester ketiga
dimana bila kunjungan antenatal care lebih dari 3 kali dapat mencegah stunting
sedangkan bila kunjungan antenatal care lebih dari 4 kali dapat mencegah stunting
lebih baik lagi. Penelitian di Bhutan juga menunjukkan bahwa faktor resiko
stunting pada balita adalah faktor ANC <3 kali dan tidak melakukan kunjungan
ANC sama sekali pada tenaga kesehatan (Aguayo et al,2015). Ibu yang
stunting 2,4 kali dibandingkan ibu yang melakukan kujungan ANC terstandar
(Aulia, 2016). Pada penelitian Aulia sampel yang digunakan yaitu balita usia 12-
Lombok Utara provinsi NTB. Namun berbeda dengan penelitian ini. Penelitian
ini menggunakan sampel balita stunting dan tidak stunting dengan tujuan untuk
melihat apakah ada perbedaan yang signifikan ANC yang terdiri dari kunjungan
ANC dan ketersediaan layanan ANC serta faktor resiko kehamilan pada ibu
dengan anak stunting dan ibu dengan anak tidak stunting usia 2-5 tahun yang
kurang memiliki resiko 6 kali lebih besar untuk melahirkan bayi berat lahir rendah
dan bayi dengan berat lahir rendah merupakan faktor yang berperan dalam
kejadian stunting.
Unicef, 2013). Menurut WHO, di seluruh dunia, diperkirakan ada 178 juta anak di
bawah usia lima tahun atau satu dari empat anak balita mengalami pertumbuhan
terhambat (IFPRI, 2014). Indonesia masuk lima besar Negara di dunia dengan
yang tertinggi dari pada Negara Negara lain di Asia Tenggara. Berdasarkan hasil
riset kesehatan dasar (Riskesdas ) tahun 2013 di Indonesia terdapat 37,2 % balita
yang mengalami stunting. Diketahui dari jumlah presentasi tersebut 19,2% anak
30,8 % dimana kategori pendek adalah 19,3% dan kategori sangat pendek adalah
55,48% dan jumlah balita dengan kondisi stunting adalah 54.961 jiwa. Kabupaten
dan setiap kecamatan terdiri dari beberapa desa salah satunya desa Kebun Kelapa
Berdasarkan data dari puskesmas terdapat 30 balita stunting usia 2-5 tahun di desa
Kebun Kelapa.
(Unicef, 2013 ). Kejadian stunting pada anak balita memerlukan perhatian khusus
dan peningkatan resiko penyakit degeneratif di masa mendatang (Eka Kusuma &
obesitas (Timoteus, 2012), lebih rentan terhadap penyakit tidak menular (Unicef,
al, 2013). Penelitian kohort prospektif di Jamaika, dilakukan pada kelompok usia
kecemasan, gejala depresi, dan memilki harga diri dan prestasi di sekolah di
memiliki hasil yang lebih buruk dalam emosi dan perilakunya pada masa remaja
akhir (Walker et al, 2007). Oleh karena itu stunting mengakibatkan buruknya
peneliti tertarik untuk meneliti perbandingan ANC dan faktor resiko kehamilan
pada ibu dengan anak stunting dan ibu dengan anak tidak stunting usia 2-5 tahun
Uraian dalam latar belakang masalah di atas memberi dasar bagi peneliti
(antenatal care) dan faktor resiko kehamilan pada ibu dengan anak stunting dan
ibu dengan anak tidak stunting usia 2-5 tahun di desa Kebun Kelapa kabupaten
Langkat.
berdasarkan kejadian stunting pada anak usia 2-5 tahun di desa Kebun Kelapa
kabupaten Langkat.
pelayanan antenatal care yang didapatkan ibu yang mempunyai anak tidak
mengenai antenatal care dan faktor resiko kehamilan terkait dengan kejadian
5. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi bagi ibu hamil terkait
pentingnya antenatal care dan pengetahuan tentang faktor resiko kehamilan untuk
2.1.1. Pengertian
indeks PB/U atau TB/U dimana dalam standar antropometri penilaian status gizi
anak, hasil pengukuran tersebut berada pada ambang batas (Z-score) <-2 SD
(Annisa, 2012).
tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini diukur
dengan panjang atau tinggi badan yang lebih dari minus dua standar deviasi
gizi kronik yang disebabkan oleh banyak faktor seperti kondisi sosial ekonomi,
gizi ibi saat hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi.
Balita stunting dimasa yang akan datang akan mengalami kesulitan dalam
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan
gizi yang kurang dalam waktu yang cukup lama akibat pemberian makanan yang
merupakan dampak utama dari gizi kurang. Gizi kurang merupakan hasil dari
10
Universitas Sumatera Utara
11
kehamilan, masa perinatal, masa menyusui bayi dan masa pertumbuhan (masa
anak). Hal ini juga disebabkan karena defisiensi dari berbagai zat gizi, misalnya
Tinggi atau panjang badan merupakan satuan tinggi atau panjang dari
pangkal kaki atau sampai ujung kepala. Dinyatakan tinggi jika anak diukur pada
posisi berdiri, sedangkan jika anak belum dapat berdiri maka bisa disebut panjang
badan dan diukur dengan menggunakan satuan sentimeter (cm). Tinggi badan
memberikan informasi antara lain: a) pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh
berat badan, relatif kurang sensitif pada masalah kekurangan gizi dalam waktu
singkat. Pengaruh defisieni zat gizi TB akan nampak dalam waktu yang relatif
badannya dan diukur panjang atau tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan
standar, dan hasilnya berada di bawah normal. Jadi secara fisik balita akan lebih
dari WHO. Normal, pendek dan sangat pendek adalah status gizi yang didasarkan
pada indeks panjang badan menurut umur (PB/U) atau tinggi badan menurut umur
(TB/U) yang merupakan padanan istilah stunted (pendek) dan severely stunted
Standar tinggi badan menurut umur (TB/U) anak laki-laki umur 1-5 tahun (WHO)
Standar Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) anak perempuan 1-5 tahun (WHO)
Pendek atau stunting dengan indikator TB-PB/U digunakan sebagai indikator gizi
yang menggambarkan riwayat kurang gizi anak dalam jangka waktu lama.
tanggal 30 Desember 2010 tentang standar antropometri penilaian status gizi anak,
pengertian pendek dan sangat pendek adalah status gizi yang didasarkan pada
indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur
(TB/U) yang merupakan padanan istilah stunted (pendek) dan severely ( sangat
pendek). Batasan lain tentang stunting adalah keadaan tubuh yang sangat pendek
hingga melampaui defisit 2 SD dibawah median pajang atau tinggi badan populasi
a. Umur
Hasil pengukuran tinggi badan yang akurat menjadi tidak berarti bila tidak
disertai dengan penentuan umur yang tepat (Supariasa, 2002 dalam Maryana
b. Tinggi badan
diulang. Selain itu tinggi badan merupakan indikator yang baik juga untuk
mengukur tinggi badan yang tepat, dan terkadang perlu lebih dari seorang
c. Berat badan
digunakan pada bayi baru lahir.Saat bayi dan balita, berat badan dapat
Pada penilaian status gizi anak balita, metode antropometri juga dibedakan
berdasarkan sifat penyebab, yakni penyebab yang bersifat kronik dan penyebab
yang bersifat akut. Kronik artinya bahwa status gizi terjadi dalam kurun waktu
yang panjang. Tinggi badan anak yang lebih pendek dari teman sebaya atau sama
lama atau bersifat kronik yang mmengakibatkan anak pendek atau stunting (
Wiyono, S, 2016).
Serta untuk menghitung nilai z –score pada anak dari baru lahir sampai usia
juga berhubungan dengan kapasitas mental dan kondisi pembelajaran anak yang
mana berpengaruh terhadap kapasitas kerja pada saat dewasa( Achadi, 2014).
stunting saat usia 2 tahun membutuhkan waktu 1 tahun lebih lama dari pada yang
Guatermala menunjukkan bahwa orang dewasa yang stunting saat balita memiliki
prestasi belajar rendah, hasil tes keterampilam rendah, tingkat pengeluaran per
Kejadian stunting tidak hanya berarti memiliki ukuran tubuh yang pendek,
akan tetapi lebih kepada konsep bahwa proses terjadinya stunting bersamaan
Menurut kemenkes RI, balita pendek atau stunting bisa diketahui bila
seorang balita sudah diukur panjang atau tinggi badannya, lalu dibandingkan
dengan standar, dan hasil pengukurannya berada pada kisaran di bawah normal.
Seorang anak termasuk dalam stunting atau tidak ini tergantung dari hasil
pengukurannya.
usia 8-10 tahun anak akan menjadi lebih pendiam, tidak banyak melakukan
kontak mata. Perfomanya menjadi buruk pada tes perhatian dan memory belajar.
pertumbuhan gigi terlambat, pertumbuhan tulang tertunda dan wajah tampak lebih
mudah dari usianya (Eko Putro, 2017). Anak yang stunting akan memiliki
proporsi tubuh yang cenderung tampak normal namun anak lebih kecil untuk
usianya, dan berat badan anak akan lebih rendah untuk anak seusianya (Ulty D,
2018).
panjang, yakni berawal sejak janin dari dalam kandungan, kondisi gizi ibu saat
hamil, bahkan sebelum hamil akan menentukan pertumbuhan janin. Ibu hamil
yang kekurangan gizi beresiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah,
berarti bahwa asupan makanan saat ini tidak memadai. Kegagalan pertumbuhan
kejadian stunting pada anak merupakan suatu proses kumulatif yang terjadi sejak
Kehamilan pada ibu dipengaruhi oleh status gizi yang diperoleh dari
asupan nutrisi setiap harinya. Ibu hamil dengan status gizi kurang akan
bayi akan lahir dengan kurang gizi dan mengalami gangguan pertumbuhan dan
Asupan zat gizi merupakan salah satu penyebab langsung gizi buruk pada
anak, sehingga asupan gizi ibu yang kurang saat hamil dapat berdampak
terhadap pertumbuhan balita. Asupan zat gizi yang tidak ade kuat dan
maupun zat gizi mikro dan kondisi ini dapat menyebabkan stunting ( Wiyono
S, 2016)
makanan yang tergantung pada pasar dan variasi musim. Masalah gizi berawal
pangan dan gizi, serta perilaku masyarakat. Kekurangan gizi mikro seperti
bersih dan sehat (PHBS) dimasyarakat yang harus diupayakan oleh setiap
rumah tangga. Masyarakat harus menjaga kebersihan air dan lingkungan untuk
panjang lahir yang pendek beresiko tinggi terhadap kejadian stunting pada
balita.
e. Penyakit infeksi
Infeksi merupakan salah satu penyebab langsung terjadi status gizi buruk
melalui kerawanan anak terhadap infeksi. Anak yang sering sakit akibat
bertujuan mencegah hal-hal yang tidak diinginkan bagi ibu dan janin
dan perawat) untuk ibu selama kehamilannya sesuai elemen dan standar yang
observasi, edukasi dan penanganan medic pada ibu hamil, untuk memperoleh
kesehatan ibu hamil, kesehatan janin dan hubungan keduanya sehingga dapat
a. Tujuan umum
dengan sehat, bersalin dengan selamat dan melahirkan bayi yang sehat.
b. Tujuan khusus
selamat ibu maupun bayi dan mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan
peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh
a. Kebijakan program
3) Dua kali pada trimester ketiga (K3 & K4) dengan usia
b. Pelayanan ANC
pelayanan kehamilan yang ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan
konseling sampai dengan pelayanan obat dan rujukan. Proses pelayanan tersebut
dipengaruhi tenaga professional, dana, sarana dan prosedur kerja yang tersedia
pertama kali ibu melakukan pemeriksaan. Tinggi badan ibu hamil sangat
penting diketahui untuk menaksir ukuran panggul. Dari ukuran panggul ibu
normal atau tidak. Jika diketahui bahwa tinggi badan ibu terlalu penndek,
persalinan tidak dapat dilakukan secara normal sehingga ibu hamil dapat
menyiapkan diri secara materi dan mental untuk menghadapi persalinan seksio
Pengkuran lingkar lengan atas hanya dilakukan pada kontak pertama untuk
skrining ibu hamil yang beresiko kurang energi kronis (KEK). Kurang enegi
kronis merupakan kekurangan gizi pada ibu hamil dan telah berlangsung lama
dimana LILA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan beresiko
Penilaian DJJ dilakukan pada akhir semester I dan selanjutnya setiap kali
kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120/menit atau DJJ cepat lebih
Untuk mencegah anemia zat gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapatkan
tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan diberikan sejak kontak
pertama.
dalam urin untuk mengetahui adanya peoteinuria pada ibu hamil dimana
hamil ; pemeriksaan kadar gula darah untuk mengetahui apakah ibu hamil
Gizi yaitu peningkatan konsumsi makanan hingga 300 kalori perhari dan
2.3.1 Usia
reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah
usia 20-35 tahun (Y Jiang, 2014). Umur ibu pada saat hamil mempengaruhi
menerima kehamilan (Sulistyorini, 2010). Umur ibu kurang dari 20 tahun dan
lebih dari 35 tahun memiliki resiko sedang yang kemungkina akan memberikan
ancaman kesehatan dan jiwa ibu selama kehamilan, persalinan dan nifas
Wanita yang berusia 35 tahun atau lebih, lebih rentan terhadap tekanan darah
kejadian stutning pada anak dibandingkan dengan ibu yang hamil diatas 20 tahun.
Kehamilan pada usia remaja memiliki resiko lebih tinggi dibandingkan dengan
kehamilan pada usia diatas 20 tahun. Kehamilan pada usia muda yaitu dibawah 20
tahun memiliki peluang yang lebih besar untuk melahirkan bayi prematur dan bayi
lebih banyak dijumpai pada balita stunting dibandingkan pada balita yang tidak
stunting (Martorell, 2012). Seorang wanita yang memiliki tinggi badan kurang
dari 145cm , lebih mungkin memiliki panggul yang sempit. Karena itu, wanita
tersebut juga memiliki resiko lebih tinggi untuk mengalami persalinan premature
dan melahirkan bayi yang sangat kecil (Tani Astuti, 2013). Prevalensi anak balita
pendek yang berasal dari kelompk ibu yang pendek (<145 cm) adalah 46,7%
sedangkan prevalensi balita pendek dari kelompok ibu yang tinggi (>145 cm)
adalah 34,8%.
anak terkena gizi buruk.Namun tinggi badan ibu memiliki nilai prediksi yang
rendah pada populasi ibu-ibu overwight (Levy, 2008). Postur tubuh ibu juga
mencerminkan tinggi badan ibu dan lingkungan awam yang akan memberikan
demikian masih banyak faktot lingkungan yang mempengaruhi tinggi badan anak.
Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan ibu yang memiliki postur tubuh pendek
memiliki hubungan terhadap kejadian stunting pada anaknya, inilah yang disebut
(IUGR), BBLR dan stunting terjadi turun temurun dari generasi satu kegenerasi
Jarak kelahiran adalah kurun waktu dalam tahun antara kelahiran terakhir
dengan kelahiran sekarang. Jarak kelahiran anak yang terlalu dekat akan
mempengaruhi status gizi dalam keluarga karena kesulitan mengurus anak dan
yang cukup, membuat ibu dapat pulih dengan sempurna dari kondisi setelah
melahirkan, saat ibu sudah merasa nyaman dengan kondisinya maka ibu dapat
menciptakan pola asuh yang baik dalam membesarkan dan mengasuh anaknya
(Nadiyah, 2013). Jarak kelahiran terlalu dekat mempengaruhi pola asuh terhadap
anaknya, orang tua cenderung kerepotan sehingga kurang optimal dalam merawat
anak.
kelahiran berikutnya. Jarak kehamilan juga berpengaruh pada janin, bila jarak
anak terlalu dekat atau kurang dari 2 tahun makan rahim dan kesehatan ibu belum
pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama dan mungkin akan terjadi
pemeriksaan kehamilan lebih awal dari pada wanita yang berpendidikan rendah
(Fitrhiany, 2013).
lebih rasionel dibandingkan mereka yang berpendidikan rendah atau mereka yang
2010).
sulit menerima informasi baru dibidang gizi. Tingkat pendidikan ibu ikut
pengetahuan, semakin tinggi pendidikan ibu maka ibu akan lebih mudah
diharapkan tercipta pola kebiasaan makan yang baik dan sehat, sehingga dapat
mengetahui kandungan gizi, sanitasi dan pengetahuan yang terkait dengan pola
kejadian stunting pada anak di Indonesia. Pada anak yang berasal dari ibu dengan
tingkat pendidikan yang tinggi memiliki tinggi badan 0,5 cm lebih tinggi
dibandingkan dengan anak yang memiliki ibu dengan tingkat pendidikan rendah.
Berdasarkan penelitian Nurliani tingkat pendidikan ibu mempunyai resiko 2,1 dan
3,4 kali lebih besar memiliki anak yang stunting pada usia sekolah (Rahayu,
dan perkembangan jiwa dan Rahim, mempengaruhi cara pemilihan tempat dan
penolong persalinan sehingga dapat menimbulkan resiko saat persalinan atau saat
2.3.5 Paritas
Paritas adalah Jumlah anak yang pernah dilahirkan ibu baik hidup maupun mati,
bahwa paritas dikatakan tinggi bila seorang ibu atau wanita melahirkan anak ke-5
atau lebih.Penelitian Nur 2016 juga menyebutkan bahwa ibu melahirkan dengan
paritas tinggi memiliki resiko sebesar 1,703 kali lebih besar untuk melahirkan
bayi berat lahir rendah atau BBLR. Paritas yang tinggi akan berdampak pada
timbulnya berbagai masalah kesehatan baik bagi ibu maupun pada bayi yang
dilahirkan. Semakin sering ibu hamil dan melahirkan, semakin dekat jarak
jumlah anak dengan status gizi karena terjadi persaingan sarana dan prasarana,
perbedaan makanan, dan waktu perawatan anak berkurang. Memiliki anak terlalu
banyak menyebabkan kasih sayang pada anak terbagi sehingga kondisi akan
memburuk jika status ekonomi keluarga tergolong rendah, sumber daya yang
terbatas, termasuk bahan makanan harus dibagi rata kepada semua anak (Khoeroh,
2017).
antenatal care (ANC) dan faktor resiko kehamilan pada ibu dengan anak stunting
dan ibu dengan anak normal (tidak stunting) usia 2-5 tahun. Perbandingan
antenatal care dan faktor resiko kehamilan yang meliputi usia ibu, tinggi badan
ibu, pendidikan ibu, paritas dan jarak kehamilan pada ibu dengan anak stunting
dan ibu dengan anak tidak stunting usia 2-5 tahun di Desa Kebun Kelapa
Kabupaten Langkat sesuai dengan tujuan penelitian maka konsep tersebut dapat
Skema 3.1 Perbandingan antenatal care dan faktor resiko kehamilan pada ibu
dengan anak stunting dan ibu dengan anak tidak stunting usia 2-5 tahun di Desa
31
Universitas Sumatera Utara
32
langsung
meningkatkan resiko
kematian ibu
Sub Variabel:
a) Pendidikan Jenjang pendidikan Kuesioner 1= rendah Ordinal
formal terakhir yang terdiri dari 1 (tamat SMP
dicapai oleh ibu pertanyaan kebawah)
2= tinggi
(tamat SMA,
perguruan
tinggi)
(Depkes RI,
2010)
dua gejala atau lebih. Penelitian komparatif dapat berupa komparatif deskriptif
deskriptif yaitu membandingkan variabel yang sama untuk sampel yang berbeda
care dan faktor resiko kehamilan pada ibu dengan anak stunting dan ibu dengan
anak tidak stunting usia 2-5 tahun di desa Kebun Kelapa kecamatan Secanggang
kabupaten Langkat.
kabupaten Langkat sebagai tempat penelitian karena berdasarkan data yang ada,
prevalensi anak stunting tertinggi di Sumatera utara. Menurut data tim nasional
meneliti perbandingan antenatal care dan resiko tinggi kehamilan pada ibu dengan
anak stunting dan ibu dengan anak tidak stunting usia 2-5 tahun di desa Kebun
35
Universitas Sumatera Utara
36
dari tahap penyusunan proposal pada 0ktober 2018 hingga laporan penelitian pada
Juli 2019.
4.3.1 Populasi
Kelapa kecamatan Secanggang kabupaten Langkat terdapat 100 balita dan data
menunjukkan bahwa terdapat 30 balita stunting dan 70 balita normal atau tidak
stunting yang berusia 2-5 tahun. Dalam penelitian ini terdapat dua populasi yaitu:
1. Populasi stunting adalah seluruh balita usia 2-5 tahun dengan kondisi
2. Populasi tidak stunting adalah seluruh balita usia 2-5 tahun dengan kondisi
normal atau tidak stunting yaitu sebanyak 70 balita yang ada di desa
4.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang terpilih dan mewakili populasi
tersebut dalam batasan dua kata kunci dan merujuk kepada semua ciri populasi
Dari populasi penelitian yang dijadikan sampel dalam penelitian ini yaitu:
balita stunting yaitu seluruh balita stunting yang ada di Desa Kebun
1. Balita dengan kondisi normal atau tidak stunting usia 2-5 tahun
Sampling adalah berbagai cara yang ditempuh untuk pengambilan sampel agar
(Nursalam, 2013). Tehnik pengambilan sampel kasus pada penelitian ini adalah
tehnik pengambilan sampel kontrol pada penelitian ini adalah purposive sampling,
dimana sampel yang diambil adalah yang memenuhi kriteria inklusi atau tujuan
peneliti.
a. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden atau subjek
langsung dan melakukan pengukuran langsung tinggi badan pada ibu dan
balita.
b. Data sekunder
1. Jumlah anak balita berusia 2-5 tahun yang ada di desa Kebun Kelapa
2. Jumlah anak balita usia 2-5 tahun dengan kondisi stunting yang ada di
3. Profil kesehatan dari ibu dan balita yang ada di desa Kebun Kelapa
Penelitian akan dilakukan setelah peneliti lulus uji etik dari Komisi Etik
dengan pengumpulan data dan menyajikan data penelitian, dan data hanya
Objek penelitian ini adalah manusia, oleh sebab itu hakekatnya manusia harus
atau tidak dalam penelitian tanpa ada sangsi apapun, tidak menimbulkan
penderitaan dari responden, dalam hal ini penelitian juga memberikan penjelasan
dan informasi secara lengkap dan rinci. Responden juga diperlakukan secara baik
sebelum, selama dan sesudah penelitian, responden tidak boleh didiskriminasi jika
etik meliputi :
responden yang diteliti dan memenuhi kriteria dimana sebelumnya telah diberi
kuesioner dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau
mungkin terjadi. Jika manfaat yang diperoleh lebih besar dari pada risiko
Alat pengumpulan data dalam bentuk kuesioner yang dibuat untuk mengetahui
perbandingan ANC dan faktor resiko kehamilan pada ibu dengan anak stunting
dan ibu dengan anak tidak stunting usia 2-5 tahun di desa Kebun Kelapa
1 Data demografi ibu yaitu nama, usia (usia sekarang dan usia pada saat
2 Data demografi balita yaitu nama, umur, jenis kelamin, dan jarak
3 Data antropometri yaitu tinggi badan balita dan tinggi badan ibu, yang
Sesuatu dikatakan valid jika alat ukur yang dibuat sesuai dengan apa yang
diukur. validitas menunjukkan sejauh mana skor atau nilai atau ukuran yang
diukur (Subkham, 2011). Uji validitas dilakukan dengan cara mengukur korelasi
antara variabel atau item dengan skor total variabel yang ditunjukkan dengan skor
Uji validitas instrument akan dilakukan kembali oleh dosen yang ahli
dibidangnya yaitu sejauh mana instrument yang dibuat mewakili semua aspek
pilihan jawaban dalam kuesioner disusun kembali dengan bahasa yang lebih
efektif dan dengan item-item pernyataan yang mengukur sasaran yang diukur
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur
dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Koefisian reliabilitas adalah indikator yang
penting dari suatu mutu instrument. Pengukuran yang tidak dapat dipercaya bila
data tidak benar terhadap konfirmasi dari prediksi, kemungkinan instrumen tidak
berkisar 0,70 pada umumnya adekuat, walaupun koefisien 0,80 atau yang lebih
Hasil CVI instrument yang sudah valid diuji coba untuk mengetahui
instrumen .pada penelitian ini uji instrument dilakukan pada 30 ibu yang
mempunyai balita di desa Hinai Kiri Kabupaten Langkat. Hasil uji reliabilitas
yang telah dilakukan menggunakan kuesioner fakktor ANC dan faktor resiko
kehamilan diperoleh nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,72 > 0,70, sehingga
Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data diubah kedalam bentuk
data menggunakan program komputer ini terdiri dari beberapa tahap yaitu:
1. Editing
Editing adalah proses pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner.
2. Coding
mengubah data yang berbentuk huruf atau kalimat menjadi data angka.
3. Data entry
Jawaban- jawaban yang sudah diubah dalam bentuk kode disebut dengan data.
4. Tabulasi
(Notoatmodjo, 2010).
1. Analisis univariat
Analisis univariat adalah suatu tehnik analisis data terhadap suatu variabel
secara mandiri, tiap variabel dianalisis tanpa dikaitkan dengan variabel lainnya.
Analisa data pada penelitian ini dimulai dengan melakukan analisis pada seluruh
variabel, analisis ini dilakukan untuk mendeskripsikan tiap variabel yang akan
diteliti dalam penelitian ini, yaitu riwayat antenatal care dan faktor resiko
analisa data penelitian yang dilakukan oleh peneliti akan disajikan dalam bentuk
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dapat dilakukan dengan tujuan untuk melihat kemaknaan dan
Pada penelitian ini variabel bebas adalah ANC dan faktor resiko kehamilan
sedangkan variabel terikat adalah stunting. Uji statistik yang digunakan dalam
penelitian ini adalah uji Independen T-test yang digunakan untuk membandingkan
dua kelompok yang berbeda atau dua kelompok yang tidak berpasangan. Uji
statistik ini dikatakan bermakna jika nilai p value < 0,05 pada tingkat kepercayaan
Pada bab ini diuraikan tentang hasil penelitian setelah pengumpulan data
yang dilakukan pada bulan Mei 2019 di Desa Kebun Kelapa Kabupaten Langkat.
Jumlah sampel yang digunakan oleh peneliti adalah sebanyak 30 responden ibu
yang memiliki balita stunting dan 30 responden ibu yang memiliki balita tidak
kepada 60 responden yaitu 30 ibu dengan anak stunting dan 30 ibu dengan anak
tidak stunting dan menguraikan karakteristik responden yaitu yang meliputi: usia,
pekerjaan, pendidikan terakhir dan suku bangsa. Karakteristik usia ibu dengan
anak stunting maupun tidak stunting mayoritas berusia 20-35 tahun yaitu ibu
dengan anak stunting sebanyak 26 orang (86,7%) dan ibu dengan anak tidak
pekerjaan didapatkan bahwa seluruh ibu, baik ibu dengan anak stunting maupun
tidak stunting bekerja sebagai ibu rumah tangga yaitu 60 orang (100%).
berpendidikan SMP yaitu sebanyak 19 orang (63,3%) sedangkan ibu dengan anak
Hasil penelitian juga didapatkan baik ibu dengan anak stunting maupun
tidak stunting mayoritas bersuku Banjar yaitu ibu dengan anak stunting sebanyak
45
Universitas Sumatera Utara
46
25 orang (83,3%) dan ibu dengan anak tidak stunting sebanyak 20 orang (66,7%).
Deskripsi karakteristik balita terdiri dari usia, jenis kelamin, berat badan saat ini,
dan tinggi badan saat ini. Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan
balita stunting maupun tidak stunting mayoritas berusia 3 tahun. Pada ibu dengan
anak stunting sebanyak 12 orang (40%) dan tidak stunting sebanyak 10 orang
(33,3%). Balita stunting maupun tidak stunting mayoritas berjenis kelamin laki-
laki yaitu sebanyak 18 orang (60%) sedangkan balita tidak stunting sebanyak 16
orang (53,3%).
BBL atau berat badan lahir normal yaitu berkisar antara 2,5 kg-4 kg yakni
berjumlah 30 orang (100%) dan balita tidak stunting mayoritas mempunyai BBL
yang normal juga yaitu 28 orang (93,3%). Berdasarkan data yang ada maka tinggi
badan balita telah dikategorikan ke dalam normal, pendek, dan sangat pendek
Hasil penelitian karakteristik responden secara singkat dapat dilihat pada tabel 5.1
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentasi karakteristik responden ibu dengan
anak stunting dan ibu dengan anak tidak stunting usia 2-5 tahun di desa
Kebun Kelapa Kabupaten langkat.
Karakteristik Stunting Tidak Stunting
Responden f % f %
Usia Ibu
20-35 tahun 26 86,7 25 83,3
< 20 dan > 35 tahun 4 13,3 5 16,3
Pekerjaan Ibu
Ibu Rumah Tangga 30 100 30 100
Wawancara 0 0 0 0
Petani 0 0 0 0
PNS/TNI/POLRI 0 0 0 0
Pendidikan Ibu
SD 6 20 1 3,3
SMP 19 63,3 11 36,7
SMA 5 16,7 18 60
Perguruan Tinggi 0 0 0 0
Suku Bangsa
Batak 0 0 0 0
Jawa 1 13,3 3 10
Banjar 25 83,3 20 66,7
Melayu 4 13,3 7 23,3
Jenis kelamin balita
Laki laki 18 60 16 53,3
Perempuan 12 40 14 46,7
Usia Balita
2 tahun 9 30 8 26,7
3 tahun 12 40 10 33,3
4 tahun 7 23,3 7 23,3
5 tahun 2 6,7 5 16,7
BBL
< 2,5 kg 0 0 2 6,7
2,5- 4 kg 30 100 28 93,3
Tinggi Badan Balita
Normal 0 0 30 100
Pendek 19 63,3 0 0
Sangat Pendek 11 36,7 0 0
ANC. Pada penelitian ini ditemukan bahwa mayoritas ibu dengan balita stunting
melakukan kunjungan ANC < 4 kali yaitu 19 orang (63,4%) sedangkan ibu
dengan balita tidak stunting mayoritas melakukan kunjungan ANC > 4 kali yaitu
sebanyak 28 orang (93,3%). Dengan kata lain ibu dengan balita tidak stunting
Baik ibu dengan balita stunting maupun tidak stunting mayoritas dengan
sedangkan ibu dengan balita tidak stunting yaitu sebanyak 28 orang (93,3%).
Hasil penelitian karakteristik ANC secara singkat dapat dilihat pada tabel 5.2
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi kunjungan ANC dan ketersediaan layanan ANC
pada ibu dengan anak stunting dan ibu dengan anak tidak stunting usia
Ketersediaan
layanan ANC
Tinggi (> median) 16 53,3 28 93,3
Rendah (< median) 14 46,7 2 6,7
ibu, usia ibu saat hamil, tinggi badan ibu, paritas dan jarak kelahiran. Dari hasil
rendah yaitu SD, SMP sebanyak 25 orang (86,7%) sedangkan ibu dengan anak
Usia ibu saat hamil didapatkan bahwa baik ibu dengan anak stunting maupun
tidak stunting mayoritas berusia 20-35 tahun saat hamil yaitu ibu dengan anak
stunting sebanyak 27 orang (90%) dan ibu dengan anak tidak stunting sebanyak
28 orang (93,3%).
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa ibu dengan anak stunting
maupun tidak stunting mayoritas memiliki tinggi badan > 145 cm yaitu ibu
dengan anak stunting yaitu sebanyak 25 orang (83,4%) dan ibu dengan anak
tidak stunting sebanyak 28 orang (93,3%). Paritas ibu dengan anak stunting
mayoritas memiliki paritas > 4 anak yaitu sebanyak 16 orang (53,3%) sedangkan
ibu dengan anak tidak stunting mayoritas memiliki paritas < 4 anak yaitu
kelahiran ibu dengan anak stunting maupun tidak stunting mayoritas dengan jarak
kelahiran > 2 tahun yaitu ibu dengan anak stunting sebanyak 26 orang (86,7%)
dan ibu dengan anak tidak stunting sebanyak 29 orang (96,7%). Hasil penelitian
untuk faktor resiko kehamilan secara singkat dapat dilihat pada tabel 5.3
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi faktor resiko kehamilan pada ibu dengan anak
stunting dan ibu dengan anak tidak stunting usia 2-5 tahun di Desa
a. Kunjungan ANC
terhadap hasil penelitian untuk melihat perbedaaan kunjungan ANC pada ibu
dengan anak stunting dan tidak stunting diperoleh nilai signifikansi pvalue=0,00
(p < 0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan
kunjungan ANC antara ibu dengan balita stunting dan ibu dengan balita tidak
Tabel 5.4. Hasil Mann Withney perbandingan kunjungan ANC pada ibu dengan
anak stunting dan ibu dengan anak tidak stunting usia 2-5 tahun di Desa
perbandingan ketersediaan layanan ANC pada ibu dengan anak stunting dan ibu
dengan anak tidak stunting diperoleh nilai signifikansi pvalue=0,00 (p < 0,05).
layanan ANC antara ibu dengan balita stunting dan ibu dengan balita tidak
Tabel 5.5. Hasil Uji Mann Whitney U Perbandingan Ketersediaan layanan ANC
pada ibu dengan anak stunting dan ibu dengan anak tidak stunting usia
Stunting
1.00 -5.132 0.00
Tidak Stunting
dari pendidikan ibu, usia ibu saat hamil, tinggi badan ibu, paritas dan jarak
kelahiran. Pendidikan ibu antara ibu dengan anak stunting dan tidak stunting
diperoleh nilai signifikansi pvalue= 0,00 (p < 0,05) maka dapat disimpulkan
bahwa ada perbedaan signifikan antara pendidikan ibu dengan anak stunting dan
ibu dengan anak tidak stunting. Usia ibu saat hamil antara ibu dengan anak
stunting dan tidak stunting diperoleh nilai signifikansi pvalue= 0,64 (p > 0,05)
maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan usia saat
hamil antara ibu dengan anak stunting dan ibu dengan anak tidak stunting.
Dari hasil penelitian juga didapatkan tinggi badan ibu antara ibu dengan
anak stunting dan tidak stunting diperoleh nilai pvalue= 0,23 (p > 0,05) maka
dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara tinggi badan
ibu dengan anak stunting dan ibu dengan anak tidak stunting.
Berdasarkan hasil analisa data untuk paritas diperoleh nilai pvalue= 0,03 (p <
0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara paritas
ibu dengan anak stunting dan ibu dengan anak tidak stunting. Berdasarkan jarak
kelahiran diperoleh nilai pvalue= 0,165 (p > 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa
tidak ada perbedaan yang signifikan antara jarak kelahiran ibu dengan anak
Tabel 5.6 Hasil uji Mann Wtihney perbandingan faktor resiko kehamilan pada
ibu dengan anak stunting dan ibu dengan anak tidak stunting usia 2-5
Pendidikan terakhir
Stunting
1.0 -3.423 0
Tidak stunting
Usia ibu saat hamil
Stunting
2.00 -463 0.64
Tidak stunting
5.2 . Pembahasan
kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu yang cukup
lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Pada
kehamilan pada ibu yang dengan anak stunting dan tidak stunting usia 2-5 tahun
di Desa Kebun Kelapa Kabupaten Langkat. Jumlah responden yang terlibat dalam
penelitian ini adalah sebanyak 60 orang, yang terdiri dari 30 orang ibu dengan
diberikan oleh tenaga kesehatan kepada wanita selama hamil, misalnya dengan
ibu siap menghadapi peran baru sebagai orang tua (Wagiyo & Putrono, 2016).
bagian terpenting dari perawatan ibu hamil. Melalui pengawasan tersebut dapat
sehingga dapat direncanakan persalinan yang tepat. Dikatakan ANC yang lengkap
apabila frekuensi kunjungan ANC minimal 4 kali, satu kali kunjungan selama
trimester pertama, satu kali kunjungan selama trimester kedua dan dua kali
sedangkan ibu anak tidak stunting mayoritas > 4 kali yaitu sebanyak 28 orang.
Dengan kata lain ibu dengan anak tidak stunting lebih sering melakukan
kunjungan ANC dibanding ibu dengan anak stunting. Dibuktikan dengan hasil uji
statistik menggunakan Mann Whitney diperoleh nilai Signifikansi p < 0,05. Hasil
tersebut menujukkan ada perbedaan yang signifikan kunjungan ANC pada ibu
dengan anak stunting dan ibu dengan anak tidak stunting. Penelitian ini sejalan
sesuai dengan standar yang yang sudah ditetapkan seperti penimbangan berat
badan, pengukuran tinggi badan, tekanan darah, lingkar lengan atas (LILA), tinggi
fundus uteri, denyut jantung janin (DJJ), pemberian imunisasi tetanus, tablet
penambah darah, serta pelayanan tes laboratorium, dan konseling gizi (Kemenkes
RI, 2010). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Khasanah
dengan kejadian stunting. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa ibu dengan
sedangkan ibu dengan anak tidak stunting yaitu 93,3%. Selanjutnya hasil uji
penelitian diperoleh nilai p < 0,05. Hasil tersebut menujukkan bahwa ada
perbedaan yang signifikan ketersediaan layanan ANC antara ibu dengan anak
stunting dan ibu dengan anak tidak stunting usia 2-5 tahun di Desa Kebun Kelapa
Kabupaten Langkat.
terdiri dari usia ibu saat hamil, tinggi badan ibu, jarak kelahiran, pendidikan ibu
Waktu reproduksi yang sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan
persalinan adalah usia 20-35 tahun (wingjosastro, 2007). Usia ibu saat hamil
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya terkait dengan usia ibu
saat hamil yang mengatakan bahwa adanya hubungan usia ibu saat hamil terhadap
kejadian stunting. Namun penelitian ini menemukan bahwa baik ibu dengan anak
stunting maupun tidak stunting, mayoritas hamil pada usia subur yaitu 20-35
tahun yakni ibu dengan anak stunting 90% dan ibu dengan anak tidak stunting
93,3%. Selanjutnya hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai signifikansi p >
0,05 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan antara usia saat hamil ibu dengan anak stunting dan ibu dengan anak
tidak stunting.
yang berpengetahuan tinggi akan dapat mengambil keputusan yang lebih rasional
umumnya terbuka menerima perubahan atau hal baru dibandingkan individu yang
dengan pendidikan tinggi atau SMA memulai pemeriksaan kehamilan lebih awal
dari pada wanita yang berpendidikan rendah. Penelitian ini sejalan dengan
bahwa ibu dengan anak stunting mayoritas berpendidikan SMP yaitu 86,7%
sedangkan ibu dengan anak tidak stunting mayoritas berpendidikan SMA yaitu
(93,3%). Hasil uji statistik diperoleh nilai signifikansi p < 0,05 sehingga dapat
anak terkena gizi buruk. Ibu yang pendek merupakan salah satu faktor yang
memiliki tinggi badan kurang dari 145cm , lebih mungkin memiliki panggul yang
sempit. Karena itu, wanita tersebut juga memiliki resiko lebih tinggi untuk
mengalami persalinan premature dan melahirkan bayi yang sangat kecil (Tani
Astuti, 2013). Namun hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian
tingi badan ibu dengan kejadian stunting (Martorell & Young, 2012). Dari 30
responden ibu dengan anak stunting dan 30 responden ibu dengan anak tidak
stunting mayoritas mempunyai tinggi badan > 145 cm. Selain distribusi jawaban
kuesioner hasil observasi juga menunjukkan bahwa baik ibu dengan anak stunting
maupun tidak stunting rata rata memiliki tinggi badan yang normal. Selanjutnya
uji statistik diperoleh nilai signifikansi p = > 0,05 sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara tinggi badan ibu
Paritas adalah Jumlah anak yang pernah dilahirkan ibu baik hidup maupun
mati, lahir tunggal maupun kembar. Jumlah anak yang terlalu banyak akan
dan waktu perawatan anak berkurang serta akan menyebabkan kasih sayang pada
anak terbagi sehingga kondisi akan memburuk jika status ekonomi keluarga
adanya hubungan paritas ibu dengan kejadian stunting. Semakin sering ibu hamil
dan melahirkan, semakin dekat jarak kehamilan dan kelahiran, elastisitas uterus
Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya terkait dengan paritas ibu.
Berdasarkan data yang diperoleh dari 30 responden ibu dengan anak stunting
mayoritas memiliki anak > 4 yaitu 53,3% sedangkan ibu dengan anak tidak
stunting mayoritas memiliki anak < 4 yaitu 73,3%. Selanjutnya hasil uji statistik
diperoleh nilai p = < 0,05 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa ada
perbedaan yang signifikan antara paritas ibu kelompok balita stunting dengan ibu
dengan anak tidak stunting rata- rata mengonsumsi ASI hingga 2 tahun. Selain itu,
didapatkan juga bahwa banyak ibu yang memberikan ASI yang dikombinasikan
dengan susu formula dan makanan lain selain ASI. Alasan yang paling banyak
dikemukakan karena ASI tidak lancar dan anak masih rewel meskipun sudah
diberikan ASI. Selain itu mudahnya mendapatkan susu formula membuat ibu
Jarak kelahiran adalah kurun waktu dalam tahun antara kelahiran terakhir
dengan kelahiran sekarang . Jarak kelahiran anak yang terlalu dekat akan
mempengaruhi status gizi dalam keluarga karena kesulitan mengurus anak dan
kejadian stunting bila jarak anak terlalu dekat atau kurang dari 2 tahun maka
rahim dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik (Septiani, 2013). Berdasarkan
hasil wawancara dan jawaban kuesioner baik ibu dengan anak stunting maupun
tidak stunting rata rata memiliki anak dengan jarak kelahiran 2 tahun.
bila jarak anak terlalu dekat atau kurang dari 2 tahun maka rahim dan kesehatan
ibu belum pulih dengan baik ( WHO, 2010). Namun penelitian ini bertolak
responden masing-masing ibu dengan anak stunting dan tidak stunting mayoritas
mempunyai jarak kehamilan > 2 tahun yaitu ibu dengan anak stunting 86,7% dan
tidak stunting 96,7%. Selanjutnya hasil uji statistik diperoleh nilai Signifikansi p >
0,05 hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
antara jarak kelahiran ibu dengan anak stunting dan ibu dengan anak tidak
6.1. Kesimpulan
memiliki anak stunting dan 30 responden ibu yang memiliki anak tidak stunting di
bahwa adanya perbedaan yang signifikan ANC pada ibu dengan anak stunting dan
ibu dengan anak tidak stunting dilihat dari frekuensi kunjungan ANC dan
ketersediaan layanan ANC. Ibu dengan anak tidak stunting lebih sering
Dari hasil penelitian ini juga didapatkan bahwa adanya perbedaan yang
signifikan antara pendidikan ibu dengan anak stunting dan ibu dengan anak tidak
stunting. Ibu dengan anak stunting mayoritas berpendidikan SMP sedangkan ibu
dengan anak tidak stunting mayoritas berpendidikan SMA. Penelitian ini juga
membuktikan bahwa adanya perbedaan yang signifikan antara paritas ibu dengan
anak stunting dan tidak stunting. Ibu dengan anak stunting memiliki paritas yang
lebih tinggi dibanding ibu dengan anak stunting. Dengan kata lain ibu dengan
anak stunting lebih sering melahirkan daripada ibu dengan anak tidak stunting.
Namun pada penelitian ini didapatkan bahwa tidak adanya perbedaan yang
signifikan usia ibu saat hamil, tinggi badan ibu dan jarak kelahiran pada ibu
60
Universitas Sumatera Utara
61
6.2 Saran
kehamilan agar terhindar dari hal-hal berbahaya dan dapat melahirkan bayi yang
pendidikan kesehatan kepada ibu hamil dan keluarga yang memiliki balita
yang berhubungan dengan ANC dan factor resiko kehamilan terhadap kejadian
stunting.
Achadi, E. L. 2014. Periode Kritis 1000 Hari Pertama Kehidupan dan Dampak
Jangka Panjang terhadap Kesehatan dan Fungsinya. Yogyakarta.
Asfaw, Wondaferash, Taha and Dube. 2015. Prevalence of Under Nutrition and
Associated Factors Among Children Aged between Six to Fifty Nine
Mounts in Blue Hora District. South Ethiopia. BCM Public Health (2015)
15:41
Aulia, 2016. Hubungan kunjungan Antenatal care (ANC) dengan faktor kejadian
stunting pada balita usia 12-59 bulan di Kabupaten Lombok Utara
Provinsi NTB tahun 2016. Yogyakarta.
62
Universitas Sumatera Utara
Kelas Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Perjak Timur Aceh.
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Fatmawati. 2010. Hubungan Faktor Resiko dan Kejadian Anemia Ibu Hamil di
Puskesmas Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya. Medan.
Fitri. 2012. Berat Lahir sebagai faktor determinan terjadinya stunting pada balita
(12-59 bulan) di Sumatera (Analisis data Riskesdas 2010) (Tesis). Fakultas
kesehatan masyarakat Universitas Indonesia.
Hidayati, L. 2010 Kekurangan Energi dan Zat Gizi Merupakan Faktor Resiko
Stunting Pada Anak Usia 1-3 Tahun ynag Tinggal di Wilayah Kumuh
Perkotaan Surakarta. Jurnal Kesahatan. 3(1): 89-104
63
Universitas Sumatera Utara
Manuaba, I. G. B. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Jantung dan KB. Jakarta:
EGC.
Martorell R, Young MF. 2012. Patterns of Stunting and wasting: Potential
explanatory factors. Advances in Nutrition. 3:277-233.
Maryono. 2010. Pengaruh Intervensi Petugas Imunisasi terhadap Pelayanan
Imunisasi Tetanus Toxoid pada Wanita Usia Subur (WUS) di Kabupaten
Aceh Barat Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (Tesis).
Meilya Sary, F., dan Isnawat, M. 2014. Faktor Resiko Kejadian Stunting pada
Balita
Usia 12 Bulan di Desa Purwokerto Kecamatan Patebon, Kabupaten
Kendal. Journal of Nutrition College.
Nadiyah, 2013. Faktor Resiko Stunting pada Anak Usia 0-23 Bulan di Provisi
Bali Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur, Tesis, sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor.
Najahah, I. 2012. Faktor Resiko Balita Stunting Usia 12-36 bulan di Puskesmas
Dasa Agung Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Jurnal Ilmu
Kesehatan Masyarakat.1(2) :22-26).
Picauly dan Foy. 2013. Analisis Determinan dan Pengaruh Stunting terhadap
Prestasi Belajar Anak di Sekolah, di Kupang dan Sumba Timur. Jurnal
Gizi dan Pangan.
Polit & Beck, P. (2012). Essential of Nursing Research : Methods, appraisal, and
utilization (7th ed.). philadephia, F,A : Lipincont Williams & Wilkins.
Sholikin R. 2015. Hubungan Antenatal Care (ANC) dengan Kejadian Bayi Berat
Lahir Rendah di Kabupaten Purbalingga (Tesis). Yogyakarta.
64
Universitas Sumatera Utara
Sulastri, D. 2012. Faktor Determinan Kejadian Stunting pada Anak Usia
Sekolah di Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang: Majalah
Kedokteran Andalas.
Unicef. 2013. Improving Child Nutrition the Achievable Imperative for Global
Progress. New York: United Nations Children’s Fund.
65
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1
Kepada, Yth
Di- Tempat
Dengan hormat,
Utara. Sebagai persyaratan tugas akhir mahasiswa Program S-1 Ilmu Keperawatan
penelitian tentang “Perbandingan ANC dan Faktor Resiko Kehamilan Pada Ibu
dengan Anak Stunting dan Ibu dengan Anak Tidak Stunting Usia 2-5 tahun di
pengisian kuesioner yang akan saya lampirkan pada surat ini. Ibu berhak
berpartisipasi atau tidak dalam penelitian ini. Jika Ibu setuju terlibat dalam
Kesediaan dan perhatian ibu sangat saya harapkan dan atas partisipasinya
Peneliti,
(Erida Napitupulu)
66
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2
dengan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi S-1 Ilmu
NIM : 151101116
Kehamilan pada Ibu dengan Anak Stunting dan ibu dengan anak Tidak Stunting
Demikian surat pernyataan ini saya buat, untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Medan, 2019
Responden,
(.............................................)
67
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3
KUESIONER PENELITIAN
PETUNJUK UMUM
Berilah tanda ceklist ( pada satu kotak jawaban yang menurut anda paling tepat
sesuai dengan keadaan saat ini.
A. Data Demografi Ibu dan Balita
Data Balita
1. Nama (inisial) :
2. Jenis Kelamin :
B. Stunting
1. Usia balita saat ini : …….tahun
2. Tinggi badan saat ini : …….cm
3. Berat badan saat lahir : ……kg
68
Universitas Sumatera Utara
C. Faktor Resiko Kehamilan
69
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4
70
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5
71
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6
72
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7
73
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8
HASIL PERHITUNGAN UJI VALIDITAS
74
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9
75
Universitas Sumatera Utara
76
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10
UI K KL UI J
Res Se S Pe JK U BB TB AN AN Ha TB Pa K Pen
p k B k B B L B C C m I r el d
1 1 1 3 1 2 3 2 1 2 1 1 2 2 1
2 1 1 3 1 2 3 2 1 1 1 2 2 2 2
3 1 1 3 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2
4 1 1 3 1 1 2 2 1 1 1 2 2 1 2
5 1 1 4 1 1 2 2 1 2 1 2 1 2 2
6 2 1 3 1 2 3 2 1 2 2 2 2 1 2
7 1 2 3 1 2 3 2 1 2 1 2 2 1 2
8 1 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2
9 1 1 3 1 1 3 2 1 1 2 2 2 1 2
10 1 1 3 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2
11 1 1 3 1 1 4 2 1 1 2 2 2 1 2
12 2 1 3 1 1 3 2 1 2 2 2 2 2 1
13 1 2 3 1 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2
14 1 1 3 1 2 4 2 1 1 2 2 1 1 2
15 1 1 4 1 2 2 2 1 2 1 1 2 2 1
16 1 2 3 1 2 4 2 1 2 2 2 2 1 2
17 1 2 3 1 2 3 2 1 1 1 1 2 1 2
18 1 1 3 1 2 4 2 1 2 1 2 2 1 2
19 1 1 4 1 1 4 2 1 2 2 2 1 2 2
20 2 1 3 1 1 5 2 1 1 2 2 2 2 2
21 1 1 3 1 1 5 2 1 2 1 2 2 1 2
22 1 1 3 1 1 3 2 1 2 2 2 2 1 2
23 1 1 3 1 1 3 2 1 2 1 2 2 1 2
24 1 1 3 1 1 3 2 1 2 1 2 2 2 1
25 1 1 3 1 1 2 2 1 1 1 2 2 2 2
26 1 1 3 1 1 2 2 1 2 2 2 2 1 2
27 1 1 4 1 1 4 2 1 1 1 2 2 2 2
28 2 1 3 1 2 5 2 1 2 1 2 1 1 2
29 1 1 3 1 1 4 2 1 2 2 2 2 1 2
30 1 1 3 1 2 5 2 1 1 1 2 2 1 2
77
Universitas Sumatera Utara
MASTER DATA KESELURUHAN TIDAK STUNTING
UI K KL UI J
Re Se S Pe JK U BB TB AN AN Ha T Pa K Pen
sp k B k B B L B C C m BI r el d
1 1 1 2 4 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2
2 1 1 1 3 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2
3 1 1 2 3 2 3 2 2 1 1 2 2 2 1
4 2 1 1 3 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2
5 1 1 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2
6 1 1 1 3 1 3 2 2 1 1 2 2 2 2
7 1 1 2 3 2 4 2 2 2 1 2 2 1 2
8 2 1 1 3 1 3 2 2 1 1 2 2 2 2
9 1 1 2 3 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2
10 1 1 2 4 1 4 2 2 1 2 2 2 2 2
11 2 1 2 3 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2
12 2 1 1 2 2 3 2 2 1 1 2 2 2 2
13 1 1 1 4 2 1 2 2 1 1 1 2 1 2
14 1 1 2 3 2 3 2 2 1 1 2 2 2 2
15 1 1 1 4 2 2 1 2 1 1 2 2 1 2
16 1 1 2 3 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2
17 1 1 1 3 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2
18 1 1 2 4 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2
19 1 1 2 3 1 4 2 2 1 1 2 2 1 2
20 1 1 2 3 1 3 2 2 1 1 2 2 2 2
21 2 1 1 2 1 4 2 2 1 1 2 2 2 2
22 1 1 2 4 2 3 2 2 1 1 2 2 1 2
23 1 1 2 3 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2
24 1 1 2 4 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2
25 1 1 1 3 2 3 2 2 1 1 2 2 2 2
26 1 1 2 3 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2
27 1 1 2 3 1 2 2 2 1 1 2 2 1 2
28 1 1 1 3 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2
29 1 1 2 3 2 2 2 2 1 1 1 2 1 2
30 1 1 2 3 1 4 2 2 1 1 2 2 1 2
78
Universitas Sumatera Utara
MASTER DATA
Keterangan Koding:
Resp : Responden
UI Sek : Usia Ibu Sekarang (1: 20-35 tahun, 2: < 20tahun dan > 35 tahun)
SB : Suku Bangsa (1: Batak, 2: Jawa, 3: Banjar, 4: Melayu)
Pek : Pekerjaan (1: Ibu Rumah Tangga, 2: Wiraswasta, 3: Petani,
4: PNS/TNI/POLRI
JKB : Jenis Kelamin Balita (1: Laki-laki, 2: Perempuan)
UB : Usia Balita (1: 2 tahun, 2: 3 tahun, 3: 4 tahun, 4: 5 tahun)
BBL : Berat Badan Lahir (1: <2,5 kg, 2: 2,5-4 kg)
TBB : Tinggi Badan Balita (1: stunting, 2: tidak stunting)
K ANC : Kunjungan ANC (1: Lengkap, 2: Tidak Lengkap)
KL ANC : Ketersediaan Layanan ANC (1: Tinggi, 2:Rendah)
UI Ham : Usia Ibu Saat Hamil (1: <20 tahun dan >35 tahun, 2: 20-35 tahun)
TBI : Tinggi Badan Ibu (1: <145 cm, 2: >= 145 cm)
Par : Paritas (1: >4 anak, 2: <= 4 anak)
J Kel : Jarak Kelahiran (1: <2 tahun, 2 >= 2 tahun)
Pend : Pendidikan (1: Tinggi, 2: Rendah)
P1-P10 : Pertanyaan tentang Ketersediaan Layanan ANC
79
Universitas Sumatera Utara
MASTER DATA
KETERSEDIAAN LAYANAN ANC BALITA STUNTING
Resp p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 total Kode
1 2 1 2 2 1 1 2 2 1 2 16 1
2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 2 16 1
3 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 12 2
4 1 1 2 2 2 1 2 2 1 2 16 1
5 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 18 1
6 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 12 2
7 2 2 1 2 1 2 2 2 2 1 17 1
8 2 1 2 1 1 2 1 2 1 1 14 2
9 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 13 2
10 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 13 2
11 1 1 2 1 1 1 2 1 2 1 13 2
12 1 1 1 2 2 1 1 2 2 1 14 2
13 1 2 2 1 2 2 2 2 1 1 16 1
14 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1 14 2
15 1 2 2 1 1 1 2 2 1 2 15 1
16 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 13 2
17 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 17 1
18 2 2 1 1 2 1 2 2 1 2 16 1
19 2 1 2 2 1 1 1 1 2 1 14 2
20 1 1 1 1 1 2 2 2 1 2 14 2
21 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 17 1
22 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 12 2
23 1 2 1 2 2 1 2 2 1 1 15 1
24 1 1 2 1 1 2 2 1 2 2 15 1
25 2 1 1 2 2 1 1 2 2 2 16 1
26 1 2 1 2 1 2 2 1 1 1 14 2
27 2 1 2 1 2 1 1 2 2 2 16 1
28 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 15 1
29 1 1 1 1 2 1 1 1 2 2 13 2
30 1 2 2 2 1 2 2 1 1 1 15 1
80
Universitas Sumatera Utara
MASTER DATA
KETERSEDIAAN LAYANAN ANC BALITA TIDAK STUNTING
81
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11
JADWAL TENTATIF PENELITIAN
Kegiatan Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
1. Pengajuan Judul
2. Proses
Penyetujuan
Judul
3. Menyusun BAB
1
4. Menyusun BAB
2
5. Menyusun BAB
3
6. Menyusun BAB
4
7. Sidang Proposal
8. Perbaikan
Proposal
9. Uji Validitas dan
Reliabilitas
Instrumen
Penelitian
10. Pengumpulan
Data
11. Analisa Data
12. Penyusunan
laporan
13. Sidang Akhir
penelitian
14. Perbaikan
laporan Akhir
15. Penyerahan
Laporan dan
Manuskrip
82
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12
RINCIAN BIAYA PENELITIAN
83
Universitas Sumatera Utara
Nama Jumlah Harga Satuan Jumlah
Pencetakan Skripsi 1 Rp. 40.000,00 Rp. 40.000,00
Fotocopy dan jilid skripsi 5 Rp. 65.000,00 Rp. 325.000,00
CD 1 Rp. 10.000,00 Rp. 10.000,00
Total Rp. 375.000,00
3. Transportasi Rp. 1.500.000,00
Total Rp. 2.633.000,00
Biaya tak terduga 10% Rp. 200.000,00
Total Biaya Keseluruhan Rp. 2.833.000,00
84
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13
RIWAYAT HIDUP
Riwayat pendidikan :
1. SD N 177066 Sitoluama
2. SMP N 3 Laguboti
3. SMA N1 Laguboti
4. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara (2015-sekarang)
85
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14
86
Universitas Sumatera Utara
87
Universitas Sumatera Utara