SKRIPSI
Oleh
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2015
SKRIPSI
Oleh
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2015
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang tak
Pendidikan Kesehatan tentang Kanker Serviks terhadap Motivasi Wanita Usia Subur
Deli”.
besarnya kepada:
Sumatera Utara.
2. Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp., M.Kep., Sp. Mat selaku Dosen Pembimbing
yang telah banyak memberikan arahan, masukan, saran, dan kritik kepada
3. Nur Asiah, S.Kep., Ns., M.Biomed selaku Dosen Penguji I dan Lufthiani Anwar,
S.Kep., Ns., M.Kes selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan masukan,
saran dan kritik kepada peneliti, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik.
4. Sri Eka Wahyuni, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Dosen Penasehat Akademik yang
perkuliahan 4 tahun.
Sumatera Utara.
Pulungan dan Muhammad Yatsrib Pulungan selaku kakak dan adik penulis yang
Nabila, teman-teman Tweesperone dan Sobat Bumi yang selalu bersama dalam
perjuangan, yang selalu ada saat suka dan duka serta teman-teman seperjuangan
9. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberi
Peneliti juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi
Wassalamualaikum Wr. Wb
vi
Lampiran-lampiran
Lampiran 1. Jadwal penelitian ................................................................................ 64
Lampiran 2. Penjelasan tentang penelitian.............................................................. 65
Lampiran 3. Informed consent ................................................................................ 67
Lampiran 4. Instrumen penelitian ........................................................................... 68
Lampiran 5. Surat izin pengambilan data ............................................................... 72
Lampiran 6. Surat izin uji reliabilitas ...................................................................... 73
Lampiran 7. Surat izin survey awal......................................................................... 74
vii
viii
halaman
Tabel 5.3. Tabulasi silang antara usia dengan motivasi WUS dalam melakukan
Tabel 5.4. Tabulasi silang antara pendidikan dengan motivasi WUS dalam
Tabel 5.5. Tabulasi silang antara penghasilan dengan motivasi WUS dalam
pendkes ....................................................................................................46
Tabel 5.6. Hasil uji statistik paired t-test pada motivasi WUS dalam melakukan
ix
halaman
Abstrak
xi
ABSTRACT
Cervical cancer still becomes a health problem for women in Indonesia. The
majority of women who are affected by cervical cancer usually do not perform early
detection which be done by performing pap smear. The objective of the research was
to find out the influence of health education on cervical cancer on the motivation of
Productive-Aged Women in performing pap smear examination before and after
health education in cervical cancer is conducted. The research used quasi-
experiment one group pre and post test. The samples were 30 productive-aged
women, taken by using purposive sampling technique. The data were gathered by
distributing questionnaires and analyzed by using parametric statistic test (paired t-
test). The result of statistic test showed that p-value = 0.000 (p < 0.05) which
indicated that there was significant disparity between productive-aged women’s’
motivation before and after health education was provided. The hypothesis of the
research showed that there was the influence of health education in cervical cancer
on productive-aged women’s motivation to perform pap smear examination before
and after health education in cervical cancer was provided so that the hypothesis
(Ho) was rejected. It is recommended that health care providers, especially nurses,
provide health education in order to increase the knowledge and motivation of
productive-aged women in performing pap smear examination to prevent them from
cervical cancer.
xii
Abstrak
xi
ABSTRACT
Cervical cancer still becomes a health problem for women in Indonesia. The
majority of women who are affected by cervical cancer usually do not perform early
detection which be done by performing pap smear. The objective of the research was
to find out the influence of health education on cervical cancer on the motivation of
Productive-Aged Women in performing pap smear examination before and after
health education in cervical cancer is conducted. The research used quasi-
experiment one group pre and post test. The samples were 30 productive-aged
women, taken by using purposive sampling technique. The data were gathered by
distributing questionnaires and analyzed by using parametric statistic test (paired t-
test). The result of statistic test showed that p-value = 0.000 (p < 0.05) which
indicated that there was significant disparity between productive-aged women’s’
motivation before and after health education was provided. The hypothesis of the
research showed that there was the influence of health education in cervical cancer
on productive-aged women’s motivation to perform pap smear examination before
and after health education in cervical cancer was provided so that the hypothesis
(Ho) was rejected. It is recommended that health care providers, especially nurses,
provide health education in order to increase the knowledge and motivation of
productive-aged women in performing pap smear examination to prevent them from
cervical cancer.
xii
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah tumor ganas yang tumbuh di
dalam leher rahim, yaitu bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak
vagina. Kanker serviks biasanya menyerang wanita usia 35-55 tahun. Hampir 90%
dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks. Sedangkan 10%
sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju
yang di alami wanita di dunia. World Health Organization (WHO) pada tahun 2013
memperkirakan bahwa lebih dari 270.000 kematian wanita akibat kanker serviks
setiap tahunnya (WHO, 2013). Globocan (2002) menerangkan bahwa angka kejadian
kanker serviks di Amerika sekitar 86.532 (18%), Afrika 78.897 (16%), Eropa 59.931
(12%) dan Asia 265.884 (54%). Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa
hampir 80% kasus kanker serviks terjadi di negara berkembang (Rasjidi dan
Sulistiyanto, 2007).
Indonesia dengan angka kejadian dan angka kematian yang tinggi (Rasjidi dan
Sulistiyanto, 2007). Angka kejadian kanker serviks di Rumah Sakit Dr. Cipto
Mangunkusumo yaitu 39,5% dari seluruh penderita kanker pada tahun 1998
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008). Pada tahun 2004 jumlah pasien
proporsi pasien kanker serviks yang rawat jalan adalah 16,47% dan rawat inap
adalah 10,9%, selain itu lebih dari 70% kasus kanker serviks datang ke rumah sakit
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada tahun 2010 bahwa jumlah
perempuan Indonesia usia 30-50 tahun yaitu sekitar 35 juta orang. Kementerian
perempuan usia 30-50 tahun yang sudah melakukan deteksi dini kanker serviks yaitu
lebih dari 550 ribu orang dengan hasil IVA positif lebih dari 25 ribu orang atau
4,5%, suspek kanker kanker serviks 1,2 per 1000 dan suspek tumor payudara
penderita kanker serviks pada tahun 2000 sebanyak 548 kasus dan tahun 2001
sebanyak 683 kasus. Di RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2007 sebanyak 345 kasus,
tahun 2009 sebanyak 48 kasus dan tahun 2010 sebanyak 40 kasus (Septiyaningsih,
2010).
Secara umum pada tahun 2012, ada sekitar 1 milyar wanita berusia 30-49
tahun yang sama sekali belum pernah melakukan pemeriksaan kanker serviks
(WHO, 2013). Mayoritas perempuan yang terdiagnosa kanker serviks biasanya tidak
melakukan deteksi dini (skrining) atau tidak melakukan tindak lanjut setelah
ditemukan adanya hasil abnormal. Tidak melakukan deteksi dini secara teratur
wanita, terutama karena belum menjadi program wajib pelayanan kesehatan (Emilia,
panduan bahwa setiap wanita seharusnya melakukan tes pap smear dalam upaya
deteksi dini kanker serviks sejak 3 tahun pertama dimulainya aktivitas seksual atau
Papanicolaou pada tahun 1943 untuk mengetahui adanya keganasan (kanker) dengan
mikroskop. Pemeriksaan ini mudah dikerjakan, cepat, dan tidak sakit (Bustan, 2007)
atau pengobatan sebelum sel berkembang menjadi kanker. Namun, sampai saat ini
deteksi dini untuk pencegahan kanker serviks masih belum mendapat prioritas bagi
kaum wanita. Oleh sebab itu, motivasi sangat mempengaruhi wanita dalam
adalah perilaku wanita usia subur yang enggan diperiksa karena tidak pernah tahu
mengenai pap smear, rasa malu dan rasa takut untuk memeriksa organ reproduksi
kepada tenaga kesehatan, faktor biaya khususnya pada golongan ekonomi menengah
ke bawah, sumber informasi, dan fasilitas atau pelayanan kesehatan yang masih
angka kejadian kanker serviks menurun drastis. Namun, sampai saat ini pemeriksaan
pap smear masih belum banyak di sosialisasikan kepada masyarakat sehingga angka
kejadian kanker serviks masih tetap tinggi (Rasjidi dan Sulistiyanto, 2007).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Syafa’ah (2012) bahwa ada
Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Widyasari (2012) bahwa ada hubungan antara pengetahuan dan motivasi wanita
Pasangan Usia Subur (PUS) dalam melakukan pemeriksaan pap smear di Desa
Mander Kecamatan Tambakboyo Kabupaten Tuban. Chania, et al. pada tahun 2013
perilaku mereka terhadap penyakit kanker serviks dan pemeriksaan pap smear
(Chania, et al., 2013). Oleh sebab itu tenaga kesehatan hendaknya dapat
agar mengetahui dan memahami tentang pentingnya melakukan deteksi dini kanker
smear.
dengan wilayah kerja yang luas dengan cakupan 2 desa yaitu Desa Helvetia dan
Manunggal. Lebih dari 8000 WUS berisiko mengalami kanker serviks di wilayah
kerja puskesmas ini. Peneliti telah melakukan survei awal di Puskesmas Labuhan
Deli yaitu wawancara langsung kepada Bidan Koordinator dan beberapa warga di
wilayah kerja puskesmas ini belum terdeteksi, namun walaupun demikian sangat
di wilayah kerjanya mengenai kanker serviks, tetapi mengingat bahwa wilayah kerja
puskesmas ini sangat luas, masih perlu dilakukan lagi upaya pendidikan kesehatan
untuk mencegah angka kejadian kanker serviks. Peneliti juga melakukan wawancara
dengan beberapa warga yaitu wanita usia subur dan sudah menikah di wilayah kerja
WUS tersebut belum pernah mendapatkan informasi mengenai kanker serviks dan
terhadap Motivasi Wanita Usia Subur (WUS) dalam Melakukan Pemeriksaan Pap
2. Pertanyaan penelitian
2.1. Bagaimana motivasi wanita usia subur dalam melakukan pemeriksaan pap
2.2. Bagaimana motivasi wanita usia subur dalam melakukan pemeriksaan pap
3. Tujuan penelitian
berikut:
4. Manfaat penelitian
smear
TINJAUAN PUSTAKA
Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah tumor ganas yang tumbuh di
dalam leher rahim, yaitu bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak
vagina. Kanker serviks biasanya menyerang wanita usia 35-55 tahun. Hampir 90%
dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks. Sedangkan 10%
sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lender pada saluran servikal yang menuju
Kanker serviks akan muncul jika sel-sel serviks menjadi abnormal dan
membelah secara tidak terkendali. Apabila sel serviks terus membelah, maka akan
terbentuk suatu massa jaringan yang disebut tumor. Tumor ini bisa bersifat jinak atau
ganas. Jika kondisi tumor ganas maka disebut kanker serviks (Prayitno, 2014).
Virus(HPV). HPV tipe 16, 18, 31, 33, 35, 45, 51, 52, 56 dan 58 merupakan tipe yang
paling sering ditemukan pada kanker dan lesi prakanker (Rasjidi, 2008). Sejalan
dengan pendapat Herald Zur Hansen bahwa ada hubungan antara infeksi HPV dan
prakanker serviks. Pendapat ini didasari oleh penemuan yang dilakukan oleh Koss,
dkk yang menemukan sel atipia koilositik. Istilah koilositik digunakan untuk
menggambarkan sel epitel gepeng abnormal yang ditandai oleh vakuolisasi sekitar
inti sel yang banyak pada sedian sel pasien dengan dysplasia dan karsinoma mulut
rahim. Pada saat yang sama Purola dan Savia juga menemukan sel koilisitik yang
sama seperti yang ditemukan oleh Koss, dkk dengan menggunakan mikroskop
HPV. Setelah penemuan ini banyak sekali ahli yang berusaha mendeteksi partikel
virus dengan menggunakan teknik biomolekuler. Hingga kini terdapat 138 strain
HPV yang telah teridentifikasi dan HPV yang bersifat memicu terjadinya keganasan
dapat terdeteksi pada 90-95% lesi prakanker mulut rahim (Iman dan Henri, 2007).
Menurut Kumalasari dan Andhyantoro (2012), ada beberapa faktor risiko dan
diantaranya yaitu:
hubungan seksual, semakin besar pula risiko mengalami kanker serviks (Kumalasari
dan Andhyantoro, 2012). Wanita dengan partner seksual yang banyak juga akan
serviks.
bila berhubungan dengan enam atau lebih mitra seks atau bila berhubungan seks
mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas, dan kebersihan
perseorangan.
dari adanya erosi di serviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang
1.2.8. Merokok
dysplasia serviks setelah infeksi HPV menetap (Sellors et al. 2003, dalam
Dunleavey, 2009). Hubungan antara tembakau, dysplasia dan kanker akibat HPV
kardiogenik ini belum jelas. United States Surgeon General and International
Agency for Reasearch on Cancer menyatakan bahwa ada hubungan yang positif
antara perokok aktif dengan kejadian kanker serviks (Trimble et al. 2005 dalam
Dunleavey, 2009).
berhubungan dengan kanker sel skuamosa pada serviks (bukan adenoskuamosa atau
telah ditunjukkan pada perokok) atau melalui efek imunosupresif dari perokok
(Rasjidi, 2008).
adenocarcinoma serviks dan paparan DES in utero telah dibuktikan (Rasjidi, 2008).
wanita yang rendah konsumsi beta karoten dan vitamin (A,C,dan E) dapat
Ada beberapa faktor pelindung yang dapat menurunkan risiko seorang wanita
(diafragma dan kondom) akan menurunkan risiko kanker serviks. Hal ini
dikarenakan serviks dilindungi dari kontak langsung bahan karsinogen dari cairan
Dysplasia serviks sering didiagnosis pada wanita usia 20-an; kanker insitu
pada usia 30-an; dan kanker invasif pada usia >40 tahun. Karsinoma sel skuamosa
dijumpai pada 90% dari semua kasus kanker seviks, 10% lainnya dibagi antara
pada pertemuan antara kanalis servikalis dan ektoserviks dimana epitel kolumnar
diganti epitel skuamosa pada usia dewasa dan kehamilan. Skuamokolumnar junction
gejala-gejala tertentu. Perubahan pada serviks tidak dapat terdeteksi kecuali jika
penderita menjalani pemeriksaan atau deteksi dini. Gejala akan muncul ketika sel
serviks yang abnormal berubah menjadi ganas dan meluas ke jaringan sekitarnya.
Pada saat itulah muncul gejala-gejala kanker serviks. Adapun gejala-gejala tersebut
lama dan lebih banyak) dan keputihan yang menetap dengan adanya cairan yang
encer, berwarna pink atau coklat, berwarna merah atau hitam serta berbau busuk
seperti bangkai. Pada kanker serviks stadium lanjut akan timbul gejala seperti nafsu
punggung atau tungkai, patah tulang (fraktur) dan keluar air kemih dan tinja dari
Stadium kanker serviks dapat ditetapkan secara klinis. Stadium klinis yang
jaringan serviks (biopsi konisasi untuk stadium IA dan biopsi jaringan serviks untuk
Sedangkan untuk kasus kanker serviks yang lebih lanjut diperlukan pemeriksaan
Stadium III Tumor telah meluas ke dinding panggul dan/ atau mengenai
sepertiga bawah vagina dan/ atau menyebabkan hidronefrosis atau
tidak berfungsinya ginjal.
III A Tumor telah meluas ke sepertiga bawah vagina dan tidak
menginvasi ke parametrium tidak sampai dinding panggul.
III B Tumor telah meluas ke dinding panggul dan/ atau menyebabkan
hidronefrosis atau tidak berfungsinya ginjal.
Stadium IV Tumor meluas ke luar dari organ reproduksi
IV A Tumor menginvasi ke mukosa kandung kemih atau rektum dan/
atau keluar dari rongga panggul minor.
IV B Metastatis jauh penyakit mikroinvasif: invasi stroma dengan
kedalaman 3 mm atau kurang dari membrana basalis epitel tanpa
invasi ke rongga pembuluh limfe/ darah atau melekat dengan lesi
kanker serviks
populasi. Wanita sebagai target untuk dilakukan deteksi dini mungkin merasa sehat
secara fisik dan tidak merasakan tanda dan gejala apapun sehingga tidak ada alasan
dilakukan denganpemeriksaan atau tes pada orang yang belum menunjukkan adanya
gejala penyakit yang belum terlihat atau masih berada pada stadium praklinik
skrining terhadap suatu penyakit yaitu penyakit tersebut mempunyai akibat yang
serius, fatal, morbiditas lama dan mortalitas tinggi, penyakit tersebut harus
mempunyai cara pengobatan dan bila digunakan pada kasus yang ditemukan melalui
skrining, efektivitasnya harus lebih tinggi, penyakit tersebut harus memiliki fase
praklinik yang panjang dan prevalensi yang tinggi di antara populasi yang dilakukan
skrining, jika prevalensi rendah maka yang terdeteksi juga akan rendah serta tes yang
dipakai harus memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi serta biaya
Ada beberapa jenis deteksi dini kanker serviks yang dapat dipilih oleh wanita
usia subur untuk mengidentifikasi kondisi serviks yang abnormal. Adapun jenis-jenis
panduan bahwa setiap wanita seharusnya melakukan tes pap smear dalam upaya
deteksi dini kanker serviks sejak 3 tahun pertama dimulainya aktivitas seksual atau
Tes pap smearadalah pemeriksaan sitologi dari serviks dan porsio untuk
melihat adanya perubahan atau keganasan pada epitel serviks atau porsio. Untuk
dengan adanya perubahan pada lapisan epitel serviks (displasia) (Rasjidi, 2008).
Tes visual dengan menggunakan larutan asam cuka (asam asetat 2%) dan
larutan iosium lugol pada serviks dan melihat perubahan warna yang terjadi setelah
dilakukan olesan. Tujuannya adalah untuk melihat adanya sel yang mengalami
displasia sebagai salah satu metode skrining kanker mulut rahim. Tes ini lebih cocok
Wanita Usia Subur adalah wanita yang masih dalam usia reproduktif, yaitu
antara usia 15-49 tahun, dengan status belum menikah, menikah atau janda. Wanita
Usia Subur ini mempunyai organ reproduksi yang masih berfungsi dengan baik,
sehingga lebih mudah untuk mendapatkan kehamilan, yaitu antara umur 20 sampai
dengan 45 tahun. Usia subur wanita berlangsung lebih cepat apabila dibandingkan
dengan pria. Adapun puncak kesuburan adalah usia 20-29 tahun yang memiliki
kesempatan 95% untuk terjadinya kehamilan. Saat wanita berusia sekita 30 tahun
Dengan adanya pesan tersebut maka diharapkan individu, kelompok atau masyarakat
pendidikan kesehatan yaitu input (sasaran pendidikan yaitu individu, kelompok atau
masyarakat dan pendidik yaitu pelaku pendidikan kesehatan), proses (upaya yang
direncanakan untuk mempengaruhi orang lain) dan output (hasil proses pendidikan
Salah satu unsur pendidikan kesehatan yaitu hasil (output). Output yang
diharapkan dari sebuah proses pendidikan kesehatan yaitu perilaku kesehatan atau
perilaku yang belum atau tidak kondusif ke perilaku yang kondusif mengandung
dengan kata lain perubahan perilaku yang negatif ke perilaku yang positif. Contoh
perilaku yang perlu diubah adalah merokok, minum minuman keras, ibu hamil yang
sudah memiliki perilaku hidup sehat (healthy life style). Contoh perilaku hidup sehat
yang harus dipertahankan adalah olahraga teratur, makan dengan makanan yang
seimbang, menguras bak mandi, membuang sampah di tempat sampah dan lain-lain.
hidup sehat bagi anak-anak. Perilaku hidup sehat sebaiknya dimulai sejak dini,
diberikan orangtua akan langsung berpengaruh pada perilaku sehat pada anak.
pendidikan kesehatan adalah upaya untuk mempengaruhi dan mengajak orang lain
Sasarannya adalah masyarakat yang ada dalam rentang sehat, sehingga perlu
pencegahan primer adalah masyarakat yang berisiko terpapar berbagai penyakit atau
penderita yang mengalami penyakit kronik. Dan sasaran dari pencegahan tersier
sekolah dengan sasaran murid, pendidikan kesehatan di rumah sakit dengan sasaran
dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five level of prevention) dari
Dalam hal ini, pendidikan kesehatan yang di perlukan nisalnya dapat berupa
dalam hal peningkatan gizi, kebiasaan hidup, perbaikan sanitasi lingkungan hygiene
Salah satu contoh pendidikan kesehatan yang dapat di berikan pada tingkat
treatment)
dalam masyarakat. Bahkan kadang-kadang masyarakat sulit atau tidak mau diperiksa
bahkan tidak mau di obati penyakitnya. Hal ini akan menyebabkan masyarakat tidak
memperoleh pelayanan kesehatan yang layak. Oleh sebab itu, pendidikan kesehatan
e. Rehabilitasi (Rehabilitation)
Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, sebagian orang akan mengalami
pendidikan kesehatan diperlukan pada tahap ini untuk orang yang bersangkutan
ataupun masyarakat yang terkadang tidak mau menerima mereka sebagai masyarakat
yang normal.
Pendidikan kesehatan harus memiliki visi yang jelas. Yang dimaksud “visi”
dalam konteks ini adalah apa yang diinginkan oleh pendidikan kesehatan sebagai
tidak terlepas dari Undang-Undang Kesehatan No. 23/1992 dan WHO yaitu
kesehatan, baik fisik, mental dan sosial sehingga produktif secara ekonomi maupun
(Notoatmodjo, 2003).
Untuk mencapai visi tersebut, perlu upaya-upaya yang harus dilakukan dan
inilah yang disebut dengan “misi”. Misi pendidikan kesehatan adalah upaya yang
harus dilakukan untuk mencapai visi tersebut. Adapun misi pendidikan kesehatan
program dan sektor yang terkait dengan kesehatan. Kegiatan advokasi berarti
sektor lain yang terkait. Oleh sebab itu, dalam mewujudkan kerjasama atau
mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri secara mandiri. Hal
meningkat.
4. Konsep motivasi
Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin, yakni “movere” yang berarti
energi diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului
dari dalam, suatu gerak hati yang menyebabkan seseorang melakukan sesuatu.
Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang dirangsang oleh sifat dasar yang
keterhubungan), rasa ingin tahu, tantangan, dan usaha. Ketika seseorang termotivasi
secara instrinsik kita terlibat dalam perilaku karena kita menikmatinya (King, 2010).
a. Kebutuhan (need)
kebutuhan baik biologis maupun psikologis, misalnya motivasi ibu untuk membawa
tubuh.
b. Harapan (expectancy)
membawa balita ke posyandu untuk imunisasi dengan harapan agar balita tumbuh
c. Minat
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keinginan pada suatu hal tanpa
ada yang menyuruh, misalnya ibu membawa balita ke posyandu tanpa adanya
pengaruh dari orang lain tetapi karena adanya minat ingin bertemu dengan teman-
teman maupun ingin bertemu dengan tenaga kesehatan (dokter, bidan dan perawat).
ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang
atau pengaruh dari luar sehingga seseorang berbuat sesuatu (Lahey, 2012). Ketika
seseorang termotivasi secara ekstrinsik maka seseorang akan terlibat dalam perilaku
tertentu karena ganjaran eksternal (King, 2010). Menurut Taufik (2007), faktor-
a. Dorongan keluarga
dorongan dari keluarga seperti suami, orang tua, teman. Misalnya ibu membawa
balita ke posyandu karena adanya dorongan (dukungan) dari suami, orang tua
ataupun anggota keluarga lainnya. Dukungan dan dorongan dari anggota keluarga
semakin menguatkan motivasi ibu untuk memberikan sesuatu yang terbaik bagi
balitanya. Dorongan positif yang diperoleh ibu, akan menimbulkan kebiasaan yang
baik pula, karena dalam setiap bulannya kegiatan posyandu dilaksanakan ibu akan
b. Lingkungan
Selain keluarga, lingkungan juga mempunyai peran yang besar dalam memotivasi
seseorang dalam merubah tingkah lakunya. Dalam sebuah lingkungan yang hangat
dan terbuka, akan menimbulkan rasa kesetiakawanan yang tinggi. Dalam konteks
kegiatan posyandu.
c. Imbalan
tersebut ingin melakukan sesuatu, misalnya ibu membawa balita ke posyandu karena
bubur, susu ataupun mendapatkan vitamin A. Imbalan yang positif ini akan semakin
memotivasi ibu untuk datang ke posyandu, dengan harapan bahwa anaknya akan
seseorang agar timbul keinginan dan kemauan untuk melakukan sesuatu sehingga
Makin jelas tujuan yang diharapkan atau akan dicapai, maka semakin jelas pula
dapat berhasil apabila tujuannya jelas dan didasari oleh yang dimotivasi. Oleh karena
itu, setiap orang yang akan memberikan motivasi pada seseorang harus mengenal
tujuan, dan daya dorong. Sedangkan unsur-unsur utama motivasi yaitu daya dorong,
daya fokus atau perhatian, dan daya topang atau penguatan. Daya dorong untuk
melakukan suatu tindakan tertentu, daya fokus untuk memberikan perhatian khusus
terhadap suatu tindakan tertentu, dan daya topang untuk memperkuat atau memberi
alasan pembenar bagi tindakan tertentu (Denny, 1992 dalam Suharsono M., dan
Pertama, motivasi mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu
fisik manusia. Kedua, motivasi ditandai dengan munculnya rasa “feeling”, atau
kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan perubahan tingkah laku manusia.
Ketiga, motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini
sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang
muncul dari dalam dari diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang/
terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan
mendorong manusia untuk berbuat, sebagai penggerak atau motor yang melepaskan
energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang
akan dikerjakan. Kedua, menentukan arah perbuatan yakni ke arah dan tujuan yang
hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan
yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan yang sudah direncanakan
apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan
yang sudah ditentukan atau dikerjakan akan memberikan kepercayaan diri yang
KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka penelitian
pengaruh pendidikan kesehatan tentang kanker serviks terhadap motivasi wanita usia
motivasi wanita usia subur dalam melakukan pemeriksaan papsmear sebelum dan
kesehatan tentang kanker serviks. Pada akhir penelitian akan disimpulkan apakah
ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang kanker serviks terhadap motivasi wanita
2. Definisi operasional
Serviks terhadap Motivasi Wanita Usia Subur dalam Melakukan Pemeriksaan Pap
smear di Wilayah Kerja Puskesmas Labuhan Deli”. Adapun penelitian ini terdiri dari
28
independen dan motivasi wanita usia subur dalam melakukan pemeriksaan pap
Motivasi
Ekstrinsik:
Dorongan Dorongan dari Mengisi Kuesioner Interval
keluarga anggota lembar (pernyataan
keluarga untuk kuesioner normor 13-
menguatkan 16) -
motivasi WUS
dalam
melakukan
pemeriksaan
pap smear
3. Hipotesis penelitian
kanker serviks terhadap motivasi wanita usia subur dalam melakukan pemeriksaan
pap smear di wilayah kerja Puskesmas Labuhan Deli. Secara umum pernyataan yang
serviks terhadap motivasi wanita usia subur dalam melakukan pemeriksaan pap
smear).
METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain penelitian
Jenis desain Quasi Experimentyang peneliti gunakan adalah one-group pre and post-
tentang kanker serviks terhadap motivasi wanita usia subur dalam melakukan
sampel yang akan diteliti. Setelah jumlah sampel terpenuhi dan sesuai dengan
Keterangan:
33
serviks
2. Populasi penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah wanita usia subur yang berdomisili di
wilayah kerja Puskesmas Labuhan Deli yaitu Desa Helvetia. Berdasarkan data dasar
KIA/ KB Puskesmas Labuhan Deli tahun 2014 bahwa jumlah WUS di Desa Helvetia
3. Sampel penelitian
Sampel penelitian terdiri dari bagian populasi yang terjangkau yang dapat
digunakan adalah purposive sampling yaitu dengan memilih subjek penelitian yang
didasarkan atas ciri-ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.
penelitian ini adalah 30 orang. Untuk mencegah terjadinya drop out, sampel
penelitian ditambah 10% dari seluruh total sampel, sehingga total sampel pada
a. Wanita Usia Subur (usia 15-49) di wilayah kerja Puskesmas Labuhan Deli
b. Sudah menikah
pemeriksaan pap smear baik dari tenaga kesehatan, media cetak, dan
elektronik
penelitian
lokasi yang dapat dijangkau oleh peneliti, jumlah sampel yang memadai, efisiensi
waktu dan biaya. Perencanaan waktu penelitian akan dilakukan daribulan Maret
5. Petimbangan etik
Utara dan keluarnya surat izin penelitian dari Puskesmas Labuhan Deli. Penelitian
subyek penelitian. Etika penelitian ini mencakup perilaku atau perlakuan peneliti
terhadap subjek penelitian serta sesuatu yang dihasilkan oleh peneliti bagi
masyarakat (Notoadmodjo, 2010). Prinsip etik yang diterapkan pada penelitian ini
adalah hak mendapatkan penjelasan penelitian dan informed consent, anonimitas dan
bersifat rahasia, dan hak mendapatkan keadilan (right to justice) (Polit & Beck,
2003).
6. Instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan dalam peneitian ini adalah kuesioner yang terdiri
dari 3 bagian yaitu kuesioner data demografi dan kuesioner motivasi melakukan
Kuesioner ini terdiri dari usia, suku, agama, status pendidikan, jumlah anak,
usia menikah atau memulai aktifitas seksual, dan penghasilan per bulan.
usia subur dalam melakukan pemeriksaan pap smear sebelum dan sesudah diberikan
pendidikan kesehatan. Kuesioner ini terdiri dari 6 item yaitu motivasi intrinsik
13-16), lingkungan (pernyataan 17-19) dan imbalan (pernyataan 20). Kuesioner ini
menggunakan skala Guttman yaitu skala yang bersifat tegas dan komitmen dengan
memberikan hasil jawaban dari pernyataan “Ya” dan “Tidak”. Apabila jawaban
wanita usia subur dalam melakukan pemeriksaan pap smear. Skor tertinggi
berdasarkan hasil ukur intrumen adalah 20 dan skor terendah adalah 0. Semakin
tinggi skor hasil ukur instrumen maka semakin baik motivasi wanita usia subur
hasil ukur instrumen yaitumotivasi tinggi jika skor 14-20, motivasi sedang jika skor
7. Uji validitas
Uji validitas adalah suatu uji yang dilakukan untuk mengukur tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen, dengan uji validitas maka dapat diketahui
apakah alat ukur yang digunakan benar-benar mengukur apa yang di ukur. Suatu
instrumen dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang diinginkan dengan
Instrumen pada penelitian ini hanya melakukan uji validitas isi (content
validity). Pada penelitian ini uji validitas isi pada instrumen dilakukan oleh tiga
dosen yang ahli dalam penyakit kanker serviks, konsep motivasi, dan ilmu perilaku
dan kejelasnnya. Jika ada pernyataan dalam instrumen yang tidak relevan dan tidak
jelas, maka pernyataannya akan diperbaiki, dihapus, dan ditambah sesuai dengan
instruksi dosen penguji. Pada instrumen ini ada 15 pernyataan yang diperbaiki secara
gramatikal, 2 pernyataan yang dihapus karena tidak relevan dan jelas, dan 2
pernyataan yang ditambah sesuai instruksi dosen penguji validitas. Setelah instrumen
disetujui oleh ketiga dosen penguji, dilakukan penghitungan skor uji validitas.
Instrumen dinyatakan valid apabila skor uji validitasnya > 0,70. Adapun skor uji
validitas pada instrumen ini sebesar 0,79 yang berarti bahwa instrumen penelitian ini
8. Uji reliabilitas
Reliabilitas adalah kesamaan hasil ukur atau pengamatan bila fakta atau
kenyataan hidup diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan. Alat
dan cara mengukur atau mengamati sama-sama memegang peran yang penting
smear disusun oleh peneliti dengan berpedoman pada tinjauan pustaka. Oleh karena
itu penting dilakukan uji reliabilitas untuk mengetahui seberapa besar derajat atau
kemampuan alat ukur untuk mengukur secara konsisten sasaran yang diukur.
Uji reliabilitas akan dilakukan pada 10 responden wanita usia subur yang
memenuhi kriteria sampel penelitian yaitu 20% dari total sampel penelitian (Polit
dan Hungler, 2001). Adapun uji reliabilitas yang digunakan adalah uji Cronbach
0,789. Maka dapat disimpulkan bahwa kuesioner penelitian layak untuk digunakan
9. Pengumpulan data
penelitian yaitu Puskesmas Labuhan Deli. Setelah peneliti mendapatkan izin, peneliti
dimulai dengan survei awal yaitu wawancara dengan tenaga kesehatan yang bekerja
di Puskesmas Labuhan Deli untuk memperoleh data populasi wanita usia subur di
yang akan diteliti yaitu 30 responden dan 3 responden tambahan untuk mencegah
berupa pre-test untuk mengetahui motivasi wanita usia subur dalam melakukan
kuesioner hingga terisi dengan lengkap. Subjek penelitian juga diberi kesempatan
untuk bertanya kepada peneliti bila ada pernyataan yang tidak dipahami atau kurang
kanker serviks meliputi pengertian, bahaya, faktor risiko, faktor penyebab serta
pentingnya deteksi dini pap smear untuk mencegah kanker serviks pada wanita usia
kesehatan yaitu 10-15 menit. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Douglas
dalam Buku Ilmu Perilaku dan Pendidikan Kesehatan bahwa waktu yang dibutuhkan
untuk melakukan pendidikan kesehatan pada setiap klien adalah 10-15 (Nurhidayah,
dengan pre-test. Apabila seluruh lembar kuesioner pada pre-test maupun post-
testtelah diisi, selanjutnya peneliti akan mengolah data dengan menggunakan sistem
komputerisasi.
Analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul melalui beberapa tahap
yaitu tahap editing, coding dan entry. Tahap editting dilakukan untuk memeriksa
kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan bahwa semua jawaban
telah diisi. Data yang sesuai diberi kode (coding) untuk memudahkan peneliti dalam
melakukan tabulasi dan analisa data. Selanjutnya data dimasukkan (entry)ke dalam
komputer untuk diolah dengan teknik komputerisasi. Setelah dipastikan tidak ada
Analisa data diawali dengan melakukan uji normalitas data. Adapun uji
normalitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji Shapiro-Wilk, bila nilai p
(signifikansi) >0,05 maka data tersebut berdistribusi normal. Jika data berdistribusi
normal, maka uji statistik dapat menggunakan uji statistik parametrik yaitu uji paired
t-test dan jika data tidak berdistribusi normal maka uji statistik yang digunakan
adalah uji statistik non-parametrik yaitu uji Wilcoxon. Berikut ini hasil uji normalitas
data.
Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai p pada uji normalitas data dengan
menggunakan uji Shapiro-Wilk yaitu p > 0,072 pada pre-test dan p > 0,151 pada
normal karena nilai p (signifikansi) > 0,05. Oleh karena itu uji statistik yang
karakteristik setiap variabel penelitian. Data yang dihasilkan dari dari analisis ini
(Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini data demografi meliputi usia, suku, status
pendidikan, status pernikahan, jumlah anak, usia menikah atau memulai aktifitas
bentuk tabel.
perbedaan yang bermakna antara dua variabel, adapun tingkat kemaknaan yang
digunakan adalah 95 % (α = 0,05) dengan p < 0,05. Uji paired t-test digunakan untuk
smear sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang kanker serviks.
1. Hasil penelitian
Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian melalui pengumpulan
data yang dilakukan sejak 30 Maret 2015 sampai 20 April 2015 di Puskesmas
responden, motivasi wanita usia subur dalam melakukan pemeriksaan pap smear
dengan gambaran umum usia responden yaitu 21-34 tahun (66,6%), usia < 20 tahun
(9,9%), dan usia > 35 tahun (23,2%). Mayoritas responden bersuku Jawa (76,7%),
dan beragama islam (90%). Rata-rata pendidikan terakhir responden yaitu SMA
(73,3%). Mayoritas responden memiliki > 2 anak (63,3%), dan menikah pada 22
tahun dengan gambaran usia menikah 21-34 tahun (53,3%), dan < 20 tahun (46,7%).
Penghasilan rata-rata responden yaitu < Rp1.625.000,00 atau kurang dari Upah
Minimum Regional (UMR) Kota Medan. Distribusi frekuensi data demografi dapat
42
Tabel 5.1. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan data demografi
(n=30)
Karakteristik
Frekuensi Persentase (%)
Responden
< 20 tahun 3 9,9
Umur 21-34 tahun 20 66,6
> 35 tahun 7 23,2
Batak 2 6,6
Suku Melayu 2 6,6
Minang 1 3,3
Jawa 23 76,7
Lain-lain 2 6,6
Agama Islam 27 90
Protestan 3 10
1.2. Motivasi wanita usia subur dalam melakukan pemeriksaan pap smear
Tabel 5.2. Distribusi frekuensi tingkat motivasi WUS dalam melakukan pemeriksaan
pap smear sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan
PRE-TEST POST-TEST
N % N %
Motivasi Tinggi 0 0 26 86,7
Motivasi Sedang 9 30 4 13,3
Motivasi Rendah 21 70 0 0
Tabel 5.3 menunjukkan hasil tabulasi silang antara usia dengan motivasi
WUS dalam melakukan pemeriksaan pap smear. Hasil tabulasi silang menunjukkan
bahwa mayoritas responden berusia 21-34 tahun memiliki motivasi rendah sebanyak
12 responden (40%) dan motivasi sedang sebanyak 8 responden (26,6%) pada pre-
test. Sedangkan pada post-test, responden berusia 21-34 tahun memiliki motivasi
(10%).
Tabel 5.3. Tabulasi silang antara usia dengan motivasi WUS dalam melakukan
pemeriksaan pap smear sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan
PRE-TEST POST-TEST
Motivasi Motivasi Total Motivasi Motivasi Total
Usia Sedang Rendah Tinggi Sedang
n % n % n % n % n % n %
<20 tahun - - 3 10 3 10 3 10 - - 3 10
memiliki motivasi rendah yaitu sebanyak 14 responden (46,6%) dan motivasi sedang
Tabel 5.4. Tabulasi silang antara pendidikan dengan motivasi WUS dalam
melakukan pemeriksaan pap smear sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan
PRE-TEST POST-TEST
Total Total
Pendidikan Motivasi Motivasi Motivasi Motivasi
Sedang Rendah Tinggi Sedang
n % n % n % n % n % n %
motivasi WUS dalam melakukan pemeriksaan pap smear. Hasil tabulasi silang
memiliki motivasi rendah yaitu sebanyak 16 responden (53,3%) dan motivasi sedang
Tabel 5.5. Tabulasi silang antara penghasilan dengan motivasi WUS dalam
melakukan pemeriksaan pap smear sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan
PRE-TEST POST-TEST
Total Total
Penghasilan Motivasi Motivasi Motivasi Motivasi
Sedang Rendah Tinggi Sedang
n % n % n % n % n % n %
Berdasarkan hasil uji statistik paired t-test yang dilakukan untuk mengukur
melakukan pemeriksaan pap smear. Berikut ini hasil uji statistik paired t-test
Tabel 5.6. Hasil uji statistik paired t-test pada motivasi WUS dalam melakukan
pemeriksaan pap smear sebelum dan sesudah diberikan pendididkan kesehatan
Mean SD CI 95% p-value
Motivasi WUS sebelum diberikan
5,63 2,076 9,422 - 11,244 0,000
pendidikan kesehatan (pre-test)
Motivasi WUS sebelum diberikan
15,97 2,266
pendidikan kesehatan (post-test)
test) yaitu 5,63 dengan standar deviasi (SD) 2,076. Sedangkan pada post-test, rata-
rata skor motivasi WUS yaitu 15,97 dengan SD 2,266. Hal tersebut menunjukkan
bahwa adanya peningkatan mean motivasi WUS sebesar 10,34 dalam melakukan
serviks. Berdasarkan uji paired t-test tersebut juga diperoleh nilai p = 0,000 (p <
0,05) yang berarti bahwa pendidikan kesehatan memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap motivasi WUS dalam melakukan pemeriksaan pap smear sebelum dan
2. Pembahasan
2.1. Motivasi WUS dalam melakukan pemeriksaan pap smear sebelum diberikan
WUS dalam melakukan pemeriksaan pap smear masih tergolong rendah yaitu 21
responden (70%), dan sisanya 9 responden (30%) tergolong dalam motivasi sedang.
Rendahnya pengetahuan WUS tentang kanker serviks dan pemeriksaan pap smear
sebagai upaya pencegahan kanker serviks merupakan salah satu faktor yang
serviks dan pemeriksaan pap smear sebagai upaya pencegahan kanker serviks baik
dari tenaga medis maupun media cetak dan elektronik. Tidak adanya informasi
dan perilaku WUS dalam melakukan pemeriksaan pap smear. Fransiska (2012)
puskesmas Kedai Durian tidak melakukan pemeriksaan pap smear adalah karena
mereka tidak mengetahui pentingnya pemeriksaan pap smear sebagai upaya untuk
informasi yang kurang juga merupakan faktor penyebab WUS tidak melakukan
pemeriksaan pap smear. Oleh karena itu dibutuhkan peran serta tenaga kesehatan
untuk melakukan pendidikan kesehatan tentang kanker serviks dan pemeriksaan pap
smear agar WUS memiliki pengetahuan yang baik serta motivasi yang tinggi untuk
dengan pendidikan yang tinggi memiliki pemahaman dan pengetahuan yang baik
tentang proses penyakit dan penanganannya (Sui et al., 2008 dalam Ghisi, 2014).
pendidikan seseorang maka akan cenderung untuk mendapatkan informasi dari orang
lain maupun dari media massa (Budiman & Riyanto, 2013). Menurut Notoadmodjo
akan pilihan hidup terutama motivasi. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan
hubungan yang signifikan antara pendidikan dan motivasi WUS dalam melakukan
pemeriksaan pap smear. Bertentangan juga dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Ni Ketut Martini (2013) yang mengatakan bahwa pendidikan tidak berhubungan
Amerika Latin dan Caribbean. Begitu juga dengan masalah sosial ekonomi juga
menjadi salah satu penghambat WUS tidak melakukan pemeriksaan pap smear di
negara tersebut (Bessler dkk, 2007). Sosial ekonomi dapat mempengaruhi seseorang
untuk melakukan pemeriksaan pap smear. Pada penelitian ini, mayoritas responden
masih berpenghasilan dibawah Upah Minimum Regional Kota Medan yaitu kurang
ada hubungan yang signifikan antara sosial ekonomi dan perilaku WUS dalam
melakukan pemeriksaan pap smear. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Fransisca (2012) yang juga menyatakan bahwa faktor ekonomi merupakan salah satu
2.2. Motivasi WUS dalam melakukan pemeriksaan pap smear setelah diberikan
sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan yaitu sebesar 10,34 yang berarti bahwa
kanker serviks.
Pada penelitian ini mayoritas responden berusia antara 21-34 tahun. Usia
juga mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambahnya
usia, daya tangkap dan pola pikir akan makin berkembang karena banyaknya
(Budiman & Riyanto, 2013). Mayoritas responden pada penelitian ini berpendidikan
mendapatkan informasi dari orang lain maupun dari media massa (Budiman &
Riyanto, 2013).
dalam melakukan pemeriksaan pap smear. Ini berarti bahwa responden telah
mengetahui tentang kanker serviks dan pemeriksaan pap smear dengan baik sehingga
(2010) menjelaskan bahwa informasi yang diperoleh dari pendidikan formal maupun
non formal dapat memberi pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga
angka kejadian kanker serviks menurun drastis. Namun, sampai saat ini pemeriksaan
pap smear masih belum banyak di sosialisasikan kepada masyarakat sehingga angka
kejadian kanker serviks masih tetap tinggi (Rasjidi dan Sulistiyanto, 2007).
kesehatan juga penting dilakukan untuk menggali motivasi seseorang agar dapat
untuk berbuat, sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi
dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
Kedua, menentukan arah perbuatan yakni ke arah dan tujuan yang hendak dicapai.
Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus
Pada penelitian ini fungsi motivasi yang diharapkan adalah adanya gerak hati
dan kesadaran WUS untuk melakukan pemeriksaan pap smear sebagai upaya
WUS akan melakukan pemeriksaan pap smear secara rutin serta menghindari faktor-
faktor penyebab dan pemicu terjadinya penyakit kanker serviks. Oleh karena itu
perlu dilakukan itu pendidikan kesehatan untuk menggali motivasi WUS dalam
rutin oleh tenaga kesehatan di Jamaica dapat mempengaruhi keputusan wanita secara
positif untuk melakukan deteksi dini kanker serviks (Bessler dkk, 2007). Oleh karena
itu peran tenaga kesehatan sangat penting untuk memberikan informasi kepada
masyarakat khususnya WUS agar mereka memiliki pengetahuan yang baik tentang
antara pengetahuan dan motivasi WUS dalam melakukan pemeriksaan pap smear.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Nurhasanah (2008) juga menyatakan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan perilaku WUS dalam melakukan
pemeriksaan pap smear. Demirtas (2013) juga mengatakan bahwa semakin tinggi
pengetahuan tentang kanker serviks maka semakin tinggi motivasi untuk melakukan
Berdasarkan uji statistik paired t-test pada tabel 5.6 diatas menunjukkan
motivasi WUS dalam melakukan pemeriksaan pap smear. Pada hasil uji paired t-test
tersebut diperoleh nilai p = 0,000 (p < 0,05) yang berarti bahwa pendidikan
kanker serviks dan pemeriksaan pap smear sehingga hasil penelitian menunjukkan
penelitian ini sesuai dengan hipotesa penelitian yang menyatakan bahwa ada
pentingnya pemeriksaan pap smear sebagai upaya mencegah kanker serviks. Chania
efektif untuk memodifikasi keyakinan dan perilaku mereka terhadap penyakit kanker
menerima proses perubahan perilaku menjadi lebih baik melalui tindakan persuasif.
(Whitehead, 2004).
Salah satu unsur pendidikan kesehatan yaitu hasil (output). Output yang
diharapkan dari sebuah proses pendidikan kesehatan yaitu perilaku kesehatan atau
perilaku yang belum atau tidak kondusif ke perilaku yang kondusif mengandung
yang dilakukan oleh peneliti yaitu aspek preventif berupa pencegahan primer dengan
sasaran masyarakat yang berisiko terpapar berbagai penyakit atau terganggu akan
kesehatannya. Pada penelitian ini, responden yang diteliti adalah seluruh wanita usia
subur yang berisiko mengalami kanker serviks yang belum pernah mendapatkan
dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan penyakit khususnya kanker serviks
masyarakat. Oleh sebab itu perlu diberikan pendidikan kesehatan pada tahap deteksi
Di Turki, penerapan standar deteksi dini kanker serviks di rumah sakit tanpa
pemeriksaan pap smear. Butuh strategi yang berbeda untuk mengubah perilaku, dan
(Demirtas, 2013).
WUS di wilayah kerja Puskesmas Labuhan Deli memiliki motivasi yang rendah
tentang pemeriksaan pap smear sebelumnya dan juga belum pernah mendapatkan
pendidikan kesehatan tentang kanker serviks dan pemeriksaan pap smear. Sehingga
pada penelitian ini faktor yang menyebabkan WUS memiliki motivasi yang rendah
adalah karena pengetahuan yang kurang tentang kanker serviks dan pemeriksaan pap
tinggi pengetahuan tentang kanker serviks maka semakin tinggi motivasi untuk
hubungan antara pengetahuan dan motivasi WUS dalam melakukan pemeriksaan pap
smear juga mengatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan
dan motivasi WUS dalam melakukan pemeriksaan pap smear. Oleh karena itu peran
khususnya WUS agar mereka memiliki pengetahuan yang baik tentang kanker
kesehatan. Dalam penelitian ini tingkat pendidikan, usia menikah, jumlah anak, dan
WUS dalam melakukan pemeriksaan pap smear. Sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ni Ketut Martini (2013) yang mengatakan bahwa tingkat pendidikan,
usia menikah, jumlah anak, dan penghasilan tidak berhubungan dengan tindakan
sampel yang banyak. Pendidikan kesehatan yang dilakukan juga seharusnya bertahap
waktu antara pre-test dan post-test juga seharusnya lebih lama. Pada penelitian ini
selang waktu pemberian pre-test dan post-test berlangsung selama 2 hari. Ini
pendidikan kesehatan yang telah diberikan sebelumnya. Oleh karena itu, selang
Selanjutnya kuesioner pada penelitian ini tidak cukup layak untuk mengukur
motivasi. Walaupun hasil uji validitas dan reliabilitasnya normal, kuesioner ini hanya
para responden dengan mudah mengisi kuesioner tanpa berpikir lama untuk
selanjutnya untuk menggunakan skala likert, agar hasil yang diperoleh lebih
bervariasi.
Penelitian ini tidak membahas jenis motivasi apa yang dipakai oleh
1. Kesimpulan
WUS memiliki motivasi rendah dalam melakukan pemeriksaan pap smear sebelum
test) yaitu 5,63 dengan Standar Deviasi 2,076. Sedangkan pada post-test, rata-rata
Berdasarkan hasil uji statistik paired t-test yang dilakukan untuk mengetahui
pemeriksaan pap smear menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan motivasi
WUS dalam melakukan pemeriksaan pap smear sebelum dan sesudah diberikan
pendidikan kesehatan. Berdasarkan uji tersebut diperoleh nilai p = 0,000 (p < 0,05),
motivasi WUS dalam melakukan pemeriksaan pap smear. Dengan kata lain hipotesis
yang menyatakan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang kanker serviks
terhadap motivasi WUS dalam melakukan pemeriksaan pap smear diterima (Ha
diterima).
58
2. Saran
yaitu:
pemeriksaan pap smear. Oleh karena itu penting bagi tenaga kesehatan
terdeteksi secara cepat dan nantinya akan menurunkan angka kejadian kanker
serviks di Indonesia.
selanjutnya.
Daftar Pustaka
Anwar M, Baziad A, Prabowo P. (2011). Ilmu Kandungan: Edisi Ketiga. Jakarta: PT.
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian. Edisi Revisi 2010. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Budiman & Riyanto, A. (2013). Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap
dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
Dunleavey, Ruth. (2009). Cervical Cancer : A Guide for Nurse. John Wiley and
Sons: Wiley-Blackwell.
Ghisi, G. L. D. M., Oh, P., Thomas, S., & Benetti, M. (2012). Development and
Validation of an English version og the Coronary Artery Disease Education
Questionnaire (CADE-Q). The European Society of Cardiology, 0(00), 1-10.
Nurhidayah, Rika Endah. (2010). Ilmu Perilaku dan Pendidikan Kesehatan Untuk
Perawat. Medan : USU Press.
Polit, D. F., & Beck, C. T. (2001). Nursing Research : Principles and Methods.
USA: Lippincott.
Rasjidi, I., dan Sulistiyanto, H. (2007). Vaksin dan Human Papilloma Virus dan
Eradiksi Kanker Mulut Rahim. Malang: Sagung Seto.
Sardiman. (2007). Interaksi dan Motivasi Belalajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Setiadi. (2007). Konsep & Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Lampiran 1
JADWAL PENELITIAN
Lampiran 2
Wilayah Kerja Puskesmas Labuhan Deli. Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk
motivasi WUS dalam melakukan pemeriksaan pap smear sebelum dan sesudah
Peneliti berharap jawaban yang diberikan sesuai dengan apa yang terjadi
tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Peneliti menjamin kerahasiaan jawaban dan
untuk maksud-maksud lain. Partisipasi ibu dalam penelitian ini bersifat bebas untuk
ikut menjadi responden penelitian atau menolak, tanpa ada sanksi apapun.
Lampiran 3
INFORMED CONSENT
Pendidikan Kesehatan tentang Kanker Serviks terhadap Motivasi Wanita Usia Subur
Deli”, maka saya dengan sukarela dan tanpa paksaan bersedia menjadi responden
( )
Lampiran 4
INSTRUMEN PENELITIAN
Petunjuk Pengisian : isilah semua pertanyaan di bawah ini dan berilah tanda
checklist (√) pada kotak yang telah disediakan
No Pernyataan Ya Tidak
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12
RELIABILITY
N %
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
,789 ,767 15
Maximum /
Mean Minimum Maximum Range Minimum Variance N of Items
Item-Total Statistics
Squared Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Multiple Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Correlation Deleted
Lampiran 13
Explore
Notes
Cases
Descriptives
Median 6,00
Variance 4,309
Minimum 0
Maximum 9
Range 9
Interquartile Range 2
Median 16,00
Variance 5,137
Minimum 12
Maximum 20
Range 8
Interquartile Range 4
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Lampiran 14
Frequencies
Notes
Statistics
N Valid 30 30 30 30 30 30 30
Missing 0 0 0 0 0 0 0
Mean 29,27 3,70 1,20 2,77 2,13 21,93 1,27
Median 29,00 4,00 1,00 3,00 2,00 21,00 1,00
Std. Deviation 6,554 ,952 ,610 ,568 1,383 3,741 ,450
Variance 42,961 ,907 ,372 ,323 1,913 13,995 ,202
Minimum 18 1 1 1 0 16 1
Maximum 45 5 3 4 7 32 2
Sum 878 111 36 83 64 658 38
Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Suku
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Agama
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
JumlahAnak
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
UsiaMenikah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Penghasilanperbulan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Lampiran 15
Frequencies
Notes
Statistics
Pretest Posttest
N Valid 30 30
Missing 0 0
Mean 1,30 2,87
Median 1,00 3,00
Mode 1 3
Std. Deviation ,466 ,346
Frequency Table
Pretest
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Posttest
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Lampiran 16
Frequencies
Notes
Statistics
TOTALPRE TOTALPOST
N Valid 30 30
Missing 0 0
Mean 5,63 15,97
Median 6,00 16,00
Std. Deviation 2,076 2,266
Variance 4,309 5,137
Minimum 0 12
Maximum 9 20
Sum 169 479
Frequency Table
TOTALPRE
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
TOTALPOST
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Lampiran 17
Crosstabs
USIA * PRETEST
Crosstab
Count
PRETEST
21-34 12 8 20
> 35 6 1 7
Total 21 9 30
Chi-Square Tests
a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is ,90.
Symmetric Measures
USIA * POSTTEST
Crosstab
Count
POSTTEST
21-34 3 17 20
> 35 1 6 7
Total 4 26 30
Chi-Square Tests
a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is ,40.
Symmetric Measures
Pendidikan * PRETEST
Crosstab
Count
PRETEST
Pendidikan SD 1 0 1
SMP 5 1 6
SMA 14 8 22
D3 1 0 1
Total 21 9 30
Chi-Square Tests
a
Pearson Chi-Square 1,789 3 ,617
Likelihood Ratio 2,404 3 ,493
Linear-by-Linear Association ,595 1 ,441
N of Valid Cases 30
a. 6 cells (75,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is ,30.
Symmetric Measures
Pendidikan * POSTTEST
Crosstab
Count
POSTTEST
Pendidikan SD 0 1 1
SMP 0 6 6
SMA 4 18 22
D3 0 1 1
Total 4 26 30
Chi-Square Tests
a. 6 cells (75,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is ,13.
Symmetric Measures
PENGHASILAN * PRETEST
Crosstab
Count
PRETEST
> Rp1.625.000,00 5 3 8
Total 21 9 30
Chi-Square Tests
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,40.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
PENGHASILAN * POSTTEST
Crosstab
Count
POSTTEST
> Rp1.625.000,00 1 7 8
Total 4 26 30
Chi-Square Tests
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,07.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Lampiran 18
T-Test
Notes
N Correlation Sig.
Paired Differences
Pair 1 TOTALPRE -
-10,333 2,440 ,445 -11,244 -9,422 -23,195 29 ,000
TOTALPOST
Lampiran 19
MASTER TABLE
DATA HASIL PENELITIAN (PRE-TEST)
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Total
R1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 4
R2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
R3 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 8
R4 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 6
R5 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 5
R6 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 7
R7 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 7
R8 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 6
R9 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6
R10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
R11 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4
R12 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 5
R13 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 4
R14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 6
R15 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 9
R16 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 5
R17 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 6
R18 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 6
R19 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
R20 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 8
R21 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 6
R22 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 5
R23 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 4
R24 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 7
R25 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5
R26 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 8
R27 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6
R28 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5
R29 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 8
R30 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 9
MASTER TABLE
DATA HASIL PENELITIAN (POST-TEST)
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Total
R1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 14
R2 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 13
R3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 14
R4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 16
R5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 18
R6 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 16
R7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 18
R8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 15
R9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 19
R10 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 12
R11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 19
R12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 15
R13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 16
R14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 17
R15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20
R16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20
R17 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 17
R18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 17
R19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 16
R20 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 15
R21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 16
R22 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 13
R23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 14
R24 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 13
R25 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 14
R26 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 15
R27 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 14
R28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 19
R29 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 16
R30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 19
Lampiran 20
Pertemuan ke : 1 (satu)
A. Tujuan
1. TIU : Setelah mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan, wanita
usia subur diharapkan dapat mengetahui tentang
deteksi dini kanker serviks dengan melakukan
pemeriksaan pap smear serta dapat termotivasi untuk
melakukan pemeriksaan pap smear
2. TIK : Setelah mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan, wanita
usia subur akan dapat:
a. Menjelaskan pengertian kanker serviks
b. Menjelaskan bahaya kanker serviks
c. Menjelaskan faktor risiko kanker serviks
d. Menjelaskan faktor penyebab kanker serviks
e. Menjelaskan pentingnya pemeriksaan pap smear
untuk mencegah kanker serviks
Kegiatan
Tahap Kegiatan Penyuluh Waktu Media dan Alat
Responden
Pendahuluan 1. Memberikan salam 1. Mendengarkan -
kepada ibu dan dan menjawab
menanyakan kabar salam
2. Menyepakati -
kontrak pertemuan 2. Mendengarkan
3. Menjelaskan
-
maksud dan tujuan 3. Mendengarkan
4. Menanyakan
kesiapan ibu dalam 4. Menjawab -
menerima pertanyaan
pendidikan
kesehatan
5. Melakukan pre-test
Lembar
(kuesioner 5. Menjawab kuesioner dan
motivasi WUS lembar pulpen
dalam melakukan pertanyaan
pemeriksaan pap kuesioner
smear
Penyajian 1. Menjelaskan
tentang pengertian
kanker serviks
2. Menjelaskan
bahaya kanker
serviks
5. Menjelaskan
pentingnya
pemeriksaan pap
smear untuk
mencegah kanker
serviks
2. Melakukan pre-
test (kuesioner 2. Menjawab -
motivasi WUS lembar
dalam melakukan pertanyaan
pemeriksaan pap kuesioner
smear
Lampiran 21
110
Lampiran 22
RIWAYAT HIDUP
NIM : 111101083
Agama : Islam
Alamat Rumah : Jl. Dr. Sumarsono No. 33/ 25 Kec. Medan Baru
Telp./HP : 082276582908
Riwayat Pendidikan :