0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
9 tayangan13 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian dan bagian-bagian dari kamar operasi. Kamar operasi adalah ruangan khusus di rumah sakit yang digunakan untuk melakukan tindakan bedah. Terdiri dari area steril, semi steril, dan non steril yang masing-masing berisi ruang-ruang tertentu seperti ruang operasi, ruang pemulihan, dan ruang administrasi.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian dan bagian-bagian dari kamar operasi. Kamar operasi adalah ruangan khusus di rumah sakit yang digunakan untuk melakukan tindakan bedah. Terdiri dari area steril, semi steril, dan non steril yang masing-masing berisi ruang-ruang tertentu seperti ruang operasi, ruang pemulihan, dan ruang administrasi.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian dan bagian-bagian dari kamar operasi. Kamar operasi adalah ruangan khusus di rumah sakit yang digunakan untuk melakukan tindakan bedah. Terdiri dari area steril, semi steril, dan non steril yang masing-masing berisi ruang-ruang tertentu seperti ruang operasi, ruang pemulihan, dan ruang administrasi.
A. Pengertian kamar operasi Kamar Operasi adalah khusus memberikan pelayanan berkualitas kepada pasien saat sebelum, selama, dan sesaat sesudah dilakukan tindakan pembedahan. Sejarah Operasi bukti operasi tertua telah ditemukan di sisa-sisa manusia prasejarah dari zaman Proto-Neolitik dan Neolitik, dalam lukisan gua, dan prosedur ini terus digunakan hingga tercatat dalam sejarah (dijelaskan oleh para penulis Yunani kuno seperti Hippocrates ). Dari 120 tengkorak prasejarah yang ditemukan di satu situs pemakaman di Perancis pada tahun 6500 SM, 40 memiliki lubang trepanasi (pembedahan dengan cara melubangi tengkorak kepala). Folke Henschen, seorang dokter dan sejarawan Swedia, menegaskan bahwa penggalian Soviet di tepi Sungai Dnieper pada tahun 1970-an menunjukkan adanya penggalian di masa Mesolitikum yang bertanggal sekitar 12000 SM. Trepanasi sendiri diyakini dapat menyembuhkan serangan epilepsi, migrain, dan gangguan mental tertentu. kamar operasi. Penyebutan tersebut digunakan saat zaman penjajahan Belanda di Indonesia. Selain kata OK, beberapa kata kesehatan yang saat ini sering digunakan sebagai bahasa Indonesia (serapan) bersumber dari bahasa Belanda, diantaranya kingkat kesadaran Apatis (Apathisch) yaitu keadaan di mana seseorang tidak peduli terhadap lingkungan sekitarnya akibat kondisi kesehatannya, begitupun dengan tingkat kesadaran ‘Koma’ (Komma) yaitu keadaan seseorang yang tidak sadarkan diri akibat suatu kondisi kesehatan. Begitu pula dengan kata ‘Besuk’ (Bezoek) yang artinya ‘Kunjungi’ yang saat ini. digunakan untuk melakukan kunjungan terhadap kerabat yang sedang sakit atau kurang sehat. Dan masih banyak lagi kata serapan bahasa Belanda yang digunakan pada bidang kesehatan. B. Bagian-bagian kamar operasi Kamar operasi adalah suatu ruangan yang terdapat pada penyedia fasilitas Kesehatan dimana prosedur bedah yang mengguanakan pembiusan dilakukan. Definisi lain dari kamar operasi adalah suatu unit khusus yang digunakan untuk melakukan tindakan pembedahan, baik elektif maupun akut, yang membutuhkan keadaan steril (Departemen Kesehatan Republik Indonesia , 1993). Kamar operasi adalah ruangan di dalam rumah sakit yang dipakai untuk melaksanakan operasi mayor dan secara khusus hanya dipakai untuk prosedur bedah bukan untuk invetervensi pengobatan. Lokasi terbaik untuk kamar operasi adalah tempat dimana terdapat kenyaman dan tidak sulit untuk dijangkau dalam penempatan alur pasien. Kamar operasi sebaiknya memiliki akses sendiri baik dalam menerima pasien maupun mengantarkan pasien seperti koridor khusus yang tidak dibuka untuk umum. Lokasi kamar operasi harus strategis dari beberapa ruangan atau instalasi yang terdapat di rumah sakit antara lain instalansi gawat darurat, instalansi laboratorium, instalansi radiologi, ruangan intensive care unit (ICU), instalansi sterilisasi, dan ruang bersalin Kamar operasi terdapat tiga pembagian area. Pertama adalah area non steril yang terdiri dari ruangan administrasi, ruangan penerimaan pasien, ruang konfrensi, area persiapan pasien, ruang istirahat dokter, ruang ganti pakaian. Area yang kedua adalah area semi steril yang terdiri dari ruang pemulihan atau recovery room, ruang penyimpanan alat dan material operasi steril, ruang penyimpanan obat -obatan, ruang penampungan alat dan instrumen kotor, ruang penampungan linen kotor, ruang penampungan limbah atau sampah operasi, ruang resusitasi bayi dan ruang untuk tindakan radiologi sederhana. Area yang ketiga adalah area steril yang terdiri dari ruang tindakan operasi, ruang cuci tangan atau scrub area dan ruang induksi. Pada area steril harus selalu terjaga kebersihan dan kondisi st eril harus benar-benar dijaga ( Kemenkes, 2012). Bagian-bagian Kamar Operasi Kamar operasi terdiri dari beberapa ruang, baik itu di dalam kamar operasi maupun di lingkungan kamar operasi: 1. Ruang Penerimaan Pasien Ruang Penerimaan Pasien adalah ruang serah terima pre operasi Instalasi Kamar Operasi yang dilengkapi dengan brankar, lemari tempat pakaian Instalasi Kamar Operasi bagi pasien yang akan menjalani operasi, dilengkapi ruang ganti pasien One Day Care ODC, lemari terkunci untuk penyimpanan pakaian dan barang berharga milik pasien. 2. Ruang Induksi dan Premedikasi Ruang induksi dan premedikasi adalah ruang dimana pasien dari ruang penerimaan dibawa ke ruang induksi untuk dilakukan premedikasi, tersedia oksigen sentral. 3. Ruang Operasi I Ruang operasi I dilengkapi meja operasi datar, head up-head down, tilt kiri- kanan, duduk atau setengah duduk, V atau V terbalik secara manual. Ruang operasi I dilengkapi lampu operasi yang mampu menerangi bagian-bagian operasi, menggunakan oksigen sentral, suction sentral, mesin anestesi, monitor pasien, tersedianya alat kesehatan dan obat-obatan dan jenis cairan yang bisa memenuhi kebutuhan operasi, yang tersedia dalam troli. Kamar Operasi I digunakan untuk operasi biasa. 4. Ruang Operasi II Ruang operasi II dilengkapi meja operasi datar, head up-head down, tilt kiri- kanan, duduk atau setengah duduk, V atau V terbalik secara manual. Ruang Operasi II dilengkapi dengan lampu operasi yang mampu menerangi bagian- bagian operasi. Mesin anestesi dilengkapi dengan tabung penampung gas anestesi merek Penlon, monitor EKG yang bisa terlihat tekanan darah, rekaman jantung, nadi, saturasi oksigen, AC sentral, Suction, oksigen sentral, alat kauter Alsa bisa dipakai untuk TUR, bisa dipakai untuk Bifolar, tersedianya alat kesehatan dan obat-obatan, dan jenis cairan yang bisa memenuhi kebutuhan operasi, yang tersedia dalam troli. 5. Ruang Operasi III Ruang operasi III digunakan untuk operasi yang bersifat bersih, yang dilengkapi dengan meja operasi yang bisa dimodifikasi beberapa posisi datar, head up-head down, tilt kiri-kanan, duduk secara manual. Ruang Operasi III dilengkapi lampu operasi yang mampu menerangi bagian-bagian operasi.Dilengkapi dengan mesin 8 anestesi, monitor ECG yang bisa terlihat tekanan darah, rekaman jantung, nadi, saturasi oksigen, AC sentral, oksigen sentral, suction sentral, alat kauter, tersedianya alat kesehatan dan obat-obatan, dan jenis cairan yang bisa memenuhi kebutuhan operasi, yang tersedia dalam troli. 6. Ruang Operasi IV Ruang operasi IV digunakan untuk operasi yang bersifat bersih, yang dilengkapi dengan meja operasi yang bisa dimodifikasi beberapa posisi datar, head up-head down, tilt kiri-kanan, duduk secara manual. Ruang operasi IV dilapisi dengan Pb yang berguna untuk mengurangi radiasi khusus penggunaan C- Arm, dilengkapi lampu operasi yang mampu menerangi bagian- bagian operasi, mesin anestesi, monitor EKG yang bisa terlihat tekanan darah, rekaman jantung, nadi, saturasi oksigen, AC sentral, oksigen sentral, suction sentral alat kauter, tersedianya alat kesehatan dan obat-obatan, dan jenis cairan yang bisa memenuhi kebutuhan operasi, yang tersedia dalam troli. 7. Ruang Operasi V Ruang operasi V digunakan untuk operasi yang bersifat bersih, yang dilengkapi dengan meja operasi yang bisa dimodifikasi beberapa posisi datar, head up-head down, tilt kiri-kanan, duduk menggunakan alat remote, meja operasi bisa dimodifikasi dengan traksi ortopedi. Ruang Operasi V dilapisi dengan Pb yang berguna untuk mengurangi radiasi khusus penggunaan C-Arm, dilengkapi lampu operasi yang mampu menerangi bagian-bagian operasi, mesin anestesi, monitor EKG yang bisa terlihat tekanan darah, rekaman jantung, nadi, saturasi oksigen, AC sentral, oksigen sentral, suction sentral, alat kauter, alat kesehatan dan obat- obatan, dan jenis cairan yang bisa memenuhi kebutuhan operasi, yang tersedia dalam troli, monitor untuk bisa melihat tindakan operasi di ruang istirahat dokter. 8. Ruang Penyimpan Alat Steril a. Lemari linen dan instrumen steril Tersedia lemari untuk penyimpanan alat instrumen dan linen sudah steril terbungkus yang siap pakai disimpan di lemari masing-masing. b. Lemari linen non steril Tersedia juga lemari untuk penyimpanan linen biasa, seperti baju petugas instalasi kamar operasi, stik laken, selimut dan untuk kebutuhan linen lainnya. 9. Ruang Penyimpanan Alat Kesehatan Tersedia lemari untuk penyimpanan alat kesehatan, sesuai jumlah inventaris. 10.Ruang Penyimpanan Obat dan Alat Anestesi Tersedia lemari untuk menyimpan obat dan alat kesehatan anestesi yang terkunci, kulkas untuk menyimpan obat yang memerlukan suhu tertentu. 11.Ruang Sadar Pulih atau Recovery Room Ruang sadar pulih adalah ruang dimana pasien setelah operasi dibawa ke ruang sadar pulih untuk diobservasi sekitar 2 jam. Ruang sadar pulih dilengkapi dengan 6 buah tempat tidur standar dengan hek pengaman, oksigen sentral, suction sentral, monitor pasien 6 set, persediaan cairan infus, meja tulis, dan alat-alat untuk keperluan administrasi. Di ruang sadar pulih terdapat sebuah komputer untuk urusan administrasi. Di ruang ini juga tersedia spool hoek, toilet. Di ruang sadar pulih ini serah terima pasien dari instalasi kamar operasi dengan perawat ruang inap pasien kembali ke ruangan. 12.Ruang Pertemuan Ruang pertemuan ini digunakan untuk pertemuan. Di ruang ini tersedia meja, kursi dan dilengkapi dengan gambar kerangka anatomi tulang manusia, lemari buku untuk menyimpan buku-buku. 13.Ruang Istirahat Tersedia tempat tidur atau istirahat 14.Ruang Makan Ruang ini digunakan untuk ruang santai sekalian ruang makan, dilengkapi dengan kursi meja makan, sofa, televisi, kulkas, dispenser, lemari untuk menyimpan alat- alat makan, dan lainnya. 15.Ruang Ganti Wanita Ruang ini digunakan khusus untuk wanita ganti pakaian, dengan pakaian instalasi kamar operasi. Di ruang ini terdapat lemari pakaian gantung, lemari pakaian dan persediaan pakaian bersih instalasi kamar operasi, dan loker yang terkunci. 16.Ruang Ganti Pria Ruang ini digunakan khusus untuk pria ganti pakaian. Di ruang ini terdapat lemari pakaian gantung, lemari tempat penyimpanan pakaian bersih instalasi kamar operasi dan loker yang terkunci. 17.Kamar Mandi 10 Tersedia Shower untuk mandi, closet duduk. 18. Ruang Kepala Instalasi Kamar Operasi Tersedia kursi meja, lemari kecil. 19.Ruang Kepala Urusan Pelayanan Perawatan Tersedia kursi meja, ada lemari untuk penyimpanan dokumen atau arsip-arsip, buku. C. Pembagian Daerah-daerah di Kamar Operasi 1. Daerah Bebas Daerah bebas merupakan daerah dimana pengunjung tidak diizinkan masuk, dan petugas harus melepaskan alas kaki. 2. Daerah Bersih a. Koridor transfer pasien b. Kamar ganti Pakaian dokter c. Kamar ganti Perawat d. Kamar persiapan dan pemulihan pasien 3. Area Semirestriktik koridor Area semirestriktik adalah daerah dimana pengunjung dan petugas harus melepaskan alas kaki. 4. Area restriktik kamar operasi dan koridor kamar operasi Area restriktik adalah daerah dimana pengunjung tidak diizinkan masuk, petugas harus memakai perlengkapan khusus topi, masker, alas kaki, pakaian khusus, harus ganti pakaian, tidak boleh rangkap. Pembagian Daerah di Sekitar Kamar Operasi 1. Daerah Publik Daerah yang boleh dimasuki oleh semua orang tanpa syarat khusus. Misalnya: kamar tunggu kamar operasi. 2. Daerah Semi Publik Daerah yang bisa dimasuki oleh orang-orang tertentu saja, yaitu petugas. Pada daerah ini biasanya diberi tulisan “DILARANG MASUK SELAIN PETUGAS” dan sudah ada pembatasan tentang jenis pakaian yang dikenakan oleh petugas pakaian khusus kamar operasi serta penggunaan alas kaki khusus di dalam. 3. Daerah Aseptik Daerah aseptik merupakan daerah kamar bedah sendiri yang hanya bisa dimasuki oleh orang yang langsung ada hubungan dengan kegiatan pembedahan, umumnya daerah yang harus dijaga kesucihamaannya. Daerah aseptik dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: - Daerah aseptik 0, yaitu lapangan operasi, daerah tempat dilakukannya pembedahan. - Daerah aseptik 1, yaitu daerah memakai gaun operasi, tempat duk atau kain steril, tempat instrumen dan tempat perawat instrumen mengatur dan mempersiapkan alat. - Daerah aseptik 2, yaitu tempat mencuci tangan, koridor penderita masuk. D. Persyaratan Ruang operasi yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1. Letak Letak kamar operasi sedang ditengah-tengah rumah sakit berdekatan dengan Instalasi unit gawat darurat (IGD), ICU dan unit radiologi. 2. Bentuk dan Ukuran a. Bentuk: Kamar operasi tidak bersudut tajam, lantai, dinding, langit-langit bentuk lengkung, warna tidak mencolok. Lantai dan dinding harus terbuat dari bahan yang rata, kedap udara, mudah dibersihkan dan akomodasi debu. b. Ukuran kamar operasi: Minimal 5,6 mx 5,6 m (= 29,1 m2) Dan Khusus / besar 7,2 mx 7,8 (= 56 m2) 3. Sistem Ventilasi Sebuah Ventilasi kamar dapat digunakan dengan kontrol dan penyaringan udara dengan menggunakan HEPA Filter. Kelas H-13-H14, Efisiensi 99,99% Uji DOP 0.3Micron Idealnya menggunakan sentral AC. a. Pertukaran dan sirkulasi udara harus berbeda. b. Suhu dan Kelembaban. - Suhu di luar antara 19 0 / C - 22 0 / C. - Kelembaban 55-60% 4. Sistem Penerangan sebuah a. Lampu Operasi, tidak ada panas, Terang tetapi tidak menyilaukan dan arah sinar mudah dibagikan posisinya. b. Lampu Penerangan Menggunakan lampu pijar / LED putih dan mudah dibersihkan 5. Peralatan a. Semua peralatan yang ada di dalam kamar operasi harus be-roda dan mudah dibersihkan. b. Untuk alat elektrik, petunjuk penggunaaanya harus menempel pada alat tersebut agar mudah dibaca. c. Sistem pelistrikan dijamin aman dan dilengkapi dengan elektroda untuk memusatkan arus listrik dan mencegah bahaya gas anestesi. d. Sistem Instalasi Gas Medis Pipa (out let) dan konektor N2O dan oksigen, dibedakan warnanya, dan dijamin tidak bocor, mempunyai Cadangan Tabung Gas serta dilengkapi dengan system pembuangan/penghisap udara untuk mencegah penimbunan gas anestesi. 6. Pintu a. Pintu masuk dan keluar pasien harus berbeda. b. Pintu masuk dan keluar petugas tersendiri c. Setiap pintu menggunakan door closer (bila memungkinkan) d. Setiap pintu diberi kaca pengintai untuk melihat kegiatan kamar tanpa membuka pintu. e. Di atas Pintu Utama Kamar/Ruang Operasi harus di Buat semacam Instument Pe- nanda (seperti lampu Sirene), Tulisan ADA / TIDAK ada tindakan Operasi. 7. Pembagian Area a. Ada batas tegas antara area bebas terbatas, semi ketat dan area ketat. b. Ada ruangan persiapan untuk serah terima pasien dari perawat ruangan kepada perawat kamar operasi. 8. Air Bersih Air bersih harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Tidak berwarna, berbau dan berasa. b. Tidak mengandung kuman pathogen. c. Tidak mengandung zat kimia. d. Tidak mengandung zat beracun. II. Pengelolaan RR III. Pengelolaan Airway Breathing 1. Mengenal alat-alat bantu nafas dan cara penggunaannya a. Endotracheal Tube - Sebelum intubasi berikan oksigen, sebaiknya gunakan bantal dan pastikan jalan napas terbuka (hati-hati pada cedera leher) - Siapkan endotracheal tube, periksa balon (cuff), siapkan stylet, beri pelumas (jelly) - Siapkan laringoskop( pasang blade pada handle), lampu harus menyala terang - Pasang laringoskop dengan tangan kiri, masukkan ujung blade ke sisi kanan mulut, geser lidah pasien ke kiri - Tekan tulang rawan krikoid - Lakukan traksi sesuai sumbu Panjang laringoskop - Lihat adanya pita suara, bila perlu isap lender/cairan terlebih dahulu - Masukkan ETT sampai batas masuknya di pita suara - Keluarkan stylet dan laringoskop secara hati-hati dan segera konektor tube dihubungkan dengan pipa oksigen, diberikan ventilasi. - Kembangkan b a l o n ( cuff ) ETT, dilakukan oleh asisten yang membantu - P a s a n g p i p a o r o f a r i n g ( mayo/guedel tube, a t a u bite block ) mencegah pipa tergigit - Periksa posisi ETT apakah masuk dengan be n a r . A u s k a l t a s i s u a r a pernapasan atau udara yang ditiupkan. Auskultasi segera, dilakukan paling - Tidak pada 3 tempat yaitu lapangan auskulatasi lapangan paru bawah kanan-kiri13)Amankan posisi (fiksasi) ETT dengan plester b. Laryngeal mask airways (LMA) - Punggung sungkup laring diberi pelicin dengan jelly d a n s u n g k u p d a l a m keadaan kempis (deflated). - Posisi penderita telentang kepala can leher merupakan satu g a r i s , m e n u r u t Brain posisi kepala agak sedikit fleksi. - Dagu ditekan - Pipa untuk membuka mulut dari L.M.A dipegang sepert memegang pensil,kemudian sungkup laring dimasukkan ke dalam mulut dengan bagian bawahsingkup menghadap ke caudal - Dorong ujung sungkup dengan menempel pada permukaan palatum sampaïmencapai dinding pharing bagian belakang - Kemudian tangan yang mendorong tersebut d i t a r i k k e l u a r , d a n p i p a didorong sampai dirasakan adanya tahanan, ini berarti posisi sungkup telah berada di hypopharing. - Tanda berupa garis hitam pada pipa L.M.A harus lurus dengan septum nasi8 ) C u f f diisi udara s e s u a i u k u r a n ( size) dari L.M.A. - P a s t i k a n j a l a n n a p a s d e n g a n m e n d e n g a r k a n s u a r a n a p a s d a d a s a a t a t a u melihat gerak diberi napas buatan. - Pasang blok (bite block) di samping pipa dan fiksasi. 2. Mengenal suara nafas tambahan dan cara penanganan alat dan tanpa alat a. Mendengkur (snoring), berasal dari sumbatan pangkal lidah, cara mengatasinya dengan head tilt, chin lift, jaw thrust pemasangan pipa orofaring/nasofuring, pemasangan pipa endotrakeal. b. Suara berkumur (gargling), penyebabnya adalah adanya cairan di daerah hipofuring, cara mengatasi: finger sweep,siuction, atau pengisapan. c. Crowing strider, oleh karena sumbatan di plika vokalis, cara mengatasi: cricothyroiddotomi, tracheosiomy. Tanpa alat: a. Head Tilt Dilakukan bila jalan napas tertutup oleh pangkal lidah, suara napas pasien tidak bersih, terdengar suara napas tambahan berupa “ngorok”. Cara letakkan 1 telapak tangan pada dahi, pelan-pelan tengadahkan kepala pasien dengan mendorong dahi kearah belakang sehingga kepala menjadi tengadah. Cara head tilt ini sebaiknya tidak dilakukan pada pasien dengan dugaan adanya patah tulang leher. b. Chin Lift Dilakukan dengan maksud mengangkat otot pangkal lidah ke depan. Tindakan ini sering dilakukan bersamaan dengan Tindakan head tilt, disebut head tilt-chin lift. Teknik ini bertujuan membuka jalan napas secara optimal. Jari tangan menahan tulang mandibula. Tidak disarankan chin lift dilakukan pada penderita dengan kecurigaan patah tulang leher dan sebagai ganti pada kondisi demikian gunakan Teknik jaw thrust. Cara: gunakan jari tengah dan jari telunjuk untuk memegang tulang dagu pasien, kemudian angkat dan dorong tulangnya ke depan. Jika korban anak-anak gunakan hanya jari telunjuk dan diletakkan dibawah dagu, jangan terlalu menengadahkan kepala. c. Jaw Trust Walaupun head tilt dan chin lift sudah dilakukan seringkali jalan napas belum terbuka sempurna maka Teknik jaw thrust ini harus dilakuka, tetapi pada pasien dengandugaan cedera leher dan kepala, dilakukan dengan hati-hati dan mencegah Gerakan leher. Pada dugaan patah tulang leher yang dilakukan adalah mofifikasi jaw thrust dan fiksasi leher agar taka da gerak berlebih. Walaupun Teknik ini menguras tenaga namun merupakan yang paling sesuai untuk pasien trauma dengan dugaan patah tulang leher. Cara: dorong sudut rahang kiri dan kanan kearah depan sehinga barisan gigi bawah berada di depan barisan gigi atas.tetap pertahankan mulut korban sedikit terbuka. Jika perlu gunakan ibu jari ke dalam mulut dan Bersama dengan jari-jari lain Tarik dagu ke depan. Dengan alat: a. Orovaringeal cup Disebut sebagai goedel atau mayo. Alat ini digunakan untuk mempertahankan jalan napas terbuka dan menahan pangkal lidah agar tidak jatuh kebelakang yang dapat menutup jalan napas pada pasien tidak sadar. b. Nasofaringngeal cup Alat ini berbentuk pipa dari karet atau plastic atau silicon yang lembut dan tidak berbalon yang berfungsi sebagai jalan aliran udara antara lubang hidung dan faring. Alat ini dapat digunakan pada pasien tidak sadar maupun setengah sadar. Alat ini tidak menimbulkan refleks muntah maupun batuk tetapi tidak berfungsi menyangga lidah seperti pada orofaring. IV. Asuhan Keperawatan pre operatif (pre, intra, post operasi) V. Teknik jahitan di kamar operasi VI. Desinfeksi, Dekontaminasi, Sterilisasi 1. Pengertian masing- masing a. Desinfeksi/desinfektan Suatu proses untuk menghilangkan, mencegah, atau mengurangi mikroorganisme seperti virus, kuman, dan bakteri yang berbahaya dari sebuah benda mati dan dipermukaanyaa saja, tidak boleh terkena pada kulit. Benda yang menggunakan desinfeksi/desinfektan umumnya adalah kamar mandi, lantai, dan area-area yang paling sering dikunjungi oleh orang yang bisa menjadi sarang kuman. b. Dekontaminasi Suatu proses untuk menghilangkan/memusnahkan mikroorganisme dan kotoran yang melekat pada peralatan medis bekas pakai sehingga aman untuk pemakaian berikutnya. Proses dekontaminasi mulai dari pembersihan, desinfeksi, dan sterilisasi. Tujuan mata rantai penularan infeksi dari peralatan medis ke pasien, Kesehatan, pengunjung, dan lingkungan rumah sakit. c. Sterilisasi Sebuah proses membunuh semua mikroorganisme atau mikroba baik yang berbahaya maupun yang tidak, termasuk sporanya pada benda dan permukaan. Lebih digunakan pada makanan, dan umumnya pada instrument bedah sebelum operasi. Metode yang digunakan adalah penguapan, pemanasan, dan hingga radiasi. 2. Bahan-bahan untuk desinfeksi/ desinfektan a. Saffron b. Alcohol c. Povido lodine 3. Teknik sterilisasi a. Sterilisasi dengan cara pemanasan Pemanasan, caranya dengan merebus di air mendidih selama 15 menit agar virusnya benar-benar mati dan hilang, halnya dengan mensterilkan botol susu bayi sebelum dipakai. b. Sterilisasi dengan cara uap Proses penguapan, menggunakan autoklaf dengan suhu 121 sampai 134 derajat celcius. Pada suhu 121 derajat celcius diperlukan waktu sekitar 15 menit, sedangkan dalam suhu 134 derajat celcius hanya butuh waktu 3 menit. Proses ini mengahasilkan jamur, bakteri, dan spora bakteri jadi non aktif. c. Sterilisasi dengan cara radiasi Radiasi, proses sterilisasi menggunakan sinar X, sinar gamma, atau partikel sub atom. Cara selanjutnya ada panas kering (oven) yang membutuhkan suhu lebih tinggi hingga 170 derajat celcius selama 1 jam kemudian didinginkan selama 1-2.5 jam. VII. Pembagian anestesi secara umum