Anda di halaman 1dari 56

PENGARUH CARA PENGERINGAN SIMPLISIA

TERHADAP RENDEMEN DAN UJI FITOKIMIA


EKSTRAK ETANOL UMBI BAWANG TIWAI
(Eleutherine palmifolia (L.)Merr)

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan
program D-III Farmasi pada Akademi Farmasi Samarinda

Oleh:

ANDRI FAHRISYA SIREGAR


723901S.13.008

AKADEMI FARMASI SAMARINDA


SAMARINDA
2016
PENGARUH CARA PENGERINGAN SIMPLISIA
TERHADAP RENDEMEN DAN UJI FITOKIMIA
EKSTRAK ETANOL UMBI BAWANG TIWAI
(Eleutherine palmifolia (L.)Merr)

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

ANDRI FAHRISYA SIREGAR


723901S.13.008

AKADEMI FARMASI SAMARINDA


SAMARINDA
2016
HALAMAN PENGESAHAN

PENGARUH CARA PENGERINGAN SIMPLISIA TERHADAP


RENDEMEN DAN UJI FITOKIMIA EKSTRAK ETANOL UMBI
BAWANG TIWAI (Eleutherine palmifolia (L.)Merr)
Dipersiapkan dan disusun oleh :

ANDRI FAHRISYA SIREGAR


723901S.13.008

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji pada tanggal 19 Agustus 2016

ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO
Hiduplah dengan terus berjuang hingga akhir karena perjuangan itu
tidak akan pernah padam selama kita tidak menyerah

PERSEMBAHAN

Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas karunia serta kemudahan
akhirnya Karya Tulis Ilmiah dapat terselesaikan. Shalawat serta Salam kita
haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW dan para sahabat
pengiikutnya.
Kepada kedua orang tua Bapak Adrian (Alm) danIbu Lisni, Adik (Aswan)
terima kasih berkat doa, nasehat dan dukungan kalian yang selalu setia sampai
KTI ini terselesaikan. Semoga ini menjadi awal bagi saya untuk terus berusaha
sukses untuk kalian.
Kepada sahabatku risky kurniawan, rudi, bugar, dani, radika, adi, hadi, Rizky
Irawan, Iqbal a, appriza, susi, heru, rudini, ezot, Medina, Fatmah, Mba Elis,
Hasmiati, Mulyanti, dan teman-teman lainnya akhirmya sudah 3 tahun
bersama semoga sukses selalu bersama kita dan semoga persaudaran ini akan
terus terjalin selamanya amiin.

iii
PERNYATAAN KEASLIAN KTI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Andri Fahrisya Siregar

Nim : 723901S.13.008

Tempat Tanggal Lahir : Samarinda, 12 Desember 1995

Alamat : Jl. Wahid Hasyim 2 Perumahan Sempaja Lestari

Indah Blok G No. 34.

Dengan ini menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah dengan judul : Pengaruh Cara
Pengeringan Simpisia Terhadap Rendemen dan Uji Fitokimia Ekstrak Etanol
Umbi Bawang Tiwai (Eleutherine palmifolia (L.)Merr) adalah hasil pekerjaan
saya dan seluruh ide, pendapat, atau materi dan sumber lain telah dikutip dengan
cara penulisan referensi yang sesuai.

Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan jika pernyataan ini tidak
sesuai dengan kenyataan, maka saya bersedia menanggung sanksi yang akan
dikenakan kepada saya termasuk pencabutan gelar Ahli Madya Farmasi yang
nanti saya dapatkan.

Samarinda, Agustus 2016

Andri Fahrisya Siregar

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, berkah dan karunia-Nya,

sehingga Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Pengaruh Cara Pengeringan

Simplisia Terhadap Rendemen dan Uji Fitokimia Ekstrak Etanol Umbi Bawang

Tiwai (Eleutherine palmifolia (L.)Merr) dapat terselesaikan dengan baik. Karya

Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Ahli

Madya Farmasi di Akademi Farmasi Samarinda.

Sehubungan dengan pelaksanaan penelitian sampai penyelesaian Karya Tulis

Ilmiah ini, dengan rendah hati disampaikan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Supomo, M.Si., Apt selaku Direktur Akademi Farmasi Samarinda.

2. Ibu Henny Nurhasnawati, M.Si., selaku Pembimbing I yang telah

mengarahkan dan membimbing saya selama penelitian dan penyusunan Karya

Tulis Ilmiah.

3. Ibu Fitri Handayani, M.Si., Apt., selaku Pembimbing II yang telah

mengarahkan dan membimbing saya selama penelitian dan penyusunan Karya

Tulis Ilmiah.

4. Bapak Sapri, S.Si, selaku Penguji yang telah memberikan saran serta

masukan yang berguna untuk membangun Karya Tulis Ilmiah ini lebih baik.

5. Bapak dan Ibu dosen serta staf Akademi Farmasi Samarinda yang telah

membantu dalam penelitian dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

6. Terkhusus untuk kedua orang tua, adeku atas doa dan dukungannya selama

ini.

v
7. Sahabatku Rizki Kurniawan, Rudi, Bugar, Dani, Radika, Adi, Hadi, Rizki

Irawan,Iqbal A, Appriza, Susi, Heru, Rudini, Ezot, Medina, Fatmah, Mba Elis,

Hasmiati, Mulyanti, dan teman-teman lainnya selalu ada disaat duka dan

senang.

8. Seluruh angkatan 2013 khususnya 2013 A yang selalu memberikan dorongan

dan dukungannya selama penulisan Karya Tulis Ilmiah ini berlangsung.

Saya menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna oleh

karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan guna

penyempurnaan karya selanjutnya.Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat.

Samarinda, Agustus 2016

Penulis

vi
ABSTRAK

Bawang tiwai (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) adalah tanaman yang


termasuk kedalam suku Iridaceae. Kandungan kimia umbi bawang tiwai adalah
alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin, tanin, dan triterpenoid. Tujuan
pengeringan ini adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak,
sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh cara pengeringan simplisia terhadap hasil rendemen
dan uji fitokimia ekstrak etanol umbi bawang tiwai.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Tahap penelitan ini
dimulai dengan determinasi tanaman, pengumpulan dan pengolahan simplisia
dengan empat cara pengeringan yang berbeda (diangin-anginkan, sinar matahari
ditutup kain hitam, dioven pada suhu 40oC dan dioven pada suhu 50oC),
Penentuan kadar air, pembuatan ekstrak dengan cara maserasi dengan pelarut
etanol 95%, perhitungan rendemen dan uji fitokimia. Analisis data dengan
menggunakan analisa deskriptif berdasarkan hasil data penelitian.
Hasil rendemen yang didapatkan adalah ekstrak etanol umbi bawang tiwai
dengan cara diangin-anginkan 6,32%, Sinar matahari ditutup kain hitam 8,27%,
oven 40oC 7,22%, dan oven 50oC 7,58%. Hasil dari golongan senyawa kimia,
terhadap serbuk dan ekstrak etanol umbi bawang tiwai mengandung flavonoid,
tanin, saponin, alkoloid, terpenoid, dan antrakuinon.

Kata kunci : bawang tiwai (Eleutherine palmifolia (L.) Merr), cara


pengeringan, rendemen, uji fitokimia.

vii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................. i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................ iii
PERNYATAAN KEASLIAN KTI....................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................. vii
DAFTAR ISI .......................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 2
C. Hipotesis Penelitian ....................................................................... 2
D. Tujuan Penelitian ........................................................................... 3
E. Manfaat Penelitian ......................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Tumbuhan Bawang Tiwai.............................................................. 4
B. Uji Fitokimia.................................................................................. 5
1. Antrakuinon .......................................................................... 6
2. Alkaloida .............................................................................. 8
3. Saponin ................................................................................. 8
4. Flavonoid .............................................................................. 9
5. Fenolik .................................................................................. 9
6. Steroid .................................................................................. 10
7. Tanin..................................................................................... 10

viii
C. Ekstraksi ........................................................................................ 11
D. Simplisia ........................................................................................ 12

BAB III METODE PENELITIAN


A. Rancangan Penelitian..................................................................... 14
B. Obyek Penelitian ............................................................................ 14
C. Sampel dan Teknik Sampling ........................................................ 15
D. Variabel Penelitian......................................................................... 15
E. Definisi Operasional ...................................................................... 16
F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 17
1. Alat dan Bahan ..................................................................... 17
2. Cara Kerja ............................................................................ 17
G. Analisis Data ................................................................................. 22

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Determinasi Tanaman .................................................................... 23
B. Persiapan Sampel Bawang tiwai .................................................... 23
C. Pembuatan Ekstrak Bawang Tiwai ................................................ 25
D. Hasil Rendemen ............................................................................. 26
E. Hasil Uji Fitokimia ........................................................................ 27

BAB V PENUTUP
A. Simpulan ........................................................................................ 30
B. Saran .............................................................................................. 30

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 31


LAMPIRAN ........................................................................................... 33
RIWAYAT HIDUP ............................................................................... 43

ix
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Hasil kadar air .............................................................................. 24
2. Hasil rendemen ekstrak etanol umbi bawang tiwai...................... 26
3. Hasil uji fitokimia ........................................................................ 27

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Umbi Bawang Tiwai .................................................................... 4
2. Struktur Flavonoid ....................................................................... 9

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Alur Penelitian .............................................................................. 33
2. Hasil Determinasi Tanaman .......................................................... 34
3. Hasil Kadar Air ............................................................................. 35
4. Perhitungan Berat Ekstrak............................................................. 36
5. Perhitungan Rendemen ................................................................. 38
6. Proses Pembuatan Simplisia ......................................................... 39
7. Proses Ekstraksi ............................................................................ 40
8. Hasil Uji Fitokimia ........................................................................ 41
9. Tabel Hasil Uji Fitokimia ............................................................. 42

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bawang Tiwai (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) adalah tanaman yang

termasuk kedalam suku Iridaceae. Kandungan kimia umbi bawang tiwai adalah

alkaloid, flavonoid, glikosida saponin, tanin, dan triterpenoid. Umbi tanaman ini

telah digunakan sebagai obat kanker payudara, obat hipertensi, penyakit diabetes

militus, menurunkan kolesterol, kanker usus, obat bisul, mencegah stoke, dan

daunnya bermanfaat untuk pelancar air susu ibu (Nawawi, 2007). Hasil penelitian

Galingging (2009), Elisa (2009), dan Argomedia (2008) menyatakan umbi

bawang tiwai mengandung fenolik, triterpenoid, flavonoid, antrakuinon, minyak

atsiri, tanin, glikosida, aldehid-keton dan asam karboksilat.

Pembuatan suatu simplisia, terlebih dahulu bahan dikeringkan. Tujuan

pengeringan ini adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak,

sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Metode pengeringan

dapat dilakukan secara alamiah dan buatan. Pengeringan alamiah dapat dilakukan

dengan sinar matahari langsung dan diangin-anginkan. Sedangkan pengeringan

buatan dengan diatur suhu, kelembapan, tekanan, atau sirkulasi udaranya

contohnya menggunakan oven (Depkes, 1985).

Mutmainah (2013) melakukan penelitian tentang pengaruh cara

pengeringan terhadap hasil soxhletasi rimpang temu giring. Hasil rendemen yang

terbaik adalah cara pengeringan sinar matahari langsung karena menghasilkan

rendemen yang lebih besar dibandingkan dengan cara pengeringan yang lainnya.

1
2

Penelitian yang dilakukan Setyani dan Astuti (2008) tentang perbandingan

rendemen minyak atsiri rimpang temulawak yang dikeringkan dengan sinar

matahari langsung, diangin-anginkan, dan dioven 50oC. Hasil rendemen yang

terbaik adalah pengeringan dengan diangin-anginkan karena menghasilkan

rendemen yang lebih besar dibandingkan cara pengeringan yang lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian diatas yang memiliki hasil yang berbeda, maka

peneliti tertarik memilih judul penelitian pengaruh cara pengeringan simplisia

terhadap rendemen dan uji fitokimia ekstrak etanol umbi bawang tiwai

(Eleutherine palmifolia (L.) Merr).

B. Rumusan Masalah

1. Berapa persen rendemen ekstrak etanol umbi bawang tiwai dari cara

pengeringan alamiah dan pengeringan buatan ?

2. Bagaimana hasil uji fitokimia dari serbuk simplisia dan ekstrak etanol umbi

bawang tiwai yang diperoleh dari berbagai cara pengeringan?

C. Hipotesis

Perbedaan cara pengeringan berpengaruh terhadap rendemen ekstrak

etanol umbi bawang tiwai (Eleutherine palmifolia (L). Merr.).


3

D. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui persen rendemen ekstrak etanol umbi bawang tiwai dari cara

pengeringan alamiah dan pengeringan buatan.

2. Mengetahui hasil uji fitokimia dari serbuk simplisia dan ekstrak etanol umbi

bawang tiwai yang diperoleh dari cara pengeringan.

F. Manfaat Penelitian

Sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan bagi penulis, masyarakat, dan

peneliti lain mengenai cara pengeringan yang baik untuk bawang tiwai

(Eleutherine palmifolia (L). Merr.).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tumbuhan Bawang Tiwai

Bawang tiwai merupakan tanaman yang merumpun sangat kuat dengan

tinggi 26 hingga 50 cm. Umbi berada dibawah tanah berbentuk bulat telur

memanjang dan berwarna merah. Bunga berwarna putih, mekar jam 5 sore hari

dan jam tujuh menutup kembali. Daun tunggal, letak daun berhadapan, warna

daun hijau muda, bentuk daun sangat panjang dan meruncing (acicular), tepi daun

halus tanpa gerigi (entire), pangkal daun berbentuk runcing (acute) dan ujung

daun meruncing (acuminate) permukaan daun atas dan bawah halus (glabourus),

tulang daun pararel/sejajar. (Hyene, 1987).

Gambar 1. Umbi Bawang Tiwai

1. Klasifikasi dari bawang tiwai (Eleutherine palmifolia (L.) Merr)

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatopyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Liliales
Famili : Iridaceae
Genus : Eleutherine
Spesies : Eleutherine palmifolia (L.) Merr.

4
5

2. Ekologi dan penyebarannya

Tanaman berupa terna dan tumbuh pada ketinggian 600 hingga 1500 m

diatas permukaan laut, dan sering dijumpai di pinggir jalan yang berumput, di

Jawa dipelihara sebagai tanaman hias dan tumbuhan ini berasal dari Amerika

tropis (Hyene, 1987). Nama daerah dari tumbuhan bawang sabrang adalah

bawang dayak, bawang hantu (Kalimanan Tengah) (Galingging, 2009), bawang

kapal (Sumatera), brambang sabrang, luluwan sapi, teki sabrang, bebewangan

beurum, bawang siem (Jawa) (Depkes, 1986).

3. Kandungan kimia dan manfaat bawang tiwai

Bawang tiwai mengandung senyawa-senyawa yang meliputi alkaloid,

glikosida, flavonoid, fenolik, triterpenoid/steroid dan antrakuinon (Galingging,

2009). Umbi tumbuhan bawang sabrang daat digunakan sebagai antiemetik,

sembelit, disuria, radang usus disentri penyakit kuning, luka, bisul, penyakit

payudara (Galingging, 2009), Daunnya dapat diminumkan kepada wanita nifas

(Hyene, 1987).

B. Uji Fitokimia

Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari berbagai senyawa organik yang

dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan, yaitu tentang struktur kimia, biosintesis,

perubahan dan metabolisme, penyebaran secara alami dan fungsi biologis dari

senyawa organik. Tujuan utama dari uji fitokimia adalah menganalisis kandungan

bioaktif yang berguna untuk pengobatan (Tobo, 2001).


6

Kandungan kimia tumbuhan dapat digolongankan menurut beberapa cara,

yaitu penggolongan didasarkan pada asal biosintesis sifat kelarutan, dan adanya

gugus fungsi kunci tertentu (Harbone, 1987). Berikut ini kandungan kimia yang

terdapat dalam bawang tiwai :

1. Antrakuinon

Kuinon adalah senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar seperti

kromofor pada benzokuinon, yang terdiri atas dua gugus karbonil yang

berkonjungasi dengan ikatan rangkap karbo-karbon. Untuk tujuan identifikasi

kuinon dapat dibagi atas empat kelompok yaitu, benzokuinon, naftokuinon,

antrakuinon dan kuinon isorenoid. Tiga kelompok pertama biasanya

terhidroksilasi dan sifat dan brsifat fenol serta mungkin terdapat dalam bentuk

gabungan dengan gula sebagai glikosida atau dalam bentuk kuinol (Harbone,

1987). Golongan kuinon alam terbesar terdiri dari atas antrakuinon dan keluarga

tumbuhan yang kaya akan senyawa jenis ini adalah Rubiaceae, Rhamnaceae,

Polygonaceae (Robinson, 1995)

Antrakuinon terhidroksilasi tidak sering terdapat dalam tumbuhan secara

bebas tetapi sebagai glikosida. Semua antrakuinon berupa senyawa kristal bertitik

leleh tinggi, larut dalam pelarut organik basa. Senyawa ini biasa berwarna merah,

tetapi yang lainnya berwarna kuning sampai coklat, larut dalam larutan basa

dengan membentuk violet merah.

Bentuk senyawa antrakuinon dalam tumbuhan masih rumit karena prazat

aslinya mudah terurai oleh enzim atau cara ekstraksi yang tidak sesuai, sehingga

laporan mengenai adanya antrakuinon bebas harus dipertimbangkan dengan hati-


7

hati. Banyak antrakuinon yang terdapat sebagai glikosida dengan bagian gula

terikat dengan salah satu gugus hidroksil fenolik (Robinson, 1995)

Pada saat mengidentifikasi pigmen dari tumbuhan baru, harus diingat

bahwa hanya sedikit saja antrakuinon yang terdapat secara teratur dalam

tumbuhan. Yang paling sering dijumpai ialah emodin, sekurang-kurangnya

terdapat dalam enam suku tumbuhan tinggi dan dalam sejumlah fungus (Harbone,

1987).

a. Struktur

Sama halnya dengan sifat glikosida lainnya, glikosida antarakuinon

juga mudah terhidrolisis. Bentuk uraiannya adalah aglikon dihirolisis

antrakuinon, trihidroksi antrakuinon atau tetrahidroksi antrakuinon.

Sementara bagian gulanya tidak menentu. Di alam kira-kira telah

ditemukan 40 turunan antrakuinon yang berbeda-beda, 30 macam

diantaranya mengelompok dalam famili Rubiaceae. Pada tanaman

monokotil, antrakuinon ditemukan dalam famili Liliaceae dan dalam

bentuk yang tidak lazim, yaitu C- glikosida barbalion.

b. Turunan Antrakuinon

Turunan antrakuinon yang terdapat dalam bahan-bahan purgativum

berbentuk dihiroksi fenol, trihidroksi fenol seprti emodin, atau

tetrahidroksi fenol seperti asam arminat. Turunan antrakuinon sering kali

berwarna mera oranye (Gunawan, 2004; Robinson, 1995).


8

2. Alkaloida

Alkaloida adalah senyawa kimia yang secara khas diperoleh dari tumbuhan

dan hewan bersifat basa, mengandung suatu atom nitrogen (biasanya dalam cicin

hetereosiklik), dibiosintesis dari asam amino banyak diantaranya memiliki

aktivitas biologis pada manusia dan hewan. Alkaloid merupakan senyawa yang

berpengaruh terhadap susunan syaraf pusat, mempunyai atom nitrogen

heterosiklik dan densitas oleh tumbuhan dari asam amino atau turunannya.

Ada dua tipe pereaksi yang digunakan dalam skrining fitokimia untuk

mendeteksi alkaloida, yaitu pereaksi pengendap alkaloida dan pereaaksi

penyemprot atau pencelup. Beberapa pereaksi uji yang digunakan adalah meyer,

bouchardat, dan dragendorf (Fransworth, 1996).

3. Saponin

Saponin mula-mula diberi nama demikian karena sifatnya yang menyerupai

sabun (bahasa latin yang berarti sabun). Saponin tersebar luas diantara tanaman

tinggi. Saponin merupakan senyawa berasa pahit, menusuk, menyebabkan bersin

dan mengakibatkan iritasi terhadap selaput lendir.

Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat yang menimbulkan busa

jika dikocok permukaan yang kuat menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan

pada konsentrasi yang rendah sering menyebabkan hemolisis pada sel darah

merah. Dalam larutan yang sangat encer saponin sangat beracun untuk ikan dan

tumbuhan yang mengandung saponin telah digunakan sebagai racun ikan selama

beratus-ratus tahun. Beberapa saponin dapat bekerja sebagai antimikroba juga

(Robinson, 1995).
9

4. Flavonoid

Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam yang tersebar luas

pada tumbuhan hijau dan mengandung 15 atom dalam inti dasarnya, dimana dua

cicin benzene (C6) terikat pada satu rantai propene (C3) sehingga membentuk

suatu susunan C6-C3-C6. Secara biologis, flavonoid memainkan peran penting

dalam kaitan penyerebukan pada tanaman oleh serangga. Sejumlah flavonoid

mempunyai rasa pahit hingga dapat bersifat menolak sejenis ulat tertentu

(Robinson, 1995).

Gambar 2. Struktur flavonoid (Harborne, 1987)

5. Fenolik

Senyawa fenolik merupakan senyawa yang paling banyak ditemukan pada

tumbuhan. Fenolik memiliki cicin aromatik satu atau lebih gugus hidroksi (OH-)

dan gugus-gugus lain penyertanya. Senyawa ini diberi nama senyawa induknya

yaitu fenol. Senyawa fenol kebanyakan memiliki gugus hidroksil lebih dari satu

sehingga disebut polofenol.

Senyawa fenolik meliputi aneka ragam senyawa yang berasal dari tumbuhan

memiliki ciri yang sama, yaitu cicin aromatik yang mengandung satu atau dua

gugus OH-. Senyawa fenolik di alam terdapat sangat luas, mempunyai variasi

struktur luas, mudah ditemukan di semua tanaman, daun, bunga, dan buah. Ribuan
10

senyawa fenolik alam telah diketahui strukturnya, antara lain flavonoid, fenol

monosiklik sederhana, fenil propanoid, polofenol (lignin, melanin, tanin), dan

quinon fenolik (Robinson, 1995).

6. Steroid

Steroid adalah senyawa organik bahan alam yang dihasilkan oleh organisme

melalui metabolit sekunder, senyawa ini banyak ditemukan pada jaringan hewan

dan tumbuhan. Asal usul biogenetik dari steroid mengikuti reaksi-reaksi pokok

yang sama, dengan demikian maka golongan senyawa ini memiliki kerangka

dasar yang sama.

Senyawa-senyawa turunan steroid memiliki fungsi yang sangat penting dalam

kelangsungan hidup organisme. Berbagai jenis hormon, asam empedu dan

berbagai macam senyawa anabolik turunan steroid. Keragaman turunan steroid

dihasilkan melalui transformasi struktur dan gugus fungsi steroid bedasarkan

reaksi-reaksi sekunder mengikuti keteraturan biogenetik (Robinson, 1995)

7. Tanin

Tanin adalah merupakan sejenis kandungan kimia tumbuhan yang bersifat

fenol mempunyai rasa sepat dan memiki menyamak kulit. Tanin terdapat luas

dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae terdapat khusus dalam

jaringan kayu.

Secara kimia tanin tumbuhan dibagi menjadi dua golongan tersebar tidak

merata dalam dunia tumbuhan. Tanin terkondensasi atau tanin katekin lebih

penting dari segi penyamakan. Tanin terkondensasi hampir terdapat di dalam pau-

pakuan dan gimnospermae. Tanin terhidrolisis penyebarannya terbatas pada


11

tumbuhan berkeping dua. Tanin terhidrolisis mengandung ikatan ester yang dapat

terhidroisis jika dididihkan dalam asam klorida encer (Robinson, 1995).

C. Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut drngan pelarut cair. Senyawa

aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam

golongan minyak atsiri, alkaloid , flavonoid dan lain-lain. Diketahuinya senyawa

aktif yang dikandung oleh simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan

cara ekstraksi yang tepat. Simplisia yang lunak seperti rimpang dan daun mudah

diserap oleh pelarut, karena itu pada proses ekstraksi tidak perlu diserbuk sampai

halus. Simplisia yang keras seperti biji, kulit kayu dan kulit akar susah diserap

oleh pelarut, karena itu perlu diserbuk sampai halus (Ditjen POM, 2000).

Metode ekstraksi menurut Ditjen POM (2000) ada beberapa cara, salah satunya

adalah maserasi. Maserasi adalah suatu cara penyarian simplisia dengan cara

merendam simplisia tersebut dalam pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau

pengadukan pada temperatu kamar, sedangkan remaserasi adalah pengulangan

penambahan pelarut setelah dilakukan penyarian maserat pertama dan seterusnya

(Ditjen POM, 2000). Keuntungan metode maserasi adalah prosedur dan peralatan

yang sederhana (Agoes, 2007; Depkes, 1986).


12

D. Simplisia

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan apapun, kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah

dikeringkan (Depkes, 1979).

Tujuan pengeringan pada tanaman atau bagian tanaman adalah:

1. Mendapatkan simplisia yang awet, tidak rusak dan dapat digunakan

dalam jangka yang relatif lama.

2. Mengurangi kadar air, sehingga mencegah terjadinya pembusukan oleh

jamur atau bakteri karena terhentinya proses enzimatik dalam jaringan

tumbuhan yang selnya telah mati. Agar reaksi enzimatik tidak dapat

berlangsung, kadar air yang dianjurkan adalah kurang dari 10 %.

3. Mudah dalam penyimpanan dan mudah dihaluskan bila ingin dibuat serbuk.

Cara pengeringan dapat dilakukan secara alamiah dan secara buatan:

1. Pengeringan alamiah

Tergantung dari kandungan zat aktif simplisia, pengeringan dapat

dilakukan dengan dua cara, yaitu:

a. Sinar matahari langsung, terutama pada bagian tanaman yang keras (kayu,

kulit, biji dan sebagainya) dan mengandung zat aktif yang relative stabil

oleh panas.

b. Diangin-anginkan dan tidak terkena sinar matahari secara langsung,

umumnya untuk simplisia bertekstur lunak (bunga, daun dan lain-lain) dan

zat aktif yang dikandungnya tidak stabil oleh panas (minyak atsiri).
13

2. Pengeringan buatan

Cara pengeringan dengan menggunakan alat yang dapat diatur suhu,

kelembaban, tekanan atau sirkulasi udaranya.

Beberapa faktor akan mempengaruhi kualitas/spesifikasi simplisia, seperti :

1. Bahan- bahan simplisia dan cara penanganan/penyimpanannya.

2. Proses pembuatan/pengolahan simplisia

3. Cara pengemasan dan penyimpanan simpisia (Agoes, 2007).


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Akademi Farmasi

Samarinda. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

yaitu percobaan yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan rendemen ekstrak

etanol umbi bawang tiwai dengan cara pengeringan alamiah (diangin-anginkan

dan sinar matahari ditutup kain hitam) dan pengeringan buatan (menggunakan

oven pada suhu 40oC dan pada suhu 50oC). Tahapan penelitian ini dimulai dengan

determinasi tanaman, pengumpulan umbi bawang tiwai, pengolahan simplisia

dengan perbedaan cara pengeringan, pembuatan ekstrak, penentuan rendemen,

dan uji fitokimia.

B. Obyek Penelitian

Obyek yang diteliti adalah perbandingan rendemen ekstrak etanol umbi

bawang tiwai dengan cara pengeringan simplisia yang berbeda yaitu dengan

pengeringan alamiah (diangin-anginkan dan sinar matahari ditutup kain hitam)

dan pengeringan buatan (menggunakan oven pada suhu 40oC dan pada suhu 50oC).

14
15

C. Sampel dan Teknik Sampling

Sampel yang digunakan adalah umbi bawang tiwai (Eleutherine palmifolia

(L). Merr.) yang diperoleh dari petani di Jalan Kadrie Oening Kelurahan Air

Hitam Kecamatan Samarinda Ulu Kota Samarinda. Umbi bawang tiwai

dibersihkan dan simplisia diblender agar menjadi serbuk agar selanjutnya dibuat

menjadi ekstrak.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive

sampling yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan

tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi

yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmojo, 2005).

D. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab

perubahan atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian

ini adalah cara pengeringan simplisia dengan cara pengeringan alamiah

(diangin-anginkan dan sinar matahari ditutup kain hitam) dan pengeringan

buatan (menggunakan oven pada suhu 40oC dan pada suhu 50oC).

2. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat

karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah

rendemen dan uji fitokimia.

3. Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan

sehingga hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat tidak


16

dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel kontrol dalam

penelitian ini adalah metode ekstraksi.

E. Definisi Operasional

1. Cara pengeringan simplisia adalah cara pembuatan simplisia yang bertujuan

dapat mengurangi kadar air dalam simplisia. Pada penelitian ini dilakukan

dengan cara pengeringan alamiah (diangin-anginkan dan sinar matahari

ditutup kain hitam) dan pengeringan buatan (dioven pada suhu 40oC dan

pada suhu 50oC).

2. Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan apapun, kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang

telah dikeringkan.

3. Rendemen adalah pebandingan berat ekstrak dengan berat simplisia

sebelum ekstraksi.

4. Uji fitokimia adalah untuk menguji berbagai kandungan kimia umbi bawang

tiwai adalah uji alkaloid, flavonoid, tanin, terpenoid, dan antrakuinon.

5. Umbi bawang tiwai adalah umbi dari nama latin (Eleutherine palmifolia (L.)

Merr) yang berada dibawah tanah berbentuk bulat telur memanjang dan

berwarna merah.

6. Maserasi adalah proses pemisahan senyawa aktif dari umbi bawang tiwai

dengan merendam simplisia menggunakan pelarut dengan beberapa kali

pengocokan dan pengadukan pada temperatur ruangan.


17

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Alat dan Bahan Penelitian

a. Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah oven (Memmert),

blender, neraca analitik, corong gelas, erlenmeyer 250 ml, gelas ukur 100 ml,

kertas saring, maserator, penangas air, toples kaca, batang pengaduk,

gunting, label, pengayak mesh 60, rak tabung, kamera handphone, penangas

air, cawan porselin.

b. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah etanol 95%, air

suling, umbi bawang tiwai. Pereaksi yang digunakan adalah pereaksi mayer,

pereaksi bouchardat, pereaksi dragendorf, serbuk Mg, besi (III) klorida 1%,

Asam klorida 2N, amil alkohol, asam asetat anhidrat, asam klorida pekat.

2. Cara kerja

a. Determinasi

Sebelum dilakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan determinasi

tanaman di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas MIPA Universitas

Mulawarman.

b. Pembuatan Simplisia

1) Diangin-anginkan

Bawang tiwai dibersihkan dari daun, akar, yang tersisa dari yang sudah

busuk dan cacat, kemudian bawang tiwai dicuci dengan air bersih. Bawang

tiwai dipotong tipis-tipis, dikeringkan di ruangan tertutup selama 1 minggu


18

sampai kadar airnya 10%. Simplisia dihaluskan dengan menggunakan

blender. Selanjutnya diayak serbuk yang didapat menggunakan mesh 60.

2) Sinar Matahari ditutup kain hitam

Bawang tiwai dibersihkan dari daun, akar, yang tersisa dari yang

sudah busuk dan cacat, kemudian bawang tiwai dicuci dengan air bersih.

Bawang tiwai dipotong tipis-tipis, dikeringkan pada sinar matahari ditutup

kain hitam selama 1 minggu sampai kadar airnya 10%. Simplisia dihaluskan

dengan menggunakan blender. Selanjutnya diayak serbuk yang didapat

menggunakan mesh 60.

3) Oven pada suhu 40oC

Bawang tiwai dibersihkan dari daun, akar, yang tersisa dari yang sudah

busuk dan cacat, kemudian bawang tiwai dicuci dengan air bersih. Bawang

tiwai dipotong tipis-tipis, dikeringkan menggunakan oven pada suhu 40oC

selama 3 jam sampai kadar airnya 10%. Simplisia dihaluskan dengan

menggunakan blender. Selanjutnya diayak serbuk yang didapat

menggunakan mesh 60.

4) Oven pada suhu 50oC

Bawang tiwai dibersihkan dari daun, akar, yang tersisa dari yang

sudah busuk dan cacat, kemudian bawang tiwai dicuci dengan air bersih.

Bawang tiwai dipotong tipis-tipis, dikeringkan menggunakan oven pada

suhu 50oC selama 3 jam sampai kadar airnya 10%. Simplisia dihaluskan

dengan menggunakan blender. Selanjutnya diayak serbuk yang didapat

menggunakan mesh 60.


19

c. Penentuan Kadar Air

Ditimbang 2 gram serbuk simplisia, dimasukan ke dalam oven selama

30 menit dengan suhu 105C. Setelah 30 menit di masukkan ke dalam

desikator selama kurang lebih 15 menit, ditimbang hingga bobot yang

didapat konstan.

3(1 2)
Kadar air = 100%
3

W1 = Berat cawan + Sampel sebelum dikeringkan (g)

W2 = Berat cawan + Sampel setelah dikeringkan

W3 = Berat awal sampel (Andarwulan, 2011).

d. Penentuan Rendemen Dengan Cara Maserasi

Ditimbang masing-masing sampel serbuk bawang tiwai dari tiap

perlakuan. Dimasukan ke dalam wadah kaca, dituangi dengan 300 ml etanol

95%. Selama 3 jam pertama pengadukan dengan maserator. Kemudian

didiamkan selama 21 jam lalu disaring dengan menggunakan kertas saring.

Ampas yang telah disaring ditambahkan pelarut baru sebanyak 200 ml.

Selama 3 jam pengadukan dengan maserator. Hasil ekstrak yang masih cair

dilakukan penguapan untuk diperoleh ekstrak kental dengan menggunakan

penangas air ampai diperoleh berat konstan, ditimbang dan dihitung

rendemennya.

bobot ekstrak (gram)


Rendemen = bobot serbuk yang diekstrak (gram) x 100 %
20

e. Uji Fitokimia

1) Uji Alkaloid

Serbuk bawang tiwai ditimbang sebanyak 5 mg kemudian

ditambahkan 1 ml HCl 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan di atas tangas air

selama 2 menit, didinginkan lalu disaring.

Filtrat dipakai untuk percobaan berikut:

a) Pereaksi Meyer

Diambil 10 tetes filtrat dan ekstrak, lalu ditambahkan 2 tetes

pereaksi mayer menghasilkan endapan putih atau kuning.

b) Pereaksi Bouchardat

Diambil 10 tetes filtrat dan ekstrak, lalu ditambahkan 2 tetes pereaksi

bouchardat menghasilkan endapan coklat-hitam.

c) Pereaksi Dragendorf

Diambil 10 tetes filtrat dan ekstrak, lalu ditambahkan 2 tetes pereaksi

dragendorf menghasilkan endapan merah bata. Alkaloid dianggap

positif jika terjadi endapan atau paling sedikit dua atau tiga dari

percobaan diatas (Depkes RI, 1978).

2) Uji Terpenoid

Sebanyak 1 gram serbuk bawang tiwai dimaserasi dengan 20 ml n-

heksana selama 2 jam, lalu disaring. Filtrat diuapkan dengan cawan penguap.

Sisa filtrat ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat

pekat.
21

Diambil 10 tetes ekstrak umbi bawang tiwai di masukkan ke dalam

tabung reaksi, kemudian ditambahkan 2-3 tetes asam asetat anhidrat

dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 1-2 tetes asam

sulfat pekat. Timbulnya pewarnaan hijau atau hijau kebiruan menunjukan

adanya terpenoid.

3) Uji Tanin

Sebanyak 0,5 gram serbuk bawang tiwai disari dengan 10 ml air suling,

disaring lalu filtratnya diencerkan dengan air sampai tidak berwarna.

Diambil 2 ml larutan lalu ditambahkan 1 sampai 2 tetes pereaksi besi (III)

klorida 1%.

Diambil 10 tetes ekstrak umbi bawang tiwai dimasukkan ke dalam

tabung reaksi, ditambahkan 2 tetes larutan besi (III) klorida 1%, bila terjadi

warna biru atau kehitaman menunjukan adanya tanin.

4) Uji Flavonoid

Sebanyak 10 gram serbuk bawang tiwai kemudian ditambahkan 100

ml air panas, dididihkan selama 5 menit dan disaring dalam keadaan panas,

filtrat yang diperoleh kemudian diambil 5 ml lalu ditambahkan 0,1 gram

serbuk Mg dan 1 ml asam klorida pekat dan 2 ml amil alkohol, dikocok,

dibiarkan memisah.

Diambil 10 tetes ekstrak umbi bawang tiwai dimasukkan ke dalam

tabung reaksi. Ditambahkan 2 tetes asam klorida pekat. Ditambahkan serbuk

magnesium, dan amil alkohol, flavonoida positif jika terjadi warna merah,

kuning jingga pada lapisan amil alkohol (Depkes RI, 1978)


22

5) Uji Saponin

Sebanyak 0,5 gram serbuk dan ekstrak bawang tiwai dimasukkan ke

dalam tabung reaksi dan ditambahkan 10 ml air suling panas, didinginkan

kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik, terbentuk buih atau busa

seama 10 menit setinggi 1-10 cm. Ditambah 1 tetes larutan asam klorida 2 N,

apabila buih tidak hilang menunjukan adanya saponin (Depkes RI, 1978).

6) Uji Antrakuinon

Serbuk bawang tiwai dan hasil ekstrak ditambahkan larutan NaOH.

Apabila muncul warna oranye, merah, atau violet maka menunjukan adanya

antrakuinon (Didik, 2004).

G. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian karya tulis Ilmiah ini

menggunakan metode analisa deskriptif yang didasarkan pada data hasil

penelitian di laboratorium.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Determinasi Tanaman

Determinasi dari suatu tanaman bertujuan untuk mengetahui kebenaran

identitas tanaman tersebut, apakah tanaman tersebut benar-benar tanaman yang

diinginkan, sehingga kesalahan dalam pengumpulan bahan yang akan diteliti

dapat dihindari. Determinasi dilakukan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (F-MIPA) Universitas

Mulawarman Samarinda. Hasil determinasi menunjukkan bahwa sampel tanaman

yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi bawang tiwai (Eleutherine

palmifolia (L). Merr) hasil determinasi ada pada lampiran 2.

B. Persiapan Sampel Bawang Tiwai

Simplisia terlebih dahulu dengan cara membersihkan bawang tiwai dari

daun, akar yang tersisa dan kulit yang sudah busuk dan cacat. Kemudian dicuci

dengan menggunakan air bersih untuk menghilangkan kotoran yang menempel

atau tersisa pada kulit umbi bawang tiwai. Setelah dicuci lalu dipotong-potong

tipis kemudian dikeringkan dengan 4 cara pengeringan, cara pengeringan alamiah

(diangin-anginkan dan sinar matahari langsung) dan pengeringan buatan

(menggunakan oven pada suhu 40oC dan pada suhu 50oC). Simplisia pada sinar

matahari dan diangin-anginkan dikeringkan selama 1 minggu, sedangkan pada

oven 40oC dan oven 50oC dikeringkan selama 3 jam. Sebelum dilakukan ekstraksi

23
24

maka ditentukan kadar air simplisia terlebih dahulu, dan hasil kadar air pada 4

cara pengeringan diperoleh hasil berikut :

Tabel 1. Hasil kadar air

Cara Pengeringan Kadar air

Diangin-anginkan 10,0%

Sinar matahari ditutup kain hitam 5,5%

Oven 40OC 9,0%

Oven 50oC 8,0%

Kadar air simplisia memiliki persyaratan kadar air tidak lebih dari 10 %.

Berdasarkan hasil tabel tersebut maka semua cara pengeringan memenuhi syarat

kadar air simplisia (Depkes, 1985).

Pengeringan antara sinar matahari ditutup kain hitam dengan diangin-

anginkan memiliki kadar air lebih baik sinar matahari hal ini dikarenakan sinar

matahari ditutup kain hitam memiliki suhu lebih tinggi dibandingkan diangin-

anginkan yang mempengaruhi kadar air pada simplisia. Pengeringan buatan

dengan cara oven pada suhu 50oC memiliki kadar air lebih baik. Hal ini karena

oven 50oC memiliki suhu lebih tinggi dibandingkan oven 40oC yang

mempengaruhi kadar air pada simplisia. Kadar air dengan Sinar matahari ditutup

kain hitam memiliki kadar air lebih baik hal ini karena Sinar matahari ditutup kain

hitam memiliki waktu pengeringan yang lebih lama di bandingkan oven 50oC

yang mempengaruhi kadar air pada simplisia (Winarsih dkk, 2013).


25

C. Pembuatan Ekstrak Bawang Tiwai

Pembuatan serbuk simplisia kering (penyerbukan), dibuat dengan

peralatan dan derajat kehalusan tertentu. Derajat kehalusan yang digunakan

peneliti adalah derajat kehalusan dengan menggunakan ukuran ayakan 60 mesh.

Menggunakan ayakan mesh 60 karena serbuk yang dihasilkan sangat halus

sehingga semakin kecil ukuran partikel serbuk maka total luas permukaan

sentuhan serbuk tersebut semakin besar, dan peluang terjadi reaksi penarikan

cairan penyari juga semakin besar sehingga reaksi berlangsung semakin cepat.

Tujuan dari pembuatan serbuk yaitu agar mempermudah dalam proses penarikan

zat aktif yang terkandung dalam bawang tiwai (Ditjen POM, 2000).

Pembuatan ekstrak dilakukan dengan mengekstraksi serbuk simplisia

dengan metode maserasi. Alasan peneliti memilih metode ini adalah selain

merupakan penyarian zat aktif yang sering dilakukan dalam pembuatan ekstraksi,

metode ini juga merupakan metode yang sederhana dan dengan menggunakan

peralatan yang sederhana. Pelarut yang digunakan adalah etanol 95 %, dipilih

sebagai penyari dikarenakan pelarut ini sangat efektif dalam menghasilkan jumlah

bahan aktif yang optimal, selain sebagai penyari, etanol dapat digunakan sebagai

pengawet ekstrak karena menyebabkan enzim-enzim tidak bekerja sebagai jamur

dan bakteri tidak tumbuh (Agoes, 2007). Selain itu etanol 95% dipilih sebagai

pelarut karena dapat menangkap senyawa polar maupun non polar (Kardi, 2014).

Cara kerja metode maserasi adalah dengan merendam serbuk simplisia

dalam pelarut sehingga zat yang diinginkan dapat larut. Kemudian setelah

beberapa waktu larutan dipisahkan dari ampasnya. Cara ini dimanfaatkan untuk
26

memperoleh zat-zat yang ada dalam tumbuhan dengan tanpa proses pemanasan

sehingga baik untuk dilakukan karena kemungkinan zat aktif untuk rusak sangat

kecil. Prinsip dari metode maserasi adalah penyarian zat aktif yang dilakukan

dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari sesuai dengan suhu

kamar terlindung dari cahaya. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya

dipekatkan (Depkes RI, 2000). Hasil dari ekstraksi disebut juga ekstrak. Ekstrak

yang didapatkan dengan cara penyarian diuapkan dengan menggunakan penangas

air (water bath) agar ekstrak tersebut terpisah dari cairan penyari.

D. Hasil Rendemen

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diakukan didapatkan hasil

rendemen sebagai berikut :

Tabel 2. Hasil rendemen ekstrak etanol umbi bawang tiwai

No Cara Pengeringan Rendemen (%) Rata-rata


Rendemen (%)
5,30
1 Diangin-anginkan 6,32
7,34

7,64
2 Sinar matahari ditutup kain hitam 8,27
8,90

6,44
3 Oven 40oC 7,22
8,00

7,08
4 Oven 50oC 7,58
8,08
27

Ekstrak etanol umbi bawang tiwai dengan cara pengeringan diangin-

anginkan 6,32%, sinar matahari ditutup kain hitam 8,27%, Oven 40oC 7,22%, dan

Oven 50oC 7,58%.

Pengeringan antara sinar matahari ditutup kain hitam dengan diangin-

anginkan menghasilkan rendemen lebih banyak rendemen sinar matahari hal ini

karena sinar matahari ditutup kain hitam memiliki suhu lebih tinggi dibandingkan

diangin-anginkan yang mempengaruhi kadar air pada simplisia sehingga

mempengaruhi rendemen semakin rendah kadar air maka semakin tinggi

rendemen. Pengeringan antara oven 50oC dengan oven 40oC menghasilkan

rendemen lebih banyak oven 50oC hal ini dikarenakan oven 50oC memiliki suhu

lebih tinggi dibandingkan oven 40oC yang mempengaruhi kadar air pada simplisia

sehingga mempengaruhi rendemen semakin rendah kadar air maka semakin tinggi

rendemen. Rendemen dengan sinar matahari ditutup kain hitam menghasilkan

rendemen lebih banyak hal ini karena sinar matahari ditutup kain hitam memiliki

waktu pengeringan yang lebih lama di bandingkan oven 50oC yang

mempengaruhi kadar air pada simplisia sehingga mempengaruhi rendemen

semakin rendah kadar air maka semakin tinggi rendemen (Winarsih dkk, 2013).

E. Hasil Skrining Fitokimia

Berdasarkan hasil uji yang telah dilakukan didapatkan hasil skrining

fitokimia sebagai berikut :


28

Tabel 3 Hasil Skrining Fitokimia

Uji Senyawa Serbuk Ekstrak

Alkaloid + +

Flavonoid + +

Tanin + +

Terpenoid + +

Saponin + +

Antrakuinon + +

Keterangan : + ada mengandung metabolit sekunder


- tidak ada mengandung metabolit sekunder

Hasil uji fitokimia dari simplisia dan ekstrak etanol umbi bawang tiwai yang

digunakan pada penelitian ini ditemukan kandungan bioaktif alkaloid, flavonoid,

tanin terpenoid, saponin, antrakuinon. Hal tersebut sama dengan hasil uji

sebelumnya yang dilakukan Nawawi (2007).

Pada uji fitokimia yang dilakukan untuk alkaloida positif pada pereaksi

meyer, pereaksi bouchardat, dan pereaksi dragendorf sehingga dapat disimpulkan

bila 3 pereaksi positif mengandung alkaloida. Uji fitokimia yang dilakukan untuk

flavonoid terjadinya perubahan warna menjadi merah dan jingga pada lapisan

amil alkohol setelah ditambahkan pereaksi serbuk Mg, menunjukkan bahwa

serbuk dan ekstrak etanol umbi bawang tiwai positif mengandung senyawa

flavonoid. Uji fitokimia yang dilakukan untuk Terpenoid dengan asam asetat

anhidrat dan asam sulfat pekat terjadi warna hijau kebiruan menunjukkan adanya

terpenoid. Uji fitokimia yang dilakukan untuk tanin besi (III) klorida 1% terjadi
29

warna biru menunjukkan adanya tanin. Pada uji fitokimia yang dilakukan untuk

saponin dengan asam klorida 2 N dan buih tidak hilang menunjukkan adanya

saponin. Pada uji fitokimia yang dilakukan untuk antrakuinon dengan NaOH

pekat terjadi warna merah menunjukkan adanya antrakuinon. Hasil skrining

didapatkan semua positif mengandung alkaloid, tanin, flavonoid, terpenoid,

antrakuinon, dan saponin. Hal ini disebabkan karena penggunaan pelarut etanol

95% yang dapat menarik senyawa polar dan non polar (Kardi, 2014).
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah :

1. Ekstrak etanol umbi bawang tiwai dengan cara pengeringan yang berbeda

menghasilkan rendemen ekstrak etanol umbi bawang tiwai dengan cara

diangin-anginkan 6,32%, Sinar matahari ditutup kain hitam 8,27%, oven

40oC 7,22%, dan oven 50oC 7,58%.

2. Kandungan metabolit sekunder yang terdapat pada serbuk simplisia dan

ekstrak etanol umbi bawang tiwai saat di uji fitokimia menunjukkan

adanya alkaloid, flavonoid, terpenoid, antrakuinon, saponin, tanin.

B. Saran

Hasil penelitian ini dapat dikemukakan saran agar penelitian ini dapat

dilanjutkan ke penentuan kadar flavonoid.

30
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, G., 2007. Teknologi Bahan Alam. Institut Teknologi Bandung : Bandung
Hal 70-72.
Andarwulan, Nuri, Feri Kusnandar, dan Dian Herawai. 2011. Analisa Pangan.
Jakarta: PT. Dian Rakyat
Argomedia, R, 2008. Buku Pintar Tanaman Obat. Jakarta : Argomedia Pustaka.

Departemen Kesehatan RI, 2000. Cara Pembuatan Simplisia Jakarta : Depkes RI


hal :6.
Departemen Kesehatan RI, 1986. Sediaan Galenik, Jakarta : Depkes RI hal : 5.

Departemen Kesehatan RI, Dirjen POM dan Pengawasan Obat Tradisional, 2000.
Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Depkes RI
hal : 9, 11-12.
Departemen Kesehatan RI,1978.Materia Medika Indonesia III. Jakarta:Depkes RI.

Elisa, 2009, Pengaruh Penambahan Bahan Pengisi dari agar-agar dan variasi
Konsentrasi Ekstrak Bawang Tiwai Terhadap Mutu Permen Bawang Tiwai,
Skripsi. Falkutas Pertanian, Universitas Mulawarman, Samarinda hal : 2.
Fransworth, Norman. R. 1996. Biological and Phytochemial Screening Of Plants.
Volume 55. Number 3. Page 264.
Galingging, R.Y. 2009. Bawang Dayak (Eleutherine Palmifolia) Sebagai
Tanaman Obat Multifungsi. Pontianak : BPTP Kalimantan Tengah.
Gunawan, D., Dan Mulayani,S., 2004. Ilmu Obat Alam (farmakognosi). Jakarta :
PT. Penebar Swadaya.
Harbone, J. B, 1987 Metode Fitokimia, Terbitan Pertama. Institut Teknologi
Bandung : Bandung.
Heyne K, 1987. Tumbuhan berguna Indonesia III. Cetakan ke 1. Hal 1759.
Jakarta :Depkes RI.
Kardi. R, 2014. Uji Aktivitas Analgetik Ekstrak Etanol Umbi Bawang Tiwai Pada
Mencit Putih Dengan Metode Induksi Kimia, Karya Tulis Ilmiah.
Akademi Farmasi Samarinda, Samarinda hal :30.

31
32

Mutmainah, 2013. Pengaruh Cara Pengeringan Terhadap Rendemen Hasil


Soxhletasi Rimpang Temu giring. Jurusan Farmasi, Politeknik Harapan
Bersama, Tegal hal : 4.
Nawawi, 2007. Uji Hiperglikemik Ekstrak Etanol Umbi Bawang Tiwai. Journal
Of Pharmacy (Majalah Farmasi Indonesia). Sekolah Tinggi Farmasi,
Semarang hal :2.
Notoatmojo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta :
Rineka Cipta.
Robinson T, 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung: ITB. hal 71-
72
Setyani, W. Astuti, D.W. 2008. Perbandingan Rendemen Minyak Atsiri Rimpang
Temulawak yang dikeringkan dengan diangin-anginkan, Panas Matahari,
dan Dioven 50oC serta identifikasi Secara Kromatografi Lapis Tipis.
Sekolah Tinggi Farmasi, Semarang hal :4-5.
Tobo, F. 2001, Buku Pegangan Laboratoriun Fitokimia I. Laboratorium Fitokimia
Jurusan Farmasi Unhas. Makassar. hal : 6.
Winangsih, Prihastanti. E, Parman. S, 2013. Pengaruh Metode Pengeringan
Terhadap Kualitas Simplisia Lempuyang Wangi (Zingiber aromaticum L.)
Universitas Diponegoro, Semarang hal: 4-5.
33

LAMPIRAN

Lampiran 1. Alur Penelitian

Determinasi Tumbuhan Umbi Bawang Tiwai

Tahap Pengeringan dan Pembuatan Simplisia

Pembuatan Ekstrak Etanol Umbi Bawang Tiwai

Penentuan Rendemen

Skrining Fitokimia
34

Lampiran 2. Hasil Determinasi Tanaman


35

Lampiran 3. Hasil Kadar air


2 gram(33,06 gram31,26 gram)
Diangin-anginkan = x 100% =10,0%
2

2 gram(31,35 gram29,46 gram)


Sinar Matahari ditutup kain Hitam = x 100% = 5,5%
2

2 gram(31,22 gram29,40 gram)


Oven 40oC = x 100% = 9,0%
2

2 gram(31,o1 gram29,17 gram)


Oven 50oC = x 100% = 8,0%
2
36

Lampiran 4.Perhitungan Berat ekstrak

a. Diangin-anginkan

Bobot cawan kosong = 66,62 gram

Bobot cawan kosong + ekstrak = 69,27 gram

Bobot isi = 69,27 gram-66,62 gram

= 2,65 gram

b. Diangin-anginkan (replikasi)

Bobot cawan kosong = 29,22 gram

Bobot cawan kosong + ekstrak = 32,89 gram

Bobot isi = 32,89 gram-29,22 gram

= 3,67 gram

c. Sinar matahari ditutup kain hitam

Bobot cawan kosong = 29,19 gram

Bobot cawan kosong + ekstrak = 33,01 gram

Bobot isi = 33,01 gram-29,19 gram

= 3,82 gram

d. Sinar matahari ditutup kain hitam (replikasi)

Bobot cawan kosong = 28,97 gram

Bobot cawan kosong + ekstrak = 33,42 gram

Bobot isi = 33,42 gram-28,97 gram

= 4,45 gram

e. Oven suhu 40oC

Bobot cawan kosong = 90,16 gram

Bobot cawan kosong + ekstrak = 93,38 gram

Bobot isi = 93,38 gram-90,16 gram = 3,22 gram


37

f. Oven suhu 40oC (replikasi)

Bobot cawan kosong = 31,05 gram

Bobot cawan kosong + ekstrak = 35,05 gram

Bobot isi = 35,05 gram-31,05 gram

= 4 gram

g. Oven Suhu 50oC

Bobot cawan kosong = 84,85 gram

Bobot cawan kosong + ekstrak = 88,39 gram

Bobot isi = 88,39 gram-84,85 gram

= 3,54 gram

h. Oven Suhu 50oC (replikasi)

Bobot cawan kosong = 32,38 gram

Bobot cawan kosong + ekstrak = 36,42 gram

Bobot isi = 36,42 gram-32,38 gram

= 4,04 gram
38

Lampiran 5. Perhitungan Rendemen


2,65 gram
1. Diangin-anginkan = x 100% = 5,30%
50

3,67 gram
2. Diangin-anginkan (replikasi) = x 100% = 7,34%
50

3,82 gram
3. Sinar Matahari ditutup kain Hitam = x 100% = 7,64%
50

4,45 gram
4. Sinar Matahari ditutup kain Hitam (replikasi) = x 100% = 8,90%
50

3,22 gram
5. Oven suhu 40oC = x 100% = 6,44%
50

4 gram
6. Oven suhu 40oC (replikasi) = 50 x 100% = 8,00%

3,54 gram
7. Oven suhu 50oC = x 100% = 7,08%
50

4,04 gram
8. Oven suhu 50oC (replikasi) = x 100% = 8,08%
50

Rata-rata hasil rendemen

5,3%+7,34%
A. Diangin-anginkan = = 6,32%
2

7,64%+8,9%
B. Sinar matahari ditutup kain hitam = = 8,27%
2

6,44%+8%
C. Oven suhu 40oC = = 7,22%
2

7,08%+8,08%
D. Oven suhu 50oC = = 7,58%
2
39

Lampiran 6. Proses Pembuatan Simplisia

Pengumpulan simplisia dan pencucian Perajangan diangin-anginkan

Perajangan sinar matahari ditutup kain hitam Perajangan oven 40oC dan 50oC

Bawang tiwai yang diblender Serbuk bawang tiwai dengan mesh 60


40

Lampiran 7. Proses Pembuatan Ekstrak Kental

Proses maserasi dan remaserasi Proses penguapan menjadi ekstrak kental

Proses penimbangan ekstrak kental


41

Lampiran 8. Hasil Uji Fitokimia

Meyer (+) Bouchardat (+) Dragendorf (+)

Saponin (+) Flavonoid (+) Tanin (+)

Terpenoid (+) Antrakuinon (+)


42

Lampiran 9. Tabel Hasil Uji Fitokimia

Uji Senyawa Metode Target Serbuk Ekstrak

Alkaloid Ditambahkan putih atau kuning kuning


pereaksi kuning kemerahan kemerahan
meyer kemerahan

Ditambahkan coklat coklat coklat


pereaksi sampai hitam sampai sampai hitam
bouchardat hitam
Jingga Jingga
Ditambahkan sampai Jingga sampai merah
pereaksi merah coklat sampai coklat
dragendorf merah
coklat
Flavonoid Ekstrak & filtrat + warna merah, warna warna merah,
serbuk magnesium+ kuning jingga merah, pada pada lapisan
amil alkohol pada lapisan lapisan amil amil alkohol
amil alkohol alkohol
Tanin Ekstrak dan sebuk + bila terjadi hijau hijau
FeCl3 1%, kemudian warna biru kehitaman kehitaman
ditambah gelatin atau hijau
kehitaman
Terpenoid Ekstrak dan serbuk + hijau hijau hijau
asam asetat anhidrat+ kebiruan kebiruan kebiruan
H2SO4 pekat
Saponin Ekstrak dan serbuk + terbentuk terbentuk terbentuk
air panas secukupnya busa busa busa
+ dikocok selama 10-
15 menit, hingga
muncul busa + HCl
2N
Antrakuinon Sebuk dan ekstrak + Terbentuk Terbentuk Terbentuk
NaOH. warna merah warna warna merah
merah
43

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Andri Fahrisya Siregar, dilahirkan di


Samarinda pada tanggal 12 Desember 1995. Penulis merupakan
anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan bapak Adrian
Siregar dan Ibu Lisni Syarifah Harahap. Penulis menyelesaikan
pendidikan resmi di SDN 021 Samarinda dan tamat pada tahun
2007.

Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan ke MTs N Model Samarinda dan


tamat pada tahun 2010. Pendidikan menengah atas kemudian dilanjutkan di SMK
Negeri 17 Samarinda selama 3 tahun dan tamat pada tahun 2013.Kemudian
melanjutkan perkuliahan ke jenjang pendidikan kefarmasian di Akademi Farmasi
Samarinda dari tahun 2013 hingga 2016.

Penulis pernah melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Kimia Farma


273 Samarinda, Puskesmas Remaja dan RSUD Abdul Wahab Syahranie. Penulis
menyelesaikan pendidikan di Akademi Farmasi Samarinda dengan Tugas Akhir
dengan Judul Karya Tulis Ilmiah Pengaruh Cara Pengeringan Simpisia
Terhadap Rendemen dan Uji Fitokimia Ekstrak Etanol Umbi Bawang Tiwai
(Eleutherine palmifolia (L.)Merr)

Anda mungkin juga menyukai