Oleh:
Oleh:
ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Hiduplah dengan terus berjuang hingga akhir karena perjuangan itu
tidak akan pernah padam selama kita tidak menyerah
PERSEMBAHAN
Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas karunia serta kemudahan
akhirnya Karya Tulis Ilmiah dapat terselesaikan. Shalawat serta Salam kita
haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW dan para sahabat
pengiikutnya.
Kepada kedua orang tua Bapak Adrian (Alm) danIbu Lisni, Adik (Aswan)
terima kasih berkat doa, nasehat dan dukungan kalian yang selalu setia sampai
KTI ini terselesaikan. Semoga ini menjadi awal bagi saya untuk terus berusaha
sukses untuk kalian.
Kepada sahabatku risky kurniawan, rudi, bugar, dani, radika, adi, hadi, Rizky
Irawan, Iqbal a, appriza, susi, heru, rudini, ezot, Medina, Fatmah, Mba Elis,
Hasmiati, Mulyanti, dan teman-teman lainnya akhirmya sudah 3 tahun
bersama semoga sukses selalu bersama kita dan semoga persaudaran ini akan
terus terjalin selamanya amiin.
iii
PERNYATAAN KEASLIAN KTI
Nim : 723901S.13.008
Dengan ini menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah dengan judul : Pengaruh Cara
Pengeringan Simpisia Terhadap Rendemen dan Uji Fitokimia Ekstrak Etanol
Umbi Bawang Tiwai (Eleutherine palmifolia (L.)Merr) adalah hasil pekerjaan
saya dan seluruh ide, pendapat, atau materi dan sumber lain telah dikutip dengan
cara penulisan referensi yang sesuai.
Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan jika pernyataan ini tidak
sesuai dengan kenyataan, maka saya bersedia menanggung sanksi yang akan
dikenakan kepada saya termasuk pencabutan gelar Ahli Madya Farmasi yang
nanti saya dapatkan.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, berkah dan karunia-Nya,
Simplisia Terhadap Rendemen dan Uji Fitokimia Ekstrak Etanol Umbi Bawang
Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Ahli
Ilmiah ini, dengan rendah hati disampaikan terima kasih kepada yang terhormat:
Tulis Ilmiah.
Tulis Ilmiah.
4. Bapak Sapri, S.Si, selaku Penguji yang telah memberikan saran serta
masukan yang berguna untuk membangun Karya Tulis Ilmiah ini lebih baik.
5. Bapak dan Ibu dosen serta staf Akademi Farmasi Samarinda yang telah
6. Terkhusus untuk kedua orang tua, adeku atas doa dan dukungannya selama
ini.
v
7. Sahabatku Rizki Kurniawan, Rudi, Bugar, Dani, Radika, Adi, Hadi, Rizki
Irawan,Iqbal A, Appriza, Susi, Heru, Rudini, Ezot, Medina, Fatmah, Mba Elis,
Hasmiati, Mulyanti, dan teman-teman lainnya selalu ada disaat duka dan
senang.
Saya menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan guna
Penulis
vi
ABSTRAK
vii
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 2
C. Hipotesis Penelitian ....................................................................... 2
D. Tujuan Penelitian ........................................................................... 3
E. Manfaat Penelitian ......................................................................... 3
viii
C. Ekstraksi ........................................................................................ 11
D. Simplisia ........................................................................................ 12
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ........................................................................................ 30
B. Saran .............................................................................................. 30
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Hasil kadar air .............................................................................. 24
2. Hasil rendemen ekstrak etanol umbi bawang tiwai...................... 26
3. Hasil uji fitokimia ........................................................................ 27
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Umbi Bawang Tiwai .................................................................... 4
2. Struktur Flavonoid ....................................................................... 9
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Alur Penelitian .............................................................................. 33
2. Hasil Determinasi Tanaman .......................................................... 34
3. Hasil Kadar Air ............................................................................. 35
4. Perhitungan Berat Ekstrak............................................................. 36
5. Perhitungan Rendemen ................................................................. 38
6. Proses Pembuatan Simplisia ......................................................... 39
7. Proses Ekstraksi ............................................................................ 40
8. Hasil Uji Fitokimia ........................................................................ 41
9. Tabel Hasil Uji Fitokimia ............................................................. 42
xii
BAB I
PENDAHULUAN
termasuk kedalam suku Iridaceae. Kandungan kimia umbi bawang tiwai adalah
alkaloid, flavonoid, glikosida saponin, tanin, dan triterpenoid. Umbi tanaman ini
telah digunakan sebagai obat kanker payudara, obat hipertensi, penyakit diabetes
militus, menurunkan kolesterol, kanker usus, obat bisul, mencegah stoke, dan
daunnya bermanfaat untuk pelancar air susu ibu (Nawawi, 2007). Hasil penelitian
pengeringan ini adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak,
sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Metode pengeringan
dapat dilakukan secara alamiah dan buatan. Pengeringan alamiah dapat dilakukan
pengeringan terhadap hasil soxhletasi rimpang temu giring. Hasil rendemen yang
rendemen yang lebih besar dibandingkan dengan cara pengeringan yang lainnya.
1
2
Berdasarkan hasil penelitian diatas yang memiliki hasil yang berbeda, maka
terhadap rendemen dan uji fitokimia ekstrak etanol umbi bawang tiwai
B. Rumusan Masalah
1. Berapa persen rendemen ekstrak etanol umbi bawang tiwai dari cara
2. Bagaimana hasil uji fitokimia dari serbuk simplisia dan ekstrak etanol umbi
C. Hipotesis
D. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui persen rendemen ekstrak etanol umbi bawang tiwai dari cara
2. Mengetahui hasil uji fitokimia dari serbuk simplisia dan ekstrak etanol umbi
F. Manfaat Penelitian
peneliti lain mengenai cara pengeringan yang baik untuk bawang tiwai
TINJAUAN PUSTAKA
tinggi 26 hingga 50 cm. Umbi berada dibawah tanah berbentuk bulat telur
memanjang dan berwarna merah. Bunga berwarna putih, mekar jam 5 sore hari
dan jam tujuh menutup kembali. Daun tunggal, letak daun berhadapan, warna
daun hijau muda, bentuk daun sangat panjang dan meruncing (acicular), tepi daun
halus tanpa gerigi (entire), pangkal daun berbentuk runcing (acute) dan ujung
daun meruncing (acuminate) permukaan daun atas dan bawah halus (glabourus),
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatopyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Liliales
Famili : Iridaceae
Genus : Eleutherine
Spesies : Eleutherine palmifolia (L.) Merr.
4
5
Tanaman berupa terna dan tumbuh pada ketinggian 600 hingga 1500 m
diatas permukaan laut, dan sering dijumpai di pinggir jalan yang berumput, di
Jawa dipelihara sebagai tanaman hias dan tumbuhan ini berasal dari Amerika
tropis (Hyene, 1987). Nama daerah dari tumbuhan bawang sabrang adalah
sembelit, disuria, radang usus disentri penyakit kuning, luka, bisul, penyakit
(Hyene, 1987).
B. Uji Fitokimia
dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan, yaitu tentang struktur kimia, biosintesis,
perubahan dan metabolisme, penyebaran secara alami dan fungsi biologis dari
senyawa organik. Tujuan utama dari uji fitokimia adalah menganalisis kandungan
yaitu penggolongan didasarkan pada asal biosintesis sifat kelarutan, dan adanya
gugus fungsi kunci tertentu (Harbone, 1987). Berikut ini kandungan kimia yang
1. Antrakuinon
kromofor pada benzokuinon, yang terdiri atas dua gugus karbonil yang
terhidroksilasi dan sifat dan brsifat fenol serta mungkin terdapat dalam bentuk
gabungan dengan gula sebagai glikosida atau dalam bentuk kuinol (Harbone,
1987). Golongan kuinon alam terbesar terdiri dari atas antrakuinon dan keluarga
tumbuhan yang kaya akan senyawa jenis ini adalah Rubiaceae, Rhamnaceae,
bebas tetapi sebagai glikosida. Semua antrakuinon berupa senyawa kristal bertitik
leleh tinggi, larut dalam pelarut organik basa. Senyawa ini biasa berwarna merah,
tetapi yang lainnya berwarna kuning sampai coklat, larut dalam larutan basa
aslinya mudah terurai oleh enzim atau cara ekstraksi yang tidak sesuai, sehingga
hati. Banyak antrakuinon yang terdapat sebagai glikosida dengan bagian gula
bahwa hanya sedikit saja antrakuinon yang terdapat secara teratur dalam
terdapat dalam enam suku tumbuhan tinggi dan dalam sejumlah fungus (Harbone,
1987).
a. Struktur
b. Turunan Antrakuinon
2. Alkaloida
Alkaloida adalah senyawa kimia yang secara khas diperoleh dari tumbuhan
dan hewan bersifat basa, mengandung suatu atom nitrogen (biasanya dalam cicin
aktivitas biologis pada manusia dan hewan. Alkaloid merupakan senyawa yang
heterosiklik dan densitas oleh tumbuhan dari asam amino atau turunannya.
Ada dua tipe pereaksi yang digunakan dalam skrining fitokimia untuk
penyemprot atau pencelup. Beberapa pereaksi uji yang digunakan adalah meyer,
3. Saponin
sabun (bahasa latin yang berarti sabun). Saponin tersebar luas diantara tanaman
Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat yang menimbulkan busa
jika dikocok permukaan yang kuat menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan
pada konsentrasi yang rendah sering menyebabkan hemolisis pada sel darah
merah. Dalam larutan yang sangat encer saponin sangat beracun untuk ikan dan
tumbuhan yang mengandung saponin telah digunakan sebagai racun ikan selama
(Robinson, 1995).
9
4. Flavonoid
Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam yang tersebar luas
pada tumbuhan hijau dan mengandung 15 atom dalam inti dasarnya, dimana dua
cicin benzene (C6) terikat pada satu rantai propene (C3) sehingga membentuk
mempunyai rasa pahit hingga dapat bersifat menolak sejenis ulat tertentu
(Robinson, 1995).
5. Fenolik
tumbuhan. Fenolik memiliki cicin aromatik satu atau lebih gugus hidroksi (OH-)
dan gugus-gugus lain penyertanya. Senyawa ini diberi nama senyawa induknya
yaitu fenol. Senyawa fenol kebanyakan memiliki gugus hidroksil lebih dari satu
Senyawa fenolik meliputi aneka ragam senyawa yang berasal dari tumbuhan
memiliki ciri yang sama, yaitu cicin aromatik yang mengandung satu atau dua
gugus OH-. Senyawa fenolik di alam terdapat sangat luas, mempunyai variasi
struktur luas, mudah ditemukan di semua tanaman, daun, bunga, dan buah. Ribuan
10
senyawa fenolik alam telah diketahui strukturnya, antara lain flavonoid, fenol
6. Steroid
Steroid adalah senyawa organik bahan alam yang dihasilkan oleh organisme
melalui metabolit sekunder, senyawa ini banyak ditemukan pada jaringan hewan
dan tumbuhan. Asal usul biogenetik dari steroid mengikuti reaksi-reaksi pokok
yang sama, dengan demikian maka golongan senyawa ini memiliki kerangka
7. Tanin
fenol mempunyai rasa sepat dan memiki menyamak kulit. Tanin terdapat luas
jaringan kayu.
Secara kimia tanin tumbuhan dibagi menjadi dua golongan tersebar tidak
merata dalam dunia tumbuhan. Tanin terkondensasi atau tanin katekin lebih
penting dari segi penyamakan. Tanin terkondensasi hampir terdapat di dalam pau-
tumbuhan berkeping dua. Tanin terhidrolisis mengandung ikatan ester yang dapat
C. Ekstraksi
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut drngan pelarut cair. Senyawa
aktif yang dikandung oleh simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan
cara ekstraksi yang tepat. Simplisia yang lunak seperti rimpang dan daun mudah
diserap oleh pelarut, karena itu pada proses ekstraksi tidak perlu diserbuk sampai
halus. Simplisia yang keras seperti biji, kulit kayu dan kulit akar susah diserap
oleh pelarut, karena itu perlu diserbuk sampai halus (Ditjen POM, 2000).
Metode ekstraksi menurut Ditjen POM (2000) ada beberapa cara, salah satunya
adalah maserasi. Maserasi adalah suatu cara penyarian simplisia dengan cara
merendam simplisia tersebut dalam pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau
(Ditjen POM, 2000). Keuntungan metode maserasi adalah prosedur dan peralatan
D. Simplisia
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun, kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah
tumbuhan yang selnya telah mati. Agar reaksi enzimatik tidak dapat
3. Mudah dalam penyimpanan dan mudah dihaluskan bila ingin dibuat serbuk.
1. Pengeringan alamiah
a. Sinar matahari langsung, terutama pada bagian tanaman yang keras (kayu,
kulit, biji dan sebagainya) dan mengandung zat aktif yang relative stabil
oleh panas.
umumnya untuk simplisia bertekstur lunak (bunga, daun dan lain-lain) dan
zat aktif yang dikandungnya tidak stabil oleh panas (minyak atsiri).
13
2. Pengeringan buatan
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Samarinda. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
dan sinar matahari ditutup kain hitam) dan pengeringan buatan (menggunakan
oven pada suhu 40oC dan pada suhu 50oC). Tahapan penelitian ini dimulai dengan
B. Obyek Penelitian
bawang tiwai dengan cara pengeringan simplisia yang berbeda yaitu dengan
dan pengeringan buatan (menggunakan oven pada suhu 40oC dan pada suhu 50oC).
14
15
(L). Merr.) yang diperoleh dari petani di Jalan Kadrie Oening Kelurahan Air
dibersihkan dan simplisia diblender agar menjadi serbuk agar selanjutnya dibuat
menjadi ekstrak.
tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi
D. Variabel Penelitian
buatan (menggunakan oven pada suhu 40oC dan pada suhu 50oC).
2. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel kontrol dalam
E. Definisi Operasional
dapat mengurangi kadar air dalam simplisia. Pada penelitian ini dilakukan
ditutup kain hitam) dan pengeringan buatan (dioven pada suhu 40oC dan
2. Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum
telah dikeringkan.
sebelum ekstraksi.
4. Uji fitokimia adalah untuk menguji berbagai kandungan kimia umbi bawang
5. Umbi bawang tiwai adalah umbi dari nama latin (Eleutherine palmifolia (L.)
Merr) yang berada dibawah tanah berbentuk bulat telur memanjang dan
berwarna merah.
6. Maserasi adalah proses pemisahan senyawa aktif dari umbi bawang tiwai
a. Alat Penelitian
blender, neraca analitik, corong gelas, erlenmeyer 250 ml, gelas ukur 100 ml,
gunting, label, pengayak mesh 60, rak tabung, kamera handphone, penangas
b. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah etanol 95%, air
suling, umbi bawang tiwai. Pereaksi yang digunakan adalah pereaksi mayer,
pereaksi bouchardat, pereaksi dragendorf, serbuk Mg, besi (III) klorida 1%,
Asam klorida 2N, amil alkohol, asam asetat anhidrat, asam klorida pekat.
2. Cara kerja
a. Determinasi
Mulawarman.
b. Pembuatan Simplisia
1) Diangin-anginkan
Bawang tiwai dibersihkan dari daun, akar, yang tersisa dari yang sudah
busuk dan cacat, kemudian bawang tiwai dicuci dengan air bersih. Bawang
Bawang tiwai dibersihkan dari daun, akar, yang tersisa dari yang
sudah busuk dan cacat, kemudian bawang tiwai dicuci dengan air bersih.
kain hitam selama 1 minggu sampai kadar airnya 10%. Simplisia dihaluskan
Bawang tiwai dibersihkan dari daun, akar, yang tersisa dari yang sudah
busuk dan cacat, kemudian bawang tiwai dicuci dengan air bersih. Bawang
Bawang tiwai dibersihkan dari daun, akar, yang tersisa dari yang
sudah busuk dan cacat, kemudian bawang tiwai dicuci dengan air bersih.
suhu 50oC selama 3 jam sampai kadar airnya 10%. Simplisia dihaluskan
didapat konstan.
3(1 2)
Kadar air = 100%
3
Ampas yang telah disaring ditambahkan pelarut baru sebanyak 200 ml.
Selama 3 jam pengadukan dengan maserator. Hasil ekstrak yang masih cair
rendemennya.
e. Uji Fitokimia
1) Uji Alkaloid
a) Pereaksi Meyer
b) Pereaksi Bouchardat
c) Pereaksi Dragendorf
positif jika terjadi endapan atau paling sedikit dua atau tiga dari
2) Uji Terpenoid
heksana selama 2 jam, lalu disaring. Filtrat diuapkan dengan cawan penguap.
Sisa filtrat ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat
pekat.
21
adanya terpenoid.
3) Uji Tanin
Sebanyak 0,5 gram serbuk bawang tiwai disari dengan 10 ml air suling,
klorida 1%.
tabung reaksi, ditambahkan 2 tetes larutan besi (III) klorida 1%, bila terjadi
4) Uji Flavonoid
ml air panas, dididihkan selama 5 menit dan disaring dalam keadaan panas,
dibiarkan memisah.
magnesium, dan amil alkohol, flavonoida positif jika terjadi warna merah,
5) Uji Saponin
seama 10 menit setinggi 1-10 cm. Ditambah 1 tetes larutan asam klorida 2 N,
apabila buih tidak hilang menunjukan adanya saponin (Depkes RI, 1978).
6) Uji Antrakuinon
Apabila muncul warna oranye, merah, atau violet maka menunjukan adanya
G. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian karya tulis Ilmiah ini
penelitian di laboratorium.
BAB IV
A. Determinasi Tanaman
yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi bawang tiwai (Eleutherine
daun, akar yang tersisa dan kulit yang sudah busuk dan cacat. Kemudian dicuci
atau tersisa pada kulit umbi bawang tiwai. Setelah dicuci lalu dipotong-potong
(menggunakan oven pada suhu 40oC dan pada suhu 50oC). Simplisia pada sinar
oven 40oC dan oven 50oC dikeringkan selama 3 jam. Sebelum dilakukan ekstraksi
23
24
maka ditentukan kadar air simplisia terlebih dahulu, dan hasil kadar air pada 4
Diangin-anginkan 10,0%
Kadar air simplisia memiliki persyaratan kadar air tidak lebih dari 10 %.
Berdasarkan hasil tabel tersebut maka semua cara pengeringan memenuhi syarat
anginkan memiliki kadar air lebih baik sinar matahari hal ini dikarenakan sinar
matahari ditutup kain hitam memiliki suhu lebih tinggi dibandingkan diangin-
dengan cara oven pada suhu 50oC memiliki kadar air lebih baik. Hal ini karena
oven 50oC memiliki suhu lebih tinggi dibandingkan oven 40oC yang
mempengaruhi kadar air pada simplisia. Kadar air dengan Sinar matahari ditutup
kain hitam memiliki kadar air lebih baik hal ini karena Sinar matahari ditutup kain
hitam memiliki waktu pengeringan yang lebih lama di bandingkan oven 50oC
sehingga semakin kecil ukuran partikel serbuk maka total luas permukaan
sentuhan serbuk tersebut semakin besar, dan peluang terjadi reaksi penarikan
cairan penyari juga semakin besar sehingga reaksi berlangsung semakin cepat.
Tujuan dari pembuatan serbuk yaitu agar mempermudah dalam proses penarikan
zat aktif yang terkandung dalam bawang tiwai (Ditjen POM, 2000).
dengan metode maserasi. Alasan peneliti memilih metode ini adalah selain
merupakan penyarian zat aktif yang sering dilakukan dalam pembuatan ekstraksi,
metode ini juga merupakan metode yang sederhana dan dengan menggunakan
sebagai penyari dikarenakan pelarut ini sangat efektif dalam menghasilkan jumlah
bahan aktif yang optimal, selain sebagai penyari, etanol dapat digunakan sebagai
dan bakteri tidak tumbuh (Agoes, 2007). Selain itu etanol 95% dipilih sebagai
pelarut karena dapat menangkap senyawa polar maupun non polar (Kardi, 2014).
dalam pelarut sehingga zat yang diinginkan dapat larut. Kemudian setelah
beberapa waktu larutan dipisahkan dari ampasnya. Cara ini dimanfaatkan untuk
26
memperoleh zat-zat yang ada dalam tumbuhan dengan tanpa proses pemanasan
sehingga baik untuk dilakukan karena kemungkinan zat aktif untuk rusak sangat
kecil. Prinsip dari metode maserasi adalah penyarian zat aktif yang dilakukan
dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari sesuai dengan suhu
kamar terlindung dari cahaya. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya
dipekatkan (Depkes RI, 2000). Hasil dari ekstraksi disebut juga ekstrak. Ekstrak
air (water bath) agar ekstrak tersebut terpisah dari cairan penyari.
D. Hasil Rendemen
7,64
2 Sinar matahari ditutup kain hitam 8,27
8,90
6,44
3 Oven 40oC 7,22
8,00
7,08
4 Oven 50oC 7,58
8,08
27
anginkan 6,32%, sinar matahari ditutup kain hitam 8,27%, Oven 40oC 7,22%, dan
anginkan menghasilkan rendemen lebih banyak rendemen sinar matahari hal ini
karena sinar matahari ditutup kain hitam memiliki suhu lebih tinggi dibandingkan
rendemen lebih banyak oven 50oC hal ini dikarenakan oven 50oC memiliki suhu
lebih tinggi dibandingkan oven 40oC yang mempengaruhi kadar air pada simplisia
sehingga mempengaruhi rendemen semakin rendah kadar air maka semakin tinggi
rendemen lebih banyak hal ini karena sinar matahari ditutup kain hitam memiliki
semakin rendah kadar air maka semakin tinggi rendemen (Winarsih dkk, 2013).
Alkaloid + +
Flavonoid + +
Tanin + +
Terpenoid + +
Saponin + +
Antrakuinon + +
Hasil uji fitokimia dari simplisia dan ekstrak etanol umbi bawang tiwai yang
tanin terpenoid, saponin, antrakuinon. Hal tersebut sama dengan hasil uji
Pada uji fitokimia yang dilakukan untuk alkaloida positif pada pereaksi
bila 3 pereaksi positif mengandung alkaloida. Uji fitokimia yang dilakukan untuk
flavonoid terjadinya perubahan warna menjadi merah dan jingga pada lapisan
serbuk dan ekstrak etanol umbi bawang tiwai positif mengandung senyawa
flavonoid. Uji fitokimia yang dilakukan untuk Terpenoid dengan asam asetat
anhidrat dan asam sulfat pekat terjadi warna hijau kebiruan menunjukkan adanya
terpenoid. Uji fitokimia yang dilakukan untuk tanin besi (III) klorida 1% terjadi
29
warna biru menunjukkan adanya tanin. Pada uji fitokimia yang dilakukan untuk
saponin dengan asam klorida 2 N dan buih tidak hilang menunjukkan adanya
saponin. Pada uji fitokimia yang dilakukan untuk antrakuinon dengan NaOH
antrakuinon, dan saponin. Hal ini disebabkan karena penggunaan pelarut etanol
95% yang dapat menarik senyawa polar dan non polar (Kardi, 2014).
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
1. Ekstrak etanol umbi bawang tiwai dengan cara pengeringan yang berbeda
B. Saran
Hasil penelitian ini dapat dikemukakan saran agar penelitian ini dapat
30
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, G., 2007. Teknologi Bahan Alam. Institut Teknologi Bandung : Bandung
Hal 70-72.
Andarwulan, Nuri, Feri Kusnandar, dan Dian Herawai. 2011. Analisa Pangan.
Jakarta: PT. Dian Rakyat
Argomedia, R, 2008. Buku Pintar Tanaman Obat. Jakarta : Argomedia Pustaka.
Departemen Kesehatan RI, Dirjen POM dan Pengawasan Obat Tradisional, 2000.
Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Depkes RI
hal : 9, 11-12.
Departemen Kesehatan RI,1978.Materia Medika Indonesia III. Jakarta:Depkes RI.
Elisa, 2009, Pengaruh Penambahan Bahan Pengisi dari agar-agar dan variasi
Konsentrasi Ekstrak Bawang Tiwai Terhadap Mutu Permen Bawang Tiwai,
Skripsi. Falkutas Pertanian, Universitas Mulawarman, Samarinda hal : 2.
Fransworth, Norman. R. 1996. Biological and Phytochemial Screening Of Plants.
Volume 55. Number 3. Page 264.
Galingging, R.Y. 2009. Bawang Dayak (Eleutherine Palmifolia) Sebagai
Tanaman Obat Multifungsi. Pontianak : BPTP Kalimantan Tengah.
Gunawan, D., Dan Mulayani,S., 2004. Ilmu Obat Alam (farmakognosi). Jakarta :
PT. Penebar Swadaya.
Harbone, J. B, 1987 Metode Fitokimia, Terbitan Pertama. Institut Teknologi
Bandung : Bandung.
Heyne K, 1987. Tumbuhan berguna Indonesia III. Cetakan ke 1. Hal 1759.
Jakarta :Depkes RI.
Kardi. R, 2014. Uji Aktivitas Analgetik Ekstrak Etanol Umbi Bawang Tiwai Pada
Mencit Putih Dengan Metode Induksi Kimia, Karya Tulis Ilmiah.
Akademi Farmasi Samarinda, Samarinda hal :30.
31
32
LAMPIRAN
Penentuan Rendemen
Skrining Fitokimia
34
a. Diangin-anginkan
= 2,65 gram
b. Diangin-anginkan (replikasi)
= 3,67 gram
= 3,82 gram
= 4,45 gram
= 4 gram
= 3,54 gram
= 4,04 gram
38
3,67 gram
2. Diangin-anginkan (replikasi) = x 100% = 7,34%
50
3,82 gram
3. Sinar Matahari ditutup kain Hitam = x 100% = 7,64%
50
4,45 gram
4. Sinar Matahari ditutup kain Hitam (replikasi) = x 100% = 8,90%
50
3,22 gram
5. Oven suhu 40oC = x 100% = 6,44%
50
4 gram
6. Oven suhu 40oC (replikasi) = 50 x 100% = 8,00%
3,54 gram
7. Oven suhu 50oC = x 100% = 7,08%
50
4,04 gram
8. Oven suhu 50oC (replikasi) = x 100% = 8,08%
50
5,3%+7,34%
A. Diangin-anginkan = = 6,32%
2
7,64%+8,9%
B. Sinar matahari ditutup kain hitam = = 8,27%
2
6,44%+8%
C. Oven suhu 40oC = = 7,22%
2
7,08%+8,08%
D. Oven suhu 50oC = = 7,58%
2
39
Perajangan sinar matahari ditutup kain hitam Perajangan oven 40oC dan 50oC
RIWAYAT HIDUP