Anda di halaman 1dari 5

Nama : Sherlina Puspita

NPM : 16180100004
Mata Kuliah : Bioaktivitas Bahan Alam
Judul : Kandungan Antioksidan dan Sitotoksitas Pada Daun Akar Bambak

Judul UJI TOTAL FENOL,AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN


SITOTOKSITAS DAUN AKAR BAMBAK (Ipomoea sp.)
Volume & Halaman Vol 5(4), halaman 68-73
Tahun 2016
Penulis Dyan fermanasari, Titin Anita Zahara, Muhamad Agus Wibowo
Reviewer Sherlina Puspita (16180100004)
Tanggal 28 April 2020

Latar Belakang Akar bambak merupakan salah satu tumbuhan dari genus
Ipomoea yang berpotensi sebagai antioksidan. Akar Bambak
sendiri merupakan salah satu tumbuhan yang termasuk ke
dalam genus Ipomoea. Tumbuhan genus Ipomoea merupakan
genus yang terbesar dalam famili Convolvulaceae yang
terdistribusi didaerah tropis dan subtropis yang tersebar luas di
Indonesia (Khazali et al.,1999). Daun akar bambak telah
digunakan oleh masyarakat sebagai obat tradisional untuk
mengobati bisul dan penurun panas.

Tujuan Penelitian Mengetahui kandungan total fenol, aktivitas antioksidan dan


aktivitas toksisitas ekstrak kasar metanol, fraksi n-heksana, fraksi
etil asetat dan fraksi metanol Daun Akar Bambak
Metode Penelitian Metode Penelitian melakukan beberapa uji yang digunakan
sebagai metodologi pada penulisan ini yaitu :
1. Uji Fitokimia yaitu identifikasi alkaloid, identifikasi
flavonoid, identifikasi polifenol, identifikasi steroid
/ triterpenoid
2. Penentuan Kandungan Total Fenol dengan metode
Folin-Ciocalteu
3. Uji Aktivitas Antioksidan dengan metode DPPH
4. Uji toksisitas dengan metode Brine Shrimp Lethality
Test (BSLT) (McLaughlin, 1998)
Objek Penelitian Daun Akar Bambak
Hasil Penelitian Hasil penelitian yang telah dilakukan pada ekstrak dan fraksi
Daun Akar Bambak dapat disimpulkan bahwa skrining
fitokimia menunjukkan semua fraksi mengandung senyawa
alkaloid, flavonoid, polifenol, dan steroid. Fraksi metanol pada
penelitian ini telah diketahui memiliki kandungan total fenol
dan IC50 paling baik yaitu sebesar 20,51 µgTAE/mg dan 42,54
ppm. Sedangkan pada fraksi etil asetat memiliki nilai IC50
paling baik yaitu sebesar 93,317 ppm. Hal ini mengindikasikan
bahwa fraksi metanol daun akar bambak bersifat aktif sebagai
antioksidan dan fraksi etil asetat bersifat aktif sebagai
antikanker.
Kelebihan Penelitian Menjadi salah satu acuan pemanfaatan Daun Akar Bambak
Kekurangan Penelitian Untuk mendapatkan ekstrak dengan cara maserasi memakan
waktu lumayan lama mungkin bisa ditambah dengan cara lain
seperti soxhletasi, refluks.

Brine Shrimp Lethaly Test (BSLT) dilakukan untuk menentukan aktivitas toksisitas dari
suatu sampel bahan alam. Metode ini merupakan uji awal yang digunakan untuk
menentukan aktivitas antikanker berdasarkan kemampuan suatu sampel untuk
membunuh larva udang (Artemia salina) (Meyer, 1982).
Tabel 6. Nilai LC50 Daun Akar Bambak
Sampel Nilai LC50 (ppm)
Ekstrak kasar 328,321
Fraksi n-heksana 711,638
Fraksi etil asetat 93,317
Fraksi metanol 575,889

Berdasarkan hasil analisis probit diperoleh toksisitas paling tinggi terdapat pada fraksi
etil asetat dengan nilai LC50 sebesar 93,317 ppm. Kemudian diikuti dengan ekstrak
kasar dan fraksi metanol dengan nilai LC50 sebesar 328,321 ppm dan 575,889 ppm.
Aktivitas terendah terdapat pada fraksi n-heksana dengan nilai LC 50 sebesar 711,638
ppm. Tingginya nilai toksisitas pada fraksi etil asetat dikarenakan pengaruh dari
senyawa metabolit sekunder yang terkandung yaitu alkaloid, polifenol, flavonoid dan
steroid yang dapat membunuh larva udang (Mutia, 2010). Dimana pada kadar tertentu
senyawa-senyawa tersebut memiliki potensi toksisitas akut serta dapat menyebabkan
kematian larva Artemia salina Leach.
Menurut Andriyani S.dkk, (2006), senyawa lain yang diketahui dapat berkontribusi
dalam sitotoksitas adalah golongan alkaloid dan steroid. Sitotoksitas paling tinggi
berada ada fraksi etil asetat, dan hasil penapisan fitokimia fraksi ini positif mengandung
metabolit sekunder tersebut. Meskipun demikian, berdasarkan hasil yang ditunjukkan
pada tabel 6 menunjukkan bahwa semua ekstrak dan fraksi dari daun akar bambak
bersifat aktif dan memiliki potensi sebagai antikanker karena nilai LC50 < 1000 ppm.

Tabel 3. Kandungan Total Fenol Daun Akar


Bambak
Kandungan Total Fenol
Sampel (µg TAE/mg)
Ekstrak kasar 9,44
Fraksi n-heksana 3,52
Fraksi etil asetat 7,26
Fraksi methanol 20,51

Hasil menunjukkan bahwa pada sampel fraksi metanol memiliki nilai LC 50


terkecil dibandingkan sampel lainnya, namun masih memiliki nilai LC 50 lebih besar
dibandingkan nilai LC50 vitamin C. Nilai LC50 dianggap sebagai ukuran yang baik
untuk efisiensi antioksidan senyawa-senyawa murni ataupun ekstrak. Menurut
Molyneux (2004) semakin kecil nilai LC50 berarti semakin tinggi aktivitas
antioksidan. Fraksi metanol mempunyai nilai LC50 yang lebih kecil dibanding
ekstrak lainnya karena adanya kandungan senyawa fenol yang diperkirakan berasal
dari golongan flavonoid yang dapat berperan sebagai antioksidan. Berdasarkan hasil
skrinning fitokimia fraksi metanol juga positif mengandung flavonoid.

Kuatnya aktivitas antioksidan ini didukung dengan tingginya nilai kandungan


total fenol yang terdapat pada fraksi metanol (Tabel 3). Kandungan total fenol saling
berhubungan dengan aktivitas antioksidan, semakin tinggi kandungan total fenol
dari suatu sampel maka nilai LC50 semakin rendah. Berdasarkan Tabel 5 ditunjukkan
bahwa fraksi metanol memiliki kandungan total fenol tertinggi yaitu 20,51 µg
TAE/mg dan menunjukkan nilai LC50 yang paling rendah yaitu 42.54 ppm.

Hasil dari regresi linier (Gambar 2) dapat dilihat bahwa nilai koefisien r =0.993.
Nilai ini menunjukkan 99,3% kandungan total fenol memberikan kontribusi pada
aktivitas antioksidan, sedangkan 0,7% dipengaruhi oleh senyawa lain. Hasil
pengujian dengan metode korelasi pearson juga menunjukan kandungan total fenol
memiliki korelasi yang signifikan dengan aktivitas antioksidan dengan nilai
signifikan sebesar 0,007. Berdasarkan uji Korelasi Pearson, jika nilai signifikan <
0,05 maka variabel tersebut dinyatakan memiliki korelasi yang signifikan.

1. Metode DPPH

Salah satu metode yang digunakan untuk pengujian aktivitas antioksidan adalah
metode DPPH. Metode DPPH didasarkan pada kemampuan antioksidan untuk
menghambat radikal bebas dengan mendonorkan atom hidrogen. Perubahan
warna ungu DPPH menjadi ungu kemerahan dimanfaatkan untuk mengetahui
aktivitas senyawa antioksidan. Metode ini menggunakan kontrol positif sebagai
pembanding untuk mengetahui aktivitas antioksidan sampel. Kontrol positif ini
dapat berupa tokoferol, BHT, dan vitamin C. Uji aktivitas antioksidan dengan
metode DPPH menggunakan 1,1-difenil-2-pikrilhidra-zil (DPPH) sebagai
radikal bebas. Prinsipnya adalah reaksi penangkapan hidrogen oleh DPPH dari
senyawa antioksidan, misalnya troloks, yang mengubahnya menjadi 1,1-difenil-
2-pikrilhidrazin
2. LC50
Lethal Concentration 50 (LC50) yaitu konsentrasi yang  menyebabkan
kematian sebanyak 50%  dari organisme uji ayang dapat diestimasi dengan
grafik dan perhitungan, pada suatu waktu pengamatan tertentu, misalnya LC50 48
jam, LC50 96 jam sampai waktu hidup hewan uji. Lethal Concentration 50 atau
biasa disingkat LC50 adalah suatu perhitungan untuk menentukan keaktifan dari
suatu ekstrak atau senyawa. Makna LC50 adalah pada konsentrasi berapa ekstrak
dapat mematikan 50 % dari organisme uji, misalnya larva Artemia salina (brine
shrimp).
Uji  toksisitas merupakan uji hayati yang berguna untuk menentukan 
tingkat toksisitas dari suatu zat atau bahan pencemar dan digunakan  juga untuk
pemantauan rutin  suatu  limbah.  Suatu senyawa kimia dikatakan bersifat “racun
akut” jika senyawa tersebut dapat menimbulkan efek racun dalam jangka waktu
singkat. Suatu senyawa kimia disebut bersifat “racun kronis” jika senyawa
tersebut dapat menimbulkan efek racun dalam jangka waktu panjang (karena
kontak yang berulang-ulang walaupun dalam jumlah yang sedikit) (Pradipta
2007).            

Anda mungkin juga menyukai