Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN TETAP

KIMIA FISIKA
PERSAMAAN ARRHENIUS DAN ENERGI AKTIVASI

Oleh: kelompok 1/2KC


Arin Putri Dila
Astinesia Himatuliza
Astria Utami
Bambang Sugiarto
Fallen Apriyeni
Indo Billak
Kiki Risky Midia

NIM: 061330400337
NIM: 061330400338
NIM: 061330400339
NIM: 061330400341
NIM: 061330400344
NIM: 061330400346
NIM: 061330400347

Instruktur : Dr. Martha Aznury, M.Si.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2014

PERSAMAAN ARRHENIUS DAN ENERGI AKTIVASI


I.

TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan :
1. Menjelaskan hubungan kecepatan reaksi dengan suhu.
2. Menghitung energy aktivasi dengan menggunakan persamaan Arrhenius.

II.

ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN


- Alat yang digunakan :
1. Rak tabung reaksi dan tabung reaksi.
2. Pipet ukur 5 ml, 10 ml dan bola karet.
3. Gelas kimia 250 ml, 400 ml atau 600 ml.
4. Gelas ukur 100 ml.
5. Labu ukur 50 ml, 100 ml.
6. Thermometer 1000C.
7. Stopwatch.
8. Spatula.
9. Batang pengaduk.
10. Pipet tetes.
- Bahan kimia yang digunakan :
1. Larutan Na2S2O3 0,04 M.
2. Larutan KI 0,1 M.
3. Larutan tiosulfat 0,001 M.
4. Larutan kanji (amidon/amilum) harus dibuat baru.
5. Es batu.
6. Aquadest.

III.

DASAR TEORI
Pada tahun 1889 Arrhenius mengusulkan suatu persamaan yang menjelaskan
pengaruh suhu terhadap K yang dinyatakan sebagai berikut :
K = Ae Ea/RT
Dimana :

K = Konstanta Kecepatan Reaksi


A = Faktor Frekvensi dan
Ea = energy aktivasi

Faktor e

Ea/RT

menunjukkan fraksi molekul yang memiliki energi melebihi energi

aktivasi. Sehingga persamaan dapat ditulis dalam bentuk logaritma :


ln K = ln A Ea/RT
Dari persamaan di atas dapat dibuat kurva ln K sebagai 1/T akan merupakan sebuah
garis lurus dengan slop Ea/R dan akan memotong sumbu ln K pada ln A.

Energi aktivasi merupakan suatu energi minimum yang harus dilewati oleh suatu
reaksi, misalnya : A

Produk

Pada reaksi A supaya menjadi produk, Ea merupakan energi penghalang yang ahrus
diatasi oleh reaksi A. Molekul A dalam hal ini dengan jalan melakukan tumbukan
antar molekul. Suatu reaksi dapat terjadi bila energi yang diperoleh selama
tumbukan tersebut berhasil melewati energi aktivasi (Ea). Tumbukan terjadi antara
dua molekul yang berbeda. Misalnya A dan B (reaksi bimolekuler), energi
penghalang A dan B membentuk kompleks aktif :
A+B

A--------B

Produk

Komplek Aktif
Secara diagram dapat digambarkan seperti gambar dibawah ini :

Ea = energi aktivasi ke kanan


Ea = energi aktivasi ke kiri
Dengan melihat hal tersebut diatas jelas bahwa energi aktivasi akan mudah
dilewati bila molekul-molekul yang bertumbukan semakin cepat dan efektif
menghasilkan reaksi.
Pada percobaan ini reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

2I-

S2O32-

2SO42-

I2

Teori tambahan
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi :
1. Konsentrasi
Konsentrasi zat berkaitan dengan jumlah partikel zat terlarut. Makin besar
konsentrasi zat, maka jumlah partikel zat terlarut akan makin banyak dan jarak
antar partikel makin dekat sehingga kemungkinan tumbukan makin sering terjadi
dan reaksi berlangsung lebih cepat. Dengan demikian makin besar konsentrasi
zat, makin cepat terjadinya reaksi.
2. Suhu
Pada umumnya jika suhu dinaikkan, laju reaksi bertambah cepat. Hal ini
disebabkan makin tinggi suhunya kecepatan gerak partikel-partikel pereaksi dan
energy kinetic partikel akan ikut meningkat. Sehingga makin banyak partikel
yang memiliki energy kinetic diatas energy pengaktifan.
3. Luas permukaan
Zat yang berbentuk serbuk akan mempunyai permukaan yang lebih luas
dibandingkan dengan zat yang berbentuk kepingan atau butiran, sehingga bidang
seutuhnya lebih banyak untuk bertumbukan dengan zat lain. Akibatnya zat yang
berbentuk serbuk, rekasinya lebuh cepat daripada zat yang berbentuk kepingan
atau butiran.
4. Katalisator
Adalah zat yang dapt mempercepat laju reaksi dengan cara menurunkan energy
aktivasi, sehingga komplek teraktivasi lebih cepat berbentuk dan laju menjadi
lebih cepat.
Beberapa faktor yang mempengaruhi energi aktivasi adalah sebagai berikut :
1. Suhu
Fraksi molekul-molekul mampu untuk bereaksi dua kali lipat dengan
peningkatan suhu sebesar 10oC . hal ini menyebabkan laju reaksi berlipat ganda.
2. Faktor frekuensi
Dalam persamaan ini kurang lebih konstan untuk perubahan suhu yang kecil.
Perlu dilihat bagaimana perubahan energi dari fraksi molekul sama atau lebih
dari energi aktivasi
3. Katalis
Katalis akan menyediakan rute agar reaksi berlangsung dengan energi aktivasi
yang lebih rendah.
IV.

KESELAMATAN
Karena dalam percobaan ini hanya menggunakan alat yang cukup sederhana
dan bahan kimia yang relatif encer, maka untuk menjaga keselamatan pada waktu

melakukan percobaan ini digunakan kaca mata dan jas praktikum. Selain itu dalam
bekerja di laboratorium harus teliti, disiplin dan tidak ceroboh, tetapi melakukan
kegiatan sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang ada.
V.

CARA KERJA
1. Menyiapkan suatu system pada table.
2. Mendidihkan tabung 1 dan tabung 2 ke dalam gelas kimia yang berisi
campuran air dan es sampai suhu kedua tabung reaksi tersebut sama dengan
yang ada di isi dalam gelas kimia.
3. Mencampurkan isi kedua tabung reaksi tersebut dengan menghidupkan
stopwatch untuk mengukur waktu diperlukan sampai campuran berubah
menjadi biru. Selain itu mencatat suhu awal dan akhir reaksi.
4. Mengulangi percobaan tersebut untuk suhu yang berbeda (0-400C). Setiap kali
melakukan percobaan, mencatat suhu dan reaksi yang diperlukan.

VI.

DATA PENGAMATAN

Suhu awal (0C)


NO Tabung 1 Tabung 2 campuran
1
2
3
4
5
VII.

0
10
20
30
40

0
10
20
30
40

0
10
20
30
40

Suhu ukur

Rata-rata

Waktu reaksi

campuran (0C)
0,1
10
20
30
40

suhu (0C)
0,05
10
20
30
40

(detik)
182
156
60
54
47

PERHITUNGAN
VII.1
Menghitung Kecepatan Reaksi (K)
[H2O2] awal
=
M H2O2 x V H2O2
V campuran
=
0,04 M x 5 ml
22 ml
=
0,009 M
[H2O2] bereaksi
=
M H2O2
Mol H2O2 x V H2O2
=
0,04 M
2 ml x 22 ml
=
0,0009 M

[H2O2] bereaksi
[H2O2] awal x t
a. K1 (t = 182 sekon)
K1 =
0,0009 M
0,0009 M x 182 s
=
5,4945 x 10-4
b. K2 (t = 156 sekon)
K2 =
0,0009 M
0,0009 M x 156 s
=
6,4102 x 10-4
c. K3 (t = 60 sekon)
K3 =
0,0009 M
0,0009 M x 60 s
= 1,6667 x 10-3
d. K4 (t = 54 sekon)
=
0,0009 M
0,0009 M x 54 s
=
1,8518 x 10-3
e. K5 (t = 47 sekon)
K5 =
0,0009 M
0,0009 M x 47 s
= 2,1276 x 10 -3
VII.2
Menghitung 1/T
a. 1 =
1
=
20
T1
0,05
b. 1 =
1
=
0,1
T2
10
c. 1 =
1
=
0,05
T3
20
d. 1 =
1
=
0,03
T4
30
e. 1 =
1
=
20
T5
40
VII.3
Menghitung nilai Ea
y = 0,048x 6,545 ( y = mx + b )
R2 = 0,454
m = 0,048
ln K =
Ea x
1
+
RT
T
Maka m
=
Ea
RT
Ea
=
(mxR)
=
=
0,021792 J/mol

ln A

( 0,048 x 0,454 )

VIII. PERTANYAAN
1. Apa yang dimaksud dengan energy aktivasi?
2. Bagaimana pengaruh suhu terhadap keepatan reaksi?
3. Kesalahan dan penyimpangan apa yang anda perbuat selama percobaan?
4. Buatlah suatu cara pemecahan!
Penyelesaian :

1. Energy aktivasi adalah jumlah energy minimum yang dibutuhkan agar


dapat berjalan.
2. Suhu berpengaruh terhadap kecepatan reaksi, semakin tinggi suhu maka
kecepatan gerak partikel-pertikel pereaksi dan energy kinetic pertikel akan
ikut meningkat.
3. Terjadi kesalahan pada saat pengukuran.
4. Pada saat pengukuran suhu diperlukan tingkat ketelitian dan keakuratan
yang tinggi.

IX.

X.

ANALISA PERCOBAAN
Percobaan ini dilakukan dengan mereaksikan antara larutan H2O2 yang
diencerkan dengan aquadest pada tabung 1 dan campuran KI. Na2S2O3 dan amilum
(larutan amilum) 1% pada tabung 2. Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari
pengaruh suhu terhadap laju reksi dan menghitung energy aktivasi menggunakan
persamaan Arrhenius.
Penambahan larutan H2O2 berfungsi sebagai indikator, yaitu mengubah Imenjadi I2. I- kemudian dengan Na2S2O3 yang berfungsi sebagai reduktor. I2 berubah
kembali menjadi I- yang selanjutnya berkaitan dengan larutan kanji. Ion iodide
dengan hidrogen peroksida akan bereaksi membentuk gas I 2, gas tersebut akan
bereaksi kembali dengan ion tiosulfat membentuk kembali ion iodide. Dalam reaksi
ini, tidak akan ada yodium yang di bebaskan sampai semua ion tiosulfat habis
bereaksi. Dengan tambahan amilum iodide yang terbentuk kembali akan bereaksi
dengan amilum dan menghasilkan warna biru pada larutan. Amilum yang digunakan
haruslah amilum yang baru di buat, karena amilum yang telah lama dibuat memilki
kemungkinan perubahan stuktur karena pengruh luar.
Perubahan warna yang terjadi akan semakin cepat tapabila reaksi
berlangsung pada temperatur yang lebih tinggi. Pada temperatur yang lebih tinggi,
ion-ion pereaksi akan memiliki energy kinetik yang lebih besar. Disini penambahan
energi kinetik dilakukan dengan menaikkan temperatur reaksi. Energi tersebut dapat
diukur besarnya (energi aktivasi).
Semakin tinggi suhunya maka waktu reaksinya akan semakin cepat. Hal ini
terjadi karena semakin tinggi suhu maka energi kinetik suatu pertikel akan
meningkat. Sehingga pergerakkan partikel untuk menimbulkan tumbukan efektif
semakin besar juga. Dan sebaliknya jika suhu rendah, maka reaksi akan semakin
lambat.
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan :
- Energi aktivasi adalah energi minimum yang diperlukan agar reaksi dapat
berlangsung.

Faktor yang dapat mempengaruhi energi aktivasi adalah suhu, factor frekuensi
dan katalis.
Jika suhu semakin tinggi maka laju reaksi semakin cepat.

DAFTAR PUSTAKA
Tony Bird, Penuntun Praktikum Kimia Fisika untuk Universitas. PT. Gramedia, Jakarta,
1987, hal 84.
Kimia untuk Universitas, PT. Gramedia, Jakarta, 1978, hal 283 kan 285.
Sitimunawaroh 4 ict.wordpess.com/mata-kuliah/praktikumkimiafisika/
Widianti 4 ict.wordpess.com/matakuliah/kimiafisika/persamaanArrheniusdanenergi
aktivasi/

GAMBAR ALAT

Gelas kimia

Bola karet

Pipet ukur

Tabung reaksi

Erlenmeyer

Pipet tetes

Kaca arloji

Labu ukur

Pengaduk

Spatula

Termometer merkuri

Anda mungkin juga menyukai