Oleh :
KELOMPOK XVII
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun Laporan Tetap
Praktikum Biokimia, sehingga dapat terselesaikan tepat waktu. Laporan tetap
praktikum Biokimia ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan mata kuliah
Biokimia Umum di Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas
Mataram. Semoga laporan tetap ini menjadi bukti penanggung jawaban kami
terhadap tugas-tugas yang di berikan
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kami kepada Co. Assisten Praktikum
yang telah membimbing kami selama melakukan praktikum Biokimia dengan
penuh tanggung jawab. Ucapan terimakasih pula kami sampaikan kepada semua
pihak yang telah terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam
pengerjaan laporan tetap praktikum Biokimia umum.
Laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu diharapkan kritik
dan saran yang menunjang dalam penyempurnaan laporan ini selanjutnya.
Akhirnya kami berharap agar laporan ini dapat menjadi sumbangan ilmu
pengetahuan bagi rekan-rekan yang lain dan juga dapat menambah ilmu
pengetahuan kita.
Mataram, 23 Desember 2015
Penyusun.
iii
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii
KATA PENGANTAR .............................................................................. iii
DAFTAR ISI ........................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ................................................................................... vi
ACARA I
ACARA II
LARUTAN BUFFER
Pendahuluan .........................................................................18
Tinjauan Pustaka ...................................................................20
Pelaksanaan Praktikum .......................................................... 22
Hasil Pengamatan...................................................................24
Pembahasan .........................................................................25
Kesimpulan ............................................................................28
PENGUJIAN LEMAK
Pendahuluan .........................................................................55
Tinjauan Pustaka ...................................................................57
iv
vi
DAFTAR TABEL
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
1.1
1.2
2.1
2.2
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Table
3.1
3.2
3.3
3.4
4.1
4.2
4.3
4.4
5.1
5.2
5.3
Tabel 6.1
Tabel 6.2
vi
ACARA I
PENGENALAN ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengenalan alat merupakan langkah pertama sebelum melakukan
percobaan atau penelitian. Mengenal alat, praktikan dapat mengetahui fungsi
masing-masing bagian dari alat tersebut serta cara penggunaan alat yang akan
digunakan dalam percobaan. Mengetahui fungsi dan cara penggunaan alat-alat
yang akan digunakan akan memperlancar jalannya suatu percobaan. Sehingga,
dengan berbekal pengetahuan pemahaman akan fungsi alat tersebut akan
memperoleh hasil penelitian yang maksimal. Penggunaan alat tidak terjadi
kesalahan yang begitu fatal (Coudhary, 2008).
Penggunaan alat-alat laboratorium haruslah dalam keadaan steril.
Sterilisasi dapat mencegah adanya kontaminasi sehingga alat-alat dapat
digunakan dengan aman. Selain itu, pengetahuan bahan-bahan praktikum juga
penting karena bahan-bahan tersebut memiliki sifat yang berbeda. Bahan-bahan
kimia dapat menimbulkan bahaya apabila tidak dikenali sifat dan jenis bahan
tersebut. Jika praktikan tidak mengetahui bahan-bahan praktikum dan tidak
berhati-hati maka dapat menimbulkan kecelakaan kerja.
Dalam
percobaan
biasanya
menggunakan
alat-alat
yang
ada
di
TINJAUAN PUSTAKA
Pekerjaan dalam laboratorium biasanya sering menggunakan beberapa
alat gelas. Penggunaan alat ini dengan tepat penting untuk diketahui agar
pekerja tersebut dapat berjalan dengan baik. Keadaan yang aman dalam suatu
laboratorium dapat tercipta apabila ada kemauan dari pekerja, pengguna,
maupun kelompok kerja
mencari kebenaran ilmiah suatu objek dalam lingkungan alam dan sosial.
Sebagai alat untuk menambah keterampilan dalam mempergunakan alat media
yang tersedia untuk menentukan kebenaran. Membina rasa ingin tahu dan rasa
percaya diri sebagai keterampilan yang diperoleh penemuan yang didapat dalam
proses kegiatan kerja laboratorium (Rohman, 2010).
Sifat-sifat bahan kimia dalam laboratorium, dapat dibagi menjadi
beberapa macam anatara lain yaitu bahan kimia beracun adalah bahan kimia
yang
dapat
menyebabkan
bahaya
terhadap
kesehatan
manusia
atau
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 05 November 2015 di
Laboratorium Kimia dan Biokimia Pangan Fakultas Teknologi Pangan dan
Agroindustri Universitas Mataram.
Alat dan Bahan Praktikum
a. Alat-alat praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat-alat
seperti tabung reaksi, pipet tetes, gelas kimia, gelas ukur, erlenmeyer,
timbangan analitik, rak tabung reaksi, spektrofotometer, lemari pendingin,
dan hot plate
b. Bahan-bahan praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
Natrium Klorida (NaCl), Natrium Hidroksida (NaOH), Asam Klorida (HCl),
Asam Sulfat (HSO) dan Asam Sitrat (HNO).
HASIL PENGAMATAN
Tabel 1.1 Hasil Pengamatan Alat-alat Praktikum
No.
Nama Alat
Gambar
1. Tabung Reaksi
Fungsi
Sebagai alat untuk mereaksikan
dua zat atau lebih, menyimpan
zat
serta
untuk
pemanasan
suatu larutan.
2.
Gelas Kimia
Sebagai tempat
mereaksikan
bahan
kimia
melarutkan
dan
memanaskan bahan.
3.
Erlenmeyer
Sebagi
tempat
bahan,
untuk
mereaksikan
menempatkan
4.
Pipet Tetes
5.
Gelas Ukur
memerlukan
ketelitian
tingkat tinggi.
6.
Timbangan
Berfungsi
Analitik
untuk
menimbang
praktikum
dengan
7.
Bulb pipet
pengisian
laruan
dalam pipet
ke
8.
Rak Tabung
Digunakan
Reaksi
untuk
sebagai
wadah
meletakkan
atau
9.
Lemari
Pendingin
enzim
agar
denaturasi,
tidak
terjadi
segabai
tempat
Hot Plate
Bahaya
dan Dapat
Penanganan Pertama
mata dan kulit jika terjadi - Jika terkena kulit segera basuh dengan air
kontak langsung.
2.
Asam Klorida
HCl
15 menit
- Bila terkena kulit, cuci dengan air sebanyakbanyaknya
- Jika tertelan, beri minum 1-2 gelas untuk
pengenceran
- Bila terhirup, segera pindah ke tempat yang
udaranya lebih segar
10
3.
Natrium
NaOH
Hidroksida
dapat
Asam Sulfat
HSO
Bersifat
logam
4.
menyebabkan
terkena kulit
korosif
beberapa menit
- Basuh dengan air jika terkena kulit
dan Menyebabkan iritasi dan luka - Jika terkena kulit, cuci daerah yang terkena
bakar,
berbahaya
jika
5.
Asam Sitrat
HNO
Bersifat
korosif
dan Dapat
menyebabkan
11
PEMBAHASAN
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih
zat yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya
dapat bervariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan atau padatan. Larutan encer
adalah larutan yang mengandung sejumlah kecil solute, relative terhadap jumlah
pelarut. Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian
besar solute. Solute adalah zat terlarut, sedangkan solvent adalah pelarutnya.
Pembuatan larutan adalah suatu cara mempelajari cara pembuatan larutan dari
bahan cair atau padat dengan konsentrasi tertentu. Untuk menyatakan
kepekatan atau konsentrasi suatu larutan dapat dilakukan berbagai cara
tergantung pada tujuan penggunaannya. Langkah-langkah dalam membuat
larutan adalah yang pertama membaca detail resep larutan yang ingin dibuat.
Kalau ada yang perlu dihitung, siapkan perhitungan dulu. Kedua, kumpulkan
bahan kimia yang akan dipakai dan letakkan dekat dengan timbangan digital.
Ketiga, siapkan alat lain yang dibutuhkan, seperti kertas, sendok, tisu, beaker,
sarung tangan dan sebaginya. Keempat, baru kemudian mengukur jumlah bahan
kimia yang dibutuhkan dengan hati-hati. Ketika semua bahan kimia diukur,
rapikan dan bersihkan alat timbang dan peralatan disekitarnya. Kelima, tuangkan
aquades secukupnya kedalam beaker dan letakkan stir bar dengan ukuran yang
sesuai kedalamannya. Pakailah alat otomatik stirrer dengan kecepatan sedang
untuk mengencerkan bahan kimia.
Jenis-jenis larutan berdasarkan kejenuhannya yaitu pertama larutan tak
jenuh adalah larutan yang mengandung solute kurang dari yang diperlukan
untuk membuat larutan jenuh. Larutan tak jenuh terjadi apabila hasil kali
12
konsentrasi ion lebih kecil dari Ksp berarti larutan belum jenuh. Kedua, larutan
jenuh adalah suatu larutan yang mengandung sejumlah solute yang larut dan
mengadakan kesetimbangan dengan solute padatnya. Larutan jenuh terjadi
apabila hasil konsentrasi ion sama dengan Ksp berarti larutan tepat jenuh.
Ketiga, larutan sangat jenuh adalah suatu larutan yang mengandung lebih
banyak solute daripada yang diperlukan untuk larutan jenuh. Larutan sangat
jenuh terjadi apabila hasil kali konsentrasi ion lebih besar dari Ksp berarti larutan
lewat jenuh (mengendap). Berdasarkan banyak sedikitnya zat terlarut, larutan
dibedakan menjadi larutan pekat yaitu larutan yang mengandung relative lebih
banyak solute dibanding solvent. Larutan tidak pekat (encer) yaitu larutan yang
relative lebih sedikit solute dibandingkan solvent. Berdasarkan kemampuan
mengahntarkan listrik, larutan dibagi menjadi larutan elektrolit yaitu larutan yang
dapat menghantarkan listrik dengan baik dan larutan non elektrolit yaitu larutan
yang tidak dapat menghantarkan listrik.
Hasil pengamatan alat-alat praktikum yaitu diketahui terdapat alat-alat
yang termasuk glassware yang meliputi tabung reaksi yaitu sebuah tabung yang
terbuat dari kaca yang dapat menahan temperatur dan tahan terhadap reaksi
kimia. Tabung reaksi berfungsi untuk mereaksikan bahan kimia. Gelas kimia yaitu
tempat untuk melarutkan zat yang tidak butuh ketelitian tinggi, misalnya
pereaksi atau reagen untuk analisis kimia kuantitatif atau pembuatan larutan
standar sekunder analisis titrimetri atau volumetri. Pipet tetes yaitu jenis pipet
yang berupa pipa kecil terbuat dari kaca dengan ujung bawahnya meruncing
serta ujung atasnya ditutupi karet. Alat ini berfungsi untuk mengambil larutan
dalam jumlah sedikit. Erlenmeyer yaitu alat berupa gelas diameternya semakin
13
atas semakin kecil dengan skala disepanjang dindingnya. Alat ini berfungsi untuk
mereaksikan bahan atau menampung hasil titrasi. Gelas ukur yaitu alat yang
digunakan untuk mengukur volume larutan dari 10 hingga 2000 ml. alat ini
memiliki bentuk seperti pipa dengan bawah agak sedikit lebar sebagai kaki atau
penyangganya. Terdapat juga alat-alat nonglassware seperti timbangan analitik
yaitu timbangan yang digunakan untuk menimbang suatu yang bersifat halus
dan tidak bias menggunakan timbangan biasa. Timbangan analitik dimulai dari
dua angka dibelakang koma sampai lima angka dibelakang koma. Rak tabung
reaksi yaitu dinakan sebagai tempat meletakkan atau menyimpan tabung reaksi
yang kosong maupun yang berisi. Biasanya rak tabung reaksi terbuat dari kayu
atau plastik dan terdapat 12 lubang. Lemari pendingin yaitu sebagai tempat
untuk menyimpan bahan makanan agar terhindar dari pembusukan serta
menyimpan enzim agar enzim tidak mengalami denaturasi. Hot plate yaitu
berfungsi menghomogenkan larutan dengan pengadukan. Plate yang terdapat
pada alat ini dapat dipanaskan sehingga mempercepat homogenisasi.
Bahan yang digunakan dalam membuat larutan pada prkatikum ini adalah
HCl. Pertama-tama, HCl yang dikonsentrasikan memiliki berat massa 36,5 gr/mol,
HCl memiliki kerapatan 1,19 gr/ml dengan persen berat sebanyak 37% dari berat
HCl. Berapa ml asam konsentrat tersebut yang harius dilarutkan dalam satu liter
air untuk membuat larutan 0,1 M ini?
Untuk membuat larutan HCl, terlebih dahulu dihitung jumlah HCl yang
dibutuhkan.
Diketahui : Volume Larutan
% berat
= 1 liter
= 47%
14
= 0,1 m
Kerapatan
= 1,19 gr/m
Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat diketahui jumlah ml
asam konsentrat dalam 1 liter air yakni :
Volume asam konsentrat
= 8,3 ml
Jadi, dapat disimpulkan bahwa jumlah volume asam konsentrat adalah
8,3 ml. sehingga, cara pembuatan larutan HCL 0,1 M sebanyak 1 liter air adalah
mengisi labu takar ukuran 1 liter dengan aquades sebanyak 250 ml, lalu
ditambahkan dengan 8,3 ml asam konsentrat secara perlahan kemudian di kocok
dan ditambahkan aquades sampai 1 liter atau 1000 ml sehingga, pada proses
akhir didapatkan jumlah konsentrasi asam asetat yang dibutuhkan adalah 0,1 M.
15
M = 0,1 m
V = 50 ml = 0,05 liter
Molaritas
0,1 M
= 5 x 10-3 M/liter
5 x 10-3
gr
= 0,2 gram
n
0,05 liter
gr
Mr
gr
40
16
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Alat-alat praktikum terbagi menjadi dua yaitu glassware yang meliputi tabung
reaksi, gelas kimia, gelas ukur, pipet tetes, Erlenmeyer dan nonglassware
meliputi rak tabung reaksi, hot plate, lemari pendingin, spektrofotometer, dan
timbangan analitik.
2. Larutan merupakan campuran homogen antara dua atau lebih zat yang
terdispersi baik sebagai atom, molekul atau ion.
3. Berdasarkan kejenuhannya larutan dibagi menjadi larutan jenuh dan tidak
jenuh, berdasarkan banyak sedikitnya zat terlarut dibagi menjadi larutan
pekat dan tidak pekat, sedangkan berdasarkan kemampuan menghantarkan
listrik larutan dibagi menjadi larutan elektrolit dan non elektrolit.
4. Pembuatan larutan 0,1 M asam konsentrat yang harus dilarutkan dalam 1
liter air yaitu sebanyak 8,3 ml.
5. Pembuatan larutan NaOH 0,1 M dengan volume 50 ml dibutuhkan NaOH
sebanyak 0,2 gram.
17
ACARA II
LARUTAN BUFFER
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Larutan penyangga atau larutan buffer adalah larutan yang dapat
mempertahankan
pH
tertentu
terhadap
usaha
mengubah
pH,
seperti
18
basa. Pada dasarnya suatu larutan penyangga yang tersusun dari asam lemah
dan basa konjugasi merupakan suatu sistem kesetimbangan ion dalam air, yang
melibatkan adanya kesetimbangan airdan kestimbangan asam lemah. Disamping
itu, terdapat ion basa konjugasi yang berasal dari garam atau hasil reaksi antara
asam lemah tersebut dengan basa kuat. Buffer dapat didefinisikan sebagai asam
basa lemah dengan garamnya. Fungsi buffer adalah untuk mempertahankan pH
larutan saat ditambah asam-basa lemah dalam jumlah yang relatif sedikit.
Kapasitas buffer adalah parameter kuantitatif yang menunjukkan kekuatan
(resistensi) untuk mempertahankan pH (Mulyasa, 2009). Oleh karena itu,
dilakukannya percobaan pH dan larutan buffer agar kita mengetahui fungsi dan
kegunaan dari larutan buffer serta manfaatnya dibidang kesehatan.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk membandingkan tampilan
perubahan pH asam kuat dengan asam lemah yang dititrasi dengan NaOH.
19
TINJAUAN PUSTAKA
Larutan penyangga atau larutan buffer merupakan suatu larutan yang
dapat mempertahankan nilai pH tertentu. Adapun sifat yang paling menonjol dari
larutan penyangga ini seperti pH larutan penyangga hanya berubah sedikit pada
penambahan sedikit asam kuat. Disamping itu larutan penyangga merupakan
larutan yang dibentuk oleh reaksi suatu asam lemah dengan basa konjugasinya
ataupun dengan basa lemah dengan basa konjugasinya. Reaksi ini disebut
dengan reaksi asam-basa konjugasi. Disamping itu mempunyai sifat yang
berbeda dengan komponen-komponen pembentuknya (Chang. R, 2006).
Sifat dari larutan buffer yaitu pH larutan tidak berubah jika diencerkan
dan tidak berubah pula jika ditambahkan kedalamnya, sedikit asam atau basa.
Pada dasarnya suatu larutan penyangga yang tersusun dari asam lemah dan
basa konjugasi merupakan suatu sistem kesetimbangan ion dalam air, yang
melibatkan adanya kesetimbangan dalam air dan kesetimbangan asam lemah.
Disamping itu, terdapat ion basa konjugasi yang berasal dari garam atau hasil
reaksi antara asam lemah tersebut dengan basa kuat (Sudarmo, 2005).
Senyawa-senyawa organik yang dapat digunakan sebagai indikator dalam
titrasi mempunyai karakteristik yaitu senyawa memberikan perubahan warna
terhadap suasana pH larutan. Perubahan warna dapat terjadi melalui proses
kesetimbangan bentuk molekul dan ion dari senyawa indikator tersebut. Sebagai
contoh senyawa fenolftalein merupakan indikator asam lemah-basa kuat
(Nuryanti, 2010).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pH larutan buffer adalah penambahan
garam-garam netral kedalam larutan dapat mengubah pH larutan dengan
20
berubahnya kekuatan ion. Perubahan kekuatan ion dan pH larutan buffer dapat
pula disebabkan oleh pengenceran. Penambahan air dalam jumlah cukup, jika
tidak mengubah pH dapat mengakibatkan penyimpangan positif atau negatif
sekalipun kecil sekali. Karena air selain dapat mengubah niali koefisien
kereaktifan dapat juga bertindak sebagai asam lemah atau basa lemah (Martin,
1990).
Kelarutan buffer terkadang menyulitkan karena hampir setiap analisa
membutuhkan kondisi pH tertentu yang relatif stabil, karena banyaknya macam
dan jenis buffer. Pemilihan buffer yang akan digunakan menjadi masalah
tersendir. Dalam memilih buffer, yang harus diperhatikan adalah pH optimum
serta sifat-sifat biologisnya. Banyak jenis buffer yang mempunyai dampak
terhadap
sistem
biologis,
aktivitas
enzim,
substrat,
ataupun
kofaktor
(Krisbiantoro, 2008).
21
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari kamis, 12 November 2015 di
Laboratorium Kimia dan Biokimia Pangan Fakultas Teknologi Pangan dan
Agroindustri Universitas Mataram.
Alat dan Bahan Praktikum
a.
Alat-alat praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah
erlenmeyer, labu ukur, gelas piala, pipet volum, pH stik, statif, gelas ukur
dan ruber bulb.
b.
Prosedur Kerja
a. Titrasi Larutan HCl
Disiapkan HCl 0,1 M, aquades, NaOH 0,01 M
Diambil 2 ml HCl 0,1 M, dimasukkan dalam gelas piala 18 ml aquades
Diaduk rata
Diukur pH dengan pH stik
Dititrasi dengan NaOH 0,01 M (50 ml)
Diukur pH dengan pH stik dengan selang pengukuran 5 ml sambil diaduk
Digambar kurva titrasi hubungan antara perubahan pH dan volume larutan
22
23
HASIL PENGAMATAN
Tabel 2.1 Perubahan pH Larutan HCL 0,1 M dengan Penambahan 0,01 N
Volume NaOH 0,01 N (ml) yang ditambahkan
0
5
10
15
20
25
pH larutan HCL
2
2
3
3
3
4
30
4
pH
4
3
2
perubahan pH
HCl
1
0
5
10
15
20
25
30
volume NaOH
b. Perubahan pH H3PO4
3.5
3
pH
2.5
2
1.5
perubahan pH
HCl
1
0.5
0
5
10
15
20
25
30
volume NaOH
24
PEMBAHASAN
Larutan buffer adalah larutan yang berfungsi menahan perubahan pH
yang ekstrim pada saat terjadi penambahan jumlah ion H
dan OH
dalam
larutan. Buffer tersusun atas asam lemah dengan basa konjugasinya atau
dengan basa lemah dengan asam konjugasinya. Reaksi antara kedua komponen
penyusun ini disebut dengan reaksi asam-basa konjugasi. Larutan penyangga
yang bersifat asam akan mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7),
sedangkan larutan penyangga yang bersifat basa akan mempertahankan pH
pada daerah basa (pH > 7) (Anonim, 2013).
Praktikum ini ada dua uji yang dilakukan yaitu uji titrasi HCl dan uji titrasi
H3PO4. Dimana praktikum ini dilakukan untuk membandingkan perubahan pH
pada asam kuat dan basa lemah dengan dilakukan titrasi dengan menggunakan
NaOH yang konsentrasinya 0,01 N (ml) dan 0,05 N (ml). Pada uji titrasi HCL
yang dilakukan dengan menitrasi NaOH yang memiliki konsentrasi 0,01 N (ml) pH
larutan ini adalah 2, setelah ditambahkan 5 ml pertama NaOH diperoleh pH 2,
pada 10 ml didapatkan pH 3. Kemudian pada 15 ml larutan didapatkan pH 3,
pada 20 ml larutan didapatkan pH 3 dan pada larutan 25 dan 30 ml didapatkan
pH 4. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut didapatkan kurva yang meningkat,
sehingga dapat disimpulkan bahwa larutan penyangga ini bersifat asam lemah
karena dapat mempertahankan pH > 7. Walaupun pada larutan dari 0 sampai 30
ml pH larutan tersebut meningkat, tetapi tidak melebihi pH yang ditetapkan.
Praktikum pada uji kedua yaitu pengujian larutan H3PO4 menggunakan
NaOH dengan konsentrasi 0,05 N (ml). Sebelum ditambahkan NaOH pada 5 ml
pertama pH larutan adalah 2, setelah ditambahkan 5 ml kedua yaitu 10 ml
25
untuk membentuk
akan bereaksi dengan ion H maka dapat membentuk air (H2O). Hal ini akan
menyebabkan kesetimbangan bergeser kekanan sehingga konsentrasi ion
H dapat dipertahankan. Jadi, penambahan basa menyebabkan berkurangnya
26
pada semua konsentrasi, dan memiliki titik didih sekitar 100C. HCL juga bersifat
korosif yang akan merusak dan mengikis jaringan biologis jika tersentuh.
NaOH berwarna putih, membentuk pellet, serpihan atau batang dan
bentuk lain. Sangat basa, keras, rapuh dan menunjukkan pecahan hablur. Bila
dibiarkan keudara akan cepat menyerap CO2 dan lembab. Mudah larut dalam air,
dan etanol tetapi tidak larut dalam eter. NaOH membentuk basa kuat bila
dilarutakan dalam air. Sedangkan H3PO4 bersifat asam lemah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi larutan buffer adalah penambahan
garam-garam netral kedalam larutan dapar mengubah pH larutan dengan
berubahnya kekuatna ion. Perubahan kekuatan ion dan pH dapar, dapat pula
disebabkan oleh pengenceran. Penambahan air dalam jumlah cukup, jika tidak
mengubah pH dapat mengakibatkan penyimpangan positif atau negatif sekalipun
skala kecil.
27
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1.
2.
ekstrim pada saat terjadi penambahan jumlah ion H dan OH dalam larutan
Penambahan basa (OH ), jika bereaksi dengan ion H
akan membentuk
HCL bersifat bening dan tidak berwarna ketika ditambahkan H2O. Namun,
HCL memiliki bau yang kuat dan bersifat asam kuat.
4.
NaOH berwarna putih, berbentuk serpihan tau batang, sangat basa, keras,
serta rapuh dan bersifat basa kuat.
5.
28
ACARA III
UJI KARBOHIDRAT
PENDAHULUAN
Latar belakang
Energi merupakan salah asatu hal utama yang dibutuhkan oleh manusia
dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Energi dapat diperoleh dari makanan yang
mengandung senyawa organik seperti karbohidrat. Makanan yang mengandung
karbohidrat bersal dari biji-bijian dan sayuran. Karbohidrat adalah senyawa
organik yang terdiri dari unsur karbon, hidrogen dan oksigen. Unsur tersebut
sangat dibutuhkan oleh manusia dalam melangsungkan hidupnya (Haris, 2014).
Selain sebagai sumber enegri, karbohidrat juga berfungsi sebagi
cadangan makanan. Pati, sukrosa dan glukosa merupakan senyawa karbohidrat
yang penting dalam kehidupan. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan
karbohidrat dalam tiap bahan pangan berbeda. Penting bagi kita untuk
mengetahui berbagai jenis karbohidrat yang terdapat pada bahan pangan. Ada
beberapa cara yang dapat digunakan untuk menganalisis karbohidrat antara lain
uji Molisch, uji Seliwanoff, uji Benedict, dan uji iodin.
Karbohidrat pada umumnya merupakan zat padat berwarna putih yang
sukar larut dalam pelarutorganik tetapi larut dalam air. Berdasarkan monomernya
karbohidrat
dibagi
menjadi
tiga
yaitu
monosakarida,
oligisakarida,
dan
29
panjang. Oleh karena itu, praktikum ini perlu dilakukan untuk mengetahui
macam-macam uji karbohidrat.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengidentifikasi berbagai
jenis karbohidrat berdasarkan terbentuknya furfural, sifat preduksinya, dan
perubahan warna iodin yang terikat pada molekul polisakarida sebelum dan
sesudah terhidrolisis.
30
TINJAUNA PUSTAKA
Uji iodin bertujuan untuk mengidentifikasi polisakarida. Reagen yang
digunakan dalah iodin yang merupakan terlarut dalam potasium iodin. Reaksi
antara polisakarida umumnya membentuk rantai heliks, sehingga dapat berikatan
dengan iodin, sedangkan karbohidrat berantai pendek seperti disakarida dan
monosakarida tidak membentuk struktur heliks sehingga tidak dapat berikatan
dengan iodin. Amilum dengan iodin dapat membentuk komplek biru, amilopektin
dengan iodine akan memberi warna merah ungu sedangkan dengan glikogen
dan dekstrin akan membentuk merah coklat (Haris, 2014).
Karbohidrat adalah komponen bahan pangan yang tersusun oleh tiga
unsur utama, yaitu karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O). Susunan atomatom tersebut dan ikatannya membedakan karbohidrat yang satu dengan yang
lainnya sehingga ada karbohidrat yang masuk kedalam kelompok struktur
sederhana seperti monosakrida dan disakarida dengan struktur komplek atau
polisakarida
seperti
pati,
glikogen,
dan
hemiselulosa.
Analisis
kualitatif
kualitatif karbohidrat yang sering dilakukan adalah uji molisch, uji seliwanoff, uji
antone, dan uji fenol (Kusbandari, 2015).
Disakarida adalah produk kondensasi dua unit monosakarida, ada empat
jenis
disakarida
yaitu,
sukrosa,
maltosa,
laktosa
dan
triholosa.
Kedua
31
monosakarida yang saling mengikat berupa ikatan glikosidik melalui satu atom
oksigen, ikatan glikosidik ini biasanya terjadi antara atom C nomor 1 dengan
atom C nomor 4 dan membentuk ikatan dengan melepas satu molekul. Hanya
karbohidrat yang unit monosakaridanya terikat dalam bentuk alfa dapat dicerna.
Disakarida dapat di pecah kembali menjadi dua molekulmonosakarida melalui
hidrolisi. Glukosa terdapat pada empat jenis disakarida, monosakarida lainnya
adalah fruktosa dan galaktosa (Almaitser, 2010).
Karbohidrat merupakan senyawa yang terdiri atas unsur karbon, hidrogen
dan oksigen. Tepung atau amilum merupakan salah satu bentuk dari karbohidrat
yang merupakan bagian utama dari bahan makanan seperti gandum, jagung,
kentang, ubi da lain-lain. Keberadaan amilum didalam bahan makanan diuji
dengan pemberian larutan yodium. Larutan yodium menyebabkan amilum
berubah warnanya menjadi biru tua. Bahan makanan yang mengandung amilum
jika ditetesi larutan yodium akan berubah warnanya menjadi biru keunguan atau
biru kehitaman (Yunaida, 2014).
Karbohidrat merupakan senyawa metabolit primer selain protein dan lipid.
Karbohidrat mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia, antara
lain adalah sebagai sumber tenaga dan penghasil panas tubuh. Adanya
karbohidrat dapat diidentifikasi dengan mengguanakan berbagai metode. Salah
satu metode yang paling umum digunakan adalah uji molisch. Uji molisch sangat
efektif untuk senyawa-senyawa yang dapat didehidrasi oleh asam pekat menjadi
senyawa furfural yang tersubstitusi warna yang disebabkan oleh kondensasi
furfural dengan alfa-naftol menghasilkan senyawa kompleks berwarna merah
ungu (Muddinjafar, 2013).
32
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 19 November 2015 di
Laboratorium Kimia dan Biokimia Pangan Fakultas Teknologi Pangan dan
Agroindustri Universitas Mataram.
Alat dan Bahan Praktikum
a. Alat-alat praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tabung
reaksi, hot plate, stopwatch, penjepit, gelas kimia, botol, rak tabung, rubber
33
b. Uji Seliwanoff
Disiapkan 5 tabung reaksi
Diisi masing-masing 1 ml larutan berturut-turut yaitu glukosa 1%, amilum 1%,
sukrosa 1%, fruktosa 1%, maltose 1%
Ditambahkan 2 3 tetes pereaksi Seliwanoff dan digojog
Dipanaskan pada perangas air selama 5 menit
Diamati perubahan warna yang terjadi setiap 1 menit
c. Uji Benedict
Disiapkan 5 tabung reaksi
Diisi masing-masing 1 ml larutan berturut-turut yaitu glukosa 1%, amilum 1%,
sukrosa 1%, fruktosa 1%, maltose 1%
Ditambahkan 2 3 tetes pereaksi Benedict
Dipanaskan pada perangas air selama 5 menit
Diamati perubahan warna yang terjadi
d. Uji Iodin
Disiapkan 5 tabung reaksi
Diisi masing-masing 1 ml larutan berturut-turut yaitu glukosa 1%, amilum 1%,
sukrosa 1%, fruktosa 1%, maltose 1%
Ditambahkan 2 ml larutan iodium
Diamati dan dicatat warna dari masing-masing tabung
Ditambahkan 3 5 tetes larutan HCl encer pada masing-masing tabung
dan digojok
Dipanaskan pada perangas air selama 5 10 menit
Diamati dan dicatat perubahan warna yang terjadi
34
HASIL PENGAMATAN
Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Uji Kualitatif Berbagai Jenis Karbohidrat Berdasarkan Terbentuknya Furfural (Uji Molisch)
Jenis Karbohidrat
Terjadinya Pembentukan Cincin
Glukosa 1%
Tidak terbentuk cincin ungu
Tidak terbentuk cincin ungu
Pati 1%
Tidak terbentuk cincin ungu
Sukrosa 1%
Tidak terbentuk cincin ungu
Fruktosa 1%
Tidak terbentuk cincin ungu
Maltosa 1%
Tabel 3.2 Hasil Pengamatan Uji Kualitatif Berbagai Jenis Karbohidrat Berdasarkan Terbentuknya Furfural (Uji Seliwanoff)
Perubahan Warna
Jenis Karbohidrat
Sesudah Dipanaskan
Sebelum
Dipanaskan
1
2
3
4
5
Glukosa 1%
Kuning Bening Kuning Bening Kuning Bening
Kuning Bening
Kuning Bening
Kuning Bening
Pati 1%
Kuning Bening Kuning Bening Kuning Bening
Kuning Bening
Kuning Bening
Kuning Bening
Sukrosa 1%
Kuning Bening Kuning Bening Orange Bening Orange Kemerahan
Merah Bata
Merah Bara
Fruktosa 1%
Kuning Bening Kuning Bening Orange Bening
Orange
Orange Kemerahan
Orange Kemerahan
Maltosa 1%
Kuning Bening Kuning Bening Kuning Bening
Kuning Bening
Kuning Bening
Kuning Bening
35
Tabel 3.3
Tabel 3.4
36
PEMBAHASAN
Karbohidrat merupakan senyawa yang terdiri atas unsur karbon, hidrogen
dan oksigen. Fungsi utama karbohidrat adalah sebagi sumber energi yang
dibutuhkan oleh manusia dalam melakukan segala aktivitasnya. Karbohidrat
banyak terdapat pada bahan panagan seperti biji-bijian dan sayuran. Untuk
mengetahui jenis-jenis karbohidrat dalam berbagai jenis bahan panagan
dilakukan berbagai uji. Pada praktikum ini pengujian karbohidrat dilakukan
dengan menggunakan empat uji, yaitu uji Molisch, uji Seliwanoff, uji Benedict,
dan uji Iodin. Uji Molisch digunakan untuk mengidentifikasi berbagai jenis
karbohidrat berdasarkan terbentuknya furfural begitu juga pengujian Seliwanoff.
Uji Benedict bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai jenis karbohidrat
berdasarkan sifat preduksinya dan uji iodin digunakan untuk mengidentifikasi
karbohidrat
berdasarkan
perubahan
warna
iodinnya.
Bahan-bahan
yang
digunakan dalam pengujian karbohidrat adalah glukosa 1%, pati 1%, fruktosa
1% dan maltosa1%.
Berdasarkan hasil pengamatan pada uji Molisch semua jenis karbohidrat
yang diujikan tidak membentuk cincin ungu. Hal ini kemungkinan disebabkan
karena adanya kesalahan oleh praktikan selama pengujian. Uji Seliwanoff ada 2
jenis karbohidrat yang berubah warna pada tiap menitnya selain itu tidak ada
yang berubah yaitu sukrosa dan fruktosa. Sebelum dipanaskan keduanya
berwana kuning bening setelah mulai berubahan menjadi orange, kemerahan
dan merah bata. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya kandungan ketosa
dalam karbohidrat jenis monosakarida itu. Sedangkan jenis karbohidrat sebelum
dan sesudah dipanaskan tidak mengalami perubahan warna. Uji ketiga yaitu uji
37
38
39
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Karbohidrat merupakan senyawa yang terdiri atas unsur karbon, hidrogen
dan oksigen.
2. karbohidrat
berdasarkan
monomernya
dibagi
menjadi
tiga,
yaitu
40
ACARA IV
UJI PROTEIN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Protein merupakan makromolekul yang menyusun lebih dari sepuluh
bagian dari sel. Protein menentukan ukuran dan struktur sel, komponen utama
dari sistem komunikasi antara sel serta sebagai katalis berbagai reaksi biokimia
dalam sel. Karena itulah sebagian besar aktivitas penelitian biokimia bertujuan
pada protein khususnya hormon, antibodi dan enzim. Setiap jenis protein
mempunyai jumlah dan urutan asam amino yang khas. Didalam sel, protein
terdapat baik pada membran plasma maupun membran internal yang menyusun
organel sel seperti mitokondria, retikulum endoplasma, nukleus dan badan golgi
dengan fungsi yang berbeda-beda tergantung tempatnya (Yunarso,2007).
Protein-protein yang terlibat dalam reaksi biokimia sebagian besar berupa
enzim banyak terdapat dalam sitoplasma dan sebagian terdapat pada
kompartemen dari organel sel. Protein merupakan kelompok biomakromolekul
yang sangat heterogen. Ketika berada diluar bagi semua makhluk hidup
termasuk mikroorganisme, hewan dan tumbuhan. Protein merupakan rangkaian
gabungan 22 jenis asam amino. Protein ini memainkan berbagai peranan dalam
benda hidup dan bertanggung jawab untuk fungsi dan ciri-ciri benda hidup
(Vandef, 2009).
Protein yang terdapat dalam makanan berfungsi sebagai sumber zat utama
dalam pembentukan sel-sel tubuh dan sebagai sumber energi. Protein terlibat
dalam sistem kekebalan sebagai antibody. Proses kimia yang berlangsung dalam
41
tubuh adanya enzim yang merupakan suatu protein yang berfungsi sebagai
biokatalis. Mengingat banyaknya fungsi dan manfaat protein bagi kehidupan kita,
serta pentingnya kita untuk mengetahui berbagai jenis protein. Oleh karena itu,
perlu dilakukannya percobaan mengenai pengujian protein secara kimia dengan
mengenal sifat pengendapan dan perubahan warrna yang terjadi bila protein
tersebut ditambahkan senyawa tertentu.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengidentifikasi adanya
gugus asam amino bebas pada suatu bahan, mengidentifikasi gugus R asam
amino yang mengandung sulfur, mengidentifikasi adanya ikatan peptida suatu
larutan dan megidentifikasi titik isoelektrik kasein.
42
TINJAUAN PUSTAKA
Protein adalah makromolekul yang tersusun dari bahan dasar asam
amino. Asam amino yang menyusun protein ada 20 macam. Protein terdapat
dalam sistem hidup semua organisme baik yang berada pada tingkat rendah
maupun organisme tingkat tinggi. Protein memiliki fungsi utama yang kompleks
di dalam semua proses biologi. Protein berfungsi sebagai katalisator, sebagai
pengangkut dan penyimpan molekul lain seperti oksigen, mendukung secara
mekanis sistem kekebalan (imunitas) tubuh, menghasilkan pergerakan tubuh,
sebagai transmitor gerakan syaraf dan mengendalikan pertumbuhan dan
perkembangan (Katili,2009).
Protein merupakan polimer heterogen dari molekul asam amino. Protein
sangat penting bagi tubuh kita terutama utuk pertumbuhan dan pergantian selsel tubuh yang rusak karena itu metabolisme protein sangat penting untuk
dialami dan karena hal ini banyak melibatkan enzim proteolitik yaitu enzim yang
dapat menguraikan atau memcah protein. Protein dalam bahan pangan yang
konsumsi manusia akan diseap oleh usus dalam bentuk asam amino. Kadangkadan beberapa asam amino yang merupakan peptide dan molekul-molekul
protein dapat juga diserap melalui dinding usus masuk kedalam pembuuh darah
(Winarno, 2007).
Protein dapat memerankan fungsi sebagai bahan strutural karena seperti
halnya polimer lain, protein memiliki rantai yang panjang da juga dapat
mengalami crosswking dan lain-lain. Selain itu juga dapat berperan sebagai
biokatalis untuk reaksi-reaksi kimia dalam sistem makhluk hidup, makromolekul
ini memindahkan jalur dan waktu metabolisme yang kompleks untuk menjaga
43
44
hidrolisis peptida akan mnghasilkan produk reaksi yang berupa satu molekul
dengan gugus karboksil dan molekul lainnya memiliki gugus amino (Yunarso,
2013).
45
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 26 November 2015 di
Laboraturium Kimia dan Biokimia Pangan Fakultas Teknologi Pangan dan
Agroindustri Univesitas Mataram.
Alat dan Bahan Praktikum
a. Alat-alat Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah tabung
reaksi, hot plate, pipet volume, ruber bulb, gelas kimia, botol, rak tabung
reaksi erlenmeyer, stopwatch, penjepit dan karet gelang.
b. Bahan-bahan Praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah
aquades,albumin, glisin, larutan Na asetat,
larutan CuSO4 0,5%, larutan NaOH 10%, susu segar dan asam asetat.
Prosedur Kerja
a. Uji Ninhidrin
Disiapkan aquades, albumin, glisin (1 mL)
3 tabung reaksi
Ditambahkan 2 mL larutan Na-asetat
Ditambahkan 1 mL larutan Ninhidrin
Dipanaskan dengan penangas air selama 5 menit (1000C)
Diamati perubahan warna yang terjadi
46
b. Uji Biuret
Disiapkan aquades, albumin, glisin (1 mL)
3 tabung reaksi
Ditambahkan 2 mL larutan Na-asetat
Ditambahkan 1 ml larutan CuSO4 0,5% dan 1 ml larutan NaOH 1%
Dipanaskan selama 5 menit dengan suhu 100C
Diamati perubahan warna yang terjadi
c. Uji Sulfur
Disiapkan glisin, albumin (0,5 mL)
2 tabung reaksi
Ditambahkan 2,5 mL aquades
Ditambahkan 1 tetes larutan NaOH 10%
Diaduk rata
Ditambahkan 2 tetes Pb-asetat (perubahan warna)
Dipanaskan selama 5 menit dengan suhu 100C
Diamati perubahan warna yang terjadi
d. Uji Sifat Isoelektrik Protein
6 tabung reaksi
Ditambahkan 1 ml susu segar
Tabung 1,2,3
Tabung 4,5,6
Diaduk
Diaduk
47
HASIL PENGAMATAN
Tabel 4.1 Hasil Uji Kualitatif Asam Amino dengan Uji Ninhidrin
Perubahan Warna
Jenis Larutan
Sebelum dipanaskan
Setelah dipanaskan
Aquades
Bening kekuningan
Kuning Bening
Albumin
Kuning Bening
Merah Keunguan
Glisin
Bening Kekuningan
Kuning bening
Tabel 4.2 Hasil Uji Kualitatif Peptida dengan Uji Biuret
Perubahan Warna
Jenis Larutan
Setelah dipanaskan
Sebelum
dipanaskan
+ CuSO4 0,5%
+ NaOH 10%
Aquades
Bening
Bening Kebiruan
Biru
Albumin
Kuning Bening
Hijau Toska
Ungu
Glisin 1 %
Bening
Biru Bening
Biru Bening
Tabel 4.3 Hasil Uji Sulfur Beberapa Jenis Larutan
Perubahan Warna
Jenis Larutan
Sebelum dipanaskan
Setelah dipanaskan
Glisin
Bening
Bening
Albumin
Bening
Kuning Bening
Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Uji Sifat Isoelektrik Protein
Nomor tabung reaksi
Jenis
Larutan
1
2
3
4
pH
4,1
4,4
4,8
5,1
Jumlah
3
3
3
2
endapan
5,4
5,7
48
PEMBAHASAN
Protein adalah makromolekul yang tersusun dari bahan dasar asam
amino. Asam amino yang menyusun protein ada 20 macam. Analisis kuantitatif
asam amino dan protein dapat dilakukan bedasarkan reaksi perubahan warna.
Reaksi perubahan warna untuk mengidentifikasi asam amino dan protein
mencakup : reaksi Biuret, Ninhidrin, Xantho protein, Milon, Diazo, Fohldan
Sakaguchi (Katili, 2009). Pada praktikum ini dilakukan empat jenis pengujian,
yaitu uji Ninhidrin, Uji Biuret, Uji Sulfur dan sifat Isoelektrik Protein.
Uji Ninhidrin bertujuan untuk mengidentifikasi adanya gugus asam amino
bebas pada suatu bahan. Dalam percobaan kali ini menggunakan bahan
aquades, albumin (putih telur) dan glisin 1%. Dengan percobaan ini dapat
diketahui sampel mana yang positif mengandung protein dilihat dari ada atau
tidaknya
kandungan
asam
aminonya.
Berdasarkan
hasil
pengamatan,
dengan literatur yang mengatakan pada prinsip kerja ninhidrin, mengujji ada
atau tidaknya protein dalam suatu senyawa dengan penambahan reagen
49
Ninhidrin untuk mengetahui jumlah kadar asam amino bebas yang terkandung
didalamnya, dimana asam amino bebas akan bereaksi dengan Ninhidrin dan
membentuk senyawa kompleks berwarna ungu (Hamid, 2007).
Uji Biuret merupakan uji umum bentuk protein yang spesifik untuk ikatan
peptida. Dalam percobaan ini, setiap bahan (aquades, albumin, dan glisin)
ditambahkan masing-masing 1 ml CuSO4 0,5% dan 1ml dan NaOH 10%
kemudian dipanaskan pada suhu 1000C selama 5 menit. Pada data hasil
pengamatan, warna larutan pada aquades setelah ditambahkan CuSO 4 0,5% dan
NaOH 10% berwarna biru bening dari yang sebelumnya berwarna bening. Pada
larutan Albumin warna berubah menjadi ungu dari berwarna kuning bening.
Adapun larutan Glisin mengalami perubahan warna menjadi biru dari warna
bening. Pada prinsip kerja Biuret, yaitu menguji ada atau tidaknya protein dalam
suatu senyawa dengan penambahan reagen NaOH dan CuSO4 berdasarkan
adanya ikatan peptida (ikatan peptida harus 2 atau lebih). Dimana ion Cu 2+ (dari
pereaksi biuret) dalam suasana basa akan bereaksi dengan polipeptida yang
menyusun protein dan membentuk senyawa kompleks berwara biru hingga ungu
(Azhar, 2010). Data percobaan tersebut, ketiga larutan positif memiliki ikatan
peptida karena setelah direaksikan dengan reagen pada permukaannya warna
berubah menjadi biru hingga ungu. Membuktikan adanya peptida dalam protein
dilakukan dengan penambahan larutan NaOH yang bersifat basa, larutan
tersebut
akan
bereaksi
dengan
polipeptida.
Prinsipnya
sama
dengan
50
Uji Sulfur atau reaksi Fohl bertujuan untuk mengidentifiasi gugu R asam
amino yang mengandung sulfur. Pada percobaan uji sulfur kali ini digunakan
sampel glisin dan albumin. Berdasarkan hasil pengamatan, ada glisin tidak
mengalami perubahan warna sebelum dan sesudah dipanaskan, sedangkan pada
Albumin setelah dipanaskan berubah menjadi kuning bening. Sesuai dengan
literatur yang menyatakan bahwa pemanasan larutan protein bersifat basa akan
berbentuk Na2S jika larutan protein itu mengandung asam amino bersulfur,
seperti sistein, sistin atau metionin. Jika Na2S yang terbentuk direaksikan lebh
lanjut dengan Pb-asetat akan terbentuk endapan berwarna coklat dari PbS
(Ophart, 2003).
Sifat isoelektrik protein bertujuan untuk mnegndentifikasi titik isoelektrik
kasein. Pada percobaan kali ini menggunakan susu segar. Adanya gugus amino
bebas pada gugus karboksil bebas pada ujung-ujung rantai molekul protein
menyebabkan protein bersifat amfoter yaitu dapat bereaksi dengan asam
maupun basa. pH tertentu muatan gugus amino dan karboksilat saling
mentralkan sehingga molekul protein tidak bermuatan. Nilai pH dimana molekul
protein tidak bermuatan disebut titik isoelektrik. Jika pH berada pada kondisi
dibawah titik isoelektrik, maka muatan partiket koloid akan bermuatan positif.
Sebaliknya jika pH berada diatas titik isoelektik maka muatan koloid akan
berubah menjadi netral atau bahkan menjadi negatif. Terjadinya endapan
menandakan bahwa gugus amino dan karboksilatnya tidak saling menetralkan
(Murray, 2006). Berdasarkan hasil pengamatan, pada tabung 1,2,3 memiliki nilai
pH berkisar antara 4,1-4,8 dan membentuk banyak endapan, sedangkan pada
tabung reaksi 4,5,6 dengan nilai pH kisaran 5,1 5,7 membentuk sedikit
51
stabil
karena
mudah
mengalami
denaturasi.
Faktor-faktor
yang
menyebabkan denaturasi adalah pH, panas, pelarut, kekuatan ion terlarut dan
radiasi. Pemanasan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan perubahan
pada struktur protein. Pemanasan akan membuat protein bahan terdenaturasi
sehingga kemampuan mengikat airnya menurun. Hal ini terjadi karena energi
panas akan mangakibatkan terputusnya interaksi non-kovalen yang ada pada
52
struktur alami protein tetapi tidak memutuskan ikatan kovalennya yang berupa
ikatan peptida. Proses ini biasanya berlangsung pada kisaran suhu yang sempit.
53
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Protein adalah makromolekul yang tersusun dari bahan dasar asam amino.
2. Pada uji Ninhidrin, albumin positif mengandung asam amino, sedangkan
larutan glisin dan aquades negatif, karena setelah dipanaskan warnanya tidak
berubah moenjadi ungu atau merah violet.
3. Pada Uji Biuret, aquades hasil ujinya negatif, sedangkan glisin dan albumin
positif memiliki ikatan peptida karena setelah direaksikan dengan reagen ada
permukaan warnanya berubah menjadi biru tua dan ungu.
4. Penambahan larutan NaOH dan CuSO4 pada uji Biuret berfungsi untuk
membuktikan adanya peptida dalam protein; Pb-asetat pada uji sulfur
berfungsi untuk membantu terbentuknya endapan pada larutan; dan
penggunaan larutan Na-asetat pada uji sifat Isoelektrik berfungsi untuk
mempengaruhi terjadinya denaturasi.
5. Faktor utama yang mempengaruhi struktur protein yaitu pemanasan, adapun
faktor lain seperti pH, suhu, pelarut, kekuatan ion, konstanta dielektrik dan
radiasi.
54
ACARA V
PENGUJIAN LEMAK
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lemak adalah ester dari asam lemak dengan gliserol. Satu molekul
gliserol akan mengikat tiga molekul asam lemak. Lemak umumnya tidak larut
dalam air, tetapi dapat larut dalam pelarut non polar seperti kloroform, eter dan
benzena. Lemak dari tumbuhan dinamakan lemak nabati sedangkan lemak dari
hewan dinamakan lemak hewani (Handito, 2015).
Lemak sangat penting bagi tubuh dan mempunyai banyak peranan.
Lemak atau lipid berfungsi sebagai sumber energi, komponen strukturan
membran, pelindung dan sebagai zat bahan penting yang dibutuhkan tubuh.
Lipid yang banyak di alam adalah lemak dan trigliserida. Berdasarkan sifat
kimianya lipid dikelompokkan menjadi dua yaitu, lipid yang dapat disabunkan dan
lipid yang tidak dapat disabunkan. Contoh dari lipid tersebut adalah asam lemak
dan steroid.
Dalam bidang pangan lipid sangat banyak digunakan, yaitu minyak
goreng. Minyak dapat diperoleh dari hwan maupun tumbuhan. Minyak digunakan
untuk menggoreng berbagai macam produk pangan. Seperti kerupuk, gorengan
dan sebagainya. Oleh karena itu, praktikum ini dilakukan untuk mengetahui jenis
pelarut
terhadap
sifat
kelarutan
lemak
dan
untuk
mengetahui
tingkat
55
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dai praktikum ini adalah untuk mengetahui jenis pelarut
terhadap sifat kelarutan lemak dan untuk mengetahui tingkat ketidakjenuhan
berbagai jenis lemak serta, mengetahui sifat penyabunan dua jenis garam asam
lemak.
56
TINJAUAN PUSTAKA
Lemak dibagi menjadi tiga yaitu lemak sederhana, lemak majemuk, dan
lemak turunan. Lemak sederhana yaitu apabila dihidrolisis akan menghasilkan
alcohol biasanya berupa gliserol dan asam lemak. Lemak majemuk yaitu apabila
dihidrolisis akan menghasilkan alkohol, asam lemak dan senyawa lainnya seperti
fosfat, asam amino, dan lain-lain. Lemak turunan adalah berbagai jenis senyawa
yang diperoleh dari hidrolisis kedua jenis lemak. Kelompok jenis turunan lemak
adalah gliserol dan berbagai alkohol lain yang ikut menyusun lemak (Sistiawan,
2011).
Lemak dan minyak termasuk dalam satu golongan lipid, yaitu lipid netral.
Lemak dan minyak dapat diperoleh dari hewan dan tumbuhan dapat dikonsumsi.
Lemak dalam tubuh berfungsi sebagai sumber energi dan cadangan makanan.
Wujud lemak berkaitan dengan asam lemak pembentuknya. Lemak yang
berbentuk cair banyak mengandung asam lemak tidak jenuh sedangkan lemak
yang berbentuk padat lebih banyak mengandung asam lemak jenuh (Riawan,
2010).
Berdasarkan kerangka dasarnya, lipida atau lemak dibedakan menjadi
lipida kompleks dan lipida sederhana. Golongan pertama dapat dihidrolisis
sedangkan golongan kedua tidak dapat dihidrolisis. Asam lemak dapat dibedakan
berdasaran tingkat esensialitasnya, yakni linoleat dan linolenat. Asam lemak tidak
jenuh yang (rangkap) kalau hanya sebuah terdapat pada atom nomor 9, bila
terdapat lebih dari satu, maka ikatan atom C rangkap berikutnya terjadi antara 3
buah atom C (Martoharsono, 2012).
57
Lemak adalah garam yang terbentuk dari penyatuan asam lemak dengan
alcohol organik yang disebut gliserol atau gliserin. Lemak yang dapat mencair
dalam temperatur biasa disebut minyak, sedangkan dalam berbentuk padatan
disebut lemak. Lemak tersusun dari molekul karbon, hidrogen dan oksigen. Sifatsifat lemak antara lain mengapung pada permukaan air, tidak larut dalam air dan
dapat melarutkan vitamin A, D, E dan K. Manfaat lemak dalam tubuh adalah
sebagai sumber energi, pelarut vitamin dan sebagai cadangan makanan (Putri,
2015).
Lemak adalah salah satu komponen makanan multifungsi yang sangat
penting untuk kehidupan. Selain memiliki sisi positif, lemak juga mempuyai sisi
negatif terhadap kesehatan. Fungsi lemak dalam tubuh adalah antara lain
sebagai sumber energi , bagian dari membrane sel, pelindung organ-organ tubuh
serta pelarut vitamin A, D, E, dan K. Penambahan lemak dalam makanan
memberikan efek rasa lezat dan tekstur makanan menjadi lembut serta gurih. Di
dalam tubuh, lemak menghasilkan energi dua kali lebih banyak dibandingkan
dengan rotein dan karbohidrat (Sartika, 2008).
58
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Digojog
Diulangi untuk minyak hewani
60
HASIL PENGAMATAN
Tabel 5.1 Hasil Pengamatan Jenis Pelarut Terhadap Kehidupan Lemak
Jenis Lemak
Jenis Pelarut
Minyak Nabati
Minyak Hewani
Curah
Komersial
Kloroform
Larut (non polar)
Larut (non polar)
Tidak larut (polar)
Benzena
Larut (non polar)
Larut (non polar) Sedikit larut (semi polar)
Etanol
Tidak larut (polar) Tidak larut (polar)
Larut (non polar)
NaOH 0,05 M Tidak larut (polar) Larut (non polar)
Larut (non polar)
HCl 0,05 M
Tidak larut (polar) Larut (non polar)
Larut (non polar)
Tabel 5.2 Hasil Pengamatan Uji Ketidakjenuhan Dua Jenis Minyak
Sampel
Jumlah Tetesan Larutan Iodin
Minyak Hewani
25 tetes
Minyak Nabati (curah)
25 tetes
Minyak Nabati (komersial)
30 tetes
Aquades (control)
45 tetes
Table 5.3 Hasil Pengamatan Sifat Penyabunan Dari Dua Jenis Garam Asam
Lemak
Larutan uji
Sabun
Deterjen
CaCl2 0,5%
++
+++
MgCl2 0,5%
+++
+++
FeCl3 0,5%
++
++
Minyak Nabati
++
+
Keterangan : +
: sedikit gelembung
++
+++
: banyak gelembung
61
PEMBAHASAN
Lemak adalah ester dari asam lemak dengan gliserol. Satu molekul
gliserol akan mengikat tiga molekul asam lemak. Lemak umumnya tidak larut
dalam air, tetapi dapat larut dalam pelarut non polar seperti kloroform, eter dan
benzena. Lemak dari tumbuhan dinamakan lemak nabati sedangkan lemak dari
hewan dinamakan lemak hewani. Lemak sangat penting bagi tubuh dan
mempunyai banyak peranan. Lemak atau lipid berfungsi sebagai sumber energi,
komponen strukturan membran, pelindung dan sebagai pra zat bahan penting
yang dibutuhkan tubuh. Lipid yang banyak di alam adalah lemak dan trigliserida.
Berdasarkan sifat kimianya lipid dikelompokkan menjadi dua yaitu, lipid yang
dapat disabunkan dan lipid yang tidak dapat disabunkan (Handito, 2015).
Praktikum kali ini membahas tentang pengujian lemak yang terdiri dari 3
jenis uji. Antara lain uji sifat kelarutan lemak, uji tingkat ketidakjenuhan lemak
dan uji sifat penyabunan lemak. Pada praktikum ini menggunakan beberapa
bahan utama yaitu minyak nabati komersial dan curah serta minyak hewani pada
uji sifat kelarutan lemak dan uji tingkat kejenuhan , sedangkan pada uji sifat
penyabunan menggunakan sabun dan deterjen 1%. Pada uji pertama yaitu uji
sifat kelarutan lemak yang berfungsi untuk mengetahui pengaruh jenis pelarut
terhadap sifat kelarutan lemak menggunakan lima jenis pelarut yang berbeda.
Pada minyak nabati komersial maupun curah larut pada larutan kloroform dan
benzena, karena kedua larutan tersebut bersifat non polar. Sedangkan pada
etanol NaOH 0,05 M dan HCl 0,05 M minyak nabati curah tidak larut diebabkan
larutan tersebut bersifat polar. Beda halnya dengan minyak nabati komesial,
larutan etanol, NaOH 0,05M dan HCl 0,05M
62
keduanya bersifat non polar. Sedangkan pada minyak hewani pada larutan
kloroform minyak tidak larut, pada larutan benzena hanya sedikit yang larut. Hal
ini disebabkan karena minyak hewani bersifat semi polar. Sedangkan pada
larutan etanol, NaOH 0,05M dan HCl 0,05M semuanya larut dalam minyak.
Uji kedua yaitu uji ketidakjenuhan dua minyak yang bertujuan untuk
mengetahui tingkat ketidakjenuhan berbagai jenis lemak. Sampel yang
digunakan ada 3 yaitu minyak nabati komersial dan curah, minyak hewani, serta
aquades. Uji ini menggunakan larutan iodin, semakin banyak tetesan maka
minyak tersebut semakin jenuh. Berdasarkan hasil pengamatan pada minyak
hewani jumlah tetesan adalah 25 tetes. Minyak nabati curah 25 tetes , minyak
nabati komersial 30 tetes, dan aquades sebanyak 45 tetes. Hal ini menunjukkan
minyak hewani dan minyak nabati curah memiliki sifat ketidakjenuhan yang
tinggi dibandingkan dengan minyak nabati komersial dan aquades.
Uji ketiga yaitu uji sifat penyabunan menggunakan empat larutan uji
yaitu, CaCl2 0,5%, MgCl2 0,5%, FeCl3 0,5% dan minyak nabati komersial. Hasilnya
adalah pada larutan CaCl2 0,5% yang ditambahkan sabun menghasilkan
gelembung yang agak banyak sedangkan yang ditambhakna dengan deterjen
jumlah gelembungnya banyak. Pada larutan MgCl2 0,5% yang ditambahkan
sabun dan deterjen menghasilkan gelembung banyak. Pada larutan FeCl 3 0,5%
pada saat ditambahkan dengan sabun maupun deterjen jumlah gelembung agak
banyak. Dan pada minyak nabati yang ditambahkan sabun menghasilkan
gelembung
agak
banyak,
sedangkan
pada
saat
penambaha
deterjen
63
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Lemak adalah ester dari asam lemak dengan gliserol, satu molekul gliserol
akan mengikat tiga molekul asam lemak
2. Minyak berasal dari dua sumber yakni dari tumbuhan yang dinamakan
minyak nabati dan dari hewan dinamakan minyak hewani.
3. Minyak hanya dapat larut pada larutan non polar seperti kloroform, benzena,
dan ester.
64
ACARA VI
UJI ENZIM
PENDAHULUAN
Latar belakang
Metabolisme merupakan suatau reaksi kimia yang terjadi didalam tubuh
makhluk hidup. Reaksi metabolisme tersebut dimaksudkan untuk memperoleh
energi, menyimpan energi, menyusun bahan makanan dan merombak bahan
makanan.
memasukkan
atau
mengeluarkn
zat-zat,
melakukan
gerakan,
65
membahayakan bagi tubuh makhluk hidup. sangat penting sekali peranan enzim
dalam proses metabolisme dalam menghasilkan energi secara cepet. Oleh karena
itu, sangat penting untuk mengetahui enzim apa saja yang berperan dalam
membantu mempercepat terjadinya proses metabolisme ini baik anabolisme
maupun katabolisme.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui kemampuan minimal
enzim amilase air liur memecah pati per satuan waktu, mengetahui pengaruh pH
terhadap aktivitas dan menentukan pH optimal enzim amilase air liur serta
menentukan spesifitas enzim amilase dan inaktivasi enzim amilase oleh panas.
66
TINJAUAN PUSTAKA
Enzim adalah protein yang berperan sebagai katalis dalam metabolisme
makhluk hidup. Enzim berperan untuk mempercepat reaksi kimia yang terjadi di
dalam tubuh makhluk hidup, tetapi enzim itu sendiri tidak ikut bereaksi. Oleh
sebab itu enzim disebut sebagai salah satu katalisator alami. Enzim terdiri dari
apoenzim dan gugus prostetik. Apoenzim adalah bagian enzim yang tersusun
atas protein. Gugus prostetik adalah bagian enzim yang tidak tersusun atas
protein. Gugus prostetik dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu koenzim
(tersusun dari bahan organik) dan kofaktor (tersusun dari bahan anorganik)
(Wikipedia, 2010).
Enzim adalah molekul protein yang berperan sebagai biokatalis dan
berfungsi untuk mengkatalisis reaksi-reaksi metabolisme yang berlangsung pada
mahkluk hidup. Fungsi ini dipengaruhi oleh faktor lingkungannya seperti
temperatur, keasaman (pH), konsentrasi substrat, konsentrasi enzim dan
aktivator. Pada kondisi optimum, laju reaksi enzimatik akan bekerja secara
optimum, sehingga diperoleh produk yang lebih banyak. Laju reaksi enzimatik
akan bertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim, akan tetapi laju reaksi
dapat mencapai konstan bila jumlah substrat bertambah terus sampai melewati
batas kemampuan enzim
banyak substrat yang dapat berhubungan dengan enzim pada sisi aktif tersebut.
Akibatnya kompleks enzim-substrat semakin besar dan aktivitas enzim juga
semakin besar (Bahri, 2012).
Enzim mempunyai sifat-siFat diantaranya Biokatalisator (mempercepat
jalannya reaksi tanpa ikut bereaksi), Thermolabil (mudah rusak, bila dipanasi
67
lebih dari suhu 60C, karena enzim tersusun dari protein yang mempunyai sifat
thermolabil), Merupakan senyawa protein sehingga sifat protein tetap melekat
pada enzim, dibutuhkan dalam jumlah sedikit, sebagai biokatalisator, reaksinya
sangat cepat dan dapat digunakan berulang-ulang, Bekerjanya ada yang di
dalam sel (endoenzim) dan di luar sel (ektoenzim), contoh ektoenzim: amilase,
maltase, umumnya enzim bekerja mengkatalisis reaksi satu arah, meskipun ada
juga yang mengkatalisis reaksi dua arah, contoh : lipase, meng-katalisis
pembentukan dan penguraian lemak. Lipase Lemak + H2O Asam lemak +
Gliserol, Bekerjanya spesifik ; enzim bersifat spesifik, karena bagian yang aktif
(permukaan tempat melekatnya substrat) hanya setangkup dengan permukaan
substrat tertentu dan umumnya enzim tak dapat bekerja tanpa adanya suatu zat
non protein tambahan yang disebut kofaktor (Isharmanto, 2009).
Adapun empat faktor utama yang berperan dalam proses percepatan laju
reaksi enzim adalah sebagai berikut : (1) Beberapa enzim akan menambah
reaktan-reaktan, dengan orientasi tertentu pada enzim tersebut kemudian setiap
sisi reaktif dari masing-masing reaktan di sekatkan satu sama; lain shingga
meningkatkan prbabilitas untuk saling bereaksi. (2) Enzim dapat bereaksi dengan
molekul substrat untuk mrmbrntuk molekul intermrdiet tidak stabil kemudian siap
untuk melakukan reaksi berikutnya untuk membentuk produk. (3) Sisi-sisi aktif
dari reaktan-reaktan tersebut dapat berfungsi sebagai donor atau aseptor
electron untuk mewujudkan reaksi-reaksi asam basa. (4) Ikatan yang terjadi
antara enzim dengan substrat dapat menyebabkan terjadinya peningkatan
probabilitas sbstrat untuk membentuk ikatan-ikatan baru dan terlepas satu sama
lain (Nurhalim, 2005).
68
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 17 Desember 2015 di
Laboratorium Kimia dan Biokimia Pangan Fakultas Teknologi Pangan dan
Agroindustri Universitas Mataram.
Alat dan Bahan Praktikum
a. Alat-alat Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tabung
reaksi, rubber bulb, tisu, rak tabung reaksi, pipet tetes, erlenmeyer, pipet
volume, hot plate dan kertas label.
b. Bahan-bahan Praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah air
liur, aquades, NaCl 1%, pati 1%, asam sitrat, Na2HPO4 dan iodin.
Prosedur Kerja
a. Penentuan aktivitas enzim
Disiapkan 2 tabung
Diberi label angka 1 sampai 10, satu tabung tidak diberi label
Ditambahkan 1 ml aquades pada tabung reaksi yang diberi label
Ditambahkan 1 ml air liur dan 9 ml aquades padatabung reaksi yang tidak
diberi label
Ditambahkan 1 ml NaCI 1% pada tabung reaksi yang diberi label
Tabung reaksi yang diberi label di gojog sampai homogen
Ditambahkan 2 ml pati 1%
69
70
HASIL PENGAMATAN
Hasil Pengamatan
Tabel 6.1. Hasil Pengamatan Penentuan Aktivitas Amilase Air Liur
Warna larutan menit keTabung
reaksi
0
5
10
15
20
25
30
1
Bening Bening Bening Bening Bening Bening Bening
2
Bening Bening Bening Bening Bening Bening Bening
3
Bening Bening Bening Bening Bening Bening Bening
4
Bening Bening Bening Bening Bening Bening Bening
5
Bening Bening Bening Bening Bening Bening Bening
6
Bening Bening Bening Bening Bening Bening Bening
7
Bening Bening Bening Bening Bening Bening Bening
8
Bening Bening Bening Bening Bening Bening Bening
9
Bening Bening Bening Bening Bening Bening Bening
10
Bening Bening Bening Bening Bening Bening Bening
Tabel 6.2. Hasil
Tabung
reaksi
1
2
3
Warna setelah
ditetesi iodin
Kuning bening
Kuning bening
Coklat bening
Ungu
Coklat
Biru pekat
Biru pekat
Biru pekat
Biru pekat
Biru pekat
5
6.8
8
Kuning kecoklatan
Coklat
Coklat pekat
Hasil perhitungan
Tabung reaksi ke-5
X
2 1
Faktor pengenceran
2 1
1
320
2 1
0,0003125
= 640
Jadi satu ml air liur dapat menghidrolisis larutan pati 1% sebanyak 640 ml dalam
waktu 30 menit pada suhu 38 C.
71
PEMBAHASAN
Enzim adalah molekul protein yang berperan sebagai biokatalis dan
berfungsi untuk mengkatalisis reaksi-reaksi metabolisme yang berlangsung pada
mahkluk hidup. Fungsi ini dipengaruhi oleh faktor lingkungannya seperti
temperatur, keasaman (pH), konsentrasi substrat, konsentrasi enzim dan
aktivator. Pada kondisi optimum, laju reaksi enzimatik akan bekerja secara
optimum, sehingga diperoleh produk yang lebih banyak. Laju reaksi enzimatik
akan bertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim, akan tetapi laju reaksi
dapat mencapai konstan bila jumlah substrat bertambah terus sampai melewati
batas kemampuan enzim
banyak substrat yang dapat berhubungan dengan enzim pada sisi aktif tersebut.
Akibatnya kompleks enzim-substrat semakin besar dan aktivitas enzim juga
semakin besar (Bahri, 2012). Adapun tujuan dari praktikum ini adalah
mengetahui kemampuan minimal enzim amilase air liur memecah pati per satuan
waktu, mengetahui pengaruh pH terhadap aktivitas dan menentukan pH optimal
enzim amilase air liur serta menentukan spesifitas enzim amilase dan inaktivasi
enzim amilase oleh panas.
Enzim dapat berfungsi sebagai determinan yang menentukan kecepatan
berlangsungnya berbagai peristiwa fisiologik, enzim memainkan peranan sentral
dalam masalah kesehatan dan penyakit. Pemecahan makanan untuk memasok
energi serta unsur-unsur kimia pembangun tubuh, perakitan pembangun tubuh
tersebut menjadi protein, membran sel serta DNA yang mengkodekan informasi
genetik, dan akhirnya menggunakan energi tersebut untuk menggerakkan sel.
72
73
kecoklatan, hal ini berarti amilum tidak dapat terhidrolisis secara sempurna dan
enzim amilase tidak dapat bekerja secara maksimal dalam memecah enzim
sehingga tidak dapat mengolah substrat dengan baik. Hal ini bisa dipengaruhi
oleh suhu, derajat keasaman (pH), keadaan substrat serta kovaktor dan inhibitor
(penghambat reaksi enzimatis). Hal ini sesuai degan literatur bahwa kecepatan
kecepatan reaksi enzimatik mencapai puncaknya pada pH optimum. Ada enzim
yang mempunyai pH optimum yang sangat rendah, seperti pepsin, yang
mempunyai pH optimum 2. pada pH yang jauh di luar pH optimum, enzim akan
terdenaturasi. Selain itu pada keaadan ini baik enzim maupun substrat dapat
mengalami perubahan muatan listrik yang mengakibatkan enzim tidak dapat
berikatan dengan substrat (Soewoto, 2000).
Peningkatan suhu akan meningkatkan laju reaksi, tetapi apabila melewati
suhu optimum (suhu dingin atau panas yang ekstrim) akan menurunkan aktivitas
enzim. Hal ini biasanya disebabkan kerana denaturasi protein pada enzim.
Adanya perubahan warna kuning yang dihasilkan pada hasil pengamatan
disebabkan karena enzim bekerja dengan mengurai amilum menjadi maltosa,
sehingga hanya sedikit iodine yang di absorpsi oleh amilum. Pada keadaan ini
enzim telat berikatan sepenuhnya dengan substrat sehingga iodine tidak memiliki
tempat lagi untuk bereaksi. Semakin banyak iodine yang terlarut, warna yang
dihasilkan pada pengamatan akan semakin tua. Hal ini menunjukkan bahwa
pengamatan sesuai dengan literatur yang ada.
74
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan
maka
dapat
ditarik
75
ACARA VII
SPEKTROFOTOMETER
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Istilah spektrofotometri menyiratkan pengukuran jauhnya pengabsorbsian
energi cahaya oleh suatu sistem kimia itu sebagai fungs dari panjang gelombang
radiasi, demikian pula pengukuran pengabsorbsian yang menyendiri pada suatu
panjang gelombang tertentu. Spektrofotometri dapat dibayangkan sebagai suatu
perpanjangan dari pemilikan visual di mana studi yang lebih rinci mengenai
pengabsorbsian energi cahaya oleh spesies kimia memungkinkan kecermatan
yang lebih besar dalam pencirian dan pengukuran kuantitatif. Spektrofotometri
sesuai dengan namanya dalah alat yang terdiri dari spektrofotometer dan
fotometer. Spektrofotmeter yang menghasilkan sinar spektrum dengan panjang
gelombang yaitu dan
76
luas oleh masyarakat. Beragam sumber air yang digunakan dalam keseharian.
Salah satu sumbernya ialah air sumur.
Spektrofotometer UV-Vis merupakan alat dengan teknik spektrofotometer
pada daerah ultra-violet dan sinar tampak. Alat ini digunakan guna mengukur
serapan sinar ultra violet atau sinar tampak oleh suatu materi dalam bentuk
larutan. Konsentrasi larutan yang dianalisis sebanding dengan jumlah sinar yang
diserap oleh zat yang terdapat dalam larutan tersebut. Oleh karena itu,
percobaan ini dilakukan agar praktikan dapat mengetahui cara menentukan
konsentrasi Fe3+ dengan menggunakan spektrofotometer, serta mengetahui cara
kerja dari spektrofotometer.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari tampilan
spectrum dan panjang gelombang maksimum larutan berwarna merah dan untuk
menentukan konsentrasi larutan berdasarkan kurva standar dari larutan yang
telah di ketahui konsentrasinya.
77
TINJAUAN PUSTAKA
Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada
panjang gelombang yang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma
atau kisi difraksi dan detector vacuum phototube atau tabung foton hampa. Alat
yang digunakan adalah spektrofotometer, yaitu sutu alat yang digunakan untuk
menentukan suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan
mengukur transmitan ataupun absorban dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari
konsentrasi. Pada titrasi spektrofotometri, sinar yang digunakan merupakan satu
berkas yang panjangnya tidak berbeda banyak antara satu dengan yang lainnya,
sedangkan dalam kalorimetri perbedaan panjang gelombang dapat lebih besar.
Dalam hubungan ini dapat disebut juga spektrofotometri adsorpsi atomic
(Harjadi, 1990).
Spektrometer
menghasilkan
sinar
dari
spectrum
dengan
panjang
gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau diabsorbsi. Kelebihan spectrometer dibandingkan fotometer
adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini
diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating, atau celah optis.
Fotometer filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan
trayek panjang gelombang tertentu. Fotometer filter tidak mungkin diperoleh
panjang gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan suatu trayek
panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada spektrofotometer, panjang
gelombang yang benar-benar terseleksi dapatdiperoleh dengan bantuan alat
pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber
78
menghasilkan
sinar
dari
spectrum
dengan
panjang
79
berdasarkan
tingkat
presisi
dan
akurasi
yang
dihasilkan.Akurasi
80
10-6. Analisis jenis ini juga relatif selektif dan spesifik, ketepatannya cukup tinggi,
relatif sederhana, dan murah (Mathias, 2005).
Macam-macam spektrofotometri dan perbedaannya Spektrofotometri
terdiri dari beberapa jenis berdasar sumber cahaya yang digunakan. Diantaranya
adalah Spektrofotometri Vis (Visible) Pada spektrofotometri ini yang digunakan
sebagai sumber sinar atau energi adalah cahaya tampak (visible). Cahaya
variable termasuk spektrum elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh mata
manusia. Panjang gelombang sinar tampak adalah 380-750 nm. Sehingga semua
sinar yang didapat berwarna putih, merah, biru, hijau, apapun itu, selama ia
dapat dilihat oleh mata. Maka sinar tersebut termasuk dalam sinar tampak
(visible). Sumber sinar tampak yang umumnya dipakai pada spektro visible
adalah lampu Tungsten.Kemudian Spektrofotometri UV (Ultraviolet). Berbeda
dengan spektrofotometri visible, pada spektrofotometri UV berdasarkan interaksi
sampel dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang gelombang 190-380 nm.
Sebagai sumber sinar dapat digunakan lampu deuterium. Deuterium disebut juga
heavy hidrogen. koloid/ suspensi dan Spektrofotometri UV-Vis Merupakan alat
dengan teknik spektrofotometer pada daerah ultra-violet dan sinar tampak. Alat
ini digunakan mengukur serapan sinar ultra violet atau sinar tampak oleh suatu
materi dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang dianalisis sebanding
dengan jumlah sinar yang diserap oleh zat yang terdapat dalam larutan tersebut.
81
PEMBAHASAN
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada
panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau
kisi difraksi dengan detektor fototube. Spektrofotometri dapat dianggap sebagai
perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi yang lebih mendalam dari
absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai
panjang gelombangdan dialirkan oleh suatu perkam untuk menghasilkan
spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang berbeda. elektromagnetik,
yang mana sinar ultraviolet dan sinar tampak merupakan salah satunya, dapat
dianggap sebagai energy yang merambat dalam bentuk
Macam-macam spektrofotometri dan perbedaannya Spektrofotometri
terdiri dari beberapa jenis berdasar sumber cahaya yang digunakan. Diantaranya
adalah Spektrofotometri Vis (Visible). Pada spektrofotometri ini yang digunakan
sebagai sumber sinar atau energi adalah cahaya tampak (visible). Cahaya
variable termasuk spektrum elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh mata
manusia. Panjang gelombang sinar tampak adalah 380-750 nm, sehingga semua
sinar yang didapat berwarna putih, merah, biru, hijau, apapun itu, selama ia
dapat dilihat oleh mata. Maka sinar tersebut termasuk dalam sinar tampak
(visible). Sumber sinar tampak yang umumnya dipakai pada spektro visible
adalah lampu Tungsten. Kemudian Spektrofotometri UV (Ultraviolet), berbeda
dengan spektrofotometri visible, pada spektrofotometri UV berdasarkan interaksi
sampel dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang gelombang 190-380 nm.
Sebagai sumber sinar dapat digunakan lampu deuterium. Deuterium disebut juga
82
83
84
85
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan, perhitungan dan pembahasan dapat
ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Komponen-komponen alat spektrofotometri UV-Visible yaitu sumber radiasi,
monokromator, sel atau kuvet, detektor, dan recorder.
2. Spektrofotometer secara rutin digunakan dalam kuantitatif penentuan larutan
dari logam transisi ion dan senyawa organic.
3. Berdasarkan perbedaan jenis sumber cahaya yang digunakan, ada dua
macam
spektrofotometri
yaitu
spektrofotometri
Vis
(Visible)
dan
spektrofotometri UV (Ultraviolet).
4. Pada umumnya terdapat dua tipe instrumen spektrofotometer, yaitu single-
86
DAFTAR PUSTAKA
Agfa, Firarizqy. 2013. Laporan Praktikum Biologi Kerja Enzim Katalase. http://
FirarizqyAgfa.blogspot.co.id/2013/09/laporan_praktikum_biologi_kerjaa_e
nzim_katalase.html. (Diakses pada tanggal 18 Desember 2015)
Muddinjafar.
88