Anda di halaman 1dari 17

PENGENDALIAN METABOLISME KARBOHIDRAT

Kata karbohidrat berasal dari kata karbon dan air. Secara sederhana karbohidrat
didefinisikan sebagai polimer gula. Karbohidrat adalah senyawa karbon yang mengandung
sejumlah besar gugus hidroksil. Karbohidrat paling sederhana bisa berupa aldehid (disebut
polihidroksialdehid atau aldosa) atau berupa keton (disebut polihidroksiketon atau ketosa).
Berdasarkan pengertian di atas berarti diketahui bahwa karbohidrat terdiri atas atom C, H dan
O.

Pada bagian-bagian terdahulu telah dipelajari berbagai macam karbohidrat, antara lain
monosakarida, disakarida, oligosakarida serta polisakarida. Karbohidrat siap dikatabolisir
menjadi energi jika berbentuk monosakarida. Energi yang dihasilkan berupa Adenosin
trifosfat (ATP). Glukosa merupakan karbohidrat terpenting. Dalam bentuk glukosalah massa
karbohidrat makanan diserap ke dalam aliran darah, atau ke dalam bentuk glukosalah
karbohidrat dikonversi di dalam hati, serta dari glukosalah semua bentuk karbohidrat lain
dalam tubuh dapat dibentuk. Glukosa merupakan bahan bakar metabolik utama bagi jaringan
mamalia (kecuali hewan pemamah biak) dan bahan bakar universal bagi janin. Unsur ini
diubah menjadi karbohidrat lain dengan fungsi sangat spesifik, misalnya glikogen untuk
simpanan, ribose dalam bentuk asam nukleat, galaktosa dalam laktosa susu, dalam senyawa
lipid kompleks tertentu dan dalam bentuk gabungan dengan protein, yaitu glikoprotein serta
proteoglikan.

Terdapat beberapa jalur metabolisme karbohidrat baik yang tergolong sebagai


katabolisme maupun anabolisme, yaitu glikolisis, oksidasi piruvat, siklus asam sitrat,
glikogenesis, glikogenolisis serta glukoneogenesis.

Secara ringkas, jalur-jalur metabolisme karbohidrat dijelaskan sebagai berikut:

 Glukosa sebagai bahan bakar utama akan mengalami glikolisis (dipecah) menjadi 2
piruvat jika tersedia oksigen. Dalam tahap ini dihasilkan energi berupa ATP.
 Selanjutnya masing-masing piruvat dioksidasi menjadi asetil KoA. Dalam tahap ini
dihasilkan energi berupa ATP.
 Asetil KoA akan masuk ke jalur persimpangan yaitu siklus asam sitrat. Dalam tahap
ini dihasilkan energi berupa ATP.
 Jika sumber glukosa berlebihan, melebihi kebutuhan energi kita, maka glukosa tidak
dipecah, melainkan akan dirangkai menjadi polimer glukosa (disebut glikogen).
Glikogen ini disimpan di hati dan otot sebagai cadangan energi jangka pendek. Jika
kapasitas penyimpanan glikogen sudah penuh, maka karbohidrat harus dikonversi
menjadi jaringan lipid sebagai cadangan energi jangka panjang.
 Jika terjadi kekurangan glukosa dari diet sebagai sumber energi, maka glikogen
dipecah menjadi glukosa. Selanjutnya glukosa mengalami glikolisis, diikuti dengan
oksidasi piruvat sampai dengan siklus asam sitrat.
 Jika glukosa dari diet tak tersedia dan cadangan glikogenpun juga habis, maka sumber
energi non karbohidrat yaitu lipid dan protein harus digunakan. Jalur ini dinamakan
glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru) karena dianggap lipid dan protein harus
diubah menjadi glukosa baru yang selanjutnya mengalami katabolisme untuk
memperoleh energi.
GLIKOGENESIS

1. Pengertian Glikogenesis
Glikogenesis adalah proses anabolic pembentukan glikogen untuk simpanan glukosa
saat kadar gula darah menjadi tinggi seperti setelah makan. Glikogenesis terjadi terutama
dalam sel-sel hati dan sel-sel otak rangka, tetapi tidak terjadi dalam sel-sel otak yang
sangat bergantung pada pada persendian konstan gula darah untuk energy (Ethel Sloane,
2003).
Glikogenesis adalah proses pembentukan glikogen dari glukosa kemudian disimpan
dalam hati dan otot. Glikogen merupakan bentuk simpanan karbohidrat yang utama di
dalam tubuh dan analog dengan amilum pada tumbuhan. Unsur ini terutama terdapat
didalam hati (sampai 6%), otot jarang melampaui jumlah 1%. Akan tetapi karena massa
otot jauh lebih besar daripada hati, maka besarnya simpanan glikogen di otot bisa
mencapai tiga sampai empat kali lebih banyak.
2. Struktur Glikogen

Glikogen bentuk penyimpanan glukosa adalah polisakarida glukosa bercabang yang


terdiri dari rantai-rantai unit glukosil yang disatukan oleh ikatan α-1,4 dengan cabang α-
1,6 di setiap 8-10 residu.

Dalam molekul dengan struktur bercabang –cabang lebat ini, hanya satu residu
glukosil yang memiliki sebuah karbon anomerik yang tidak terkait ke residu glukosa
lainnya. Karbon anomerik di awal rantai melekat ke protein glikogenin. Ujung lain pada
rantai itu disebut ujung nonpereduksi. Struktur yang bercabang-cabang ini
memungkinkan penguraian dan sintesis glikogen secara cepat karena enzim dapat
bekerja pada beberapa rantai sekaligus dari ujung-ujung nonpereduksi.

3. Fungsi Glikogen pada Otot Rangka dan Hati


Glikogen terurai terutama menjadi glukosa 1-fosfat yang kemudian diubah menjadi
glukosa 6-fosfat. Di otot rangka dan jenis sel lain, glukosa 6-fosfat masuk ke dalam jalur
glikolitik. Glikogen adalah sumber bahan bakar yang sangat penting untuk otot rangka
saat kebutuhan akan ATP meningkat dan saat glukosa 6-fosfat digunakan secara cepat
dalam glikolisis anaerobik.
Di hati berlainan dengan di otot rangka dan jaringan lainnya. Glikogen hati
merupakan sumber glukosa yang pertama dan segera untuk mempertahankan kadar
glukosa darah. Di hati, glukosa 6-fosfat yang dihasilkan dari penguraian glikogen
dihidolisis menjadi glukosa oleh glukosa 6-fosfatase, suatu enzim yang hanya terdapat di
hati dan ginjal. Dengan demikian, penguraian glikogen merupakan sumber glukosa darah
yang dimobilisasi dengan cepat pada waktu glukosa dalam makanan berkurang atau pada
waktu olahraga dimana terjadi peningkatan penggunaan glukosa oleh otot.
Glikogen otot adalah sumber heksosa untuk proses glikolisis di dalam otot itu sendiri.
Sedangkan glikogen hati adalah simpanan sumber heksosa untuk dikirim keluar guna
mempertahankan kadar glukosa darah, khususnya di antara waktu makan. Setelah 12-18
jam puasa, hampir semua simpanan glikogen hati terkuras. Tetapi glikogen otot hanya
terkuras setelah seseorang melakukan olahraga yang berat dan lama.
4. Tujuan Glikogenesis
Proses glikogenesis terjadi jika jumlah glukosa melampaui kebutuhan, maka dirangkai
menjadi glikogen untuk menambah simpanan glikogen dalam tubuh sebagai cadangan
makanan jangka pendek melalui proses glikogenesis.
Jika kadar glukosa darah meningkat (hiperglikemia) glukosa akan di ubah dan di
simpan sebagai glikogen atau lemak, glikogenesis (produksi glikogen) terjadi terutama
dalam sel otot dan hati. Glikogenesis akan menurunkan kadar glukosa darah dan proses
ini di stimulasi oleh insulin yang disekresi dari pangkreas.
5. Proses Pembentukan Glikogen (Glikogenesis)
Rangkaian proses terjadinya glikogenesis digambarkan sebagai berikut:
a. Glukosa mengalami fosforilasi menjadi glukosa 6-fosfat (reaksi yang lazim terjadi
juga pada lintasan glikolisis). Di otot reaksi ini dikatalisir oleh heksokinase sedangkan
di hati oleh glukokinase.
ATP + D-glukosa → D-glukosa 6- fosfat + ADP

b. Glukosa 6-fosfat diubah menjadi glukosa 1-fosfat dalam reaksi dengan bantuan
katalisator enzim fosfoglukomutase. Enzim itu sendiri akan mengalami fosforilasi dan
gugus fosfo akan mengambil bagian di dalam reaksi reversible yang intermediatnya
adalah glukosa 1,6-bifosfat ( glukosa 1,6-bisfosfat bertindak sebagai koenzim).
Glukosa 6-fosfat → Glukosa 1- fosfat
Enz-P + Glukosa 1-fosfat→ Enz + Glukosa 1,6-bifosfat →Enz-P + Glukosa 6-fosfat

c. Selanjutnya glukosa 1-fosfat bereaksi dengan uridin trifosfat (UTP) untuk membentuk
uridin difosfat glukosa (UDP Glc). Reaksi ini dikatalisir oleh enzim UDP Glc
pirofosforilase.
UTP + Glukosa 1-fosfat « UDPGlc + PPi

d. Hidrolisis pirofosfat inorganic berikutnya oleh enzim pirofosfatase inorganik akan


menarik reaksi kearah kanan persamaan reaksi.

e. Atom C1 pada glukosa yang diaktifkan oleh UDPGlc membentuk ikatan glikosidik
dengan atom C4 pada residu glukosa terminal glikogen, sehingga membebaskan
uridin difosfat. Reaksi ini dikatalisir oleh enzim glikogen sintase. Molekul glikogen
yang sudah ada sebelumnya (disebut glikogen primer) harus ada untuk memulai
reaksi ini. Glikogen primer selanjutnya dapat terbentuk pada primer protein yang
dikenal sebagai glikogenin.

Residu glukosa yang lebih lanjut melekat pada posisi 1-4 untuk membentuk rantai
pendek yang diaktifkan oleh glikogen sintase. Pada otot rangka glikogenin tetap
melekat pada pusat molekul glikogen, sedangkan di hati terdapat jumlah molekul
glikogen yang melebihi jumlah molekul glikogenin.
f. Setelah rantai dari glikogen primer diperpanjang dengan penambahan glukosa
tersebut hingga mencapai minimal 11 residu glukosa, maka enzim pembentuk cabang
memindahkan bagian dari rantai 1-4 (panjang minimal 6 residu glukosa) pada rantai
yang berdekatan untuk membentuk rangkaian 1-6 sehingga membuat titik cabang
pada molekul tersebut. Cabang-cabang ini akan tumbuh dengan penambahan lebih
lanjut 1-glukosil dan pembentukan cabang selanjutnya. Setelah jumlah residu terminal
yang non reduktif bertambah, jumlah total tapak reaktif dalam molekul akan
meningkat sehingga akan mempercepat glikogenesis maupun glikogenolisis.

Tahap-tahap perangkaian glukosa demi glukosa digambarkan pada bagan


berikut.
GLIKOGENOLISIS

Kata "Glikogenolisis" di jabarkan menjadi Glikogen yaitu glikogen dan lisis yaitu
pemecahan atau penguraian. Sehingga glikogenolisis adalah reaksi pemecahan glikogen
menjadi glukosa, perubahan glikogen menjadi sumber energi merupakan proses katabolisme
cadangan sumber energi. Glikogenolisis terjadi jika asupan makanan tidak cukup memenuhi
energi yang dibutuhkan tubuh sehingga untuk mendapatkan energi, tubuh mengambil
alternative lain yaitu dengan menggunakan simpanan glikogen yang terdapat dalam hati atau
otot. Tujuan dari glikogenolisis ini terbagi menjadi dua yaitu:
a. Di otot : proses ini digunakan untuk keperluan menghasilkan energi
b. Di hati  : proses ini dilakukan untuk mempertahankan kadar gula dalam darah pada saat
jeda waktu makan.
Enzim utama yang berperan dalam glikogenolisis ini adalah glikogen fosforilase untuk
memecah ikatan 1-4 glikogen. Dua hormon yang mengendalikan glikogenolisis adalah
glukagon dari pankreas dan epinefrin dari kelenjar adrenal. Glukagon dilepaskan dari
pankreas untuk merespon glukosa darah rendah dan epinefrin dilepaskan kelenjar adrenal
sebagai respons terhadap ancaman atau stres. Kedua hormon tersebut akan menstimulasi
enzim glikogen fosforilase untuk memulai glikogenolisis dan menghambat kerja enzim
glikogen sintase (menghentikan glikogenesis).
Glikogen adalah bentuk karbohidrat yang tersimpan dalam sel hewan. Glikogen disebut
juga pati hewan. Tempat penyimpanan glikogen adalah hati dan otot. Di hati, fungsi utama
glikogen adalah untuk melayani jaringan tubuh lain lewat pembentukan glukosa darah. Di
otot unsur ini hanya memenuhi kebutuhan organ itu sendiri sebagai sumber bahan bakar
metabolik yang siap dipakai. Glikogen adalah struktur polimer bercabang yang mengandung
glukosa sebagai monomer dasar. Glikogen dalam hati akan di glikogenolisis setelah 12-18
jam puasa. Glikogen dalam otot hanya akan mengalami glikogenolisis setelah seseorang
melakukan olah raga yang berat dan lama.
Dalam glikogenolisis, glikogen yang tersimpan dalam hati dan otot, pertama dikonversi
oleh enzim glikogen fosforilase menjadi glukosa-1-fosfat dan kemudian menjadi glukosa-6-
fosfat. Molekul glukosa individu dihidrolisa dari rantai, diikuti dengan penambahan gugus
fosfat pada C-1. Pada langkah selanjutnya fosfat tersebut akan dipindahkan ke posisi C-6
untuk membentuk glukosa 6-fosfat. Glukosa-6-fosfat diubah menjadi glukosa untuk distribusi
di berbagai darah ke sel-sel seperti sel-sel otak.
Proses glikogenolisis terkandang menyebabkan meningkatnya kadar gula dalam darah
yang dapat menyebabkan penyakit diabetes. Proses glikogenolisis jika terjadi secara terus
menerus akan dapat menyebabkan kerusakan pada fungsi liver. Kerusakan pada fungsi liver
akan mneyebabkan penyakit yang sebagian besar tidak dapat diobati dan berakhir dengan
kematian. Penyakit liver adalah penyakit yang sering timbul pada mereka yang pekerja keras
tetapi tidak mempunyai sumber energi yang banyak. Kekurangan sumber energi terjadi
karena para pekerja yang workalkoholik itu terkadang lupa makan tepat waktu sehingga
kebutuhan tenaga untuk melakukan kerja sangat banyak tetapi asupan energi kurang dan tidak
dapat memenuhi kebutuhan. Akhirnya untuk dapat memenuhi kebutuhan energi tersebut,
tubuh terpaksa harus merubah glikogen menjadi glukosa sehingga terjadilah peristiwa
glikogenolisis.
GLUKONEOGENESIS

1. Pengertian Glukoneogenesis
Glukoneogenesis berasal dari kata Yunani yaitu glykys (manis/gula), neo (baru), dan
genesis (asal atau pembentukan). Awalan “gluko” dan “gliko” berakar pada kata Yunani
yaitu glykys (Stryer, 2000). Jadi glukoneogenesis bisa diartikan sebagai pembentukan
gula baru.
Pada dasarnya glukoneogenesis adalah sintesis glukosa dari senyawa bukan
karbohidrat. misalnya asam laktat dan beberapa asam amino. Proses glukoneogenesis
berlangsung terutama dalam hati. Asam laktat yang terjadi pada proses glikolisis dapat
dibawa oleh darah ke hati. Di sini asam laktat diubah menjadi glukosa kembali melalui
serangkaian reaksi (Poedjiadi, 2012).
Peranan fisiologis dari jalur ini adalah untuk mempertahankan kadar glukosa darah
pada saat masukan glukosa darah rendah, misalnya pada saat puasa, atau apabila tubuh
dalam keadaan stress. Agar glukosa darah tidak kurang dari batas minimal, kadar glukosa
darah harus dipertahankan di atas batas minimal mengingat ada jaringan tubuh yaitu otak,
sel darah merah, dan sel limfoit serta makrofag yang untuk fungsi fisiologisnya mutlak
membutuhkan glukosa (Wakhianto, et al.).
2. Proses dan tahapan Glukoneogenesis
Proses glukoneogenesis berlangsung terutama dalam hati. Glukoneogenesis juga
berlangsung di korteks ginjal, tetapi jumlah total glukosa yang terbentuk di situ hanya
sedikit sepersepuluh dari yang terbentuk di hati, karena massa ginjal yang lebih kecil.
Sangat sedikit glukoneogenesis terjadi di otak, otot kerangka atau otot jantung. Bahkan,
glukoneogenesis di hati dan ginjal membantu memelihara kadar glukosa darah, agar otak
dan otot dapat mengekstraksi cukup glukosa dari darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme (Stryer, 2000).
Tiga sumber karbon yang utama untuk glukoneogenesis adalah laktat, gliserol, dan
asam amino, terutama alanin. Laktat dihasilkan oleh glikolisis anaerobik di jaringan
misalnya otot yang sedang bekerja atau sel darah merah, gliserol dibebaskan dari
simpanan triasilgliserol di jaringana adiposa dan asam amino terutama berasal dari
simpanan asam amino di otot yang mungkin berasal dari penguraian protein otot. Alanin,
asam amino glukoneogenik utama, dibentuk di otot dari asam amino lain dan dari glukosa
(Wakhianto, et al.).
Jalur glukoneogenesis yaitu mengubah piruvat menjadi glukosa. Kebalikan dari
proses glikolisis yang mengubah glukosa menjadi piruvat. Akan tetapi, glukoneogenesis
bukan kebalikan dari glikolisis, karena ada tiga tahap reaksi dalam glikolisis yang tidak
reversibel, yaitu yang dikatalis oleh heksokinase, fosfofruktokinase, dan piruvat kinase.
Artinya diperlukan enzim lain untuk reaksi kebalikannya.

Glukosa + ATP heksokinase Glukosa-6-fosfat + ADP

Fruktosa-6-fosfat + ATP fosfofruktokinase fruktosa-1,6-difosfat + ADP

Fosfenol piruvat + ADP piruvat kinase Asam piruvat + ATP

Dengan adanya tiga tahap reaksi yang tidak reversible tersebut, maka proses
glukoneogenesis berlangsung melalui tahap reaksi lain yakni melalu 4 tahapan reaksi
dengan enzim yang berbeda.

1) Perubahan piruvat menjadi fosfoenolpiruvat


Fosfoenolpiruvat dibentuk dari piruvat melalui oksaloasetat. Mula-mula piruvat
mengalami karboksilasi menjadi oksaloasetat dengan menggunakan satu ATP.
Pengubahan piruvat menjadi oksaloasetat, dikatalisis oleh enzim piruvat
karboksilase.

Piruvat + CO2 + ATP + H2O Oksaloasetat + ADP + Pi + 2H+

Oksaloasetat pada reaksi di atas terdapat pada mitokondria dan harus dikeluarkan
menuju sitoplasma. Namun molekul tersebut tidak dapat melalui membran
mitokondria sebeum diubah menjadi malat. Jadi oksaloasetat akan diubah menjadi
malat agar dapat keluar menuju sitoplasma dan akan segera diubah kembali menjadi
oksaloasetat. Pengubahan oksaloasetat menjadi malat, dikatalisis oleh enzim malat
dehidrogenase. Kemudian malat keluar dari mitokondria menuju sitoplasma. Di
sitoplasma, malat diubah manjadi oksaloasetat kembali yang dikatalisis oleh enzim
malat dehidrogenase.
Selanjutnya Oksaloasetat serentak mengalami dekarboksilasi dan fosforilasi yang
dikatalisis oleh enzim phospoenolpiruvat karboksilase menghasilkan
phospoenolpiruvat.
Oksaloasetat + GTP fosfoenolpiruvat + GDP + CO2
2) Perubahan Fosfoenolpiruvat menjadi Fruktosa 1,6-bisfosfat
Langkah glukoneogenesis selanjutnya berlangsung di dalam sitosol.
Fosfoenolpiruvat membalikkan langkah pada glikolisis untuk membentuk
gliserildehida3-fosfat yang terbentuk, 1 di ubah menjdi dihidroksi aseton fosfat
(DHAP). Kedua triosa fosfatni, DHAP dan gliserildehida3-fosfat, berkondenssi
membentuk fruktosa1,6-bisfosfat melalui kebalikan dari reaksi aldolase. Karena
membentuk DHAP, gliserol masuk ke dalam jalur glukoneogeneis pada tahap ini.

3) Perubahan Fruktosa1,6-bisfosfat menjdi fruktosa 6-fosfat


Fruktosa 6-fosfat dibentuk dari Fruktosa1,6-bisfosfat dengan cara hidrolisis fosfat
pada C-1 yang dikatalis oleh enzim Fruktosa1,6-bisfosfatase.

Fruktosa1,6-bisfosfat + H2O fruktosa 6-fosfat + Pi

4) Perubahan Glukosa 6-Fosfat menjadi Glukosa


Glukosa dibentuk dengan cara hidrolisis glukosa 6-Fosfat pada reaksi yang dikatalis
oleh Glukosa 6-Fosfatase.
Glukosa 6-Fosfatase + H2O Glukosa + Pi
Tahap akhir pembentukan glukosa ini tidak berlangsung dalam sitosol. Melainkan
glukosa 6-Fosfat diangkut ke dalam lumen retikulum endoplasma dan disitu
dihidrolisis oleh glukosa 6-Fosfatase, suatu enzim yang terikat pada membran.
Untuk aktivitasnya, fosfatase perlu distabilkan oleh suatu protein pengikat Ca 2+ .
glukosa dan Pi kemudian diangkut kembali ke sitosol oleh sepasang pengangkut
( ”trans-porter”).
Berikut bagan alir dari proses glukoneogenesis

1. Pengendalian (Pengaturan) Glukoneogenesis


Hati dapat membuat glukosa melalui glukoneogenesis dan menggunakan glukosa melalui
glikolisis sehingga harus ada suatu sistem pengaturan yang mencegah agar kedua lintasan ini
tidak bekerja serentak. Sistem pengaturan juga harus menjamin bahwa aktivitas metabolik
hati sesuai dengan status gizi tubuh yaitu pembentukan glukosa selama puasa dan
menggunakan glukosa saat glukosa banyak. Aktivitas glukoneogenesis dan glikolisis diatur
secara terkoordinasi dengan cara perubahan jumlah relatif glukagon dan insulin dalam
sirkulasi.

Bila kadar glukosa dan insulin darah turun, asam lemak dimobilisasi dari cadangan
jaringan adipose dan aktivitas oksidasi dalam hati meningkat. Hal ini mengakibatkan
peningkatan konsentrasi asam lemak dan asetil-KoA dalam hati. Karena asam amino secara
serentak dimobilisasi dari otot, maka juga terjadi peningkatan kadar asam amino terutama
alanin. Asam amino hati diubah menjadi piruvat dan substrat lain glukoneogenesis.
Peningkatan kadar asam lemak, alanin, dan asetil-KoA semuanya memegang peranan
mengarahkan substrat masuk ke glukoneogenesis dan mencegah penggunaannya oleh siklus
asam sitrat. Asetil-KoA secara alosterik mengaktifkan piruvat karboksilase dan menghambat
piruvat dehidrogenase. Oleh karena itu, menjamin bahwa piruvat akan diubah menjadi
oksaloasetat. Piruvat kinase dihambat oleh asam lemak dan alanin, jadi menghambat
pemecahan PEP yang baru terbentuk menjadi piruvat.

Pengaturan hormonal fosfofruktokinase dan fruktosa-1,6-bisfosfatase diperantarai oleh


senyawa yang baru ditemukan yaitu fruktosa 2,6-bisfosfat (F-2,6-BP) yakni suatu molekul
isyarat yang berasal dari fruktosa 6-fosfat. Pembentukan dan pemecahan senyawa pengatur
ini dikatalisis oleh enzim-enzim yang diatur oleh fosforilasi dan defosforilasi. Perubahan
konsentrasi fruktosa-2,6-bisfosfat sejajar dengan perubahan untuk glukosa dan insulin yaitu
konsentrasinya meningkat bila glukosa banyak dan berkurang bila glukosa langka. Fruktosa-
2,6- bisfosfat secara alosterik mengaktifkan fosfofruktokinase dan menghambat fruktosa 1,6-
bisfosfatase. Jadi, bila glukosa banyak maka glikolisis aktif dan glukoneogenesis dihambat.
Bila kadar glukosa turun, peningkaan glukagon mengakibatkan penurunan konsentrasi
fruktosa-2,6-bisfosfat dan penghambatan yang sederajat pada glikolisis dan pengaktifan
glukoneogenesis.
SIKLUS CORI

Siklus Cori, yang disebut berdasarkan penemunya, Carl Cori dan Gerty Cori, adalah
siklus energi yang dibentuk antara lintasan yang menghasilkan tiga senyawa yaitu asam
laktat, asam piruvat dan alanina, dengan lintasan glukoneogenesis. Siklus Cori yang pertama
ditemukan terjadi antara jaringan otot dan hati yang membentuk siklus. Asam laktat yang
disintesis oleh sel otot di lintasan oleh glikolisisakan diserap oleh hati dan diubah menjadi
glukosa. Sekresi glukosa oleh hati pada lintasan glukoneogenesis kemudian diserap oleh sel
otot untuk diubah kembali menjadi asam laktat.

Dalam tiap sel, kedua lintasan, glukoneogenesis dan glikolisis berada dalam koordinasi
sedemikian rupa sehingga salah satu lintasan akan relatif tidak aktif pada saat lintasan yang
lain menjadi sangat aktif. Jika kedua lintasan melakukan aktivitas tinggi pada saat yang
bersamaan, hasil akhir akan berupa hidrolisis terhadap 2 ATP dan 2 GTP untuk tiap siklus
reaksi. Namun sejumlah enzim dengan kadar dan aktivitas yang berbeda dari tiap lintasan
dikendalikan agar hal tersebut tidak terjadi.

Selain itu laju lintasan glikolisis juga ditentukan oleh kadar gula darah, sedangkan laju
lintasan glukoneogenesis ditentukan oleh asam laktat dan beberapa senyawa prekursor
glukosa. Sehingga lintasan glikolisis dalam satu sel akan berpasangan dengan lintasan
glukoneogenesis dalam sel lain melalui mediasi plasma darah dan membentuk satu siklus
yang disebut siklus Cori. Siklus Cori biasa terjadi antara sel otot lurik dan organ hati, oleh
karena otot lurik, pada saat berkontraksi, akan mendifusikan asam laktat dan asam piruvat
keluar menjadi sirkulasi darah. Asam laktat lebih banyak disekresi karena rasio NADH :
NAD+ saat kontraksi otot akan mengubah sebagian asam piruvat menjadi asam laktat. Asam
laktat akan terdifusi masuk ke dalam hati oleh karena rasio NADH : NAD + yang rendah,
untuk dioksidasi menjadi asam piruvat dan kemudian dikonversi menjadi glukosa.

Sehingga siklus Cori merupakan siklus energi yang terbentuk karena adanya interaksi
antara lintasan glikolisis dalam satu sel yang akan berpasangan dengan lintasan
glukoneogenesis dalam sel lain melalui mediasi plasma darah sehingga menghasilkan asam
laktat dan asam piruvat.
 PENGENDALIAN SIKLUS CORI

Berdasarkan gambar diatas, pengendalian metabolism karbohidrat dengan siklus cori


dapat dijelaskan sebagai berikut: dalam siklus cori ada dua hormon yang berperan yaitu
hormon insulin untuk reaksi glikolisis dan hormon glukagon untuk reaksi glukoneogenesis.
Ketika kadar gula darah dalam tubuh tinggi maka hormon insulin akan disekresikan dari
pankreas lalu menstimulasi protein phospatase-1 untuk mengaktifkan enzim PFK-2 dan
menginhibisi FBPhase-2 sehingga proses glikolisis dapat berlangsung dan proses
glukoneogenesis terhenti. Sedangkan ketika kadar gula darah rendah maka pankreas akan
mensekresikan hormon glukagon yang kemudian menstimulasi protein kinase A yang akan
mengaktifkan enzim FBPhase-2 dan menginhibisi enzim PFK-2 sehingga proses
glukoneogenesis berlangsung dan glikolisis terhenti.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Metabolisme Kimia. [online] diakses pada tanggal 1 April 2015 di
old.analytical.chem.itb.ac.id/.../Narasi_Slide_Metabolisme_Kimia.doc

Anonim. 2013. Glikogenesis, Glikogenolisis, dan Glukoneogenesis. [online] diakses pada


tanggal 1 April 2016 di www.edubio.info.

Anonim. 2016. glukoneogenesis-p4. [online] diakses pada tanggal 18 April 2016 di


www.slideshare.net/mobile/SyarifHidayat17/glukoneogenesis-p4

Ethel Sloane. 2003, Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula, EGC, Jakarta

Joyce james. 2006, Prinsip-Prinsip Sains Untuk Keperawatan, Erlangga, Jakarta

Kirana. 2013. Biokimia Metabolisme Karbohidrat. [online] diakses pada tanggal 2 April
2016 di www.kirana.blog.com/2013/04/21/biokimia-_metabolisme-karbohidrat.com

Lehninger, A. L. 1982. Principles Of Biochemistry Fourth Edition. U.S.A : W.H. Freeman.

Poedjiadi, Anna. 2012. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : UI Press.

Pudjaatmaka,A Hadyana. 2002, Kamus Kimia, Balai pustaka, Jakarta.

Rahayu, RD. 2013. Makalah Biokimia Proses Glikogenesis, Glikogenolisis, Dan


Glukoneogenesis. Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Kesehatan Masyarakat
Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Sari, Indah M. 2007. Reaksi-Reaksi Biokimia Sebagai Sumber Glukosa Darah. Fakultas
Kedokteran Sumatera Utara.

Stryer, Lubert. 2000. Biokimia Volume 2 Edisi 4 (diterjemahkan oleh Tim Penerjemah Bagian
Biokimia FKUI). Jakarta : EGC.

Wakianto, et al. 2007. Glukoneogenesis, Glikogenolisis, Glikogenesis. Program Studi


Kedokteran Umum Universitas Mulawarman Samarinda.

Anda mungkin juga menyukai